Upload
vuongthien
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
23
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Menurut Kemmis dan Mc Taggart (Arikunto, 2008:16), model yang
digunakan dalam penelitian ini adalah model spiral dengan melalui beberapa
siklus tindakan dan terdiri dari empat komponen yaitu yaitu perencanaan
(planning), pelaksanaan tindakan (action), observasi (observation), dan refleksi
(reflection). Model spiral ini merupakan model siklus berulang berkelanjutan,
dengan harapan pada setiap tindakan menunjukkan peningkatan sesuai perubahan
dan perbaikan yang ingin dicapai. Gambar bagan rencana tindakan model spiral
pada penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1 sebagai berikut:
Gambar 3.1 Bagan Rencana Tindakan
Model spiral penelitian tindakan kelas Kemmis dan Mc Taggart
3.2. Seting dan Karakteristik Subyek Penelitian
Pada sub judul seting dan karakteristik subjek penelitian ini akan
menguraikan mengenai seting tempat, seting waktu dan karakteristik subjek
24
penelitian. Seting tempat akan membahas lokasi atau tempat
dilaksanakannya penelitian, selanjutnya seting waktu membahas mengenai
penentuan waktu/jadwal penelitian, sementara pada karakteristik subjek penelitian
akan dibahas mengenai kondisi siswa kelas 5 yang dijadikan sebagai subjek
penelitian.
3.2.1 Seting Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di SD Negeri Susukan 01 yang terletak di Desa
Susukan, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang. Letak sekolah sangat
strategis dipinggir jalan Sruwen-Karang Gede sehingga dapat dijangkau dengan
mudah baik dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. Sarana dan
prasarana di SD Negeri Susukan sudah lengkap. Prasarana fisik yang dimiliki
sekolah ini yaitu 6 ruang kelas, 1 ruang kantor guru dan kepala sekolah, 1
ruang dapur sekolah, 4 toilet, 1 perpustakaan sekolah, tempat parkir serta
halaman sekolah yang cukup luas untuk menunjang setiap aktivitas siswa.
3.2.2. Seting Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada semester II, tahun ajaran 2014/2015 di SD
Negeri Susukan 01. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender
akademik sekolah karena Penelitian Tindakan Kelas memerlukan beberapa siklus,
masing-masing siklus dilaksanakan minimal dalam 3 kali pertemuan. Materi
pembelajaran yang dilakukan yaitu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
pokok bahasan Sifat-sifat cahaya. Rincian alokasi waktu penelitian dapat dilihat
pada tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1
Jadwal Penelitian Tindakan Kelas SD Negeri Susukan 01
Tahun Pelajaran 2014/2015
Waktu
Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Observasi
Persiapan
Januari Februari Maret April
25
Pelaksanaan :
Siklus I :
a. Pertemuan 1
b. Pertemuan 2
c. Pertemuan 3
Silkus 2 :
a. Pertemuan 1
b. Pertemuan 2
c. Pertemuan 3
Analisis Data
Penyusunan
Berdasarkan tabel 3.1 diketahui bahwa penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan selama 4 bulan yaitu dari bulan Januari sampai dengan April 2015.
Pada bulan Januari dipergunakan oleh peneliti untuk melakukan observasi.
Perencanaan lain terkait dengan penelitian dilakukan peneliti pada bulan
Maret, seperti menyusun instrumen dan uji validitas soal yang dilakukan di SDN
Susukan 01 pada minggu ke-3 bulan Maret. Selanjutnya pada bulan Maret
minggu ke-4 peneliti mulai melaksanakan penelitian tindakan kelas siklus I,
dilanjutkan pelaksanaan siklus II pada bulan April minggu pertama.
Pelaksanaan tindakan penelitian siklus II mengacu kepada hasil refleksi dari
pelaksanaan tindakan siklus I, pelaksanaan kegiatan observasi oleh guru
observer dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan penelitian.
Selanjutnya pada bulan April minggu ke-2 sampai minggu ke-4 peneliti
mengolah data hasil penelitian dan menyusun laporan penelitian.
3.2.3. Karakteristik Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 5 SD Negeri Susukan 01 tahun
pelajaran 2014/2015. Siswa kelas 5 SD Negeri Susukan 01 berjumlah 30 siswa
terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 19 siswa perempuan dengan karateristik
siswa yang bervariasi dan heterogen berumur antara 10-11 tahun. Tingkat
kemampuan siswa bermacam-macam ada yang kurang, ada yang sedang, dan
26
ada pula beberapa siswa yang memiliki kemampuan tinggi di atas rata-rata.
Latar belakang siswa berasal dari keluarga dengan ekonomi menengah kebawah,
kebanyakan orang tua siswa bekerja sebagai petani, pedagang dan kuli bangunan
sehingga sebagian besar waktunya dipergunakan untuk bekerja, kondisi yang
demikian menjadikan siswa kurang mendapat perhatian dari orang tua
khususnya dalam hal mengatur jam belajar di rumah, kontrol orang tua terhadap
kegiatan siswa di rumah juga sangat kurang sehingga sering kali porsi waktu
yang digunakan siswa untuk bermain jauh lebih banyak daripada waktu untuk
belajar. Pada saat kegiatan belajar di kelas siswa merasa takut karena
mereka tidak menguasai materi yang guru berikan dengan baik, hal yang
demikian menjadikan mereka kurang aktif dalam proses pembelajaran
sehingga berdampak pada perolehan hasil belajar yang cenderung rendah.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel penelitian didefinisikan sebagai faktor yang apabila diukur
memberikan nilai yang bervariasi. Adapula yang mendefinisikan variabel sebagai
suatu karakteristik dari orang, objek atau gejala yang memiliki nilai yang berbeda-
beda (Slameto, 2012: 138). Adapun variabel yang digunakan dalam analisis data
ini adalah sebagai berikut :
3.3.1. Variabel bebas (X)
Variabel bebas adalah variabel yang diduga sebagai penyebab timbulnya
variabel lain (dalam Slameto, 2012: 140). Dalam penelitian ini variabel bebasnya
adalah model Make A Match berbantuan Power Point. Dalam model pembelajaran
ini, siswa bekerja dalam permainan mencari pasangan untuk memecahkan suatu
permasalahan sesuai dengan materi sifat-sifat cahaya dan merangcang karya
dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya.
3.3.2. Variabel tergantung (Y)
Variabel tergantung adalah variabel yang timbul sebagai akibat langsung
dari manipulasi dan pengaruh variabel bebas (Slameto, 2012: 140). Dalam
penelitian ini hasil belajar merupakan variabel yang di pengaruhi. Hasil belajar
merupakan hasil akhir dari proses kegiatan belajar siswa dari seluruh kegiatan
27
dalam mengikuti pembelajaran di kelas dan menerima suatu pelajaran untuk
mencapai kompetensi yang berupa aspek kognitif yang diungkapkan dengan
menggunakan suatu alat penilaian yaitu tes evaluasi dengan hasil yang dinyatakan
dalam bentuk nilai, aspek afektif yang menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti
pembelajaran, dan aspek psikomotorik yang menunjukkan keterampilan dan
kemampuan bertindak siswa dalam mengikuti pembelajaran. Pengukuran variebel
ini dilakukan dengan tes yang dilakukan diakhir pembelajaran.
3.4. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan 3 tahapan, yaitu 1)
Perencanaan (planning), 2) pelaksanaan tindakan (action) dan pengamatan
(observation), dan 3) refleksi (reflection).
Perencanaan tindakan
Rencana tindakan dilaksanakan 2 (dua) siklus, siklus 1 (satu) dilaksanakan
Maret minggu ke 3 (tiga). Pemberian tindakan pada siklus 1 didasarkan pada hasil
observasi awal. Observasi awal dilakukan oleh peneliti sebelum penelitian ini
dilaksanakan, maksudnya untuk mendapatkan data-data awal yang ada di
lapangan (tempat penelitian). Data-data inilah yang nantinya akan digunakan oleh
peneliti untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan pada langkah-langkah
selanjutnya. Dari hasil observasi awal dilakukan perencanaan awal sebagai berikut
:1) Merumuskan tujuan pembelajaran; (2) menyiapkan materi pelajaran yang akan
diajarkan; (3) menyiapkan alat dan bahan; (4) merencanakan pembelajaran dengan
model make a match berbantuan power point dan menyiapkan RPP; (6) membuat
lembar observasi untuk melihat kondisi pembelajaran di kelas; (7) membuat
lembar kerja dan tes untuk melihat hasil yang telah dilakukan.
Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini adalah implementasi RPP
dan observasi. Pelaksanaan tindakan siklus 1 dan siklus 2 dilaksanakan sesuai
dengan perencanaan awal yang telah dilakukan yaitu: (1) melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran make a match
berbantuan power point; (2) melakukan observasi pelaksanaan pembelajaran bagi
28
peneliti terhadap guru melalui lembar observasi yang sudah dibuat pada
perencanaan awal; (3) melakukan tes formatif untuk mengetahui hasil belajar
siswa setelah mengikuti pembelajaran tiap siklus. Apabila terdapat peningkatan
maka perlu dilakukan tindak lanjut pada siklus 2 (dua) yang akan dilaksanakan
pada bulan April minggu pertama.
Pengamatan
Proses pengamatan dilakukan dengan cara mengumpulkan data dengan
memberikan lembar observasi kepada observer. Pengisian lembar observasi
dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung.
Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan untuk memahami dan memaknai segala
sesuatu yang berkaitan dengan proses dan hasil yang diperoleh akibat tindakan
yang dilakukan. Pada tahap ini dilakukan analisis yang berkaitan denagn
hambatan dan kekurangan yang dijumpai selama tindakan berlangsung. Kelebihan
akan tetap dipertahankan, sedangkan kekurangan akan diperbaiki pada siklus
berikutnya.
Siklus Penelitian
Siklus I
Siklus 1 dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan dengan tahapan sebagai
berikut :
1. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan, peneliti harus menyusun perangkat
pembelajaran pada materi sifat-sifat cahaya meliputi RPP, materi ajar tentang
sifat-sifat cahaya,kartu soal-jawaban, media pembelajaran berupa power point
dengan alat LCD dan laptop,alat dan bahan yang digunakan dalam menjelaskan
materi berupa senter, gelas bening,kertas,pensil,gunting serta cermin, kisi-kisi soal
evaluasi, soal evaluasi, dan lembar penilaian dengan menggunakan model
pembelajaran make a match berbantuan Power point. Kompetensi Dasar pada
siklus I adalah mendiskripsikan sifat-sifat cahaya dengan indikator
mengidentifikasi dan menunjukkan 5 sifat-sifat cahaya (merambat lurus,
29
menembus benda bening, dapat dipantulkan, dapat dibiaskan, dan dapat
diuraikan). Selanjutnya menyiapkan lembar observasi untuk mengamati guru serta
menyiapkan alat dokumentasi yaitu kamera digital/HP untuk mengambil gambar
proses pembelajaran berupa foto.
2. Pelaksanaan
Pada pelaksanaan siklus 1 dalam pembelajaran terdapat kegiatan
awal,kegiatan inti yang meliputi eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi serta
kegiatan akhir. Pada kegiatan awal, guru melaukan apersepsi dengan melakukan
tanya jawab mengenai materi yang telah dipelajari sebelumnya sesuai dengan
materi yang akan dipelajari. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai serta memberikan motivasi kepada siswa dan
menginformasikan model pembelajaran yang akan digunakan yaitu model make a
match berbantuan power point. Pada kegiatan inti yang pertama yaitu eksplorasi.
Dalam kegiatan eksplorasi, guru menyampaikan materi pelajaran sifat-sifat cahaya
dari sumber buku dan power point serta memberikan contoh-contoh soal sifat-sifat
cahaya. Selanjutnya yang kedua yaitu elaborasi. Dalam kegiatan elaborasi, guru
menyiapkan beberapa kartu yang berisi soal dan jawaban. Kemudian membagi
siswa menjadi 2 kelompok yaitu kelompok soal dan kelompok jawaban. Guru
membagikan kartu pada tiap kelompok secara acak dan menjelaskan cara
penggunaan kartu yang akan dimainkan dalam permainan mencari pasangan
dislide power point. Lalu setiap siswa diberi waktu 2 menit untuk mencari pasangan
yang sesuai dengan kartu soal atau kartu jawaban yang dipegangnya. Kemudian
menunjukkan pada guru. Siswa yang dapat menemukan pasangannya sebelum batas
waktu yang ditentukan diberi poin. Kemudian siswa yang dapat menemukan
pasangan mempresentasikan kartu yang didapat sedangkan siswa yang belaum
mendapat pasangan akan diberikan hukuman menyanyi di depan kelas. Guru
memberikan hasil pencocokan antara kartu soal-jawaban yang sesuai di slide power
point. Setelah itu, siswa dan guru membuat simpulan dari pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Siswa mengerjakan tes formatif. Kemudian guru menganalisa hasil tes
formatif.
30
3. Pengamatan
Kegiatan pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
pembelajaran. Pengumpulan data diperoleh melalui lembar observasi guru dan
lembar observasi siswa siklus 1 beserta indikatornya.
4. Refleksi
Refeksi siklus 1 pertemuan 1, peneliti menilai keberhasialan mengajar
guru dan menilai hasil aktivitas pembelajaran siswa. Pada refeksi siklus 1
pertemuan 2, peneliti menilai keberhasilan mengajar guru setelah proses
pembelajaran berlangsung dan juga menilai hasil aktivitas siswa.Pada Refelksi
siklus 1 pertemuan 3, peneliti menilai hasil tes evaluasi siswa serta membahas
kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran pada siklus 1. Dari hasil diskusi ini
peneliti dapat menentukan perbaikan untuk siklus 2.
Siklus II
Adapun tindakan perbaikan pembelajaran dalam siklus II, yang peneliti
lakukan adalah melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan, peneliti harus menyusun perangkat
pembelajaran pada materi merancang karya atau model dengan menerapkan sifat-
sifat cahaya meliputi RPP, materi ajar tentang Dalam tahap perencanaan, peneliti
harus menyusun perangkat pembelajaran pada materi merancang karya atau model
dengan menerapkan sifat-sifat cahaya meliputi RPP, materi ajar tentang
merancang karya atau model dengan menerapkan sifat-sifat cahaya,kartu soal-
jawaban, media pembelajaran berupa power point dengan alat LCD dan
laptop,alat dan bahan yang digunakan dalam menjelaskan materi berupa 1 buah
kardus, 2 buah cermin datar, pisau silet, dan lem dalam pembuatan periskop
sederhana dan 1 buah kardus, 2 buah cermin datar, pisau silet, dan lem dalam
pembuatan lup sederhana serta 1 buah kertas warna pelangi, kardus, gunting,
selotip, pensil dan lem dalam pembuatan cakram warna. kisi-kisi soal evaluasi,
soal evaluasi, dan lembar penilaian dengan menggunakan model pembelajaran
make a match berbantuan power point. Kompetensi Dasar pada siklus II adalah
Membuat suatu karya atau model , misalnya periskop atau lensa dari bahan
31
sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya dengan indikator
mengidentifikasikan manfaat sifat-sifat cahaya melalui suatu karya / model
periskop, cakram warna dan lup, membuat suatu karya atau model periskop,
cakram warna dan lup dari bahan sederhana serta menguji dan menyempurnakan
karya atau model yang dibuat. Selanjutnya menyiapkan lembar observasi untuk
mengamati guru serta menyiapkan alat dokumentasi yaitu kamera digital/HP
untuk mengambil gambar proses pembelajaran berupa foto.
2. Pelaksanaan
Pada pelaksanaan siklus II dalam pembelajaran terdapat kegiatan
awal,kegiatan inti yang meliputi eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi serta
kegiatan akhir. Pada kegiatan awal, guru melaukan apersepsi dengan melakukan
tanya jawab mengenai materi yang telah dipelajari sebelumnya sesuai dengan
materi yang akan dipelajari. Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai serta memberikan motivasi kepada siswa dan
menginformasikan model pembelajaran yang akan digunakan yaitu model make a
match berbantuan power point. Pada kegiatan inti yang pertama yaitu eksplorasi.
Dalam kegiatan eksplorasi, guru menyampaikan materi pelajaran merancang
karya atau model dengan menerapkan sifat-sifat cahaya dari sumber buku dan
media power point melalui pembuatan lup, cakram warna dan periskop sederhana
serta memberikan contoh-contoh soal sifat-sifat cahaya. Selanjutnya yang kedua
yaitu elaborasi. Dalam kegiatan elaborasi, guru menyiapkan beberapa kartu yang
berisi soal dan jawaban. Kemudian membagi siswa menjadi 2 kelompok yaitu
kelompok soal dan kelompok jawaban. Guru membagikan kartu pada tiap
kelompok secara acak dan menjelaskan cara penggunaan kartu yang akan
dimainkan dalam permainan mencari pasangan di slide power point. Lalu setiap
siswa diberi waktu 2 menit untuk mencari pasangan yang sesuai dengan kartu soal
atau kartu jawaban yang dipegangnya. Kemudian menunjukkan pada guru. Siswa
yang dapat menemukan pasangannya sebelum batas waktu yang ditentukan diberi
poin. Kemudian siswa yang dapat menemukan pasangan mempresentasikan kartu
yang didapat sedangkan siswa yang belaum mendapat pasangan akan diberikan
hukuman menyanyi di depan kelas. Guru memberikan hasil pencocokan antara
32
kartu soal-jawaban yang sesuai di slide power point. Setelah itu, siswa dan guru
membuat simpulan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Siswa
mengerjakan tes formatif. Kemudian guru menganalisa hasil tes formatif.
3. Pengamatan
Kegiatan pengamatan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan
pembelajaran. Pengumpulan data diperoleh melalui lembar observasi guru dan
lembar observasi siswa siklus II beserta indikatornya.
4. Refleksi
Refeksi siklus II pertemuan 1, peneliti menilai keberhasialan mengajar
guru dan menilai hasil aktivitas pembelajaran siswa. Pada refeksi siklus II
pertemuan 2, peneliti menilai keberhasilan mengajar guru setelah proses
pembelajaran berlangsung dan juga menilai hasil aktivitas siswa. Pada Refelksi
siklus II pertemuan 3, peneliti menilai hasil tes evaluasi siswa. Apabila
menunjukkan hasil tes yang signifikan, maka penulis tidak melanjutkan perbaikan
pembelajaran pada tahap berikutnya.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Peneliti melakukan pengumpulan data dengan menggunakan beberapa
teknik yaitu tes dan observasi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA
siswa kelas 5 SD Negeri Susukan 01 khususnya pada pokok bahasan Sifat-
sifat cahaya. Selain itu pengumpulan data juga dimaksudkan untuk
mengetahui peningkatan aktivitas guru dan siswa selama tindakan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran Make A Match berbantuan
Power Point.
3.5.1. Tes
Menurut Naniek (2012 : 142) Tes adalah sebagai alat ukur, prosedur
pengukuran yang sengaja dirancang secara sistematis, untuk mengukur
indikator/kompetensi tertentu, dilakukan dengan prosedur administrasi dan
pemberian angka yang jelas dan spesifik, sehingga hasilnya relatif ajeg bila
33
dilakukan dalam kondisi yang relatif sama. Sedangkan tes tertulis adalah tes yang
soalnya harus dijawab peserta didik dengan memberikan jawaban tertulis.
Pada penelian ini, peneliti menggunakan tes tertulis sebagai alat
pengumpulan data hasil belajar siswa mata pelajaran IPA dengan kompetensi
dasar menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya atau
model.
3.5.2. Observasi
Menurut Sudjana (2011 : 84) Observasi atau pengamatan sebagai alat
penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun
proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Observasi dapat mengukur atau
menialai hasil dan proses belajar, misalnya tingkah laku siswa pada waktu belajar,
tingkah laku guru pada saat mengajar, kegiatan diskusi siswa, partisipasi siswa
dalm simulasi, dan penggunaan alat peraga pada waktu mengajar.
Dalam penelitian ini peneliti mengamati dalam proses pembelajaran yang
berlangsung di kelas. Hal ini bertujuan untuk memperoleh data tentang bentuk
penerapan pembelajaran kooperatif tipe Make a Match berbantuan power point
dalam pembelajaran IPA yang disesuaikan dengan hasil belajar siswa berkaitan
dengan pemahaman siswa terhadap pelajaran dan sikap atau perilaku siswa setelah
menerima pelajaran.
3.6. Intrumen Penelitian
Instrumen yang dipakai dalam penelitian tindakan kelas ini berbentuk
lembar observasi dan soal tes formatif untuk siklus I dan siklus II.
3.6.1 Observasi
Observasi penerapan model Make A Match difokuskan pada aktivitas guru
maupun aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Lembar observasi diisi oleh
observer dengan melingkari skor pada setiap indikator penilaian aktivitas guru dan
siswa. Jawaban dibuat dalam bentuk skala (skala likert) yaitu skor 4-1,
selanjutnya data hasil perolehan skor observasi guru dan siswa yang berupa
angka ditarsirkan dalam pengertian kualitatif, skor 4 apabila pernyataan pada
34
masing-masing indikator penilaian observasi dilakukan oleh guru dan siswa
dengan sangat baik, skor 3 apabila pernyataan pada masingmasing indikator
penilaian observasi dilakukan oleh guru dan siswa dengan baik, skor 2 apabila
pernyataan pada masing-masing indikator penilaian observasi dilakukan oleh
guru dan siswa dengan cukup, dan skor 1 apabila pernyataan pada masing-
masing indikator penilaian observasi dilakukan oleh guru dan siswa dengan
kurang Adapun kisi-kisi observasi mengunakan acuan skala Likert yang
digunakan untuk mengukur aktifitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Skala likert biasa digunakan untuk memberikan penilaian terhadap sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok tentang fenomena sosial.
Skala Lickert variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator. Kemudian
indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item
instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono 2009 : 134-
135).
Observasi aktivitas guru difokuskan pada pengamatan aktivitas guru dalam
mengajar pada mata pelajaran IPA materi menerapkan sifat-sifat cahaya melalui
kegitan membuat suatu karya atau model dengan memanfaatkan sifat-sifat cahaya
melalui penerapan model Make A Match berbantuan power point.
Aktivitas guru dalam mengajar di kelas melalui penerapan model Make A
Match berbantuan power point. Adapun kisi-kisi observasi aktivitas guru pada
tabel 3.2 sebagai berikut :
Tabel 3.2
Kisi-Kisi Lembar Aktivitas Guru
No Aspek Indikator No Item Jumlah
Item
1. Persiapan 1. Mempersiapkan ruang, alat dan
kesiapan siswa.
2. Menyampikan apersepsi dan
tujuan.
1,2
3,4 4
2. Penyampaian 3. Menyampaikan materi, 5,6,7 9
35
mengaitkan dengan realitas
kehidupan dan mengatur
pembelajaran
4. Menampilkankan power point,
mengunakan media secara efisien
dan melibatkan siswa.
5. Mengunakan bahasa secara jelas,
benar dan dengan gaya yang
sesuai.
8,9,10
11,12,13
3. Pelatihan 6. Membimbing siswa pada saat
siswa mencari pasangan kartu
soal-jawaban dan menunjukkan
hasil kartu soal-jawaban yang
tepat
14,15,16,
17 4
4. Penampilan
hasil
7. Melakukan refleksi, membuat
kesimpulan dan tindak lanjut
18,19,20 3
Jumlah 20
Observasi aktivitas siswa difokuskan pada pengamatan aktivitas siswa
selama proses pembelajaran pada mata pelajaran IPA materi menerapkan sifat-
sifat cahaya melalui kegitan membuat suatu karya atau model. Adapun kisi-kisi
observasi aktivitas siswa pada tabel 3.3 sebagai berikut :
Tabel 3.3
Kisi- Kisi Observasi Aktivitas Siswa
No Aspek Indikator No. Item Jumlah
1. Pra Kegiatan 1. Siap mengikuti pembelajaran
2. Memperhatikan apersepsi.
1 2
2
2 Kegiatan
Awal
1. Memperhatikan guru
menyampikan tujuan
pembelajaran
3 1
36
3. Pengalaman 1. Melakukan pengamatan
2. Menyimpulkan hasil
pengamatan
4
5,6,7
4
4. Interaksi 1. Mencari pasangan kartu soal-
jawaban sifat cahaya.
2. Meminta pendapat dari siswa
lain
3. Mengajukan pertanyaan
8 9
10
3
5. Komunikasi 1. Mengemukakan pendapat 11,12,13 3
6. Refleksi 1. Menyimpulkan pembelajaran
yang telah dipelajari.
2. Siswa mengerjakan soal
evaluasi
14
15
2
Jumlah 15
Untuk menghitung rentang kriteria skor aktivitas, baik guru maupun siswa
digunakan rumus Sturges (Sugiyono, 2011:36) dengan langkah-langkah
perhitungan sebagai berikut:
a. Menghitung rentang data
R = Skor Maksimal – Skor Minimal
Skor Maksimal dihitung dengan mengalikan jumlah indikator penilaian
observasi aktivitas guru atau siswa dengan skala penilaian tertinggi (4),
sementara skor minimal diperoleh dengan mengalikan jumlah indikator
penilaian observasi aktivitas guru atau siswa dengan skala penilaian
terendah (1).
b. Menghitung Jumlah Kelas Interval
K = 1 + 3, 3 log n
n merupakan jumlah siswa yang dijadikan subjek penelitian.
c. Menghitung Panjang Kelas
P = 푹풆풏풕풂풏품∑푲풆풍풂풔푰풏풕풆풓풗풂풍
37
Berdasarkan langkah-langkah perhitungan tersebut dapat diketahui kriteria
skor aktivitas guru dan aktivitas siswa sebagai berikut:
Tabel 3.4
Kriteria Skor Aktivitas Guru
Rentang Kriteria
20 – 31 Sangat kurang
32 – 43 Kurang
44 – 55 Cukup baik
56 – 67 Baik
68 – 80 Sangat baik
Tabel 3.5
Kriteria Skor Aktivitas Siswa
Rentang Kriteria
15 – 23 Sangat kurang
24 – 32 Kurang
33 – 41 Cukup aktif
42 – 50 Aktif
51 – 60 Sangat Aktif
3.6.2. Tes
Soal tes digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa dalam
memahami materi menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu
karya atau model dengan menerapkan model Make A Match berbantuan power
point. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis berbentuk
pilihan ganda dengan materi Sifat-sifat cahaya. Tes pilihan ganda merupakan
tes di mana keseluruhan informasi yang diperlukan telah tersedia dalam
bentuk pilihan yang dapat dipilih oleh siswa. Adapun kisi-kisi soal tes pada Siklus
I dan Siklus II terdapat pada tabel 3.6 dan 3.7 sebagai berikut:
38
Tabel 3.6
Kisi-Kisi Butir Soal Siklus I
Standar Kompetensi 6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui
kegiatan membuat suatu karya/ model
Kompetensi Dasar 6.1 Mendiskripsikan sifat-sifat cahaya
Materi Pelajaran Sifat –sifat cahaya
Indikator Jenis soal No soal
1. Mengidentifikasikan 5 sifat
cahaya (merambat lurus, me-
nembus benda bening,dapat
dipantulkan, dapat dibiaskan,
dan dapat diuraikan)
Pilihan ganda
3,7,8,10,11,13,
14,15,17,18
2. Menunjukan 5 sifat cahaya
(merambat lurus, menembus
benda bening, dapat dipan-
tulkan, dapat dibiaskan, dan
dapat diuraikan)
Pilihan ganda
1,2,4,5,6,9,12,16,19,20
Jumlah skor
Tabel 3.7
Kisi-Kisi butir soal Siklus II
Kompetensi Dasar 6.2 Membuat suatu karya atau model ,
misalnya periskop atau lensa dari bahan
sederhana dengan menerapkan sifat-sifat
cahaya.
Materi Pelajaran Merancang karya atau model dengan
Menerapkan sifat cahaya.
Indikator Jenis soal No soal
1. Mengidentifikasikan manfaat
sifat-sifat cahaya melalui
Pilihan ganda
39
suatu karya / model
periskop,cakram warna dan
Lup.
1,4,5,7,8,9,10,11,17,19,20
2. Membuat suatu karya atau
model periskop, cakram
warna dan lup dari bahan
sederhana
Pilihan ganda
2,3,6,12,13,14,15,16,18
Jumlah skor
Pada setiap jawaban bentuk tes pilihan ganda, setiap jawaban yang benar
diberi skor satu atau bergantung pada keinginan guru namun pada
umumnya diberi skor satu (Sudjana, 2011:54). Pada PTK yang dilakukan di
kelas 5 SD Negeri Susukan 01 setiap item soal pada tes evaluasi hasil belajar
IPA melalui model pembelajaran Make A Match berbantuan Power Point diberi
skor 1 dan perhitungan nilai tes evaluasi hasil belajar mata pelajaran IPA
berpedoman pada perhitungan rumus sebagai berikut:
X = ∑∑
x 100
Keterangan:
x = nilai tes evaluasi hasil belajar IPA
∑ S = jumlah skor
∑ SM = jumlah skor maksimum.
KKM yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah sebesar 70, sehingga
berdasarkan perbandingan nilai KKM dan tes evaluasi hasil belajar IPA
dapat diketahui bahwa siswa sudah tuntas belajar atau belum. Kriteria ketuntasan
belajar siswa adalah sebagai berikut:
Tabel 3.8
Kriteria Ketuntasana Belajar
Rentang Kriteria
X < 70 Belum memenuhi KKM atau tidak tuntas.
X ≥ 70 Memenuhi KKM atau tuntas
40
3.7. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Menurut Sugiyono (2011 : 121), instrumen yang valid berarti alat ukur
yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti
instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.
Uji validitas perlu dilakukan agar instrumen yang dipakai dalam penelitian
memang benar-benar mengukur kemampuan yang akan diukur.
Menurut Muhidin (2007:47), untuk menafsirkan hasil uji validitas, kriteria yang
digunakan adalah :
a. Jika nilai hitung r lebih besar (>) dari r tabel maka item angket dinyatakan
valid dan dapat dipergunakan , atau
b. Jika nilai hitung r lebih kecil (<) dari nilai tabel r maka item angket dinyatakan
tidak valid dan tidak dapat dipergunakan.
c. Nilai tabel r dapat dilihat pada a = 5% dan db = n-2
Menurut Sugiyono (2011 : 121), instrumen yang reliabel adalah instrumen
yang apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan
menghasilkan data yang sama. Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian
harus diuji tingkat reliabilitasnya. Menurut George dan Mallerry (dalam Azwar
2005 : 29), tingkat reliabilitas instrumen yang digunakan mengikuti ketentuan
sebagai berikut
a ≤ 0,7 : tidak dapat diterima
0,7 < a ≤ 0,8 : dapat diterima
0,8 < a ≤ 0,9 : reliabilitas bagus
a > 0,9 : reliabilitas memuaskan
3.7.1 Uji Validitas dan Reabilitas Tes
Langkah penting yang dilakukan oleh peneliti dalam menetapkan
alat penilaian kepada siswa adalah menguji kualitas alat penilaian tersebut
sebelum digunakan oleh peneliti. Instrumen yang digunakan dalam penelitian
harus memenuhi kriteria ketepatan (validitas) dan keajegan (reliabilitas).
Tingkat validitas dan reliabilitas suatu tes menunjukkan kualitas bentuk tes
tersebut. Instrumen penelitian dikatakan baik jika dapat mengukur apa yang
41
akan diukur dan instrumen tersebut merupakan instrumen yang tepat
digunakan untuk mengukur suatu variabel penelitian.
3.7.1.1. Uji Validitas dan Reliabilitas Tes Siklus I
Uji coba instrumen siklus I dilakukan di kelas 6 SD Negeri Duren 03
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang dengan jumlah 21 siswa maka nilai r
0,433. Hasil penghitungan validitas item pada instrumen soal tes siklus 1 dengan
mengunakan SPSS 20.0 for Windows. Jadi instrumen soal valid jika koefisien
corrected item to total correlation > 0,433
Hasil uji validitas diketahui dari 25 item yang diuji validitasnya ada 20
item (1,2,3,4,5,6,7,8, 10,11,12,13, 15,16, 18,19, 21,22,23, 25) yang valid dan 5
item (9,14,17,20,24) yang tidak valid. Istrumen soal setelah dikurangi item yang
tidak valid diuji tingkat reliabilitasnya dengan Cronbach’s Alpha sebesar 0,932
dari 20 item yang diuji. Menurut George dan Mallery (dalam Azwar, 2005 : 29)
,Cronbach’s Alpha 0,932 termasuk memiliki reliabilitas yang memuaskan. Ini
berarti bahwa instrumen reliabel sudah dapat digunakan untuk penelitian.
Koefisisen uji validitas dan reliabilitas tes siklus I dapat dilihat pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9
Koefisien Uji Validitas dan Reliabilitas Tes Siklus I
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,932 20
3.7.1.2. Uji Validitas dan Reliabilitas Tes Siklus II
Uji coba instrumen siklus ke II dilakukan di kelas 6 SD Negeri Duren 03
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang dengan jumlah 21 siswa maka nilai r
0,433. Hasil penghitungan validitas item pada instrumen soal tes siklus 1 dengan
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 21 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 21 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in
the procedure.
42
mengunakan SPSS 20.0 for Windows. Jadi instrumen soal valid jika koefisien
corrected item to total correlation > 0,433.Hasil uji validitas diketahui dari 25 item
yang diuji validitasnya ada 20 item (1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13, 15, 17,18,
20,21, 23, 25) yang valid dan 5 item (14,16,19,22,24) yang tidak valid. Instrumen
soal setelah dikurangi item yang tidak valid diuji tingkat reliabilitasnya dengan
Cronbach’s Alpha sebesar 0,932 dari 20 item yang diuji. Menurut George dan
Mallery (dalam Azwar, 2005 : 29) ,Cronbach’s Alpha 0,932 termasuk memiliki
reliabilitas yang memuaskan. Ini berarti bahwa instrumen reliabel sudah dapat
digunakan untuk penelitian. Koefisisen uji validitas dan reliabilitas tes siklus II
dapat dilihat pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10
Koefisien Uji Validitas dan Reliabilitas Tes Siklus II
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,936 20
3.8. Uji Taraf Kesukaran
Crocker dan Algina (dalam Purwanto, 2013:99), menjelaskan bahwa
tingkat kesukaran merupakan proporsi siswa yang menjawab benar. Nilai tingkat
kesukaran (TK) suatu item instrumen dapat ditentukan dengan membagi
antara jumlah siswa yang berhasil menjawab benar dengan jumlah
keseluruhan siswayang mengikuti tes. Dapat dirumuskan sebagai berikut:
TK = ∑푩∑푷
Keterangan:
TK = tingkat kesukaran
∑ B = jumlah siswa menjawab benar
∑ P = jumlah siswa peserta tes.
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 21 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 21 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
43
Nilai tingkat kesukaran suatu item instrumen merentang antara 0 sampai 1.
Nilai 0 (nol) terjadi apabila siswa tidak menjawab dengan benar, sementara nilai 1
(satu) terjadi apabila siswa berhasil menjawab soal dengan benar. Proporsi butir
soal dengan kategori sedang sebaiknya lebih banyak daripada butir soal
dengan kategori sukar atau mudah, karena apabila butir soal dengan kategori
mudah atau sukar jauh lebih banyak maka tidak dapat mengukur kemampuan
siswa. Berikut pembagian kategori tingkat kesukaran ke dalam tiga kelompok
menurut Purwanto (2013: 101) sebagai berikut:
Tabel 3.11
Kriteria Tingkat Kesukaran Instrumen
Rentang Kriteria
0,00 – 0,32 Sukar
0,33 – 0,66 Sedang
0,67 – 1,00 Mudah
Berikut hasil analisis tingkat kesukaran item soal yang diujikan pada siswa
kelas 5 SD Negeri Susukan 01 dengan jumlah keseluruhan responden 30 siswa
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.12
Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Item Soal Siklus I
Rentang Kriteria Nomor Item Jumlah
0,00 – 0,32 Sukar 10, 11, 13, 15 4
0,33 – 0,66 Sedang 2, 5, 6, 9, 12, 16,
17, 19
8
0,67 – 1,00 Mudah 1, 3, 4, 7, 8, 14,
18, 20
8
Total 20
44
Dari data tabel 3.12 hasil analisis tingkat kesukaran soal siklus I,
dapat diuraikan bahwa hasil uji tingkat kesukaran soal pilihan ganda dengan
jumlah soal sebanyak 20 soal terdapat 4 soal dengan kategori sukar, 8 soal dengan
kategori sedang, dan 8 soal dengan kategori mudah.
Selanjutnya untuk data hasil analisis tingkat kesukaran item soal siklus II
dengan jumlah 20 soal berbentuk pilihan ganda, hasilnya dilihat dari tabel 3.13
sebagai berikut:
Tabel 3.13
Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Item Soal Siklus II
Rentang Kriteria Nomor Item Jumlah
0,00 – 0,32 Sukar 7, 9, 16 3
0,33 – 0,66 Sedang 2, 4, 10, 11, 13,
14, 15, 20
8
0,67 – 1,00 Mudah 1, 3, 5, 6, 8, 12,
17, 18, 19
9
Total 20
Dari data tabel 3.13 hasil analisis tingkat kesukaran soal siklus II,
dapat diuraikan bahwa hasil uji tingkat kesukaran soal pilihan ganda dengan
jumlah soal sebanyak 20 soal terdapat 3 soal dengan kategori sukar, 8 soal dengan
kategori sedang, dan 9 soal dengan kategori mudah.
3.9. Analisis Data
Data-data yang diperoleh dari hasil pelaksanaan PTK pada kelas 5
SD Negeri Susukan 01 adalah data yang berupa angka (data kuantitatif) yang
menunjukkan nilai tes kondisi awal, nilai setelah siklus I, nilai setelah siklus II,
skor observasi aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran IPA melalui
model pembelajaran Make A Match berbantuan Power point dari setiap
siklusnya. Data hasil observasi aktivitas guru dan siswa melalui model
pembelajaran Make A Match berbantuan Power point dianalisis menggunakan
45
teknik analisis deskriptif kualitatif. Sedangkan untuk data nilai hasil belajar
IPA dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif sehingga
dapat dibandingkan nilai hasil belajar IPA setelah tindakan siklus I dan siklus II.
Analisis hasil belajar IPA siswa dilakukan dengan menghitung persentase
ketuntasan belajar IPA secara klasikal dan rata-rata nilai siswa. perhitungan nilai
tes evaluasi hasil belajar mata pelajaran IPA berpedoman pada perhitungan rumus
sebagai berikut:
x = ∑푺∑푺푴
x 100
Keterangan:
x = nilai tes evaluasi hasil belajar IPA
∑ S = jumlah skor
∑ SM = jumlah skor maksimum.
KKM yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah sebesar 70, sehingga
berdasarkan perbandingan nilai KKM dan tes evaluasi hasil belajar IPA
dapat diketahui bahwa siswa telah tuntas atau belum tuntas dalam pembelajaran
IPA.
Sementara itu untuk mengukur nilai rata-rata siswa digunakan rumus
sebagai berikut:
풙 = ∑푿푵
Keterangan:
푥̅ = nilai rata-rata
∑ x = jumlah nilai yang diperoleh
N = jumlah siswa
Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar secara klasikal
adalah sebagai berikut:
KB = 푵푺푵
x 100%
Keterangan:
KB = ketuntasan belajar
NS = jumlah siswa yang diatas KKM (nilai ≥ 70)
N = jumlah siswa
46
Berdasarkan nilai persentase yang diperoleh, ketuntasan belajar siswa
dalam pembelajaran IPA melalui model pembelajaran Make A Match berbantuan
Power point dapat digolongkan menjadi lima kriteria. Kriteria ketuntasan
belajar secara klasikal adalah sebagai berikut:
Tabel 3.14
Kriteria Ketuntasan Belajar Klasikal
Rentang Kriteria
1% - 20% Sangat kurang
21% - 40% Kurang
41% - 60% Cukup baik
61% - 80% baik
81% - 100% Sangat baik
Analisis hasil observasi aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran IPA
melalui model pembelajaran Make A Match berbantuan Power point dilakukan
dengan menghitung persentase jumlah pencapaian skor minimal secara
klasikal. Rumus persentase hasil observasi guru dan siswa adalah sebagai berikut:
Persentase =
x 100%
Berdasarkan nilai persentase yang diperoleh, maka kriteria hasil observasi
aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran IPA melalui model
pembelajaran Make A Match berbantuan Power point dapat digolongkan menjadi
lima kriteria. Kriteria hasil observasi secara klasikal dapat dilihat pada tabel 3.15
sebagai berikut:
47
Tabel 3.15
Kriteria Hasil Observasi Klasikal
Rentang Kriteria
1% - 20% Sangat kurang
21% - 40% Kurang
41% - 60% Cukup baik
61% - 80% Baik
81% - 100% Sangat baik
3.10 Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil
belajar IPA yang ditunjukkan dengan adanya kenaikan hasil evaluasi belajar IPA
materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas 5 SD Negeri Susukan 01 Kecamatan
Susukan Kabupaten Semarang. Dalam pembelajaran, diharapkan hasil tes evaluasi
IPA materi sifat-sifat cahaya 80 % dari keseluruhan jumlah siswa mencapai nilai
diatas KKM yaitu ≥ 70.