22
27 Unis Munasifah, 2015 PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi yang dijadikan objek penelitian adalah SMAN 15 Bandung, beralamat di jln. Sarimanis 1 No.1- Sarijadi Bandung. Objek yang akan dijadikan penelitian adalah kelas X IIS 1 dengan Guru mitra Bapak Yus Rustiadin, beliau merupakan guru Sejarah di SMAN 15 Bandung. Siswa yang terdapat pada kelas X IIS 1 berjumlah 30 orang, diantaranya terdiri dari laki-laki 14 orang dan perempuan berjumlah 16 orang. Alasan peneliti melakukan penelitian di SMAN 15 Bandung karena melihat lokasi yang tidak terlalu jauh dan mudah dijangkau oleh peneliti. Selain itu, peneliti juga telah beberapa kali melakukan penelitian untuk memenuhi tugas selama perkuliahan maka tidak terlalu mengalami kesulitan dalam proses penelitian. Selain itu, peneliti memilih kelas X IIS 1 dalam objek penelitian ini karena selama penelitian sebelumnya peneliti menemukan permasalahan- permasalahan yang terjadi selama proses pembelajaran, permasalahan yang terjadi di kelas tersebut sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan selanjutnya. Permasalahan yang terjadi di kelas X IIS 1 adalah kurangnya kemampuan komunikasi siswa dalam ppembelajaran, mulai dari mengemukakan gagasan atau menyampaikan pendapat sampai dalam pembelajaran hanya terlihat komunikasi satu arah, kurangnya antusias siswa mengikuti pembelajaran atau siswa cenderung diam atau pasif. Maka melihat permasalahan tersebut sangat cocok dengan motode yang peneliti kembangkan, dimana dalam metode ini bertujuan untuk mengembangkan keaktifan siswa dalam belajar serta kemampuan siswa menyimak sampai kemampuan siswa berbicara atau berkomunikasi saat pembelajaran, sehingga dalam hal ini akan terjadi komunikasi dua arah antara siswa dengan guru. Maka dengan demikian peneliti akan melakukan penelitian setelah melihat kondisi dan permasalahan yang terjadi dilapangan dengan meningkatkan kemampuan komunikasi siswa selama pembelajaran berlangsung terutama dalam pembelajaran sejarah.

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitianrepository.upi.edu/20904/6/S_SEJ_1105644_Chapter3.pdfmenyimak sampai kemampuan siswa berbicara atau berkomunikasi saat pembelajaran,

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitianrepository.upi.edu/20904/6/S_SEJ_1105644_Chapter3.pdfmenyimak sampai kemampuan siswa berbicara atau berkomunikasi saat pembelajaran,

27

Unis Munasifah, 2015

PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi yang dijadikan objek penelitian adalah SMAN 15 Bandung,

beralamat di jln. Sarimanis 1 No.1- Sarijadi Bandung. Objek yang akan dijadikan

penelitian adalah kelas X IIS 1 dengan Guru mitra Bapak Yus Rustiadin, beliau

merupakan guru Sejarah di SMAN 15 Bandung. Siswa yang terdapat pada kelas

X IIS 1 berjumlah 30 orang, diantaranya terdiri dari laki-laki 14 orang dan

perempuan berjumlah 16 orang.

Alasan peneliti melakukan penelitian di SMAN 15 Bandung karena melihat

lokasi yang tidak terlalu jauh dan mudah dijangkau oleh peneliti. Selain itu,

peneliti juga telah beberapa kali melakukan penelitian untuk memenuhi tugas

selama perkuliahan maka tidak terlalu mengalami kesulitan dalam proses

penelitian. Selain itu, peneliti memilih kelas X IIS 1 dalam objek penelitian ini

karena selama penelitian sebelumnya peneliti menemukan permasalahan-

permasalahan yang terjadi selama proses pembelajaran, permasalahan yang terjadi

di kelas tersebut sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.

Permasalahan yang terjadi di kelas X IIS 1 adalah kurangnya kemampuan

komunikasi siswa dalam ppembelajaran, mulai dari mengemukakan gagasan atau

menyampaikan pendapat sampai dalam pembelajaran hanya terlihat komunikasi

satu arah, kurangnya antusias siswa mengikuti pembelajaran atau siswa cenderung

diam atau pasif. Maka melihat permasalahan tersebut sangat cocok dengan

motode yang peneliti kembangkan, dimana dalam metode ini bertujuan untuk

mengembangkan keaktifan siswa dalam belajar serta kemampuan siswa

menyimak sampai kemampuan siswa berbicara atau berkomunikasi saat

pembelajaran, sehingga dalam hal ini akan terjadi komunikasi dua arah antara

siswa dengan guru. Maka dengan demikian peneliti akan melakukan penelitian

setelah melihat kondisi dan permasalahan yang terjadi dilapangan dengan

meningkatkan kemampuan komunikasi siswa selama pembelajaran berlangsung

terutama dalam pembelajaran sejarah.

Page 2: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitianrepository.upi.edu/20904/6/S_SEJ_1105644_Chapter3.pdfmenyimak sampai kemampuan siswa berbicara atau berkomunikasi saat pembelajaran,

28

Unis Munasifah, 2015

PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain

penelitian model Kemmis dan Mc.Taggart. Dalam penelitian ini terdapat 4

tahapan diantaranya perencanaan, tindakan atau pelaksanaan, pengamatan dan

terakhir refleksi. Maka dalam hal ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Siklus Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan Mc Taggart :

Gambar 3.1 Model Kemmis dan Mc. Taggart

(Sumber : Wiriaatmadja, 2008, hlm. 66)

Desain penelitian model Kemmis and Mc Taggart dipilih karena dalam

pelaksanaan tindakan dengan menggunakan model Kemmis and Mc Taggart,

peneliti dapat melhat kondisi yang terjadi dilapangan untuk menentukan siklus

yang akan dilakukan pada saat penelitian. Adapun rancangan penelitian tindakan

kelas ini dilakukan dalam berbagai siklus, apabila siklus I berhasil sesuai kriteria

yang di inginkan maka tetap dilakukan siklus II untuk pemantapan, tetapi apabila

siklus I tidak berhasil maka dilakukan siklus II dengan cara menyederhanakan

materi sampai selanjutnya siswa menemukan titik jenuh pada saat pembelajaran.

Selain itu, desain ini memiliki model yang lebih sederhana dibandingkan

dengan model penelitian tindakan kelas yang lainnya. Melihat gambar desain

Page 3: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitianrepository.upi.edu/20904/6/S_SEJ_1105644_Chapter3.pdfmenyimak sampai kemampuan siswa berbicara atau berkomunikasi saat pembelajaran,

29

Unis Munasifah, 2015

PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang ada di atas, dari proses perencanaan, tindakan, observasi hingga refleksi itu

merupakan siklus pertama yang akan memulai tindakan atau suatu penelitan,

seterlah semua proses tersebut dilakukan, maka dilanjutkan siklus kedua untuk

melihat perubahan sebelum dan sesudah dilakukannya tindakan sampai

ditemukannya peningkatan dalam pembelajaran.

a. Perencanaan

Tahap perencanaan ini di dalamnya memuat penjelasan tentang apa,

mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.

Dalam tahap inipun sebaiknya penelitian dilakukan dalam bentuk kolaborasi

dengan prinsip pihak yang melakukan tindakan adalah guru sendiri, sedangkan

yang melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah

peneliti, bukan guru yang melakukan tindakan (Wiriaatmadja, 2008, hlm. 66) .

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data awal, lalu mencermatinya untuk

mengidentifikasi masalah-masalah yang ada dan menentukan tindakan untuk

mengatasinya, serta menyusun rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah

yang terjadi di kelas.

b. Tindakan

Tahapan selanjutnya adalah tahap tindakan atau pelaksanaan. Menurut

Viandi (2012) dalam blognya mengemukakan bahwa : tahap pelaksanaan ini

merupakan tataran praktis di kelas setelah dilakukan perencanaan. Hal yang harus

diingat dalam tahap pelaksanaan ini guru hendaknya tetap mengingat dan mentaati

apa-apa yang sudah direncanakan bersama dalam tahap perencanaan dengan tetap

melakukannya secara wajar. Modifikasi bisa dilakukan dengan catatan tidak

mengubah prinsp-prinsip yang sudah disepakati dalam tahap sebelumnya. Pada

tahap ini peneliti mengimplementasikan rencana yang telah disusun sebelumnya.

c. Observasi

Menurut Wiriaatmadja, (2008, hlm. 67) Pengamatan dilakukan untuk

mendokumentasikan hal-hal yang nampak dari penerapaan atau pelaksanaan

tindakan yang diberikan kepada siswa. Pengamatan ini biasanya dilakukan

bersamaan dengan pelaksanaan tindakan serta mengidentifikasi kendala apa saja

yang dihadapi selama proses pelaksanaan penelitian.

Page 4: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitianrepository.upi.edu/20904/6/S_SEJ_1105644_Chapter3.pdfmenyimak sampai kemampuan siswa berbicara atau berkomunikasi saat pembelajaran,

30

Unis Munasifah, 2015

PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Refleksi

Refleksi dilakukan untuk melihat hal-hal apa saja yang kurang atau belum

berhasil dilaksanakan dengan baik dalam pelaksanaan tindakan pada siklus

sebelumnya serta mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

tindakan untuk kemudian dilakukan perbaikan pada siklus selanjutnya. Pada tahap

ini peneliti menelaah kembali tindakan yang sudah dilaksanakan dan melakukan

diskusi dengan kolaborator untuk memberikan dasar perbaikan perencanaan

dalam proses penelitian pada siklus selanjutnya.

Alasan peneliti memilih desain penelitian model Kemmis dan Mc.Taggart

karena dalam proses penelitian menggunakan desain ini tidak terlau sulit,lebih

sederhana, tidak terlalu membutuhkan waktu yang lama dalam penelitiannya tidak

sampai tiga kali tindakan ketika sudah ada peningkatan dari siklus pertama,

sehingga desain penelitian model Kemmis dan Taggart lebih mudah untuk

difahami oleh peneliti.

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

tindakan kelas (PTK). Alasan peneliti menggunakan metode ini karena merupakan

metode yang cocok digunakan dalam pembelajaran di kelas. Dalam metode PTK

peneliti bisa langsung melakukan tindakan di kelas tanpa melalui bantuan orang

lain yang melakukan tindakan tersebut, dengan menggunakan metode ini juga

dapat memperbaiki permasalahan yang terjadi dilapangan dalam proses

pembelajaran.

Menurut T Raka Joni (1998) dalam Hasan (2011:72), dkk mengemukakan

bahwa: “PTK merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku

tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-

tindakan yang dilakukannya serta untuk memperbaiki kondisi-kondisi dimana

praktek-praktek pembelajaran itu dilakukan.” Wiriaatmadja (2008:13)

mendefinisikan “penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru

dapat mengorganisasi kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari

pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan

dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.”

Page 5: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitianrepository.upi.edu/20904/6/S_SEJ_1105644_Chapter3.pdfmenyimak sampai kemampuan siswa berbicara atau berkomunikasi saat pembelajaran,

31

Unis Munasifah, 2015

PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sedangkan menurut Hopkins (1993) dalam Hasan, dkk (2011:72) mengartikan

bahwa PTK sebagai kegiatan yang dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas

mengajarnya atau kualitas mengajar teman sejawat atau menguji asumsi-asumsi

dari teori-teori pendidikan dalam prakteknya di kelas.

Berdasarkan pengertian metode penelitian dapat difahami bahwa penelitian

tindakan kelas bermanfaat sebagai metode pembelajaran untuk meningkatkan

kemampuan pembelajaran yang dilakukan oleh gurudan meningkatkan kualitas

mengajar agar lebih baik. Selain itu metode penelitian tindakan kelas dilakukan

oleh guru sebagai peningkatan proses dalam pembelajaran serta dapat

meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh

guru agar lebih baik.

Keunggulan dari metode penelitian tindakan adalah dengan guru diikut

sertakan dalam penelitian, sehingga guru dapat melihat langsung proses

pembelajaran serta kondisi yang terjadi di kelas, maka dengan guru dapat memilih

berbagai macam media atau metode yang dapat meningkatkan pembelajaran

terutama dalam pembelajaran sejarah lebih menari serta dengan guru diikut

sertakan dalam proses penelitian, mampu mengevaluasi diri dengan melihat

kekurangan yang terjadi dilapangan dalam pembelajaran. Maka dengan demikian,

metode penelitian tindakan kelas menjadikan guru lebih mandiri, percaya diri dan

mampu mengambil resiko dengan mengambil keputusan hal yang baru demi

memajukan pembelajaran di kelas.

D. Fokus Penelitian

1. Metode Problem Posing Learning

Problem posing learning merupakan salah satu metode pembelajaran

inovatif untuk membangun struktur kognitif siswa. Selain itu problem posing

learning juga salah satu pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif baik

mental maupun fisik.

Menurut Huda (2013 hlm.276) menjelaskan bahwa :

karakteristik yang menggambarkan keberhasilan dari model pembelajaran

Problem Posing Learning diantaranya : 1. Para dialoger (siswa/guru)

memahami materi yang didapat dari buku, atau pengetahuan pribadi dari

sumber lain, 2. Siswa berusaha menghubungkan suatu peristiwa sejarah

yang telah direkonstruksi dengan kondisi yang pernah dialami oleh siswa. 3.

Page 6: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitianrepository.upi.edu/20904/6/S_SEJ_1105644_Chapter3.pdfmenyimak sampai kemampuan siswa berbicara atau berkomunikasi saat pembelajaran,

32

Unis Munasifah, 2015

PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Siswa mendiskusikan dan mampu menyampaikan pendapat, bertanya,

memberi saran atau mampu aktif dalam pembelajaran.”

Karakteristik tersebut dapat dikembangkan dengan baik oleh guru, sehingga

dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik dan pembelajaran lebih

menarik. Dalam penggunaan metode problem posing learning tidak terlepas dari

diskusi karena dalam penggunaan metode ini dapat menjadikan diskusi yang

menarik dalam proses pembelajaran.

Menurut Ningtiyas (2013) mengemukakan bahwa : tahapan dalam problem

posing, melatih siswa untuk lebih berani menyampaikan pikiran dan perasaan,

melatih siswa untuk bisa memahami dan memberi dukungan kepada orang lain

dan melatih siswa untuk mampu mengungkapkan diri. Selain itu, problem

posing termasuk kedalam bentuk pembelajaran berbasis konstruktivisme, karena

akan membuat pemahaman siswa lebih lama dan lebih dalam, pembelajaran yang

bermakna dapat membantu siswa untuk selalu mengungat konsep-konsep yang

telah siswa dapatkan sehingga siswa dapat mengaitkan hubungan antara satu

konsep dan konsep lainnya.

Sedangkan menurut Huda, (2013 : 276) langkah langkah dalam metode

pembelajaran Problem Posing Learning diantaranya :

1. Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok, setiap kelompok

maksimal 4 orang.

2. Guru menyampaikan suatu peristiwa melalui gambar, video, film dll.

3. Siswa menyimak penjelasan guru melalui gambar, video, film dll.

4. Guru meminta siswa untuk mencari berbagai macam sumber

informasi untuk merekonstruksi peristiwa secara kronologis.

5. Siswa mendiskusikan dalam kelompok kecil mengenai peristiwa yang

telah disampaikan oleh guru.

6. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok

kecil di kelas

7. Guru meminta siswa untuk meendiskusikan kembali mengenai

peristiwa tersebut dalam kelompok besar/di kelas. Saat diskusi, sswa

diminta untuk aktif bertanya, menyampaikan pendapat, menanggapi

atau meningkatkan kemampuan Kemampuan Komunikasi di kelas.

8. Guru meminta siswa untuk membuat laporan diskusi dalam bentuk

peta konsep, timline, atau produk yang berhubungan dengan berpikir

kronologis.

Page 7: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitianrepository.upi.edu/20904/6/S_SEJ_1105644_Chapter3.pdfmenyimak sampai kemampuan siswa berbicara atau berkomunikasi saat pembelajaran,

33

Unis Munasifah, 2015

PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Melihat dari sumber mengenai model pembelajaran Problem Posing

Learning memiliki karakteristik yang berpatokan pada keaktifan siswa. Dalam

hal ini kegiatan pembelaaran di kelas lebih menekankan pada siswa yang lebih

aktif, tidak hanya mendengarkan guru menyampaikan materi. Dapat disimpulkan

bahwa, pada model Problem Posing Learning, siswa harus mampu menyimak

materi yang disampaikan oleh guru, merekonstruksi suatu peristiwa secara

kronologis, serta mampu mendiskusikan peristiwa tersebut sesuai dengan

pengetahuan siswa yang telah membaca dari sumber informasi lain yang relevan.

Maka Problem Posing Learning dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam

beralajar, serta menjadikan siswa mampu berbicara, menyampaikan pendapat,

memberi saran bertanya dll sehingga meningkatkan kemampuan komunikasi

siswa. Langkah-langkah tersebut telah dikembangkan sebagai pedoman dalam

pembelajaran dengan menggunakan metode problem posing learning.

2. Kemampuan Komunikasi

Istilah kemampuan komunikasi pendidikan memang belum terlalu dikenal

oleh kalangan masyarakat atau praktisi pendidikan. Beberapa hal yang menjadi

pertimbangan dalam kemampuan komunikasi pendidikan. Pertama, dunia

pendidikan membutuhkan sebuah pemahaman yang kompreshensip, mendasar dan

sistematis tentang pemanfaatan kemampuan komunikasi dalam proses

pembelajaran. Kedua, kemampuan komunikasi akan menunjukan arah proses

konstruksi sosial atas relitas pendidikan. Maka dengan demikian, kemampuan

komunikasi pendidika dapat diartikan sebagai kemampuan komunikasi yang

terjadi dalam susasana pendidikan terutama dalam proses pembelajaran ( Naim,

2011 : 26-27).

Kemampuan komunikasi memiliki 2 jenis, diantaranya : a. Kemampuan

komunikasi Lisan b. kemampuan komunikasi tulisan. Dalam kemampuan

komunikasi lisan merupakan kemampuan mendengarkan dan menyampaikan

suatu gagasan secara lisan, sedangkan kemampuan komunikasi tulisan merupakan

menyampaikan suatu gagasan melalui tulisan baik berupa grafik, gambar peta

konsep dll. Namun dalam hal ini penulis mengambil kajian kemampuan

komunikasi lisan dan tulisan, yang bertujuan agar siswa mampu menyampaikan

Page 8: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitianrepository.upi.edu/20904/6/S_SEJ_1105644_Chapter3.pdfmenyimak sampai kemampuan siswa berbicara atau berkomunikasi saat pembelajaran,

34

Unis Munasifah, 2015

PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

gagasan secara lisan dan melatih siswa untuk berbicara serta menyampaikan

gagasan secara tuisan agar siswa lebih inovatif dalam menyampaikan gagasan

atau pendapat yang dimiliki siswa.

Indikator dari kemampuan komunikasi menurut Rusman ( 2003:13 ) adalah

1. Siswa mampu menyimak materi yang disampaikan oleh guru

2. Siswa mampu menghargai adanya perbedaan pendapat yang

disampaikan

3. Siswa mampu menyampaikan gagasan sesuai dengan topik

pembelajaran beserta sumber yang relevan

4. Adanya kemampuan komunikasi antar sumber belajar, guru dan siswa

yang menyampaikan dan mendengarkan

Sedangkan indikator menurut (Greenes dan Schulman 1996) dalam Prayitno

(2013, hlm 2) merumuskan kemampuan komunikasi dalam tiga hal, yaitu:

1. Menyatakan ide dalam pembelajaran melalui ucapan, tulisan,

demonstrasi, dan melukiskannya secara visual dalam tipe yang

berbeda.

2. Memahami, menafsirkan, dan menilai ide yang disajikan dalam

tulisan, lisan, atau dalam bentuk visual.

3. Mengkonstruk, menafsirkan dan menghubungkan bermacam-macam

representasi ide dan hubungannya.

Melihat beberapa indikator yang telah dipaparkan terlihat bahwa dalam

kemampuan komunikasi indikator yang dikembangkan harus sesuai dengan

kondisi kelas yang sedang diteliti,maka dalam hal ini indikator yang dikemukakan

oleh Rusman (2013) dijadikan sebagai indikator keberhasilan dalam penelitian.

Karena dari tahap awal siswa harus menyimak apa yang disampaikan oleh guru,

dalam proses diskusi siswa harus mampu menyampaikan bertanya,

menyampaikan pendapat atau gagasan yang dimilikinya dengan baik dan sopan

sehingga tidak ada siswa lain yang terpojokan. Selanjutnya siswa juga mampu

menghargai apabila ada pendapat yang berbeda dari pendapat yang disampaikan

oleh siswa itu sendiri, sehingga dalam pembelajaran akan terjalin hubungan dua

arah antara guru dan siswa atau siswa dengan siswa pada saat diskusi sedang

berlangsung dan tidak di dominasi oleh satu orang.

Page 9: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitianrepository.upi.edu/20904/6/S_SEJ_1105644_Chapter3.pdfmenyimak sampai kemampuan siswa berbicara atau berkomunikasi saat pembelajaran,

35

Unis Munasifah, 2015

PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Instrumen Penelitian

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data mengenai

kemampuan komunikasi siswa. Untuk mengumpulkan data tersebut, perlu adanya

perangkat penelitian yang akan membantu mengumpulkan data mengenai

kemampuan komunikasi. Perangkat-perangkat tersebut diantaranya :

1. Lembar Panduan Observasi

Lembar panduan observasi bertujuan untuk memperoleh informasi yang

akurat agar mengetahuin perkembangan siswa dalam pembelajaran sejarah.

Menurut Kurniawati, (2006, hlm.41 ) bahwa :

Lembar panduan observasi merupakan perangkat yang digunakan untuk

mengumpulkan data mengenai aktivitas siswa dan guru baik pada pra-

penelitian maupun selama pelaksanaan tindakan dalam pembelajaran.

Maka observasi merupakan salah satu alat untuk mengukur tingkah laku

siswa ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam

situasi sebenarnya maupun buatan. Data yang akan diambil adalah mengenai

kemampuan komunikasi berupa kemampuan siswa menyampaikan suatu pendapat

atau gagasan secara kronologis dan kemampuan siswa merekonstruksi suatu

peristiwa sejarah berdasarkan waktu.

Aktivitas guru diamati oleh peneliti mitra sedangkan aktivitas siswa diamati

oleh peneliti utama, maka dengan demikian dapat diketahui kekurangan dan

kelebihan yang terjadi dalam proses belajar mengajar di kelas.

Page 10: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitianrepository.upi.edu/20904/6/S_SEJ_1105644_Chapter3.pdfmenyimak sampai kemampuan siswa berbicara atau berkomunikasi saat pembelajaran,

36

Unis Munasifah, 2015

PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1

Lembar Panduan Observasi Siswa

Tindakan :

Tanggal :

Materi :

Obsever :

Berilah skore 1-4 pada indikator yang telah dipenuhi siswa

No Nama Siswa Menyimak materi yang

disampaikan oleh guru

Menyampaikan gagasan

sesuai dengan topik

pembelajaran beserta

sumber yang relevan.

Menghargai

adanya perbedaan

pendapat yang

disampaikan

Adanya interaksi antar guru

dan siswa yang

menyampaikan dan

mendengarkan

Memperhati

kan guru

ketika

pelajaran

sedang

berlangsung.

(1-4)

Mengajukan

pertanyaan

apabila ada

materi yang

belum

difahami

(1-4)

Menyajikan

gagasan

secara

faktual.

(1-4)

Menyampai

kan gagasan

sesuai

dengan

sumber yang

relevan

(1-4)

Menerima pendapat

yang disampaikan

oleh siswa lain.

(1-4)

Memberikan

kesimpulan

materi yang

telah dipelajari

(1-4)

Menyampaik

an materi dan

memberikan

tanggapan

terhadap

materi yang

telah

dipelajari

(1-4)

1. AEM

2. AY

3. ATZ

4. AV

5. ASP

6. AF

7. AA

8. CM

Page 11: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitianrepository.upi.edu/20904/6/S_SEJ_1105644_Chapter3.pdfmenyimak sampai kemampuan siswa berbicara atau berkomunikasi saat pembelajaran,

37

Unis Munasifah, 2015

PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9. DT

10. EP

11. ENJ

12. FM

13. FR

14. IDN

15. IR

16. JCH

17. MS

18. MC

19. MR

20. N

21. RPS

22. RA

23. SN

24. SDP

25. SKZ

26. SM

27. TY

28. VIY

29. WW

30 WYR

Jumlah Skore

Keterangan skore :

Page 12: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitianrepository.upi.edu/20904/6/S_SEJ_1105644_Chapter3.pdfmenyimak sampai kemampuan siswa berbicara atau berkomunikasi saat pembelajaran,

38

Unis Munasifah, 2015

PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Skor 4 = Sangat Baik

Skor 3 = Baik

Skor 2 = Cukup

Skor 1 = Kurang

Skor maksimal : 7 aspek x skor 4 = 2

Page 13: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitianrepository.upi.edu/20904/6/S_SEJ_1105644_Chapter3.pdfmenyimak sampai kemampuan siswa berbicara atau berkomunikasi saat pembelajaran,

39

Unis Munasifah, 2015

PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2

Instrumen Lembar Observasi Keterampilan Komunikasi Siswa

Variabel Indikator Sub Indikator Deskripsi Keterangan skore

Kemampuan

Komunikasi

Menyimak materi yang

disampaikan oleh guru

Memperhatikan guru

ketika pelajaran

sedang berlangsung

Tidak mengobrol

Mencatat apa yang

disampaikan guru

Sangat baik = jika

memenuhi 4 point dari

deskripsi

Baik = jika memenuhi 3

poin

Cukup = jika memenuhi 2

poiin

Kurang = jika memenuhi

satu poin

Skor4=Sangat Baik

Skor 3 = Baik

Skor 2 = Cukup

Skor 1 = kurang

Mengajukan

pertanyaan apabila ada

materi yang belum

difahami

Petanyaan menuntut

jawaban opini

penjawab pertanyaan.

Pertnyaan yang

menuntut penjelasan

yang singkronik dan

diakronik.

Menyampaikan gagasan

sesuai dengan topik

pembelajaran beserta

sumber yang relevan

Menyajikan gagasan

secara faktual

Menyampaikan

gagasan dengan

menyertakan fakta

yang terdapat dalam

materi yang

disampaikan.

Menyampaikan

gagasan dengan

Sangat baik = jika

memenuhi 4 point dari

deskripsi

Baik = jika memenuhi 3

poin

Cukup = jika memenuhi 2

poiin

Page 14: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitianrepository.upi.edu/20904/6/S_SEJ_1105644_Chapter3.pdfmenyimak sampai kemampuan siswa berbicara atau berkomunikasi saat pembelajaran,

40

Unis Munasifah, 2015

PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menyajikan dampak

yang ditimbulkan dari

materi yang

disampaikan.

Kurang = jika memenuhi

satu poin

Skor4=Sangat Baik

Skor 3 = Baik

Skor 2 = Cukup

Skor 1 = kurang

Menyampaikan

gagasan sesuai dengan

sumber yang relevan

Menyampaikan

gagasan kronoligis

dengan menggunakan

sumber yang jelas

Menyampaikan

gagasan yang fokus

terhadap materi yang

disampaikan

Sangat baik = jika

memenuhi 4 point dari

deskripsi

Baik = jika memenuhi 3

poin

Cukup = jika memenuhi 2

poiin

Kurang = jika memenuhi

satu poin

Skor4=Sangat Baik

Skor 3 = Baik

Skor 2 = Cukup

Skor 1 = kurang

Menghargai adanya

perbedaan pendapat

yang disampaikan

Menerima pendapat

yang disampaikan oleh

siswa lain

Mengajukan

pertanyaan dan

gagasan dengan

percaya diri tanpa

menyalahkan pendapat

yang disampaikan

Sangat baik = jika

memenuhi 4 point dari

deskripsi

Baik = jika memenuhi 3

poin

Page 15: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitianrepository.upi.edu/20904/6/S_SEJ_1105644_Chapter3.pdfmenyimak sampai kemampuan siswa berbicara atau berkomunikasi saat pembelajaran,

41

Unis Munasifah, 2015

PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa lain

Menerima masukan

yang diberikan oleh

siswa lain

Cukup = jika memenuhi 2

poiin

Kurang = jika memenuhi

satu poin

Skor4=Sangat Baik

Skor 3 = Baik

Skor 2 = Cukup

Skor 1 = kurang

Adanya interaksi antar

guru dan siswa yang

menyampaikan dan

mendengarkan

Memberikan

kesimpulan materi

yang telah dipelajari

Menyampaikan inti

materi secara lisan.

Memberikan

kesempatan siswa

untuk memberikan

kesimpulan

Sangat baik = jika

memenuhi 4 point dari

deskripsi

Baik = jika memenuhi 3

poin

Cukup = jika memenuhi 2

poiin

Kurang = jika memenuhi

satu poin

Skor4=Sangat Baik

Skor 3 = Baik

Skor 2 = Cukup

Skor 1 = kurang

Menyampaikan materi

dan memberikan

tanggapan terhadap

materi yang telah

dipelajari

Menyimpulkan inti

materi secara lisan

Menyampaikan

tanggapan dan

manfaat materi yang

telah dipelajari

Sangat baik = jika

memenuhi 4 point dari

deskripsi

Baik = jika memenuhi 3

poin

Page 16: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitianrepository.upi.edu/20904/6/S_SEJ_1105644_Chapter3.pdfmenyimak sampai kemampuan siswa berbicara atau berkomunikasi saat pembelajaran,

42

Unis Munasifah, 2015

PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Cukup = jika memenuhi 2

poiin

Kurang = jika memenuhi

satu poin

Skor4=Sangat Baik

Skor 3 = Baik

Skor 2 = Cukup

Skor 1 = kurang

Page 17: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitianrepository.upi.edu/20904/6/S_SEJ_1105644_Chapter3.pdfmenyimak sampai kemampuan siswa berbicara atau berkomunikasi saat pembelajaran,

43

Unis Munasifah, 2015

PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.3

Lembar Observasi Pelaksanaan Metode Problem Posing Learning

No Aspek Pengamatan Pelaksanaan Metode PPL 4 3 2 1

1. Guru membagi siswa kedalam beberapa

kelompok, setiap kelompok maksimal 3 orang.

2. Guru menyampaikan suatu peristiwa melalui

gambar, video, film dll.

3. Siswa menyimak penjelasan guru melalui

gambar, video, film dll.

4. Guru meminta siswa untuk mencari berbagai

macam sumber informasi untuk merekonstruksi

suatu peristiwa atau permasalahan secara

kronologis.

5. Siswa mendiskusikan dalam kelompok kecil

mengenai peristiwa atau permasalahan yang

telah disampaikan oleh guru.

6. Guru meminta siswa untuk mempresentasikan

hasil diskusi kelompok kecil dikelas.

7. Guru meminta siswa untuk mendiskusikan

kembali mengenai peristiwa tersebut dalam

kelompok besar/dikelas. Saat diskusi, siswa

diminta untuk aktif bertanya, menyampaikan

pendapat, atau menanggapi.

8. Guru meminta siswa untuk membuat laporan

diskusi dalam bentuk peta konsep, timline, atau

produk yang berhubungan dengan berpikir

kronologis.

Jumlah Skor

Page 18: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitianrepository.upi.edu/20904/6/S_SEJ_1105644_Chapter3.pdfmenyimak sampai kemampuan siswa berbicara atau berkomunikasi saat pembelajaran,

44

Unis Munasifah, 2015

PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Lembar Catatan Lapangan

Lembar catatan lapangan digunakan untuk mendapatkan refleksi terhadap

keterlaksanaan pembelajaran dengan metode problem posing learning dan

kemampuan komunikasi siswa. Menurut Suratmi, ( 2013, hlm.45) bahwa :

lembar catatan lapangan merupakan rekaman kejadian yang dilakukan oleh

kolaborator atau teman sejawat maupun peneliti sendiri untuk menuliskan

hal-hal yang belum terekam melalui lembar observasi.”

Maka lembar catatan lapangan berfungsi untuk mengetahui sejauh mana

keterlaksaan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode problem

posing learning untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa dalam

pembelajaran sejarah.

Tabel 3.4

Lembar Catatan Lapangan

Nama Sekolah :

Kelas :

Hari,Tanggal :

Waktu :

Waktu Deskripsi Pembelajaran Komentar/Refleksi

Page 19: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitianrepository.upi.edu/20904/6/S_SEJ_1105644_Chapter3.pdfmenyimak sampai kemampuan siswa berbicara atau berkomunikasi saat pembelajaran,

45

Unis Munasifah, 2015

PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Jurnal Kesan Siswa

Tujuan dari jurnal kesan siswa untuk memperoleh gambaran mengenai

kesan atau minat siswa dalam pembelajaran. Selain itu jurnal kesan siswa juga

dapat memberikan informasi yang dapat dijadikan sebagai informasi tambahan

dalam mengukur kemampuan komunikasi siswa dalam pembelajaran sejarah yang

didalamnya siswa dapat mengungkapkan kesulitan selama pembelajaran sedang

berlangsung, sehingga guru dapat memperbaiki pembelajaran selanjutnya, serta

mengetahui gambaran siswa mengenai perasaan atau kesan saat belajar

menggunakan metode problem posing learning.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan mengadakan

pengamatan langsung terhadap suatu objek dalam suatu periode tertentu dan

mengadakan pencatatan secara sistematis tentanghal-ha tertentu yang diamati

(Firdaus, 2011). Sedangkan menurut Sutrisno Hadi (1986) dalam buku sugiono

(2014, hlm. 203), observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses

yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang

terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Maka dengan demikian

teknik pengumpulan datanya dengan menggunakan pedoman observasi.

2. Catatan Lapangan

Bogdan dan Biklen (1982) dalam blog Nugroho (2013), catatan lapangan

adalah catatan tertulis mengenai apa yang didengar, dilihat, dialami,dan dipikirkan

dalam proses pengumpulan data dan merupakan refleksi terhadap data penelitian.

Penelitian harus memiliki catatan lapangan seperti ini karena nantinya akan

menjadi dasar analisis dan data lapangan yang sangat banyak tidak mungkin

dihapalkan oleh peneliti.

3. Catatan harian siswa

Jurnal kesan siswa digunakan untuk mengetahui kesan siswa selama

pembelajaran. Teknik ini dipilih karena dapat menyalurkan perasaan siswa dalam

bentuk tulisan selama pembelajaran di kelas, sehingga siswa lebih leluasa

mengungkpan kesan, kesulitan dalam belajar, terutama kurangnya kemampuan

Page 20: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitianrepository.upi.edu/20904/6/S_SEJ_1105644_Chapter3.pdfmenyimak sampai kemampuan siswa berbicara atau berkomunikasi saat pembelajaran,

46

Unis Munasifah, 2015

PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa dalam menyampaikan gagasan atau pendapat sehingga kurangnya

kemampuan komunikasi yang terjadi pada siswa saat pembelajaran sedang

berlangsung.

G. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data merupakan bagian yang amat penting dalam metode

ilmiah, karena dengan pengolahan data, data tersebut dapat diberi arti dan makna

yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Langkah – langkah

pengolahan data diantaranya : a. Penyusunan data, b. Klasifikasi data, c.

Pengolahan data, d. Interpretasi hasil pengolahan data. Data menurut jenisnya ada

dua yaitu, data kuantitatif dan data kualitatif. Menurut Miles dan Huberman

(dalam Hopkins, 2011) kegiatan pengolahan data kualitatif diantaranya:

1. Reduksi data : dapat diartikan sebagai suatu proses pemilihan data,

pemusatan perhatian pada penyederhanaan data, pengabstrakan data dan

transformasi data yang kasar yang muncul dari catatan catatan tertuli

dilapangan.

2. Penyajian data : dapat dijadikan sebagai kumpulan informasi yang tersusun

sehingga memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan.

3. Menarik kesimpulan/verifikasi : Sejak langkah awal dalam pengumpulan

data, peneliti sudah mulai mencari arti tentang segala hal yang telah dicatat

atau disusun menjadi suatu konfigurasi tertentu.

Sedangkan kegiatan pengolahan data kuantitatif diantaranya:

1. Mengelompokan data : data kualitatif tidak memerlukan perhitungan

matematis sedangkan data kuantitatif memerlukan adanya perhitungsn

matematis.

2. Kegiatan awal dalam mengelompokan data : agar data dapat dikelompokan

secara baik, perlu dilakukan kegiatan awal sebagai berikut : Editing, Coding,

Tabulating.

3. Pengolahan statistik sederhana adalah cara mengolah data kuantitatif

sehingga data mempunyai arti

Page 21: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitianrepository.upi.edu/20904/6/S_SEJ_1105644_Chapter3.pdfmenyimak sampai kemampuan siswa berbicara atau berkomunikasi saat pembelajaran,

47

Unis Munasifah, 2015

PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jadi dapat dipahami bahwa fungsi dari pengolahan data adalah untuk

mengetahui sejauh mana penelitian akan dilakukan serta dengan pengolahan data ,

data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan

masalah penelitian sehingga ketika penelitian berlangsung, peneliti dapat

mengetahu permasalahan yang sedang terjadi.

H. Teknik Validasi Data

Data yang dipercaya kebenarannya adalah data yang telah diuji validasinya.

Data tersebut akan disebut valid jika data tersebut dapat mengukur data yang telah

diuji kebenarannya. Validasi juga salah satu syarat penting untuk melakukan

semua jenis penelitian termasuk penelitian tindakan kelas. Kegiatan yang

dilakukan dalam validasi adalah:

1. Member Check

Menurut Sugiono, (2009, hlm.375) “ Member Check adalah proses

pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data”. Sedangkan

menurut Wiriaatmadja, (2012, hlm.168) Member Check ialah :

memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang

diperoleh selama observasi atau wawancara dari narasumber apakah

keterangan,atau informasi atau penjelasan itu tetap sifatnya atau tidak

berubah sehingga dapat dipastikan keajegannya dan data itu terperiksa

kebenarannya.

Dalam penelitian ini Member Check mengkinfirmasi atau memeriksa kembali

data yang sudah diperoleh untuk melihat apakah informasi itu berubah atau tetap.

2. Auditrail

Menurut Hasan, H., dkk. (2011, hlm 80), bahwa “... menggunakan Auditrail

untuk memvalidasi penelitian dengan cara yang biasa digunakan untuk mengaudit.

Cara ini bermanfaat untuk memeriksa catatan-catatan yang dibuat oleh peneliti

atau observer. Hal ini berguna apabila peneliti akan mengecek informasi atau data

yang ada atau waktu mempersiapkan laporan “. Maka dalam cara Auditrail

peneliti atau observer mampu memeriksa catatan-catatan penting yang terdapat

saat penelitian sedang berlangsung hal ini untuk mengetahui kesalahan atau

kekurangan yang terjadi dalampenelitian.

Page 22: BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitianrepository.upi.edu/20904/6/S_SEJ_1105644_Chapter3.pdfmenyimak sampai kemampuan siswa berbicara atau berkomunikasi saat pembelajaran,

48

Unis Munasifah, 2015

PENERAPAN METODE PROBLEM POSING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Expert Opinion

Menurut Hopkins dalam Wiriaatmadja (2007, hlm. 171) Expert Opinion

yakni dengan meminta kepada pakar atau pembeimbing untuk memeriksa semua

tahapan-tahapan kegiatan penelitian dan memberikan arahan atau judgements

terhadap masalah-masalah penelitian yang anda kemukakan. Dalam penelitian ini,

peneliti peneliti meminta pakar/ahli untuk memeriksa semua tahapan penelitian

dan akan memberikan pendapat dan arahan atau judgement terhadap

permasalahan ataupun langkah-langkah dalam penelitian.