If you can't read please download the document
Upload
vutram
View
223
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah quasi experiment atau eksperimen semu.
Quasi experiment mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi
pelaksanaan eksperimen. Dalam penelitian di sekolah, sering tidak
memungkinkan untuk menentukan kelompok kontrol sesuai dengan kaidah
dalam penelitian eksperimen. Hal ini dikarenakan siswa telah dikelompokkan
kedalam kelas-kelas. Oleh karena itu, quasi experiment digunakan apabila sulit
mendapatkan kelompok kontrol.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 6 Yogyakarta yang beralamat
di Jalan RW Monginsidi 1 Yogyakarta, Cokrodiningratan, Kecamatan Jetis,
Kota Yogyakarta. Pengambilan data dilaksanakan pada tahun ajaran 2016/2017
semester genap, yaitu pada tanggal 5 sampai 26 Januari 2017. Jadwal
pelaksanaan penelitian selengkapnya dapat dilihat pada lampiran A halaman 99.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP
Negeri 6 Yogyakarta tahun pelajaran 2016/2017 yang terdiri dari 7 kelas, yaitu
35
kelas VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, VIII E, VIII F, dan VIII G. Masing-masing
kelas terdiri dari 34 siswa.
2. Sampel Penelitian
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara acak karena
setiap kelas mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel.
Pengambilan dua kelas dilakukan secara acak dengan mengundi tujuh kelas di
SMP Negeri 6 Yogyakarta yaitu kelas VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, VIII E,
VIII F, dan VIII G. Dari hasil undian diperoleh kelas VIII E dan kelas VIII F
sebagai sampel penelitian. Selanjutnya dilakukan undian lagi untuk menentukan
kelas mana yang menjadi kelas eksperimen dan kelas mana yang menjadi kelas
kontrol. Dari undian diperoleh kelas VIII E sebagai kelas kontrol dan kelas VIII
F sebagai kelas eksperimen.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran. Strategi
pembelajaran yang digunakan terdiri dari dua macam, yaitu strategi metakognitif
dan strategi ekspositori. Strategi metakognitif diterapkan di kelas eksperimen,
sedangkan strategi ekspositori diterapkan di kelas kontrol.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Yogyakarta. Kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa diperoleh dari hasil pretest dan posttest
pada kedua kelas.
36
Variabel yang dikontrol dalam penelitian ini meliputi guru yang
mengajar, materi pelajaran, dan jumlah jam pelajaran. Pembelajaran pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan oleh guru yang sama
yaitu peneliti, materi pelajaran yang sama yaitu lingkaran, dan jumlah jam
pelajaran yang sama yaitu 16 jam pelajaran.
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-
istilah pada variabel penelitian, perlu dikembangkan definisi operasional
variabel sebagai berikut.
1. Strategi Metakognitif
Pembelajaran dengan strategi metakognitif pada penelitian ini
didefinisikan sebagai kegiatan pembelajaran yang mengacu pada pengetahuan,
ketrampilan, dan kesadaran terhadap kognitif seseorang sehingga dapat
membantu orang tersebut dalam mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.
Strategi metakognitif meliputi aktivitas merencanakan (planning), memantau
(monitoring), dan mengevaluasi hasil belajar yang telah dilakukan (evaluating).
2. Strategi Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi pembelajaran yang
berpusat pada guru, dengan guru merupakan sumber informasi utama bagi siswa.
Strategi ekspositori mencakup langkah-langkah sebagai berikut. (1) pembukaan,
dengan menyampaikan tujuan, motivasi, dan apersepsi, (2) isi, ceramah materi
pelajaran/rumus, memberikan contoh soal dan latihan soal, serta (3) penutup,
ditutup dengan kesimpulan dan PR (Pekerjaan Rumah) atau kuis.
37
3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
Kemampuan pemecahan masalah matematika didefinisikan sebagai
kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa untuk mengatasi berbagai
permasalahan matematika yang diberikan oleh guru. Kemampuan tersebut
meliputi kemampuan memahami masalah, merencanakan penyelesaian masalah,
menyelesaikan masalah sesuai rencana, serta menginterpretasikan jawaban ke
masalah semula. Indikator dari setiap aspek tersebut disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
No. Aspek yang diukur Indikator
1. Memahami masalah 1.1.Siswa dapat menuliskan informasi yang
diketahui pada soal.
1.2.Siswa dapat menuliskan masalah yang
perlu diselesaikan.
1.3.Siswa dapat membuat ilustrasi untuk
menggambarkan situasi soal jika
diperlukan.
2. Merencanakan penyelesaian
masalah
2.1.Siswa dapat merepresentasikan
informasi yang terdapat pada soal ke
dalam notasi matematika.
2.2.Siswa dapat menyusun langkah-langkah
atau strategi yang akan digunakan untuk
menyelesaikan masalah.
3. Menyelesaikan masalah
sesuai rencana
3.1.Siswa dapat menyelesaikan masalah
dengan rumus atau langkah-langkah
yang sesuai dengan rencana
penyelesaian.
3.2.Siswa dapat melakukan perhitungan
sesuai rencana penyelesaian dengan
benar.
4. Menginterpretasikan
jawaban ke masalah semula
4.1.Siswa dapat menjelaskan hasil yang
diperoleh dari perhitungan ke
permasalahan semula dengan kalimat
yang benar.
38
F. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest-posttest
control group design. Pada desain penelitian ini terdapat dua kelompok sampel
yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang dipilih secara random,
kemudian kedua kelompok ini diberi pretest untuk mengetahui kemampuan
awal, setelah itu diberikan perlakuan/treatment dan dilanjutkan dengan posttest
untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Desain
penelitian pretest-posttest control group design diilustrasikan sebagai berikut.
Tabel 2. Desain Penelitian pretest-posttest control group design
Group Pretest Treatment Posttest
E O1 XM O2
K O3 XK O4
Keterangan:
E = kelas eksperimen
K = kelas kontrol
O1 = pretest kelas eksperimen
O3 = pretest kelas kontrol
XM = pembelajaran dengan strategi metakognitif
XK = pembelajaran dengan strategi ekspositori
O2 = posttest kelas eksperimen
O4 = posttest kelas kontrol
G. Perangkat Pembelajaran
Untuk memperlancar proses pembelajaran, maka perlu disusun perangkat
pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan
Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Sebelum perangkat pembelajaran ini digunakan
untuk penelitian, perangkat pembelajaran dikonsultasikan pada dosen
pembimbing, perangkat pembelajaran juga divalidasi dan direvisi sesuai saran.
39
Berikut penjelasan mengenai perangkat pembelajaran yang digunakan dalam
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
1. Perangkat Pembelajaran Kelas Eksperimen
Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam kelas eksperimen berupa
RPP dan LKS. RPP merupakan pedoman dan langkah-langkah kegiatan yang
akan dilakukan di dalam kelas pada setiap pertemuan. RPP yang digunakan
dalam kelas eksperimen sesuai dengan langkah-langkah dalam strategi
metakognitif yaitu meliputi kegiatan perencanaan, pemantauan, dan evaluasi.
RPP kelas eksperimen dapat dilihat pada lampiran B.1. halaman 102.
Pada setiap pertemuan, pembelajaran dilaksanakan dengan media LKS.
LKS disusun untuk memfasilitasi siswa dalam memahami materi dengan
menggunakan strategi metakognitif, sehingga pembelajaran yang dilakukan
siswa menjadi bermakna. LKS berisi tentang petunjuk penggunaan LKS,
indikator pencapaian tujuan pembelajaran, informasi keterkaitan materi yang
akan dipelajari dengan materi yang telah dimiliki, maupun kegiatan-kegiatan
yang harus diselesaikan oleh siswa. Pada setiap kegiatan tersebut, terdapat
perintah untuk memeriksa kembali langkah-langkah yang telah dilakukan dan
melakukan perbaikan jika terdapat kesalahan.Selain itu, dalam LKS juga
terdapat pertanyaan-pertanyaan yang dapat membantu siswa untuk melakukan
penilaian terhadap apa yang telah dikerjakan. LKS dapat dilihat pada lampiran
B.3. halaman 166.
40
2. Perangkat Pembelajaran Kelas Kontrol
Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam kelas kontrol hanyalah
RPP, artinya tidak menggunakan media LKS. Hal ini dikarenakan pembelajaran
yang dilaksanakan dalam kelas kontrol menggunakan strategi ekspositori dimana
guru tidak terbiasa menggunakan LKS dalam proses pembelajarannya.
Penyusunan RPP untuk kelas kontrol disesuaikan dengan langkah-langkah pada
strategi ekspositori. RPP memberikan pedoman bagi guru dalam memberikan
motivasi dan menarik perhatian siswa, menjelaskan tujuan pembelajaran,
memberikan apersepsi, menjelaskan materi pelajaran, memberikan contoh-
contoh sehubungan dengan materi pelajaran, memberikan pertanyaan kepada
siswa dengan tujuan untukmengetahui sampai manakah materi pelajaran telah
dikuasai, memberikan soal latihan, serta membuat simpulan. RPP kelas kontrol
dapat dilihat pada lampiran B.2. halaman 136.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen data
kuantitatif dan kualitatif. Instrumen data kuantitatif berupa tes kemampuan
pemecahan masalah matematis, sedangkan instrumen data kualitatif berupa
lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Berikut ini akan dijelaskan
tentang instrumen penelitian secara rinci.
1. Instrumen data kuantitatif
Instrumen data kuantitatif berupa tes kemampuan pemecahan masalah
matematis yang digunakan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Terdapat dua jenis tes
41
yang digunakan dalam penelitian yaitu pretest dan posttest.Pretest dan posttest
dilakukan di kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Pretest digunakan untuk
mengukur kemampuan awal siswa terhadap pemecahan masalah matematis
sebelum pelaksanaan pembelajaran, sedangkan posttest digunakan untuk
mengukur kemampuan pemecahan masalah matematis siswa setelah
pembelajaran selesai dilaksanakan. Penyusunan instrumen didasarkan pada
indikator kemampuan pemecahan masalah matematis.
Soal pretest dan posttest dalam penelitian ini berupa soal uraian yang
terdiri dari 5 butir soal. Hal ini bertujuan agar penulis dapat mengetahui proses
pengerjaan soal oleh siswa sehingga dapat diketahui apakah siswa sudah
mempunyai komponen-komponen kemampuan pemecahan masalah atau belum.
Soal yang digunakan dalam pretest dan posttest dibuat setipe dengan tingkat
kesulitan yang sama. Sebelum instrumen ini digunakan untuk pengambilan data,
instrumen dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan divalidasi oleh dosen
ahli. Kisi-kisi dan instrumen tes kemampuan pemecahan masalah matematika
dapat dilihat pada lampiran C halaman 223.
2. Instrumen data kualitatif
Instrumen data kualitatif berupa lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran. Pada penelitian ini disusun dua macam lembar observasi, yaitu
lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen yang
menggunakan strategi metakognitif dan lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran pada kelas kontrol yang menggunakan strategi ekspositori. Lembar
observasi disusun sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran untuk kelas
42
eksperimen dan kelas kontrol. Lembar observasi ini akan digunakan dengan cara
observasi langsung oleh satu observer pada masing-masing kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Aktifitas guru dan siswa selama proses pembelajaran akan
diamati apakah telah sesuai dengan aspek-aspek yang diharapkan. Kriteria untuk
mengisi lembar observasi adalah dengan memberi tanda centang pada
kolom Ya jika aspek yang diamati terlaksana dan memberi tanda centang
pada kolom Tidak jika aspek yang diamati tidak terlaksana.
Selain lembar observasi, peneliti juga menyiapkan alat bantu observasi
berupa lembar catatan lapangan untuk mencatat hal-hal tambahan yang tidak
termuat dalam lembar observasi. Hasil catatan lapangan ini digunakan sebagai
bahan evaluasi untuk melakukan perbaikan bagi peneliti dalam melaksanakan
pembelajaran pada pertemuan selanjutnya.
I. Validitas Instrumen
Sebelum instrumen digunakan untuk pengambilan data, maka perlu
dilakukan validasi terhadap instrumen tersebut. Sugiyono (2011:121)
menyatakan bahwa suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Jika instrumen
dikatakan tidak valid, maka instrumen harus diperbaiki hingga instrumen
tersebut dapat dikatakan valid dan layak untuk digunakan dalam pengambilan
data. Validitas instrumen yang digunakan terdiri dari validitas isi dan validitas
konstruk.
Validitas isi adalah derajat dimana sebuah tes mengukur cakupan
substansi yang ingin diukur (Sukardi, 2011:123). Validitas isi pada umumnya
43
ditentukan melalui pertimbangan para ahli. Proses validasi diawali dengan
pengamatan instrumen oleh para ahli, kemudian para ahli mengoreksi semua
item-item pada instrumen sesuai atau tidak dengan kisi-kisi instrumen, dan
selanjutnya instrumen direvisi berdasarkan masukan para ahli. Setelah
memeriksa hasil revisi dan mengevaluasi secara sistematis, para ahli
memberikan penilaian apakah instrumen layak digunakan atau tidak. Kriteria
penilaian instrumen ada tiga yaitu instrumen layak digunakan tanpa revisi,
layak digunakan dengan revisi, atau tidak layak digunakan. Instrumen pada
penelitian ini divalidasi oleh dua dosen ahli Jurusan Pendidikan Matematika
FMIPA UNY. Instrumen yang divalidasi oleh para ahli berupa instrumen tes
kemampuan pemecahan masalah matematis, lembar observasi keterlaksanaan
pembelajaran, RPP, dan LKS. Hasil keterangan validasi oleh dosen ahli dapat
dilihat selengkapnya pada lampiran F halaman 306.
Selain itu, dalam penelitian ini juga dilakukan validitas konstruk
terhadap butir soal tes kemampuan pemecahan masalah matematis yang
diberikan. Validitas konstruk adalah validitas yang mengukur sejauh mana item-
item tes mampu mengukur apa yang benar-benar ingin diukur sesuai dengan
konsep dan definisi konseptual yang telah ditetapkan. Adapun rumus yang
digunakan adalah rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh
Pearson dalam Sugiyono (2010:212) sebagai berikut.
44
Keterangan:
: koefisien korelasi N : jumlah subjek
X : skor item
Y : skor total
Pengambilan keputusan yang dilakukan adalah dengan membandingkan
dengan pada taraf signifikansi 5%. Jika maka soal
valid, sedangkan jika maka soal tidak valid. Hasil perhitungan
uji validitas konstruk dari soal tes kemampuan pemecahan masalah matematis
dapat dilihat pada lampiran E.1. halaman 298.
J. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh pembelajaran dengan strategi metakognitif,
yang pertama akan diuji efektivitas strategi metakognitif ditinjau dari
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, dan yang kedua akan diuji
apakah terdapat perbedaan signifikan dalam hal kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan
strategi metakognitif dan yang mengikuti pembelajaran dengan strategi
ekspositori. Untuk menguji dua hal tersebut, dilakukan analisis data pada nilai
pretest dan posttest kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Dalam
penelitian ini, analisis data yang digunakan meliputi analisis deskriptif, uji
asumsi analisis, uji perbedaan kemampuan awal, dan uji hipotesis.
Analisis deskriptif adalah teknik analisis yang memberikan informasi
hanya mengenai data yang diamati dan tidak bertujuan untuk membuat
kesimpulan yang berlaku secara umum. Untuk membuat kesimpulan yang
45
berlaku secara umum digunakan uji hipotesis, namun sebelumnya dilakukan uji
asumsi analisis dan uji perbedaan kemampuan awal terlebih dahulu. Uji asumsi
analisis digunakan terhadap pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Sedangkan uji perbedaan kemampuan awal digunakan untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan antara kemampuan awal kelas
eksperimen dengan kemampuan awal kelas kontrol. Uji perbedaan kemampuan
awal tersebut dilakukan dengan menggunakan rata-rata nilai pretest kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Hasil uji perbedaan kemampuan awal tersebut
akan menentukan uji hipotesis yang akan digunakan.
Berikut ini dijelaskan mengenai analisis deskriptif, uji asumsi analisis, uji
perbedaan kemampuan awal, dan uji hipotesis yang dilakukan dalam penelitian
ini.
1. Analisis Deskriptif
Data yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah data hasil observasi
keterlaksanaan pembelajaran dan data hasil tes kemampuan pemecahan masalah
matematis yang terdiri dari data pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Uraiannya adalah sebagai berikut.
a. Data Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Data hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran diperoleh dari kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Data hasil observasi akan dianalisis dengan skor 1
untuk pilihan jawaban ya dan skor 0 untuk pilihan jawaban tidak. Cara
menghitung persentase skornya adalah sebagai berikut.
46
Data hasil perhitungan kemudian dikualifikasikan sendiri oleh peneliti
dengan ketentuan seperti pada tabel berikut.
Tabel 3. Kualifikasi Keterlaksanaan Pembelajaran
No. Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran Kualifikasi
1. 80% P 100% Sangat Baik
2. 60% P< 80% Baik
3. 40% P< 60% Cukup
4. 20% P< 40% Rendah
5. 0% P< 20% Sangat Rendah
b. Data Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Data pretest dan posttest kemampuan pemecahan masalah matematis
dideskripsikan dengan menggunakan teknik statistik. Teknik statistik yang
digunakan meliputi rata-rata, variansi, simpangan baku, nilai tertinggi, dan nilai
terendah.
2. Uji Asumsi Analisis
Uji analisis asumsi meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Berikut
penjelasannya secara lengkap.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data nilai pretest dan
posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang
berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini, uji normalitas yang
digunakan adalah uji normalitas Kolmogorov Smirnov dengan taraf signifikansi
= 0,05.
Untuk perumusan hipotesis yang digunakan dalam uji normalitas ini
adalah sebagai berikut.
47
Dengan kriteria keputusan ditolak jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) kurang
dari = 0,05. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS
16.0.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
memiliki kesamaan variansi atau tidak. Uji ini dilakukan pada nilai pretest dan
posttest menggunakan Uji Levene Test dengan taraf signifikansi = 0,05.
Pengujian dilakukan dengan bantuan SPSS 16.
Perumusan hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah
sebagai berikut.
(data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki variansi yang
sama)
(data kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki variansi yang
berbeda)
Kriteria keputusannya adalah ditolak jika nilai Sig. pada tabel Test of
Homogeneity of variances kurang dari = 0,05.
3. Uji Perbedaan Kemampuan Awal
Sebelum melanjutkan ke uji hipotesis, perlu dilakukan uji perbedaan
kemampuan nilai awal. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat
kemampuan nilai awal antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji
perbedaan kemampuan awal tersebut dilakukan dengan menggunakan rata-rata
48
nilai pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan uji independent-sample t-test dengan bantuan software SPSS versi
16.0 dengan taraf signifikansi yang digunakan = 0,05. Hasil uji perbedaan
kemampuan awal tersebut akan menentukan uji hipotesis yang digunakan.
Hipotesis yang digunakan dalam pengujian kemampuan nilai awal adalah
sebagai berikut.
(tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata kemampuan awal
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol)
(terdapat perbedaan nilai rata-rata kemampuan awal siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol)
Kriteria keputusannya adalah ditolak jika nilai Sig. (2-tailed) kurang dari =
0,05.
4. Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil uji kemampuan nilai awal diperoleh dua kemungkinan
yaitu tidak terdapat perbedaan kemampuan awal antara siswa kelas eksperimen
dan kelas kontrol atau terdapat perbedaan kemampuan awal antara siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Berikut penjelasan uji hipotesis yang akan
digunakan berdasarkan dua kemungkinan tersebut.
a. Tidak Terdapat Perbedaan Kemampuan Awal
Apabila dari hasil uji kemampuan nilai awal diperoleh kesimpulan bahwa
tidak terdapat perbedaan kemampuan awal antara siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol, maka uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan nilai posttest
dari kedua kelas tersebut. Berikut penjelasan tentang uji hipotesis yang akan
dilakukan.
49
1) Pengujian hipotesis untuk menjawab rumusan masalah 1
Strategi metakognitif efektif digunakan dalam pembelajaran matematika
ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa jika rata-rata nilai
posttest siswa kelas eksperimen minimal mencapai 78. Suharsimi Arikunto
(1997:251) menyatakan bahwa nilai pada rentang 66-79 termasuk dalam
kategori baik. Pemilihan kriteria minimal juga didasarkan pada KKM di SMP
Negeri 6 Yogyakarta yaitu 78. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut.
(strategi metakognitif tidak efektif digunakan dalam
pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa)
(strategi metakognitif efektif digunakan dalam
pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa)
Keterangan:
: rata-rata nilai posttest kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan strategi metakognitif (kelas
eksperimen).
Jika data berdistribusi normal dan homogen maka uji statistik yang
digunakan adalah uji one sample t-test dengan taraf signifikansi = 0,05
menggunakan bantuan software SPSS versi 16.0. Kriteria keputusan yang
diambil adalah ditolak jika nilai Sig. kurang dari = 0,05.
2) Pengujian hipotesis untuk menjawab rumusan masalah 2
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran
matematika dengan strategi metakognitif dan yang mengikuti pembelajaran
dengan strategi ekspositori, perlu dilakukan pengujian terhadap rata-rata nilai
posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengujian dilakukan dengan
50
menggunakan uji independent-sample t-test dengan bantuan software SPSS versi
16.0 dengan taraf signifikansi yang digunakan = 0,05. Hipotesis yang
digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut.
(tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol)
(terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol)
Keterangan:
: rata-rata nilai posttest kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan strategi metakognitif (kelas
eksperimen).
: rata-rata nilai posttest kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori (kelas kontrol).
Kriteria keputusannya adalah ditolak jika nilai Sig. (2-tailed) kurang dari =
0,05.
3) Pengujian hipotesis untuk menjawab rumusan masalah 3
Strategi metakognitif dikatakan berpengaruh terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa jika mencakup dua hal berikut.
a) Strategi metakognitif efektif digunakan dalam pembelajaran matematika
ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Untuk
mengetahui efektivitas strategi metakognitif ini dapat melihat hasil pengujian
hipotesis pada rumusan masalah yang pertama.
b) Terdapat perbedaan signifikan dalam hal kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan strategi
metakognitif dan yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori.
51
Kesimpulan tentang perbedaan ini dapat dilihat pada hasil pengujian
hipotesis pada rumusan masalah yang kedua. Jika terdapat perbedaan yang
signifikan, maka perlu ditunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi metakognitif
lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori.
Strategi metakognitif dikatakan lebih baik ditinjau dari kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa dibandingkan dengan strategi
ekspositori, apabila rata-rata nilai posttest siswa kelas eksperimen lebih
tinggi dari rata-rata nilai posttest kelas kontrol. Pengujian dilakukan dengan
menggunakan uji independent-sample t-test dengan bantuan software SPSS
versi 16.0 dengan taraf signifikansi yang digunakan = 0,05. Hipotesis
yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut.
(pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif
ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa tidak lebih baik dibandingkan dengan strategi
ekspositori)
(pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif
ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa lebih baik dibandingkan dengan strategi ekspositori)
Kriteria keputusannya adalah ditolak jika nilai Sig. (2-tailed) kurang dari
= 0,05.
52
b. Terdapat Perbedaan Kemampuan Awal
Apabila dari hasil uji kemampuan nilai awal diperoleh kesimpulan bahwa
terdapat perbedaan kemampuan awal antara siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol, maka uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan data skor gain.
Rumus indeks gain menurut Hake (1999:1) adalah sebagai berikut.
Keterangan:
= Skor posttest
= Skor pretest
= Skor maksimal
Hasil perhitungan skor gain kemudian diinterpretasikan dengan
menggunakan klasifikasi skor gain (Hake, 1999:1) seperti pada tabel berikut.
Tabel 4. Klasifikasi Gain
Skor Gain Klasifikasi
Tinggi
Sedang
Rendah
1) Pengujian hipotesis untuk menjawab rumusan masalah 1
Strategi metakognitif efektif digunakan dalam pembelajaran matematika
ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa jika skor gain
lebih dari atau sama dengan 0,7. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai
berikut.
(strategi metakognitif tidak efektif digunakan dalam
pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa)
(strategi metakognitif efektif digunakan dalam
pembelajaran matematika ditinjau dari kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa)
53
Menurut Sugiyono (2010:96), pengujian hipotesis ini dapat dilakukan
dengan rumus statistika berikut.
Keterangan:
= rata-rata skor gain kelas eksperimen
= banyaknya siswa kelas eksperimen = variansi skor gain kelas eksperimen
= nilai yang dihipotesiskan, yaitu 0,69
Dengan derajat bebas dan = 0,05.
Kriteria keputusannya adalah ditolak jika
2) Pengujian hipotesis untuk menjawab rumusan masalah 2
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang mengikuti pembelajaran
matematika dengan strategi metakognitif dan yang mengikuti pembelajaran
dengan strategi ekspositori, perlu dilakukan pengujian terhadap rata-rata skor
gainkelas eksperimen dan kelas kontrol. Hipotesis yang digunakan dalam
pengujian ini adalah sebagai berikut.
(tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol)
(terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa kelas eksperimen dan
kelas kontrol)
Keterangan:
: rata-rata skor gain kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan strategi metakognitif (kelas eksperimen).
54
: rata-rata skor gain kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori (kelas kontrol).
Menurut Walpole (1992:305), pengujian hipotesis ini dapat dilakukan
dengan rumus statistika berikut.
dengan dan
Keterangan:
= rata-rata skor gain kelas eksperimen
= rata-rata skor gain kelas kontrol
= banyaknya siswa kelas eksperimen = banyaknya siswa kelas kontrol
= variansi skor gain kelas ekperimen
= variansi skor gain kelas kontrol
= simpangan baku gabungan
Kriteria keputusannya adalah ditolak jika .
3) Pengujian hipotesis untuk menjawab rumusan masalah 3
Strategi metakognitif dikatakan berpengaruh terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa jika mencakup dua hal berikut.
a) Strategi metakognitif efektif digunakan dalam pembelajaran matematika
ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Untuk
mengetahui efektivitas strategi metakognitif ini dapat melihat hasil pengujian
hipotesis pada rumusan masalah yang pertama.
b) Terdapat perbedaan signifikan dalam hal kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran matematika dengan strategi
metakognitif dan yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori.
Kesimpulan tentang perbedaan ini dapat dilihat pada hasil pengujian
hipotesis pada rumusan masalah yang kedua. Jika terdapat perbedaan yang
55
signifikan, maka perlu ditunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi metakognitif
lebih baik dibandingkan dengan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa yang mengikuti pembelajaran dengan strategi ekspositori.
Strategi metakognitif dikatakan lebih baik ditinjau dari kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa dibandingkan dengan strategi
ekspositori, apabila rata-rata skor gain siswa kelas eksperimen lebih tinggi
dari rata-rata skor gain kelas kontrol. Hipotesis yang digunakan dalam
pengujian ini adalah sebagai berikut.
(pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif
ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa tidak lebih baik dibandingkan dengan strategi
ekspositori)
(pembelajaran matematika dengan strategi metakognitif
ditinjau dari kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa lebih baik dibandingkan dengan strategi ekspositori)
Menurut Walpole (1992:305), pengujian hipotesis ini dapat dilakukan
dengan rumus statistika berikut.
dengan dan
Keterangan:
= rata-rata skor gain kelas eksperimen
= rata-rata skor gain kelas kontrol
= banyaknya siswa kelas eksperimen = banyaknya siswa kelas kontrol
= variansi skor gain kelas ekperimen
= variansi skor gain kelas kontrol
= simpangan baku gabungan
Kriteria keputusannya adalah ditolak jika .
56
K. Jadwal Penelitian
Tabel 5. Jadwal Penelitian
No. Kegiatan Waktu
1. Penyusunan proposal September Oktober 2016
2. Penyusunan instrumen November Desember 2016
3. Pengambilan data Januari 2017
4. Analisis data Februari 2017
5. Penyusunan laporan Maret April 2017