Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu Dan Tempat
1. Tempat proses pengerjaan pengelasan Aluminium 6061-T6 dikerjakan di
workshop pengelasan divisi metal working PT.INKA (Industri Kereta Api)
Jl. Yos Sudarso No.71, Madiun Lor, Kec. Manguharjo, Kota Madiun,
Jawa Timur.
2. Preparasi, Perlakuan panas PWHT (Post Weld Heat Treatment),
Pendinginan (Quenching) dan pengujian kekerasan (Vickers Hardness)
serta pengamatan struktur mikro dilakukan di laboratorium terpadu Teknik
Mesin Universitas Muhammadiyah Ponorogo Jl. Budi Utomo No.10,
Ronowijayan, Kec. Siman, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur 63471.
3.2 Alat Dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah
sebagai berikut:
1. Mesin las GMAW (Gas Metal Arc Welding), digunakan untuk proses
penyambungan pada pengelasan Aluminium 6061-T6.
2. Mesin Frais, dalam penelitian ini mesin frais digunakan untuk
mengerjakan pembuatan spesimen sesuai standart pengujian yang
digunakan.
3. Mesin Cutting, digunakan untuk memotong benda kerja Aluminium 6061-
T6 sebagai spesimen uji pada penelitian ini.
4. Mesin Uji kekerasan Merk Beijing TIME High Technologi Ltd HVS-
1000Z. ditunjukkan pada gambar 3.6, Alat ini digunakan untuk pengujian
spesimen serta untuk dapat mengetahui nilai kekerasan (HV) Aluminium
6061-T6.
5. Microskop Optik Merk Euromex IM.2153-PLM. ditunjukkan pada gambar
3.7, Alat ini digunakan untuk mengamati perbahan struktur pada spesimen
berupa foto mikro.
23
6. Mesin Amplas (Grinding) dengan ukuran 100, 500, 1000, 2000, berfungsi
untuk menghaluskan permukana benda uji setelah pengerjaan pemotongan
maupun preparasi sebelum ke pengujian.
7. Tungku Pemanas elektrik (Furnance Electric), digunakan untuk proses
perlakuan panas PWHT (Post Weld Heat Treatment) sebelum dilakukan
tahap pendinginan (Quenching).
8. Alat Pendukung, digunakan untuk membantu dalam pengujian,
mengerjakan proses pembuatan spesimen, dan pengelasan spesimen uji,
misalnya amplas, kaca mata pelindung, sarung tangan, sikat kawat baja,
kuas kecil, termometer infra red, wadah untuk media pendingin, kamera
untuk dokumentasi saat proses sebelum dan sesudan pengujian.
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini
adalah sebagai berikut:
1. Dalam penelitian tugas akhir ini Aluminium 6061 atau paduan Al-Mg-Si
digunakan sebagai material utama untuk spesimen pengujian, komposisi
kimia Aluminium 6001 disajikan pada tabel 3.1.
2. Elektroda dalam pengelasan ini menggunakan seri ER5356 dengan ∅ 1.2
mm, komposisi kimia dari elektroda tersebut disajikan pada tabel 3.1.
3. Cairan Minyak Rem (Brake Fluid) DOT3, Air Mineral, Pasir digunakan
sebagai media pendingin (Quenching). Digunakan untuk mendinginkan
spesimen uji setelah dilakukan proses PWHT atau memberi perlakuan
panas pada material, karena dari segi seri Aluminium yang digunakan
memiliki sifat Heat-Treatable.
4. Larutan etsa berupa HF (Hidrogen Fluorida), HCL (asam klorida), HN𝑂3
(asam nitrat), Aquades dan Autosol yang akan bereaksi dan melarutkan
bagian-bagian tertentu.
3.3 Tahap Dan Prosedur Pengelasan
3.3.1 Persiapan Pengelasan
1. Pemilihan material.
2. Pemilihan elektroda.
24
3. Pemilihan sambungan pengelasan.
4. Pemilihan arus, voltase dan laju aliran gas pelindung.
5. Pembuatan kampuh.
3.3.2 Prosedur Pengelasan
Dalam penelitian ini, menggunakan metode pengelasan GMAW (Gas
Metal Arc Welding) MIG (Metal Inert Gas), pada proses pengelasan ini akan
dilaksanakan di workshop metal working di PT.INKA Madiun, menggunakan
material Aluminium 6061. Adapun beberapa prosedur diantaranya:
1. Mempersiapkan lembaran plat Alumunium 6061 dengan dimensi ukuran
panjang 200 mm x lebar 200 mm x ketebalan 6 mm sebanyak 1 lembar.
2. Mempersiapkan mesin las GMAW-MIG yang digunakan untuk proses
pengelasan material Aluminium.
3. Mempersiapkan cekam atau penjepit plat sebelum dilakukan pengelasan,
bertujuan untuk tidak menyebabkan terjadinya deformasi atau perubahan
bentuk oleh panas yang berlebih yang ditimbulkan oleh proses pengelasan
berlangsung.
4. Mempersiapkan elektroda (Filler Metal) AWS ER 5356 ∅ 1.2 mm.
5. Mengatur arus sesuai yang digunakan dalam penelitian ini yakni 130 A.
6. Mengatur laju aliran gas (Gas Flow Rate) 25 L/menit.
7. Mengatur Voltase yakni menggunakan 20 V.
8. Proses penyambungan material dalam pengelasan ini menggunakan
sambungan tumpul (Butt Joint) dan
9. Menggunakan kampuhdalam pengelasan dengan tipe V tunggal 60º
ditunjukkan pada gambar 3.1.
10. Proses pengelasan dilakukan dengan menggunakan posisi 1G (Flat).
3.4 Prosedur Pembuatan Spesimen Uji
3.4.1 Pengambilan Spesimen Uji
Sebelum dilakukan proses pengujian, material sesudah dilakukan
pengerjaan pengelasan akan dilakukan pemotongan untuk mengambil beberapa
sampel uji. Pemotongan sampel uji dapat dilihat pada gambar 3.1 sebagai berikut:
25
Gambar :3.1 Pengambilan Spesimen Uji
3.4.2 Spesimen Pengujian Kekerasan
Pada penelitian ini standar uji yang digunakan merujuk pada standar uji
kekerasan (Vickers Hardness) ASTM E92-82, proses pengerjaan spesimen dan
pengujian dilaksanakan di laboratorium terpadu Teknik Mesin Universitas
Muhammadiyah Ponorogo. Adapun prosedur pembuatan spesimen sebagai
berikut:
1. Data jumlah sampel untuk pengujian kekerasan ditunjukkan pada tabel 3.2
2. Data ukuran spesimen uji kekerasan mengacu pada standar ASTM E92-82
ditunjukkan pada gambar 3.2.
26
3. Langkah pembuatan serta pengambilan sampel bahan uji kekerasan
dilakukan setelah proses pengelasan atau penyambungan selesai seperti
yang ditunjukkan pada gambar 3.1.
4. Pengerjaan pertama, mempersiapkan plat Aluminium 6061 yang sudah
dilakukan proses penyambungan pengelasan.
5. Pengerjaan kedua, pengerjaan pemotongan plat Aluminium 6061 sesuai
ukuran dan pembagian sampel bahan pengujian sebagaimana pada gambar
3.1.
6. Pengerjaan ketiga, finishing plat yang sudah dilakukan pengerjaan
pemotongan bertujuan untuk memperhalus dan merapikan bagian yang
sesudah dipotong.
3.4.3 Spesimen Pengujian Foto Mikro
Proses pengerjaan spesimen uji mikrografi dilaksanakan di lab Teknik
Mesin Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Adapun prosedur pembuatan
spesimen sebagai berikut:
1. Data jumlah sampel pengujian foto mikro ditunjukkan pada tabel 3.2.
2. Data ukuran spesimen foto mikro serta proses etsa mengacu pada standar
ASTM 407-17.
3. Langkah pembuatan spesimen uji foto mikro dilakukan setelah proses
pengelasan dilakukan.
4. Pemotongan dilakukan pada lembaran spesimen Aluminium 6061 dengan
memotong dari 3 bagian daerah logam las yaitu diantara weld metal, HAZ
dan base metal.
5. Pengerjaan selanjutnya finishing untuk merapikan bekas dari proses
pemotongan.
6. Melakukan preparasi grinding menggunakan amplas.
7. Melakukan pengetsaan sebelum proses pengujian atau pengamatan foto
mikro.
27
3.5 Perlakuan panas PWHT (Post Weld Heat Treatment)
(a) (b)
Gambar :3.2 (a) Proses (PWHT) pada Furnance, (b) Waktu Tunggu 1 jam
Pada perlakuan panas PWHT seperti pada gambar 3.2, material yang
sudah dilakukan proses pengelasan dan proses pengerjaan pemotongan sesuai
standar uji ASTM E92-82, spesimen Aluminium 6061-T6 dilakukan proses
perlakuan panas PWHT (Post Weld Heat Treatment) bertujuan untuk
memperbaiki sifat mekanis dan sturktur mikro serta mengurangi tegangan sisa
dari hasil pengelasan, karena sifat dari Aluminium 6061-T6 ini sangat mampu
untuk diberi perlakuan panas (Heat-Treatable). Dengan mengunakan suhu pada
furnance elektrik dengan temperatur 450ºC selama waktu penahanan (Holding
Time) 1 jam, adapun beberapa prosedur-prosedur diantarannya:
1. Langkah pertama, mempersiapkan 6 sampel spesimen uji Aluminium 6061
yang sudah di potong sesuai dimensi ukuran pengujian kekerasan dan
struktur mikro.
2. Langkah kedua, mempersiapkan tungku pemanas elektrik (Furnance
Electric) untuk proses dilakukannnya perlakuan panas pada spesimen.
3. Langkah ketiga, menyalakan dapur pemanas elektrik dan menyetel suhu
yang telah ditentukan pada temperatur 450ºC.
28
4. Langkah keempat, memasukkan spesimen ke dalam ruang dapur pemanas
elektrik tersebut.
5. Langkah kelima, menyetel waktu tahan pemanasan pada tungku elektrik
dengan waktu tahan selama 1 jam.
6. Langkah keenam, setelah penahanan waktu 1 jam dengan suhu 450ºC,
proses dilakukannya pencelupan atau pendinginan (Quenching) secara
kejut dengan variasi media pendingin Air Mineral, Cairan Minyak Rem
DOT3 dan Pasir.
3.6 Pendinginan (Quenching)
(a) (b) (c)
Gambar :3.3 (a) Quenching Mengunakan Cairan Minyak Rem DOT3, (b)
Quenching Menggunakan Air Mineral, (c) Quenching Menggunakan Pasir
Pada penelitian ini proses pendinginan (Quenching) sangat berkaitan erat
dengan proses pemanasan yang sebelumnya dilakukan, sebagaimana proses
Quenching dapat dilihat pada gambar 3.3 seperti diatas. dari proses pencelupan
kedalam media pendingin yang mengunakan 3 variasi yaitu Air Mineral, Cairan
Minyak Rem DOT3 dan Pasir, adapun beberapa prosedur dalam proses
pendinginan sebagaimana berikut ini:
1. Mempersiapkan variasi 3 media pendingin, Air Mineral, Cairan Minyak
Rem DOT3 dan Pasir.
29
2. Mempersiapkan 6 sampel spesimen yang sebelumnya diberi perlakuan
panas sebelum di lakukan proses pendinginan (Quenching) secara kejut
atau tiba-tiba.
3. Meyiapkan wadah untuk menuangkan pasir serta cairan pendingin yang
lain.
4. Mempersiapkan alat pengukur suhu berupa termometer gun infrared.
5. Mengambil spesimen dari dapur pemanas elektrik.
6. Kemudian, proses pencelupan spesimen secara kejut atau tiba-tiba
dilakukan ke dalam masing-masing variasi media pendingin ditunjukkan
pada gambar 3.2.
7. Proses pencelupan ke dalam media pendingin (Quenching) dilakukan
sampai spesimen atau material benar-benar dingin hingga mencapai suhu
normal ruang (20ºC-25ºC).
3.7 Komposisi Kimia
Adapun data komposisi kimia dari Aluminium 6061 dan Filler metal
ER5356 ditunjukkan pada tabel 3.1 dibawah ini:
Tabel 3.1 Komposisi kimia Aluminium 6061 & Filler Metal
Numerical
Chemical Composition (%)
Al Si Fe Ce Mn Mg Cr Zn Ti Cu Be
AL 6061-T6 95,85-
98,56
0,4-
08 0,7
0,15-
0,40 0,15
0,8-
1,2
0,04-
0,35 0,25 0,15
ER 5356 Balance 0,25 0,4 0,05-
0,20
4,5-
5,5
0,05-
0,20 0,1
0,06-
0,20 0,1 0,0003
Sumber :(AWS A5.10, 2012)
3.8 Jumlah Spesimen
Adapun data jumlah spesimen uji dalam penelitian tugas akhir ini
ditunjukkan pada tabel 3.2 sebagai berikut:
30
Tabel 3.2 Data Jumlah Spesimen
No. Jenis Pengujian Variasi Media Pendingin (Quenching)
Non-PWHT
Jumlah Spesimen Air Mineral
Minyak Rem DOT3
Pasir
1 Vickers Hardness 1 1 1 1 4
2 Micro Structure 1 1 1 1 4
Total 8
3.9 Sambungan Pengelasan
Dalam penelitian ini, material aluminium 6061-T6 dengan ukuran 200 mm
x 200 mm x 6 mm sebanyak 1 lembar, dalam proses pengelasan material
menggunakan tipe sambungan tumpul (Butt Joint) dan kampuh sambungan V
tunggal 60º, ditunjukkan pada gambar 3.4:
Gambar :3.4 Bentuk Kampuh Pengelasan V tunggal 60º
31
Keterangan:
- Bentuk Kampuh : Single V Groveweld
- Tipe Sambungan : Butt joint
- Tebal Logam Induk : 6 mm
- Root Opening : 2 mm
- Root Face : 1 mm
- Grove Angle : 60º
3.10 Dimensi Spesimen Kekerasan
Dilihat pada gambar 3.5 pengujian kekerasan pada pengelasan dilakukan
pada tiga bagian yaitu daeran logam las (Weld Metal), HAZ (Heat Effected Zone)
dan Logam Induk (Base Metal). Pengujian kekerasan dilakukan yang mengacu
pada standar ASTM E92-82.
Gambar :3.5 Spesimen Kekerasan Pada Daerah Las
Keterangan:
- Thickness (T) : 6 mm
- Overall Lenght (L) : 50 mm
- Indentor Vickers : Diamond
- Eangle Diamond : 360ᵒ
- Beban penekanan (P) : 2.942 N
- Space Indentor : 1.0 mm
- Penekanan : 9 titik
- Waktu Penekanan : 10 detik
32
3.11 Proses Pengambilan Data
3.11.1 Pengujian Kekerasan (Harness Vickers)
Gambar :3.6 Alat Uji Kekerasan Vickers Beijing Time High Technologi Ltd. Tipe
HVS-1000Z
Pengujian kekerasan ini menggunakan alat uji mikro vickers seperti pada
gambar 3.6 diatas, bertujuan untuk mengetahui dari sifat mekanis kekerasan pada
material meliputi daerah kekerasan weld metal, HAZ dan base metal pada
spesimen Aluminium 6061. Adapun prosedur-prosedur sebagaimana berikut:
1. Mempersiapkan spesimen uji masing-masing 4 sebagaimana pada tabel
3.2 dari spesimen yang di PWHT dan non-PWHT yakni dari ketiga variasi
media pendingin tersebut.
2. Langkah selanjutnya membersihkan sampel spesimen uji dari kerak
maupun kotoran yang menempel.
3. Melakukan preparasi spesimen sampel uji seusai standar ASTM 407-17
sebelelum dilakukan penekanan kekerasan.
4. Melakukan penyetelan pembebanan sebesar 2.942 N pada mesin pengujian
kekerasan.
5. Mempersiapkan pemasangan spesimen pada tatakan optik mesin Vickers
Hardness.
33
6. Menghidupkan mesin pengujian kekerasan dan mesin pencatat dari output
pengujian tersebut.
7. Memulai untuk pengujian kekerasan, dengan waktu penekanan 10 detik
dari setiap titik indentasi dengan spasi 1.5 dari masing-masing indentasi
sebanyak 9 penekanan.
8. Melakukan pengamatan diagonal serta nilai dari kekerasan HV yang
dihasilkan dari uji kekerasan tersebut, serta mengambil data dari setiap
fenomena atau perubahan nilai kekerasan.
3.11.2 Pengamatan Struktur Mikro
Gambar :3.7 Alat Pengujian Mikrostruktur Euromex Tipe IM.2135-PLM
Struktur mikro merupakan butiran-butiran suatu benda logam yang sangat
kecil dan tidak dapat dilihat dengan kasat mata, sehingga perlu menggunakan
bantuan alat mikroskop optik seperti pada gambar 3.7 diatas atau elektron untuk
dilakukannya pemeriksaan butiran struktur butir logam tersebut. Uji struktur
mikro bertujuan untuk mengetahui dan membedakan struktur mikro antara logam
induk (Base Metal), logam las (Weld Metal), dan HAZ (Heat Affected Zone) yang
telah diberikan proses perlakuan panas PWHT dan non-PWHT serta perlakuan
pendinginan. Adapun tahapan prosedur sebagai berikut:
1. Spesimen sesudah disiapkan dilakukan preparasi metalografi serta yang
mengacu pada ASTM 407-17.
34
2. kemudian penghalusan permukaan dengan mesin grinding amplas untuk
mendapatkan specimen halus dan rata, bebas dari kotoran, tidak
berminyak dan mengkilap sehingga dapat meningkatkan kualitas hasil
pemotretan mikrografi yang baik.
3. Permukaan specimen yang akan diamati harus bersih, kering, dan telah
mengalami proses pemolesan (polishing) dengan autosol.
4. Melakukan etsa sesuai ASTM 407-17 dengan menggunakan, 3ml HCL,
2ml HF, 5ml HNO3 dan 190ml Aquades masing-masing dengan
pencelupan kedalam cairan etsa selama 20 detik. Dilakukan etsa di area
permukaan benda uji berguna untuk membersihkan dari sisa–sisa polisher
pada saat pemolesan yang dilakukan dengat teliti dan hati-hati,
dikarenakan material alumunium sangat mudah akan terkena goresan.
Selain itu juga untuk memunculkan batas butiran permukaan benda uji
yang akan diamati.
5. Melakukan pemasangan spesimen pada tatakan mikroskop optik.
6. Pengamatan struktur pada setiap bagian dengan jarak zoom 500x
pembesaran.
7. Pemotretan dilakukan dengan menggunakan perbesaran untuk mengetahui
perubahan struktur pada sampel dari 3 bagian meliputi weld metal, haz dan
base metal.
8. Hasil pemotretan berupa foto mikrografi.
3.12 Diagram Alir Penelitian
Diagram alir keseluruhan dalam penelitian ini, ditunjukkan pada flow
chart seperti pada gambar 3.8 sebagai berikut:
35
Gambar :3.8 Urutan Flow Chart Diagram Alur
Mulai
Studi Literatur
Persiapan Bahan
Proses Pengelasan
Pembuatan Spesimen
Perlakuan Panas
PWHT (Post Weld Heat Treatment)
Temperature : 450°C
Holding Time : 1 Jam
Non PWHT
Pendinginan
(Quenching)
Air Mineral Minyak Rem DOT 3 Pasir
Pengujian Spesimen
Pengujian Kekerasan Struktur Mikro
Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Selesai