Upload
others
View
18
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
28
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian
3.1.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen. Dimana
terdapat dua kelompok dengan kondisi yang homogen. Kelompok pertama
yaitu kelompok kontrol atau kelompok yang tidak diberikan perlakuan,
kelompok yang kedua yaitu kelompok eksperimen, kelompok inilah yang
akan diberikan perlakuan.
Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan
benda kongkret dalam model pembelajaran make a match . Tujuan dari
penelitian eksperimen adalah untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan
sebab-akibat, berapa besar hubungan sebab-akibat tersebut dengan cara
memberikan perlakuan-perlakuan tertentu pada beberapa kelompok
eksperimen dan menyediakan kontrol untuk perbandingan.
3.1.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2011/
2012. Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini yaitu di SD Gugus Perkutut
Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang dengan mengambil 2 SD yaitu
SD Negeri Karangtengah 01 dan SD Negeri Tlogo.
3.1.3 Prosedur Eksperimen
Sesuai desain eksperimen yang akan digunakan maka prosedur
eksperimennya yaitu sebagai berikut:
1. Membuat kisi-kisi tes
2. Menyusun instrumen tes uji coba berdasar kisi-kisi yang ada
3. Mengujicobakan instrumen tes uji coba yang berbentuk pilihan ganda dan
uraian
29
29
4. Menganalisis data hasil instrumen tes uji coba pada kelas uji coba untuk
mengetahui validitas dan reabilitas soal
5. Melakukan tes 1 pada kedua kelompok untuk mengetahui kondisi awalnya
6. Memberi perlakuan pada siswa kelas IV SD Negeri Karangtengah 01
sebagai kelompok kontrol dan SD Negeri Tlogo sebagai kelompok
eksperimen
7. Memberi tes 2 kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
8. Menganalisis hasil yang diperoleh dari tes hasil belajar
9. Menyusun laporan hasil penelitian
Langkah selanjutnya yaitu membuat rancangan penelitian.
Rancangan penelitian yang akan dilakukan yaitu, pertama kali memastikan
kedua kelompok memiliki kondisi awal yang sama, dengan cara melakukan
tes 1 kepada kedua kelompok. Kemudian kelompok kontrol (SD Negeri
Karangtengah 01) diberikan perlakuan secara konvensional sedangkan
kelompok eksperimen (SD Negeri Tlogo) diberikan perlakuan dengan
model pembelajaran make a match dengan menggunakan benda kongkret.
Dilakukan tes 2 untuk mengetahui hasil belajar masing-masing kelompok,
kemudian dianalisis dan digunakan untuk menyusun laporan, terkait
penarikan kesimpulan hasil penelitian. Secara sederhana rancangan
penelitian dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gbr. 3.1
Bagan Rancangan Penelitian Efektifitas Penggunaan Benda Kongkret Pada Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar IPS Kelas IV
SD Di Gugus Perkutut Tuntang Semarang Semester II Tahun Ajaran 2011/2012
Kondisi
A
w
a
l
S
i
s
w
a
s
a
m
a
Kelompok
kont
rol Hasil
B
e
l
a
j
a
r
Perlakuan dengan
pengguna
an benda
kongkret
pada
model
pembelaja
ran make
a match
Perlakuan
konvensio
nal
Kelompok
eksp
erim
en
30
30
Peneliti menggunakan Quasi Experimental Design, jenis desain yang
digunakan Nonequivalent Control Group Design, karena dalam penelitian
ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara
random (Sugiyono, 2011:116). Nonequivalent Control Group Design
merupakan salah satu desain kuasi eksperimen. Kedua kelompok tidak
dipilih berdasarkan random, untuk mengetahui keadaan awal kedua
kelompok sama (homogen) maka dilakukan tes 1, lalu diuji homogenitas
berdasarkan hasil tes 1. Setelah dipastikan kedua kelompok dalam kondisi
yang sama (homogen) maka diberikan perlakuan (x) kepada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan (konvensional),
dengan materi ajar yang sama. Diberikan lagi tes 2 untuk mengetahui
keadaan kedua kelompok setelah diberikan perlakuan (x) kepada kelompok
eksperimen dan konvensional kepada kelompok kontrol. Setelah didapatkan
hasil tes 2, maka dilakukan uji terhadap hasil tes 2 (t-test), lalu dilakukan
analisis untuk mengetahui keadaan kelompok setelah perlakuan serta
pertimbangan untuk mengambil kesimpulan. Desain penelitian secara lebih
jelas dapat dilihat pada gambar di berikut ini:
Gambar 3.2
Desain Eksperimen Nonequivalent Control Group Design
O1 X O2
O3 04
Keterangan:
X : Perlakuan (Penggunaan benda kongkret pada model pembelajaran
make a match)
O1 : Pengukuran tes 1 hasil belajar kelompok eksperimen
O2 : Pengukuran tes 2 hasil belajar kelompok eksperimen
O3 : Pengukuran tes 1 hasil belajar kelompok kontrol
O4 : Pengukuran tes 2 hasil belajar kelompok kontrol
31
31
3.2 Variabel Penelitian
Variabel bebasnya yaitu penggunaan benda kongkret pada model
make a match dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Siswa dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok I sebagai kelompok
pemegang kartu soal, kelompok II sebagai kelompok pemegang kartu
jawaban dan kelompok III sebagai penilai.
b. Guru menyiapkan benda kongkret, kartu soal dan kartu jawaban.
c. Setiap siswa dari kelompok I mendapatkan satu kartu soal dan setiap
anggota dari kelompok II mendapatkan satu kartu jawaban.
d. Kelompok I yang memegang kartu soal memikirkan jawaban sedangkan
kelompok II yang memegang kartu jawaban memikirkan soal yang sesuai.
e. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yangcocok dengan
kartunya (soal maupun jawaban).
f. Selanjutnya setelah kelompok I dan II berpasangan. Kartu yang telah
dipasangkan (soal dan jawaban) diberikan kepada kelompok III untuk
dikoreksi.
g. Kelompok III sebagai penilai memberikan poin kepada kelomok yang
benar.
h. Setelah batas waktu yang ditentukan habis, kemudian ketiga kelompok
bertukar peran, kelompok I menjadi penilai, kelompok II menjadi kelompok
pemegang kartu soal dan kelompok III sebagai pemegang kartu jawaban.
i. Selanjutnya melakukan langkah seperti di atas.
j. Petukaran peran dilakukan sampai semua kelompok merasakan menjadi
kelompok pemegang kartu soal, kartu jawaban dan penilai.
k. Kesimpulan/ penutup.
Variabel terikat (Dependent) adalah variabel yang dipengaruhi oleh
variabel independent (Endang Mulyatiningsih, 2011:90). Dalam penelitian
ini variabel terikatnya adalah hasil belajar siswa kelas IV semester II tahun
ajaran 2011/2012.
32
32
Hasil Belajar : besarnya skor yang diperoleh siswa kelas IV dari
nilai proses (pemegang kartu soal, kartu jawaban dan penilaian) dan nilai
hasil (tes formatif) pada akhir kegiatan pembelajaran.
Hasil belajar : 40% nilai proses + 60% nilai hasil
3.3 Populasi Dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah sekumpulan orang, hewan, tumbuhan atau benda
yang mempunyai karakteristik tertentu yang akan diteliti (Endang
Mulyatiningsih, 2011:10). Populasi dalam penelitian ini yaitu SD imbas di
gugus Perkutut kecamatan Tuntang kabupaten Semarang semester II tahun
ajaran 2011/2012 yang terdiri dari 5 SD imbas. Data lebih rinci disajikan
pada tabel berikut ini:
Tabel 3.1
Daftar Sekolah Dasar Imbas Gugus Perkutut
Kabupaten Semarang
No Nama Sekolah
1 SD Negeri Tlogo
2 MI Watuagung
3 SD Negeri Watuagung 01
4 SD Negeri Watuagung 02
5 SD Negeri Karangtengah 01
3.3.2 Sampel
Pada saat pelaksanaan penelitian, peneliti tidak memakai semua SD
imbas yang ada. Peneliti menggunakan cluster sampling. Cluster sampling
digunakan apabila populasi sasaran eksperimen cukup luas dan peneliti
berkeinginan untuk mengambil sebagian populasi (sampel) yang mewakili
saja (Endang Mulyatiningsih, 2011:96). Jadi, sampel penelitian yang
digunakan yaitu SD Negeri Tlogo dan SD Negeri Karangtengah 01
33
33
kecamatan Tuntang kabupaten Semarang. Data lebih rinci dapat dilihat
dalam tabel berikut ini.
Tabel 3.2
Data Siswa Kelas IV SD Negeri Tlogo dan SD Negeri Karangtengah 01
Tuntang Semarang Semester II Tahun ajaran 2011/2012
3.4 Teknik Dan Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yaitu cara yang digunakan untuk
mengumpulkan atau memperoleh data dalam suatu penelitian. Adapun
teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai
berikut :
1. Tes
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data utama dalam
penelitian ini adalah tes formatif hasil belajar dalam bentuk tes pilihan
ganda dan uraian. Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa kelas
IV mata pelajaran IPS. Sebelum membuat instrumen pengumpulan data,
maka terlebih dahulu membuat kisi-kisi instrumen. Secara lebih jelas kisi-
kisi instrumen dapat dilihat pada lampiran 3 dan 4.
2. Non tes
Teknik non tes adalah pengukuran yang digunakan untuk
mengetahui kemampuan siswa tanpa menggunakan tes. Penelitian ini
menggunakan teknik observasi yaitu sebuah teknik pengukuran untuk
melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala
Sekolah Total Perlakuan
SD Negeri Tlogo 30 Kelompok Eksperimen
SD Negeri Karangtengah 01 26 Kelompok Kontrol
Jumlah siswa 56
34
34
yang tampak pada objek penelitian. Observasi dilakukan untuk 2 hal yaitu:
implementasi RPP dan kegiatan siswa.
a. Observasi Aktifitas Guru Dalam Pembelajaran
Observasi digunakan untuk mendapatkan data tentang pencapaian
pengajar dalam pemberian treatment di dalam kelas, sehingga di dalam
pelaksanaan pembelajaran benar-benar sesuai dengan kondisi dan proses
yang diharapkan. Observasi dilakukan terhadap proses pembelajaran dengan
menggunakan benda kongkret pada model pembelajaran make a match,
untuk melakukan observasi tersebut maka dibuat instrumen observasi.
Sebelum instrument observasi dibuat, maka dibuat dulu kisi – kisi instrumen
observasi. Konsep dasar penyusunan instrument observasi dalam hal ini
adalah model dan prosedur pelaksanaan pembelajaran yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu penggunaan benda kongkret pada model
pembelajaran make a match dalam kegiatan pembelajaran. Secara lebih jelas
kisi-kisi observasi aktifitas guru dalam pembelajaran disajikan pada tabel
berikut ini:
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Observasi Implementasi RPP Untuk Aktifitas Guru
Indikator Aspek yang diamati
Persiapan
1. Mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa
2. Penggunaan benda kongkret dan kartu-kartu sesuai dengan
materi yang akan diajarkan
3. Menyiapkan masalah yang akan dipecahkan
Pelaksana-
an
Kegiatan Awal
4. Membuka pelajaran dengan salam
5. Melakukan apersepsi dan motivasi
6. Menjelaskan tujuan pembelajaran
7. Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran
Kegiatan Inti
35
35
8. Membentuk tiga kelompok (kelompok pemegang soal, kelompok
pemegang jawaban dan kelompok penilai).
9. Menjelaskan peran setiap kelompok dengan jelas.
10. Menjelaskan manfaat dan kegunaan benda kongkret yang telah
disediakan dalam menunjang pembelajaran.
11. Sebagai fasilitator dalam kegiatan mencari pasangan
12. Merangsang terjadinya interaksi antar siswa
13. Memberi kesempatan kelompok penilai untuk melaporkan hasil
penilaiannya.
14. Memuji siswa yang giat dan aktif dalam kegiatan pembelajaran
Penutup 15. Menyimpulkan materi pembelajaran dengan melibatkan siswa
16. Melakukan refleksi pembelajaran dengan melibatkan siswa
Setelah dibuat kisi-kisi barulah dibuat instrumen observasi aktifitas
guru dalam kegiatan pembelajaran. Instrumen observasi dan rekap hasil
observasi aktifitas guru dalam kegiatan pembelajaran pada lampiran 16 dan
17.
b. Observasi Keaktifan Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran
Observasi ini dilakukan pada kelompok eksperimen yaitu kelas IV
SD Negeri Tlogo kecamatan Tuntang kabupaten Semarang. Sebelum dibuat
instrumen observasi keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran, maka
terlebih dahulu dibuat kisi-kisinya. Kisi-kisi observasi keaktifan siswa
dalam kegiatan pembelajaran secara lebih jelas disajikan pada tabel di
bawah ini:
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Observasi Implementasi RPP Keaktifan Siswa
Indikator Aspek yang diamati
Persiapan 1. Siswa membawa alat tulis dan materi yang akan dipelajari
2. Siswa antusias mengikuti pembelajaran
Pelaksanaan 3. Siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran
36
36
P = Jumlah peserta didik yang menjawab benar dibagi dengan jumlah
peserta didik keseluruhan atau
P = Proporsi peserta didik yang menjawab dengan benar
Indikator
4. Siswa aktif saat kegiatan mencari kartu soal yang cocok
dengan kartu jawaban.
Aspek yang diamati
Pelaksanaan 5. Siswa aktif saat kegiatan mencari kartu jawaban yang cocok
dengan kartu soal.
6. Siswa aktif saat menjadi penilai pasangan kartu yang sesuai.
Penutup 7. Siswa menyelesaikan semua peran dengan baik.
8. Siswa mampu menarik kesimpulan dari materi yang telah
dipelajari.
Langkah berikutnya jika kisi-kisi telah selesai dibuat yaitu membuat
instrumen observasi keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Instrumen observasi dan rekap hasil observasi keaktifan siswa dalam
kegiatan pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 18 dan 19.
3.5 Uji Tingkat Kesukaran Soal
Tingkat kesukaran soal adalah angka yang menunjukkan proporsi
peserta didik yang menjawab betul suatu butir soal (Slameto, 2001).
Semakin tinggi tingkat kesukaran berarti soal itu semakin mudah, begitu
pula sebaliknya semakin rendah tingkat kesukaran berarti soal itu semakin
sukar. Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu
soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam
bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran (P), dapat dihitung dengan rumus:
Menurut Naniek Sulistya Wardani (2009:8.7), rentang nilai tingkat
kesukaran soal berkisar antara 0-1, secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
37
37
Tabel 3.5
Klasifikasi Nilai Tingkat Kesukaran
Rentang Nilai Tingkat Kesukaran
0.00 – 0.25 Sukar
0.26 – 0.75 Sedang
0.76 – 1.00 Mudah
Hasil perhitungan tingkat kesukaran soal, secara rinci disajikan pada
tebel di bawah ini:
Tabel 3.6
Frekuensi Tingkat Kesukaran Butir Soal Pilihan Ganda (30 soal)
Kategori Frekuensi (f) No item soal
Sukar - -
Sedang 26 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15,
16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 25, 26, 27, 29, 30
Mudah 4 5, 22, 24, 28
Dari tabel 3.6 terlihat jelas bahwa tidak ada 1 item soal yang masuk
dalam kategori sukar, 26 soal termasuk dalam kategori sedang dan 4 soal
termasuk dalam kategori mudah. Perhitungan lebih rinci dapat dilihat pada
lampiran 11.
Tingkat kesukaran soal uraian menurut klasifikasi Puspendik dalam
Rahma Zulaiha (2008:34) diperoleh melalui perhitungan dengan
menggunakan rumus:
TK = Mean
Skor maksimum
Keterangan :
TK : Tingkat kesukaran soal uraian
Mean : Rata-rata skor siswa
Skor Maksimum : Skor maksimum perolehan soal
38
38
Hasil perhitungan tingkat kesukaran soal, secara rinci disajikan pada
tebel di bawah ini:
Tabel 3.7
Frekuensi Tingkat Kesukaran Butir Soal Uraian (10 soal)
Kategori Frekuensi (f) No item soal
Sukar 1 1
Sedang 9 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9,
10
Mudah - -
Dari tabel 3.7 terlihat jelas bahwa tidak ada soal yang masuk dalam
kategori mudah, 9 soal termasuk dalam kategori sedang dan 1 soal termasuk
dalam kategori sukar. Perhitungan lebih rinci dapat dilihat pada lampiran
11.
3.6 Uji Instrumen Penelitian
3.6.1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan suatu instrumen. Sebuah instrumen dinyatakan valid apabila
mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari
variabel yang diteliti secara tepat (Suharsimi, 2006;168; dalam Dwinanto,
2011:34)
Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik
korelasi product moment yang dikemukakan Pearson (Suharsimi, 2009: 69;
dalam Dwinanto; 2011:34). Rumus korelasi product moment dengan angka
kasar.
Keterangan:
rxy = koefisien korelasi pearson
x = variabel bebas
39
39
y = variabel terikat
n = jumlah data
Uji validitas dilakukan oleh bantuan SPSS 19.0. Dasar pengambilan
keputusan item yang valid berdasarkan kriteria Naniek Sulistya Wardani
(2009:8.12) bahwa suatu item instrument penelitian dianggap valid jika
memiliki koefisien corrected item to total correlation ≥ 0,20. Kategori
inilah yang digunakan untuk menentukan apakah item valid atau tidak,
dengan rentang indeks validitas sebagai berikut:
Tabel 3.8
Klasifikasi Indeks Validitas
Instrumen soal tes yang akan diberikan pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol dilakukan uji coba terlebih dahulu. Instrumen diujikan di SD
Negeri Karanganyar 01 kecamatan Tuntang kabupaten Semarang pada
tanggal 24 maret 2012. Setelah uji coba dilakukan, kemudian dilakukan uji
validitas instrumen. Dari 30 item soal pilihan ganda dan 10 soal uraian,
setelah dilakukan perhitungan uji validitas dengan menggunakan bantuan
SPSS 19,0 diketahui dari 30 item soal pilihan ganda terdapat 5 soal yang
tidak valid terdapat pada item soal nomor 2, 9, 14, 27, dan 29. Kemudian
dari 25 item soal yang sudah valid dilakukan uji validitas lagi, ternyata
semua item soal tetap valid. Dari 25 item soal pilihan ganda yang valid,
semuanya digunakan untuk instrumen penelitian.
Selain item soal pilihan ganda terdapat juga item soal uraian. Uji
validitas soal juga dilakukan terhadap soal uraian. Dari 10 item soal uraian,
No Indeks Interprestasi
1 0.81-1.00 Sangat tinggi
2 0.61-0.80 Tinggi
3 0.41-0.60 Cukup
4 0.21-0.40 Rendah
5 0.00-0.20 Sangat rendah
40
40
setelah dilakukan uji validitas maka diketahui bahwa ada 2 item soal yang
tidak valid yaitu instrumen nomor 3, 8. Kemudian dari 8 item soal yang
sudah valid dilakukan uji validitas lagi, ternyata terdapat 1 soal yang tidak
valid yaitu instrumen nomor 2. Dari 7 item soal uraian yang valid, kemudian
dilakukan uji validitas lagi, ternyata semua item soal tetap valid. Dari 7 item
soal yang sudah valid hanya 5 soal yang digunakan untuk instrumen
penelitian. Instrumen penelitian sebanyak 30 soal terdiri dari 25 soal pilihan
ganda dan 5 soal uraian. Karena seluruh item sudah valid maka item soal
sudah bisa digunakan untuk instrumen penelitian. Hasil uji validitas secara
lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 7, 8, 9 dan 10.
3.6.2 Uji Reliabilitas
Menurut Sudjana (2011:16), reliabilitas alat penilaian adalah
ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya.
Artinya, kapanpun alat penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil
yang relatif sama. Rumus reliabilitas dengan metode Alpha (Sugiyono,
2006:282) adalah:
Keterangan :
: koefisien realibilitas alpha
k : mean kuadrat antara subyek
: mean kuadrat kesalahan
: varians total
Koefisien reliabilitas selalu berada dalam rentangan 0 - 1 yang
menunjuk pada prosentase varian error dengan sumber variasi yang
berbeda. Untuk mengetahui reliabilitas skor tes dalam penelitian ini
41
41
menggunakan SPSS 19.0. Berikut tabel rentang indeks reliabilitas menurut
Naniek Sulistya Wardani (2009:8.14):
Tabel 3.9
Klasifikasi Indeks Reliabilitas
No Indeks Interprestasi
1 0.80-1 .00 Sangat reliabel
2 < 0.80-0.60 Reliabe reliabel
3 < 0.60- 0.40 Cukup reliabel
4 < 0.40- 0.20 Agak R reliabel
5 < 0.20 Kurang reliabel
Hasil uji reliabilitas instrumen soal tes dengan bantuan SPSS 19,0
diperoleh hasil untuk uji validitas pertama item soal pilihan ganda sebanyak
30 soal, tingkat reliabilitasnya sebesar 0,871 dengan interprestasi sangat
reliabel, kemudian setelah dilakukan uji reliabilitas lagi terhadap 25 soal
yang sudah valid, reliabilitasnya sedikit meningkat dengan angka 0,889
maka interprestasinya sangat reliabel.
Uji reliabilitas juga dilakukan pada item soal uraian. Item soal uraian
berjumlah 10. Dari hasil uji validitas pertama terhadap 10 item soal uraian,
angka reliabilitasnya 0,612 dengan interprestasi reliabel. Setelah dilakukan
uji validitas kedua terhadap 8 item soal uraian yang sudah valid, angka
reliabilitas meningkat menjadi 0,739 dengan interprestasi reliabel.
Dari hasil uji reliabilitas dengan interprestasi bahwa item soal sudah
reliabel, maka item soal sudah layak digunakan untuk instrumen penelitian,
baik instrumen soal pilihan ganda maupun item soal uraian. Hasil uji
reliabilitas secara lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 7, 8, 9 dan 10.
3.6.3 Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk menguji apakah varians-varians
tersebut homogen atau tidak. Kedua kelompok dikatakan homogen jika nilai
signifikansi > 0.05. Rumus uji homogenitas adalah sebagai berikut:
42
42
S2 =
Keterangan:
= jumlah siswa tiap kelompok
= varians tiap kelompok
Kaidah uji homogenitas, jika F hitung < F tabel dan p > 0,05 ( 5 %)
maka hubungan kedua variabel dinyatakan homogen, sebaliknya jika F
hitung > F tabel dan p < 0,05 ( 5%) maka tidak homogen.
Uji homogenitas menggunakan bantuan SPSS 19.0. Metode
pengambilan keputusan pada uji homogenitas menurut Duwi Priyatno
(2010;99) yaitu jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima (varian sama) dan
jika signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak (varian berbeda). Dari data nilai
hasil tes homogenitas (tes 1) antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Hasil Uji Homogenitas Tes 1
Test of Homogeneity of Variances
Nilai Tes 1
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1,291 1 54 ,261
Hasil uji homogenitas yang diperoleh melalui perhitungan SPSS
diketahui bahwa angka signifikansi dari hasil uji homogenitas tes 1 antara
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mencapai 0,261. Hal ini berarti
kedua kelompok homogen atau dalam kata lain kedua kelompok dalam
keadaan yang sama jika p > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kedua
kelompok homogen karena 0,261 > 0,05.
43
43
3.7 Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan desain eksperimen Nonequivalent
Control Group Design, maka analisis data yang tepat adalah menggunakan
independent sample t-tes. Menguji signifikasi perbedaan mean antar
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, analisis data yang digunakan
adalah uji t-test. Data yang terkumpul dari hasil terakhir pada kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan pengujian perbedaan rata-rata.
Untuk menguji perbedaan rata-rata dipakai Uji t yang dilakukan dengan
bantuan SPSS 19.0. Sebelum melakukan uji t dipastikan nilai dalam kondisi
berdistribusi normal. Rumus statistik untuk menghitung t-tes, sebagai
berikut:
Keterangan: t = t hitung
= variansi kelompok eksperimen
= variansi kelompok kontrol
= jumlah kelompok eksperimen
= jumlah kelompok kontrol
= mean nilai tes akhir kelompok eksperimen
= mean nilai tes akhir kelompok kontrol
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di gugus Perkutut kecamatan Tuntang
kabupaten Semarang. Gugus ini terdiri dari 1 SD inti, 5 SD imbas. SD
imbas di gugus Perkutut yaitu SD Negeri Tlogo, SD Negeri Watuagung 01,
SD Negeri Watuagung 02, SD Negeri Karangtengah 01 dan MI Watuagung.
Penelitian dilakukan di SD imbas yang terdapat di gugus Perkutut, yang
menjadi sampel penelitian yaitu siswa kelas IV SD Negeri Tlogo dan SD
Negeri Karangtengah 01. SD Negeri Karangtengah 01 sebagai kelompok
kontrol dan SD Negeri Tlogo sebagai kelompok eksperimen. Jumlah siswa
yang menjadi sampel penelitian dapat dilihat lebih rinci pada tabel di bawah
ini:
Tabel 4.1
Distribusi Sampel Penelitian
Sekolah Jenis Kelamin
Total Keterangan Laki-Laki Perempuan
SD Negeri
Karangtengah 01
12 14 26 Kelompok
Kontrol
SD Negeri Tlogo 14 16 30 Kelompok
Eksperi
men
Jumlah sampel 56
SD Negeri Tlogo terletak di jalan Tuntang – Bringin Km. 4 . Desa
Tlogo kecamatan Tuntang kabupaten Semarang. SD Negeri Karangtengah
01 terletak di Dusun Beran Desa Karangtengah kecamatan Tuntang
kabupaten Semarang.
45
45
Latar belakang sosial siswa dari kedua SD ini mayoritas sama yaitu
dari keluarga petani, pedagang dan buruh pabrik tetapi sebagian besar mata
pencaharian mereka yaitu petani karena mereka tinggal di daerah
persawahan.
Hasil Observasi Kegiatan Pemelajaran
Hasil Observasi Implementasi RPP Aktifitas Guru
Peneliti melakukan observasi atau pengamatan selama kegiatan
pembelajaran. Observasi yang dilakukan meliputi observasi aktifitas guru
dan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Observasi dilakukan
dalam setiap pertemuan pembelajaran. Pembelajaran dalam penelitian ini
terdiri dari dua kali pertemuan, sehingga hasil observasi yang diperoleh
mencakup aktifitas guru dalam pembelajaran selama dua kali pertemuan.
Observasi pertama yakni observasi tentang aktifitas guru dalam
pembelajaran. Hasil observasi aktifitas guru meliputi kemampuan guru
dalam melakukan kegiatan persiapan, pelaksanaan dan penutup. Setiap
kegiatan memuat beberapa indikator. Pada indikator persiapan, indikator
pertama mengamati kemampuan guru dalam mengidentifikasi kebutuhan
belajar siswa, prosentase perolehan 100% artinya dalam dua kali pertemuan,
guru selalu mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa mulai dari materi, alat
dan bahan serta kesiapan fisik siswa. Pada indikator ke dua, guru juga
memperoleh prosentase 100%, pemilihan benda kongkret yang sesuai
dengan kartu soal dan kartu jawaban belajaran dilaksanakan di lapangan
agar ruang gerak siswa lebih bebas dan tanpa meninggalkan sedikitpun
materi ajar, dalam dua kali pertemuan guru sudah menyiapkan
permasalahan dalam kartu soal dan kartu jawaban, sehingga prosentase ke
tiga adalah 100%.
Aspek ke dua yaitu pelaksanaan pembelajaran (kegiatan awal dan
kegiatan inti) terdiri dari 12 indikator dengan rincian 4 indikator dalam
kegiatan awal dan 8 indikator pada kegiatan inti. Saat kegiatan awal guru
selalu memberikan salam pembuka dalam setiap pertemuan sehingga guru
46
46
mencapai prosentase 100% pada indikator 4. Guru melakukan apersepsi dan
motivasi dalam setiap pertemuan, prosentase perolehan 100%. Pada
pertemuan 1 guru menjelaskan tujuan pembelajaran tetapi pada pertemuan 2
guru tidak menjelaskan tujuan pembelajaran kepada siswa, sehingga
prosentase perolehan sebesar 50%. Pada indikator 7, guru memperoleh
prosentase 100% karena pada pertemuan 1 dan 2 guru selalu menjelaskan
langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan.
Pada kegiatan inti terdapat 8 indikator yang diobservasi, pada
indikator 8 selama 2 kali pertemuan guru sudah membagi siswa menjadi 3
kelompok yaitu kelompok pemegang kartu soal, pemegang kartu jawaban
dan penilai sehingga guru memperoleh prosentase 100%. Setelah guru
membagi siswa menjadi 3 kelompok, dalam dua kali pertemuan guru selalu
menjelaskan peran setiap kelompok, sehingga guru memperoleh prosentase
100%. Guru menjelaskan manfaat dan kegunaan benda kongkret dalam
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran make a match pada
pertemuan pertemuan pertama tetapi pada pertemuan kedua guru tidak
menjelaskan manfaat dan kegunaan benda kongkret tersebut sehingga guru
memperoleh prosentase 50%. Guru juga sebagai fasilitator dalam kegiatan
mencari pasangan, prosentase perolehan guru sebesar 100%. Pada 2 kali
pertemuan guru selalu merangsang interaksi antar siswa, akhirnya guru
memperoleh prosentase 100% dari indikator 12.
Pada akhir pencarian guru selalu memberikan kesempatan siswa
yang menjadi anggota kelompok penilai untuk melaporkan hasil
penilaiannya, prosentase yang diperoleh guru dari indikator 13 sebesar
100%. Pada 2 kali pertemuan guru sering memberikan pujian pada
pertemuan 1 saja, saat pertemuan 2 guru tidak memberikan pujian kepada
siswa yang aktif dalam pembelajaran, sehingga observer memberikan
prosentase penskoran sebesar 50%.
Pada kegiatan akhir terdapat 2 indikator. Saat pertemuan 1 dan 2
guru selalu membimbing siswa untuk membuat kesimpulan sehingga
kesimpulan yang diperoleh siswa benar-benar sesuai dengan materi yang
47
47
telah dipelajari. Prosesntase peskoran yang diberikan oleh observer yaitu
100%. Untuk indikator kedua, guru memperoleh prosentase penskoran
sebesar 50% karena pada pertemuan 1 guru tidak melakukan refleksi, hanya
pada pertemuan 2 saja guru melakukan refleksi. Data hasil observasi
implementasi RPP aktifitas guru dalam pembelajaran lebih lengkap dapat
dilihat pada lampiran 16 dan 17.
Hasil Observasi Implementasi RPP Keaktifan Siswa
Observer tidak hanya melakukan observasi kepada guru, observasi
juga dilakukan pada keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. Observasi ini bertujuan untuk mengetahui keaktifan siswa
dalam pembelajaran saja dan tidak digunakan untuk mengukur hasil belajar
siswa. Kegiatan siswa yang diamati terdiri dari 8 indikator dalam setiap
pertemuan. Hasil observasi diketahui bahwa 83% siswa antusias mengikuti
pembelajaran pada pertemuan 1 dan meningkat menjadi 93% pada
pertemuan 2. Pada pertemuan 1 siswa yang aktif dalam kegiatan
pembelajaran mencari pasangan sebanyak 67% dan meningkat menjadi 97%
pada pertemuan 2. Sebanyak 50% siswa terlihat aktif mencari kartu soal
yang cocok dengan kartu jawabannya yaitu pada pertemuan 1 dan
meningkat menjadi 97% pada pertemuan 2. Terdapat 67% siswa aktif
mencari kartu jawaban yang cocok dengan kartu soalnya yaktu pada
pertemuan 1 dan meningkat pada pertemuan 2 menjadi 100%.
Saat menjadi kelompok penilai siswa sudah kelihatan aktif dan
pertemuan 1 mencapai 80% kemudian meningkat pada pertemuan 2 yang
mencapai 100%. Pada pertemuan 1 sebagian siswa tidak menyelesaikan
peran dengan baik sehingga prosentase mencapai 83% dan meningkat pada
pertemuan 2 yaitu 97%. Sebelum mengakhiri pembelajaran siswa dibimbing
guru menarik kesimpulan dari materi yang telah dipelajari pada pertemuan
pertama mencapai 60 dan meningkat pada pertemuan ke 2 93%. Secara
lebih lengkap hasil observasi keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran
dapat dilihat pada lampiran 18 dan 19.
48
48
Analisis Hasil Penelitian
Hasil penelitian dapat diketahui dengan cara melakukan analisis data
terhadap data-data mentah yang diperoleh dari penelitian. Data yang
diperoleh berupa skor tes 1 kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,
skor tes 2 kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Ada beberapa hal
yang harus dilakukan dalam metode analisis data antara lain yaitu analisis
deskriptif, uji normalitas data dan uji hipotesis. Kualifikasi data dan uji
persyaratan analisis data berarti menterjemahkan data dalam bentuk angka,
sedangkan uji persyaratan analisis berarti sebelum dilakukan uji hipotesis
terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis. Persyaratan analisis data
dengan menggunakan statistik nonparametric adalah skor yang diperoleh
berdasarkan distribusi normal. Oleh karena itu, sebelum dilakukan analisis
data terlebih dahulu dilakukan uji normalitas kolmogrov-smirno, dengan
menggunakan komputer melalui program Statistik Product and Service
Solution (SPSS) versi 19.0 dan uji t-tets.
Hasil penelitian terdiri dari hasil penelitian penilaian produk dan
hasil penelitian penilaian hasil. Hasil penelitian penilaian produk diketahui
dengan cara melakukan analisis data. Analisis data yang digunakan yaitu uji
t-test. Sebelum dilakukan analisis uji t-test, agar data tidak menyimpang
maka harus dilakukan uji deskriptif dan uji normalitas terlebih dahulu. Uji
normalitas digunakan untuk dapat melihat data dalam penelitian normal atau
tidak. Syarat data yang digunakan dalam penelitian harus normal. Berikut
disajikan hasil analisis deskriptif dan normalitas pada kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol.
Hasil penelitian penilaian produk yang pertama yaitu hasil skor tes 1
kelompok eksperimen. Hasil skor tes 1 kelompok eksperimen diketahui
dengan cara mengelompokkan data berdasarkan hasil tes 1 kelompok
eksperimen SD Negeri Tlogo. Pengelompokan berdasarkan acuan
Ketentuan Ketuntasan Minimum (KKM) penelitian yaitu 90. Berdasarkan
skor tes 1 kelompok eksperimen, diketahui bahwa tidak ada siswa yang
49
49
masuk dalam kategori tuntas karena tidak ada siswa yang mendapat skor ≥
90. Sebanyak 30 siswa mendapat skor di bawah KKM 90, artinya 100%
siswa pada kelompok eksperimen tidak tuntas. Pada kelompok eksperimen
hasil tes 1 memperoleh skor maksimal 80 sedangkan skor minimal 44,
dengan rata-rata skor 65 dan standar deviasi 9,5 serta jumlah seluruh skor
siswa 1700. Hal ini terjadi karena tes 1 dilakukan sebelum diberikan
perlakuan, sehingga siswa hanya berbekal pengetahuan awal saja. Data skor
tes 1 kelompok eksperimen lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 12.
Hasil penelitian penilaian produk yang ke dua yakni hasil skor tes 1
kelompok kontrol. Hasil skor tes 1 kelompok kontrol diketahui dengan cara
mengelompokkan data berdasarkan hasil tes 1 kelompok kontrol SD Negeri
Karangtengah 01. Pengelompokan berdasarkan acuan Ketentuan Ketuntasan
Minimum (KKM) penelitian yaitu 90. Berdasarkan skor tes 1 kelompok
kontrol, diketahui bahwa tidak ada siswa yang masuk dalam kategori tuntas
karena tidak ada siswa yang mendapat skor ≥ 90. Sebanyak 26 siswa
mendapat skor di bawah KKM 90, artinya 100% siswa pada kelompok
kontrol tidak tuntas. Pada kelompok kontrol hasil tes 1 memperoleh skor
maksimal 78 sedangkan skor minimal 34, dengan rata-rata skor 62 dan
standar deviasi 11,5 serta jumlah seluruh skor siswa 1610. Hal ini terjadi
karena tes 1 dilakukan sebelum diberikan perlakuan, sehingga siswa hanya
berbekal pengetahuan awal saja. Data skor tes 1 kelompok kontrol lebih
jelas dapat dilihat pada lampiran 13.
Hasil penelitian penilaian produk yang ke tiga yakni hasil skor tes 2
kelompok eksperimen. Hasil skor tes 2 kelompok eksperimen diketahui
dengan cara mengelompokkan data berdasarkan hasil tes 2 kelompok
eksperimen SD Negeri Tlogo. Pengelompokan berdasarkan acuan
Ketentuan Ketuntasan Minimum (KKM) penelitian yaitu 90. Berdasarkan
skor tes 2 kelompok eksperimen, diketahui bahwa terdapat 9 siswa yang
memperoleh skor < 90, sehingga 30% siswa pada kelompok eksperimen
tidak tuntas namun jumlah siswa yang tuntas jauh lebih banyak yaitu 21
siswa dengan prosentase 70%. Pada tes 2 kelompok eksperimen
50
50
memperoleh skor maksimal 98,8 sedangkan skor minimal 79,6, dengan rata-
rata skor 90,69 dan standar deviasi 5,38 serta jumlah semua skor siswa
2369,2
Siswa yang sudah tuntas dari KKM jauh lebih banyak, hal ini terjadi
karena tes 2 dilakukan setelah siswa mendapat perlakuan pembelajaran
menggunakan benda kongkret pada model pembelajaran make a match
sehingga siswa jauh lebih mudah memahami materi serta dapat mengerjakan
tes formatif dengan baik.
Bekal siswa dalam mengerjakan tes 2 tidak hanya bekal pengetahuan
awal saja melainkan ditambah dengan pembelajaran yang dilakukan dengan
model pembelajaran kooperatif tpe make a match sehingga dengan
perlakuan ini siswa menjadi lebih aktif belajar dan siswa terlibat langsung
dalam pembelajaran sehingga daya ingat siswa terhadap materi lebih kuat
dibandingkan dengan sekedar mendengarkan penjelasan dari guru.
Meskipun soal tes 2 sama dengan tes 1 tetapi hasilnya sangat berbeda
karena perlakuannya juga berbeda. Hasil tes 2 kelompok eksperimen secara
jelas disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Ketuntasan Skor Tes 2 Kelompok Eksperimen
No Skor Frekuensi (f) Prosentase (%) KKM
1 < 90 9 30 % Tidak Tuntas
2 ≥ 90 21 70 % Tuntas
JUMLAH 30 100 %
Secara lebih jelas berikut ini disajikan gambaran visual diagram
lingkaran skor tes 2 kelompok eksperimen.
51
51
Gambar 4.1
Diagram Lingkaran Ketuntasan Hasil Tes 2 Kelompok Eksperimen
Diagram skor tes 2 kelompok ekperimen berikut menunjukkan
bahwa terdapat 30% siswa yang tidak tuntas yaitu 9 siswa dan 70% siswa
tuntas dengan nilai 90 ke atas yaitu 21 siswa. Data skor tes 2 kelompok
eksperimen secara lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran 14.
Hasil penelitian penilaian produk yang ke empat yakni hasil skor tes
2 kelompok kontrol. Hasil skor tes 2 kelompok kontrol diketahui dengan
cara mengelompokkan data berdasarkan hasil tes 2 kelompok kontrol SD
Negeri Karangtengah 01. Pengelompokan berdasarkan acuan Ketentuan
Ketuntasan Minimum (KKM) penelitian yaitu 90. Berdasarkan skor tes 2
kelompok kontrol, diketahui bahwa terdapat 26 siswa yang memperoleh
skor < 90, sehingga 100% siswa pada kelompok kontrol tidak tuntas.
Kondisi kelompok kontrol jika dilihat dari hasil tes 1 dan tes 2
mengalami sedikit peningkatan, walaupun tetap tidak ada siswa yang tuntas
akan tetapi rata-rata dari tes 2 mengalami peningkatan. Pada tes 1 rata-rata
yang diperoleh yaitu 62 dan pada tes 2 meningkat menjadi 72.
Peningkatan juga dapat dilihat dari perolehan skor maksimal, skor
minimal, serta jumlah skor seluruh siswa dari hasil tes 2 kelompok kontrol.
Pada tes 2 kelompok kontrol mendapat skor maksimal 84 sedangkan skor
minimal 58, dengan rata-rata skor 72 dan standar deviasi 7,6 serta jumlah
semua skor siswa 1863.
52
52
Peningkatan hasil belajar kelompok eksperimen jauh lebih signifikan
jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini disebabkan oleh
pelaksanaan kegiatan pembelajarannya. Pada kelompok eksperimen
pembelajaran dilaksanakan menggunakan benda kongket pada model
pembelajaran make a match, sedangkan pada kelompok kontrol
pembelajaran dilaksanakan secara konvensional. Hasil tes 2 kelompok
kontrol secara jelas disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Ketuntasan Skor Tes 2 Kelompok Kontrol
No Skor Frekuensi (f) Prosentase (%) KKM
1 < 90 26 100 % Tidak Tuntas
2 ≥ 90 0 0 % Tuntas
Data skor tes 2 kelompok kontrol secara lebih lengkap dapat dilihat
pada lampiran 15.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan
benda kongkret pada model pembelajaran tipe make a match terhadap hasil
belajar siswa kelas IV SD Imbas gugus Perkutut. Mengetahui besarnya
pengaruh perlakuan yang diberikan dapat diketahui dengan cara
membandingkan skor rata-rata tes kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol. Perolehan skor rata-rata kelompok eksperimen dari tes 1 dan tes 2
mengalami peningkatan yang cukup besar. Rata-rata skor tes 1 kelompok
eksperimen 65 sedangkan rata-rata tes 2 90,6. Selisih rata-ratanya 25,6.
Rata-rata skor tes 1 kelompok kontrol 62 sedangkan rata-rata tes 2 72.
Selisih rata-ratanya 10. Secara lebih rinci disajikan dalam tabel di bawah
ini:
53
53
Tabel 4.4
Distribusi Skor Rata-Rata Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Kelompok
Skor Rata-Rata Peningkatan
Skor
Rata-
Rata
Tes 1 Tes 2
Eksperimen 65 90.6 25,6
Kontrol 62 72 10
Hasil penelitian yang ke dua yakni hasil penelitian penilaian proses.
Selain melakukan analisis deskriptif penilaian produk, peneliti juga
melakukan analisis deskriptif penilaian proses. Penilaian proses hanya
diberikan pada kelompok eksperimen karena pada kelompok eksperimen
diberikan perlakuan pembelajaran kooperatif dengan menggunakan benda
kongkret sehingga selama kegiatan pembelajaran berlangsung siswa aktif
belajar. Penilaian proses dilakukan pada saat kegiatan mencari pasangan
kartu dan penilaian pasangan kartu. Penilaian dilakukan dengan cara
mengobservasi kegiatan siswa selama kegiatan belajar berlangsung.
Observasi dilakukan dengan bantuan rubrik penilaian sesuai dengan RPP
yang telah terlebih dahulu dibuat (rubrik penilaian terlampir pada RPP
lampiran 1).
Penilaian proses yang pertama dilakukan pada kegiatan
pembelajaran mencari pasangan kartu dan penilaian. Sesuai dengan
langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada RPP kelompok eksperimen,
siswa dibagi menjadi 3 kelompok. Pada pertemuan 1 dan 2 siswa dibagi
menjadi 3 kelompok yaitu kelompok pemegang kartu soal, pemegang kartu
jawaban dan penilai. Pembelajaran dilakukan di lapangan voli agar ruang
gerak siswa lebih luas. Pembelajaran pertemuan 1 meliputi alat komunikasi
masa lalu dan masa kini serta membandingkan alat komunikasi masa lalu
dan masa kini sedangkan pada pertemuan 2 penggunaan alat komunikasi
dan menceritakan pengalaman menggunakan alat komunikasi.. Penilaian
54
54
dalam kegiatan pembelajaran terdiri dari dua indikator dengan jumlah skor
maksimal 4. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada kegiatan
mencari pasangan tidak ada siswa yang mendapat skor 1 dan 2, skor yang
diperoleh siswa yakni skor 3 dan 4. Pada indikator pertama yaitu kegiatan
mencari pasangan, terdapat 2 orang yang masih pasif dalam mencari
pasangan siswa, akan tetapi siswa tersebut juga melaksanakan kegiatan
sehingga memperoleh skor 3 yaitu 6%. Siswa yang memperoleh skor 4
berarti siswa bnar-benar antusias mengikuti kegiatan mencari pasangan. Ada
siswa yang mendapat skor 4 dengan prosentase 94%.
Indikator ke dua yakni waktu yang digunakan siswa untuk
menemukan pasangannya. Siswa yang memperoleh skor 3 artinya siswa
yang menemukan pasangan kartu selama 2 menit sedangkan siswa yang
memperoleh skor 4 adalah siswa yang menggunakan waktu 1 menit untuk
menemukan pasangan kartu. Hanya 10% siswa yang mendapat skor 3
dengan jumlah siswa 3 orang, sedangkan 20 siswa memperoleh skor 4
prosentasenya sebesar 90%.
Dari hasil observasi seluruh indikator pada penilaian kecepatan dapat
disimpulkan bahwa siswa pada kelompok eksperimen sudah melakukan
kegiatan mencari pasangan dengan baik dan sesuai petunjuk guru. Hal ini
ditandai dengan siswa memperoleh skor 3 dan 4 dalam penilaian kecepatan.
Data lebih rinci dapat dilihat pada lampiran 14.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Sebelum dilakukan uji t, terlebih dahulu dilakukan analisis uji
normalitas data dari skor tes 1 dan tes 2 kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Setelah dilakukan uji normalitas dapat dilakukan uji t
menggunakan skor tes 2 pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk melihat normal atau tidaknya
penyebaran data dari variabel penelitian. Uji normalitas variabel
55
55
penggunaan benda kongkret pada model pembelajaran make a match
menggunakan teknik One sample Kolmogrov-Smirnov Test, perhitungan
dilakukan dengan menggunakan SPSS 19.0.
Uji Normalitas Tes 1 Kelompok Eksperimen
Normal atau tidaknya penyebaran data pada data skor tes 1
kelompok eksperimen diketahui dengan cara melakukan uji normalitas data.
Di bawah ini disajikan tabel uji normalitas skor tes 1 kelompok eksperimen.
Hasil Uji Normalitas Tes 1 Kelompok Eksperimen
Data hasil uji noemalitas tes 1 kelompok eksperimen tampak bahwa
hasil uji kolmogrov-smirnov Z untuk hasil tes 1 kelompok eksperimen
normal yaitu sebesar 0,954 dengan probabilitas signifikan 0,323. Hal ini
menunjukkan bahwa distribusi pengukuran pada skor tes 1 kelompok
eksperimen normal. Gambaran visual kenormalan penyebaran data
karakteristik dapat dilihat pada Grafik 4.9 berikut:
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Eksperimen
N 30
Normal Parametersa,b Mean 64,8000
Std. Deviation 9,52094
Most Extreme Differences Absolute ,174
Positive ,125
Negative -,174
Kolmogorov-Smirnov Z ,954
Asymp. Sig. (2-tailed) ,323
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
56
56
Grafik 4.2 Uji Normalitas Tes 1 Kelompok Eksperimen
Pada grafik 4.2 terlihat bahwa data nilai siswa eksperimen yang
berjumlah 30 anak membentuk kurve normal dengan rata-rata nilai
memperoleh 64,80 dan standar devisiasi 9,521.
Uji Normalitas Tes 2 Kelompok Eksperimen
Melihat normal atau tidaknya penyebaran data pada data skor tes 2
kelompok eksperimen dilakukan dengan uji normalitas data. Di bawah ini
disajikan tabel uji normalitas skor tes 2 kelompok eksperimen.
57
57
Hasil Uji Normalitas Tes 2 Kelompok Eksperimen
Data hasil uji normalitas tes 2 kelompok eksperimen tampak bahwa
hasil uji kolmogrov-smirnov Z untuk hasil tes 2 kelompok eksperimen
normal yaitu sebesar 0,977 dengan probabilitas signifikan 0,296. Hal ini
menunjukkan bahwa distribusi pengukuran untuk variabel pada skor tes 2
kelompok eksperimen adalah normal. Gambaran visual kenormalan
penyebaran data karakteristik dilihat pada Grafik 4.10 berikut:
Grafik 4.3 Uji Normalitas Tes 2 Kelompok Eksperimen
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Eksperimen
N 30
Normal Parametersa,b Mean 90,6933
Std. Deviation 5,38702
Most Extreme Differences Absolute ,178
Positive ,101
Negative -,178
Kolmogorov-Smirnov Z ,977
Asymp. Sig. (2-tailed) ,296
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
58
58
Pada grafik 4.3 terlihat bahwa data nilai siswa eksperimen yang
berjumlah 30 anak membentuk kurve normal dengan rata-rata nilai
memperoleh 90,69 dan standar devisiasi 5,387.
Uji Normalitas Tes 1 Kelompok Kontrol
Uji Normalitas digunakan untuk melihat normal atau tidaknya
penyebaran data pada data skor tes 1 kelompok kontrol dilakukan dengan uji
normalitas data. Di bawah ini disajikan tabel uji normalitas skor tes 1
kelompok kontrol.
Hasil Uji Normalitas Tes 1 Kelompok Kontrol SD
Data hasil uji normalitas tes 1 kelompok kontrol tampak bahwa hasil
uji kolmogrov-smirnov Z untuk hasil tes 1 kelompok kontrol normal yaitu
sebesar 0,593 dengan probabilitas signifikan 0,873. Hal ini menunjukkan
bahwa distribusi pengukuran untuk variabel tes 1 pada skor tes 1 kelompok
kontrol adalah normal. Gambaran visual kenormalan penyebaran data
karakteristik dilihat pada Grafik 4.11berikut:
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kontrol
N 26
Normal Parametersa,b Mean 61,9231
Std. Deviation 11,54443 Most Extreme Differences Absolute ,116
Positive ,095
Negative -,116
Kolmogorov-Smirnov Z ,593 Asymp. Sig. (2-tailed) ,873
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
59
59
Grafik 4.4 Uji Normalitas Tes 1 Kelompok Kontrol
Pada grafik 4.4 terlihat bahwa data nilai siswa kontrol yang
berjumlah 26 anak membentuk kurve normal dengan rata-rata nilai
memperoleh 61,92 dan standar devisiasi 11,544.
Uji Normalitas Tes 2 Kelompok Kontrol
Uji normalitas digunakan untuk melihat normal atau tidaknya
penyebaran data pada data skor tes 2 kelompok kontrol dilakukan dengan uji
normalitas data. Di bawah ini disajikan tabel uji normalitas skor tes 2
kelompok kontrol.
60
60
Hasil Uji Normalitas Tes 2 Kelompok Kontrol
Dilihat dari data hasil uji normalitas tes 2 kelompok kontrol tampak
bahwa hasil uji kolmogrov-smirnov Z untuk hasil tes 1 kelompok kontrol
normal yaitu sebesar 0,889 dengan probabilitas signifikan 0,409. Hal ini
menunjukkan bahwa distribusi pengukuran variabel pada skor tes 2
kelompok kontrol adalah normal. Gambaran visual kenormalan penyebaran
data karakteristik dilihat pada Grafik 4.12berikut:
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kontrol
N 26
Normal Parametersa,b Mean 71,6538
Std. Deviation 7,65737
Most Extreme Differences Absolute ,174
Positive ,174
Negative -,145
Kolmogorov-Smirnov Z ,889
Asymp. Sig. (2-tailed) ,409
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
61
61
Grafik 4.5 Uji Normalitas Tes 2 Kelompok Kontrol
Pada grafik 4.5 terlihat bahwa data nilai siswa kontrol yang
berjumlah 26 anak membentuk kurve normal dengan rata-rata nilai
memperoleh 71,65 dan standar devisiasi 7,657.
Uji Test
Uji signifikansi perbedaan mean antar kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, analisis data yang digunakan adalah uji t-test. Di bawah
ini disajikan tabel hasil uji t-test skor tes 2 kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
62
62
Hasil Uji T-TEST SKOR TES 2 KELOMPOK EKSPERIMEN DAN
KELOMPOK KONTROL
Berdasarkan data hasil uji t-test, dapat dilihat hasil F hitung levene
test sebesar 2,506 dengan probabilitas 0,119>0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa kedua sampel memiliki variance sama atau dengan kata lain kedua
kelompok homogen. Dengan demikian analisis uji beda t-test harus
menggunakan asumsi equal variance assumed. Dari tabel di atas terlihat
bahwa signifikansi 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan untuk pembelajaran penggunaan benda kongkret
pada model pembelajaran make a match.
Uji Hipotesis
Hasil analisis data yang telah dilakukan, setelah diperoleh dari hasil
uji t maka analisis hipotesisnya adalah:
Ada efektifitasan signifikan penggunaan benda kongkret pada model
pembelajaran kooperatif tipe make a match terhadap hasil belajar siswa
kelas IV SD Imbas Gugus Perkutut Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang Semester II Tahun Ajaran 2011/2012.
Berdasarkan analisis uji hipotesis, hipotesis ditolak jika signifikansi
>0,05 (H > 0,05) dan hipotesis diterima jika signifikansi < 0,05 (H < 0,05).
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality
of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T Df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
NIlai Equal variances
assumed
2,506 ,119 -10,870 54 ,000 -19,03949 1,75153 -22,55109 -15,52788
Equal variances not
assumed
-10,606 44,058 ,000 -19,03949 1,79514 -22,65723 -15,42175
63
63
Dari hasil signifikansi diperoleh skor signifikansi 0,000 lebih kecil dari 0,05
(0,000 < 0,05) maka hipotesis diterima.
Kegiatan pembelajaran IPS dengan materi alat-alat teknologi
komunikasi yang menggunakan benda kongkret pada model pembelajaran
make a match, terlihat bahwa skor hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri
Tlogo Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang (kelompok eksperimen)
lebih baik dari pada skor tes hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri
Karangtengah 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang (kelompok
kontrol) yang pembelajarannya dilakukan secara konvensional. Hal ini
menunjukan bahwa keefektifan pembelajaran penggunaan benda kongkret
pada model pembelajaran make a match sangat besar karena dengan
penerapan pembelajaran tersebut hasil belajar siswa dapat meningkat
dengan rata-rata 90,69. Dibandingkan dengan pembelajaran yang
konvensional pada kelompok kontrol yang menerapkan pembelajaran
konvensional memperolah rata-rata 71, 69 (dibulatkan menjadi 72).
Data yang diperoleh membuktikan bahwa hasil pembelajaran dengan
menggunakan benda kongkret pada model pembelajaran make a match lebih
tinggi dibandingkan dengan hasil pembelajaran konvensional. Hasil skor
rata-rata tes 2 kelompok eksperimen kelas IV SD Tlogo mencapai hasil
90,69 sedangkan rata-rata skor tes 2 kelompok kontrol kelas IV SD Negeri
Karangtengah 01 mencapai hasil 72. Perbedaan rata-ratanya 18,69. Dilihat
dari segi perolehan skor rata-rata tes 2, dapat disimpulkan bahwa kelompok
eksperimen sudah mencapai ketuntasan KKM 90 karena 90,69 > 90,
sedangkan rata-rata kelompok kontrol belum tuntas mencapai KKM, karena
masih di bawah KKM 90. Derdasarkan hasil tes 2 dapat disimpulkan pada
kelompok eksperimen ada 21 siswa yang tuntas mencapai KKM 90, dengan
prosentase 70% dan 9 siswa tidak tuntas, prosentasenya sebesar 30%.
Berdasarkan data di atas sudah terlihat peningkatan yang signifikan,
mulanya pada tes 1 belum ada siswa yang tuntas pada tes 2 setelah diberikan
perlakuan 70% tuntas mencapai KKM. Sedangkan pada kelompok kontrol
terjadi peningkatan pada rata-rata nilai tes akan tetapi 26 siswa tidak ada
64
64
yang tuntas mencapai KKM 90, dengan prosentase 100% dan tidak ada
siswa yang tuntas, dengan prosentase 0%. Hal ini membuktikan bahwa
pembelajaran konvensional memberikan sedikit pengaruh peningkatan pada
hasil belajar siswa. Oleh karena itu, penggunaan benda kongkret pada model
pembelajaran make a match memiliki keefektifitasan yang besar dalam
pembelajaran kelas IV pada khususnya.
Terjadinya perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol salah satunya disebabkan adanya penggunaan media dan
model pembelajaran pada kelas eksperimen. Pembelajaran pada kelompok
eksperimen mendorong siswa untuk aktif, saling bekerjasama, mengalami
langsung serta melatih ketelitian dan kecepatan siswa dalam meyelesaikan
masalah. Pembelajaran yang digunakan juga mengajarkan siswa arti
kerjasama, tanggung jawab, kreatif, dan percaya diri.
Secara umum terjadinya perbedaan hasil belajar dan pencapaian
tingkat berpikir siswa dimungkinkan karena dalam penggunaan media dan
model pembelajaran dikembangkan keterampilan siswa tidak hanya dalam
ranah kognitif, siswa belajar dengan mengalami langsung, tidak hanya
sekedar hafalan materi dan mendengarkan penjelasan dari guru, sehingga
daya ingat siswa jauh lebih kuat. Didukung juga dengan perasaan senang
dalam pembelajaran, sehingga ketika mengerjakan soal tes siswa jauh lebih
bersemangat, akhirnya hasil belajarnya jauh lebih baik dan meningkat.