25
BAB III KAJIAN TEORI A. Perencanaan dan Pengendalian Produksi. 1. Definisi Perencanaan dan pengendalian produksi pada telah dinyatakan dalam berbagai istilah. Beberapa perusahaan menamakan departemen yang melaksanakan kegiatan perencanaan dan pengendalian produksi dengan macam-macam istilah, seperti: departemen produksi, departemen pengawasan produksi, departemen operasi, departmemen perencanaan dan pengawassan produksi dan masih banyak nama lain untuk departemen sejenis, namun saat ini istilah yang paling sering digunakan adalah departemen PPIC (production planning and inventory control). Perencanaan produksi itu sendiri bertujuan untuk mengadakan perencanaan khusus yang ada dalam bidang produksi. Sedangkan pengendalian produksi bertujuan untuk meramalkan kapasitas produksi yang akan diproduksi agar tidak merugikan perusahaan. Produksi adalah suatu proses pengubahan bahan baku menjadi produk jadi. Sistem produksi adalah sekumpulan aktivitas untuk pembuatan suatu produk, di mana dalam pembuatan ini melibatkan tenaga kerja, bahan baku, mesin, energi, informasi, modal,dan tindakan manajemen. Dalam praktik, 39

BAB III KAJIAN TEORI

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III KAJIAN TEORI

BAB III

KAJIAN TEORI

A. Perencanaan dan Pengendalian Produksi.

1. Definisi

Perencanaan dan pengendalian produksi pada telah dinyatakan dalam

berbagai istilah. Beberapa perusahaan menamakan departemen yang

melaksanakan kegiatan perencanaan dan pengendalian produksi dengan

macam-macam istilah, seperti: departemen produksi, departemen

pengawasan produksi, departemen operasi, departmemen perencanaan dan

pengawassan produksi dan masih banyak nama lain untuk departemen

sejenis, namun saat ini istilah yang paling sering digunakan adalah

departemen PPIC (production planning and inventory control).

Perencanaan produksi itu sendiri bertujuan untuk mengadakan

perencanaan khusus yang ada dalam bidang produksi. Sedangkan

pengendalian produksi bertujuan untuk meramalkan kapasitas produksi

yang akan diproduksi agar tidak merugikan perusahaan.

Produksi adalah suatu proses pengubahan bahan baku menjadi

produk jadi. Sistem produksi adalah sekumpulan aktivitas untuk

pembuatan suatu produk, di mana dalam pembuatan ini melibatkan tenaga

kerja, bahan baku, mesin, energi, informasi, modal,dan tindakan

manajemen. Dalam praktik, aktivitas dalam sistem produksi ini

dikelompokan menjadi dua kategori yaitu: proses produksi dan

perencanaan dan pengendalian produksi.

”Perencanaan dan pengendalian produksi (PPC) adalah aktivitas

bagaimana mengelola proses produksi tersebut” (Baroto, 2002:140). PPC

merupakan tindakan manajemen yang sifatnya abstrak (tidak dapat dilihat

secara nyata).

2. Ruang Lingkup Perencanaan dan Pegendalian Produksi

Semua departemen PPC pada industri manufaktur akan memiliki

fungsi yang sama. Fungsi atas aktivitas–aktivitas yang ditangani oleh

departenmen PPC atau PPIC adalah sebagai berikut:

39

Page 2: BAB III KAJIAN TEORI

a. Mengelola pesanan (order)

Pelanggan memasukan pesanan-pesanan untuk berbagai produk.

Pesanan-pesanan ini dimasukkan dalam jadwal produksi utama, ini

bila jenis produksinya made to order.

a. Meramalkan permintaan

Perusahaan biasanya berusaha memproduksi secara lebih independen

terhadap fluktuasi permintaan. Permintaan perlu diramalkan agar

skenario produksi dapat mengantisipasi fluktuasi permintaan tersebut.

Permintaan ini harus dilakukan bila tipe produksinya made to stock.

b. Mengelola persediaan

Tindakan pengelolaan persediaan berupa melakukan transaksi

persediaan, memubuat kebijakan persediaan pengaman, kebijakan

kuantitas pesanan/produksi, kebijakan frekuensi dan periode

pemesanan, dan mengukur performansi keuangan dari kebijakan yang

dibuat.

c. Menyusun rencana agregat

Pesanan pelanggan dan atau ramalan permintaan harus dikompromikan

dengan sumber daya perusahaan (fasilitas, mesin, tenaga kerja,

keuangan, dan lain-lain). Rencana agregat bertujuan untuk membuat

skenario pembebanan kerja untuk mesin dan tenaga kerja (reguler,

lembur, dan subkontrak) secara optimal untuk keseluruhan produk dan

sumber daya secara terpadu (tidak terproduk).

d. Membuat jadwal induk produksi

Jadwal Induk Produksi (JIP) adalah suatu rencana terperinci mengenai

apa dan berapa unit yang harus diproduksi pada suatu periode tertentu

untuk setiap item produksi. Apabila telah dikoordinasikan dengan

seluruh departemen jadwal induk produksi ini akan dijadikan dasar

dalam PPC. JIP ini akan di-review secara periodik atau bila ada kasus

JIP ini akan berubah bila ada hal yang harus diakomodasikan.

e. Merencanakan kebutuhan

JIP yang telah berisi apa dan berapa yang harus dibuat selanjutnya

akan diterjemahkan ke dalam kebutuhan komponen, sub-assembly, dan

40

Page 3: BAB III KAJIAN TEORI

bahan penunjang untuk penyelesaian produk. Untuk membuat

perencanaan kebutuhan diperlukan informasi lain berupa struktur

produk (bill of material) dan catatan persediaan. Bila hal ini belum

ada, maka tugas departemen PPC untuk membuatnya.

f. Melakukan penjadwalan

Melakukan penjadwalan pada mesin atau fasilitas produksi meliputi

urutan pengerjaan, waktu penyelesaian pesanan, kebutuhan waktu

penyelesaian, prioritas pengerjaan, dan lain-lainnya.

g. Monitoring dan pelaporan

Kemajuan tahap demi tahap dimonitor dan dibuat laporannya untuk

dianalisis.

h. Evaluasi skenario pembebanan dan kapasitas

Bila realisasi tidak sesuai rencana, maka rencana agregat, JIP, dan

penjadwalan dapat diubah/disesuaikan kebutuhan. Untuk jangka

panjang, evaluasi ini dapat digunakan untuk mengubah (menambah)

kapasitas produksi (Teguh Baroto, 2002:10).

3. Berbagai Macam Sistem Produksi

Untuk melaksanakan proses produksi, berbagai macam teknik proses

produksi telah dikenal. Pada industri logam misalnya, suatu jenis produk

biasanya dapat dikerjakan dengan berbagai macam teknik yang berbeda.

Teknik untuk pembuatan produk tersebut (proses produksi) bisa

pengecoran, cetak tekan, cetak pasir, bubut, frais dan lain-lain. Teknik

pengecoran juga dapat berbeda lagi untuk produk yang sama. Teknik

pengerjaan ini akan mempengaruhi kinerja produk yang dihasilkan.

Semua sistem produksi bertujuan untuk merencanakan dan

mengendalikan produksi agar lebih efisien, efektif, produktif dan optimal.

Karena jumlah sistem produksi sangat banyak, maka biasanya suatu

perusahaan hanya mengembangkansatu sistem produksi saja secara

eksklusif dan tidak dapat digunakan pada perusahaan lain. Beberapa jenis

sistem produksi (metode perencanaan dan pengendalian produksi/PPC)

yang biasa digunakan dalam perusahaan-perusahaan adalah:

41

Page 4: BAB III KAJIAN TEORI

a. sistem produksi proyek,

b. ’flexible Control System’,

c. sistem produksi ’Material Requirement Planning’,

d. sistem produksi ’Just In Time’,

e. ’Optimized Production Technology’,

f. ’Continous Process Control System’

Untuk memilih sistem yang tepat, harus dilihat dulu mengenai jenis

produksinya. Jenis atau tipe produksi tergantung pada jumlah produksi dan

bagaimana cara memproduksi. Industri manufaktuer terdiri atas banyak

jenis yang berbeda satu sama lain.

Berdasarkan cara pembuatan dan masa pengerjaan, produksi dapat

diklasifikasikan dalam tipe-tipe berikut:

a. Engineering To Order (ETO) bila perusahaan melakukan rekayasa

mulai penyiapan fasilitas sampai pembuatan untuk memenuhi pesanan

(order). Produk yang dipesan biasanya satu unit dan spesifikasinya

sangan berbeda antara pesanan yang satu dengan yang lain. Disamping

itu sangat banyak aktivitas yang terlibat dalam pembuatannya.

b. Made To Order (MTO) bila perusahaan berproduksi dengan fasilitas

produksi yang dimiliki untuk memenuhi pesanan (order).

c. Assembly To Order (ATO), bila perusahaan memproduksi dengan

fasilitas produksi yang dimiliki untuk memeni\uhi pesanan (order).

d. Made To Stock (MTS), bila produksi perusahaan tidak ditujukan untuk

melayani pesanan, namun distok untuk mengantisipasi permintaan.

Berdasarkan ukuran jumlah produksi yang dihasilkan, produksi dapat

dikelompokkan menjadi:

a. Produksi proyek, biasanya jumlah unit yang diproduksi satu dengan

jumlah operasi banyak dan melibatkan banyak sumber daya.

b. Produksi batch, bila jumlah unit yang diproduksi berukuran sedang,

biasanya perusahaan memproduksi banyak jenis produk.

c. Produksi masal, bila jumlah unit yang diproduksi sangat besar, jenis

yang diproduksi perusahaan umumnya lebih sedikit dibanding batch.

42

Page 5: BAB III KAJIAN TEORI

Berdasarkan cara memproduksi (berhubungan dengan pengaturan

fasilitas produksi), produksi dikelompokkan menjadi:

a. produksi flow shop,

b. produksi fleksibel (flexible manufacturing system),

c. produksi job shop, biasanya untuk volume produksi batch.

d. produksi kontinu, biasanya untuk volume produksi masal.

(Teguh Baroto, 2002:18)

4. Jenis-jenis kegiatan pada Proses Produksi:

Proses pembuatan gula melalui lima tahapan yaitu :

a. Proses Pemerahan / Penggilingan

Tebu yang sudah masak diangkut ke pabrik untuk ditimbang

dan digiling dalam waktu kurang dari 24 jam. Apabila terlalu lama

disimpan, maka tebu akan mengalami penurunan kulitas karena terjadi

penguraian sukrosa yang menurunkan kandungan gula.

Tujuan proses pemerahan atau penggilingan adalah mengambil

nira dalam tebu sebanyak mungkin. Sebelum digiling tebu dipotong

dalam unit pemotong pendahuluan yang disebut crusher, pisau potong

dan rafelar untuk dalam beberapa tahap. Sistem perah pada umumnya

terdiri dari satu unit prapengolah kemudian dikaitkan dengan unit

gilingan. Untuk menekan sukrosa sekecil mungkin dalam ampas maka

ampas ditambah dengan air imbibisi sebanyak 28 – 30 % dari tebu.

Air yang digunakan adalah air panas dengan suhu 700 – 800°

C, karena dengan air panas akan memudahkan pemerahan dan

menekan sekecil mungkin kehilangan sukrosa yang melekat pada

ampas dan juga untuk mematikan jasad mikroba. Pemberian air

imbibisi dengan jalan disemburkan sehingga dapat mengenai semua

bagian ampas. Nira hasil perahan dari penggilingan disebut nira

mentah, dan nira mentah diproses lebih lanjut untuk memisahkan gula

dari air dan bagian bukan gula lainnya.

43

Page 6: BAB III KAJIAN TEORI

b. Proses Pemurnian

Nira mentah sebagai hasil dari pemerahan mengandung bahan-

bahan yang larut (gula, gula reduksi, kation K, Ca, Mg, Fe, Al yang

terkait oleh asam organik) dan koloidal (tetes, zat lilin, pectin, zat

warna, senyawa Fe dan Aluminium).

Tujuan dari proses pemurnian nira adalah untuk memisahkan

sebanyak mungkin kotoran (zat bukan gula) dalam nira hasil

pemerahan tanpa merusak gula. Proses pemurnian yang dipakai di

pabrik gula adalah dengan cara sulfitasi alkalis. Nira mentah

dipanaskan dengan suhu 500 – 550 C kemudian dialirkan ke defecator

untuk ditambahkan susu kapur sehingga mencapai pH 10,5 – 11. Nira

kemudian dialirkan ke bejana sulfitasi untuk ditambahkan gas SO2

sampai pH 7 – 7,2. Setelah keluar dari bejana sulfitasi, nira dialirkan

ke pemanas sampai suhu ± 1050 C. Nira dilewatkan pada peti ekspansi

untuk membuang gas yang mungkin terdapat dalam nira, kemudian

dialirkan ke Dorr Clarifier. Dalam Dorr Clarifier terjadi pengendapan

dimana nira kotor yang tercampur dengan endapan kotoran disaring,

dan hasil saringan disebut blotong. Nira tapis yang dihsilkan dicampur

dengan nira jernih untuk menjadi nira encer dan diolah kembali. Gula

yang dihasilkan dengan cara sulfitasi adalah gula putih.

c. Proses Penguapan

Penguapan merupakan proses pemekatan larutan dengan cara

mendidihkan pelarutnya. Tujuan proses ini adalah untuk

menghilangkan sebagian besar air dalam nira. Proses ini dilakukan

dengan cara menggunakan beberapa badan evaporator yang terdiri dari

rangkaian 4 – 5 badan yang secara kontinyu disebut multiple effect

evaporator. Pada multiple effect evaporator, uap yang dihasilkan pada

badan penguap I digunakan sebagai uap nira badan terakhir diteruskan

ke kondensor.

d. Proses Kristalisasi

Merupakan proses pemisahan padatan dan cairan melalui alir

massa dari fase cair ke fase kristal padat murni. Syarat kristalisasi

44

Page 7: BAB III KAJIAN TEORI

adalah kemampuan membuat larutan lewat jenuh karena kristalisasi

tidak dapat berlangsung tanpa lewat jenuh. Ada 3 cara membuat

larutan lewat jenuh :

1) Dengan pendinginan

2) Dengan penguapan

3) Kombinasi antara pendinginan dan penguapan.

Kristalisasi dilakukan dalam tekanan hampa untuk

menghindarkan warna tua oleh pengaruh suhu yang tinggi. Proses

pembentukan kristal diperlukan 2 langkah yaitu :

1) Lahirnya suatu partikel baru atau nukleasi

2) Tumbuhnya partikel menjadi sesuatu yang ukurannya

makroskopik.

Kristalisasi ada yang beoperasi secara kontinyu dan secara batch.

Macam-macam metode masakan (kristalisasi) gula, yaitu :

1) Metode 2 tingkat masakan

2) Metode 3 tingkat masakan

3) Metode 4 tingkat masakan.

e. Proses Puteran dan Penyelesaian

1) Proses puteran

Puteran adalah alat yang berupa tromol yang dapat

berputar. Hasil dari proses pemisahan kristal adalah kristal gula

dan melase (tetes). Puteran ada yang bekerja secara otomatis dan

menggunakan tenaga manusia. Alat puteran sepenuhnya dikerjakan

oleh tenaga manusia. Larutan mulai dimasukkan ke tromol puteran

pada saat alat bergerak perlahan-lahan. Saat puteran berputar

dengan cepat, kristal gula menempel pada saringan. Tetes akan

tertekan sehingga dapat menerobos keluar melalui lubang-lubang

saringan, masuk ke poros penggerak lalu keluar melalui lubang.

Tetes merupakan hasil pemisahan kristal, juga mengandung

gula, tetapi juga sudah tidak dapat diambil karena mengandung

kotoran dalam jumlah tinggi yang menghambat pengkristalan.

Puteran yang dikerjakan secara otomatis, larutan dibawa menuju

45

Page 8: BAB III KAJIAN TEORI

basket saat puteran berputar dengan kecepatan sedang dan

kecepatan penuh saat semua beban masuk.

Larutan menyebar ke sisi vertikal basket, meluap pada

ujung atau tepinya. Setelah melase dilewatkan, gula biasanya

dicuci dengan semprotan air atau uap untuk membersihkan sisa-

sisa melase yang masih menempel pada kristal. Gula yang tercuci

ditahan pada saringan kemudian dikeluarkan melalui katup yang

ada di pusat basket menuju conveyor yang membawa ke proses

pengeringan, penyaringan, dan pengemasan.

2) Proses penyelesaian

Air yang terkandung dalam gula kristal hasil sentrigugasi

masih cukup tinggi, ± 20 % gula yang mengandung air akan lebih

mudah rusak dibandingkan gula kering. Agar tidak rusak pada

penyimpanan, gula harus dikeringkan terlebih dahulu dengan cara

alami atau memakai udara panas dengan suhu ± 800C.

Pengeringan gula secara alami, gula SHS dilewatkan pada

talang goyang panjang yang diharapkan dapat kering dan dingin.

Untuk proses pengeringan, cara ini membutuhkan ruang yang

luasdibandingkan cara pemanasan. Cara pemanasan ini

berdasarkan prinsip aliran berlawanan yaitu bahan yang

dikeringkan berlawanan dengan aliran udara panas pengering.

Untuk menjamin gula tetap berkadar air antara 10 – 15 %,

maka kondisi gudang penyimpanan harus memenuhi syarat,

diantaranya penumpukan karung harus diatur serapat mungkin agar

sedikit udara yang terdapat di antara karung. Posisi tumpukan pun

harus menyempit ke atas agar tidak mudah roboh dan tekanan tidak

terlalu besar.

B. Proses Produksi.

Proses Produksi adalah metode atau teknik yang dipergunakan dalam

mengolah bahan baku untuk diproses menjadi bahan jadi (produk jadi) yang

siap dipergunakan oleh konsumen. Pelaksanaan proses produksi di perlukan

46

Page 9: BAB III KAJIAN TEORI

adanya proses dan schedule pelaksanaan proses kerja ( waktu kerja ) dari

perusahaan. Manajemen perusahaan yang bersangkutan khususnya bagian

Pengendalian proses selayaknya dapat menentukan schedule dan urutan proses

tersebut, sehingga pelaksanaan produksi di dalam perusahaan akan berjalan

dengan baik.

Sehubungan dengan penyususunan urutan dan schedule proses produksi

maka dalam pelaksanaan penyelesian proses produksi yang dilaksanakan akan

dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu:

1. Penyeleseian produk per unit.

Perusahaan yang mempunyai tipe pelaksannan penyeleseian proses

produksi per unit adalah perusahaan yang dalam proses produksi selalu di

dasarkan pada setiap unit produk yang sedang diproduksi.

2. Penyeleseian produk dalam kelompok unit.

Penyeleseian produk dalam bentuk seperti ini maksudnya adalah

penyeleseian proses produksi dengan spesifikasi tertentu dengan jumlah

tertentu pula. Penyeleseian proses produksi yang dilaksanakan oleh

perusahaan semacam ini akan dipergunakan unutk pemenuhan pesanan

maupun untuk keperluan persediaan atau untuk memenuhi permintaan

pasar.

Secara umum proses penyeleseian produksi dalam kelompok unit

tertentu tersebut akan dapat di pisahkan menjadi tiga macam,yaitu:

a. Kelompok produk yang di produksi dalam jumlah tertenu hanya akan

di produksi sekali saja.

b Kelompok produk yang di produksi tersebut akan di produksikan

kembali, namun kapan akan di produksi lagi tidak mempunyai pola

yang teratur.

c Kelompok produk tersebut diproduksikan lagi di dalam perusahaan

yang bersangkutan dengan tenggang waktu yang teratur, atau dapat di

ketahui sebelumnya (Diktat Kuliah, 2005:25).

47

Page 10: BAB III KAJIAN TEORI

C. Kendali Mutu (Quality Control)

Masalah quality control ini, tidak hanya menyangkut tentang benda atau

barangnya saja, tetapi menyangkut pula kebijakan kualitas sesuai tuntutan

pasar, kebutuhan investasi, kemampuan menghasilkan kembali (return of

investment). Persaingan dan sebagainya, kualitas dan desain teknis, standart

bahan baku, proses dan kemampuan kerja barang yang bersangkutan, serta

berbagai pengawasan di bidang-bidang kualitas bahan yang dipakai, operasi

yang digunakan dan daya kerja benda kerja.

Kualitas benda kerja sangat dipengaruhi ada atau tidaknya ketidak

seragaman hasil proses produksi yang disebabkan oleh beberapa faktor, antara

lain:

1. Mesin yang digunakan.

2. Bahan yang digunkan.

3. Operator mesin.

Beberapa keuntungan pelaksanaan proses kendali mutu antara lain:

1. Pentingnya ratio kualitas atau biaya.

2. Agar kualitas produk menjadi lebih baik.

3. Menjaga kualitas produk lebih seragam.

4. Penyediaan bahan baku lebih baik.

5. Penggunaan alat produksi lebih efisien.

6. Mengurangi kerja ulang atau pembuangan.

7. Inspeksi yang lebih baik.

Prosedur untuk mencapai sasaran mutu industri pada umumnya ada empat

langkah, antara lain:

1. Menetapkan standar.

2. Menilai kesesuaian.

3. Melakukan tindakan bila perlu.

4. Merencanakan Perbaikan.

(Feigenbaun, 1992:35)

48

Page 11: BAB III KAJIAN TEORI

D. Maintenance

1. Pengertian

Maintenance adalah suatu usaha bagi pencapaian kondisi yang lebih

baik terhadap suatu peralatan dalam waktu yang relatif lama dan

berkesinambungan. Sehingga dapat memberikan hasil reparasi yang sesuai

dengan permintaan konsumen.

Istilah Maintenance itu sendiri bisa dikatakan sebagai pemeliharaan

suatu mesin sehingga mesin itu dapat berfungsi sesuai dengan kebutuhan

kerjanya.

Tingkat maintenance tergantung dari beberapa faktor, diantaranya

adalah faktor teknik dan faktor ekonomis. Masalah teknik meliputi usaha

untuk menghilangkan timbulnya kemacetan pada mesin dan tindakan

untuk memperbaikinya, sedangkan faktor ekonomis menyangkut masalah

efisiensi dalam melaksanakan maintenance dan perlunya analisis yang

cermat.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan maintenance adalah:

a. Pelaksanaan maintenance memerlukan alat dan bahan, maka kegiatan

maintenance perlu diawasi.

b. Pimpinan maintenance harus selalu menyediakan alat-alat dan bahan

supaya selalu siap bila diperlukan dalan keadaan mendadak.

c. Pelaksanaan maintenance harus membuat catatan tentang kegiatan

maintenance.

d. Membuat laporan tentang kemajuan, pembetulan yang telah

diselesaikan dan telkah dilakukan pemeriksaan.

e. Analisis jika ada kegagalan setelah mendapatkan pengontrolan.

b. Tujuan Maintenance

Maintenance sendiri mempunyai tujuan:

a. Mengurangi pemakaian biaya dan penyimpangan.

b. Menjaga modal yang diinvestasikan perusahaan.

c. Menghindari bahaya dari pekerja.

d. Memelihara biaya pemeliharaan seminimal mungkin.

c. Sistem pemeliharaan.

49

Page 12: BAB III KAJIAN TEORI

Sistem pemeliharaan yang dilakukan di beberapa perusahaan

umumnya ada dua jenis, antara lain:

a. Pemeliharaan priodik.

Kegiatan ini adalah pemeliharaan rutin yang dilakukan secara

periodik berupa Preventif dan Corrective Maintenance.

Preventif Maintenance adalah kegiatan pemeliharaan rutin yang

dilakukan secara berkala untuk mencegah timbulnya kerusakan-

kerusakan yang tak terduga, serta menemukan kondisi atau keadaan

yang dapat menimbulkan sarana perusahaan mengalami gangguan atau

kerusakan pada saat melakukan proses reparasi.

Sistem preventif maintenance dipakai untuk pemeliharaan

peralatan bengkel. Hal ini dimaksudkan agar semua proses reparasi

dapat berjalan dengan lancer tanpa adanya gangguan yang bisa

berdampak pada kemoloran waktu dan pembengkakan biaya.

Kerugian perusahaan karena kelalaian mengadakan pemeliharaan

peralatan antara lain:

1. Kerusakan peralatan yang cukup parah sehingga menyebabkan

biaya perbaikan menjadi mahal.

2. Kerugian waktu karena berhentinya sebagian mesin yang

digunakan untuk reparasi.

3. Kerugian material dikarenakan rusaknya beberapa bagian dari

order akibat jalannya mesin yang tidak normal.

4. Menimbulkan keengganan para pelanggan untuk kembali

mereparasikan alat-alatnya pada perusahaan karena dianggap

kurang professional dalam bekerja

Berikut akan disajikan contoh mesin-mesin yang memerlukan

pemeliharaan secara berkala:

1. Mesin Bubut: pemeliharaan mesin bubut lebih difokuskan pada

ketajaman dan kekuatan pahat, karena jika pahat tidak tajam dan

kuat maka, hasil penayayatanya pun tidak akan bisa mendekati

presisi.

50

Page 13: BAB III KAJIAN TEORI

2. Mesin Bor: pemberian pelumas setiap dan setelah pemakaian akan

sangat menjaga ketahanan mesin tersebut dari ancaman patah,

tersendat dan hal-hal non teknis lainnya.

3. Mesin Frais: penitikberatan pemeliharaan mesin frais terletak pada

bagian pahat dan sistem transmisinya, hal ini dikarenakan pahat

yang tumpul akan merusak benda kerja, begitu pula dengan

transmisi putarnya, ketika transmisi tersebut tidak bisa berjalan

normal, maka jalan pemakanannyapun akan ikut tersendat dan hal

ini akan berpengaruh pada tingkat kehalusan dan kepresisian benda

kerja.

4. Mesin Sekrap: pada mesin sekrap inti pemeliharaan terletak pada

pahat dan kekuatan ragum, karena jika pahat tumpul sedangkan

ragum tidak terpasang dengan benar maka kemungkinan

terpelantingnya ragum akan besar.

5. Mesin Gerinda: pada mesin ini fokus perawatan hanya pada mata

gerinda saja, karena jika mata gerinda sudah aus dan tidak rata,

maka hasil polishingnya pun akan jauh dari harapan.

b. Pemeliharaan non periodik.

Pemeliharaan non periodik adalah kegiatan pemeliharaan yang

dilakukan diluar pemeliharaan periodik. Pemeliharaan nono periodik

ini meliputi:

1. Perbaikan kerusakan mendadak, saat mesin sedang berjalan.

2. Perbaikan ringan pada komponen-komponen kecil yang tidak

memerlukan waktu yang lama (Suma’ur unun, 1987:35).

E. Keselamatan Kerja

a. Keselamatan di Tempat Kerja

Undang-undang peraturan pengawasan, rekomendasi, nasehat, dan

lain-lain tidak ada artinya jika di tempat kerja tidak ada usaha untuk

meningkatkan keselamatan. Perusahaan harus aktif dengan segala

organisasinya untuk membuat tempat kerja yang ada lebih mengutamakan

keselamatan.

51

Page 14: BAB III KAJIAN TEORI

Pimpinan perusahaan atau pengurus perusahaan harus menjadi

pimpinan aktivitas keselamatan. Setiap orang di perusahaan harus tahu

bahwa pimpinan perusahaan tidak hanya tertarik pada produksi, kepada

kualitas dan kuantitas produk, kepada pencegahan terbuang-buangnya

material, kepada pemeliharaan mesin dan peralatan secara baik, tetapi juga

kepada keselamatan.

Untuk meningkatkan keselamatan di tempat kerja adalah perencanaan

yang baik untuk pimpinan perusahaan, penerapan cara-cara kerja yang

aman oleh tenaga kerja, keteraturan dan tata rumah tangga yang baik, dan

pemasangan pagar pengaman atau pelindung, terhadap mesin-mesin yang

berbahaya. Pimpinan perusahaan harus mengorganisasi proses secara

efisien dengan mengkombinasikan produksi maksimum dengan biaya

minimum dan dengan memasukkan keselamatan tidak sebagai ekstra tetapi

merupakan bagian dari proses. Kebiasaan-kebiasaan kerja secara benar

harus ditimbulkan oleh latihan kerja yang tepat dan selanjutnya diteruskan

dalam praktek di tempat kerja. Keteraturan dan ketata rumah tanggaan

sebagaimana juga alat-alat pengaman penting bagi produksi dan juga

keselamatan. Mengenai aspek psikologis, kondisi kerja yang berakibat

ketenangan mental sangat membantu meningkatkan keselamatan. Di

perusahaan, pimpinan harus menetapkan apa yang harus dilakukan tentang

permasalahan tersebut dan memberikan instruksi yang diperlukan. Orang

yang biasanya melaksanakan tugas-tugas ini adalah pengawas atau

pimpinan kelompok yang peranannya sangat besar dalam

menyelenggarakan keselamatan kerja.

Pada perusahaan besar mungkin terdapat bagian keselamatan dalam

organisasi atau seorang ahli keselamatan kerja, sedangkan kerjasama

semua pihak dalam kegiatan keselamatan akan lebih digalakkan oleh suatu

panitia keselamatan. Biasanya bagian personalia bertanggungjawab

tentang tenaga kerja baru dan mengenai latihan kerja di dalam perusahaan.

Pada perusahaan kecil, prinsip-prinsip demikian tetap berlaku, tetapi

organisasinya lebih sederhana.

52

Page 15: BAB III KAJIAN TEORI

Apakah perusahaan harus memiliki ahli keselamatan dan panitia

keselamatan secara bersama-sama sering dipermasalahkan. Ruang gerak

terdapat untuk keduanya, oleh karena ahli keselamatan berfungsi keahlian,

sedang panitia keselamatan bertugas manggalang kerjasama yang efisien

di antara pengusaha dan karyawan. Di perusahaan yang relatif kecil, tidak

cukup aktivitas dan kebutuhan untuk mempunyai seorang ahli keselamatan

kerja.

Tetapi tetap terdapat ruang lingkup kegiatan bagi panitia keselamatan.

Pada perusahaan-perusahaan yang lebih kecil lagi, kebutuhan akan panitia

keselamatan lebih berkurang lagi sebagai akibat dekatnya hubungan di

antara pimpinan perusahaan, karyawan dan pengawas kelompok.

b. Keselamatan Kerja Karyawan

Pada proses produksi, seorang karyawan sering kali harus berhadapan

dengan alat atau barang yang berat dan berbahaya. Selain itu juga terdapat

sarana dan prasarana yang jika penggunaannya tidak sesuai dengan

prosedur yang berlaku akan mendatangkan akibat yang fatal, baik bagi

pengguna maupun barang itu sendiri. Maka dari itu dalam proses produksi

seoarang karyawan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Menggunakan pakaian kerja, sepatu dan helm kerja untuk melindungi

diri dari kecelakaan.

2. Menggunakan kacamata saat melakukan proses pengelasan dan

penggerindaan (kacamata sesuai dengan standart kesehatan dan

keselamatan kerja).

3. Menggunakan alat-alat sesuai denga fungsi dan kapasitasnya.

4. Melakukan tahapan-tahapan sesuai dengan prosedur.

5. Menggunakan masker, kaos tangan dan penutup telinga saat

melakukan pekerjaan (untuk pengerjaan dengan mesin-mesin berat

yang berputar, tidak diperkenankan menggunakan kaos tangan).

6. Jika hendak menggunakan alat angkat, periksa terlebih dahulu kondisi

fisik kelayakan alat angkat tersebut.

53

Page 16: BAB III KAJIAN TEORI

7. Hendaknya menggunakan alat bantu mekanis untuk mengangkat

sesuatu yang berat (katrol, dongkrak dll.), jangan menggunakan

kekuatan fisik.

8. Untuk pengelasan:

Gunakan selalu kaca mata las, sarung tangan dan safety shoe.

Pakailah pelindung dada dan pakaian kerja lengan panjang (seluruh

badan tertutup).

9. Sebelum melakukan pekerjaan pikirkan hal-hal yang memungkinkan

terjadinya kecelakaan kerja, sehingga akan timbul antisipasi untuk

melakukan perlindungan diri sendiri (self protective).

10. Bacalah SOP (Standart Operation Procedure) keselamatan kerja

(Suma’mur unun 1996:21).

54