41
73 BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI BATUMERAH-PASSO SEBELUM DAN PADA SAAT KONFLIK DI KOTA AMBON A. GAMBARAN UMUM NEGERI BATUMERAH-PASSO DALAM HUBUNGAN PELA GANDONG DI KOTA AMBON 1. Kondisi Geografis Lokasi penelitian Negeri 1 atau Desa Batumerah-Passo secara geografis berada dalam wilayah Administrasi Pemerintahan Kota Ambon yang terdiri dari lima Kecamatan, yakni Kecamatan Sirimau, Kecamatan Baguala, Kecamatan Teluk Dalam, Kecamatan Nusaniwe dan Kecamatan Leitimur Selatan. Negeri Batumerah (dengan luas negeri 60.000.000.00, Ha) berada pada kecamatan sirimau, sedangkan Passo (dengan luas negeri 1.293, Ha) berada pada Kecamatan Baguala. 2 Dengan batas wilayah antara kedua negeri Batumerah-Passo, yaitu: 1.1.1. Negeri Batumerah Bagian Utara : Halong dan Kali Wairuhu Bagian Selatan: Wai Hatukau Bagian Timur : Rutong dan Hutumuri Bagian Barat : Teluk Ambon 1 Istilah negeri merupakan suatu suatu entitas masyarakat yang khas dari daerah Maluku. Ziwar Effendi mengungkapkan bahwa: Istilah Negeri awalnya bukanlah berasal dari bahasa asli daerah Maluku atau “bahasa tana”, tetapi nama yang diciptakan oleh Belanda, negeri adalah persekutuan terrtorial yang terdiri dari beberapa soa yang pada umumnya berjumlah paling sedikit tiga buah. Ziwar Effendi. Hukum Adat Ambon-Lease, Jakarta: Pradyna Paramita. 1987. h. 31. Lht juga, R.Z. Leirisa, et al. menurutnya, di Maluku khususnya di pulau Ambon dan kepulauan Lease, sistem pemerintahan dinamakan Negeri baru tumbuh pada abad ke-17 ketika masa VOC dan dilanjutkan pada zaman Hindia-Belanda. Sistem pemerintahan di Pulau Ambon diatur dalam satu distrik (Distrik Amboina) dan dua distrik bawahan (Distrik Hila dan Passo). R.Z. Leirisa, et al. Sejarah Kebudayaan Negeri Maluku, Jakarta :Proyek IDSN Departemen P & K, 1984. Peraturan Daerah Provinsi Maluku Nomor: 14 tahun 2005 merumuskan Negeri adalah Kesatuan Masyarakat Hukum Adat yang memiliki batas-batas wilayah, yang berwewenang untuk mengatur dan mengurus kepertingan masyarkaat setempat berdasarkan asal usul adat istiadat dan hukum adat setempat diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Provinsi Maluku, 2005. Peraturan Pemerintah Daerah Provinsi Maluku Nomor 13: tahun 2005 2 Sumber: Kantor Pemda Kota Ambon ,2016

BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

  • Upload
    dangthu

  • View
    226

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

73

BAB III

HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI

BATUMERAH-PASSO SEBELUM DAN PADA SAAT

KONFLIK DI KOTA AMBON

A. GAMBARAN UMUM NEGERI BATUMERAH-PASSO DALAM

HUBUNGAN PELA GANDONG DI KOTA AMBON

1. Kondisi Geografis

Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo – secara geografis

berada dalam wilayah Administrasi Pemerintahan Kota Ambon yang terdiri dari

lima Kecamatan, yakni Kecamatan Sirimau, Kecamatan Baguala, Kecamatan

Teluk Dalam, Kecamatan Nusaniwe dan Kecamatan Leitimur Selatan. Negeri

Batumerah (dengan luas negeri 60.000.000.00, Ha) berada pada kecamatan

sirimau, sedangkan Passo (dengan luas negeri 1.293, Ha) berada pada Kecamatan

Baguala.2 Dengan batas wilayah antara kedua negeri Batumerah-Passo, yaitu:

1.1.1. Negeri Batumerah

Bagian Utara : Halong dan Kali Wairuhu

Bagian Selatan : Wai Hatukau

Bagian Timur : Rutong dan Hutumuri

Bagian Barat : Teluk Ambon

1 Istilah negeri merupakan suatu suatu entitas masyarakat yang khas dari daerah Maluku. Ziwar

Effendi mengungkapkan bahwa: Istilah Negeri awalnya bukanlah berasal dari bahasa asli daerah

Maluku atau “bahasa tana”, tetapi nama yang diciptakan oleh Belanda, negeri adalah persekutuan

terrtorial yang terdiri dari beberapa soa yang pada umumnya berjumlah paling sedikit tiga buah.

Ziwar Effendi. Hukum Adat Ambon-Lease, Jakarta: Pradyna Paramita. 1987. h. 31. Lht juga,

R.Z. Leirisa, et al. menurutnya, di Maluku khususnya di pulau Ambon dan kepulauan Lease,

sistem pemerintahan dinamakan Negeri baru tumbuh pada abad ke-17 ketika masa VOC dan

dilanjutkan pada zaman Hindia-Belanda. Sistem pemerintahan di Pulau Ambon diatur dalam satu

distrik (Distrik Amboina) dan dua distrik bawahan (Distrik Hila dan Passo). R.Z. Leirisa, et al.

Sejarah Kebudayaan Negeri Maluku, Jakarta :Proyek IDSN Departemen P & K, 1984. Peraturan

Daerah Provinsi Maluku Nomor: 14 tahun 2005 merumuskan Negeri adalah Kesatuan Masyarakat

Hukum Adat yang memiliki batas-batas wilayah, yang berwewenang untuk mengatur dan

mengurus kepertingan masyarkaat setempat berdasarkan asal usul adat istiadat dan hukum adat

setempat diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintah Provinsi Maluku, 2005. Peraturan Pemerintah Daerah Provinsi Maluku Nomor 13:

tahun 2005 2 Sumber: Kantor Pemda Kota Ambon ,2016

Page 2: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

74

1.1.2. Negeri Passo

Bagian Utara : Negeri Hitu dan Negeri Mamala

Bagian Selatan : Negeri Hutumuri dan Negeri Halong

Bagian Timur : Negeri Suli

Bagian Barat : Kelurahan Lateri dan Desa Negeri Lama

2. Kondisi Demografis

Berdasarkan data yang diperoleh jumlah penduduk negeri Batumerah 57. 630

jiwa yaitu laki-laki 23. 193 dan perempuan 27. 033 jiwa, tersebar dalam wilayah

RW: 20 dan RT: 100. Dan negeri Passo 20. 571 jiwa yaitu laki-laki 10. 208 jiwa

dan perempuan 10. 363, tersebar dalam wilayah RW: 13 dan RT: 13. Penduduk

Negeri Batumerah-Passo bukanlah komunitas yang homogen. Di situ hidup

berbagai etnis dan sub etnis yang berasal dari dalam wilayah provinsi Maluku

maupun dari luhur dan bahkan dari luar negeri yang membaur menjadi satu mulai

dari Tionghoa, Jawa, Batak, Sulawesi (Buton, Bugis Makasar), Saparua, Seram,

Kei, Tanimbar, Kisar, Leti, Haruku, dan seterusnya dengan beragam pekerjaan

dari yang mencari sesuap nasi sampai pada yang profesional. Diklasifikasikan

secara terperincih dalam tabel-tabel berikut:

Tabel 01

Jumlah penduduk Batumerah berdasarkan jenis pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah

1

2

3

4

Pegawai Negeri Sipil

Wiraswasta

TNI/POLRI

Pengemudi Becak

3. 062

6. 651

757

160

Jumlah 10. 664

Page 3: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

75

Tabel 02

Jumlah penduduk Passo berdasarkan jenis pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah

1

2

3

4

5

Pegawai Negeri Sipil

Karyawan/wiraswasta

TNI/POLRI

Nelayan/Petani

Jasa

1. 181

651

507

1. 030

1. 808

Jumlah 5. 169

Tabel 01 dan 02 mengenai jenis pekerjaan, penduduk negeri Batumerah-

Passobelum termasuk keseluruhan penduduk yang ada. Jenis pekerjaan penduduk

kedua negeriberagam di berbagai sektor pekerjaan. Yang paling menonjoldigeluti

penduduk negeri Batumerah adalah pegawai swasta/wiraswasta yang mencapai

657. 651 jiwa (Jumlah penduduk suku buton, makasar, jawa, bugis lebih banyak

dari penduduk asli, mereka adalah para pedagang. Pasca konflik, jumlah

pedagang mengalami peningkatan oleh karena masuknya pengungsi dari sejumlah

wilayah kota ambon, seperti Dari Benteng3). Sementara, untuk negeri Passo

adalah PNS. Rasio jumlah pekerjaan PNS pada kedua negeri menunjukan angka

yang seimbang antara keduanya, yakni Negeri Batumerah 3. 062, sedangkan

Passo 1. 181 dari jumlah keseluruhan penduduk.

Tabel 03

Jumlah penduduk Negeri Batumerah-Passo berdasarkan agama

No

Negeri

Agama yang dianut

Jumlah Islam K.

Protesan

K.

Katolik Hindu

1 Negeri Batumerah 49. 696 - 530 - 50. 696

2 Passo 138 18. 671 1722 40 20. 571

3 Wawancara dengan F.T. (Kaur Pemerintahan Negeri Batumerah), 14 September 2016

Page 4: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

76

Tabel 03 mengenai agama penduduk negeri Batumerah-Passo. Belum

megakomodir keberagamaan penduduk secara keseluruhan. Khusus untuk negeri

Batumerah ditemukan melalui observasi masih terdapat beberapa kepala keluarga

yang beragama Kristen Protestan di salah satu RT dalam wilayah setempat.

Tergambarkan jelas jumlah mayoritas pada wilayah Batumerah adalah penduduk

agama Islam yaitu 49. 969 jiwa, seperti yang diungkapkan oleh Fatah bahwa: “di

Batumerah sini 97% muslim dan 3% adalah orang Katolik, hanya 2 RT”4.

Sedangkan,pada wilayah Passo mayoritas ialah agama Kristen yakni, Kristen

Protestan 18. 671, Katolik 1722. Minoritas penduduk muslim 138 jiwa di negeri

Passo menurut Mailuhu, adalah keluarga anggota kepolisian5.

3. Kondisi Sosial

3.1. Sistem Pemerintahan Negeri Batumerah Passo

Penyelenggaran pemerintahan di Kota Ambon mempunyai karakteristik

tersendiri, yang mana terdidiri atas Negeri dengan adat istiadat yang hidup, diakui,

dihormati, dipertahankan, dipatuhi dan dilaksanakan oleh masyarakat setempat.

Oleh karena itu sistem pemerintahan di Kota Ambon perlu diatur dan ditata

kembali berdasarkan hak asal-usul adat Istiadat dan hukum adat yang berlaku,

yang oleh Pemerintah Daerah Provinsi Maluku telah ditetapkan Peraturan No. 14

tahun 2005 tentang Penetapan kembali Negeri sebagai Kesatuan Masyarakat

Hukum Adat dalam wilayah Provinsi Maluku. Selanjutnya, berdasarkan

Peraturan Daerah Kota Ambon No: 3 tahun 2008 tentang Negeri di Kota Ambon6.

Berdasarkan itu, maka selanjutnya perihal sistem pemeritahan dan asal-usul

Negeri Batumerah-Passo akan dibahas dalam bagian selanjutnya dari bab ini,

sebagai berikut:

4 Wawancara dengan F.T. (Kaur Pemerintahan Negeri Batumerah), 14 September 2016.

Menurutnya, para pendatang dari Bugis, Buton dan Makasar adalah pekerja-pekerja keras dan ulet,

juga hemat. Sebelum konflik 1999, mereka lebih menguasai sektor ekonomi mulai dari pedangan

dan pengusaha sampai pengemudi becak. 5 Wawancara dengan L. M. (Kaur Pemerintahan Negeri Passo),September, 2016

6 Jelasnya peraturan Daerah ini telah diatur beberapa ketentuan umum tentang: Negeri Desa,

Petuanan, Pemerintahan Negeri, Saniri Raja Pati, Raja, Saniri Lengkap, Saniri Besar, Soa, Soa

Parenta, Kepala Soa, Kampong, Kepala Kampong, Marinyo, Latupati dan Lembaga

Kemasyarakatan Negeri dapat dilihat dalam Ziwar Efendi, Hukum Adat…1987, 10

Page 5: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

77

3.1.1. Sistem Pemerintahan Negeri Batumerah

Pemerintahan di negeri Batumerah (Nama Teon: Hatukau) dikepalai oleh

seorang Raja, yang berasal dari turunan Soa atau mata ruma Parentah7. Menurut

Hatala,8 dikenal 2 marga Parentah di negeri Batumerah, yakni Hatala dan Nurlete.

Sedangkan, sesuai ketetapan Saniri Negeri, terdapat beberapa marga soa parentah

sebagai calon Raja, antara lain: Hatala, Nurlete, Waliulu, Masawoe dan Mamang.9

Dalam penyelenggaraan pemerintahan negeri Batumerah, Terdapat Badan Saniri

lengkap10

yang diketuai oleh Raja dan membawahi dua orang wakil ketua,

seorang sekertaris dan bendahara. Ketua dan wakil ketua berfungsi mengkordinir

pelaksanaan program seksi-seksi pemerintahan negeri. Terdapat juga, Dewan

Adat Negeri sebagai lembaga musyawarah berfungsi menetapkan calon Raja,

penyelesaian sengketa hukum adat, pengambilan keputusan yang menyangkut

hajat hidup orang banyak (dimungkinkan jika Raja merasa bahwa keputusan yang

diambilnya akan beresiko besar).

3.1.2. Sistem Pemerintahan Negeri Passo

Pemerintahan di negeri Passo (Nama Teon Pakuela Mandalise) dikepalai

oleh seorang Raja, yang penetapannya berdasarkan pada soa atau mata ruma

Parentah11

, Terdapat satu soa parentah , yakni soa Koli, yang di dalamnya

memiliki satu marga Parentah (keterununan Raja): Simauw12

, dari keempat soa,

masing-masingnya memiliki Kepala Soa yang dalam struktur pemerintahan yang

berfungsi membantu raja, dan didampingi oleh seorang sekretaris dan lima orang

Kepala Urusan Pemerintahan. Di dalam masing-masing soa juga memiliki

keterwakilan saniri yang tergabung dalam Badan Saniri Lengkap.

7Istilah mata rumah adalah istilah adat bagi marga/clan.

8Mengenai Silsilah pemerintahan Batumerah dapat dilihat dalam Abdul Latif Hatala, Brosur

Sejarah Negeri Batumerah: Dalam rangka pelantikan Pemerintah Negeri Batu Merah.

(Ambon:Panitia Pelantikan Kepala Desa Batumerah Kecamatan Sirimau,1986)),3-5 9Wawancara dengan S. T. (Ketua Dewan Saniri Negeri Batumerah), 5 September 2016

10 Istilah Badan Saniri Negeri Lengkap adalah Badan Legislatif Negeri yang teridiri dari wakil-

wakil Soa, Kepala Adat, Tua-tua Negeri, Kepala Tukang serta unsur-unsur lain yang bertugas

membantu Raja untuk membuat peraturan-peraturan Negeri serta melakukan fungsi pengawasan.

http://fhukum. unpatti. ac. id/hkm-perdata/220-model -peradilan -adat-pada-negeri-negeri-islam-

di-pulau-ambon-dan-pulau-pulau-lease. Diakses tgl, 4 September, 2016. 11

Istilah mata rumah adalah istilah adat bagi marga/clan. 12

Wawancara dengan Y. S. (Saniri Desa Passo), 14 September 2016

Page 6: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

78

3.2. Asal-usul singkat Negeri Batumerah

Menurut Hatala,13

Negeri Batumerah terbentuk melalui proses perpindahan

penduduk dari tiga negeri, yakni: Pertama, negeri Ahusen, yang memiliki tiga

marga: Hatala, Honsow, dan Tuhutelu. Kedua, negeri Uritetu, yang memiliki 4

marga: marga masawoy, makatita, lebeharia, dan Lata. Ketiga, negeri Amantelu,

yang memiliki marga: Ehi dan Lating.

Lebih lanjut, Hatala mengungkapkan bahwa Proses perpindahan ini

dilatarbelakangi oleh kepentingan memperlancar proses pembuatan benteng

Victoria atau Benteng Kota Laha ( ± tahun 1575) yang dikerjakan oleh penduduk

ketiga negeri tersebut. Berdasarkan perhitungan jarak dari kediaman dua

kelompok penduduk dari antara ketiga negeri, yakni negeri Ahusen dan negeri

Amantelu menuju ke lokasi pekerjaan yang bergitu jauh, dimana untuk menuju

kesana mereka harus mengarungi jurang dan gunung, karena alasan itu maka

keduanya memilih untuk berpindah ke tempat yang lebih dekat yang dapat

memudahkan mereka untuk penyelesaian benteng Victoria yang letaknya tepat di

tepi pantai Honipopu.

Adapun sebelum berpindah ke lokasi benteng Victoria, sebagian besar

penduduk negeri Ahusen telah mengadakan perpindahan dalam wilayahnya

sendiri. Hal itu disebabkan oleh perselisihan antara dua kapitan bersaudara yakni

kapitan Kulipa dan kapitan Safari, akibatnya sebagian masyarakat yang simpati

terhadapnya berpindah ke suatu tempat yang sekarang dikenal dengan negeri

Soya. Di situ dan dari tempat itu pulalah mereka tinggal sampai beberapa

generasi, baru setelah itu berpindah ke pantai bersama dengan penduduk

Amantelu.

Menurut Hatala yang juga dikatakan oleh Hatalua, perpindahan itu pula

disebabkan karena ketiga negeri tersebut (Ahusen, Amantelu, dan Uritetu) telah

mengadakan hubungan dagang dengan para pedagang yang datang dari luar Pulau

Ambon, walaupun hubungan perdagangan tersebut tidak berjalan secara kontinyu,

hal ini disebabkan karena sebagian besar penduduk bertempat tinggal di daerah

pegunungan. Untuk memperlancar hubungan perdagangan maka, terjadilah

kesepakatan penduduk ketiga negeri melalui tua-tua adat mereka, dan atas dasar

13

Abdul Latif Hatala, Brosur Sejarah Negeri Batumerah. . . . . . ,(1986), 3-5

Page 7: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

79

kesepakatan itu mereka mulai mencari tempat yang lebih dekat dan memilih suatu

tempat yang berbentuk tanjung di dalam daerah kekuasaan Uritetu yang dianggap

tempat paling strategis bagi mereka, dalam proses perpindahan itupun terjadi

asimilasi antara marga yang satu dengan marga yang lain yang pada akhirnya

terbentuklah desa/negeri Batumerah hingga kini. 14

Dalam perkembangan masyarakat yang kian bertambah, seturut dengan mulai

berdatangannya marga-marga lain dari luar pulau Ambon seperti:

Marga/Soa Mamang, Lisaholet, dan Wailulu dari Luhu (Seram Barat).

Marga/Soa Suku, Nurlete dari Buano.

Marga/Soa Warang dari Huamual (Seram Barat).

Marga/Soa Tahalua dari Eti (Seram Barat).

Pada akhirnya negeri Batumerah merupakan suatu desa/negeri yang utuh dan

defenitif hingga saat ini.

3.3. Asal-usul singkat Negeri Passo

Berdasarkan penuturan tua-tua adat negeri Passo, orang-orang Passo awalnya

berasal dari pulau Seram. Perpindahan atau eksodus penduduk dari pulau Seram

disebabkan karena peperangan antara kelompok Patasiwa dan Patalima. Perang

ini dikenal dengan nama “Perang Huamual”. Kelompok pertama tiba dari Pulau

Seram menggunakan Gosepa atau perahu Belang dan mendarat di pantai Baguala,

dan mendiami daerah pegunungan yang bernama gunung Ariwakang di jazirah

Leihitu, berbatasan dengan Hitu. Mereka terdiri dari matarumah-matarumah,

antara lain: Simauw, Parera, Titariuw dan Tuatanasy. Pada masa ini, sedang

terjadi peperangan melawan orang-orang Portugis di Hitu, sehingga merekapun

mencari tempat pemukiman di daerah pesisir pantai. Lokasi ini bernama Ohouw

(negeri lama sekarang).

Selanjutnya, datanglah kelompok kedua yang kemudian mendiami lokasi

yang bernama Amamoni di pegunungan Tahola. Mereka terdiri dari mata-mata

rumaha, antara lain: Latupella, Sarmanella, Termature, Wattimury. Kelompok

ketiga yang mendarat di pantai Waiyori, kemudian naik ke pegunungan Amaoni

14

Wawancara dengan L.H. (Tokoh Masyaraka Negeri Batumerah), 5 September 2016. Hal yang

sama juga disampaikan melalui wawancara dengan Bpk. S.T. (Tokoh Masyarakat Negeri

Batumerah), 27 Agustus 2016

Page 8: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

80

dan berdomisili di situ. Rombongan ini terdiri dari beberapa matarumah, antara

lain: Rinsampessy, Tuhilatu, Tomaluweng, dan Matuwalatupauw.

Ketiga kelompok ini merupakan sekelompok masyarakat yang disebut dengan

istilah “clan” yang hidup berpencar-pencar, kemudian berkembang menjadi

kelompok soa yang di dalamnya terdapat beberapa marga. Dan berangsur-angsur

bergabung menjadi sebuah Hena atau Aman (Baca: Negeri) Selanjutnya, pada

zaman kependudukan Belanda, mereka semua turun ke pantai dengan mendiami

Passo Lama (Sekarang Negeri Lama) dan dari Amamoni mendiami Passo, dan

kemudian mereka menyatu dan dari situlah mulai terbentuknya negeri Passo yang

letaknya berada di tengah-tengah atau diapit oleh dua teluk (teluk Dalam dan

Teluk Baguala).

Letak negeri Passo pada masa Kolonial Belanda merupakan wilayah yang

strategis, yakni sebagai penghubung dua jazirah (Jazirah Leihitu dan Leitimur),

dan untuk kepentingan pendapatan perekonomian Pemerintahan Belanda maka,

mereka membuat peraturan tentang setiap masyarakat dari Leihitu yang ingin

bepergian ke Kota Ambon harus mengambil “Pas Jalan” dan pada saat yang sama

dikontrol oleh pegawai Belanda, halnya samapun berlaku bagi masyakat Leitimur.

Akhirnya ketika telah mendapatkan “Pas Jalan” maka pegawai Belanda tersebut

akan menjawab “So”: artinya sudah. Dengan demikian, asal nama Desa/Negeri

Passo diambil dari gabungan kata “Pas dan So” yang artinya adalah tempat

mengurus/mengambil pass jalan.

Dalam perkembangan masyarakat yang kian bertambah, seturut dengan mulai

berdatangannya marga-marga lain dari luar pulau Ambon sampai kini, telah

terbentuk empat soa:15

Soa Koli: Simauw, Titariuw, Tuatanasy, Parera.

Soa Moni: Sarmanella, Latupella, Termatury, Wattimury.

Soa Rinsama: Rinsampessy, Tomaluweng, Tuilatu.

Soa Maseng: ada 21 marga (para pendatang).16

15

Wawancara dengan Y. S ( Tokoh Adat Negeri Passo), 14 September 2016 16

Dalam adat, orang datang ini tidak terlibat. Simauw.

Page 9: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

81

4. Sejarah Pembentukan Dan Pemaknaan Hubungan Pela Negeri

Batumerah-Passo.

4.1. Sejarah Terbentuknya Hubungan Pela Negeri Batumerah-Passo.

Dokumen sejarah pemerintahan yang dimiliki kedua negeri ini,

menyimpan sebuah arsip kronologis sejarah pembentukan hubungan Pela

antar keduanya, sebagaimana terurai dibawah ini17

:

“Sebelum Portugis hadir Di Maluku. Kerajaan Ternate berhasil

menguasai Maluku, Irian bahkan sampai ke Filipina.

Sultan Ternate mengeluarkan instruksi atau surat Perintah kepada Negeri-

negeri yang dikuasainya untuk mengantar Upeti ke Ternate setiap Tahun.

Pada tahun 1506 berangkatlah dua buah kora-kora ke Ternate, yaitu

Kora-kora Tarnate mewakili Patalima dan kora-kora Batumerah mewakili

Patasiwa. Sekembalinya dari Ternate tepatnya di lautan Pulau Buru,

angin bertiup dengan kencang dan ombak besar silih berganti, kora-okora

Passo tengelam. Sayap-sayapnya dihantam badai dan gelombang,

terdengar suara minta tolong, tolong… tolong… tolong. Pada saat itu

kora-kora Batumerah berada di bekang kora-kora Passo, lalu merapat

menolong orang-orang Passo yang tenggelam dibawa merapat ke tepi

pantai Pulau Buru yang letaknya dekat dengan sebuah tanjung. Tagalaya

(tempat makan orang-orang Passo) hilang lenyap di dalam laut. Di tempta

itulah tagalaya orang Batumerah dibuka dan mereka duduk makan

bersama di tepi pantai, sagu salempeng berpatah dua, ikan saekor dibagi

dua, kelapa sabuah dibelah dua. Setelah selesai makan, orang-orang

Passo angkat bicara dengan air mata yang berlinang “Wahai saudara-

saudara orang Batumerah, kamong su tolong katong, apakah katong bisa

angkat kamong sebagai Pela kakak?. Suara spontan orang-orang

Batumerah menjawab: dengan penuh kasih, “Beta, dan katong angkat

kamong sebagai pela Adik”. Lalu merekapun bersumpah: ………….

Untuk mengabadikan sumpah mereka itu agar kelak kekal selama-

lamanya, mereka membalik sebuah batu karang di tanjung tersebut.

Tanjung itu disebut tanjung Pela. Akibat membalikan batu karang itu,

maka jari-jari mereka berdarah dan jari-jari yang berdarah itu disatukan

dan mereka mengucap perjanjian suci, yang terdiri dari :

Orang Passo dan orang Batumerah tidak boleh baku kawin

Orang Passo dan orang Batumerah tidak boleh baku musuh.

Orang Passo dan orang Batumerah harus tolong menolong satu sama

lain.

Perjanjian yang sakral, agung dan mulia ini dipelihara dan dijaga oleh

Datuk-datuk Nenek Moyang Passo dan Batumerah sampai turun-temurun dan

dilestarikan dari generasi ke generasi sampai dengan generasi masa kini.

17

Sumber: Arsip Pemerintah Desa Passo-Batumerah.

Page 10: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

82

Ya… Tuhan yang maha kasih, janganlah engkau cabut perasaan kasih

diantara kami, semoga kasih ini bersemi selalu di hati kami sampai akhir

zaman nanti.

4.2. Pandangan tentang sejarah dan pemaknaan hubungan Pela Gandong

Batumerah-Passo.

Melalui pendapat yang dikemukakan beberapa informan, diketahui bahwa

ungkapan Pela Gandong, adalah dua istilah yang memilik makna berbeda.

Perbedaan istilah Pela dan Gandong sebagaimana ditegaskan oleh beberapa

Tokoh Adat Negeri Batumerah-Passo, antara lian:

Oleh S. T,18

sebagai ketua dewan saniri adat Batumerah, bahwa:

“ kalau bicara tentang Pela adalah sebuah hubungan yang terjadi karena ada

munculnya satu peristiwa yang dialami sehingga ada kesepakatan bersama

untuk membangun hubungan itu. Dalam pengalaman dua negeri (Batumerah-

Passo), Hubungan Pela tercipta karena peristiwa tengelamnya “kora-kora”19

orang Passo yang dihantam ombak, orang Batumerah (Hatukau) dengan kora-

koranya yang pada saat itu berada di belakang kora-kora Passo datang

menolong, dan membagikan “tagalaya”20

mereka kepada orang Passo yang

pada saat itu perbekalannya telah tenggelam, sehingga terjadilah sebuah

ikatan dan pengakuan dari basudara Passo untuk mengangkat Batumerah

sebagai Pela Kakak, lewat sumpah keduanya dipersatukan, orang Batumerah

kakak-ade Orang Passo.

Senada dengan itu, S.M,21

yang merupakan salah satu tokoh masyarakat, dan

juga mantan Raja Negeri Passo, katakan bahwa, pela antar Batumerah-Passo itu

terbentuk karena pertolongan yang diberikan orang Batumerah, dan sebagai rasa

terimakasih maka orang Passo mengangkat mereka melalui sumpah sebagai

Kakak dan Passo sebagai Ade.

Pengangkatan Batumerah sebagai pihak kakak oleh Passo merupakan

penghargaan yang mendalam karena tindakan penyelamatan yang dilakukan oleh

orang Batumerah dalam peristiwa kecelakaan dahulu. Sebagaimana yang

18

Wawancara dengan S. T. (Tokoh Adat Negeri Batumerah). Tanggal 27 Agustus 2016. 19

Kora-kora adalah perahu tradisional kepulauan Maluku. 20

Tagalaya merupakan istilah orang Maluku yang artinya: suatu wadahpenyimpanan bahan

makanan semacam keranjang yang dianyam dari rotan atau bamboo. 21

Wawancara dengan M.S (Tokoh Adat Negeri Passo). Tanggal 19 September 2016

Page 11: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

83

ditegaskan oleh Y. T,22

sebagai seorang sesepu adat negeri Passo bahwa, “Orang

Passo menyebut orang Batumerah kakak karena dong tolong katong”

Istilah pela dapat dipahami sebagai sebuah hubungan kekerabatan adik-

kakak. Akan tetapi, bukan dalam arti sebuah hubungan Adik-Kakak karena

keduanya berasal dari satu keturunan yang sama atau secara biologis lahir dari

dalam kandungan satu orang Ibu. Sebaliknya, ungkapan Gandong dipahami

sebagai sebuah hubungan yang terbangun karena latarbelakang biologis tersebut.

Sebagaimana yang dikatakan S.T23

bahwa:

Hubungan Gandong ini berbeda. Gandong adalah hubungan satu moyang

atau basudara sekandung, ketika keluar dari tanah satu lokasi: seperti antara

negeri Batumerah dan negeri Ema, ini saudara kandung, Batumerah (Islam)

dan Ema (Kristen), tetapi awalnya sama-sama memeluk kepercayaan

animisme, ini terjadi karena perpecahan, dan disertai adanya pengaruh

masuknya agama dan keyakinan melalui hubungan kerjasama seperti

Batumerah dengan orang Tarnate. Dari kenyataan ini, kemudian skarang

“orang-orang mulai manyanyi” (berkembang konsep) “Maluku satu darah”:

samua berasal dari satu moyang”. Katong samua satu turunan Nunusaku. 24

Dalam arti ungkapan sederhana, Tomaluweng katakan bahwa: Gandong itu

hubungan “satu pai satu mai”.

Sebagai perbandingannya, perbedaan makna hubungan Pela dan Gandong,

juga dapat ditemukan pada beberapa negeri-negeri lain di Maluku, seperti yang

diungkapkan oleh V.R,25

sebagai salah satu Tokoh Masyarakat pendatang di

Batumerah bahwa: “Hubungan Pela Batumerah-Passo sama dengan Hubungan

Pela antar orang Tual (MTB) dan Orang Gorong (Seram). Hubungan Pela itu

terikat atas sumpah dan minum darah, hubungan ini lebih keras dan berbeda

dengan hubungan Gandong: Saudara Sekandungan”.

22

Wawancara dengan Y.T. (Sesepu Adat Negeri Passo). 14 September,2016. Di dalam

penggalan pendapatnya, informan ini menggunakan pelafalan dialek Ambon, berupa kata dong

dan katong untuk menyebutkan kata ganti orang pertama dan ketiga jamak: kita dan mereka 23

Wawancara dengan N.T. (Sesepu Adat Negeri Passo) Di dalam penggalan pendapatnya,

informan ini menggunakan pelafalan dialek Ambon, berupa kata pai dan mai yang artinya papa

dan mama. 24

Wawancara dengan S.T. (Tokoh Adat Negeri Batumerah). Tanggal 27 Agustus, 2016. Di

dalam penggalan pendapatnya, informan ini menyebutkan istilah “orang-orang mulai manyanyi,

istilah ini jika diartikan dalam ungkapan indonesia baku, memiliki makna sama dengan untuk

mengatakan “mulai berkembangnya sebuah konsep”. Ada juga kata katong, samua, dalam dialek

Ambon yang memliki arti: Kita dan Semua 25

Wawancara dengan V.R. (Tokoh Masyarakat Komunitas Katolik Batumerah). Tanggal 06

September,2016

Page 12: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

84

Pada sisi lain, terdapat kesepamahaman tentang pemaknaan hubungan Pela

Gandong sebagai sebuah ikatan kekeluargaan: sebagai “Orang Basudara”.

Hubungan persaudaraan ini sarat dengan nilai kebersamaan yang mempersatukan

individu-individu dan kelompok yang berbeda agama (Islam-Kristen) dalam satu

praksis tolong-menolong atau saling membantu.

Kebersamaan yang saling menolong dalam hubungan Pela Gandong ini

nampak dalam praksis hidup bermasyarakat maupun beragama, seperti yang

diungkapkan beberapa informan, sebagai berikut:

T. T,26

sebagai salah satu pemimpin umat Protestan yang pernah bertugas di

Batumerah katakan:

Hubungan Pela Gandong: katong samua orang Basudara salam-sarane

menekankan nilai (Keluhuran), yakni tolong-menolong. Misalnya, dalam

kegiatan Adat Negeri dan Kegiatan Keagamaan: moment Pelantikan Raja

Passo, di mana orang Batumerah datang dan memberikan bantuan dalam

bentuk material, pangan dll. Begitu juga dalam bidang Agama, orang

Batumerah (Islam) dan Passo (Kristen), ada saling membantu ketika

pendirian masjid di Batumerah maupun gereja di Passo.27

Tolong-menolong

antar negeri Islam-Kristen juga sama dipraktekkan pada daerah lain di pulau

Ambon, yakni Negeri Ulat (Kristen) dan Buano (Islam), di dalamnya ada rasa

kebersamaan batanggong yang ditinggalkan oleh datuk-datuk yang tak dapat

dihapus oleh siapapun.

Pemaknaan tentang Hubungan Pela Gandong sebagai orang basudara juga

diungkapkan oleh N. K,28

yang merupakan warga pendatang dari suku Sulawesi,

menurutnya:

Bagi beta, walaupun beta orang pendatang, tapi di Ambon, khususnya di

Batumerah, ikatan Pela Gandong orang Basudara itu paleng kantal, seng

pandang dia Muslim atau Kristen, entah dia dari suku mana, dari kampong

mana lai, orang Ambon hidup sama orang Basudara. Antara katong Orang

Islam dengan tetangga Orang Kristen, katong saling berbagi “Ale Rasa Beta

Rasa”, saling memberi dan menerima. Misalnya, satu waktu ketika katong

seng ada kalapa, katong pi di katong tetangga orang Kristen yang kebetulan

pung keluarga sampe di negeri Hatalai, katong kasi suara melalui tetangga

26

Wawancara dengan Pdt. Toistuta (Tokoh Agama Negeri Batumerah), 5 September 2016. Di

dalam penggalan pendapatnya, informan ini menyatakan beberapa kata dalam dialek Ambon:

Batanggong, untuk menyebutkan sikap “tanggung-menanggung atau saling menanggung”. 27

Wawancara dengan M.S. (Tokoh Adat Negeri Passo). Tanggal 19September 2016 28

Wawancara dengan N.K. (Tokoh Masyarakat Batumerah), 27 September 2016. Dalam

penggalan pendapatnya, informan ini menggunakan banyak sekali kata-kata dalam dialek Ambon

seperti: beta, paleng, kantal, seng, kampong, lai, hidop, pung, pi, sampe, kasi, laeng, lia. Masing

masing kata secara bertutut-turut memiliki arti yang sama dengan kata: saya, paling, kental, tidak,

kampong, lagi, hiup, punya, pergi, sampai, kasih, lain, lihat.

Page 13: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

85

lalu dong langsung hubungi basudara di Hatalai bawa turun kalapa. Dalam

interaksi ini memang tetap ada transaksi jual-beli, tetapi yang paling penting,

katong bisa merasa ada kedekatan, laeng lia laeng pung kekurangan, laeng

bantu laeng pung kesusahan.

Pela sebagai suatu sistem kekerabatan ini sangat ditaati oleh masyarakat,

karena proses terjadinya pela diyakini sebagai sebuah peristiwa yang sakral. Bila

seseorang telah diikat dalam persaudaraan pela melakukan pelanggaran ataupun

mengabaikan budaya tersebut selalu berdampak langsung dalam semua bentuk

kehidupan masyarakat, baik secara individu maupun kelompok.

Sakralitas hubungan pela ini nampak dari aspek perjanjian (Ikrar) dan sumpah

yang dilakukan dalam proses membangun Hubungan Pela Gandong. Y.T29

sebagai salah satu tokoh adat negeri Passo, mengatakan bahwa: sumpah Pela

Gandong dipahami sebagai sebuah ikatan yang keras antar kelompok yang

berpela dengan tete nene moyang.

Sumpah Pela sangat beresiko, berupa hukuman terhadap pelanggaran akan

perjanjian Pela. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Y.T,30

bahwa: “kalo bicara

Pela ini seng bole sabarang”, “Pela adalah ikrar, janji yang tulis atas batu karang

dengan darah, isinya: “sei hale hatu, hatu lesi pei, Sei hale sou, Sou Lesi Pei,”

yang artinya, sapa bale batu, batu bale dia, sapa (siapa) yang langgar

(melanggar) janji, maka janji itu makan (menghukum) dia.”

Menarik bahwa pengingkaran terhadap ikatan “sumpah” Pela antar

masyarakat yang berpela diyakini dapat berdampak fatal dan langsung dialami

pihak yang melanggar isi perjanjian tersebut. Hukuman-hukum yang dialami

yakni, bencana penyakit bahkan dapat berujung pada kematian. Karena itu, segala

bentuk interaksi antara sesama Pela Batumerah-Passo yang cenderung berbuah

pelanggaran terhadap isi sumpah Pela berusaha dijaga ketat oleh seluruh

29

Wawancara dengan Y.T, (Sesepu Adat Negeri Passo). 14 September 2016. Di dalam

penggalan pendapatnya, informan ini menggunakan sebuah pelafalan dialek Ambon, berupa istilah

Tete nene moyang. Istilah ini adalah salah satu termenologi kekerabatan orang Ambon. Tete untuk

menyebutkan orang tua laki-laki (kakek), Nene untuk orang tua perempuan (Nenek) dan Moyang

atau Oyang untuk orangtua dari kakek dan nenek. Istilah tetenene moyang dipakai untuk

menyebutkan kata Leluhur. Leluhur digunakan untuk semua orang yang dianggap tete, nene dan

oyang yang telah meninggal. 30

Wawancara dengan Y. T (Sesepu Adat Negeri Batumerah), 14 September 2016. Di dalam

penggalan kalimat yang diungkapkannya, informan ini menyebutkan beberapa kata dalam

pelafalan dialek Ambon: kalo, seng bole sabarang. Penyebutkan masing-masing kata secara

berurutan biasanya disingkat untuk menyebut kalau, tidak boleh sembarangan.

Page 14: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

86

komponen masyarakat Adat kedua Negeri. Hal ini terkuak, dalam wawancara

dengan beberapa informan, diantaranya:

M. P,31

seorang tokoh pemuda negeri Passo, mengkisahkan bahwa Pada tahun

1955 pernah terjadi perkelahian antara Batumerah-Passo, orang Passo memukul

orang Batumerah, akibatnya ada bencana penyakit di Passo. Karena itu,

orangtatua (Tokoh-tokoh Adat) lalu ambel air dari Mesjid Batumerah lalu “kas

minom” semua orang Passo. Dan untuk menyelesaikan masalah ini dilakukanlah

Panas Pela di tahun 1956. L.M, 32

yang merupakan salah satu staf pemerintah desa

Passo melanjutkan bahwa: sesama orang Batumerah-Passo seng bisa bicara

sabarang, seng boleh baku kaweng”, baku musuh, jang laeng biking susa laeng.

Perjanjian Pela secara turun-temurun mengikat anak cucu adat kedua negeri.

Pernah ada nyong dari Passo dan nona dari Batumerah yang ingin menikah,

akibatnya kedua-duanya meninggal.

Sementara itu, I.N,33

sebagai tokoh Agama Islam negeri Batumerah,

mengungkapkan pengalaman ketika dirinya remaja, ia katakan: waktu masih

remaja beta pernah ingin berpacaran dengan orang Passo tetapi kemudian

dilarang, orangtatua bilang “masa pi pacaran dengan kamong pung ade, kamong

harus jaga kamong pung ade”.

Terdapat pandangan akan nilai saling membantu dan menolong dalam Pela

Gandong sebagai sebuah nilai yang selaras dengan nilai-nilai yang tersirat dalam

ajaran Agama tentang bagaimana membangun hubungan antara sesama. Oleh

T.T,34

sebagai salah satu Tokoh Agama Kristen Protestan di Batumerah,

diungkapkan bahwa: nilai tolong-menolong, saling melengkapi sama dengan

ajaran Kasih menurut Kristen sebagaimana tercatat dalam kitab suci Alkitab,

tentang: “Mengasihi sesama seperti dirimu sendiri”.

31

Wawancara dengan M.P (Tokoh Pemuda Negeri Passo), 14 September 2016. Di dalam

penggalan kalimat yang diutarakannya, informan ini menggunakan kata kas minom, ambel yang

adalah dialek Ambon yang artinya membri minum dan mengambil. 32

Wawancara dengan L. M (Tokoh Masyarakat Negeri Passo), 3 September 2016 33

Wawancara dengan I. N. (Tokoh Agama Muslim Barumerah), 27 September 2016. Di dalam

penggalan ungkapkannya menyebutkan kata pelafalan dialek Ambon: masa, pi, kamong, pung.

Masing-masing kata secara berurutan berarti: mengapa, pergi, kalian, punya. 34

Wawancara dengan Pdt. (Emr).Toisuta (Tokoh Agama Protestan Negeri Batumerah), 1

September 2016

Page 15: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

87

Senada dengan itu, J.J,35

yang juga salah satu Tokoh Agama Kristen Protestan

di Passo menyampaikan pandangannya bahwa:

Praktik tolong-menolong dalam pela Batumerah-Passo merupakan indikator

memperkuat hubungan kemanusiaan, bukan hanya hubungan antar agama

tetapi lebih pada nilai kemanusiaan, “yang satu melihat yang lain sebagai

sesamanya, tanpa melihat dia orang Islam atau Kristen”. Nilai teologis dalam

hubungan Pela yang demikian, memilki sandaran biblis, tentang cerita

“Orang Samaria yang Murah Hati”. Pela juga memperkuat komitmen

persaudaraan yang rukun.

Hal serupa diungkap juga oleh I.N,36

sebagai Imam di negeri Batumerah,

bahwa: “ajaran kasih terhadap Tuhan dan kasih terhadap sesama dengan merujuk

pada salah satu konsep Alquran: “hablum minallah, hablum minan nas, hablum

minal „alam” ”. Selanjutnya, S.T,37

seorang tokoh adat negeri Batumerah yang

mendudukan salah satu isi sumpah Pela Batumerah-Passo, yakni tidak boleh baku

musuh: baku bunu, biking kaco, minom mabuk dll itu selaras dengan apa yang

diajarkan dalam Agama baik Islam-Kristen.

Keselarasan nilai Pela Gandong dengan nilai Kasih dalam ajaran Agama ini

juga diakui oleh seorang Tokoh Masyarakat Batumerah, yang berasal dari daerah

Maluku Tenggara, yakni V.R,38

yang mengungkapkan bahwa:

Dalam menyampaikan cinta Kasih melalui saling baku bantu antara orang

basudara, Pela Gandong juga mengangkat nilai kesetaraan, sama-sama

manusia. Pela Gandong berbeda dengan budaya lain yang menstratifikasi

manusia dalam tiga golongan. (Budaya Kei, Maluku Tenggara). Misalnya,

perempuan yang memiliki strata sosial dibawah tidak boleh kawin dengan

laki-laki orang yang strata atas.

B. HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG NEGERI

BATU MERAH-PASSO SEBELUM KONFLIK DI KOTA AMBON

Pada bagian selanjutnya dari bab ini, peneliti mengarahkan informan untuk

menjawab beberapa pernyataan, diantaranya: Pertama, Apa saja praksis, dan

35

Wawancara dengan Pdt.(Emr), J.Jambormias (Tokoh Agama Protestan Negeri Passo),14

September 2016 36

Wawancara dengan I.A. (Tokoh Agama Islam Negeri Batumerah), 27 September 2016 37

Wawancara dengan S.T. (Tokoh Adat Negeri Batumerah), 27 Agustus 2016 38

Wawancara dengan V.R. (Tokoh Masyarakat Katolik Batumerah),1 September 2016

Page 16: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

88

kegiatan-kegiatan hubungan Pela Gandong Sebelum Konflik; Kedua, Bagaimana

Islam-Kristen dalam Budaya Pela Gandong sebelum Konflik. Ketiga, Adakah

bentuk-bentuk konflik dalam hubungan Agama-agama di Batumerah-Passo.

1. Praktik Hubungan Pela Gandong Batumerah-Passo sebelum Konflik

Praktek hubungan Pela Gandong Batumerah-Passo merupakan sebuah

momentum adatis eksklusif terencanakan secara besar-besaran yang melibatkan

semua komponen-komponen masyarakat negeri Adat. Peristiwa-peristiwa penting

tersebut, antara lain diantaranya: Pelantikan Raja, Pembangunan rumah Adat

(Baileu), rumah-rumah ibadah (Gereja dan Mesjid), Acara Panas Pela.

Sebagaimana diungkapkan oleh S.T, sebagai Ketua Dewan Saniri Batumerah

bahwa:

Kalau katong bicara mengenai praktek Pela Gandong, maka katong harus

melihatnya sebagai sebuah peristiwa adatis yang olehnya orang tahu bahwa

sebuah negeri itu adalah negeri adat, dan praktek adat ini sifatnya turun-

temurun. Katong generasi sekarang hanya mengulang apa yang dilakukan

oleh leluhur pada masa lampau. Peristiwa adat atau acara adat Pela Gandong

Batumerah-Passo ini dilakukan pada saat-saat tertentu, misalnya dalam

pelantikan Raja, atau Panas Pela. Pada saat itu pihak Batumerah-Passo

mempraktekkan, dalam bentuk sebuah drama yang mengkisahkan tentang

proses terbentuknya Pela tersebut, dalam proses persiapan penyelenggaraan

kegiatan-kegiatan adat itu juga terjadi tolong-menolong, yang diberikan pihak

Passo dan sebaliknya Batumerah tergantung siapa yang punya acara.

Memang di masa sekarang banyak nilai-nilai adat yang salah diartikan,

misalnya sopi yang digunakan dalam ritual adat, tetapi diminum untuk mabo.

Padahal sopi dalam acara adat mempunyai nilai yang sacral.39

Praktik-praktik adat sebagai moment kebersamaan yang di dalamnya terdapat

proses tolong menolong antar seluruh komponen masyarakat negeri-negeri

berpela dalam hubungan Pela Gandong antara Negeri Batumerah-Passo yang

demikian itu juga ditegaskan oleh M.S, sebagai salah satu Tokoh Masyarakat

yang juga mantan Raja Negeri Passo, ia katakan bahwa:

Praktik tolong-menolong yang terjadi dalam proses pembentukan Pela

Batumerah-Passo masih terjadi sampai saat ini, misalnya dalam pelantikan

raja ada istilah “suwan” atau membantu secara material, pangan. Tetapi juga

juga dalam moment-moment keagamaan. Khusus terkait dengan

39

Wawancara dengan S.T (Tokoh Adat Negeri Batumerah), 27 Agustus 2016. Di dalam

penggalan kalimat yang diungkapkannya, informan ini menyebutkan kata katong dan mabo yang

merupaan sebuah pelafalan dialek Ambon, yang biasanya untuk menyebutkan kata: kita dan

mabuk

Page 17: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

89

pelaksanaannya panas pela ada moment bersama yang dibangun untuk

mengenang kembali peristiwa yang melatarbelakangi terbentuknya Pela

Batumerah-Passo. Biasanya ketika dalam acara pelantikan Raja, teks sejarah

pembentukan Pela itu dibacakan disana. 40

Lebih lanjut, M.S mengungkapkan hal yang menarik bahwa dalam

pelaksanaan moment kerja keagamaan misalnya pembangunan Masjid di

Batumerah, proses pengerjaan itu diselingi dengan doa, pihak Passo secara

Kristiani dan Batumerah secara Islam. Selain pelaksaan kegiatan-kegitan seperti

demikian di hadiri oleh kedua belah pihak, namun, juga dihadiri oleh negeri-ngeri

lain yang memiliki hubungan Pela Gandong dengan Batumerah atau Passo. Dari

pihak Batumerah mengundang Negeri Ema yang memiliki hubungan Gandong

dengan Batumerah. Karena itu, hubungan Pela Gandong tidak hanya terbatas

antara kedua belapihak yang berpela saja tetapi terjadi persekutuan antara negeri-

negeri yang Berpela.

M. P,41

seorang tokoh pemuda negeri Passo, mengkisahkan bahwa pada

tahun 1955 pernah terjadi perkelahian antara Batumerah-Passo, orang Passo

memukul orang Batumerah, akibatnya ada bencana penyakit di Passo. Karena itu,

orangtatua (Tokoh-tokoh Adat) lalu ambel air dari Mesjid Batumerah lalu “kas

minom” semua orang Passo. Dan untuk menyelesaikan masalah ini dilakukanlah

Panas Pela di tahun 1956.

2. Hubungan Islam-Kristen dalam Pela Gandong di Batumerah-Passo

sebelum Konflik

Beberapa informan, terlebih khusus tokoh-tokoh Masyarakat, Adat dan

Agama di Negeri Batumerah-Passo sependapat bahwasannya: hubungan antar

Islam-Kristen di Batumerah-Passo sangat rukun sampai saat konflik sosial tahun

1999. Hal ini real ketika melihat bahwa di Batumerah-Passo terdapat penduduk

Kristen dan pemeluk Islam.

40

Wawancara dengan M. S. (Tokoh Masyarakat Negeri Batumerah), 19 September 2016 41

Wawancara dengan M.P (Tokoh Pemuda Negeri Passo), 14 September 2016. Di dalam

penggalan kalimat yang diutarakannya, informan ini menggunakan kata kas minom, ambel yang

adalah dialek Ambon yang artinya memberi minum dan mengambil.

Page 18: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

90

2.1. Hubungan Islam-Kristen di Batumerah sebelum konflik

Pada negeri Batumerah sendiri, menurut T. T, sebagai salah satu pemimpin

umat yang pernah bertugas di Jemaat GPM Bethara sejak tahun 1990-1999,

bahwa:

Sebelum konflik meledak di Tahun 1999, hubungan orang Islam dan Kristen

di Batumerah hidup terlampau sangat baik dan erat, komunikasi tetap terjalin

antar umat maupun tokoh-tokoh Agama, dan juga ada saling mengunjungi

ketika ada perayaan, kegiatan-kegiatan keagamaan seperti Natal, Idulfitri, di

Gereja, umat Islam diundang dan mereka menghadiri acara tersebut.

Keadaan ini mendukung jalinan kerukunan antar pemeluk agama. Walaupun

dari segi jumlah, komunitas Kristen di Batumerah sangat sedikit

dibandingkan dengan komunitas Muslim, namun nyatanya juga ada beberapa

keluarga Kristen (satu sektor pelayanan) yang tinggal dilingkari komunitas

muslim seperti di wilayah tanjung, tetapi tidak ada masalah, tercipta saling

menghargai antar warga. 42

Senada dengan itu, O.Tasidjawa sebagai salah satu pelayanan Jemaat,

mengungkapkan bahwa, hubungan kebersamaan yang membaur antara umat

Kristen dengan basudara Muslim terasa laeng daripada kebersamaan antar sesama

se-iman, dengan basudara Muslim katong lebih bisa saling menerima, saling

menghargai, contohya, dolo kalo acara-acara orang Kristen biasa mamasa la bage-

bage par basodara muslim.43

Kerukunan hubungan Islam-Kristen di Batumerah juga diungkapkan oleh V.

L,44

sebagai Tokoh Masyarakat dari kalangan umat Katolik di wilayah Ahuru.

Menurutnya,

Khususnya di Negeri Batumerah sendiri, sebelum konflik beta mengalami

dan merasakan sungguh-sungguh hubungan Islam-Kristen entah yang berasal

dari Pulau Ambon, Pulau Seram, Maluku Tenggara, MTB telah terbingkai

dalam persekutuan sebagai Orang Basudara yang sangat rukun, saling

membantu dalam pekerjaan-pekerjaan pembangunan rumah warga. Secara

sederhana, C. R. mengungkapkan bahwa, Pela Gandong, membentuk

semangat eukemenis dan toleransi yang sangat tinggi antara sesama yang

berbeda agama. 45

Hubungan persaudaraan telah mengikat menyatukan

muslim dengan Kristen di Ambon, Khususnya di Batumerah.

42

Wawancara dengan Pdt. T.T. (Tokoh Agama Protestan Negeri Batumerah), 1 September

2016 43

Wawancara dengan O. T. (Tokoh Agama Protestan Batumerah), 30 Agustus 2016. Dalam

penggalan kalimatnya informan ini menyebutkan kata laeng dolo, mamasa, la, par yang

merupakan pelafalan dialek Ambon, yang biasanya untuk menyebutkan kata: lain, dulu, kemudian,

untuk/kepada. 44

Wawancara dengan N. K. (Tokoh Masyarakat Negeri Batumerah), 27 September 2016 45

Wawancara dengan K. J. (Tokoh Agama Katolik Batumerah), 27 September 2016

Page 19: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

91

Berdasarkan penuturan para informan diatas, dapat diketahui bahwa,

kenyataannya, hubungan Islam-Kristen secara internal sangatlah erat dan tidak

ada indikasi konflik sedikitpun antara pemeluk agama Islam-Kristen. Tetapi,

kenyataan kontradiktif yang tak dapat ditepis bahwa, ada kerentanan konflik

hubungan Islam-Kristen, secara eksternal, hal ini diungkapkan oleh S.T dan juga

L.H sebagai para tokoh Masyarakat di negeri Batumerah bahwa, faktanya

memang sebelum konflik pecah pada Tahun 1999, terdapat konflik-konflik antar

desa tetangga – Batumerah (Islam) dan Mardika (Kristen) – karena kenakalan-

kenakalan remaja, seperti misalnya minom mabo, bakalai. Perkelahian antar

pemuda adalah hal yang wajar, bagi kami sebagai orangtatua itu biasa.46

Fenomena perkelahian antar pemuda Batumerah-Mardika sebagai suatu hal

yang dianggap wajar dan biasa terjadi juga diungkapkan A.K,47

sebagai Tokoh

Pemuda Negeri Batumerah bahwa: perkelahian antar pemuda Batumerah dan

Mardika ini juga beta alami ketika masih muda, perkelahian ini biasa terjadi

antara pemuda, “dolo katong deng ana mardika baku pukol malam besok pagi

beta su bale skolah”.

Selain itu Menurut V. L,48

ada juga bentuk konflik lain yang dilatari oleh

kecemburuan sosial antara orang asli dan pendatang baik dari muslim Ambon dan

Kristen Ambon. Orang Islam dari luar menguasai Pasar. Terdapat konflik antara

orang pendatang kailolo dan buton, karena itu logis bahwa konflik dimulai di

pasar.

2.2. Hubungan Islam-Kristen di Passo Sebelum Konflik

Pada konteks negeri Passo, kerukunan antar Islam-Kristen memiliki cerita

lain. Melalui penuturan J.J,49

yang merupakan mantan pemimpin umat Protestan

di Passo bahwa, hidup kerukunan antar umat beragama sangat erat. Kerukunan

46

Wawancara dengan S. T dan juga L.H (Tokoh Adat Negeri Batumerah), 27 Agustus 2016. Di

dalam penggalan kalimatnya, kedua informan ini menyebutkan kata: minom, mabo, bakalai, yang

merupakan pelafalan dialek Ambon, yang biasanya untuk menyebut kata: minum, mabuk,

berkelahi. 47

Wawancara dengan A. K (Tokoh Pemuda Islam Negeri Batumerah), 14 September 2016. Di

dalam penggalan kalimatnya, informannya ini menyebutkan kata: katong, deng, ana, baku pukol,

su, bale, yang merupakan pelafalan dialek Ambon, yang biasanya digunakan untuk menyebutkan

kata: kita, dengan, anak, saling berkelahi, sudah/telah, kembali. 48

Wawancara dengan V. L. (Tokoh Masyarakat Katolik Negeri Batumerah), 5 September 2016. 49

Wawancara dengan J. J. (Tokoh Agama Protestan negeri Passo), 14 September 2016.

Page 20: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

92

antar umat beragama yang demikian dipastikan oleh M.P,50

sebagai seorang tokoh

pemuda Passo. Menurutnya, kerukunan antar Islam dan Kristen di Passo tetap

terjalin dengan baik, sebelum konflik terdapat banyak sekali orang Islam sampai

terakhir 2005, masih hidup 11 orang Muslim dalam negeri Passo, mereka terlibat

dalam lingkungan. Kenyataan ini menepis anggapan dan stigma masyarakat

bahwa di Passo tidak ada komunitas Muslim.

Senada dengan itu, L.M,51

sebagai salah satu staf pemerintah desa Passo,

mengkonfirmasi fakta tersebut. Menurutnya, secara administratif, minoritas

penduduk Muslim mendiami daerah Batugong, dan Larier, sebanyak 5% dari

jumlah keseluruhan penduduk negeri Passo yang beragama Kristen. Orang Islam

dari dolo ada di belakang Mesjid nurul larier. Mereka (orang Islam) telah menetap

dan memiliki tanah bersetifikat melalui pemerintah adat Passo.

Selanjutnya, M. S, sebagai mantan raja Passo mengungkapkan bahwa,

sebelum konflik hubungan antar pemeluk agama, terjalin dalam kebersamaan,

saling toleransi, sehingga nampak dalam momentum-momentum hari raya,

baik Islam-Kristen saling mengunjungi. Terdapat beberapa keluarga muslim

yang bermukim dalam satu kompleks Kristen. Contohnya, salah satu

keluarga ibu janda muslim asal makasar, dalam sejarah hidupnya dia sangat

baik, dan katong orang Kristen yang bertetangga disitu hidup baik dengannya,

ketika konflik terjadi, kita tidak ingin mereka pergi tetapi kami tidak bisa

memaksakan keadaan ketika mereka harus tergusur, tanpa ada tekanan atau

terror dari warga Kristen mereka memilih untuk meninggalkan Passo.

C. KONFLIK BERDARAH ISLAM-KRISTEN DI NEGERI

BATUMERAH-PASSO DALAM HUBUNGAN PELA GANDONG DI

AMBON

Konsep Pela Gandong sebagai suatu budaya yang berakar dan menjiwai

kehidupan masyarakat Maluku keberagaman yang terbingkai dalam ikatan

kekeluargaan “Orang Basudara” telah diakui mampu menciptakan dinamika relasi

antar agama maupun etnis yang rukun dan harmonis. Akan tetapi, fakta ironisnya

konflik berkepanjangan di Maluku malah memposisikan orang Maluku, dalam hal

ini dua komunitas agama yang dominan jumlah pemeluk (Islam-Kristen) sebagai

yang saling berlawanan satu dengan yang lain.

50

Wawancara dengan M. P. (Tokoh Pemuda Protestan Negeri Passo), 14 September 2016. 51

Wawancara dengan J. J. (Tokoh Agama Protestan Negeri Passo), 14 September 2016

Page 21: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

93

Berdasarkan kenyataan itu maka, untuk memperoleh data bagi penulisan ini,

peneliti mengarahkan informan untuk menjawab beberapa pertanyaan,

diantaranya: apa saja faktor pemicu, dan penyebab serta dampak konflik terhadap

hubungan Islam-Kristen di ambon.

1. Faktor Pemicu Konflik

1.1. Maraknya isu simbolisasi identitas keagamaan

Kronologi insiden konflik di Batumerah tepatnya di lokasi terminal transit

angkutan umum Batumerah dilatarbelakangi oleh peristiwa perseteruan dua

pemuda, Masing-masing pemuda Makasar (Islam) dan Pemuda Negeri Aboru

(Kristen). Konflik yang terjadi di Batumerah, diungkapkan oleh para informan,

Tokoh Masyarakat, tokoh adat dan tokoh agama Negeri Batumerah, antara lain:

Menurut S. T,52

yang merupakan salah satu tokoh adat negeri Batumerah dari

pihak muslim dan juga S.S,53

sebagai salah satu tokoh masyarakat Batumerah dari

pihak Protestan, konflik yang terjadi melibatkan orang Makasar dan orang Aboru.

Selebihnya, S.S. mengkisahkan bahwa, anak makasar memalak anak aboru,

karena tidak menerima perlakuan itu, anak aboru ini pulang kerumahnya, kembali

dengan parang mengikuti anak makasar itu, yang kemudian lari ke kerumunan

Muslim sambil berteriak: “tolong… tolong…orang Kristen mau potong beta…”,

perseteruan antar individu itu kemudian berkembang menjadi perseteruan antar

komunitas yang berevolusi dalam bentuk kekerasan fisik (saling serang: baku

lempar batu antara warga) terjadi sekitar pukul 02:00-04:00 sore, merebak sampai

pada pembakaran rumah warga Kristen (Batumerah), penyanderaan kendaraan

umum (angkot) desa Waai oleh warga di Galunggung.

T.T,54

mencurigai adanya rencana sistimatis dibalik konflik. Ia Katakan,

Konflik terjadi ketika orang Kristen, para pemimpin umat Protestan sementara

melangsungkan persidangan Klasis di jemaat GPM Bethara. Konflik, itu pecah

orang Kristen Batumerah kaget, orang Islam datang serang katong.

Dengan lugas, S.S,55

mengungkapkan ingatannya berdasarkan yang ia amati

pada saat konflik pecah tentang indikasi adanya sebuah rencana pihak Muslim. Ia

katakan bahwa:

52

Wawancara dengan S.T. (Tokoh Adat Negeri Batumerah), 27 Agustus 2016 dan juga S.S.

(Tokoh Masyarakat negeri Batumerah), 29 Agustus,2016 53

Wawancara dengan S. S. (Tokoh Masyarakat Protestan Batumerah), 29 Agustus 2016 54

Wawancara dengan TT. (Tokoh Agama Negeri Batumerah), 1 September 2016 55

Wawancara dengan S.S. (Tokoh Masyarakat Protestan Batumerah), 29 Agustus 2016

Page 22: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

94

Sebelum konflik, telah ada rencana, masyarakat Islam berkumpul di

Batumerah kampong. Waktu itu, ketika dalam perjalan mau pulang ka rumah,

pas beta dari pulang pegang tangan, sampe dipasar Batumerah dong su

Cakalele ika Kapala Putih. Bersamaan dengan itu…. ada seorang Makasar

yang dikenal kasi suara,,,, Bapa S. S baru pulang pegang tangan ka,,, Ia pas S.

S bajalan capat-capat jua,,, tidak berselang beberapa saat pas sampe rumah

langsung pica basar. ” anehnya, masalah uang 1000, pada saat meledak,

mereka sudah datang dengan bandera-bandera.

Konflik yang melibatkan warga Islam-Kristen dapat terjadi karena warga

terpicu oleh merebaknya isu-isu, simbolisasi identitas keagamaan kedua belah

pihak. Seperti yang disampaikan oleh seorang informan, Pdt. J.J,56

sebagai salah

satu pimpinan umat Protestan di Passo yang bertugas pada masa konflik bahwa,

ketika konflik, simbol-simbol agama muncul, misalnya: ketika awal konflik

terdapat seruan: “…. tolong. . tolong. . orang Kristen mau potong katong…. . ”.

Senadan dengan ini, N. K,57

sebagai seorang warga muslim juga mengatakan

bahwa: “ada isu agama, sejak awal kita (warga Islam Batumerah) mengetahui

bahwa konflik terjadi karena orang luar yang memanas-manasi, yang

mempengaruhi, memancing keadaan dan emosi, misalnya: orang kristen

menyerang wilayah muslim dan seorang Ibu berjilbab dipaksa melepaskan

jilbabnya”.

Bersamaan dengan itu, informan lain, yakni J.T,58

mengungkapkan bahwa,

kemunculan fanatisme keagamaan bukan hanya di Islam tetapi juga Kristen.

Fanatisme keagamaan membuat orang merasa dirinya yang paling benar, dan

mendiskriminasi orang lain, atau agama lain. Fanatisme keberagamaan sangat

kuat, orang Islam bisa rela mati untuk menjaga identitas membela agama, ini

kemudian yang menjadi pemicu konflik.

Fakta merebaknya konflik karena pemeluk agama terprovokasi oleh adanya

isu dan fanatisme agama pun terkuak dalam penuturan C.R,59

bahwa:

“Katong iko kaco (konflik) karena terpancing ketika mendengar mesjid

terbakar, pembantaian orang Islam mengakibatkan orang emosi, makanya

56

Wawancara dengan J. J. (Tokoh Agama Protestan Negeri Passo), 14 September 2016 57

Wawancara dengan N. K (Tokoh Masyarakat Islam Negeri Batumerah), 27 September 2016 58

Wawancara dengan Pdt. J.T (Tokoh Agama Protestan Negeri Passo), 3 Oktober 2016 59

Wawancara dengan C.R. (Warga Islam Negeri Batumerah), 27 September 2016. Di dalam

pengggalan kalimatnya, ia melafalkan beberapa kata dalam dialek Ambon: dong, sanang, paleng,

basar, liat, kalo, beta, dan dapa. Masing-masing kata secara berturut-turut mengandung arti yang

sama dengan kata: mereka, senang, paling, besar, lihat, kalau, saya, dapat.

Page 23: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

95

lewat Tagbir, semua orang Islam terpanggil, padahal karena kepentingan,

orang yang pegawai dong sanang katong orang susah tetap susah. Kalau

orang Islam pilih kasih paleng basar, dia liat umat jadi kalo sesama susah

yang lain merasa terpanggil. Contohnya, beta kaka dapa pukul sama saja

deng beta dapa pukul, kecenderungan ini sifatnya komunal. ”Hal

samaditegaskan oleh I.N.60

sebagai Tokoh Agama Batumerah, bahwa

masalah agama adalah masalah agama, agamamu untuk kamu dan agamaku

untuk aku. Kalau dalam Islam sebagaimana tertulis dalam alquran, perang

antar agama itu lain. itu adalah panggilan Jihad, sakral, walaupun dia seorang

pemabuk, tetapi kalau agamanya disinggung, itu spontan, bagi semua Islam.

Di lain kesempatan, oleh seorang informan, A.K,61

sebagai warga Muslim

yang pada saat sebelum konflik bermukim di wilayah Air Salobar (Komunitas

Kristen) sejak tahun 1990 mengidentikfikasi adanya isu agama. katakan bahwa:

sebelum konflik pada tahun 1999 terjadi, beta dan keluarga tinggal di daerah

benteng, satu malam sada satu pemuda, mahasiswa (warga Kristen) lempar beta

rumah, sambil melempar, dia bataria: “orang Kristen ni bodo, katong pung orang

su dapa bunu di Katapang katong diam saja”.

1.2. Keterlibatan Oknum TNI dan Kelompok-kelompok Radikal: Pihak

ketiga

Keterlibatan oknum TNI sebagai aparatur pemerintah dalam konflik di Kota

Ambon memiliki cerita yang kontradiktif. Pada satu sisi, TNI telah melakukan

tugasnya sebagai aparat keamaan, tetapi juga terlibat sebagai aktor kekerasan,

seperti penembakan,. Sebagaimana yang diungkapkan oleh N.K,62

seorang warga

Muslim Di Batumerah, yang mengkisahkan tentang pengalamannya ketika

mengalami konflik, Ia katakan bahwa:

Ketika seorang adik laki-laki kandungnya tertembak saat melintasi jalan

Batumerah, tertembak. Saat melihat ade pung mayat terbayang pandangan

bahwa tidak ada orang muslim atau Kristen yang dilatih untuk menembak

khusus (jitu), adik saya dia di sniper, ini tidak mungkin masyarakat biasa.

Ada juga beta pung pengalaman, melihat dengan mata kepala langsung, satu

kali dalam mobil bersama dengan seorang ibu, tiba-tiba terdengar bunyi kaca

seperti batu yang dilempar tiba-tiba ibu itu jatuh tersandar di beta pung bahu

60

Wawancara dengan I. N (Tokoh Agama Islam Batumerah), 14 Septembe 2016 61

Wawancara dengan A.K (Tokoh Pemuda Batumerah, Delegasi Malino II), 13 September 2016.

Dalam penggalan kalimatnya, informan ini menyebutkan beberapa kata dalam pelafalan dialek

Ambon: bataria, bodo, bunu, yang biasanya disebutkan untuk menyebut kata: berteriak, bodoh,

dan bunuh. 62

Wawancara dengan N. K (Tokoh Masyarakat Islam Negeri Batumerah), 27 September 2016

Page 24: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

96

dan terkapar. Sementara itu, menurut V. L.63

“banyak warga yang jato karena

ada peluru datang sementara warga semua tunduk, maraya.

Sejumlah fakta keterlibatan TNI dalam konflik, sebagai penegak hukum yang

tidak netral, dan terlibat dalam penyerangan-penyerangan di wilayah Kristen,

seperti yang diungkapkan oleh M.P,64

yang juga merupakansala satu Tokoh

Pemuda Protestan Negeri Passo, Ia katakan bahwa:

Ketika konflik TNI memberikan peluru kepada masyarakat. Menurutnya,

aparat tidak netral. Ada TNI yang datang mengamankan, ada yang datang

biking kaco. Kejadian tahun 2000, bukan masyarakat, tetapi ada keterlibatan

TNI, korban di perbatasan negeri lama, semua tentara, ditemukan KTA ketika

mayatnya diperiksa, dong maju pake pakiang putih, tetapi dalamnya loreng.

Selain itu, dalam konflik terdapat juga kelompok-kelompok tertentu pada

kedua belah kubu yang bertikai (Komunitas Islam-Kristen). Hal mana terungkap

oleh V.L, sebagai tokoh Masyarakat Katolik, Ia katakan bahwa: “ada kelompok

yang barmaeng, baik dari pihak Kristen maupun Islam. Ada kelompok “yudas”

yang dipakai. Olehnya, seorang informan, P.L,65

sebagai seorang Tokoh Agama

Kristen Protestan, dalam pengalaman kepemimpinannya Jemaat Ahuru, ia

ungkapkan bahwa:

“ketika konflik, ada kelompok Kristen “Pasukan Agas”, sebelum mereka

beraksi, menyerang komunitas muslim setempat, mereka kaluar meminta beta

berdoa par dong. P.L. selaku pimpinan umat Kristen menegaskan bahwa

umat asli setempat hanya bertahan tidak melakukan penyerangan, “katong

samua di dalam gereja,, katong samua diperbatasan saja,,, yah,, arti biar

bagemana,, istilah sapa cari dia dapa,, ose datang ya katong seng picari, ose

datang mau potong beta, beta potong ose kamuka”.

Seorang informan, V.R,66

yang juga merupakan ketua RT di wilayah Ahuru

mengungkapkan tentang keterlibatan “orang luar” dalam konflik, secara panjang

lebar dia katakan bahwa:

Konflik secara umum, ada keterlibatan orang luar. Di awal pecah tahun 1999

orang asli tidak tahu apa-apa, tidak tahu masalahnya apa. Saat konflik, ada

63

Wawancara dengan V.L. (Tokoh Masyarakat Katolik Negeri Batumerah), 5 September 2016 64

Wawancara dengan M.P. (Tokoh Masyarakat Katolik), 3 September 2016. Dalam penggalan

kalimatnya, informan ini menyebutkan beberapa kata dalam pelafalan dialek Ambon: biking, kaco,

pake, pakiang, masing-masing secara berturut-turut kata-kata tersebut biasanya dipakai untuk

menyebutkan kata: membuat, kacau, memakai, pakaian. 65

Wawancara dengan P.L. (Tokoh Agama Protestan negeri Passo), 3 Oktober 2016. 66

Wawancara dengan V.R (Tokoh Agama Katolik negeri Batumerah; Ahuru), 4 September 2016

Page 25: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

97

saling menjaga antar kedua komunitas. Ada orang luar (laskar-laskar) datang

menghantam katong disini, orang Islam dan Orang Kristen masing-masing

menjaga wilayahnya. Masing-masing memilih bertahan, begitupun

komunitas katolik. Orang Muslim semua lari, orang Kristen menjaga wilayah

Muslim bahkan mesjid. Orang luar serang, dari kebun cengkeh, mereka orang

jawa.

Keberadaan orang luar (Baca: Pendatang) dalam konflik juga teridentifikasi

melalui penuturan A.K,67

sebagai salah satu Tokoh Masyarakat Batumerah

(Kebun Cengkeh). Ia katakan bahwa, penyerangan pihak muslim di wilayah Stain

(Batumerah) dilakukan oleh orang-orang pendatang, katong bisa membedakan

mana orang asli mana orang pendatang, ada juga kelompok-kelompok Laskar

Jihat yang datang dari luar daerah (Jawa).

2. Faktor penyebab Konflik: Kecemburuan sosial-ekonomi

Konflik dalam hubungan Islam-Kristen di Ambon dilatarbelakangi oleh

beberapa faktor lain, seperti kecemburuan sosial-ekonomi: penguasaan pasar oleh

pendatang; terkait kuasa dan jabatan struktur. Hal mana terungkap oleh, Pdt. J.J.

dan juga disampaikan oleh Pdt. J.T (Tokoh Agama Jemaat GPM Passo), terdapat

juga faktor ekonomi, ada kecemburuan berkaitan dengan jabatan, sebelum konflik

pihak muslim selalu merasa di nomor duakan.68

Lebih lanjut Pdt. J,T, melihat tentang butir kesepakatan malino, yakni tentang

perimbangan keterwakilan jabatan sturuktural dalam masyarakat di antara kedua

belah pihak yang bertikai (Islam-Kristen). Menurutnya, ketika hal perimbangan

dibahas dan diputuskan dalam butir-butir ketetapan Malino II, maka artinya ada

tujuan menyangkut kekuasaan dari konflik ini. Bagi saya sangat tidak tepat kalau

harus menerima konsensus untuk menerima perimbangan yang berdampak tidak

baik, ketika kualitas tidak dilihat tetapi tentang perimbangan keterwakilan baik

didalam jabatan birokratif, di instansi pendidikan.

Seorang informan, A.K,69

yang merupakan salah satu peserta Malino II

delegasi dari negeri Batumerah mengungkapkan bahwa, memang dalam 11 point

kesepakatan Malino, selain membicarakan soal isu RMS, ada juga salah satunya

67

Wawancara dengan A. K. (Tokoh Mayarakat Islam Negeri Batumerah), 14 September 2016 68

Wanwancara dengan J. J. dan Pdt. J.T. (Tokoh Agama Protestan negeri Passo),14 September

dan 3 Oktober 2016 69

Wawancara dengan A.K. (Tokoh Masyarakat Islam Negeri Batumerah), 14 September 2016

Page 26: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

98

yakni membicarakan soal pembagian, pemerataan dan penyeimbangan

keterwakilan pemeluk kedua agama dalam proses penerimaan pegawai, begitu

juga pimpinan-pimpinan dinas, penerimaan-penerimaan mahasiswa. Katong

pihak Islam ingin kalo bisa jang sampe miring-miringlah. seperti contohnya, di

kotamadya penerimaan pegawai 50, katong seng sampe 10 lai…. .

Selain itu, menurut V.L. konflik juga dilatari oleh faktor kecemburuan orang

Maluku, baik Islam maupun Kristen yang merasa pasar dikuasai oleh BBM.

Sebelum konflik telah ada gesekan-gesekan kecil antara orang Kailolo (Pulau

Seram) dan orang Buton. Sementara itu, S.A,70

seorang Tokoh Agama Islam di

Batumerah (Penduduk Pendatang), yang juga beraktifitas sebagai pedagang di

wilayah Ruko Batumerah mengungkapkan bahwa memang dari dulu, sebelum

konflik pasar dikuasai oleh warga pendatang, yang kebanyakan adalah orang

Sulawesi. Para pendatang ini, memiliki paguyuban-paguyuban. Hal ini juga

ditegaskan oleh I. N.71

sebagai Tokoh Agama Negeri Batumerah (Penduduk Asli),

menurutnya, sejak dolo telah ada kecemburuan sosial, orang Maluku tidak mau

orang luar maju.72

Karena sebagai penduduk asli Maluku di Batumerah merasa

dikuasai oleh orang luar, lokasi pasar dikuasai oleh orang makasar, dan orang

jawa. Orang asli hanya sekedar, jual kue saja tapi selebihnya seng ada.

3. Dampak Konflik Terhadap Hubungan Islam-Kristen

Konflik yang terjadi di Ambon telah menciptakan sejarah yang kelam dan

mencekam. Banyak korban jiwa, kerusakan, kekerasan, bahkan juga dapat

membendamkan dendam dan kebencian yang membara pada benak masyarakat

secara personal. Dalam wawancara langsung terungkap beberapa bentuk dampak

konflik dalam hubungan Islam-Kristen, diantaranya yakni: lunturnya

kesalingpercayaan berupa kecurigaan dan keterancaman; kewaspadaan terhadap

Isu radikalisme keagamaan.

S.S,73

sebagai salah satu warga Kristen yang kembali menetap diantara

penduduk Batumerah yang mayoritas mengungkapkan fakta kewaspadaan orang

70

Wawancara dengan S.A. (Tokoh Agama Islam Negeri Batumerah), 14 September 2016 71

Wawancara dengan Pdt.(Emr).J.T (Tokoh Agama Protestan Negeri Batumerah), 1 September

2016 72

Wawancara dengan I. N. (TOkoh Masyarakat Islam Negeri Batumerah), 20 September 2016 73

Wawancara dengan N.S (Warga Protestan Batumerah), 29 September 2016

Page 27: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

99

Kristen terhadap isu radikalisme agama di Maluku, bahwa: pada tahun 2015 ini

ada kelompok Isis yang ditangkap di Batumerah sebanyak 20 orang.

3.1. Kecurigaan

Dampak rasa tidakpercaya berupa kecurigaan dalam hubungan Islam-Kristen,

dialami oleh S. A,74

sebagai seorang warga Muslim pendatang Batumerah ketika

melakukan aktifitas pasar pada salah satu swalayan yang terlatak di wilayah

komunitas Kristen, sebagaimana yang diungkapkannya bahwa, “minggu kemarin

beta balanja di Planet 2000 di sabala atas, waktu itu beta pake songko haji, beta

mengamati ada om satu perhatikan beta begitu lama, menurut beta antua rasa

aneh deng beta dan beta pun berasa tidak tenang. Berbeda kalo balanja di

Planet di A. Y. Patty”.

3.2. Rasa Keterancaman

Rasa keterancaman yang dialami individu dalam relasi antar warga minoritas

yang mendiami wilayah mayoritas mengikis kebersamaan dalam kehidupan antar

pemeluk agama Islam-Kristen. Warga Islam merasa terancam di wilayah Kristen

dan Warga Kristen terancam di wilayah Islam. seperti yang diungkapkan beberapa

informan, diantaranya:

M. P,75

sebagai salah satu tokoh masyarakat di negeri Passo menjelaskan bahwa:

Sejak konflik 1999 hingga tahun 2001 semua orang muslim (Batugong,

Larier) 1000-2000 (5 %), BBM, bakabong) masih ada di Passo, sampai 2005

masih hidup 11 orang Islam (6 anak muda, orangtatua 5) dalam negeri Passo

melakukan aktifitas dagang, mereka tertekan setelah ada gangguan dari orang

luar, sehingga ada ketakutan dan rasa terancam. Akhirnya orang Passo

mengevakuasi mereka ke desa Halong, komunitas muslim. Mesjid Passo

runtuh pada saat Gereja Silo terbakar ; tahun 1999 orang Muslim dan Kristen

berupaya secara bersama menjaga jalur masuknya orang dari luar kota (Hitu)

di jembatan air basar.

Sementara itu, A.K,76

sebagai salah satu tokoh masyarakat di negeri

Batumerah, turut menegaskan waktu itu b RT , Pica pertama-kedua ada masi 5

74

Wawancara dengan S.A (warga Muslim Sulawesi Batumerah), 9 September 2016. Dalam

penggalan kalimat yang diuntarakannya, informan ini menyebutkan beberapa kata dalam pelafalan

dialek Ambon: balanja, sabala dan antua, yang biasanya di sebutkan untuk menyebut kata:

belanja, sebelah, beliau. 75

Wawancara dengan M. P. (Tokoh Pemuda Protestan Negeri Passo), 14 September 2016

Page 28: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

100

K.K, termasuk 1 ibu guru, lakinya kerja di Benjina, kalau ada jam kerja ibu itu

datang tinggal deng bini disini. Pica pertama, beta masih amankan mereka sampai

pada pica kedua mungkin karena ada ana-ana kelompok yang pastroli beta deng

armet kasi pindah antua ka petra. Ada beberapa warga yang jaga malam sama-

sama pas pica pertama, beta yakin bisa amankan, tetapi jaga orang luar.

J.T,77

selaku pimpinan umat Protestan di Passo memberikan pemikirannya

menyikapi fenomena dampak konflik terhadap hubungan agama-agama secara

khusus bagi dinamika hidup orang Maluku, bahwa:

Konflik yang meninggalkan traumatik yang mendalam dan berat dalam kedua

belah pihak, tidak gampang dihilangkan dengan membalikan telapak tangan.

GPM secara kelembagaan telah bekerjasama dengan instansi-instansi terkait

telah mengupayakan sejumlah kegiatan yang terfokus pada usaha

membangun rasa saling percaya dan menjamin kerukunan dan ketentaraman

hidup beragama, salah satu kegiatan yang pernah diikuti yakni, trauma

healing. Kegiatan ini melibatkan kedua komunitas. Didalamnya sebuah

pendekatan coba dibangun misalnya kita dari Kristen ber-live-in selama

beberapa waktu di kediaman saudara Muslim dan sebaliknya Muslim pada

keluarga Kristen. Saat itu saya ditempatkan di salah satu rumah warga

muslim (Imam) di daerah Nania, jujur ada ketakutan, malamnya saya tidak

dapat tidur. Ia juga melanjutkan tentang pengaruh konflik pada penciptaan

karakter keras warga jemaat khusunya anak-anak muda yang secara langsung

telah mengalami konflik dan kekerasan. Akhirnya saya ingin katakan bahwa

butuh waktu yang tidak cepat untuk memupuk kepercayaan. Untuk itu, butuh

kerjasama antara instansi, pemerintah dan gereja, tokoh-tokoh masyarakat

dan agama untuk mengembalikan kepercayaan itu.

D. HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI

NEGERI BATUMERAH-PASSO PADA MASA KONFLIK

Pada bagian selanjutnya dari bab ini, peneliti mengarahkan informan untuk

menjawab beberapa pernyataan, diantaranya: Pertama, Bagaimana hubungan

Islam-Kristen dalam Budaya Pela Gandong pada saat konflik; Kedua, Apa saja

praksis, dan kegiatan-kegiatan hubungan Pela Gandong pada saat konflik.

Konflik melahirkan perubahan yang signifikan terhadap relasi antar agama

(Islam-Kristen). Kerekatan hubungan antar masyarakat yang dibingkai dalam

budaya orang Basudara di Maluku sebelum konflik telah menjadi renggang pada

masa konflik. Akan tetapi, faktanya justru dalam usaha menyikapi perubahan

76

Wawancara dengan A. K. (Tokoh Pemuda Islam Negeri Batumerah), 14 September 2016 77

Wawancara dengan J. T. (Tokoh Agama Protestan Negeri Passo), 1 Oktober 2016

Page 29: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

101

tersebut terdapat juga proses-proses bersama yang coba dibangun oleh tokoh-

tokoh agama dan masyarakat dan telah berhasil mempersatukan seluruh

komponen masyarakat yang juga merupakan warga pemeluk agama. Indikator

kerenggangan hubungan dan proses asosiatif yang terbangun dalam hubungan

antara pemeluk agama (masyarakat) ini diungkapkan para informan yang

diwawancarai pada kedua lokasi penelitian.

1. Hubungan Islam-Kristen Batumerah-Passo Masa Konflik

1.1.Hubungan Islam-Kristen di Batumerah Pada Masa Konflik

N.K,78

mengungkapkan bahwa: ketika konflik pecah, orang Islam

menyelamatkan orang Kristen (tetangga), keluarga dan warga Kristen kami

arahkan untuk meninggalkan kediamannya, bukan berarti kami mengusir mereka

tetapi karena kondisi maraknya isu-isu agama itu membuat kami merasa tidak bisa

menjamin mereka. Kita tidak bisa mengontrol masa dari luar yang datang karena

emosi sebagai korban.

Senada dengan itu, V.R,79

sebagai tokoh masyarakat katolik di wilayah Ahuru

mengungkapkan bahwa: hubungan Islam-Kristen ketika konflik terjadi sangat

baik sekali, ada saling menjaga keamaan, orang Islam datang jaga gereja,

sebaliknya orang Kristen jaga Mesjid. Makanya dalam konflik ambon, wilayah

Ahurulah yang terakhir jatuh, kejatuhan itu juga karena ada orang luar datang

menyerang secara kelompok.

Hubungan antar pemeluk Islam-Kristen yang secara sesaat terbangun tidak

dapat dipertahankan ketika ada pihak dari luar, baik di wilayah Islam maupun

Kristen. Kondisi ini menurukan intensitas interaksi antar agama: dalam hal ini

para tokoh-tokoh agama maupun masyarakat tidak dapat membangun komunikasi,

negosiasi antar pemimpin umat.

Menurut V.R, ketika konflik berlarut, umat katolik memilih bertahan,

dilarang untuk menyerang, kita hanya bertahan dan menjaga-jaga apabila ada

penyerangan kita akan membela diri.

78

Wawancara dengan N.K (Tokoh Masyarakat Muslim di Batumerah), 27 September 2016 79

Wawancara dengan V.R (Tokoh Masyarakat Katolik Ahuru: Negeri Batumerah), 5 September

2016

Page 30: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

102

Selanjutnya, A. A,80

yang merupakan pimpinan umat Protestan di Batumerah:

Ahuru, mengungkapkan bahwa:

Ketika konflik berkepanjangan sempat redah pada tahun 2002, hubungan

antar agama kurang terbuka, terdapat jurang pemisah, antar ketiga belah

pihak (Katolik, Protestan, dan Muslim), yang enggan untuk menghadiri

undangan-undangan resmi acara-acara keagamaan masing-masing. Moment-

moment khusus yang hanya dapat memungkinkan kebersamaan adalah ketika

diupayakan kegiatan-kegiatan sosio-praktis, misalnya kerja bakti bersama,

penghijauan. Hubungan komunikasi antar pimpinan agama hanya sebatas

menjaga keamanan umat. protektif menjadi eksklusifme umat katolik.

Fenomena kecurigaan dan terancam yang diakibatkan oleh konflik dalam

hubungan antar agama telah memungkinkan peran dan fungsi tokoh-tokoh Agama

untuk dapat berupaya merajut kebersamaan dan rasa persatuan. K.J,81

sebagai

seorang pimpinan umat Katolik di Ahuru mengkisahkan bagaimana dirinya

berinisiatif membangun relasi dan menciptakan ruang kerjasama antara tokoh-

tokoh agama Islam maupun Protestan di wilayah konflik. Ia menurutkan bahwa:

Di tahun 2011 umat katolik diperhadapkan dengan salah satu tanggungjawab

besar, yakni penyelasian dan peresmian gedung Gereja Yakobus Ahuru,

sebagai salah satu daerah rawan konflik, yang secara geografis terletak

diantara dua komunitas Muslim dan Protestan, maka saya memiliki visi untuk

mengembalikan kepercayaan dan kerekatan hubungan antar agama setelah

konflik. pertama-tama saya berinisiatif menemui tokoh-tokoh agama,

merangkul tokoh-tokoh agama dalam kesepakatan bersama untuk menyulam

kembali kerukunan agama seperti semula sesuai dengan filosofi orang

Maluku tentang persaudaraan yang rukun, melalui berbagai aktifitas

keumatan yang dapat diprakarsai oleh pimpinan agama Katolik, (Pastor),

Protestan (pendeta), dan Muslim (ustat) di wilayah Ahuru.

Selebihnya, K.J82

ungkapkan bahwa:

Ketika momentum peresmian gedung Gereja Katolik berhasil dilaksanakan

dengan sejumlah proses acara yang melibatkan umat Muslim, yang juga

dihadiri dari para undangan dari berbagai kalangan masyarakat sampai

pemerintah daerah, pada saat itu saya merasakan sendiri ada titik balik yang

luarbiasa ketika moment peresmian gereja, yang panitianya 2/3 muslim dan

Protestan. Seremonial diatur bersama dan melibatkan pemeluk agama,

misalnya, penerima tamu pake kabaya ambon (anak-anak Protestan), pake

songko (Anak-anak Muslim), acara ini dijadikan moment rekonsiliasi, dalam

80

Wawancara dengan A. A (Tokoh Agama Protestan Negeri Batumerah), 3 Oktober 2016 81

Wawancara dengan K.J. (Tokoh Agama Katolik Bnegeri Batumerah: Ahuru), 27 September

2016 82

Wawancara dengan K. J. (Tokoh Agama Katolik Batumerah), 27 September 2016

Page 31: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

103

bentuk keterlibatan nyata, orang menyaksikan karya oikumenis. Ini

berdampak baik, bagi hubungan masyarakat di wilayah rentan konflik.

meminimalisir rasa curiga, dan memupuk kerinduan untuk merajut

kebersamaan. Dan kebersamaan itu tercipta ketika dalam relasi yang

terbangun ada proses saling memberi dan menerima, misalnya untuk

kepentingan pembangunan gedung ibadah atau kegiatan-kegiatan keagamaan,

baik pihak muslim maupun katolik dan protestan ada saling membantu secara

material maupun moril.

Pada konteks hubungan kemasyarakatan, terdapat juga proses bersama yang

secara spontan terbangun melalui inisiatif warga kedua belah pihak. Tanpa

pengingkaran terhadap signifikansi peran tokoh-tokoh masyarakat pada wilayah

rentan konflik di Batumerah, seperti yang diungkapkan oleh V.Lbahwa 83

:

Pada tahun 2011, ada kesadaran bersama bahwa yang bisa menjaga situasi

hanyalah orang ambon. Ketika ada konflik, terbangun pemikiran bahwa lebe

bae katong susah daripada karena satu orang lalu jadi basar-basar. Ada

kumunikasi saling bakulia dan pos jaga bersama warga Islam-Kristen. Tokoh-

tokoh msayarakat saling menjaga situasi, ketika hubungan baik telah terjalin,

maka ketika ada gejolak kekacauan yang dilakukan oleh individu pada saat

itupun dipangkas. Dan juga kalo ada warga yang mabok, langsung ditindak

tegas. Katong membangun kesadaran bersama bahwa sebagai warga

walaupun dia mau berasal dari manapun, ada orang dari Saumlaki, Pelau,

Seram, Kei, Tanimbar, Buru katong semua satu kampong. Katong semua

warga sama-sama adalah korban pengungsian dari berbagai daerah di

Maluku. Ketika ada gejolak-gejolak ketersinggungan dalam membangun

hubungan antar umat. dilihat sebagai tantangan bersama yang dihadapi dalam

kehidupan bermasyarakat.

Proses tersebut pun diakui oleh seorang tokoh masyarakat dari pihak Muslim

yang selingkungan dengan V.L, di Ahuru, M. Latupono84

menambahkan bahwa,

ketika ada proyek pembangunan seperti misalnya, berbagi, dapa setapak katong

kasi par dorang, aer katong dapat juga katong kasi par dorang, ada proyek karja

bangunan, katong panggel basudara Kristen untuk karja.

S.T85

. yang merupakan tokoh Masyarakat Adat Negeri Batumerah,

mengungkapkan bahwa, ketika konflik sementara redah, ada upaya dari

83

Wawancara dengan V.L. (Tokoh Masyarakat Katolik Negeri Batumerah: Ahuru),5 September

2016. Dalam penggalan kalimatnya, informan ini menyebutkan beberapa kata dalam pelafalan

dialek Ambon: lebe bae, bakulia, kalo, dan kampong, yang biasanya dipakai untuk menyebutkan

kata: lebih baik, bertatapan, kalu, dan kampong. 84

Wawancara dengan M.L. (Tokoh Masyarakat Muslim Batumerah: Ahuru), 5 September,

2016. Dalam penggalan kalimatnya, informan ini menyebutkan beberapa kata dalam pelafalan

dialek Ambon: dapa, par, dorang, aer panggel, yang biasanya dipakai untuk menyebutkan kata:

dapat, untuk/kepada, mereka, air, panggil. 85

Wawancara dengan L. H. (Tokoh Masyarakat Islam Negeri Batumerah), 2 September 2016

Page 32: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

104

pemerintah negeri dalam rangka mengembalikan rasa kepercayaan dan menjamin

ketrentraman warga Kristen di Ahuru, salah satunya yaitu untuk membalikan

orang Katolik, tindak lanjut kegiatan itu yakni ada bakti bersama. Diharapkan

upaya ini dapat menjadi dasar untuk meyakinkan, memberikan jaminan yang

diberikan oleh pemerintah negeri.

Sementara itu, I.N86

mengungkapkan perihal terkait dengan masalah

fanatisme, ingin mengembangkan agama, merupakan hal yang wajar. Tetapi

akhirnya kurang ada kerjasama, karena itu solusi bagi persoalan ini diakuinya

bahwa:

Konflik menuntut peningkatan kerjasama antar agama, dan secara internal

tema khotbah diharapkan menyentuh umat. seperti misalnya, Islam

mengajarkan bahwa rahmat kepada seluruh semesta, ini adalah sentuhan-

sentuhan sosial menepis radikalisme. Hubungan pela gandong di Maluku

sendiri mempersatukan visi semua agama dalam kemanusiaan, dalam pela

semua orang diajarkan untuk tidak menyusahkan, menyakiti sesama. Ini juga

merupakan visi agama-agama. Melalui konflik orang belajar bagaimana

masalah pribadi dibawa-bawa sebagai masalah agama, ini bentuk provokasi

yang memicu konflik.

1.2. Hubungan Islam-Kristen di Passo Pada Masa Konflik

M. P, mengungkapkankan bawah,87

selama konflik sejak 1999-2001, warga muslim yang berdomisili Batugong,

Larier, kurang lebih 1000-2000 masih ada di Passo, bahkan sampai tahun

2005 masih hidup -± 11 warga muslim yang terdiri dari enam anak muda, dan

lima dewasa- dalam negeri Passo, melakukan aktifitas dagang. Konflik dan

kekerasan yang terjadi kemudian membuat mereka tertekan, setelah ada

gangguan dari orang luar, sehingga ada ketakutan dan rasa terancam. Karena

itu, orang Passo berinisiatif mengevakuasi mereka ke desa Halong, komunitas

muslim. Salah satu Mesjid di Passo runtuh pada saat terdengar kabar Gereja

Silo terbakar pada tahun 1999, sebelum itu, orang Muslim dan Kristen

khususnya para pemuda di Passo berupaya bersama menjaga jalur masuknya

orang dari luar kota (Hitu).

Oleh Y.S,88

katakan bahwa, sampai pada masa konflik 1999 terjadi, orang

Islam dan Kristen tidak hanya menjaga diperbatasan, tetapi bahkan juga bersama

menjaga Gereja.

86

Wawancara dengan I.N. (Tokoh Agama Islam Negeri Batumerah), 20 September 2016 87

Wawancara dengan M. P (Tokoh Pemuda Negeri Passo), 14 September 2016 88

Wawancara dengan Y.S. (Tokoh Adat negeri Passo), 27 September 2016

Page 33: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

105

Dampak perubahan demografis (kependudukan) pada saat terjadinya konflik,

seperti yang disebabkan oleh arus masuknya para pengungsi korban konflik dari

luar yang kemudian berdomisili tetap pada katong-katong Muslim maupun

Kristen pada umumnya, dan di negeri Passo khususnya secara langsung

menciptakan kendala sosial berupa melemahnya sistem kontrol kemasyarakatan,

keadaan ini pada akhirnya berpengaruh dalam bagaimana membangun hubungan

yang baik antar agama pada saat konflik.

Oleh M.S,89

selaku salah satu tokoh masyarakat, dan juga mantan Raja negeri

Passo secara spesifik mengungkapkan kendala-kendala yang dihadapi dari segi

Adat. Menurutnya, kendala membangun relasi, dapat juga disebabkan oleh

karakter masyarakat yang homogen, membaurnya suku: Tenggara, Lease, Tarnate.

Oleh karena itu, hubungan Pela Gandong yang eksklusif: antar dua Negeri yang

berpela, terbatas antara negeri, tetapi antar individu dalam konteks plural, nilai-

nilai budaya kemajemuk menjadi kendala membangun hubungan antar agama.

Selebihnya, menurut M.S, pemerintah negeri sadar tidak dapat menjamin

ketentraman dan kerukunan hidup warga. Akan tetapi, adanya Mesjid Nurul yang

tegak berdiri dan dijaga oleh masyarakat Negeri Passo.90

Keberadaan Mesjid di

negeri Passo merupakan tanda bahwa orang Passo (Kristen) menjaga relasi

dengan saudara di Batumerah (Islam), disini, Pela Gandong menjadi faktor

perekat, dan karena keterikatan itulah maka, orang Passo merasa berkepentingan

untuk menjaganya.

Pada sisi lain, terdapat harmonisasi dalam relasi yang terbangun dalam

kehidupan bertetangga antara Islam-Kristen, yang secara eksklusif dilakoni oleh

satu-satunya keluarga muslim di Passo yang bermukim diantara ratusan warga

Kristen lainnya, seperti yang dialami oleh M.S.91

Beliau mengisahkan

pengalamannya ketika dalam konflik bersama dengan salah satu tetangganya yang

beragama Islam, bahwa:

……. ada satu keluarga Muslim, yang dengan karakter hidup yang baik,

bergaul, makan juga katong sama-sama, sangat akrab deng katong, sehingga

pada saat konflik terjadi mama daeng deng dia pung anak-anak, mereka tidak

89

Wawancara dengan J.T. (Tokoh Agama Protestan Negeri Passo), 3 Oktober 2016 90

Wawancara dengan M.S. (Tokoh Masyarkat Negeri Passo), 27 September 2016 91

Wawancara dengan M. S. (Tokoh Masyarakat Negeri Passo), 19 September 2016. Di dalam

penggalan kalimatnya, informan ini meyebutkan dua kata dengan pelafalan dialek Ambon: katong,

deng. Yang biasanya disebutkan untuk menyebut kita dan dengan

Page 34: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

106

beranjak dari Passo. Mereka sangat yakin Basudara Passo tidak mungkin

menyusahkannya, bahkan sampai saat ketika ibu itu meniggal, kami berupaya

untuk menghubungi keluarganya dan membantu proses pemindahan jenazah

ke Alfatah untuk dekudian di makamkan secara keIslaman……

Senadan dengan pengkisahan M.S diatas, M.B, sebagai satu-satunya keluarga

Islam asli Sulawesi, kediaman benteng karang (Leitimur) yang ketika konflik

pecah mengungsi bersama orang Kristen ke daerah Passo dan menetap disana

sejak tahun 1999, mengungkapkan bahwa92

:

eratnya hubungan kekeluargaan antara Islam-Kristen sangat berbeda, kalo

sebelum konflik, masing-masing katong pikir… sapa se sapa beta…, tetapi

ketika konflik terjadi, dalam pengalaman katong tinggal bersama orang

Kristen di sini rasa kekeluargaan ini sangat kental,,, bukan hanya dilakukan

ketika ada acara-acara bahagia, tetapi bahkan ketika salah satu warga

mengalami kedukaan, orang akan memberikan bantuan,, karena itu, katong

sekeluarga (bersama Ibu dan ketiga orang saudaranya) berkeyakinan dan

percaya bahwa orang Kristen tidak akan menyakiti kita, bahkan katong

merasa lebih nyaman, dihargai, dijaga oleh orang Kristen daripada sesama

Islam, orang Kristen pung hidop beda deng orang Islam.

2. Kondisi Masyarakat Negeri Batumerah-Passo pada masa konflik 1999

Negeri Batumerah merupakan lokasi awal mula pecahnya konflik sosial yang

terjadi di Kota Ambon pada 19 Januari 1999. Konflik bertepatan dengan moment

perayaan hari besar keagamaan umat Muslim, yakni hari Idul Fitri. Kenyataan

yang terjadi pada perayaan Idul Fitri sendiri, seperti biasanya masyarakat Ambon

(sesama warga muslim mapun warga Kristen terhadap muslim) ada saling

bersilaturahmi, mengunjungi kediaman masing-masing untuk berjabat tangan.

Karena itu, saat konflik terjadi, “orang Passo (Kristen) ada pegang tangan di bapa

raja Batumerah (Muslim) pung rumah”.93

Negeri Batumerah, selain didominasi oleh warga Muslim, juga terdapat

komunitas Kristen, jemaat GPM betabara yang terdiri dari 8 sektor pelayanan, 7

dari 8 jumlah keseluruhan sektor pelayanan dalam wilayah tengah-tengah

(Batumerah dalam), dan sebagian menempati wilayah Ahuru, ada juga sebagian

besar komunitas Umat Katolik. Keberadaan umat Protestan dan Katolik di Ahuru

92

Wawancara dengan M.B (Warga Islam di Benteng karang (Passo), 15 September 2016 93

Wawancara dengan M.P (Tokoh Pemuda Negeri Passo), 14 September 2016. Di dalam

penggalan kalimatnya, informan ini menyebutkan satu ungkapan menurut dialek Ambon: pegang

tangan, yang biasanya untuk menyebutkan kata kerja: saling berjabat tangan

Page 35: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

107

secara administratif terhimpun dalam dua RT (Rukun Warga) pada wilayah

Batumerah. 94

Konflik mengakibatkan eksodusnya warga jemaat GPM Bethabara, sejak

tanggal 20 januari sampai dengan oktober 1999, pada bulan oktober, umumnya,

semua warga jemaat keluar rumah dengan tangan kosong, dan secara

berkelompokan mulai menempati beberapa camp pengungsian, diantara: wisma

atlet Karang Panjang, Sporthall (selama ± 1 tahun), dan Jemaat Halong ada

terdapat warga 2 sektor. ≥ 400 kk: ≥700 jiwa. Umat GPM terpuruk secara

ekonomi, sekolah anak-anak menjadi terbengkalai dll. 95

Pemerintah Daerah melalui koordinasi dengan anggota dewan partai PDIP

dan Ketua Majelis Jemaat Bethara kemudian merelokasi pemukiman warga

jemaat GPM. Bethabara ke desa Kayu Tiga, dan melalui swadaya umat, dimulai

pembangunan Gereja darurat di Kayu Tiga pada tahun 2006. 96

Akhirnya, sekarang pada wilayah Batumerah Dalam (lokasi warga Jemaat

Bethara sebelum konflik) setelah konflik berakhir, terdapat banyak tanah-tanah

kosong milik warga yang tidak terpakai. Perihal tanah penduduk Kristen yang

mengungsi saat konflik, telah ada klaim tentang kepemilikan tanah oleh warga

muslim. Dengan demikian, tidak ada lagi orang Kristen yang balik kekediaman

asalnya di wilayah Batumerah Dalam.97

Disesalkan oleh warga bahwa mediasi

persoalan tanah, kurang didukung dengan advokasi hukum pihak GPM terkait

dengan kepemilikan tanah Gereja – sebagai pemberian dari pemerintah Belanda

yang belum bersertifikat– untuk mendorong pemulangan warga ke lokasi

semula.98

Pada konteks komunitas Protestan di daerah Ahuru, sebagai bagian dari

wilayah negeri Batumerah, konflik mengakibatkan umat talamburang

(berserakan), mendiami beberapa lokasi pengungsian, diantaranya: di Desa Soya,

Halong. Warga Protestan di Ahuru pun mengalami kehilangan 2 sektor akibat

terbakarnya rumah mereka.

94

Wawancara dengan O.T,V.R, F, T (Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama Negeri

Batumerah),1 September 2016 95

Wawancara dengan O. T (Tokoh Agama Protestan Batumerah), 30 Agustus 2016 96

Wawancara dengan O. T (Tokoh Agama Protestan Batumerah) 30 Agustus 2016 97

Wawancara dengan S. S. (Tokoh Masyarakat Negeri Batumerah), 29 Agustus 2016 98

Wawancara dengan S. S. (Tokoh Masyarakat Negeri Batumerah), 29 Agustus 2016

Page 36: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

108

Pasca konflik, pada tahun 2016, jumlah penduduk dan kondisi fisik di Negeri

Batumerah pasca konflik mengalami perubahan yang cukup signifikan. Jumlah

penduduk negeri Batumerah terdiri dari 98% umat Muslim. Terkait dengan

penggunaan sarana (gedung) peribadahan, sebelum konflik terdapat empat gedung

Gereja di Batumerah, tetapi setelah konflik berakhir hanya 1 gedung Gereja

(Katolik) yang digunakan. 2 diantaranya terbakar dan 1 ditutup. Tidak ada lagi

penduduk Kristen di wilayah Batumerah Dalam yang balik. Sedangkan,

Komunitas Kristen Katolik di wilayah Ahuru semua balik (sebanyak dua RT).

Terdapat pula peningkatan jumlah penduduk pendatang dari luar daerah Maluku,

dan dari dalam kota ambon (sebagian besar pengungsi Muslim pada saat

Konflik).99

Perlu diungkapkan pula tentang kenyataan yang dialami komunitas Kristen

Katolik di Wilayah Ahuru. Sebagaimana diungkapkan oleh beberapa informan:

Lepertery. V.R dan V.L sebagai Tokoh Masyarakat dan Agama setempat bahwa:

Ketika konflik tidak ada warga asli yang menjadi korban tetapi orang luar

dari pihak Kristen yang ingin datang membantu (kelompok Agas100

). Begitu

juga pihak Muslim yang ingin menyerang, tetapi akhirnya banyak yang

dihabisi oleh aparat. Ketika konflik, masyarakat mempertahankan gereja,

hingga tahun 2000, kejatuhan gereja dan terbakarnya rumah warga. Menurut

V.R, kejatuhan saat itu disebabkan karena ketika masyarakat ke Gonsalo, ada

mata-mata (diduga pihak aparat) yang membocorkan kondisi kepada pihak

muslim (orang luar), moment itu diambil sebagai sebuah kesempatan untuk

datang kasi habis gereja dan rumah warga”.

Sedangkan, Negeri Passo selain memiliki karakter penduduk yang homogen,

tetapi juga, merupakan wilayah yang strageis dalam peta konflik sosial. Negeri

Passo menjadi “pembatas jalan” masuknya kelompok-kelompok ekstrimis dari

wilayah jazirah Leihitu: Hitu (Islam).101

Banyak warga muslim yang berdomisili

di Passo (warga buton yang telah bertahun-tahun hidup menetap: berdagang di

Passo), berangsur-angsur meninggalkan negeri. Umumnya mereka (warga

Muslim) merasa terancam, dari luar (warga pengungsi yang mendiami Negeri

Passo yang berasal dari desa Waai), tanpa ada tekanan dari dalam. Karena alasan

itu juga banyak warga muslim yang menjual sertifikat tanahnya. Hingga, 2005

99

Wawancara dengan F. T (Staf Pemerintah Negeri Batumerah), 14 September 2016 100

Wawancara dengan Pdt. L (Tokoh Agama Protestan Batumerah), 3 Oktober 2016 101

Wawancara dengan M.P. (Tokoh Pemuda Negeri Passo), 14 September 2016

Page 37: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

109

orang muslim takut, melintasi Passo, ada dendam karena orang Passo

membongkar rumahnya. Setelah konflik, warga Passo semua Kristen. Hanya

saja, ada warga Muslim, akan tetapi mereka adalah aparat Polisi.102

3. Praktek Hubungan Pela Gandong Batumerah-Passo Pada Masa Konflik

Konflik sosial yang berdampak secara langsung bagi hubungan Islam-

Kristen, yang renggang pada satu pihak, namun sebaliknya juga memungkinkan

terbangunnya praktek sosial dalam budaya Pela Gandong yang positif dan

membuka ruang komunikasi antar unsur-unsur adat yang berperan signifikan

menciptakan ruang-ruang dialong antar agama yang tidak lain diprakarsai oleh

tokoh-tokoh masyarakatdan adat.

Oleh beberapa informan, diantaranya: mantan Raja Batumerah dan Tokoh

Masyarakat Batumera-Passo, juga salah satu pemimpin umat Protestan yang

bertugas di Negeri Passo menarasikan kisah-kisah faktual yang menggambarkan

proses asosiastif yang dibangun antar sesama orang Orang Batumerah-Passo pada

saat konflik sementara berlangsung.

L.H, mengatakan bahwa: 103

Negeri Batumerah-Passo yang secara kewilayahan dijadikan sebagai sampel

perdamaian, pemerintah berupaya untuk mengadakan Panas Pela antara

kedua negeri pada tempat awal terjadinya hubungan Pela itu. Sampai disana

ada peristiwa aneh, ada satu batu dipinggir pante ketika aer pono yang

menonjol dipantai, batu itu tidak tertutup oleh air, aer berputar, lantas disitu

tiba-tiba ada kawanan ikan make Passo (istilah khusus orang Batumerah-

Passo). Kemudian diadakan seminar di jakarta. Dan dalam pertemuan Malino

2 Tahun 2002, kedua negeri ini juga terlibat atau diwakilkan.

Hal serupa diungkapkan oleh M.P, 104

bahwa:

Praktek Pela yang lain yakni, pada saat konflik, di tahun 2000. Melakukan

kegiatan bersama, dayung kora-kora, untuk mengingat ikatan pela kembali,

Hal ini dibangun dalam kesadaran pentingnya nilai persaudaraan. Pernah

juga satu ketika, ada seorang sopir oto Passo terperangkap di Batumerah-

Pasar Mardika, tetapi pada saat itu basudara Batumerah melindunginya.

102

Wawancara dengan L.M. (Staf Pemerintah Negeri Passo), 1 September 2016 103

Wawancara dengan L.H. (Tokoh Adat Negeri Batumerah), 27 Agustus 2016 104

Wawancara dengan Y. S. (Tokoh Adat Negeri Passo), 8 September 2016

Page 38: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

110

Senadan dengan itu, M.S, 105

dalam kapasitasnya sebagai mantan raja Negeri

Passo menjelaskan perihal terbangunnya komunikasi dan interaksi yang intensif

antara Negeri Batumerah-Passo pada kurun waktu jeda konflik, katanya:

Di tahun 2000 biking di Batumerah, secara adat. Orangtatua dan Pemuda

Passo, Tokoh Agama ke Batumerah dan ada juga dibingkai dalam acara

keagamaan, kedua negeri ingin mengupayakan kedamaian di Ambon, visi

kedua negeri adalah tidak ingin membawa konflik ke isu agama. karena itu,

terdapat komunikasi dan koordinasi antara pemimpin kedua Negeri

diantaranya adalah saling bertukar informasi tentang kondisi terkini yang

dihadapi masing-masing negeri saat konflik pecah, atau ada isu-isu mau

kerusuhan, bapa raja Batumerah su telpon, mengingatkan orang Passo untuk

tidak bepergian keluar kota. Terkait dengan kondisi demografis, kita cuman

sebatas saling mengingatkan untuk menjaga perdamaian antar kedua

kampong. Konflik adalah kepentingan politik, mayoritas-minoritas,

kekuasaan, isu agama sangat luarbiasa karena itu dengan cara apapun akan

dipaksakan, hanya kita menekan atau meminimalisir konflik. Kondisi

terakhir September 2015 ada upaya untuk mengatur masyarakat masing-

masing, Ada juga kerjasama lintas instansi, lintas negeri. Prinsipnya kita

membangun sinergi untuk mendorong pengaruh masyarakat, ketika upaya

pemerintah lewat TNI tidak bisa mengatasi konflik. Walaupun kendalanya,

banyak warga pengungsi, pedagang yang majemuk, tetapi katong harus

berani bilang bisa menenangkan masyarakat.

S.T,106

menegaskan bahwa, kekerabatan Batumerah-Passo adalah harga mati.

Kekerabatan dan keterikatan antara Islam dan Kristen di Maluku adalah harga

Mati. Menurutnya:

Ketika konflik terjadi nilai pela gandong” orang basudara” terselip disitu.

Ketika konflik, ada orang Passo taparop (terjebak) di Batumerah, dong lewat

deng oto orang Batumerah tahan dong dibawah, ada orang-orang yang tidak

tau dari mana ingin macam-macam, katong bilang tidak ada yang coba-coba

tangan kanal, kita menjaga bahkan mengamankan mereka di beta pung

rumah. Begitupun ketika orang Batumerah terjebak di Passo akhirnya orang

Passo amankan, padahal dia bukan orang Batumerah asli tetapi dia bilang dari

Batumerah orang Passo jaga. Pada saat konflik ada dalam masa jeda,

Batumerah-Passo pernah melakukan pertemuan antara negeri, di dalamnya

katong mengungkapkan sekilas tentang konflik yang terjadi.

Berdasarkan penuturan para informan perihal hubungan Islam-Kristen dalam

pela gandong di Batumerah-Passo secara praksis yang terbangun saat konflik

dapat disimpulkan bahwa konflik sama sekali tidak mengoyahkan hubungan Pela

105

Wawancara dengan M.S (Tokoh Masyarakat Negeri Passo), 27 September 2016 106

Wawancara dengan S.T. (Tokoh Adat Negeri Batumerah), 3 September 2016

Page 39: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

111

Gandong yang telah terbangun sebelum konflik. Konflik yang terjadi adalah

konflik antar agama (Islam-Kristen) yang bukan disebabkan atau dilatarbelakangi

oleh persoalan agama (ajaran dan dogmatik). Agama sebagai sebuah keyakinan

memang telah membedakan orang ambon “orang basudara” tetapi tidak menjadi

alasan penyebab konflik melainkan agama digunakan, pemeluk agama dibodohi,

diberdayakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

E. RANGKUMAN

Secara keseluruhan, isi Bab ini telah dipaparkan dengan fokus pada

serangkaian pemaparan hasil-hasil temuan di lapangan, sebagai data empiris yang

diperlukan bagi penulisan tesis ini. Adapun beberapa hal penting, yakni sebagai

berikut:

1. Hubungan Islam-Kristen dalam Pela Gandong negeri Batumerah-Passo

Sebelum Konflik di kota Ambon dapat dilihat dari sisi bagaimana praktik

(kegiatan-kegiatan adatis) dan dalam relasi sosial-keagamaan. Praktik,

pertama, praktik Pela Gandong Batumerah-Passo yang mencirikan negeri

Batumerah-Passo sebagai negeri adat dilaksanakan pada moment tertentu,

antara lain: pelantikan Raja, Pembangunan rumah Adat, rumah-rumah ibadah,

acara Panas Pela. Praktik tersebut merupakan momentum kebersamaan,

kerjasama dalam menjawab pemenuhan kebutuhan -jasmani dan rohani

(tanpa mengabaikan identitas keagamaan)- kedua negeri.

Inti praktek adat ini, pengkisahan sejarah terbentuknya hubungan,

meminum sopi, dan mengkikrarkan sumpah bertujuan untuk pengenangan

dan pewarisan nilai hubungan adat ini. Praktik adat ini diprakarsai dan

dilaksankan secara partisipatif, tidak hanya secara eksklusif oleh negeri yang

berpela atau berGandong unsich tetapi inklusif bagi negeri-negeri yang

berpela Gandong. Hubungan Pela Gandong tidak hanya terbatas antara kedua

belapihak yang berpela saja tetapi terjadi persekutuan antara negeri-negeri

yang Berpela Gandong.

Kedua, hubungan Islam-Kristen di Batumerah-Passo yang telah terbingkai

dalam pela gandong telah menciptakan dinamika kehidupan antar pemeluk

agama yang rukun: damai dalam tatanan persekutuan orang basudara yang

Page 40: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

112

nampak dalam praksis saling bersilaturahmi, tolong menolong (berbagi), dan

mendamaikan. Persaudaraan dalam Pela Gandong telah menjadi nilai dasar

yang mempengaruhi pola perilaku beragama dan bermasyarakat yang

memujud dalam tindakan-tindakan kerjasama demi kesejahteraan bersama.

Walaupun demikian, kenyataan yang tak dapat dipungkiri dibalik hubungan

antar agama Islam-Kristen di Batumerah-Passo yang harmonis, tetapi juga

terdapat konflik yang melibatkan para pemeluk agama (Islam-Kristen) yang

terjadi sebelum pecahnya konflik berdarah 1999 adalah konflik agama yang

berdimensi ekonomi.

2.Konflik berdarah Islam-Kristen di Negeri Batumerah-Passo dalam hubungan

Pela Gandong di Ambon dilatarbelakangi oleh beberapa faktor pemicu dan

penyebab, diantaranya: maraknya isu simbolisasi identitas keagamaan,

keterlibatan Oknum TNI dan Kelompok-kelompok Radikal: Pihak ketiga

(pemicu); kecemburuan sosial-ekonomi: penguasaan pasar oleh pendatang;

terkait kuasa dan jabatan struktur. Selain itu, konflik sebagai pengalaman

sejarah telah berdampak secara langsung, berupa jatuhnya korban jiwa,

kerusakan: hilangnya harta benda, kekerasan, bahkan juga cenderung

membendamkan dendam dan kebencian yang membara pada benak

masyarakat secara personal.

Konflik berdampak khusus terhadap hubungan Islam-Kristen, yang mana

telah melunturkan kesalingpercayaan dan menciptakan rasa kecurigaan dan

keterancaman; kewaspadaan terhadap Isu radikalisme keagamaan. Adapun

konflik dengan dampak masuknya pengungsian telah menciptakan kendala

sosial berupa lemahnya kontrol pemerintah negeri: tidak dapat menjamin

keamanan individu-komunitas minoritas. Akhirnya, konflik telah berdampak

pada pola relasi pemeluk agama yang menjadi tertutup, kurang ada

komunikasi.

3. Hubungan Islam-Kristen dalam Pela Gandong di Negeri Batumerah-Passo

pada masa Konflik pertama-tama dilihat dari bagaimana relasi antar pemeluk

agama menyikapi kondisi konflik, yang manaawalnya terdapat saling

menjaga, mengamankan dan menyelamatkan ketika individu-komunitas ada

dalam krisis: ancaman dan teror dari penduduk pendatang (pengungsi korban

Page 41: BAB III HUBUNGAN ISLAM-KRISTEN DALAM PELA GANDONG DI ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13318/3/T2_752012008_BAB... · Lokasi penelitian – Negeri1atau Desa Batumerah-Passo

113

konflik). Individu-komunitas yang “minoritas” memilih mempertahankan

diri.

Selain itu, terdapat upaya bersama yang dilakukan melalui inisiatif tokoh-

tokoh agama, masyarakat, dan adat untuk menciptakan ruang perjumpaan dan

kerjasama lintas agama dalam praksis sosial-keagamaan, dan menjaga

perdamaian, di Passo, misalnya, Islam-Kristen bersama menjaga perbatasan,

masyarakat menjaga Gereja dan Mesjid. Tujuan utama dari upaya tersebut

adalah untuk membangun kembali hubungan kedua agama yang rukun

layaknya ketika sebelum konflik. Praksis-praksis bersama ini dilandasan pada

pengetahuan dan pemahaman bersama akan kenyataan konflik yang hanya

membawa kehancuran dan perpecahan sosial bagi kehidupan masyarakat

Ambon. Masyarakat hanya menjadi korban konflik.

Konflik pada akhirnya telah menciptakan kerekatan hubungan antar Islam-

Kristen, yang mana rasa persaudaraan menjadi semakin mengental: tidak

hanya terimplemantasi dalam praksis adatis tetapi dalam praksis sosial-

keagamaan. Pada titik ini, sebagai orang basudara, pihak Islam-Kristen sadar

dan yakin bahwa sesamanya akan saling menyelamatkan.

Kedua, praktik hubungan Pela Gandong Batumerah-Passo, ketika konflik

keda negeri dijadikan sebagai model dan pendekatan perdamaian: dilibatkan

dalam Mediasi Malino dan melakukan serangkaian kegiatan bersama antar

negeri. Dalam insiden konflik, orang Batumerah-Passo sebagai orang

basudara saling melindungi dan menyelamatkan. Masing-masing tokoh adat

kedua negeri bersinergi, saling menjalin komunikasi, memberikan informasi

dan kejelasan seputar isu-isu konflik, membangun kondisi kondusif.

Keseluruhan praksis-praksis bersama ini dilakukan tidak hanya sebagai upaya

meminimalkan kekerasan tetapi juga untuk membangun kultur damai.

Akhirnya, hubungan Pela Gandong Batumerah-Passo sebagai orang basudara

menjadi titik berangkat bagi seluruh komponen negeri untuk menjaga dan

melestarikan keharmonisan hubungan antar sesama yang walaupun berbeda

agama.