Upload
jata
View
56
Download
14
Embed Size (px)
DESCRIPTION
cd
Citation preview
3. DASAR TEORI
3.1. Peremukan Material
Dalam setiap proses pengolah bahan galian baik bijih maupun mineral industri
sudah pasti melakukan proses pengecilan ukuran butir. Pengecilan ukuran telah
dimulai sejak lepasnya material batuan induknya dan mengalami transportasi oleh
air sungai yang kemudian membentuk suatu endapan. Selanjutnya ukuran endapan
hasil transportasi sungai tersebut diperkecil lagi secara progresif dengan
peremukan (crushing).
Pecahnya batuan pada peremuk rahang disebabkan akibat kuat tekanan material
umpan lebih kecil pada kuat tekan yang ditimbulkan oleh alat peremuk, sudut
singgung material nip angel dan arah resultan gaya akhir yang mengarah ke
bawah sedemikian sehingga batuan tersebut pecah. Adapun gaya yang bekerja
pada peremuk ini adalah :
1. Gaya tekan, adalah gaya yang dihasilkan oleh gerakan rahang ayun yang
bergerak menekan batuan.
2. Gaya gesek, adalah gaya yang bekerja pada permukaan antara rahang diam
maupun rahang ayun dengan batuan.
3. Gaya gravitasi, adalah gaya yang bekerja pada batuan sehingga
memperngaruhi arah gerak material ke arah bawah.
4. Gaya menahan, adalah gaya tahan yang dimiliki batuan atas yang timbul
akibat gerakan rahang ayun terhadap rahang diam. Batuan akan pecah dengan
hasil partikel yang kasar, jika pecahnya batuan tersebut akibat tekanan ataupun
tarikan, sebaliknya akan halus jika pecahnya batuan tersebut disebabkan
akibat gesekan.
Proses peremukan atau pengecilan ukuran batuan harus dilakukan secara bertahap
karena keterbatasan kemampuan alat untuk mereduksi batuan berukuran besar
hasil peledakan sampai menjadi butiran – butiran kecil seperti yang dikehendaki.
Tugas AkhirSuci Laswita
3-1
Menurut Hukkie (1962) tahapan dasar dari reduksi ukuran butiran batuan seperti
Tabel berikut ini :
Tabel 3.1 Klasifikasi Tahapan Dasar Reduksi Ukuran Butir (Hukkie 1962)1)
Tahapan Ukuran
Butiran
Ukuran
Terbesar
Ukuran
Terkecil
Peremukan Primer 1 m 100 mm
Peremukan Sekunder 100 m 10 mm
Grinding Kasar 10 m 1 mm
Grinding Halus 1 mm 100 µ
Grinding Sangat Halus 100 µ 10 µ
Grinding Ultra Halus 10 µ 1 µ
Dalam memperkecil ukuran pada umumnya dilakukan dengan 3 tahap (Currie,
1973)1, yaitu :
1. Primary crushing
Merupakan peremukan tahap pertama, alat peremuk yang biasanya digunakan
pada tahap ini adalah jaw crusher dan gyratory crusher. Umpan yang
digunakan biasanya dengan ukuran yang biasa diterima <30 cm, dengan
ukuran setting antara 2,5 – 12 inci untuk primary crusher. Ukuran terbesar
dari produk peremukan tahap pertama biasanya kurang dari 12 inci.
2. Secondary crushing
Merupakan peremukan tahap kedua, alat peremuk yang digunakan adalah
secondary crusher atau cone crusher. Umpan yang digunakan berkisar 1 – 3
inci. Produk terbesar yang dihasilkan biasanya kurang dari 3 inci.
3. Tertiary crushing
Merupakan peremukan tahap lanjut dari secondary crushing, alat yang
digunakan adalah tertiary crushing atau cone crusher. Umpan yang digunakan
berkisar 0 – 15 inci. Produk terbesar yang dihasilkan biasanya kurang dari
1,5 inci.
Tugas AkhirSuci Laswita
3-2
3.2. Mekanisme Peremuk Batuan
Jaw crusher meremuk material dengan kompresi di dalam rongga peremuk
(rongga diantara dua jaw). Material yang masuk ke rongga tersebut akan segera
mendapat jepitan kompresi jaw yang bergerak dan turun hingga mendapatkan
jepitan baru. Material bebas turun diantara dua kompresi serta volumenya
membesar karena bentuk rongga diantara dua partikel. Peremukan seperti ini
disebut dengan arrested crushing sebagai lawan dari choke crushing yaitu
material yang terus menderita kompresi sebelum keluar dari alat. Pada arrested
crushing peremukan hanya oleh alat, sedangkan choke crushing disamping oleh
alat juga oleh material saling meremuk. Choke crushing banyak menghasilkan
material halus dan bila tidak dikendalikan dapat merusak alat. Batuan akan pecah
dengan hasil partikel yang kasar, jika pecahnya batuan tersebut akibat tekanan
ataupun tarikan, sebaliknya akan halus jika pecahnya batuan tersebut disebabkan
oleh gesekan. (lihat Gambar 3.1)
Gambar 3.1. Mekanisme Peremukan.
Tugas AkhirSuci Laswita
3-3
3.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peremukan3)
PT. Adhi Karya dalam memproduksi batu pecah menggunakan alat peremuk
primer yaitu jaw crusher. Faktor-faktor yang mempengaruhi peremukan batuan
oleh jaw crusher antara lain :
1. Ketahanan Batuan
Ketahanan batuan dipengaruhi oleh keterepasan batuan (friability) dan kerapuhan
(brittleness) dari kandungan mineralnya. Struktur mineral yang sangat halus
biasanya lebih tahan daripada batuan yang berstruktur kasar.2)
2. Ukuran Material Umpan
Ukuran material umpan untuk mencapai produk optimum pada peremukan adalah
kurang dari 85% dari ukuran bukaan alat peremuk3). Contohnya dengan ukuran
bukaan peremuk sebesar 60 mm maka ukuran material umpan adalah kurang
lebih 85% dari 60 mm yaitu 51 mm.
3. Reduction Ratio ( R. 80 )
Merupakan perbandingan ukuran ayakan yang dapat meloloskan 80% berat
umpan kumulatif dengan ukuran lubang ayakan produksi pada kumulatif yang
sama. Menurut Currie (1973), nilai reduction ratio yang baik pada proses
peremukan untuk primary crushing adalah 4 – 7, untuk secondary crushing adalah
14 – 20 dan untuk tertiary crushing adalah 50 – 100.
4. Tenaga Peremukan
Tenaga yang dibutuhkan alat peremukan tergantung dari beberapa faktor; antara
lain, ukuran umpan, ukuran produk, kapasitas mesin peremuk, prosentae dari
waktu berhenti alat peremuk pada suatu proses peremukan. Besar kebutuhan
tenaga peremuk berkisar antara 0,3 – 1,5 kw jam/ton.(2)
5. Arah Resultan Gaya
Untuk terjadinya suatu peremukan, maka arah resultan gaya terakhir haruslah
mengarah ke bawah. Jika arah resultan gaya terakhir mengarah keatas, berarti
peremukan tidak terjadi, tetapi material hanya akan meloncat keatas saja .(1)
6. Kapasitas
Tugas AkhirSuci Laswita
3-4
Kapasitas alat peremuk dipengaruhi oleh jumlah umpan yang masuk tiap jam,
berat jenis umpan dan besar setting dari alat peremuk.(3)
3.4. Peremuk Batu Utama (Jaw Crusher)
Alat peremuk mempunyai dua rahang, yang satu dapat digerakkan (swing jaw),
sedangkan yang satu lagi tetap (fix jaw). Berdasarkan letak porosnya jaw crusher
dibagi menjadi dua, yaitu : blake jaw cruher dengan letak poros diatas dan dodge
jaw crusher dengan letak poros dibawah. Jenis blake jaw crusher ini masih dibagi
lagi menjadi tiga bagian, yaitu Doble toggle jaw crusher, single toggle jaw
crusher, dan telsmith jaw crusher.(2) (Lihat Gambar 3.2)
Gambar 3.2. Single Toggle Jaw Crusher
Bagaian – bagian jaw crusher antara lain 4) :
Setting block, yaitu bagian untuk mengatur agar
lubang bukaan ukuranya sesuai dengan yang dikehendaki. Bila setting block
dimajukan maka jarak fixed jaw dan swing jaw menjadi lebih pendek atau
lebih dekat, begitu sebaliknya.
Toggle, yaitu bagian dari alat peremuk yang berfungsi untuk mengbah
gerakan naik turun menjadi gerakan horizontal atau maju – mundur.
Pitman, yaitu bagian dari alat peremuk yang berfungsi untuk merubah
gerakan berputar dari excentrik menjadi gerakan naik – turun.
Tugas AkhirSuci Laswita
3-5
Swing jaw,yaitu bagian dari alat peremuk yang dapa bergerak /rahang ayun
yang berfungsi sebagai memberi gaya tekanan pada material umpan.
Fixed jaw,yaitu bagian dari alat peremuk yang tidak dapat
bergerak./rahang diam yang berfungsi sebagai memberi gaya menahan pada
material umpan.
Mouth , yaitu bagian mulut dari alat peremuk yang berfungsi sebagai lubag
penerimaan.
Throat , yaitu bagian paling bawah alat peremuk yang berfungsi sebagai
lubang pengeluaran.
Gape, yaitu jarak horizontal pada mouth (lubang penerimaan)
Set, yaitu jarak horizontal pada throat (lubang pengeluaran)
Open setting, yaitu jarak swing jaw dengan fixed jaw pada saat menutup
(saat saling menjauh).
Closed setting, yaitu jarak antara swing jaw dengan fixed jaw pada saat
menutup (saat saling mendekat).
Throw, yaitu selisih jarak pelemparan pada saat rahang membuka dengan
pada saat rahang menutup.
Nip angle,yaitu sudut yang dibentuk dari garis singgung yang dibuat
antara jaw (swing dan fixed) dengan material batuan. (Lihat Gambar 3.3)
Gambar 3.3. Bagian-bagian utama jaw crusher
3.4.1. Kapasitas Alat Peremuk
Tugas AkhirSuci Laswita
3-6
Kapasias jaw crusher dipengaruhi oleh gravitasi, keliatan material, kekerasan, dan
kandungan air.(2) Kapasitas jaw cruher dapat dihitung dengan rumus:
TR = Kc X Km X Kf X Ta (1) ............................................................ (3.1)
Keterangan :
TR = Kapasitas Jaw Crusher, tpj
Kc = Faktor kekerasan batuan,
Km = Faktor kandungan air, untuk andesit dianggap kering, 1
Kf = Faktor pengumpan material,
Kontinu = 0.75 – 0.85
Intermitten = 0.25 – 0.50
Ta = Kapasitas desain alat peremuk (tpj)
3.4.2. Tenaga Peremukan
Pada pengoperasian alat peremuk dibutuhkan tenaga untuk menjalankan alat guna
pengecilan ukuran butir material. Besarnya tenaga peremukan dapat dihitung
dengan rumus :
(4)…………………………….………………. (3.2)
Keterangan :
W = Tenaga input yang diperlukan, kwjam/ton
Wi = Indeks kerja, yaitu energi yang diperlukan mengecilkan satu ton material
dari satu ukuran menjadi 80% lolos pada 100 mikron, kw jam/ton.
P = Ukuran ayakan yang meloloskan produk sebesar 80%, mikron
F = Ukuran ayakan yang meloloskan umpan sebesar 80%, mikron
3.4.3. Efektifitas
Efektivitas alat peremuk dihitung sebagai perbandingan kapasitas nyata alat
peremuk dengan kapasitas teoritis desain alat sesuai dengan spesifikasi teknis alat
peremuk.(4)
3.5. Peralatan Bantu
3.5.1. Penampung Hopper (Hopper)
Tugas AkhirSuci Laswita
3-7
Penampung umpan adalah alat yang berfungsi untuk menampung material guna
dialirkan ke alat peremuk. Bentuk trapesium, terbuat dari plat baja guna mengatasi
keausan akibat benturan dan gesekan dengan material umpan, serta dilengkapi
penyangga untuk menahan beban. Volume hopper dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
V = 1/3 (La + Lb + √La.Lb) t ............................................................. (3.3)
Keterangan :
V = Volume Hopper
La = Luas penampang atas
Lb = Luas penampang bawah
t = Tinggi Hopper
3.5.2. Ayakan Getar
Ayakan getar berfungsi sebagai alat pemisah ukuran yang bekerja dengan getaran
yang pada pengelompokan ukuran materialnya bergantung pada ukuran lubang
ayakan. Ayakan getar yang digunakan terdiri dari 3 tingkat, dimana ukuran
bukaan lubang dek I adalah 30 mm, dek II adalah 20 mm, dan dek III adalah
5 mm dengan kemiringan 150. Berdasarkan bentuk, permukaan lubang ayakan
terbuat dari bahan kawat baja yang dianyam dan jenisnya woven wire.
Faktor- faktor yang mempengaruhi lolosnya material adalah, ukuran material yang
sesuai dengan lubang bukaan, ukuran rata-rata material yang menembus lubang
ayakan, sudut yang dibentuk oleh gaya bentur material, komposisi air pada
material yang diayak, letak perlapisan material pada peremukan ayakan sebelum
diayak.(3)
Perhitungan kapasitas ayakan getar secara umum tergantung pada, luas
penampang permukaan screen, ukuran opening screen, sifat feed seperti berat
jenis kandungan air termperatur, dan type dari alat ayakan yang digunakan.(2)
(Lihat Gambar 3.4)
Tugas AkhirSuci Laswita
3-8
Gambar 3.4. Berbagai macam bentuk permukaan ayakan.
Perhitungan kapasitas teoritis ayakan dilakukan dengan rumus:
C = A x B x G x V x H x E x M x O x D x T x W (5) …………..…..(3.4)
Keterangan :
C = Kapasitas teoritis ayakan getar, ton/jam
A = Luas permukaan ayakan getar, m2
B = Kapasitas basis ayakan getar setiap m2 lubang bukaan
G = Bulk density factor
V = Over size factor
M = Mois condition factor
H = Faktro ukuran halus material yang tidak lolos pada % berat material halus
yang berukuran lebih kecil dan setengah ukuran lubang ayakan getar.
E = Faktor efisiensi
O = Open area factor
D = Deck factor
T = Type of deck factor
W = Wet screening factor
Efisiensi ayakan getar merupakan perbandingan antara material yang lolos lubang
ayakan dengan material yang seharusnya lolos. Secara umum efisiensi ayakan
tergantung pada lamanya umpan berada diatas ayakan, jumlah lubang bukaan
Tugas AkhirSuci Laswita
3-9
yang terbuka, kecepatan getaran, tebal lapisan umpan, perimbangan ukuran
material pada umpan.(5)
3.5.3. Belt Conveyor (Ban Berjalan)
Perhitungan kapasitas teoritis ayakan dilakukan dengan rumus:
C = A x B x G x V x H x E x M x O x D x T x W (5) …………..…..(3.5)
Keterangan :
C = Kapasitas teoritis ayakan getar, ton/jam
A = Luas permukaan ayakan getar, m2
B = Kapasitas basis ayakan getar setiap m2 lubang bukaan
G = Bulk density factor
V = Over size factor
M = Mois condition factor
H = Faktro ukuran halus material yang tidak lolos pada % berat material halus
yang berukuran lebih kecil dan setengah ukuran lubang ayakan getar.
E = Faktor efisiensi
O = Open area factor
D = Deck factor
T = Type of deck factor
W = Wet screening factor
Efisiensi ayakan getar merupakan perbandingan antara material yang lolos lubang
ayakan dengan material yang seharusnya lolos. Secara umum efisiensi ayakan
tergantung pada lamanya umpan berada diatas ayakan, jumlah lubang bukaan
yang terbuka, kecepatan getaran, tebal lapisan umpan, perimbangan ukuran
material pada umpan.(5)
3.5.4. Kapasitas Alat Muat
Tugas AkhirSuci Laswita
3-10
Alat muat digunakan untuk memasukkan material produk ke hopper. Alat muat
mempunyai waktu edar (cycle time) dalam satu siklus kegiatan pemuatan.
Kapasitas produksi alat muat dapat dihitung dengan rumus6) :
P = x Kb x Pf x Fk .............................................................................. (3.6)
Keterangan :
P = Produksi Alat Muat (ton/jam)
Kb = Kapasitas bucket (m³)
Pf = faktor pengisian, (%)
CT = Cycle Time (menit)
3.6. Pengambilan Conto
Dalam melakukan kajian terhadap tingkat produksi, perlu dilakukan pengambilan
conto pada tiap-tiap peralatan produksi. Di dalam pengambilan conto dijumpai
istilah berikut :
1. Consigment, adalah kumpulan besar material yang akan diambil contonya
disamping material yang ditimbun juga dalam bentuk material yang dialirkan
selama satu shift
2. Increment, adalah sejumlah kecil material yang diperoleh dengan sekali
pengambilan conto pada consigment. Penentuan jumlah minimum increment
yang harus diambil menurut JIS (Japanese Industrial Standard) didasarkan
pada besarnya consigment.
Dalam melakukan kajian terhadap tingkat produksi perlu dilakukan pengambilan
conto pada tiap-tiap peralatan produksi. Penentuan jumlah minimum increment
yang harus diambil menurut JIS didasarkan pada besarnya consigment. Jumlah
minimum increment yang diambil berdasarkan standar JIS dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 3.2. Minimum Consigment yang dibutuhkan: (7)
Tugas AkhirSuci Laswita
3-11
No Ukuran consigment Golongan variasi kualitas
Besar Sedang Kecil
1 40.000 240 120 65
2 20.000 – 40.000 160 80 45
3 15.000 – 20.000 140 70 40
4 10.000 – 15.000 120 60 35
5 15.000 – 10.000 100 50 30
6 5.000 80 40 25
3.7. Ketersediaan Alat
Kondisi mekanis dan efektivitas penggunaan dari peralatan dapat diketahui dari
beberapa pengertian berikut :
1) Availability index atau Mechanical Availability
adalah cara untuk mengetahui kondisi mekanis yang sesungguhnya dari alat yang
sedang dipergunakan. Dapat dihitung dengan persamaan :
……………………………...………………...(3.7)
Keterangan
W = Working hours (jam kerja)
Working hours adalah jumlah waktu pengoperasian alat dalam satuan waktu kerja.
R = Repair hours (jam perbaikan )
Repair hours adalah jumlah waktu yang dibutuhkan untuk perbaikan alat dalam
satuan waktu kerja.
2) Physical availability atau operational availability
Adalah kondisi fisik dari suatu alat yang sedang dipergunakan, dapat dihitung
dengan persamaan :
…………………………………………..(3.8)
Keterangan :
Tugas AkhirSuci Laswita
3-12
W = Working hours (jam kerja)
R = Repair hours (jam perbaikan
S = Hours of stanby (jam siap tunggu)
3) User of availability
Menunjukkan berapa persen waktu yang digunakan oleh suatu alat untuk
beroperasi pada saat alat tersebut dapat digunakan. Dapat dihitung dengan
persamaan:
……………………..….…………………(3.9)
Keterangan:
W = Working hours (jam kerja)
S = Hours of stanby (jam siap tunggu)
4) Effective Utilization
Menunjukkan beberapa persen waktu yang dapat digunakan oleh suatu alat
operasi dari seluruh waktu kerja yang tersedia Effective utilization dapat
diidentikkan dengan effisiensi kerja alat. Dapat dihitung dengan persamaan :
………….……………………………(3.10)
Keterangan :
W = Working hours (jam kerja)
R = Repair hours (jam perbaikan)
S = Hours of stanby (jam siap tunggu)
T = W + R + S = Scheduled hours (jam tersedia)
Tugas AkhirSuci Laswita
3-13