28
5 BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan Dasar 1. Definisi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit Cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan dan homeostatis tubuh.Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air yang mengandung partikel-partikel bahan organik dan anorganik yang vital untuk hidup. Elektrolit tubuh mengandung komponen- komponen kimiawi. Elektrolit tubuh ada yang bermuatan positif (kation) dan bermuatan negatif (anion). Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh termasuk fungsi neuromuskular dan keseimbangan asam basa. Pada fungsi neuromuskular, elektrolit memegang peranan penting terkait dengan tranmisi impuls saraf. Cairan dan elektrolit merupakan komponen tubuh yang berperan dalam memelihara fungsi tubuh dan proses homeostatis. Tubuh kita terdiri atas sekitar 60% air yang tersebar didalam sel maupun luar sel. Proporsi tubuh manusia yang terdiri atas cairan yang sangat besar. Sekitar 46% sampai 60% berat badan rata-rata orang dewasa adalah air, cairan tubuh primer. Bila tubuh sehat maka volume ini relatif konstan dan berat badan individu bervariasi kurang dari 0,2 kg dalam 24 jam, tanpa memperhatikan jumlah cairan yang dikonsumsi. Usia, jenis kelamin dan lemak tubuh mempengaruhi air dalam tubuh total. Bayi memiliki proporsi air terbesar, yaitu 70% sampai 80% dari berat tubuhnya, tetapi proporsi air tubuh menurun seiring dengan pertambahan usia. Pada individu yang berusia lebih dari 60 tahun, air tubuh menurun sampai sekitar 50%. Jaringan lemak pada intinya bebas air, sementara jaringan tanpa lemak mengandung sejumlah air secara bermakna. Air memberikan presentase, lebih besar pada berat tubuh orang kurus dibandingkan orang gemuk. Wanita, yang secara proporsional memiliki lebih banyak lemak dibandingkan pria, memiliki persentasi air tubuh yang lebih rendah.Namun

BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/446/3/BAB II.pdfPengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit,paru,

  • Upload
    others

  • View
    22

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/446/3/BAB II.pdfPengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit,paru,

5

BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Konsep Kebutuhan Dasar

1. Definisi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan

dan homeostatis tubuh.Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat

mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh. Sebab, cairan tubuh kita terdiri atas air

yang mengandung partikel-partikel bahan organik dan anorganik yang vital untuk

hidup. Elektrolit tubuh mengandung komponen- komponen kimiawi. Elektrolit

tubuh ada yang bermuatan positif (kation) dan bermuatan negatif (anion).

Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh termasuk fungsi

neuromuskular dan keseimbangan asam basa. Pada fungsi neuromuskular,

elektrolit memegang peranan penting terkait dengan tranmisi impuls saraf.

Cairan dan elektrolit merupakan komponen tubuh yang

berperan dalam memelihara fungsi tubuh dan proses homeostatis. Tubuh kita

terdiri atas sekitar 60% air yang tersebar didalam sel maupun luar sel. Proporsi

tubuh manusia yang terdiri atas cairan yang sangat besar. Sekitar 46% sampai

60% berat badan rata-rata orang dewasa adalah air, cairan tubuh primer. Bila

tubuh sehat maka volume ini relatif konstan dan berat badan individu bervariasi

kurang dari 0,2 kg dalam 24 jam, tanpa memperhatikan jumlah cairan yang

dikonsumsi. Usia, jenis kelamin dan lemak tubuh

mempengaruhi air dalam tubuh total. Bayi memiliki proporsi air terbesar, yaitu

70% sampai 80% dari berat tubuhnya, tetapi proporsi air tubuh menurun seiring

dengan pertambahan usia. Pada individu yang berusia lebih dari 60 tahun, air

tubuh menurun sampai sekitar 50%. Jaringan lemak pada intinya bebas air,

sementara jaringan tanpa lemak mengandung sejumlah air secara bermakna. Air

memberikan presentase, lebih besar pada berat tubuh orang kurus dibandingkan

orang gemuk. Wanita, yang secara proporsional memiliki lebih banyak lemak

dibandingkan pria, memiliki persentasi air tubuh yang lebih rendah.Namun

Page 2: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/446/3/BAB II.pdfPengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit,paru,

6

demikian, besar kandungan air tergantung dari usia, jenis kelamin,dan kandungan

lemak.

Untuk mempertahankan kesehatan dibutuhkan keseimbangan cairan,

elektrolit,dan asam basa di dalam tubuh. Keseimbangan ini dipertahankan oleh

asupan, distribusi, dan haluaran air dan elektrolit, serta pengaturan komponen-

komponen tersebut oleh sistem renal dan paru. Banyak faktor yang dapat

meenyebabkan ketidakseimbangan, salah satunya adalah karena penyakit. Oleh

karena itu asuhan keperawatan untuk beragam klien meliputi pengkajian dan

perbaikan ketidakseimbangan atau upaya mempertahankan keseimbangan cairan,

elektrolit, dan asam basa.

2. Sistem yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit

Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal,

kulit,paru, dan gastrointerstinal.

a. Ginjal

Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur

kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal, yaitu

sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur

keseimbangan asam-basa dara, dan ekskresi bahan buangan atau kelebihan

garam. Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh

kemampuan bagian ginjal, seperti glomerulus, dalam menyaring cairan.

Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500cc plasma yang mengalir

melalui glumerulus, 10 persennya disaring keluar. Cairan yang tersaring

(filtrat glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-

selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang

diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-

rata 1 ml/kg/bb/jam.

b. Kulit

Kulit merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan

proses pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang

disarafi oleh vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses pelepasan panas dapat

Page 3: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/446/3/BAB II.pdfPengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit,paru,

7

dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan

tergantung pada banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah

dalam kulit. Proses pelepasan panas lainnya dapat dilakukan melalui cara

pemancaran panas ke udara sekitar, konduksi (yaitu, pengalihan panas ke

benda yang disentuh), dan konveksi (yaitu,pengaliran udara panas ke

permukaan yang lebih dingin). Keringat merupakan sekresi aktif dari

kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf simpatis. Melalui kelenjar

keringat ini suhu dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat

dilepaskan, kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar

keringat yang dihasilkan dapat diperoleh melalui aktivitas otot, suhu

lingkungan, dan kondisi suhu tubuh yang panas. Disebut juga isensible

water loss (IWL) sekitar 15-20 ml/24jam.

c. Paru

Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengam menghasilkan

insensible water loss kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan

terkait dengan respons akibat perubahan upaya kemampuan bernafas.

Meningkatnya cairan yang hilang sebagai respons terhadap perubahan

kecepatan dan kedalaman nafas akibat pergerakan atau demam.

d. Gastrointestinal.

Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan yang berperan

dalam mengeluarkan cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran

air. Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar

100-200 ml/hari. Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15

cc/kgBB/24jam dengan kenaikan 10% dari IWL pada setiap kenaikan

temperatur 1 derajat Celcius.

Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui sistem endokrin, seperti

sistem hormonal (anti diuretik hormon-ADH) , aldosteron, prostagladin,

glukokortikoid, dan mekanisme rasa haus.

a. Antiduretik hormon (ADH)

Page 4: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/446/3/BAB II.pdfPengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit,paru,

8

Hormon ini dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurophispofisis

pada hipofisis posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah

peningkatan osmolaritas dan penurunan cairan ekstrasel. Hormon ini

meningkatkan reabsopsi air pada duktus pengumpul sehingga dapat

menahan air dan mempertahankan volume cairan ekstrasel. Hormon ini

memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat

mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. ADH juga disebut sebagai

vasopresin karena mempunyai efek vasokontriksi minor pada arteriol yang

dapat meningkatkan tekanan darah.

b. Aldosteron

Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus

ginjal untuk meningkatkan absorpsi natrium. Retensi natrium

mengakibatkan retensi air. Pelepasan aldosteron dirangsang oleh

perubahan konsentrasi kalium, natrium serum, dan sistem renin

angiostensin serta sangat efektif dalam mengendalikan hiperkalemia.

c. Prostagladin

Prostagladin adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak

jaringan dan berfungsi dalam merespons radang, pengendalian tekanan

darah, kontraksi uterus, dan mobilitas gastrointestinal. Dalam ginjal,

prostagladin berperan mengatur sirkulasi ginjal , respon natrium, dan efek

ginjal pada ADH.

d. Glukokortikoid

Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsporpsi natrium dan air

yang menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi

natrium. Perubahan kadar glukokortoid menyebabkan perubahan pada

keseimbangan volume darah.

e. Mekanisme rasa haus

Rasa haus adalah keinganan yang disadari terhadap kebutuhan cairan.rasa

haus biasanya muncul apabila osmolaritas plasma mencapai 295

mOsm/kg. Bila osmolaritas meningkat, sel akan mengkerut dan sensasi

rasa haus akan muncul akibat kondisi dehidrasi.

Page 5: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/446/3/BAB II.pdfPengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit,paru,

9

3. Pengaturan volume cairan

Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan antara

jumlah cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar.

a. Asupan cairan

Asupan cairan dapat langsung berupa cairan atau di tambah dari makanan

lain. Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakana

mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa haus dalam rangka mengatur

keseimbangan cairan adalah hipotalamus. Apabila terjadi

ketidakseimbangan volume cairan tubuh dimana asupan cairan kurang atau

adanya perdarahan, maka curah jantung menurun, menyebabkan terjadinya

penurunan tekanan darah.

b. Pengeluaran cairan

Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran cairan memerlukan

pengawasan asupan dan pengeluaran cairan secara khusus. Peningkatan

jumlah dan kecepatan pernafasan, demam, keringat, diare dapat

menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan. Kondisi lain yang

dapat menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan adalah muntah

secara terus menerus. Hasil pengeluaran cairan adalah:

1.)Urine

Pembentukan urine terjadi di ginjal dan dikeluarkan melalui vesika

urinaria (kandung kemih). Proses ini merupakan proses pengeluaran cairan

tubuh yang utama. Cairan dalam ginjal disaring di glomerolus dan dalam

tubulus ginjal untuk kemudian diserap kembali ke dalam aliran darah.

Hasil ekskresi terakhir proses ini disebut urine. Dalam kondisi normal

output urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30 – 50 ml per

jam.

Tabel 2.1 Volume pengeluaran urine

Usia Volume urine (ml/kg/BB/jam)

Bayi lahir 10-90

Page 6: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/446/3/BAB II.pdfPengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit,paru,

10

Bayi 80-90

Anak-anak 50 Sumber : Wong.Donna L (2008)

2.)Keringat

Keringat terbentuk bila tubuh menjadi panas akibat pengaruh suhu panas.

Keringat banyak mengandung garam,urea,asam laktat, dan ion kalium.

Banyaknya jumlah keringat yang keluar akan mempengaruhi kadar

natrium dalam plasma.

3.)Feses

Feses yang keluar mengandung air dan sisanya berbentuk padat.

Pengeluaran air melalui feses merupakan pengeluaran cairan yang paling

sedikit jumlahnya. Jika cairan yang keluar melalui feses jumlahnya

berlebihan, maka dapat mengakibatkan tubuh menjadi lemas. Jumlah rata

–rata pengeluaran cairan melalui feses antara 100-200 ml perhari, yang

diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (Kolon).

4. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit

Kebutuhan cairan elektrolit dalam tubuh dipengaruhi oleh faktor-faktor

a. Usia

Pada bayi atau anak anak, keseimbangan cairanm dan elektrolit

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya adalah asupan cairan

yang besar di diimbangi dengan haluaran yang besar pula, metabolisme

tubuh yang tinggi, masalah yang muncul akibat imaturitas fungsi ginjal,

serta banyaknya cairan yang keluar melalui ginjal , paru-paru , dan

proses penguapan.

b. Temperatur

Lingkungan yang panas menstimulus sistem saraf simpatis dan

menyebabkan seseorang berkeringat. Pada cuaca yang sangat panas,

seseorang akan kehilangan 700-2000 ml air/jam dan 15-30gr

garam/hari. Suhu tubuh meningkat dan individu beresiko mengalami

keletihan akibat panas atau mengalami heatstroke.

Page 7: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/446/3/BAB II.pdfPengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit,paru,

11

c. Diet

Diet dapat mempengaruhi asupan cairan dan elektrolit. Asupan nutrisi

yang tidak adekuat dapat berpengaruh terhadap kadar albumin serum.

Jika albumin serum menurun, cairan interstisial tidak bisa masuk ke

pembuluh darah sehingga menjadi edema.

d. Stress

Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsenrasi

darah,dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi

sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan

menurunkan produksi urine.

e. Sakit

Pada keadaan sakit terdapat banyak sel yang rusak, sehingga untuk

memperbaiki sel yang rusak tersebut dibutuhkan adanya proses

pemenuhan kebutuhan cairan yang cukup. Keadaan sakit menimbulkan

ketidakseimbangan hormonal, yang dapat ,menganggu kesesimbangan

kebutuhan cairan.

Menurut Insersible Water Loss (IWL)

- Anak 60-70%BB

- Bayi 75-80% BB

Tabel 2.2 Kebutuhan IWL Usia Besaran IWL (mg/kg/BB/hari)

Bayi Lahir 30 Bayi 50-60

Anak-anak 40 Sumber : Wong.Donna L (2008)

Rumus IWL untuk anak-anak

IWL = (30-Usia Anak dalam Tahun) x kgBB/24 jam

Jika ada kenaikan suhu

IWL = Nilai IWL Normal + 200 (Suhu badan sekarang-36,8℃)

Page 8: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/446/3/BAB II.pdfPengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit,paru,

12

5. Gangguan keseimbangan cairan

Hal ini terjadi apabila mekanisme kompensasi tubuh tidak mampu

mempertahankan homeostatis. Gangguan keseimbangan cairan dapat berupa

defisit volume cairan atau sebaliknya.

a. Defisit volume cairan (fluid volume defisit {FVD}).

Defisit volume cairan adalah suatu kondisi ketidakseimbangan yang

ditandai dengan defisiensi cairan dan elektrolit di ruang ektrasel, namun

proporsi antara cairan dan elektrolit mendekati normal. Kondidi ini dikenal

juga dengan hipovolemia. Pada keadaan hipovolemia, tekanan osmotik

mengalami perubahan sehingga cairan interstisial menjadi kosong dan cairan

intrasel masuk ke ruang intersitial sehingga menganggu kehidupan sel. Secara

umum, kondsi defist volume cairan dibagi menjadi tiga, yaitu:

1) Dehidrasi isotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang sebanding

dengan jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-145

mEq/l.

2) Dehidrasi hipertonik. Ini terjadi jika jumlah cairan yang hilang lebih besar

daripada jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-150

mEq/l.

3) Dehidrasi hipotonik. Ini terjadi apabila jumlah cairan yang hilang lebih

sedikit daripada jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma

adalah 130 mEq/l.

Kondisi dehidrasi dapat digolongkan menurut derajat keparahannya menjadi:

1) Dehidrasi ringan. Pada kondisi ini, kehilangan cairan mencapai 5% dari berat

tubuh atau sekitar 1,5-2 liter. Kehilangan cairan yang lebih dapat berlangsung

melalui kulit, saluran pencernaan, perkemihan, paru-paru, atau pembuluh

darah.

Page 9: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/446/3/BAB II.pdfPengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit,paru,

13

2) Dehidrasi sedang. Kondisi ini terjadi apabila kehilangan cairan mencapai 5-

10% dari berat tubuh atau sekitar 2-4 liter. Salah satu gejalanya adalah mata

cekung.

3) Dehidrasi berat, kondisi ini terjadi apabilaa kehilangan cairan mencapai 10-

15% dari berat tubuh atau sekitar 4-6 liter. Pada kondisi ini penderita dapat

mengalami hipotensi.

Pertama, tingkat keparahan dehidrasi dapat dihitung dari penurunan berat

badan sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.3 Penurunan berat badan sebagai indikator kekurangan cairan tubuh

Penurunan berat badan Keparahan defisit cairan tubuh 2-5% Ringan

5-10% Sedang 10-15% Berat 15-20% fatal

Sumber:home dan sweringen 2001 Kedua tingkat dehidrasi dapat dilihat dari tanda dan gejala yang ada pada

klien.penilaian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.4 Penilaian derajat dehidrasi berdasarkan tanda dan gejala pada klien

Penilaian A B C Lihat keadaan umum Baik, sadar Gelisah dan rewel Lesu, lunglai, atau tidak

sadar. Mata Normal Cekung Sangat cekung dan kering

Air mata Ada Tidak ada Tidak ada Mulut dan lidah Basah Kering Sangat kering

Rasa haus Minum biasa, tidak haus

Haus dan ingin minum banyak

Malas minum dan tidak bisa minum

Periksa turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi

ringan/sedang. Bila ada 1 tanda

ditambah 1 atau lebih tanda lain

Dehidrasi berat. Bila ada 1 tanda , ditambah 1 atau

lebih tanda lain

Sumber : Manjoer dkk,2003

Page 10: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/446/3/BAB II.pdfPengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit,paru,

14

B. Tinjuan Asuhan Keperawatan

Asuhan Keperawatan Kejang Demam

1. Pengkajian

a. Data Demografi

Data demografi meliputi : tanggal wawancara, tanggal MRS, No

RMK, Nama, Umur, Imunisasi, Jenis Kelamin, Suku/ Bangsa, Agama,

Pendidikan, dan Alamat.

b. Riwayat keperawatan

Pada anak kejang demam riwayat penyakit yang menonjol adalah

adanya demam yang dialami oleh anak (suhu rektal 38℃). Demam itu

dilatarbelakangi adanya penyakit lain yang terdapat pada luar kranial

seperti tonsilitas dan faringitis. Sebelum serangan kejang pengkajian kasus

kesehatan biasanya anak tidak mengalami kelainan apa-apa. Anak masih

menjalani aktifitas sehari-hari seperti biasa seperti bermain dengan teman

sebayanya dan pergi sekolah. Selain dengan adanya tanda klinis demam,

penentuan demam juga didasarkan pada pembacaan suhu pada waktu yang

berbeda dalam satu hari dan dibandingkan dengan nilai normal individu

tersebut. Maka dari itu, kita harus selalu memantau keadaan pasien dan

kenaikan suhu tubuh pasien.

c. Pengkajian tumbuh kembang anak

Page 11: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/446/3/BAB II.pdfPengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit,paru,

15

Secara umum kejang demam tidak menganggu pertumbuhan dan

perkembangan anak. Ini dipahami dengan catatan kejang yang dialami

anak tidak terlalu sering atau masih dalam batasan yang dikemukan oleh

Livingston (1 tahun tidak lebih dari 4 kali) atau penyakit yang

melatarbelakangi timbulnya kejang seperti tonsillitis,faringitis segera

dapat diatasi. Kalau kondisi tersebut tidak terjadi anak dapat mengalami

ketelambatan pertumbuhan misalnya berat badan yang kurang karena

ketidakcukupan asupan nutrisi sebagai dampak anoreksia, tinggi badan

yang kurang dari umur semestinya sebagai akibat penurunan asupan

mineral. Selain itu, anak juga dapat mengalami gangguan perkembangan

seperti penurunan kepercayaan diri akibat sering kambuhnya penyakit

sehingga anak lebih banyak berdiam diri bersama ibunya kalau disekolah

dan tidak mau berinteraksi dengan teman sebaya. Saat dirawat di rumah

sakit anak terlihat diam, sulit berinteraksi dengan orang yang ada di sekitar

dan jarang menyentuh mainan. Kemungkinan juga dapat terjadi ganggaun

perkembangan yang lain seperti penurunan kemampuan motorik kasar

seperti meloncat dan berlari.

d. Pola fungsional kesehatan

Lakukan pengukuran suhu melalui mulut, rektum, membran

timpani, dan lainnya. Demam tidak berbahaya jika dibawah 38℃. Saat

demam, terjadi peningkatan metabolisme selular dan konsumsi oksigen.

Demam dalam jangka panjang akan menghabiskan simpanan energi dan

membuatnya lemah. Jika tubuh tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen

tambahan, maka terjadi hipoksia selular. Oleh karena itu selalu pantau

tanda-tanda vital anak. Selain itu, yang itu sering mengalami gangguan

adalah terjadinya penurunan kesadaran anak tiba-tiba sehingga kalau

dibuktikan dengan tes Glasgow Coma Scale skor yang dihasilkan berkisar

antara 5-10 dengan tingkat kesadaran dari apatis sampai somnolen atau

mungkin dapat koma.

Page 12: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/446/3/BAB II.pdfPengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit,paru,

16

e. Pemeriksaan Diagnostik

1) Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tapi lengkap, eletrolit

, dan glukosa darah dapat dilakukan walaupun kadang tidak menunjukkan

kelainan berarti.

2) Indikasi lumbal fungsi pada kejang demam untuk menegakkan

kemungkinan meningitis. Indikasi lumbal fungsi pada pasien kejang

demam meliputi. :

3) Bayi <12 bulan harus dilakukan lumbal fungsi karena gejala meningitis

sering tidak jelas.

4) Bayi antara 12 bulan – 1 tahun dianjurkan untuk melalakukan lumbal

fingsi kecuali pasti bukan meningitis

5) Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas

6) Pemeriksaan foto kepala, CT-Scan, dan MRI tidak dianjurkan pada anak

dengan kelainan neurologis karena hampir semuanya menunjukkan

gambaran normal. Ct Scan atau MRI direkomendasikan untuk kasus

kejang fokal untuk mencari lesi organik di otak.

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia,2017. Berdasarkan

patofisiologi penyakit dan manifestasi klinik yang muncul maka diagnosa

keperawatan yang sering muncul pada pasien kejang demam adalah:

a. Hipertermi

Definisi : Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.

Penyebab :

• Dehidrasi

• Terpapar lingkungan panas

• Proses penyakit

• Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan

• Peningkatan laju metabolisme

• Respon trauma

• Aktivitas berlebihan

Page 13: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/446/3/BAB II.pdfPengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit,paru,

17

• Penggunaan inkubator

b. Risiko cedera (terjatuh)

Definisi : Beresiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang menyebabkan

seseorang tidak lagi sepenuhnya sehat atau dalam kondisi baik

Faktor risiko:

• Ketidaknormalan profil darah

• Perubahan orientasi afektif

• Perubahan fungsi psikomotor

• Perubahan fungsi kognitif

c. Risiko gangguan perfusi jaringan

Definisi : berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang

dapat mengganggu metabolisme tubuh.

Faktor resiko :

• Hiperglikemia

• Gaya hidup kurang gerak

• Trauma

• Hipertensi

• Prosedur endovaskuler

• Kurang terpapar informasi tentang faktor pemberat

Page 14: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/446/3/BAB II.pdfPengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit,paru,

18

3. Intervensi

Tabel 2.5Rencana tindakan asuhan keperawatan hipertemia menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

Diagnosa Intervensi utama Intervensi pendukung Hipertemia

Manajemen Hipertermia Observasi : - Identifikasi penyebab hipertermia misalnya:

dehidrasi, terpapar lingkungan panas. - Monitor suhu tubuh - Monitor kadar elektrolit - Monitor haluaran urine - Monitor komplikasi akibat hipertermia Teraupetik: - Sediakan lingkungan yang dingin - Longgarkan atau lepaskan pakaian - Basahi dan kipasi permukaan tubuh - Berikan cairan oral - Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika

mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih) - Hindari pemberikan antipiretik atau aspirin - Berikan okigen bila perlu Edukasi: - Anjurkan tirah baring Kolaborasi: - Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit

intravena,jika perlu Regulasi Temperatur Observasi

- Monitor suhu tubuh anak setiap 2 jam sekali - Monitor tekanan darah, frekuensi pernafasan

dan nadi - Monitor warna dan suhu kulit - Monitor dan catat tanda gejala hipertermia

Terapeutik - Pasang alat pemantau suhu kontinu, bila perlu - Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang

adekuat - Gunakan matras penghangat, selimut hangat,

untuk menaikkan suhu tubuh - Sesuaikan suhu limgkungan sesuai kebutuhan

klien Edukasi

- Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion dan heat stroke

Kolaborasi - Kolaborasi pemberian antipiretik, bila perlu

- Edukasi analgesia terkontrol

- Edukasi dehidrasi - Edukasi pengukuram

suhu tubuh - Edukasi program

pengobatan - Edukasi terapi cairan - Edukasi termoregulasi - Kompres dingin - Manajemen cairan - Manajemen kejang - Pemantauan cairan - Pemberian obat - Pemberian obat

intravena - Pemberian obat oral - Pencegahan hipertermi

keganasan - Perawatan sirkulasi - Promosi teknik kulit ke

kulit

(Sumber: SIKI, 2018)

Page 15: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/446/3/BAB II.pdfPengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit,paru,

19

Tabel 2.6 Rencana tindakan asuhan keperawatan risiko cidera menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

Diagnosa Intervensi utama Intervensi pendukung Risiko cedera (terjatuh)

Pencegahan Jatuh Observasi : - Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali setiap

shift atau sesuai dengan kebijakan institusi - Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan

risiko jatuh misalnya lantai licin, penerangan kurang

- Monitor kemampuan untuk berpindah Teraupetik: - Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga - Pasang handrail tempat tidur - Atur tempat tidur mekanis pada posisi terendah - Tempatkan pasien berisiko tinggi jatuh dengan

pantauan perawat dari nurse station - Gunakan alat bantu berjalan misalnya kursi roda

walker - Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien Edukasi: - Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan

bantuan untuk berpindah - Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin - Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki untuk

meningkatkan keseimbangan saat berdiri - Anjurkan cara menggunakan bel pemanggil untuk

memanggil perawat Manajeman Keselamatan Lingkungan Observasi - Identifikasi kebutuhan keselamatan misalnya

kondisi fisik, fungsi kognitif dan riwayat perilaku - Monitor perubahan status keselamatan lingkungan Terapeutik - Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan

misalnya fisik,biologi,dan kimia - Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan

bahaya dan risiko - Sediakan alat bantu keamanan lingkungan

misalnya commade chair dan pergelangan tangan - Gunakan perangkat pelindung misalnya

pengekanagan fisik , rel samping, pintu terkunci, pagar

- Hubungi pihak berwenang sesuai masalah komunitas

- Fasilitiasi relokasi ke lingkungan Edukasi - Ajarkan individu,keluarga dan kelompok risiko

tinggi bahaya lingkungan

- Dukungan ambulansi - Dukungan mobilisasi - Edukasi keamanan

anak - Edukasi keselamatan

lingkungan - Edukasi pengurangan

risiko - Identifikasi risiko - Manajemen kejang - Manajemen sedasi - Orientasi realita - Pemberian obat - Pemasangan alat

pengamanan - Pencegahan kejang - Pencegahan risiko

lingkungan - Pengekangan fisik - Pengenalan fasilitas - Promosi mekanika

tubuh - Rujukan fisioterapis - Surveilens keamanan

dan keselamatan

(Sumber: SIKI, 2018)

Page 16: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/446/3/BAB II.pdfPengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit,paru,

20

Tabel 2.7 Rencana tindakan asuhan keperawatan risiko gangguan perfusi jaringan menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

Diagnosa Intervensi utama Intervensi pendukung Risiko

gangguan

perfusi

jaringan

Pencegahan syok Observasi : - Monitor status oksigenasi - Monitor status cairan - Monitor tingkat kesadaran pada klien Teraupetik: - Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi

oksigen >94% - Pasang jalur IV - Lakukan skin test untuk mencegah reaksi alergi Edukasi:

- Jelaskan tanda dan awal gejala syok - Anjurkan perbanyak asupan cairan secara oral - Anjurkan menghindari alergen Kolaborasi: - Kolaborasi pemberikan IV - Kolaborasi pemberian antiinflamasi Perawatan Sirkulasi Observasi - Periksa sirkulasi perifer misalnya edema, nadi

perifer,pengisian kapiler - Identifiikasi faktor risiko gangguan sikulasi

misalnya faktor keturunan - Monitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak

pada ekstermitas Terapeutik - Hindari pengukuran tekanan darah pada daerah

ekstemitas - Lakukan penecegahan infeksi - Lakukan hidrasi Edukasi - Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah,

antikoagulan dan penurunan kolestrol - Informasikan tanda dan gejala yang harus

dilaporkan kepada perawat

- Edukasi diet - Edukasi latihan fisik - Edukasi pengukuran

nadi radialis - Edukasi perawatan kaki - Edukasi program

pengobatan - Edukasi proses penyakit - Manajemen medikasi - Manajemen sensasi

perifer - Pemantauan tanda vital - Pemberian obat - Pengaturan posisi - Perawatan sirkulasi - Perawatan tirah baring - Promosi latihan fisik

(Sumber: SIKI, 2018)

Page 17: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/446/3/BAB II.pdfPengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit,paru,

21

4. Implementasi

Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Kegiatan meliputi pengumpulan data berkelanjutan dan

mengobservasi kondisi anak. Pertahankan keseimbangan produksi dan kehilangan

pada anak dengan intervensi yang telah ditetapkan.

5. Evaluasi

Evaluasi dilakukan dengan membandingkan respon anak terhadap hasil yang

diharapkan dari rencana keperawatan. Tentukan apakah dibutuhkan revisi

rencana. Setelah intervensi, pantau tanda vital anak untuk mengevaluasi

perubahan.

(Potter & perry, 2010).

Asuhan Keperawatan Cairan dan Elektrolit

3. Pengkajian

f. Data Demografi

Data demografi meliputi : tanggal wawancara, tanggal MRS, No

RMK, Nama, Umur, Imunisasi, Jenis Kelamin, Suku/ Bangsa, Agama,

Pendidikan, dan Alamat.

g. Riwayat keperawatan

Pengkajian keperawatan pada masalah kebutuhan cairan dan elektrolit

meliputi jumlah asupan cairan yang dapat diukur melalui jumlah

pemasukan secara oral,parental atau enteral. Jumlah pengeluaran dapat

diukur melalui jumlah produksi urin, feses,muntah atau pengeluaran

lainnya. Status kehilangan/ kelebihan cairan, dan perubahan berat badan

yang dapat menentukan tingkat dehidrasi.

h. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik meliputi sistem yang berhubungan dengan

masalah cairan dan elektrolit, seperti sistem integumen (status turgor kulit

dan edema), sistem kardiovaskular (adanya distensi vena jugularis,

Page 18: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/446/3/BAB II.pdfPengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit,paru,

22

tekanan darah, dan bunyi jantung), sistem penglihatan (kondisi dan cairan

mata), sistem neurologi (gangguan sensorik/motorik, status kesadaran,dan

adanya refleks), dan sistem gastrointestinal (keadaan mukosa mulut, lidah,

dan bising usus).

i. Pemeriksaan penunjang

Beberapa pemeriksaan yang paling sering dilakukan yaitu:

1) Elektrolit Serum

Kadar elektrolit serum biasanya secara rutin diprogramkan untuk

setiap klien yang masuk ke rumah sakit sebagai sebuah uji untuk

ketidakseimbangan elektrolit.

2) Darah Periksa Lengkap

Hitung darah lengkap, uji lapis dasar yang lain, meliputi infomasi

mengenai hematokrit (Ht). Hematokrit mengukur volume seluruh dara

yang tersusun atas sel darah merah. Karena hematokrit adalah

pengukuran volume sel dalam hubungannya dengan plasma,

hematokrit dipengaruhi oleh perubahan volume plasma. Dengan

demikian hematokrit meningkat pada dehidrasi berat.

3) Osmolaritas Serum

Pengukuran Konsentrasi zat terlarut dalam darah. Osmolaritas serum

dapat diperkirakan dengan menggandakan natrium serum,karena

natrium dan ion klorida adalah penentu utama osmolaritas serum.

Nilai osmolaritas serum digunakan terutama untuk mengevaluasi

keseimbangan cairan. Peningkatan osmolaritas serum mengindikasi

adanya defisit volume cairan.

4. Diagnosa Keperawatan

Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia, 2017 Diagnosa

keperawatan yang sering muncul pada pasien yang mengalami gangguan cairan

dan elektrolit kejang demam adalah :

a. Hipovelemia

Page 19: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/446/3/BAB II.pdfPengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit,paru,

23

Definisi : Penurunan volume cairan intravaskuler, interstisial, dan atau

interseluler

Gejala dan tanda:

• Frekuensi nadi meningkat

• Nadi teraba lemah

• Tekanan darah meningkat

• Turgor kulit menurun

• Membran mukosa kering

• Volume urin menurun

• Hematokrit meningkat

• Status mental berubah

• Suhu tubuh meningkat

• Berat badan turun tiba tiba

Kondisi klinis terkait:

• Penyakit addison

• Trauma / perdarahan

• Luka bakar

• AIDS

• Muntah

• Diare

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien yang mengalami

gangguan cairan dan elektrolit kejang demam menurut Nabiel ridha (2017) adalah

a. Resiko defisit volume cairan berhubungan kehilangan intake yang kurang

dan diaporesis

Definisi : penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau

intrasellular. Ini mengarah ke dehidrasi,kehilangan cairan dengan

pengeluran sodium

Batasan karakteristik:

• Kelemahan

Page 20: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/446/3/BAB II.pdfPengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit,paru,

24

• Haus

• Penurunan turgor kulit/lidah

• Membran mukosa/kulit kering

• Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah, penurunan

volume/tekanan nadi

• Pengisian vena menurun

• Perubahan status mental

• Konsentrasi urine meningkat

• Temperatur meningkat

• Hematokrit tinggi

• Kehilangan berat badan seketika

Faktor yang berhubungan:

• Kehilangan volume cairan secara aktif

• Kegagalan mekanisme pengaturan

Page 21: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/446/3/BAB II.pdfPengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit,paru,

25

3. Intervensi

Tabel 2.8Rencana tindakan asuhan keperawatan hipovolemia menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

Diagnosa Intervensi utama Intervensi pendukung Hipovolemia

Manajemen Hipovolemia Observasi :

- Periksa tanda dan gejala hipovolemia misalnya frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,haus, lemah,tekanan darah menurun)

- Monitor intake dan output cairan Teraupetik:

- Berikan posisi modified trendelenburg - Hitung kebutuhan cairan - Berikan asupan cairan oral

Edukasi: - Anjurkan memperbanyak asupan cairan

oral Kolaborasi:

- Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis misalnya NaCl,RL

- Kolaborasi pemberian cairan Iv hipotonis misalnya glukosa 2,5 % NaCl 0,4%

- Kolaborasi pemberian cairan koloid - Kolaborasi pemberian produk darah

Manajemen Syok Hipovolemik Observasi

- Monitor Status kardiopulmonal (frekuensi dan kekuatan nadi,frekuensi nafas,TD,MAP)

- Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)

- Monitor status cairan masukan dan haluaran,turgor kulit, CRT

- Periksa tingkat kesadaran dan respon pupil - Periksa seluruh permukaan tubuh terhadap

adanya DOTS (deformity,open wound,tenderness,swelling)

Terapeutik - Pertahankan jalan nafas paten - Berikan oksigen untuk mempertahankan

saturasi oksigen >94% - Ambil sampel darah untuk pemeriksaan

lengkap dan elektrolit Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 20mL/kgBB pada anak anak

- Kolaborasi dalam pemberian tranfusi darah, bila perlu

- Dukungan kepatuhan program pengobatan

- Edukasi pengukuran nadi radialis

- Insersi intravena - Manajemen aritmia - Manajemen diare - Manajemen elektrolit - Manajemen syok - Manajemen spesimen

darah - Pemantuan cairan - Pemantauan elektrolit - Pemantuan

hemodinamik invasif

(Sumber: SIKI, 2018)

Page 22: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/446/3/BAB II.pdfPengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit,paru,

26

Tabel 2.9 Rencana Asuhan Keperawatan cairan dan elektrolit menurut Nabiel Ridha.

Diagnosa Tujuan Intervensi Resiko defisit volume cairan berhubungan kehilangan intake yang kurang dan diaporesis

NOC: - Fluid Balance - Hydration - Nutritional status : Food

and Fluid Intake

Kriteria Hasil: - Mempertahankan urien

output sesuai dengan usia dan BB dan HT normal.

- Tekanan darah, suhu tubuh dalam batas normal

- Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elestisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa harus yang berlebihan

NOC: Fluid Management - Timbang popok jika diperlukan - Pertahankan catatan intake dan output

yang akurat - Monitor vital sign - Monitor masukan makanan/ cairan

dan hitung intake kalori harian - Lakukan terapi IV - Monitor status nutrisi - Berikan cairan - Berikan cairan IV pada suhu ruangan - Dorong masukan oral - Kolaborasi dengan dokter jika ada

tanda cairan berlebihan muncul memburuk

Sumber : Nabiel Ridha (2017)

4. Implementasi

Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Kegiatan meliputi pengumpulan data berkelanjutan dan

mengobservasi kondisi anak. Pertahankan keseimbangan produksi dan kehilangan

pada anak dengan intervensi yang telah ditetapkan.

5. Evaluasi

Evaluasi dilakukan dengan membandingkan respon anak terhadap hasil yang

diharapkan dari rencana keperawatan. Tentukan apakah dibutuhkan revisi

rencana. Setelah intervensi, pantau tanda vital anak untuk mengevaluasi

perubahan.

(Potter & perry, 2010).

C. Tinjauan Konsep Penyakit

1. Definisi Kejang Demam atau febrile convulsion

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu

tubuh (suhu rektal 38℃) disebabkan oleh suatu proses ekstrakrinum. Menurut

Page 23: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/446/3/BAB II.pdfPengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit,paru,

27

Conseosus Statement on Febrile Seizures (1980), kejang demam adalah suatu

kejadian pada bayi atau anak, biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun,

berhubungan dengan demam tetapi tidak pernah terbukti adanya infeksi

intrakranial atau penyebab tertentu (Kapita Selekta Kedokteran,2008).

Kejang demam adalah bangkitan kejang demam yang terjadi kenaikan suhu

tubuh mencapai (suhu rektal di atas 38℃). Kejang demam dapat terjadi karena

proses intrakranial maupun ektrakranial. Kejang demam terjadi pada 2-4%

populasi anak berumur 6 bulan sampai dengan 5 tahun. Paling sering terjadi

pada anak usia 17-23 bulan (NANDA NIC-NOC,2015).

Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada

kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38℃) yang disebabkan oleh proses

ektrakranium (Titik Lestari,2016).

2. Etiologi

Kejang demam yang disebabkan oleh hipertermia yang muncul secra cepat

yang berkaitan dengan infeksi virus atau bakteri. Umumnya berlangsung singkat

atau mungkin terdapat predeposisi familial. Dan beberapa kejadian kejang

dengan berlanjut melawati masa anak-anak dan mungkin dapat mengalami

kejang non demam pada kehidupan selanjutnya.

Beberapa faktor resiko berulangnya kejang yaitu:

• Riwayat kejang dalam keluarga

• Usia kurang dari 18 bulan

• Tingginya suhu badan sebelum kejang makin tinggi suhu sebelum kejang

demam, semakin kecil kemungkinan kejang demam akan berulang.

• Lamanya demam,sebelum kejang semakin pendek jarak antara mulanya dema

kejang,maka semakin besar resiko kejang demam berulang.

(NANDA NIC-NOC,2015).

3. Manifestasi klinis

Umumnya kejang demam berlangsung singkat, berupa serangan kejang

klonik atau tobik-klonik bilateral. Bentuk kejang lain dapat juga terjadi seperti

Page 24: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/446/3/BAB II.pdfPengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit,paru,

28

mata terbaik keatas dengan disertai kekakuan atau kelemahan, gerakan semakin

berulang tanpa didahului kekakuan, atau hanya sentakan atau kekakuan fokal.

Sebagian besar kejang berlangsung kurang dari 6 menit dan kurang dari 8 %

berlangsung lebihb dari 15 menit. Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah

kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun sejenak,tetapi setelah

beberapa detik atau menit, anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit

neurologis. Kejang dapat diikuti hemiparesis sementara (hemiparesis todd) yang

berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama

dapat diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang

berlangsung lama lebih sering terjad pada kejang demam yang pertama(Kapita

Selekta Kedokteran,2008).

4. Klasifikasi

Klasifikasi kejang demam menurut livingston membuat kriteria dan

membagi kejang demam atas 2 golongan, yaitu:

a. Kejang demam sederhana (simple febrille convulsion)

b. Epilepsi yang diprovokasikan oleh demam (epilepsi trigged off fever)

Ciri-ciri kejang sederhana :

1) Kejang bersifat umum

2) Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15 menit.

3) Frekuensi bangkitan kejang dalam 1 tahun tidak melebihi 4kali

4) Pemeriksaan EEG tidak menunjukkan kelainan.

Ciri epilepsi yang diprovokasikan oleh demam:

1) Kejang berlangung lama atau lokal/setempat

2) Usia penderita lebih dari 6 tahun saat serangan pertama kejang demam

3) Frekuensi melebihi bangkitan kejang lebih dari 4 kali dalam 1 tahun

4) Gambaran EEG menunjukkan ada kelainan

Sedangkan menurut NANDA NIC-NOC,2015 kejang demam diklasifikasikan

menjadi dua yaitu:

1. Kejang demam sederhana (simple febrille convulsion)

• Kejang berlangsung singkat

Page 25: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/446/3/BAB II.pdfPengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit,paru,

29

• Umumnya serangan berhenti sendiri dalam waktu <10 menit

• Tidak berulang dalam waktu 24 jam

2. Kejang demam kompleks (complex febrilee convulsion)

• Kejang berlangsung lama, lebih dari 15 menit

• Kejang fokal parsial satu sisi, atau kejang demam didahului kejang parsial

• Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam

5. Patofisiologi

Anak anak yang terinfeksi virus dan parasit akan menimbulkan reaksi

infalmasi, salah satu reaksi infalamasi yang muncul yaitu proses demam

mengakibatkan suhu dalam tubuh anak meningkat diatas 38℃ atau disebut juga

Hipertermia. Hipertemia dapat merangsang mekanik dan biokimia dalam tubuh

sehinga dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat mempengaruhi perubahan

konsentrasi ion di ruang ektraseluler dan terjadi ketidakseimbangan potensial

membran ATP ASE. Jika potensial membran ATP ASE tidak seimbang maka

akan berpengaruh pula dengan perubahan difusi Na+ dan K+ akan melepaskan

muatan listrik ke seluruh tubuh sel dengan bantuan neutranmitter bereaksi

kejang pada tubuh manusia.

Kejang yang terjadi kurang dari 15 menit mengakibatkan kontraksi pada

otot meningkat dan metabolisme tubuh manusia meningkat. Reaksi jika

metabolisme tubuh manusia meningkat yaitu suhu tubuh makin meningkat

sehingga terjadi ketidakefektidan termoregulasi.

Page 26: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/446/3/BAB II.pdfPengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit,paru,

30

6. Pathway

Sumber: NANDA NIC-NOC,2015

Infeksi bakteri virus dan parasit

Reaksi inflamasi

Proses demam

Perubahan konsentrasi ion diruang ektraseluler

Kelainan Neurologis perinatal/prenatal

Rangsang mekanik dan biokimia. Gangguan

keseimbangan cairan dan

Hipertermia

Resiko kejang berulang

Resiko keterlambatan perkembangan

Perubahan beda potensial membran sel neuron

Kejang

Pelepasan muatan listrik semakin luas keseluruh

sel maupun keseluruh sel maupun membrane sel

sekitarnya dengan bantuan neurotransmitter

Resiko cidera

Resiko aspirasi

Refleks menelan menurun

Ketidakseimbangan potensial membran ATP

ASE

Perubahan difusi Na+ dan K+

Resiko cidera

Kesadaran Menurun Kurang dari 15 menit (KDS) Lebih dari 15 menit (KDK)

Kontraksi otot meningkat

Metabolism meningkat

Perubahan suplay darah ke otak

Resiko Kerusakan sel neuron otak

Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan

otak

Suhu tubuh makin meningkat

Ketidakefektifan termoregulasi

Resiko asfiksia

Kebutuhan Oksigen meningkat

Page 27: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/446/3/BAB II.pdfPengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit,paru,

31

7. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tapi lengkap, eletrolit , dan

glukosa darah dapat dilakukan walaupun kadang tidak menunjukkan kelainan

berarti.

b. Indikasi lumbal fungsi pada kejang demam untuk menegakkan kemungkinan

meningitis. Indikasi lumbal fungsi pada pasien kejang demam meliputi. :

• Bayi <12 bulan harus dilakukan lumbal fungsi karena gejala meningitis sering

tidak jelas.

• Bayi antara 12 bulan – 1 tahun dianjurkan untuk melalakukan lumbal fingsi

kecuali pasti bukan meningitis

c. Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas

d. Pemeriksaan foto kepala, CT-Scan, dan MRI tidak dianjurkan pada anak dengan

kelainan neurologis karena hampir semuanya menunjukkan gambaran normal.

Ct Scan atau MRI direkomendasikan untuk kasus kejang fokal untuk mencari

lesi organik di otak.

8. Penatalaksaan

a. Penatalaksaan di Rumah Sakit

1) Pengobatan fase akut

Seringkali kejang berhenti sendiri. Pada waktu kejang pasien dimiringkan

untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan, dan buka semua pakaian yang

ketat. Jalan nafas harus terbebas agar oksigenasi terjamin. Perhatikan keadaan

tanda vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernafasn, dan fungsi

jantung. Suhu tubuh yang tinggi diturunkan dengan kompres air dingin atau

pemberian antiporetik. Obat yang paling cepat menghentikan kejang adalah

diazepam yang diberikan melalui intravena datau intrarektal.

2) Mencari dan mengobati penyakit

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan

kemungkinan meningitis terutama pada pasien kejang demam yang pertama.

Walaupun demikian kebanyakan dokter melakukan fungsi lumbal hanya pada

Page 28: BAB II TINJUAN PUSTAKA A. Konsep Kebutuhan …repository.poltekkes-tjk.ac.id/446/3/BAB II.pdfPengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit,paru,

32

kasus yang ducurigai sebagai meningitis atau bila kejang demam berlangusng

lama.

3) Pengobatan Profilaksis

a) Profilaksis intermitten

Diberikan diazepam secara oral dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/hari dibagi

dalam 3 dosis saat pasien demam. Diazepam juga dapat diberika secara

intrarektal setiap 8 jam sebanyak 5 mg (BB<10kg) dan 10mg (BB>10kg)

setiap pasien menunjukkan suhu >38,5℃

b) Profilaksis terus-menerus

Profilaksis terus menerus setiap hari dengan fenobital 4-5 mg/kgBB/hari

dibagi dalam 2 dosis. Obat lain dapat digunakan adalah asam valpona

dengan dosis 15-40mg/kgBB/hari. Antikonvulsan profilaksis terus menerus

diberikan selama 1-2 tahun setelah kejang terakhir dan dihentikan selama 1-

2 bulan.

b. Penatalaksaan di rumah

Karena penyakit kejang demam sulit diketahui kapan munculnya, maka

orangtua atau pengasuh anak perlu diberi bekal untuk memberikan tindakan

awal pada anak yang mengalami kejang demam. Tindakan awal itu antara lain:

1) Saat anak kejang, baringkan pasien di tempat yang rata.

2) Singkirkan benda-benda yang ada di sekitar pasien, lepaskan pakaian yang

mengganggu pernafasan.

3) Masukkan tongspatel yang dibungkus kasa atau kain, kalau tidak ada

gunaka sendok dengan dilapisi dengan kain

4) Kalau mulut anak terbuka berikan aspirin dengan dosis 60mg/tahun/kali

(minimal sehari 3 kali). Atau berikan dosis peranus 5mg untuk berat badan

kurang dari 10kg ,kalau berat badan lebi dari 10kg berikan dosis peranus

10mg, dosis rata-rata yang diberikan peranus adalah 0,4-0,6 mb/kgBB.

5) Jika dengan tindakan ini kejang tidak segera berhenti, segera bawa anak ke

rumah sakit.