Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
TINJAUANPUSTAKA
A. Definisi Malaria
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit yang disebut
Plasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi
Plasmodium. Dalam tubuh manusia Plasmodium berkembangbiak dihati,
kemudian menginfeksi sel-sel darah merah (WHO, 2012).
Malaria sudah diketahui sejak zaman Yunani. Kata malaria terdiri dari dua
kata, yaitu mal = busuk dan aria = udara (Sorontou, 2013). Nama malaria diambil
dari kondisi yang terjadi yaitu suatu penyakit yang banyak diderita masyarakat
yang tinggal di sekitar rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk (Safar, 2010
dalam Nurmaulina, 2017)
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium
yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini
secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina.Spesies
plasmodium pada manusia adalah, plasmodium falciparum, P. vivax, P. Ovale dan
P. malariae.Jenis Plasmodium yang banyak ditemukan di Indonesia adalah
P.falciparum dan P. vivax, sedangkan P.malariae dapat ditemukan di beberapa
provinsi antara lain: Lampung, NTT dan Papua. P. Ovale pernah ditemukan di
NTT dan Papua. (Depkes RI, 2008)
9
B. Etiologi Malaria
Penyebab penyakit malaria adalah parasit malaria, suatu protozoa dari Genus
Plasmodium.Parasit tersebut menyebar ke manusia melalui gigitan nyamuk
Anopheles, yang disebut vektor malaria. Sampai saat ini dikenal 5 jenis spesies
plasmodium penyebab malaria pada manusia, yaitu (CDC, 2013):
1. Plasmodium falciparum, adalah parasit malaria yang ditemukan di daerah
tropis dan subtropis di dunia. Diperkirakan setiap tahunnya ada 1 juta
orang yang terbunuh akibat parasit ini, terutama di Afrika. Plasmodium
falciparum adalah penyebab malaria tropika yang sering menyebabkan
malaria yang berat, karena memiliki kemampuan melipat ganda secara
cepat dalam darah sehingga dapat menyebabkan anemia. Selain itu
Plasmodium falciparum dapatmenyumbat pembuluhdarah kecil. Ketika ini
terjadidi otak akanmenyebabkan malaria serebral dengankomplikasiyang
dapatberakibat fatal (kematian).
2. Plasmodium vivax, adalah parasit malaria penyebab malaria tertiana yang
kebanyakan ditemukandi Asia, Amerika Latin, dan beberapabagian di
Afrika. Karena padatnya penduduk terutama di Asia menyebabkan
Plasmodium vivax merupakan parasit malariayang paling umumditemukan
pada manusia.Plasmodium vivax memiliki tahapan dormansi dalam
hati(hypnozoites) yang dapataktif dan menyerang darah(relapse) dalam
beberapa bulan atau tahun setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi.
3. Plasmodium malariae, adalah penyebab malaria quartana yang ditemukan
di seluruh dunia. Plasmodium malariae adalah satu-satunya spesies parasit
malaria pada manusia yang memiliki siklus quartan (siklus tiga hari),
10
sedangkan tiga spesies lainnya memiliki siklus tertiana(siklus dua hari).
Infeksi Plasmodium malariae mampu bertahan dalam waktu yang lama
jika tidak diobati. Dalam beberapa kasus, infeksi kronis dapat berlangsung
seumur hidup. Pada beberapa pasien kronis yang terinfeksi.
4. Plasmodium ovale dapat menyebabkan komplikasi yang serius seperti
sindrom nefrotik. Plasmodium ovale, adalah parasit malaria yang
menyebabkan malaria ovale tetapi jenis ini jarang dijumpai. Plasmodium
ovale banyak ditemukandi Afrika(terutama Afrika Barat) dan pulau-pulau
di Pasifik Barat. Plasmodium ovale secara biologis danmorfologis sangat
mirip dengan Plasmodium vivax. Plasmodium ovale dapat menginfeksi
individu yang negatif untuk golongan darahduffy (salah satu penggolongan
darah selain ABO dan Rh) sedangkan Plasmodium vivax tidak. Golongan
darah duffy banyak ditemukan pada penduduk Sub-Sahara Afrika. Hal ini
menjelaskan prevalensi infeksi Plasmodium ovale banyak terjadi di
sebagian besarAfrika.
5. Plasmodium knowlesi merupakan parasit malaria baru yang bisa
menginfeksi manusia. Plasmodium knowlesi ditemukandi seluruh Asia
Tenggara sebagai pathogen alami dari kera ekor panjang dan babi. Baru-
baru ini Plasmodium knowlesi terbukti menjadi penyebab signifikan
malaria zoonosis, terutama diMalaysia. Plasmodium knowlesi memiliki
siklus replikasi 24 jam dan begitu cepat dapat berkembang menjadi
infeksi yang parah.
11
C. Siklus Hidup Parasit Malaria
Parasit malaria membutuhkan dua hospes untuk siklus hidupnya, yaitu
manusia dan nyamuk Anopheles betina. Siklus hidup malaria dapat dilihat pada
Gambar 2.1 berikut ini:
Gambar 2.1 Siklus Hidup Parasit Malaria
Sumber: CDC, 2013
Pada gambar di atas, dapat dijelaskan siklus hidup parasit malaria sebagai berikut:
a. Siklus pada manusia
Pada waktu nyamuk Anopheles infektif menghisap darah manusia,
sporozoit yang berada di kelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam
peredaran darah manusia selama kurang lebih setengah jam. Setelah itu
sporozoit akan masuk ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit hati,
kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000-30.000
merozoit hati (tergantung spesiesnya). Siklus ini disebut dengan siklus
12
ekso-eritrositer yang berlangsung selama lebih kurang dua minggu.Pada
Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale, sebagian tropozoit hati tidak
langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk
dorman yang disebut hipnozoit.Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam
sel hati selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Pada suatu saat bila
imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif kembali sehingga dapat
menimbulkan relaps (kambuh).
Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk ke
peredaran darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah
merah, parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit menjadi skizon
(8-30 merozoit, tergantung spesiesnya). Proses perkembangan aseksual ini
disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi (skizon) pecah dan
merozoit yang keluar akan menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus ini
disebut siklus eritrositer.Setelah 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian
merozoit yang menginfeksi sel darah merah dan membentuk stadium
seksual (gatosit jantan dan betina).
b. Siklus pada nyamuk Anopheles betina
Apabila nyamuk Anopheles betina menghisap darah yang mengandung
gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan betina melakukan
pembuahan menjadi zigot.Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian
menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung nyamuk
ookinet akan menjadi ookista dan selanjutnya menjadi sporozoit.
Sporozoit ini bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia (Depkes RI,
2008).
13
Menurut Harijanto, 2000 perbedaan siklus hidup keempat jenis
Plasmodium berdasarkan lama stadium pre-eritrosit, diameter skizon pre-
eritrosit, jumlah merozoit dan masa inkubasinya dijelaskan dalam Tabel
2.1 berikut ini:
Tabel 2.1
Bentuk- Bentuk plasmodium keempat Spesies Plasmodium Manusia
Spesies Lama stadium
eritrosit
Diameter
Skizon Pre-
Eritrosit
Jumlah
Merozoit
Masa
Inkubasi
Plasmodium
vivax
6-8 hari 6-8 hari 10.000 9-14 hari
Plasmodium
malariae
14-16 hari 14-16 hari 15.000 12-17 hari
Plasmodium
ovale
9 hari 9 hari 15.000 16-18 hari
Plasmodium
falciparum
5-7 hari 5-7 hari 30.000 18-24 hari
Selain perbedaan pada tabel di atas, CDC (2013) juga memperlihatkan perbedaan
bentuk tropozoit dari masing-masing parasit malaria, seperti pada Gambar 2.2 di
bawah ini:
(a) (b) (c) (d) (e
Gambar 2.2 Perbedaan Bentuk Tropozoit Kelima Parasit Malaria
Gambar di atas menunjukkan bahwa (a) adalah gambar tropozoit dari
Plasmodium falciparum yang berbentuk cincin halus dan kromatin kecil 1-
14
2 titik.Gambar (b) menunjukkan tropozoit dari Plasmodium vivax yang
berbentuk cincin tebal tidak teratur dan kromatin 1-2 titik.Gambar (c)
menunjukkan tropozoit dari Plasmodium ovale yang berbentuk cincin
tebal dan kromatin 1 titik.Gambar (d) menunjukkan tropozoit dari
Plasmodium malariae yang berbentuk cincin tebal dan kromatin 1
titik.Gambar (e) menunjukkan tropozoit dari Plasmodium knowlesi yang
berbentuk cincin tebal dan kromatin 1 titik.
D. Patogenesis
Patogenesis malaria sangat kompleks, dan seperti patogenesis penyakit
infeksi pada umumnya melibatkan faktor parasit, faktor penjamu, dan lingkungan.
Ketiga faktor tersebut saling terkait satu sama lain, dan menentukan manifestasi
klinis malaria yang bervariasi mulai dari yang paling berat, yaitu malaria dengan
komplikasi gagal organ, malaria ringan tanpa komplikasi, atau yang paling ringan,
yaitu infeksi asimtomatik (Harijanto, 2000).
Tanda dan gejala klinis malaria yang timbul bervariasi tergantung pada
berbagai hal antara lain usia penderita, cara transmisi, status kekebalan, jenis
plasmodium, infeksi tunggal atau campuran. Selain itu yang tidak kalah penting
adalah kebiasaan menggunakan obat anti malaria yang kurang rasional yang dapat
mendorong timbulnya resistensi.Berbagai faktor tersebut dapat mengacaukan
diagnosis malaria sehingga dapat disangka demam tifoid atau hepatitis, terlebih
untuk daerah yang dinyatakan bebas malaria atau yang Annual Parasite
Incidence–nya rendah (Depkes RI, 2009).
15
Gejala klinis penyakit malaria sangat khas dengan adanya serangan
demam yang intermiten, anemia sekunder dan splenomegali.Gejala didahului oleh
keluhanprodromal berupa malaise, sakit kepala, nyeri pada tulang atau otot,
anoreksia, mual, diare ringan dan kadang-kadang merasa dingin di
punggung.Keluhan ini sering terjadi pada Plasmodium vivax dan Plasmodium
ovale, sedangkan Plasmodium falciparum dan Plasmodium malariae keluhan
prodromal tidak jelas bahkan gejala dapat mendadak (Harijanto, 2000).
Demam periodik berkaitan dengan saat pecahnya schizon matang
(sporolasi). Pada malaria tertiana (Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale),
pematangan schizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap hari ke-3,
sedangkan malaria kuartana (Plasmodium malariae) pematangannya tiap 72 jam
dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Gejala klasik malaria biasanya terdiri atas
3 (tiga) stadium yang berurutan, yaitu (Depkes RI, 2009):
a. Stadium dingin (Cold stage)
Penderita akan merasakan dingin menggigil yang amat sangat, nadi cepat
dan lemah, sianosis, kulit kering, pucat, kadang muntah. Periode ini
berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya
temperatur.
b. Stadium demam (Hot stage)
Muka penderita terlihat merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan
panas badan tetap tinggi dapat sampai 40°C atau lebih, dapat terjadi syok
(tekanan darah turun), kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak).
Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih.
c. Stadium berkeringat (Sweating stage)
16
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali.Hal ini berlangsung
2-4 jam.Meskipun demikian, pada dasarnya gejala tersebut tidak dapat
dijadikan rujukan mutlak, karena dalam kenyataannya gejala sangat
bervariasi antar manusia dan antar Plasmodium.
Anemia merupakan gejala yang sering dijumpai pada infeksi malaria, dan
lebih sering dijumpai pada penderita daerah endemik terutama pada anak-
anak dan ibu hamil.Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab,
yang paling berat adalah anemia karena Plasmodium falcifarum.Anemia di
sebabkan oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan.eritrosit normal
tidak dapat hidup lama (reduced survival time) dan gangguan
pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang
(Mansjoer, 2001 dalam Zupriwidani, 2013).
Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas
malaria kronik.Limpa merupakan organ penting dalam pertahanan tubuh
terhadap infeksi malaria. Limpa akan teraba setelah 3 hari dari serangan
infeksi akut dimana akan terjadi bengkak, nyeri dan hiperemis.
Pembesaran terjadi akibat timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan
ikat bertambah.Hampir semua kematian akibat penyakit malaria
disebabkan oleh Plasmodium falciparum.Pada infeksi Plasmodium
falciparum dapat menimbulkan malaria berat yang menurut WHO
didefinisikan sebagai infeksi Plasmodium falciprum stadium aseksual
dengan satu atau lebih komplikasi (Harijanto, 2000).
17
E. Diagnosis Malaria
Malaria harus segera didiagnosis sehingga penderita dapat segera diobati
untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari infeksimalaria di masyarakat luas.
Malaria harus dianggap sebagaimasalah kesehatan potensial.Hal ini karena
keterlambatan diagnosis dan pengobatan merupakan penyebab utama kematian
pada penderita malaria.Malaria dapat dideteksi berdasarkan riwayat perjalanan
pasien, gejala, dan temuan fisik pada pemeriksaan.Namun, untukdiagnosis pasti,
tes laboratoriumpaling baik digunakan (CDC, 2013).
CDC (2013) menyebutkan bahwa ada 2 hal yang menyebabkan diagnosis
malaria menjadi sulit, yaitu:
a. Di daerah yang bukan endemik malaria, petugas kesehatan mungkin
tidak begitu akrab dengan malaria. Di daerah seperti ini dokter sering
salah mempertimbangkan diagnosis malaria. Laboratorian juga
terkadang gagal mendeteksi parasit malaria karena kurangnya
pengalaman dengan malaria.
b. Didaerah endemis malaria, penularan malaria begitu sering, terkadang
sebagianbesarpenduduk terinfeksitetapi tidakmuncul gejala-gejala
klinisnya. Orang yang terinfeksi tersebut telah memiliki kekebalan
terhadap malaria, namun tidak dari infeksi malaria. Dalam kasus ini,
menemukan parasit malaria pada orang yang sakit tidak begitu berarti.
Diagnostik malaria sebagaimana penyakit pada umumnya didasarkan pada
gejala klinis, penemuan fisik, pemeriksaan laboratorium darah dan uji
imunoserologis. Ada 2 cara diagnostik yang diperlukan untuk menentukan
18
seseorang itu positif malaria atau tidak yaitu pemeriksaan darah tepi (tipis/tebal)
dengan mikroskop dan deteksi antigen (Harijanto, 2000). Meskipun sangat
sederhana pemeriksaan darah tepi dengan mikroskop merupakan gold standard
dan menjadi pemeriksaan terpenting yang tidak boleh dilupakan. Interpretasi yang
didapat dari hasil pemeriksaan darah tepi adalah jenis dan kepadatan parasit
(Guerin, 2002 dalam Zupriwidani, 2013).
Deteksi antigen digunakan apabila tidak tersedia mikroskop untuk
memeriksa preparat darah tepi atau pada daerah yang sulit dijangkau dan keadaan
darurat yang perlu diagnosis segera. Teknik yang digunakan untuk deteksi antigen
adalah immunokromatografi dengan kertas dipstick yang dikenal dengan Rapid
Diagnostic Test (RDT). Alat ini dapat mendeteksi antigen dari Plasmodium
falciparum dan non falciparum terutama Plasmodium vivax (Harijanto, 2000).
F. Faktor-Faktor yang Berperan dalam Terjadinya Malaria
Kejadian penyakit malaria dipengaruhi oleh beberapa faktor
penting.Faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi 2, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal.Faktor internal adalah faktor-faktor yang menjadi penyebab
terjadinya malaria yang berasal dari diri individu manusia itu sendiri.Sedangkan
faktor-faktor eksternal adalah faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya
malaria yang berasal dari luar individu manusia (Depkes RI, 2009).
1. Faktor Internal
a. Karakteristik Penderita Malaria
19
1). Umur
Penyakit malaria pada umumnya dapat menyerang semua golongan umur,
dan anak-anak lebih rentan terhadap infeksi parasit malaria.Namun bayi di
daerah endemik malaria mendapat perlindungan antibodi maternal yang
diperoleh secara transplasental. Telah diamati bahwa ada pengaruh spesies
Plasmodium terhadap penyebaran malaria pada berbagai kelompok umur,
yaitu: Plasmodium vivax lebih banyak dijumpai pada kelompok umur
muda, kemudian diikuti oleh Plasmodium malaria dan Plasmodium
falciparum (Harijanto, 2000).
2). Jenis Kelamin
Infeksi malaria tidak membedakan jenis kelamin, perbedaan angka ia pada
laki-laki dan perempuan dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain
pekerjaan, pendidikan, migrasi penduduk dan kekebalan. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa perempuan mempunyai respons imun yang
lebih kuat dibandingkan dengan laki-laki, namun kehamilan menambah
risiko untuk terjadinya infeksi malaria (Harijanto, 2000).
3). Pendidikan
Pendidikan sebagai suatu proses atau kegiatan untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan individu atau masyarakat. Ini berarti bahwa
pendidikan adalah suatu pembentukan watak yaitu nilai dan sikap disertai
dengan kemampuan dalam bentuk kecerdasan, pengetahuan, dan
keterampilan. Tingkat pendidikan sangat menentukan daya nalar seseorang
yang lebih baik sehingga memungkinkan untuk menyerap informasi-
20
informasi juga dapat berpikir secara rasional dalam menanggapi suatu
informasi atau masalah yang dihadapi (Harijanto, 2000)
4). Pekerjaan
Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh
manusia.Dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu tugas
atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Pekerjaan lebih
banyak dilihat dari kemungkinan keterpaparan khusus dan derajat
keterpaparan tersebut serta besarnya resiko menurut sifat pekerjaan juga
akan berpengaruh pada lingkungan kerja dan sifat sosial ekonomi
karyawan pada pekerjaan tertentu (Notoatmodjo, 2012). Hal ini sesuai
dengan penelitian Piyarat (1986) yang menyatakan bahwa orang yang
tempat bekerjanya di hutan mempunyai risiko untuk tertular penyakit
malaria karena di hutan merupakan tempat hidup dan berkembangbiaknya
nyamuk Anopheles dengan kepadatan yang tinggi.
b. Perilaku Kesehatan
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme
(makhluk hidup) yang bersangkutan.Oleh sebab itu, dari sudut pandang
biologis semua makhluk hidup berperilaku karena mereka semua mempunyai
aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia,
pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai kegiatan yang sangat luas sepanjang kegiatan yang dilakukannya,
yaitu antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah,
menulis, membaca, dan seterusnya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa
21
yang dimaksud dengan perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas
manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati
dari luar (Notoatmodjo, 2012).
Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman
serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan
respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar
maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan:
berfikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai
dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala
bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya
menyangkut pengetahuan, dan sikap tentang kesehatan, serta tindakannya
yang berhubungan dengan kesehatan (Notoatmodjo, 2012).
Praktik tindakan pencegahan malaria yang berhubungan dengan
faktorrisiko malaria antara lain:
1. Pemakaian Kelambu
Tempat perindukan nyamuk yang tersebar luas, jumlah penderitasangat
banyak, serta keterbatasan sumber daya manusia, maka usahapencegahan
terhadap penularan parasit yang paling mungkin dilakukanyaitu penggunaan
kelambu. Faktor perilaku paling dominan yangkemungkinan berperan
terhadap terjadinya penularan malaria adalahpenggunaan kelambu sewaktu
tidur (Husin, 2007 dalam Wahyudi, 2015).
22
2. Penggunaan Obat Anti Nyamuk
Salah satu pengelolaan lingkungan yang meliputi kegiatan individu atau
kelompok dengan tujuan membatasi kontak gigitan nyamuk dengan manusia
adalah menggunakan obat nyamuk baik dalam bentuk obat nyamuk bakar,
reppelent ataupun penyemprotan insektisida untuk menghindari gigitan
nyamuk pada malam hari, karena pada malam hari aktivitas nyamuk
menggigit manusia sangat tinggi di dalam rumah. Berdasarkan teori, nyamuk
Anopheles aktif mecari makan pada malam hari biasanya mulai menggigit
petang hari hingga menjelang pagi dengan puncak gigitan untuk setiap spesies
berbeda. An.aconitus puncak gigitan tertinggi ditemukan pukul 02.00 tengah
malam. An.barbirostis aktivitasmenggigit sepanjang malam banyak tertangkap
pukul 23.00-05.00.An.maculatus aktif menggigit antara pukul 21.00-03.00
(Munif, 2010 dalam Wahyudi 2015).
2. Faktor Eksternal
a. FaktorAgent (Penyebab Infeksi)
Untuk kelangsungan hidupnya, Plasmodium sebagai penyebab infeksi
memerlukan 2 macam siklus, yaitu:
1. Siklus di luar sel darah merah (siklus preeritrositer)
Siklus ini berlangsung di dalam sel hati.Jumlah merosoit yang dikeluarkan
skizon hati berbeda untuk setiap spesies.Plasmodium alciparum menghasilkan
40.000 merosoit, Plasmodium vivax lebih dari 10.000, Plasmodium ovale
15.000 merosoit.Di dalam sel darah merah membelah, sampai sel darah merah
tersebut pecah.Setiap merosoit dapat menghasilkan 20.000 sporosoit. Pada
23
Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale ada yang ditemukan dalam bentuk
laten di dalam sel hati dan disebut hipnosoit sebagai suatu fase dari siklus
hidup parasit yang dapat menyebabkan penyakit kumat/kambuh (long term
relapse). Bentuk hipnosoit dari Plasmodium vivax bisa hidup sebagai dormant
stage sampai beberapa tahun.Sejauh ini diketahui bahwa Plasmodium vivax
dapat kambuh berkali-kali sampai jangka waktu 3–4 tahun, sedangkan
Plasmodium ovale sampai bertahun-tahun, bila pengobatan tidak
adekuat.Plasmodium falciparum dapat persisten selama 1–2 tahun dan
Plasmodium malariae sampai 21 tahun (Depkes RI, 2009).
2. Siklus di dalam sel darah merah (eritrositer)
Siklus skizogoni eritrositer yang menimbulkan demam.Merosoit masuk ke
dalam darah kemudian tumbuh dan berkembang menjadi 9–24 merosoit
(tergantung spesies).Pertumbuhan ini membutuhkan waktu 48 jam untuk
malaria tertiana (Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax dan Plasmodium
ovale), serta 72 jam untuk malaria quartana (Plasmodium malariae).Fase
gametogoni yang menyebabkan seseorang menjadi sumber penular penyakit
bagi vektor malaria.Beberapa parasit tidak mengulangi siklus seksual, tetapi
berkembang menjadi gametosit jantan dan gametosit betina.Gametosit pada
Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale timbul 2–3 hari sesudah terjadi
parasitemia, Plasmodium falciparum 6–14 hari dan Plasmodium malariae
beberapa bulan kemudian (Depkes RI, 2009).
24
b. Faktor Lingkungan
Lingkungan berperan dalam pertumbuhan vektor penular malaria, menurut
Harijanto, 2000 ada beberapa faktor lingkungan yang sangat berperan yaitu :
1. Lingkungan fisik
Faktor geografi dan meteorologi di Indonesia sangat menguntungkan transmisi
malaria di Indonesia.Pengaruh suhu ini berbeda pada setiap spesies. Pada suhu
26,7°C masa inkubasi ekstrinsik adalah 10-12 hari untuk Plasmodium
falciparum dan 8-11 hari untuk Plasmodium vivax, 14-15 hari untuk
Plasmodium malariae dan Plasmodium ovale.
a. Suhu mempengaruhi perkembangan parasit dalam nyamuk. Suhu yang
optimum berkisar antara 20 – 30°C. Makin tinggi suhu (sampai batas
tertentu) makin pendek masa inkubasi ekstrinsik (sporogoni) dan
sebaliknya makin rendah suhu makin panjang masa inkubasi ekstrinsik.
b. Kelembaban yang rendah memperpendek umur nyamuk, meskipun tidak
berpengaruh pada parasit. Tingkat kelembaban 60% merupakan batas
paling rendah untuk memungkinkan hidup nyamuk. Pada kelembaban
yang lebih tinggi nyamuk jadi lebih aktif dan lebih sering menggigit,
sehingga meningkatkan penularan malaria.
Kondisi lingkungan dalam dan luar rumah yang berhubungan dengan kejadian
malaria,antara lain:
a. Langit-langit Rumah
Rumah yang tidak terdapat langit-langit ada lubang atau celahantara
dinding bagian atas dengan atap yang tentunya akan memudahkannyamuk
untuk masuk ke dalam rumah. Menurut Harmendo (2008) dalam Wahyudi
25
2015, rumah yang tidak terdapat langit-langit ada lubang atau celah antara
dinding bagian atas dengan atap yang tentunya akan memudahkan nyamuk
untuk masuk ke dalam rumah, dengan demikian kondisi langit-langit dapat
mempengaruhi terjadinya malaria. Orang yang tinggal di rumah yang
tidakada langit-langit mempunyai risiko 4,7 kali lebih besar terkena
malariadibandingkan dengan orang yang tinggal di rumah yang ada langit-
langit.
b. Kerapatan Dinding Rumah
Keadaan rumah, khususnya dinding rumah berhubungan dengan kegiatan
penyemprotan rumah (indoor residual spraying) karena insektisida yang
disemprotkan ke dinding akan menempel ke dinding rumah, sehingga saat
nyamuk hinggap akan mati akibat kontak dengan insektisida tersebut.
Hasil Pamela 2009 menyatakan bahwa orang yang dinding rumahnya tidak
rapat mempunyai risiko terkena malaria lebih besar dibanding orang yang
punya dinding rumah rapat.Syarat kerapatan dinding rumah yaitu terbuat
dari pasangan batu bata dan tidak terdapat lubang lebih dari1,5 mm2.
(Modul rumah sehat dalam Pamela, 2009)
c. Semak-semak di Sekitar Rumah
Keberadaan semak (vegetasi) yang rimbun akan mengurangi sinar
matahari masuk/ menembus permukaan tanah, sehingga lingkungan
sekitarnya akan menjadi teduh dan lembab. Menurut Antonia,
seseorangdengan adanya semak-semak di sekitar rumahnya memiliki
risiko terkenamalaria sebesar 4,467 kali dibandingkan dengan seseorang
yang di sekitarrumahnya tidak terdapat semak-semak (Antonia, 2013
26
dalam Wahyudi 2015). Orang yangtinggal di sekitar rumahnya terdapat
semak memiliki risiko 2,3 kalimenderita malaria dibandingkan dengan
orang yang tinggal di rumah tanpasemak di sekitar rumah (Theresia dkk,
2013 dalam Wahyudi 2015).
d. Parit atau Selokan dengan Genangan air
Genangan air yang dimaksud adalah air limbah rumah tanggapenduduk
yang ada di parit, air kotor dan keruh. Air seperti ini bukanmerupakan
tempat perkembangbiakan nyamuk Anopheles, karena nyamukAnopheles
berkembangbiak pada perairan yang jernih dan terdapattanaman air.
Menurut Harmendo (2008) dalam Wahyudi 2015, menunjukkan bahwa
yang disekeliling rumahnya terdapat genangan air punya risiko terkena
malaria3,1 kali lebih besar dari orang tidak terdapat genangan air di sekitar
rumah.Seseorang dengan adanya selokan di sekitar rumahnya memiliki
risiko terkena penyakit malaria sebesar 2,895 kali dibandingkan
denganseseorang yang di sekitar rumahnya tidak terdapat selokan
(Antonia,2013 dalam Wahyudi 2015).
2. Lingkungan biologik
Tumbuhan bakau, lumut, ganggang dan berbagai tumbuhan lain dapat
mempengaruhi kehidupan larva karena ia dapat menghalangi sinar
matahari atau melindungi dari serangan mahluk hidup lainnya. Adanya
berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala timah, gambusia,
nila, mujair dan lain-lain akan mempengaruhi populasi nyamuk di suatu
daerah. Adanya ternak seperti sapi, kerbau dan babi dapat mengurangi
27
jumlah gigitan nyamuk pada manusia, apabila ternak tersebut
dikandangkan tidak jauh jaraknya dari rumah.(Harijanto, 2000).
3. Lingkungan kimiawi
Kadar garam dari tempat perindukan mempengaruhi perkembangbiakan
nyamuk, seperti Anopheles sundaicus tumbuh optimal pada air payau yang
kadar garamnya 12-18% dan tidak berkembang pada kadar garam 40% ke
atas. Namun di Sumatera Utara ditemukan pula perindukan Anopheles
sundaicus dalam air tawar.(Harijanto, 2000).
c. Faktor Vektor Malaria
Penyakit malaria ditularkan oleh nyamuk hanya dari genus Anopheles.Di
Indonesia sendiri telah diidentifikasi ada 90 spesies dan 24 spesies diantaranya
telah dikonfirmasi sebagai nyamuk penular malaria.Di setiap daerah dimana
terjadi transmisi malaria biasanya hanya ada 1 atau paling banyak 3 spesies
Anopheles yangmenjadi vektor penting.Vektor-vektor tersebut memiliki habitat,
mulai dari rawa-rawa, pegunungan, sawah, pantai dan lain-lain (Depkes RI,
2011).
Hanya nyamuk Anopheles betina yang menghisap darah yang diperlukan
untuk pertumbuhan telur nyamuk. Perilaku nyamuk sangat menentukan dalam
proses penularan malaria (Depkes RI, 1999).
Menurut Depkes RI (1999), secara umum nyamuk yang diidentifikasi
sebagai penular malaria mempunyai kebiasaan makan dan istirahat yang
bervariasi yaitu:
a. Zoofilik : nyamuk yang menyukai darah binatang.
28
b. Anthropofilik : nyamuk yang menyukai darah manusia.
c. Zooanthropofilik : nyamuk yang menyukai darah binatang dan juga manusia.
d. Endofilik : nyamuk yang suka tinggal di dalam rumah/bangunan.
e. Eksofilik : nyamuk yang suka tinggal di luar rumah.
f. Endofagik : nyamuk yang suka menggigit di dalam rumah/bangunan.
g. Eksofagik : nyamuk yang suka menggigit di luar rumah.
Vektor utama malaria di Pulau Jawa dan Sumatera adalah Anopheles
sundaicus, Anopheles maculatus, Anopheles aconitus dan Anopheles
balabacensis. Sedangkan di luar pulau tersebut, khususnya Indonesia wilayah
tengah dan timur adalah Anopheles barbirostis, Anopheles farauti, Anopheles
koliensis, Anopheles punctulatus, Anopheles subpictus dan Anopheles
balabacensis. Tempat tinggal manusia dan ternak merupakan tempat yang paling
disenangi oleh Anopheles. Ternak besar seperti sapi dan kerbau dapat mengurangi
gigitan nyamuk pada manusia (cattle barrier), apabila kandang hewan tersebut
diletakkan di luar rumah tetapi tidak jauh jaraknya dari rumah (Depkes RI, 1999).
G. Pencegahan Malaria
Agar dapat terhindar dari penyakit malaria, maka kita dapatmelakukan
pencegahan sebagai berikut:
1. Berbasis masyarakat
a. Pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat harus selalu
ditingkatkan melalui penyuluhan kesehatan,pendidikan kesehatan, diskusi
kelompok maupun melalui kampanye masal untuk mengurangi tempat
29
serangan nyamuk (pemberantasan serangan nyamuk/ PSN). Kegiatan ini
meliputi menghilangkan genangan air kotor,di antaranya dengan
mengalirkan air atau menimbun ataumengeringkan barang atau wadah
yang memungkinkansebagian tempat air tergenangan.
b. Menemukan dan mengobati penderita sedini mungkinakan sangat
membantu mencegah penularan.
c. Melakukan penyemprotan melalui kajian mendalamtentang bionomik
Anopheles seperti waktu kebiasaanmenggigit, jarak terbang dan
resistensiterhadapinsektisida (Widoyono, 2011).
2. Berbasis pribadi
a. Pencegahan gigitan nyamuk, antara lain:
1) Tidak keluar rumah antara senja dan malam hari, bilaterpaksa keluar
sebaiknya mengenakan kemeja dancelana panjang berwarna terang karena
nyamuk lebihmenyukai warna gelap.
2) Menggunakan obat anti nyamuk yang dapat dioleskan di tangan dan di
kaki.
3) Memasang kasa anti nyamuk pada ventilasi pintu danjendela.
4) Menggunakan kelambu, obat nyamuk bakar/ semprot(Irianto,2013
dalam Nurmaulina 2017).
b. Penggunaan profilaksis bila akan memasuki daerahendemik, meliputi:
1). Pada daerah di mana plasmodiumnya masih sensitiveterhadap
klorokuin, diberikan klorokuin 300 mg basaatau 500 mg klorokuin fosfat
untuk orang dewasa,seminggu 1 tablet, dimulai 1 minggu sebelum masuk
30
daerah sampai 4 minggu setelah meninggalkan tempat tersebut.
2). Pada daerah dengan resistensi klorokuin, pasien memerlukan
pengobatan supresif yaitu dengan meflokuin 5 mg/ kgBB/ minggu atau
doksisiklin 100mg/ hari atau sulfadoksin 500 mg/ hari atau pirimetamin 25
mg (3 tablet sekali minum) (Soedarmo dkk, 2010 dalam Nurmaulina
2017).
c. Pencegahan dan pengobatan malaria pada wanita hamil,meliputi:
1) Kolrokuin, bukan kontraindikasi.
2) Profilaksis dengan klorokuin 5 mg/ kgBB/ minggu dan proguanil 3
mg/kg BB/ hari untuk daerah yang masih sensitif klorokuin.
3) Meflokuin 5 mg/ kgBB/ minggu diberikan pada
bulankeempatkehamilanuntuk daerah di manaplasmodiumnya resisten
klorokuin.
4) Profilaksis dengan doksisiklin tidak diperbolehkan(Harijanto dkk,
2012 dalam Nurmaulina 2017).
d. Informasi tentang donor darah. Calon donor yang datangke daerah
endemik dan berasal dari daerah non endemikserta tidak menunjukkan
keluhan dan gejala klinis malaria,boleh mendonorkan darahnya selama 6
bulan sejak diadatang.Calon donor tersebut apabila telah diberipengobatan
profilaksis malaria dan telah menetap didaerah itu 6 bulan atau lebih serta
tidak menunjukkangejala klinis, maka diperbolehkan menjadi donor
selama 3tahun. Banyak penelitian melaporkan bahwa donor daridaerah
endemik malaria merupakan sumber infeksi(Widoyono, 2011 dalam
Nurmaulina, 2017).
31
H. Kerangka Teori
Faktor Internal
a. Karakteristik
Umur
Jenis kelamin
Pendidikan
Pekerjaan
b. Perilaku
Pemakaian Kelambu
Penggunaan Obat Anti
Nyamuk
Gambar 2.3 Kerangka Teori
Sumber: Depkes RI (2009), Harijanto (2000)
Kejadian Malaria
Faktor Eksternal a. Agent
Plasmodium
b. Lingkungan
1. Fisik
Dalam Rumah
Suhu
Kelembaban
Dinding Rumah
Langit- langit Rumah
Penggunaan Kawat Kassa
Luar Rumah
Semak – semak
Genangan air/ selokan
2. Kimia
Air Tawar
Air Payau
Air Garam
3. Biologi
Kandang hewan besar
32
I. Kerangka Konsep
Faktor Internal
Perilaku
Pemakaian Kelambu
Penggunaan Obat Anti
Nyamuk
Gambar 2.4 Kerangka Konsep
Kejadian Malaria
Faktor Eksternal
Lingkungan Fisik
Dalam Rumah
Dinding Rumah
Langit-langit Rumah
Penggunaan Kawat Kassa
Luar Rumah
Semak – semak
Genangan air/ selokan
33
J. Hipotesis
1. Ada hubungan genangan air atau selokan dengan kejadian malaria
diwilayah kerja puskesmas Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten
Pesawaran.
2. Ada hubungan semak - semak dengan kejadian malaria diwilayah kerja
puskesmas Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran.
3. Ada hubungan dinding rumah dengan kejadian malaria diwilayah kerja
puskesmas Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran.
4. Ada hubungan langit – langit rumah dengan kejadian malaria diwilayah
kerja puskesmas Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran.
5. Ada hubungan penggunaan kawat kassa dengan kejadian malaria
diwilayah kerja puskesmas Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten
Pesawaran.
6. Ada hubungan kebiasaan menggunakan anti nyamuk dengan kejadian
malaria diwilayah kerja puskesmas Hanura Kecamatan Teluk Pandan
Kabupaten Pesawaran.
7. Ada hubungan penggunaan kelambu dengan kejadian malaria diwilayah
kerja puskesmas Hanura Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Pesawaran