Upload
others
View
17
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI, TABUNGAN ASURANSI
PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN PT. TASPEN (PERSERO)
2.1 Asuransi
2.1.1 Pengertian asuransi
Perasuransian adalah istilah hukum (legal term) yang dipakai dalam
perundang-undanngan dan perusahaan perasuransian. Istilah perasuransian berasal
dari kata “asuransi” yang berarti pertanggungan atau perlindungan atas suatu
objek dari ancaman bahaya yang menimbulkan kerugian.19 Apabila kata
“asuransi” diberi imbuhan per-an, maka muncul istilah “perasuransian”, yang
berarti segala usaha yang berkenaan dengan asuransi. Istilah asuransi adalah
serapan dari istilah assurantie (Belanda), assurance (Inggris) banyak dipakai, baik
dalam kegiatan bisnis maupun pendidikan hukum di perguruan tinggi hukum
sebagai sinonim.20
H. M. N. Poerwosutjipto, memberikan definisi asuransi adalah sebagai
berikut.
Suatu perjanjian timbal balik antara penanggung dengan penutup asuransi, dimana penanggung mengikatkan diri untuk mengganti kerugian dan atau membayar sejumlah uang atau santunan yang ditetapkan pada waktu penutupan perjanjian, kepada penutup asuransi atau orang lain yang ditunjuk, pada waktu terjadinya evenemen, sedangkan penutup asuransi mengikatkan diri untuk membayar uang premi.21
19Abdulkadir Muhammad, 2006. Hukum Asuransi Indonesia, Cet. IV, Citra Aditya Bakti, Bandung (selanjutnya disebut Abdulkadir Muhammad I), h.6 20Abdulkadir Muhammad, 1978. Pokok-Pokok Hukum Pertanggungan, Cet. I, Alumni, Bandung (selanjutnya disingkat Abdulkadir Muhammad II), h.6 21H.M.N. Poerwosutjipto, opcit. h.10
18
19
Menurut pendapat Wirjono Projodikoro, menjelaskan asuransi sebagai berikut.
dalam suatu asuransi terlibat dua pihak, yaitu satu sanggup menanggung atau menjamin bahwa pihak lain akan mendapat penggantian suatu kerugian, yang mungkin akan ia derita sebagai akibat dari suatu peristiwa yang semula belum tentu terjadi atau semula belum dapat ditentukan saat terjadinya. Suatu kontraprestasi dari pertanggungan ini, pihak yang ditanggungkan itu diwajibkan membayar sejumlah uang kepada pihak yang menanggung, apabila kemudian ternyata peristiwa yang dimaksudkan akan terjadi. 22
C.S.T Kansil memberikan definsi mengenai risiko adalah suatu ketidaktentuan
yang berarti kemungkinan terjadinya suatu kerugian dimasa yang akan datang,
jadi asuransi menjadikan suatu ketidakpastian menjadi suatu kepastian yaitu
dalam hal terjadi kerugian, maka akan memperoleh ganti rugi.23
Dari definisi para sarjana yang diberikan mengenai pengertian asuransi
tersebut diketahui bahwa inti dari tujuan asuransi adalah mengalihkan risiko dari
tertanggung yang mempunyai kepentingan terhadap obyek asuransi kepada
penanggung yang timbul akibat adanya bahaya terhadap harta kekayaan atau
terhadap jiwanya kepada penanggung dengan melakukan kewajiban
membayarkan premi dan berhak mendapat pembayaran atas kerugian yang
diderita oleh tertanggung.
Pengertian asuransi diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(KUHD), dalam Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dinyatakan
bahwa asuransi adalah :
“suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan dirinya
kepada seorang tertanggung dengan menerima kerugian atau kehilangan
22Wirjono Projodikoro, opcit. h. 1 23 C.S.T. Kansil, 2002 , Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta. h.178
20
keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu
peristiwa tidak tertentu”.
Sedangkan pengertian asuransi dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 2
Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian merumuskan :
perjanjian antara dua pihak atau lebih, yaitu pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul akibat suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
Bila ditelaah lebih lanjut pengertian asuransi dalam pasal 246 KUHD, hanya
mencakup bidang asuransi kerugian tidak termasuk ke dalam asuransi jiwa,
karena KUHD memandang jiwa manusia bukanlah harta kekayaan berbeda
dengan pengertian asuransi menurut Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang No 2
Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian definisi maupun ruang lingkupnya
lebih luas, disamping mengatur asuransi kerugian juga meliputi asuransi jiwa. Hal
itu terlihat jelas pada rumusan kata-kata : “… atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggalnya atau hidupnya seseorang yang
dipertanggung jawabkan”. Walaupun demikian rumusan asuransi dari pasal 246
KUHD berlaku secara umum.
Berdasarkan perundang-undangan yang terbaru mengenai perasuransian,
dimuat ketentuan dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 40 Tahun 2014
Tentang Perasruansian merumuskan :
asuransi adalah perjannjian dua belah pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerima premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:
21
a. memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau
b. memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
Dari pengertian asuransi dalam Undang-Undang No 40 Tahun 2014 Tentang
Perasuransian bila dibandingkan dengan pengertian asuransi dalam Pasal 246
KUHD dan Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang No 2 Tahun 1992, definisi yang
diberikan lebih jelas dikarenakan dalam rumusannya lebih menyempurnakan dari
undang-undang sebelumnya. Akan tetapi dapat disimpulkan bahwa asuransi
adalah suatu alat untuk mengurangi risiko yang melekat di dalam kehidupan
tertanggung kepada penanggung yang menerima premi asuransi, untuk
memberikan pembayaran maupun penggantian kepada tertanggung akibat risiko
ataupun kergian yang diderita oleh tertanggung dengan manfaat yang besarnya
telah ditetapkan atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
Dari ketentuan Pasal 246 KUHD, Pasal 1 Undang-Undang No.2 Tahun 1992
Tentang Usaha Perasuransian dan Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang N0 40 Tahun
2014 Tentang Perasuransian, dapat disebutkan bahwa terdapat beberapa unsur dari
asuransi, yaitu :
1. Asuransi adalah suatu perjanjian;
2. Premi merupakan prasyarat perjanjian;
3. Penanggung akan memberikan pergantian kepada tertanggung, dan
4. Kemungkinan terjadinya peristiwa tak tertentu atau peristiwa yang tidak pasti.
22
Asuransi sebagai suatu perjanjian atau perikatan sebagaimana perjanjian
lainnya yang tunduk kepada Hukum Perikatan. Hukum Perikatan tersebut termuat
dalam Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tentang Perikatan.
Perikatan adalah hubungan hukum yang terjadi di antara dua orang atau lebih,
yang terletak di dalam harta kekayaan, dimana pihak yang satu berhak atas
prestasi dan pihak yang lainnya wajib memenuhi prestasi itu.24
2.1.2 Jenis-jenis asuransi
Jenis-jenis Asuransi menurut Pasal 247 KUHD, yaitu :
a. asuransi terhadap bahaya kebakaran ;
b. asuransi bahaya yang mengancam hasil-hasil pertanian yang belum
dipanen ;
c. asuransi terhadap jiwa, satu atau beberapa orang ;
d. asuransi terhadap bahaya laut, dan
e. asuransi terhadap bahaya yang mengancam pengangkutan di darat, di
sungai dan di perairan pedalaman.
Menurut ketentuan Pasal 2 Undang-Undang No. 40 Tahun 2014 Tentang
Perasuransian bahwa ruang lingkup usaha perasuransian mencakup :
1. Perusahaan asuransi umum hanya dapat menyelenggarakan : a. Usaha Asuransi Umum, termasuk lini usaha asuransi kesehatan dan
lini usaha asuransi kecelakaan diri; dan b. Usaha Reasuransi untuk risiko Perusahaan Umum lain.
2. Perusahaan asuransi jiwa hanya dapat menyelenggarakan Usaha Asuransi Jiwa termasuk lini anuitas, lini usaha asuransi kesehatan, dan lini usaha asuransi kecelakaan diri,
3. Perusahaan reasuransi hanya dapat menyelenggarakan Usaha Reasuransi.
24Subekti, 1993. Hukum Perjanjian, PT. Intermasa, Bandung, h.7
23
Di samping pembagian jenis-jenis asuransi diatas, pembagian asuransi
menurut ilmu pengetahuan dijabarkan sebagai berikut.
1. Asuransi kerugian
Asuransi kerugian adalah suatu asuransi atau pertanggungan dimana
penanggung mengikatkan diri untuk melakukan prestasi dalam bentuk mengganti
kerugian sepanjang ada kerugian yang timbul. Dari jenis-jenis asuransi yang
disebutkan dalam Pasal 247 KUHD yang termasuk dalam asuransi kerugian antara
lain :
a. Asuransi kebakaran adalah asuransi yang menjamin penggantian kerugian
yang diderita sebagai akibat kebakaran.
b. Asuransi terhadap bahaya yang mengancam hasil pertanian yang belum
dipanen yaitu asuransi yang menjamin penggantian kerugian yang diderita
akibat adanya bahaya yang mengancam hasil pertanian yang belum
dipanen.
c. Asuransi terhadap bahaya laut yaitu asuransi yang menjamin penggantian
kerugian yang diderita atas barang-barang yang ada di dalam
pengangkutan atau pengiriman lewat laut.
d. Asuransi terhadap bahaya yang mengancam pengangkutan perairan di
pedalaman yaitu asuransi yang menjamin penggantian kerugian yang
diderita atau pengiriman melalui perairan pedalaman.
2. Asuransi sejumlah uang
Asuransi sejumlah uang merupakan suatu pertanggungan yang penanggung
berjanji akan membayar sejumlah uang yang jumlahnya sudah ditentukan
24
sebelumnya tanpa disandarkan pada suatu kerugian tertentu. Penentuan jumlah
uang yang harus dibayarkan oleh ppenanggung pada tertanggung diserahkan
sepenuhnya atas kesepakatan kedua belah pihak.25
Pembagian asuransi berdasarkan persesuaian kehendak dapat dibagi menjadi
dua yaitu sebagaimana diuraikan dibawah ini.
1. Asuransi sukarela ( free voluntary insurance )
Para pihak dalam jenis asuransi ini di dalam mengadakan perjanjian bebas
atau tidak ada paksaan dari pihak luar atau pihak lawan. Penanggung
secara sukarela dengan persetujuan nya sendiri mengikatkan diri untuk
memikul risiko, sedang pihak tertanggung juga dengan sukarela membayar
premi sebagai imbalan memperlihatkan resikonya kepada pidak
penanggung. Jenis asuransi ini memang merupakan salah satu usaha untuk
mencari keuntungan, oleh sebab itu asuransi ini juga disebut commercial
insurance.
2. Asuransi wajib ( compulsary insurance )
Asuransi ini ada unsur paksaan bagi pihak tertanggung karena diwajibkan
oleh suatu peraturan, pihak yang mewajibkan ini ialah pihak pemerintah.
Tetapi tidak selalu dimonopoli oleh pemerintah sebab bisa saja pemerintah
menunjuk badan swasta sebagai penanggung. Tujuan pemerintah
mewajibkan masuk asuransi ini dengan pertimbangan melindungi dari
bahaya yang akan menimpanya.atau dengan perkataan lain untuk
25Made Puri Adyani Sangging, 1995. Hukum Asuransi, Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, h. 26
25
memberikan jaminan social sebagai suatu Social Insurance atau
Government Insurance.26
2.1.3 Tujuan asuransi
Pada hakikatnya setiap orang akan selalu mengahadapi suatu risiko baik
terhadap dirinya maupun harta bendanya, yang disebut risiko adalah kewajiban
menanggung atau memikul kerugian sebagai akibat suatu peristiwa diluar
kesalahannya yang menimpa diri atau benda yang menjadi miliknya. Persoalan
risiko ini berpangkal pada terjadinya suatu peristiwa diluar kesalahan salah satu
pihak yang telah mengadakan perjanjian. Sehingga yang menjadi tujuan asuransi
adalah sebgai tujuan ganti rugi.
Tujuan asuransi jiwa sebagaimana dikutip oleh H. Abbas Salim yaitu :
1. Dari segi masyarakat umumnya (social)
Asuransi jiwa bisa memberikan keuntungan-keuntungan tertentu terhadap
individu maupun masyrakat, yaitu :
a. Mententramkan kepala keluarga, dalam arti memberi jaminan penghasilan,
pendidikan apabila kepalan keluarga tersebut meninggal dunia.
b. Dengan membeli polis asuransi jiwa dapat digunakan sebagai alat untuk
menabung (saving). Pada umunya pendapatan per capita dari masyarakat
masih sangat rendah, karena dalam praktek terlihat bahwa keinginan
masyarakat untuk membeli asuransi jiwa sangat sedikit.
c. Sebagai sumber penghasilan (earning power).
26Emmy Pangaribuan Simanjuntak, op.cit. h.5
26
d. Tujuan lain asuransi jiwa ialah untuk pengobatan dan menjamin kepada
keturunan andaikata yang mengasuransikan tidak mampu untuk mendidik
anak-anaknya (beasiswa/pendidikan).
2. Dari segi pemerintah/publik
Perusahaan asuransi jiwa di Negara ini yang besar operasinya, umumnya
kepunyaan pemerintah. Perusahaan asuransi merupakan suatu lenbaga
keuangan yang memberikan fasilitas untuk pembiayaan yang dapat
dipergunakan dalam tahap pembangunan ekonomi Indonesia. Berdasarkan
pada Undang-Undang No. 19 Tahun 1960 Tentang Perusahaan Negara,
tenyata bahwa sumbangan lembaga asuransi terhadap pembangunan ekonomi
ialah :
1. Sebagai alat pembentukan modal (capital formation).
2. Lembaga penabung (saving).
Jadi dapat dikatakan bahwa, tujuan perusahaan asuransi jiwa adalah
untuk turut membangun ekonomi nasional di bidang perasuransian jiwa sesuai
dengan Repelita, dengan mengutamakan kebutuhan rakyat dan ketentraman
serta kesenangan bekerja dalam perusahaan menuju masyarakat adil dan
makmur materiil dan spiritual.27
2.1.4 Klaim dalam perjanjian asuransi
Klaim adalah suatu tuntutan atas suatu hak, yang timbul karena
persyaratan dalam perjanjian yang ditentukan sebelumnya telah dipenuhi.
Sedangkan klaim asuransi jiwa adalah suatu tuntutan dari pihak tertanggung yang
27H. Abbas Salim, 1995, Dasar-Dasar Asuransi, Tarsito, Bandung, h.26
27
ditunnjuk kepada pihak asuransi, atas sejumlah Uang Pertanggungan (UP) atau
Nilai tunai yang timbul karena syarat-syarat dalam perjanjian asuransinya telah
dipenuhi.
Penyebab terjadinya klaim yaitu :
1. Tertanggung meninggal dunia.
2. Pemegang polis menghentikan pembayaran preminya dan memutuskan
perjanjian asuransinya pada saat polisnya sudah mempunyai nilai tunai.
3. Perjanjian asuransi sudah berakhir dengan jangka waktu yang tercantum
dalam polis dan kewajiban pemegang polis dalam keadaan lapse tetapi
telah mempunyai nilai tunai (habis kontrak bebas premi).
4. Tertanggung mendapat kecelakaan.
5. Tertanggung karena suatu penyakit perlu di opname atau rawat jalan.
Macam-macam klaim yaitu :
1. Klaim meninggal dunia
Timbul jika tertanggung atau peserta yang tercantum dalam polis
meninggal dunia, sedangkan polisnya dalam keadaan berlaku.
2. Klaim penebusan
Timbul jika polis sudah mempunyai nilai tunai, sedangkan pemegang polis
memutuskan perjanjian asuransinya.
3. Klaim habis kontrak
Timbul jika waktu perjanjian asuransi sudah berakhir, sedangkan polisnya
dalam keadaan inforce ( premi telah dibayar sampai jangka waktu
kontrak).
28
4. Klaim kecelakaan
Timbul akibat tertanggiung mendapat kecelakaan dan polisnya masih
dalam keadaan inforce.
5. Klaim (Asuransi Rawat Inap dan Pembedahan) + Rawat Jalan
Timbul akibat peserta menderita suatu penyakit dan perlu diopname atau
cukup hanya dengan rawat jalan.
2.2 Tabungan Asuransi Pegawai Negeri Sipil
2.2.1 Pengertian tabungan asuransi pegawai negeri sipil.
Di Indonesia, asuransi sosial merupakan salah satu dari beberapa jenis
asuransi yang umumnya relatif masih baru dibandingkan dengan jenis asuransi
lainnya.28 Hal ini disebabkan timbulnya asuransi sosial berbeda latar belakangnya
dengan asuransi yang lain, dimana asuransi sosial justru timbul karena adanya
suatu kebutuhan masyarakat akan terselenggaranya suatu jaminan sosial. Jadi,
karena adanya suatu kebutuhan masyarakat dalam perkembangannya dimana
suatu jaminan sosial itu sudah merupakan suatu hal yang demikian mendesak dan
tidak dapat ditunda.
Bagi pemerintah Indonesia usaha-usaha untuk mningkatkan kesejahteraan
Pegawai Negeri Sipil adalah sangat penting, karena Pegawai Negeri Sipil sebagai
alat Negara dan abdi Negara serta abdi masyarakat mempunyai potensi yang dapat
menentukan kelancaran pelaksanaan pembangunan nasional sehingga dianggap
28Djoko Prakoso, op.cit. h.338
29
perlu untuk selalu dibina kesejahteraannya agar dapat dipelihara dan
dikembangkan daya cipta, daya guna dan hasil gunanya.29
Usaha pembinaan kesejahteraan dimaksud berupa jaminan sosial yang
merupakan perlindungan kesejahteraan masyarakat yang diselenggarakan atau
dibina oleh pemerintah untuk menjaga dan meningkatkan taraf hidup rakyat, yang
dalam hal ini berwujud asuransi sosial.
Pada dasarnya asuransi sosial hampir sama dengan asuransi pada umunya,
tetapi harus ada satu unsur lagi ialah adanya unsur wajib, sehingga unsur asuransi
sosial itu adalah :
a. Penanggung, biasanya suatu organisasi dibawah wewenang Pemerintah;
b. Tertanggung, biasanya masyarakat luas anggota/golongan masyarakat
tertentu;
c. Risiko, suatu kerugian yang sudah diatur dan ditentukan terlebih dahulu;
d. Wajib, berdasarkan suatu ketentuan undang-undang atau peraturan lain.
Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil, yaitu suatu program asuransi yang
membeikan jaminan keuangan bagi peserta pada waktu mencapai pensiun ataupun
bagi ahli warisnya pada waktu peserta meninggal dunia sebelum mencapai
pensiun.30
Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil atau sering disebut Dana Tabungan dan
Asuransi Pegawai Negeri Sipil adalah suatu asuransi semacam asuransi dwiguna
yang memberikan jaminan pada saat seseorang itu pensiun maupun membayarkan
haknya kepada ahli warisnya bilamana peserta itu meningggal dunia. Kemudian
29Djoko Prakoso, op.cit. h.333 30Djoko Prakoso, op.cit. h.340
30
ditambah juga pada program Taspen ialah Asuransi Kematian yang tidak lain
adalah sekedar sumbangan kematian yang dipakai untuk uang kubur, bilamana
peserta itu sendiri meninggal dunia, istri maupun anak-anaknya.
Asuransi kematian ini berlaku seumur hidup, sehingga bilamana peserta yang
pensiun dan meninggal dunia, maka ia masih mempunyai hak asuransi kematian
dirinya sendiri, istri, untuk anak-anaknya sampai batas 21 tahun, asuransi yang
diselenggarakan Taspen ini mengandung suatu ciri khas, bahwa premi hanya
dibayarkan pada saat seseorang itu aktif, biasanya bila seorang sudah pensiun,
maka ia tidak dipungut premi lagi, namun demikian hak asuransinya terus berjalan
terus, sehingga bilamana meninggal dunia sebagai penerima pensiun maka kepada
dirinya masih akan dibayarkan asuransi kematian.
Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil (Aspens) termasuk jenis asuransi wajib
(compulsory insurance) karena :
a. Berlakunya Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil karena diwajibkan oleh
Peraturan Perundang-undangan, bukan berdasarkan perjanjian;
b. Pihak penyelenggara Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil adalah
pemerintah yang didelegasikan kepada Badan Usaha Milik Negara
(BUMN);
c. Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil bermotif perlindungan masyarakat
(social security) yang dananya dihimpun dari masyarakat Pegawai Negeri
Sipil dan digunakan untuk kepentingan masyarakat Pegawai Negeri Sipil
yang diancam risiko pensiun dan hari tua;
31
d. Dana yang telah terkumpul dari masyarakat Pegawai Negeri Sipil tetapi
belum digunakan sebagai dana pensiun dan hari tua, dimanfaatkan untuk
kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil melalui program investasi.
2.2.2 Pihak-pihak dalam Tabungan Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil Menurut Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang
Pegawai Negeri adalah setiap warga Negara Republik Indonesia yang telah
memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan
diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas Negara lainnya, dan
digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebagai aparatur
Negara, Pegawai Negeri Sipil dapat dinilai mempunyai potensi yang menentukan
kelancaran pelaksanaan tugas pemerintah dan pembangunan nasional. Untuk
mendukung potensi ini perlu dibina dan dikembangkan tingkat kesejahteraannya.
Dalam Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981, yang
dimaksud sebagai peserta adalah semua Pegawai Negeri Sipil, kecuali Pegawai
Negeri Sipil di lingkugan Departemen Pertahanan Keamanan adalah peserta
asuransi sosial. Pada Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981
menyebutkan bahwa pegawai lain termasuk Pegawai Badan Usaha Milik Negara
dapat ditetapkan sebagai peserta asuransi sosial dengan Peraturan Pemerintah
sendiri.
Sebagai penyelenggara asuransi sosial adalah Negara atau suatu organisasi
di bawah wewenang Negara, dalam hal ini menurut Pasal 13 Peraturan
Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981, memetukan bahwa untuk menyelenggarakan
asuransi sosial ini didirikan suatu Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk
32
Perusahaan Perseroan (Persero). Dengan demikian fungsi sosial dari asuransi
sosial tampak jelas, yaitu bahwa disatu pihak asuransi sosial ini menuju ke satu
system jaminan sosial, untuk kesejahteraan masyarakat, dan dilain pihak dana
yang terkumpul dan yang dikuasai Negara akan kembali kepada masyarakat.
Dalam hukum asuransi, pihak yang membayar premi disebut tertanggung,
sedangkan pihak penerima premi disebut penanggung. Dalam asuransi pensiun
peserta adalah pihak yang membayar iuran kepada Badan Penyelenggara, yang
berposisi sebagai tertanggung. Sedangkan Badan Penyelenggara adalah pihak
penanggung yang menerima pembayaran iuran. Badan Penyelenggara adalah
penanggung dalam Asuransi Pensiun. Penanggung ini adalah pemerintah yang
didelegasikan kepada Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk Perusahaan
Perseroan (Persero).31
Perusahaan Perseroan yang dimaksud diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 26 Tahun 1981 Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum Tabungan
dan Asuransi Pegawai Negeri (Perum Taspen) menjadi Perseroan Terbatas (PT.
Taspen). Dalam Pasal 6 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 45/KMK.013/1992
tentang Persyaratan dan Besarnya Tabungan Hari Tua dan Asuransi Kematian
bagi Pegawai Negeri Sipil ditentukan bahwa ketentuan-ketentuan teknis
mengenai pelaksanaan keputusan ini akan diatur lebih lanjut oleh Direksi PT.
Taspen (Perseo). Berdasarkan ketentuan ini bahwa Badan Penyelenggara Asuransi
Sosial Pegawai Negeri Sipil adalah PT. Taspen (Persero).32
31Abdulkadir Muhammad, op.cit. h. 237 32Djoko Prakoso, op.cit. h.238
33
2.2.3 Premi tabungan asuransi pegawai negeri sipil
Dalam suatu asuransi terlibat dua pihak, yang satu sanggup menangggung
atau menjamin bahwa pihak lain akan mendapat pengggantian dari suatu
kerugian yang mungkin akan dideritanya sebagai suatu akibat dari suatu peristiwa
yang semula belum tentu akan terjadi atau semula belum tentu dapat ditentukan
saat akan terjadinya.
Selaku kontra prestasi dari pertanggungan ini bahwa pihak yang
ditanggung itu diwajibkan membayar sejumlah uang kepada pihak yang
menanggung. Uang tersebut akan tetap menjadi milik pihak yang menanggung
apabila kemudian ternyata peristiwa yang dimaksud itu tidak terjadi.
Dalam pasal 246 KUHD terdapat kalimat “ dengan mana seorang
penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung dengan menerima
suatu premi “. Dari kalimat ini dapat diketahui bahwa premi adalah kewajiban
yang harus dipenuhi oleh tertanggung kepada penanggung.
Dalam hubungan hukum pertanggungan, penanggung menerima peralihan
risiko dari tertanggung dan tertanggung membayar sejumlah premi sebagai
imbalannya. Apabila premi tidak dibayar, pertanggungan dapat diputuskan, atau
setidak-tidaknya pertanggungan itu tidak berjalan. Sebagai suatu perjanjian timbal
balik, perjanjian bersifat konsensual, artinya sejak terjadinya kata sepakat,
timbullah hak dan kewajiban diantara para pihak.
Pada pertanggungan yang diadakan untuk jangka waktu tertentu atau
untuk suatu perjalanan, premi dibayar lebih dahulu pada saat bahaya mulai
berjalan. Tetapi pada pertanggungan yang diadakan untuk jangka waktu yang
34
panjang, pembayaran premi dapat ditentukan secara periodik, misalnya tiap bulan
dan pembayaran dilakukan pada permulaan periodik.
Dalam Taspen mempunyai ciri khas, bahwa premi hanya dibayarkan pada
saat orang itu aktif, biasanya bila seseorang sudah pensiun, maka ia tidak akan
dipungut premi lagi, sehingga bilamana meninggal dunia sebagai penerima
pensiun maka kepada dirinya masih bisa dibayarkan asuransi kematian.
Pada Keppres No.56 Tahun 1974 yang telah dirubah menjadi Keppres No.
8 Tahun 1977 besarnya premi yang harus dibayarkan oleh tertanggung sebagai
peserta Tabungan Hari Tua adalah sebesar 3,25% dikalikan dari penghasilan yang
diterima oleh pegawai negeri sipil. Penghasilan yang dimaksud adalah termasuk
dari gaji pokok ditambah tunjangan istri/suami dan tunjangan anak. Untuk
penerima pensiun, khususnya yang berstatus sebagai PNS dan atau Pejabat
Negara sebagai peserta Program Pensiun PT. Taspen (Persero) semasa aktif wajib
membayar iuran yang besarnya adalah 4,75% dari penghasilan sebulan.
2.3 PT. TASPEN (PERSERO)
2.3.1 Sejarah Singkat Berdirinya PT. TASPEN (Persero) Kantor Cabang
Denpasar
PT. Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri, sering kali disebut PT.
TASPEN (PERSERO) adalah Suatu Badan Milik Negara (BUMN) yang diberi
mandat oleh Pemerintah untuk menyenggarakan program Asuransi Sosial
Pegawai Negeri Sipil yang terdiri dari Program Tabungan Hari Tua (THT) dan
Dana Pensiun bagi Pegawai Negeri (PNS). PT. TASPEN (PERSERO) didirikan
35
oleh Pemerintah Republik Indonesia di Jakarta pada tanggal 17 April 1963
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor: 15/1963 tentang Pendirian Perusahaan
Negara Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri dan telah beberapa kali
mengalami perubahan bentuk Badan Hukum menjadi Perseroan Terbatas sehingga
bernama PT. Taspen (Persero), terakhir melalui Peraturan Pemerintah Nomor:
26/1981 tanggal 30 Juli 1981. Sebagai tindak lanjutnya maka dibuatkan akta
pendirian atau Anggaran dasar dengan Akta Nomor: 3 tahun 1982 tanggal 4
Januari 1982 dan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir melalui Akta
Nomor 10 tahun 1998 tanggal 2 Juli 1998 dihadapan notaris Zulkifli Harahap, SH
pengganti Notaris Imas Fatimah, SH. Perubahan tersebut dalam rangka
penyesuaian terhadap Undang-Undang Nomor: 1 tahun 1995 tentang Perseroan
Terbatas.
Pembayaran pensiun sampai saat ini masih ditetapkan dengan sistem pay
as you go dimana seluruh pembiayaannya dibebankan dalam APBN. Namun
demikian sejak tahun 1994 sampai dengan 2009. Pemerintah meminta PT. Taspen
(Persero) melakukan sharing terhadap pembayaran manfaat pensiun yaitu dari
akumulasi dana yang berasal dari akumulasi iuran pensiun (PNS).
Dalam rangka melaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1981
dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1981, Menteri Keuangan menerbitkan
surat dengan Nomor : S-244/MK.011/1985 perihal penempatan Dana Pensiun
PNS pada PT. Taspen (Persero) menyatakan bahwa Dana Pensiun yang semula
ditempatkan pada bank-bank pemerintah dialihkan ke PT. Taspen (Persero).
Selanjutnya pembayaran pensiun yang semula dilakukan melalui Kantor Kas
36
Negara Departemen Keuangan diahlikan ke PT. Taspen (Persero) secara bertahap
mulai tahun 1987.
Guna mendukung pelayanan yang berorientasi pada keputusan peserta PT.
Taspen (Persero) menetapkan suatu acuan semangat yang tercantum dalam motto
perusahaan yaitu: “layanan dan kinerja selalu ditingkatkan”. Dalam
pelaksanaannya, pelayanan kepada peserta didasarkan pada target mutu pelayanan
yang meliputi tepat orang, tepat waktu, tepat jumlah, tepat tempat, tepat
administrasi (5T).
Berdasarkan motto dan target mutu pelayanan yang ditetapkan, PT.
Taspen (Persero) menerapkan pola pelayanan 1 (satu) jam selesai untuk
penyelesaian santunan dengan surat pemerintah pembayaran (SPP), yaitu jangka
waktu pemrosesan sejak dokumen diterimah secara lengkap dan benar sampai saat
pembayaran.
Untuk meningkatkan pemahaman mengenai hak dak kewajiban serta lebih
mendekatai diri kepada pesertanya, PT. Taspen (Persero) membuka jaringan
pelayanan dengan jangkauan yang cukup luas dan tersebar di seluruh Indonesia
sebagai berikut: 6 (enam) Kantor Cabang Utama dan 39 (tiga puluh sembilan)
Kantor Cabang di seluruh Indonesia.
Gedung PT. TASPEN (PERSERO) Kantor Cabang Denpasar mulai
dibangun pada tahun 1988 dan mulai diresmikan menjadi Kanwil III PT.
TASPEN (PERSERO) Denpasar pada tahun 1986 yang pada saat itu dikepalai
oleh Bapak J. Rosjadi. Kanwil III PT. TASPEN (PERSERO) Denpasar
37
membawahi 2 Kantor Cabang Pembantu untuk membayar THT Pensiun secara
tunai yaitu Kantor Cabang pembantu Ahmad Yani dan Kantor Cabang Singaraja.
Pada tahun 1987 Kanwil III PT. TASPEN (PERSERO) Denpasar
diresmikan menjadi PT. TASPEN (PERSERO) Kantor Cabang Utama Denpasar
oleh Direktur Utama PT. TASPEN (PERSERO) Drs. Ida Bagus Putu Sarga
dengan Gubernur Provinsi Bali Dr. Ida Bagus Oka, sedangkan Kantor Cabang
Pembantu operasionalnya digabung menjadi satu di PT. TASPEN (PERSERO)
Kantor Cabang Utama Denpasar.
Pada tahun 2007 PT. TASPEN (PERSERO) Kantor Cabang Utama
Denpasar berubah menjadi PT. TASPEN (PERSERO) Kantor Cabang Denpasar,
sedangkan Kantor Cabang Utamanya dialihkan ke Surabaya.
Logo pada PT. TASPEN dibuat bertujuan untuk mencitrakan suatu
perusahaan atau instansi yang mana logo nya seperti berikut:
Gambar Logo TASPEN
(Sumber : www.taspen.com)
Untuk lebih mengenal logo ini, ada baiknya bisa memaknai arti dari
symbol-simbol dan warna yang digunakan tersebut :
38
1) Bunga dengan 5 (lima) helai daun melambangkan Pegawai Negeri Sipil
(PNS) peserta TASPEN yang meliputi suami, istri dan 3 (tiga) orang anak.
2) Lingkaran putih yang makin mengembang pada bunga, melambangkan
pekerjaan yang melaju pesat dari arah tujuan TASPEN.
3) Lingkaran hitam melambangkan wawasan Nusantara.
4) Warna biru melambangkan ketentraman, damai dan tenang.
5) Makna secara keseluruhan, logo TASPEN ini bermakna jaminan hari tua
pegawai negeri.
2.3.2 Tujuan PT. TASPEN (PERSERO) Kantor Cabang Denpasar
Setiap perusahaan tentunya memiliki visi dan misi sebagai landasan untuk
dapat mencapai kesuksesan, baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan
datang. Berikut ini merupakan visi dan misi PT. TASPEN (PERSERO) :
Visi PT. TASPEN
“Menjadi pengelola Dana Pensiun dan THT serta jaminan sosial lainnya yang
terpercaya”.
Makna Visi
a) Menjadi pengelola Dana Pensiun dan THT serta jaminan sosial
lainnya.
Ruang lingkup usaha Taspen adalah menyelenggarakan program
Tabungan Hari Tua (termasuk asuransi kematian), Dana Pensiun
(termasuk Uang Duka Wafat), program kesejahteraan PNS serta
program jaminan sosial lainnya.
39
b) Terpercaya. Taspen menjadi pilihan peserta dan stakeholder lainnya
dengan kinerja yang bersih dan sehat.
c) Bersih. Taspen beroperasi dengan menerapkan tata kelola perusahaan
yang baik (Good Corporate Governance).
d) Sehat. Adanya peningkatan kinerja yang berkesinambungan pada
bidang keuangan maupun non keuangan.
Misi PT. TASPEN
“Mewujudkan manfaat dan pelayanan tentang semakin baik bagi peserta dan
Stakeholder lainnya secara profesional dan akuntabel, berlandaskan integritas dan
etika yang tinggi”.
Makna Misi
a) Manfaat dan pelayanan yang semakin baik. Untuk memenuhi harapan
peserta yang semakin tinggi, Taspen berupaya meningkatkan nilai
manfaat dan pelayanan secara optimal.
b) Profesional. Taspen bekerja dengan terampil dan mampu memberikan
solusi dengan 5 Tepat (tepat orang, tepat waktu, tepat jumlah, tepat
tempat dan tepat administrasi) didukung dengan SDM yang memiliki
integritas dan kompetensi yang tinggi.
c) Akuntabel. Taspen dalam melaksanakan pekerjaan berdasarkan sistem
dan prosedur kerja yang dapat dipertanggungjawabkan.
d) Integritas. Taspen senantiasa konsistedalam memegang amanah, jujur
dan melaksanakan janji sesuai visi dan misi.
40
e) Etika. Taspen melayani peserta dan keluarganya dengan ramah,
rendah hati, santun, sabar dan manusiawi.
Visi dan misi tersebut merupakan pelaksanaan dari misi perusahaan sehingga
dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor: 25 Tahun 1981 dan Anggaran
Dasar Perusahaan yaitu:
1) Meningkatkan kesejahteraan peserta terutama Pegawai Negeri Sipil dan
karyawan BUMN/BUMD.
2) Meningkatkan pelayanan kepada peserta.
3) Menumbuh kembangkan kepercayaan kepada peserta dan masyarakat
bahwa perusahaan mampu memenuhi kewajibannya.