49
35 BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK TANGGUNGAN, SERTIPIKAT HAK TANGGUNGAN DAN OVERMACHT 1.1 Akta Pemberian Hak Tanggungan 2.1.1 Pengertian Hak Tanggungan Dan Sertipikat Hak Tanggungan Hak tanggungan adalah lembaga jaminan untuk benda tidak bergerak yang berupa tanah. Menurut Boedi Harsono hak tanggungan adalah penguasaan hak atas tanah berisi kewenangan bagi kreditur untuk berbuat sesuatu mengenai tanah yang dijadikan agunan, tetapi bukan untuk dikuasai secara fisik dan digunakan, melainkan untuk menjualnya jika debitur cedera janji dan mengambil dari hasilnya seluruhnya atau sebagian sebagai pembayaran lunas hutang debitur kepadanya. 1 Menurut C.S.T Kansil hak tanggungan adalah: Jaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lain. Dalam arti bahwa jika debitur cidera janji kreditur pemegang Hak Tanggungan berhak menjual melalui pelelangan umum tanah yang dijadikan jaminan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan, dengan hak mendahului dari kreditur-kreditur yang lain. 2 Definisi hak tanggungan dirumuskan dalam Pasal 1 angka 1 Undang- Undang Hak Tanggungan. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Hak Tanggungan merumuskan: 1 H.Salim HS II, loc.cit. 2 C.S.T Kansil dan Christine ST Kansil, 1997, Pokok-Pokok Hukum Hak Tanggungan Atas Tanah, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, hal 7.

BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

  • Upload
    leminh

  • View
    217

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

35

BAB II

TINJAUAN UMUM

AKTA PEMBERIAN HAK TANGGUNGAN, SERTIPIKAT HAK

TANGGUNGAN DAN OVERMACHT

1.1 Akta Pemberian Hak Tanggungan

2.1.1 Pengertian Hak Tanggungan Dan Sertipikat Hak Tanggungan

Hak tanggungan adalah lembaga jaminan untuk benda tidak bergerak

yang berupa tanah. Menurut Boedi Harsono hak tanggungan adalah penguasaan

hak atas tanah berisi kewenangan bagi kreditur untuk berbuat sesuatu mengenai

tanah yang dijadikan agunan, tetapi bukan untuk dikuasai secara fisik dan

digunakan, melainkan untuk menjualnya jika debitur cedera janji dan mengambil

dari hasilnya seluruhnya atau sebagian sebagai pembayaran lunas hutang debitur

kepadanya.1 Menurut C.S.T Kansil hak tanggungan adalah:

Jaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan

kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

lain. Dalam arti bahwa jika debitur cidera janji kreditur pemegang Hak

Tanggungan berhak menjual melalui pelelangan umum tanah yang dijadikan

jaminan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang

bersangkutan, dengan hak mendahului dari kreditur-kreditur yang lain.2

Definisi hak tanggungan dirumuskan dalam Pasal 1 angka 1 Undang-

Undang Hak Tanggungan. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Hak Tanggungan

merumuskan:

1H.Salim HS II, loc.cit.

2C.S.T Kansil dan Christine ST Kansil, 1997, Pokok-Pokok Hukum Hak

Tanggungan Atas Tanah, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, hal 7.

Page 2: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

36

Hak Tanggungan adalah Hak Jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah

sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960

tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria berikut atau tidak berikut

benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu untuk

pelunasan hutang tertentu yang memberikan kedudukan yang diutamakan

kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur lainnya.

Dari rumusan pasal diatas, maka dapat ditarik unsur-unsur dari hak tanggungan

tersebut antara lain:

1. Jaminan yang dibebankan adalah hak atas tanah;

2. Hak atas tanah berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang

merupakan satu kesatuan dengan tanah itu;

3. Untuk pelunasan hutang tertentu;

4. Memberikan kedudukan-kedudukan yang diutamakan kepada kreditur

tertentu terhadap kreditur-kreditur lainnya.

Hak tanggungan merupakan salah satu perjanjian jaminan. Gerald G Thain

mendefinisikan perjanjian jaminan: (secured transaction) a secured transaction

is a matter in which there is a loan in which the creditor/secured party is given

rights in collateral that secures the loan according to its terms. If the loan is

repaid according to its terms, then the scured party’s ability to claim an interest

in the collateral is extinggushed.3 (Terjemahan bebas : perjanjian jaminan adalah

suatu kondisi yang mana terdapat suatu pinjaman dimana kreditor/pihak terjamin

memperoleh hak-hak atas atas barang jaminan yang akan menjamin hutang

tersebut dan hak-hak ini dapat dipaksakan berlakunya apabila hutang tersebut

tidak dibayarkan kembali sesuai dengan yang diperjanjikan. Jika hutang sudah

3Gerald G Thain, 2004, A Basic Outline of The Law of Secured

Transaction, Wisconsin, hal 153.

Page 3: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

37

dibayar kembali sesuai perjanjian, maka kemampuan kreditor untuk mengajukan

tuntutan atas kepentingannnya terhadap jaminan menjadi hapus).

Definisi APHT berdasarkan Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Hak

Tanggungan merumuskan adalah “Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah yang berisi

pemberian Hak Tanggungan kepada kreditor tertentu sebagai jaminan untuk

pelunasan piutangnya”. Bentuk APHT diatur dalam Peraturan Kepala Badan

Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Perubahan

Atas Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3

Tahun 1997 Tentang ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24

Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah). APHT dibuat oleh pejabat yang

berwenang yaitu PPAT. Kewenangan PPAT untuk membuat APHT diatur dalam

Pasal 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 1998 Tentang

Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1998 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3746, selanjutnya disebut PP Nomor 37 Tahun 1998) yang

merumuskan:

(1) PPAT bertugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah

dengan membuat akta sebagai bukti telah dilakukannya perbuatan hukum

tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah

Susun, yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran, perubahan data

pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu.

(2) Perbuatan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah sebagai

berikut :

a. jual beli;

b. tukar-menukar;

c. hibah;

d. pemasukan dalam perusahaan (inbreng);

e. pembagian harta bersama;

f. pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai atas tanah Hak Milik;

Page 4: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

38

g. pemberian Hak Tanggungan

h. pemberian kuasa membebankan Hak Tanggungan.

Berdasarkan rumusan pasal diatas, maka dapat disimpulkan bahwa salah

satu wewenang PPAT adalah membuat akta sebagai bukti telah dilakukannya

perbuatan hukum pemberian hak tanggungan (APHT). Selain berwenang

membuat APHT wewenang lain yang dimiliki oleh seorang PPAT adalah

membuat Akta Jual beli, Akta Tukar Menukar, Akta Hibah, Akta Inbreng, Akta

Pemberian Hak Bersama, Akta Pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai, dan

SKMHT.

Sertipikat hak tanggungan adalah tanda bukti adanya hak tanggungan

yang diterbitkan oleh Badan Pertanahan Nasional yang memuat irah-irah “Demi

Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”, mempunyai kekuatan

eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan

hukum tetap dan berlaku sebagai pengganti grosse acte hypotheek sepanjang

mengenai hak atas tanah.4 Sertipikat hak tanggungan terdiri dari sertipikat hak

tanggungan dan salinan APHT yang didaftarkan. Sertipikat hak tanggungan diatur

dalam Pasal 14 Undang-Undang Hak Tanggungan. Pasal 14 Undang-Undang Hak

Tanggungan merumuskan:

(1) Sebagai tanda bukti adanya Hak Tanggungan, Kantor Pertanahan

menerbitkan sertipikat Hak Tanggungan sesuai dengan peraturan per-

undang-undangan yang berlaku.

(2) Sertipikat Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat

irah-irah dengan kata-kata "DEMI KEADILAN BERDASARKAN

KETUHANAN YANG MAHA ESA".

(3) Sertipikat Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan

4Henny Tanuwidjaja, 2012, Pranata Hukum Jaminan Utang dan Sejarah

Lembaga Hukum Notariat, Reflika Aditama, Bandung, hal 37.

Page 5: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

39

yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan berlaku sebagai

pengganti grosse acte Hypotheek sepanjang mengenai hak atas tanah.

(4) Kecuali apabila diperjanjikan lain, sertipikat hak atas tanah yang telah

dibubuhi catatan pembebanan Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 13 ayat (3) dikembalikan kepada pemegang hak atas tanah

yang bersangkutan.

(5) Sertipikat Hak Tanggungan diserahkan kepada pemegang Hak

Tanggungan.

Berdasarkan rumusan pasal tersebut maka dapat didefinisikan sertipikat

hak tanggungan adalah sertipikat yang dikeluarkan oleh badan pertanahan

nasional yang menjadi tanda bukti adanya hak tanggungan, yang memuat irah-

irah dengan kata-kata "Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”,

sehingga mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

2.2 Subjek dan Obyek Hak Tanggungan

Subyek pemberi hak tanggungan adalah orang perorangan maupun badan

hukum yang mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan terhadap obyek

hak tanggungan yang bersangkutan.5 Ketentuan ini sebagaimana yang dirumuskan

dalam Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Hak Tanggungan yang merumuskan

“Pemberi Hak Tanggungan adalah orang perseorangan atau badan hukum yang

mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap obyek Hak

Tanggungan yang bersangkutan”. Orang perorangan yang berwenang memberikan

hak tanggungan adalah orang yang memiliki hak atas tanah (orang yang tercantum

dalam sertipikat hak atas tanah), selain itu orang tersebut juga harus cakap untuk

5Sutan Remy Sjahdeini, 1999, Hak Tanggungan (Asas-Asas, ketentuan

Pokok dan Masalah Yang Dihadapi oleh Perbankan), Alumni, Bandung

(selanjutnya disebut Sutan Remy Sjahdeini II), hal 75.

Page 6: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

40

membuat suatu perjanjian sesuai dengan ketentuan Pasal 330 KUH Perdata juncto

1330 KUH Perdata yang merumuskan tentang kecakapan.

Pasal 330 KUH Perdata merumuskan “ belum dewasa adalah mereka yang

belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun, dan tidak terlebih dahulu telah

kawin”. Pasal 1330 KUH Perdata merumuskan:

Tak cakap untuk membuat suatu perjanjian adalah

1. Orang-orang yang belum dewasa.

2. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan.

3. Orang-orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-

undang dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang

telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu.

Jika orang perorangan tersebut sudah menikah, maka terdapat beberapa ketentuan

yang telah ditentukan oleh undang-undang antara lain:

1. Jika suami istri dalam perkawinan tidak membuat perjanjian kawin sehingga

terjadi percampuran harta seluruhnya, maka setiap pemberian jaminan harta

suami-istri dalam perkawinan tanpa perjanjian kawin, termasuk pemberian

jamainan kebendaan dalam bentuk hak tanggungan oleh suami atau istri harus

mendapat persetujuan dari istri atau suami yang bereda dalam persatuan harta

seluruhnya tersebut. Hal ini merupakan konsekuensi logis bahwa harta

kekayaan dalam percampuran seluruhnya menjadi harta bersama yang terikat

menjadi satu, dimana masing-masing pihak tidak dapat berbuat bebas tanpa

persetujuan atau dengan bantuan dari pihak lainnya.

2. Jika suami-istri dalam perkawinan membuat perjanjian kawin tanpa

percampuran harta sama sekali, maka masing-masing adalah bebas untuk

memberikan penjaminan harta kekayaan, termasuk pemberian jaminan

kebendaan dalam bentuk hak tanggungan, maka pemberian jaminan maka

Page 7: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

41

pemberian jaminan kebendaan mengikat demi hukum, hanya jika obyek hak

tanggungan yang dijaminkan secara kebendaan tersebut sah yang

memberikan penjamijan tersebut. Dalam hal ini berlaku ketentuan Pasal 1315

KUH Perdata juncto Pasal 1340 KUH Perdata. Pasal 1315 KUH Perdata

merumuskan “Seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian

selain untuk dirinya sendiri”. Pasal 1340 KUH Perdata merumuskan

“Persetujuan hanya berlaku antara pihak-pihak yang membuatnya.

Persetujuan tidak dapat merugikan pihak ketiga, persetujuan tidak dapat

memberi keuntungan kepada pihak ketiga selain dalam hal yang ditentukan

dalam Pasal 1317 KUH Perdata”.

3. Jika antara suami-istri diadakan perjanjian kawin dengan percampuran harta

terbatas, maka dalam hal suami-istri memberikan penjaminan harta kekayaan,

termasuk pemberian jaminan kebendaan dalam bentuk hak tanggungan, maka

sebelum penjaminan dilakukan maka harus dibuktikan terlebih dahulu

kepemilikan dari kebendaan yang dijadikan obyek hak tanggungan. Dalam

hal:

I. Kebendaan yang dijadikan obyek hak tanggungan adalah milik

bersama yang terikat dari suami istri dalam perkawinan, maka

pemberian jaminan kebendaan, termasuk hak tanggungan harus

dilakukan bersama-sama oleh suami istri atau setidaknya salah satu

telah memperoleh persetujuan dari yang lainnya.

II. Selanjutnya jika kebendaan yang dijadikan obyek hak tanggungan

adalah milik suami atau istri secara mandiri atau bebas, maka

Page 8: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

42

pemberian penjaminan dalam bentuk hak tanggungan dapat

dilakukan secara mandiri oleh masing-masing suami atau istri

tersebut.

Untuk badan hukum Perseroan Terbatas, pemberi hak tanggungan dan

penerima hak tanggungan ditentukan oleh anggaran dasar. Pasal 98 angka (1)

Undang-Undang Perseroan Terbatas merumuskan “ Direksi mewakili perseroan

baik didalam maupun di dalam pengadilan” Berdasarkan rumusan pasal tersebut,

maka Direksi memiliki wewenang untuk mewakili perseroan. Pasal 102 angka (1)

Undang-Undang Perseroan Terbatas merumuskan:

Direksi wajib meminta persetujuan RUPS untuk:

a. Mengalihkan kekayaan perseroan atau;

b. Menjadikan jaminan hutang kekayaan perseroan yang merupakan lebih

dari 50 % (lima puluh persen) jumlah kekayaan bersih perseroan dalam 1

(satu) transaksi atau lebih, baik yang berkaitan datu sama lain maupun

tidak.

Tindakan direksi untuk menjaminkan kekayaan perseroan wajib

mendapatkan persetujuan dari rapat umum pemegang saham, atau telah

mendapatkan persetujuan dari komisaris perseroan. Tindakan menjaminkan

kekayaan perseroan dilakukan oleh direksi, namun direksi juga dapat memberikan

kuasa kepada pegawai perseroan untuk melakukan tindakan pemberian maupun

penerimaan hak tanggungan. Ketentuan ini sebagaimana dirumuskan dalam Pasal

103 Undang-Undang Perseroan Terbatas yang merumuskan “Direksi dapat

memberi kuasa tertulis kepada 1 (satu) orang karyawan persero atau lebih, atau

orang lain untuk dan atas nama perseroan untuk melakukan tindakan hukum

tertentu sebagaimana yang diuraikan dalam surat kuasa”.

Page 9: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

43

Kesimpulannya Direksi dapat memberikan kuasa kepada karyawan

perseroan untuk melakukan tindakan memberi dan menerima hak tanggungan.

Penerima hak tanggungan adalah orang dan badan hukum yang berkedudukan

sebagai pihak berpiutang.

Penerima hak tanggungan adalah orang perorangan atau badan hukum

yang berkedukan sebagai pihak yang berpiutang. Ketentuan ini sebagaimana yang

dirumuskan pada Pasal 9 Undang-Undang Hak Tanggungan yang merumuskan

“Pemegang Hak Tanggungan adalah orang perseorangan atau badan hukum yang

berkedudukan sebagai pihak yang berpiutang”. Pemegang Hak tanggungan

berdasarkan rumusan pasal diatas adalah siapapun juga yang berwenang

melakukan perbuatan perdata untuk memberikan utang, yaitu baik orang

perseorangan warga negara indonesia maupun orang asing dan badan hukum.6

Obyek hak tanggungan adalah hak atas tanah, namun tidak semua hak atas

tanah dapat dibebani hak tanggungan. Undang-Undang Hak Tanggungan sudah

menentukan hak atas tanah yang dapat dibebani hak tanggungan yaitu dalam

Pasal 4 Undang-Undang Hak Tanggungan yang merumuskan:

(1) Hak atas tanah yang dapat dibebani Hak Tanggungan adalah:

a. Hak Milik;

b. Hak Guna Usaha;

c. Hak Guna Bangunan.

(2) Selain hak-hak atas tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Hak

Pakai atas tanah Negara yang menurut ketentuan yang berlaku wajib

didaftar dan menurut sifatnya dapat dipindahtangankan dapat juga di-

bebani Hak Tanggungan.

(3) Hak Tanggungan dapat juga dibebankan pada hak atas tanah berikut

bangunan, tanaman, dan hasil karya yang telah ada atau akan ada yang

merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut, dan yang merupakan

6Ibid, hal 79

Page 10: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

44

milik pemegang hak atas tanah yang pembebanannya dengan tegas

dinyatakan di dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan yang

bersangkutan.

Berdasarkan rumusan pasal diatas, maka obyek hak atas tanah yang dapat

dibebani hak tanggungan antara lain:

1. Hak Milik

Berdasarkan ketentuan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria

mendefinisikan hak milik sebagai “hak turun menurun, terkuat dan terpenuh yang

dapat dimiliki orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan Pasal 6”. Turun

menurun artinya hak milik atas tanah dapat berlangsung terus selama pemiliknya

masih hidup dan bila pemiliknya meninggal dunia maka hak miliknya dapat

dilanjutkan oleh ahli warisnya, sepanjang memenuhi syarat sebagai subjek

pemegang hak milik. Terkuat artinya hak milik atas tanah lebih kuat bila

dibandingkan dengan hak atas tanah yang lain, dan tidak mempunyai batas waktu

tertentu, mudah dipertahankan dari ganggungan pihak lain dan tidak mudah

hapus. Terpenuh memiliki arti hak milik atas tanah memberi wewenang kepada

pemegang hak paling luas jika dibandingkan dengan hak atas tanah yang lain.7

Subjek hak milik menurut Undang-Undang Pokok Agraria adalah warga negara

Indonesia dan badan hukum yang ditetapkan oleh pemerintah, hal ini

sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 21 Undang-Undang Pokok Agraria. Pasal

21 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria merumuskan “Hanya warga negara

Indonesia dapat mempunyai hak milik.”, sedangkan Pasal 21 ayat (2) Undang-

Undang Pokok Agraria merumuskan “ Oleh pemerintah ditetapkan badan-badan

7Urip Santoso, op.cit, hal 90.

Page 11: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

45

hukum yang dapat mempunyai hak milik dan syarat-syaratnya”. Badan hukum

yang dapat mempunyai tanah hak milik diatur dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 38 Tahun 1963 Tentang Penunjukan Badan-Badan Hukum Yang Dapat

Mempunyai Hak Milik Atas Tanah yaitu bank-bank yang didirikan oleh negara,

badan keagamaan, koperasi pertanian, dan badan sosial.8

2. Hak Guna Usaha

Hak guna usaha berdasarkan ketentuan Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang

Pokok Agraria adalah “ Hak guna usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah

yang dikuasai langsung oleh negara, dalam jangka waktu sebagaimana tersebut

dalam Pasal 29, guna perusahaan pertanian, perikanan atau peternakan”. Subjek

hak guna usaha menurut Pasal 30 Undang-Undang Pokok Agraria juncto Pasal 2

Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak

Guna Bangunan, dan Hak Pakai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1996 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3643,

selanjutnya disebut PP Nomor 40 Tahun 1996) adalah warga negara Indonesia

dan badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di

Indonesia (badan hukum Indonesia).

Jangka waktu hak guna usaha menurut Pasal 29 Undang-Undang Pokok

Agraria paling lama adalah 35 (tiga puluh lima) tahun untuk pertama kalinya dan

dapat diperpanjang paling lama selama 25 (dua puluh lima) tahun. Pasal 8

Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak

Guna Bangunan, dan Hak Pakai Atas Tanah (Lembaran Negara Republik

8Urip Santoso, op.cit, hal 93.

Page 12: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

46

Indonesia Tahun 1996 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1996 Nomor 3643, selanjutnya disebut PP Nomor 40 Tahun

1996) mengatur jangka waktu hak guna usaha untuk pertama kalinya paling

lama 35 (tiga puluh lima) tahun, dapat diperpanjang paling lama 25 (dua puluh

lima) tahun dan dapat diperbaharui selama 35 (tiga puluh lima) tahun.

3. Hak Guna Bangunan

Berdasarkan ketentuan Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria

hak guna bangungan adalah ”Hak guna bangungan adalah hak untuk mendirikan

dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang bukan miliknya sendiri,

dengan jangka waktu paling lama 30 tahun”. Terjadinya hak guna bangunan

berdasarkan asal tanahnya dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu hak guna bangunan

atas tanah negara, hak guna bangunan atas tanah hak pengelolaan, dan hak guna

bangunan atas tanah hak milik. Jangka waktu hak guna bangunan atas tanah

negara dan hak guna bangunan atas hak pengelolaan paling lama adalah 30 (tiga

puluh) tahun dan dapat diperpanjang dengan jangka waktu paling lama 20 (dua

puluh) tahun dan dapat diperbaharui selama 30 (tiga puluh) tahun, sedangkan hak

guna bangunan atas tanah hak milik adalah paling lama 30 (tiga puluh) tahun dan

tidak ada perpanjangan jangka waktu.9 Subjek pemegang hak guna bangunan

menurut Pasal 36 Undang-Undang Pokok Agraria adalah warga negara Indonesia

dan badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di

Indonesia (badan hukum Indonesia).

4. Hak Pakai

9Urip Santoso, op.cit, hal 109.

Page 13: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

47

Hak pakai diatur dalam ketentuan Pasal 41 ayat (1) Undang-Undang

Pokok Agraria. Pasal 41 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria merumuskan

definsi hak pakai:

Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari

tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain, yang

memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan

pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam

perjanjian dengan pemilik tanahnya, yang bukan perjanjian sewa-menyewa

atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal tidak bertentangan

dengan jiwa dan ketentuan ketentuan Undang-undang ini.

Subyek hak pakai sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 42 Undang-

Undang Pokok Agraria adalah warga negara Indonesia, Orang-Orang yang

berkedudukan Indonesia, badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia

dan berkedudukan di Indonesia, dan badan hukum yang memiliki perwakilan di

Indonesia. Asal tanah hak pakai adalah tanah yang dikuasai langsung oleh negara

atau tanah hak milik dan tanah hak pengelolaan.

Terjadinya hak pakai berdasarkan asal tanahnya dibagi menjadi 3 (tiga)

yaitu hak pakai atas tanah negara, hak pakai atas tanah hak pengelolaan, hak

pakai atas tanah hak milik. Ketiga jenis hak pakai tersebut memilik jangka waktu

yang berbeda. Untuk hak pakai atas tanah negara dan hak pakai atas tanah hak

pengelolaan memiliki jangka waktu pertama kali paling lama 25 (dua puluh lima)

tahun, dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) tahun,

dan dapat diperbaharui untuk jangka waktu paling lama 25 (dua puluh lima)

tahun. Hak pakai atas hak milik memiliki jangka waktu paling lama 25 (dua

puluh lima) tahun dan tidak dapat diperpanjang lagi. Undang-Undang Pokok

Agraria tidak mengatur bahwa hak pakai dijadikan jaminan hutang dengan

Page 14: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

48

dibebani hak tanggungan. Pembebanan hak pakai dengan hak tanggungan diatur

dalam Pasal 53 PP Nomor 40 Tahun 1996 yaitu hak pakai atas tanah negara dan

hak pakai atas tanah hak pengelolaan dapat dibebani hak

tanggungan, sedangkan hak pakai atas tanah hak milik tidak dapat dijadikan

jaminan hutang dengan dibebani hak tanggungan.10

5. Hak Atas Tanah Berikut Bangunan, Tanaman, Dan Hasil Karya.

Obyek hak tanggungan berikutnya adalah hak atas tanah berikut bangunan,

tanaman, dan hasil karya yang telah ada atau akan ada merupakan satu kesatuan

dengan tanah dan merupakan hak milik pemegang hak atas tanah yang

pembebanannya dengan tegas dan dinyatakan didalam akta pemberian hak atas

tanah yang bersangkutan. Hal ini berarti segala bangunan dan hasil karya serta

tanah yang berada diatas hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan

merupakan bagian dari obyek hak tanggungan tersebut

Selain kelima jenis hak atas tanah tersebut diatas, obyek hak tanggungan

juga dapat berupa bangunan rumah susun dan hak milik atas satuan rumah susun

yang berdiri diatas hak milik, hak guna bangunan atau hak pakai. Tanah hak

milik yang sudah diwakafkan tidak dapat dibebani hak tanggungan, karena sifat

dan tujuannya tidak lagi dapat dipindahtangankan, demikian pula tanah yang

digunakan sebagai sarana peribadahan. Tanah tersebut baru boleh dibebani hak

10

Urip Santoso, op.cit, hal 120.

Page 15: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

49

tanggungan bila tidak lagi digunakan sebagai sarana peribadahan sehingga dapat

dipindahtangankan dan dibebani hak tanggungan.11

Hak tanggungan memiliki asas yang mendasarinya. Asas-asas ini didasari

oleh ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Hak Tanggungan. Asas-asas

tersebut antara lain;

1. Asas Droit De Preference

Hak Tanggungan memberikan kedudukan hak yang diutamakan

dibandingkan kreditur yang lain. Asas ini dirumuskan dalam Pasal 1 angka 1

Undang-Undang Hak Tanggungan. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Hak

Tanggungan merumuskan:

Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan

tanah, yang selanjutnya disebut Hak Tanggungan, adalah hak jaminan yang

dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu

kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang

memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap

kreditor-kreditor lain.

Asas droit de preference berarti hak tanggungan memberikan kedudukan

yang diutamakan kepada kreditor tertentu dengan kreditor-kreditor lainnya.12

Hak Tanggungan bisa dibebankan lebih dari satu kreditur. Penentuan peringkat

hak tanggungan hanya dapat ditentukan berdasarkan pada saat pendaftarannya.

Apabila pendaftarannya dilakukan pada saat yang bersamaan barulah peringkat

11

Boedi Harsono, 2003, Hukum Agraria Indonesia (Sejarah Pembentukan

Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya), Djambatan, Jakarta, hal

427. 12

Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2005, Hak Tanggungan, Kencana

Prenada Media Group, Jakarta (selanjutnya disebut Kartini Muljadi dan Gunawan

Widjaja I), hal 145.

Page 16: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

50

hak tanggungan ditentukan berdasarkan pada saat pembuatan APHT. Hal ini

sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 5 Undang-Undang Hak Tanggungan yang

merumuskan:

(1) Suatu obyek Hak Tanggungan dapat dibebani dengan lebih dari satu Hak

Tanggungan guna menjamin pelunasan lebih dari satu utang.

(2) Apabila suatu obyek Hak Tanggungan dibebani dengan lebih dari satu

Hak Tanggungan, peringkat masing-masing Hak Tanggungan ditentukan

menurut tanggal pendaftarannya pada Kantor Pertanahan.

(3) Peringkat Hak Tanggungan yang didaftar pada tanggal yang sama

ditentukan menurut tanggal pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan

yang bersangkutan.

Kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu dengan kreditor-

kreditor lainnya kemudian diterapkan didalam Pasal 20 ayat (1) huruf b Undang-

Undang Hak Tanggungan. Pasal 20 ayat (1) huruf b Undang-Undang Hak

Tanggungan merumuskan:

Titel eksekutorial yang terdapat dalam sertipikat Hak Tanggungan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2) obyek Hak Tanggungan

dijual melalui pelelangan umum menurut tata cara yang ditentukan dalam

peraturan perundang-undangan untuk pelunasan piutang pemegang hak

tanggungan dengan hak mendahulu dari pada kreditor-kreditor lainnya.

Ketentuan dalam Pasal 20 Undang-Undang Hak Tanggungan pada

dasarnya mengatur bahwa hak tanggungan diberikan sebagai jaminan pelunasan

utang, yang bersifat mendahulukan kreditor yang berkedudukan sebagai

pemegang hak tanggungan untuk menjual tanah yang menjadi obyek hak

tanggungan apabila debitur yang memberikan hak tanggungan melakukan

wanprestasi. Ini diartikan bahwa kreditor memiliki hak untuk mengambil

pelunasan piutang yang dijamin dari hasil penjualan dari obyek yang telah

dibebani hak tanggungan tersebut. Jika hasil penjualan lebih besar dari nilai

Page 17: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

51

pertanggungan yang tercantum dalam APHT maka sisanya akan dikembalikan

kepada debitur selaku pemberi hak tanggungan.

2. Hak Tanggungan Tidak Dapat Dibagi-Bagi (Onsplitsbaarheid)

Pasal 2 Undang-Undang Hak Tanggungan mengatur bahwa Hak

Tanggungan membebani secara utuh obyek Hak Tanggungan. Secara lengkap

Pasal 2 Undang-Undang Hak Tanggungan merumuskan:

(1) Hak Tanggungan mempunyai sifat tidak dapat dibagi-bagi, kecuali jika

diperjanjikan dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2).

(2) Apabila Hak Tanggungan dibebankan pada beberapa hak atas tanah, dapat

diperjanjikan dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan yang bersangkutan,

bahwa pelunasan utang yang dijamin dapat dilakukan dengan cara

angsuran yang besarnya sama dengan nilai masing-masing hak atas tanah

yang merupakan bagian dari obyek Hak Tanggungan, yang akan

dibebaskan dari Hak Tanggungan tersebut, sehingga kemudian Hak

Tanggungan itu hanya membebani sisa obyek Hak Tanggungan untuk

menjamin sisa utang yang belum dilunasi.

Tidak dapat dibagi-bagi (onsplitsbaarheid) bermakna bahwa hak

tanggungan membebani secara utuh obyek hak tanggungan dan setiap bagian

daripadanya, meskipun sebagian utang yang dijaminkan telah dilunasi tidak

berarti bahwa sebagian obyek hak tanggungan tersebut telah dinyatakan lunas.

Hal ini karena hak tanggungan itu tetap membebani seluruh obyek hak

tanggungan sebagai satu kesatuan untuk sisa utang yang belum dilunasi.13

Pasal

2 ayat (2) Undang-undang Hak Tanggungan kemudian memberikan suatu

pengecualian atas pemberlakuan asas ini yaitu dengan diperjanjikan secara tegas

dalam APHT.

13

Ibid, hal 146.

Page 18: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

52

3. Hak Tanggungan Hanya Dibebankan Pada Hak Atas Tanah Yang Telah Ada

Asas ini diatur dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang Hak Tanggungan.

Pasal 8 ayat (2) merumuskan “Kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum

terhadap obyek Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus ada

pada pemberi Hak Tanggungan pada saat pendaftaran Hak Tanggungan

dilakukan”.

Asas ini sebelumnya juga sudah ada dalam hipotek. Menurut Pasal 1175

KUH Perdata, hipotek hanya dapat dibebankan pada benda-benda yang sudah

ada. Hipotek atas benda-benda yang baru akan ada dikemudian hari adalah batal,

begitupun juga dengan hak tanggungan. Ini berarti obyek hak tanggungan sudah

harus ditentukan sebelumnya yaitu hak atas tanah yang sudah berbentuk

sertipikat. Jika tanah yang akan dijaminakan masih berupa pipil, maka harus

status pipil tersebut harus ditingkatkan menjadi sertipikat melalui proses konversi

pipil menjadi sertipikat yang dilakukan oleh pihak Badan Pertanahan Nasional

berdasarkan permohonan pemilik pipil tersebut. Hal ini harus dilakukan karena

hak tanggungan hanya dapat dibebankan terhadap tanah yang secara yuridis sudah

tercatat dalam buku tanah yang ada di Badan Pertanahan Nasional.

4. Hak Tanggungan Dapat Dibebankan Selain Atas Tanahnya Juga Benda-Benda

Yang Berkaitan Dengan Tanah

Berdasarkan Pasal 4 ayat (4) Undang-Undang Hak Tanggungan mengatur

tentang obyek hak tanggungan. Pasal 4 ayat (4) Undang-Undang Hak Tanggungan

merumuskan sebagai berikut:

Hak Tanggungan dapat juga dibebankan pada hak atas tanah berikut

bangunan, tanaman, dan hasil karya yang telah ada atau akan ada yang

Page 19: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

53

merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut, dan yang merupakan milik

pemegang hak atas tanah yang pembebanannya dengan tegas dinyatakan di

dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan yang bersangkutan.

Kesimpulan dari rumusan pasal diatas adalah yang bisa dijadikan jaminan

bukan hanya yang berkaitan dengan tanah saja melainkan juga benda-benda yang

berada diatas tanah yang dibebani hak tanggungan dan merupakan milik

pemegang hak atas tanah tersebut. Dalam Undang-Undang Hak Tanggungan, hal-

hal ikutan seperti yang disebutkan di atas disebut sebagai benda-benda yang

berkaitan dengan tanah.

5. Hak Tanggungan Adalah Perjanjian Accesoir

Perjanjian Hak Tanggungan bukan merupakan perjanjian yang berdiri

sendiri. Keberadaannya adalah karena adanya perjanjian lain yang disebut dengan

perjanjian Induk. Perjanjian induk bagi perjanjian hak tanggungan adalah

perjanjian utang-piutang yang menimbulkan utang yang dijamin.14

APHT

ditandatangani setelah dilakukan penandatanganan perjanjian induk yang berupa

hutang piutang atau perjanjian kredit. Sifatnya sebagai perjanjian accecoir

keberadaan hak tanggungan sangat bergantung pada keberadaan perjanjian kredit

sebagai perjanjian pokoknya. Apabila kredit yang dijamin dengan hak tanggungan

tersebut tersebut telah lunas, maka hak tanggungan tersebut menjadi hapus.

6. Hak Tanggungan Dapat Beralih atau Dipindahkan

Hak tanggungan lahir dari suatu perjanjian yang bersifat accesoir yang

mengikuti perikatan pokok yaitu perjanjian kredit. Sejalan dengan hal itu Pasal 16

Undang-Undang Hak Tanggungan merumuskan sebagai berikut:

14

Ibid, hal 28.

Page 20: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

54

(1) Jika piutang yang dijamin dengan Hak Tanggungan beralih karena cessie,

subrogasi, pewarisan, atau sebab-sebab lain, Hak Tanggungan tersebut ikut

beralih karena hukum kepada kreditor yang baru.

(2) Beralihnya Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib

didaftarkan oleh kreditor yang baru kepada Kantor Pertanahan.

(3) Pendaftaran beralihnya Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud pada ayat

(2) dilakukan oleh Kantor Pertanahan dengan mencatatnya pada buku

tanah Hak Tanggungan dan buku-tanah hak atas tanah yang menjadi obyek

Hak Tanggungan serta menyalin catatan tersebut pada sertipikat Hak

Tanggungan dan sertipikat hak atas tanah yang bersangkutan.

(4) Tanggal pencatatan pada buku-tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

adalah tanggal hari ketujuh setelah diterimanya secara lengkap surat-surat

yang diperlukan bagi pendaftaran beralihnya Hak Tanggungan dan jika

hari ketujuh itu jatuh pada hari libur, catatan itu diberi bertanggal hari

kerja berikutnya.

(5) Beralihnya Hak Tanggungan mulai berlaku bagi pihak ketiga pada hari

tanggal pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4).

Ketentuan pasal diatas telah secara tegas merumuskan bahwa hak tanggungan

dapat beralih, dengan terjadinya peralihan atau perpindahan hak miik atas piutang

yang dijaminan dengan hak tanggungan tersebut, peralihan atau perpindahan hak

milik atas piutang tersebut, sebagaimana yang dirumuskan dalam Pasal 16 ayat

(1) Undang-Undang Hak Tanggungan.

7. Hak Tanggungan Dapat Dijadikan Jaminan Untuk Utang Yang Telah Ada

Hak Tanggungan memperbolehkan menjaminkan hutang yang akan ada,

sesuai dengan Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Hak Tanggungan. Pasal 3 ayat (1)

Undang-Undang Hak Tanggungan merumuskan:

Utang yang dijamin pelunasannya dengan Hak Tanggungan dapat berupa

utang yang telah ada atau yang telah diperjanjikan dengan jumlah tertentu

atau jumlah yang pada saat permohonan eksekusi hak tanggungan diajukan

dapat ditentukan berdasarkan perjanjian utang-piutang atau perjanjian lain

yang menimbulkan hubungan utang-piutang yang bersangkutan.

Page 21: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

55

Utang yang dijamin dengan hak tanggungan dapat berupa utang yang

sudah ada maupun yang belum ada tetapi sudah diperjanjikan sebelumnya.15

Contoh utang yang sudah ada misalnya utang yang timbul dari perjanjian kredit

antara bank selaku kreditor dan masyarakat selaku debitur. Jumlahnya pun dapat

ditentukan secara tetap di dalam perjanjian yang bersangkutan dan dapat pula

ditentukan kemudian berdasarkan cara perhitungan yang ditentukan dalam

perjanjian yang menimbulkan hubungan utang-piutang yang bersangkutan,

misalnya utang bunga atas pinjaman pokok dan ongkos-ongkos lain yang

jumlahnya baru dapat ditentukan kemudian.

Perjanjian yang dapat menimbulkan hubungan utang-piutang dapat berupa

perjanjian pinjam-meminjam maupun perjanjian lain, misalnya perjanjian

pengelolaan harta kekayaan orang yang belum dewasa atau yang berada dibawah

pengampuan, yang diikuti dengan pemberian hak tanggungan oleh pihak

pengelola (Penjelasan Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Hak Tanggungan).

8. Hak Tanggungan Dapat Menjamin Lebih Dari Satu Hutang

Hak Tanggungan dapat menjamin lebih dari satu hutang. Hal ini

didasarkan pada ketentuan dalam Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Hak

Tanggungan yang merumuskan “Hak Tanggungan dapat diberikan untuk suatu

hutang yang berasal dari satu hubungan hukum atau untuk satu hutang atau lebih

yang berasal dari beberapa hubungan hukum”.

15

Sutan Remy Sjahdeini II, op.cit, hal 29.

Page 22: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

56

9. Hak Tanggungan Mengikuti Obyeknya (Droit De Suite.)

Hak tanggungan tidak akan berakhir sekalipun objek hak tanggungan itu

beralih kepada pihak lain. Asas ini termuat dalam Pasal 7 Undang-Undang Hak

Tanggungan yang merumuskan, “Hak Tanggungan tetap mengikuti objeknya

dalam tangan siapapun objek tersebut berada”. Asas ini disebut juga sebagai asas

droit de suite. Pemiliki dengan hak kebendaan tersebut berhak untuk menuntutnya

kembali, dengan atau tanpa disertai dengan ganti kerugian.16

10. Hak Tanggungan Hanya Dapat Dibebankan Atas Tanah Tertentu

Asas ini merupakan asas spesialis dari hak tanggungan, baik subyek,

obyek maupun utang yang dijamin. Berdasarkan Pasal 11 ayat (1) huruf e ”uraian

yang jelas mengenai obyek Hak Tanggungan”. Maksudnya ketentuan pasal

tersebut adalah rincian mengenai sertipikat hak atas tanah yang bersangkutan atau

bagi tanah yang belum terdaftar sekurang-kurangnya memuat uraian mengenai

kepemilikan, letak, batas-batas, dan luas tanahnya. Hal ini juga menghindari salah

eksekusi karena tanah yang dijadikan obyek hak tanggungan sudah jelas

disebutkan.

11. Hak Tanggungan Wajib Diumumkan (Asas Publisitas)

Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang Hak Tanggungan merumuskan “Hak

Tanggungan lahir pada hari tanggal buku-tanah Hak Tanggungan sebagaimana

dimaksud pada ayat (4). Ketentuan yang ada dalam Pasal 13 ayat (2) Undang-

Undang Hak Tanggungan tersebut secara tegas telah dijelaskan bahwa saat

pendaftaran pembebanan hak tanggungan adalah saat lahirnya hak tanggungan

16

Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja I, op.cit, hal 171.

Page 23: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

57

tersebut. Sebelum pendaftaran dilakukan, maka hak tanggungan dianggap tidak

pernah ada. Selain itu hanya dengan pencatatan pendaftaran yang terbuka bagi

umum memungkinkan pihak ketiga dapat mengetahui tentang adanya

pembebanan hak tanggungan atas suatu tanah.

Menurut Sutan Remy Sjahdeini sebagaimana dikutip Supriadi

mengemukakan asas publisitas ini merupakan asas yang terdapat dalam hipotik

sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 1179 KUH Perdata yang menyatakan

bahwa pembukuan hipotek harus dilakukan dalam register umum yang khusus

disediakan untuk itu. Jika pembukuannya demikian tidak dilakukan, hipotik yang

bersangkutan tidak mempunyai kekuatan apapun, juga tidak mempunyai kekuatan

terhadap kreditor-kreditor preferen (yang tidak dijaminkan dengan hipotek) .17

12. Hak Tanggungan Dapat Diberikan Dengan Disertai Dengan Disertai Janji-Janji

Tertentu

Asas hak tanggungan ini termuat dalam Pasal 11 ayat (2) Undang-

Undang Hak Tanggungan. Janji-janji yang disebutkan dalam pasal ini bersifat

fakultatif yang artinya boleh dicantumkan atau tidak, baik seuruhnya maupun

sebagian dan tidak limitatif atau dapat diperjanjikan lain selain yang disebutkan

dalam Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang Hak Tanggungan.

13.Hak Tanggungan Tidak Boleh Diperjanjikan Untuk Dimiliki Sendiri Oleh

Pemegang Hak Tanggungan Apabila Cedera Janji

Pengaturan mengenai asas ini terdapat dalam Pasal 12 Undang-Undang

Hak Tanggungan merumuskan “Janji yang memberikan kewenangan kepada

17

Supriadi, 2009, Hukum Agraria, Sinar Grafika, Jakarta, hal 182.

Page 24: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

58

pemegang hak tanggungan untuk memiliki obyek hak tanggungan apabila

debitor cidera janji, batal demi hukum”. Ketentuan ini ada dalam rangka

melindungi kepentingan debitor dan pemberi hak tanggungan lainnya, terutama

jika nilai obyek hak tanggungan melebihi besarnya utang yang dijamin.

Pemegang hak tanggungan dilarang untuk secara serta merta menjadi pemilik

obyek hak tanggungan karena debitor cidera janji. Walaupun demikian tidaklah

dilarang bagi pemegang hak tanggungan untuk menjadi pembeli obyek hak

tanggungan asalkan melalui prosedur eksekusi hak tanggungan yang diatur

dalam Pasal 20 Undang-Undang Hak Tanggungan.

14. Pelaksanaan Eksekusi Hak Tanggungan Mudah Dan Pasti

Prioritas pertama pemegang hak tanggungan adalah untuk menjual

obyek hak tanggungan apabila terjadi cidera janji. sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan. Titel eksekutorial yang

terdapat dalam sertifikat hak tanggungan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal

14 ayat (2) Undang-Undang Hak Tanggungan, obyek hak tanggungan dijual

melalui pelelangan umum menurut tata cara yang ditentukan dalam peraturan

perundang-undangan untuk pelunasan piutang pemegang hak tanggungan

dengan hak mendahului dari pada kreditor-kreditor lainnya. Dengan

disebutkannya 2 (dua) dasar eksekusi diatas dalam Pasal 20 Undang-Undang

Hak Tanggungan, terpenuhi maksud pembentukan undang-undang akan cara

pelaksanaan eksekusi yang mudah dan pasti.

Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disampaikan hak tanggungan

adalah lembaga jaminan untuk benda tidak bergerak yang berupa tanah. Subyek

Page 25: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

59

pemberi hak tanggungan adalah orang perorangan maupun badan hukum yang

mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan terhadap obyek haak

tanggungan yang bersangkutan subyek penerima hak tanggungan adalah orang

perorangan atau badan hukum yang berkedukan sebagai pihak yang berpiutang.

Obyek hak tanggungan adalah hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan hak

pakai, baik atas hak milik maupun atas negara dan hak atas tanah berikut

bangunan, tanaman, dan hasil karya yang telah ada atau akan ada merupakan satu

kesatuan dengan tanah tersebut dan merupakan hak milik pemegang hak atas

tanah yang pembebanannya dengan tegas dan dinyatakan didalam akta pemberian

hak atas tanah yang bersangkutan.

Asas-asas yang mendasari hak tanggungan antara lain asas droit de

preference hak tanggungan tidak dapat dibagi-bagi (onsplitsbaarheid), hak

tanggungan hanya dibebankan pada hak atas tanah yang telah ada, hak

tanggungan dapat dibebankan selain atas tanahnya juga benda-benda yang

berkaitan dengan tanah, hak tanggungan adalah perjanjian accesoir, hak

tanggungan dapat beralih atau dipindahkan, hak tanggungan dapat dijadikan

jaminan untuk utang yang telah ada hak tanggungan dapat menjamin lebih dari

satu hutang, hak tanggungan mengikuti obyeknya (droit de suite) hak tanggungan

hanya dapat dibebankan atas tanah tertentu, hak tanggungan wajib diumumkan

(asas publisitas), hak tanggungan dapat diberikan dengan disertai dengan disertai

janji-janji tertentu, hak tanggungan tidak boleh diperjanjikan untuk dimiliki

sendiri oleh pemegang hak tanggungan apabila cedera janji dan pelaksanaan

eksekusi hak tanggungan mudah dan pasti.

Page 26: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

60

2.1.3 Tata Cara Penetapan Akta Pemberian Hak Tanggungan

Tata cara penetapan pemberian hak tanggungan dalam Undang-Undang

Hak Tanggungan dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu yang pertama pemberian hak

tanggungan melalui SKMHT yang dilanjutkan dengan APHT dan yang kedua

melalui APHT. Penjelasan Pasal 15 ayat (1) Undang-Undang Hak Tanggungan

SKMHT digunakan dalam hal pemberi hak tanggungan tidak dapat hadir

dihadapan PPAT, diperkenankan penggunaan SKMHT. Sejalan dengan itu, surat

kuasa tersebut harus diberikan langsung oleh pemberi hak tanggungan dan harus

memenuhi persyaratan. Untuk hak atas tanah yang sudah terdaftar, wajib diikuti

dengan pembuatan APHT selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sesudah diberikan,

sedangkan terhadap hak atas tanah yang belum terdaftar harus dipenuhi dalam

waktu 3 (tiga) bulan.18

Alasan lain penggunaan SKMHT adalah sertipikat hak

atas tanah yang akan menjadi jaminan belum melalui proses cheking pada kantor

Badan Pertanahan Nasional setempat. Sehingga tidak bisa dilakukan pengikatan

dengan APHT langsung.

Pemberian hak tanggungan yang didasarkan oleh SKMHT diatur dalam

Pasal 15 Undang-Undang Hak Tanggungan. Pasal 15 Undang-Undang hak

Tanggungan merumuskan;

(1) Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan wajib dibuat dengan akta

notaris atau akta PPAT dan memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. tidak memuat kuasa untuk melakukan perbuatan hukum lain daripada

membebankan Hak Tanggungan;

b. tidak memuat kuasa substitusi;

18

Adrian Sutendi, 2010, Hukum Hak Tanggungan, Sinar Grafika, Jakarta,

hal 62.

Page 27: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

61

c. mencantumkan secara jelas obyek Hak Tanggungan, jumlah utang dan

nama serta identitas kreditornya, nama dan identitas debitor apabila

debitor bukan pemberi Hak Tanggungan.

(2) Kuasa Untuk Membebankan Hak Tanggungan tidak dapat ditarik kembali

atau tidak dapat berakhir oleh sebab apapun juga kecuali karena kuasa

tersebut telah dilaksanakan atau karena telah habis jangka waktunya

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4).

(3) Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan mengenai hak atas tanah

yang sudah terdaftar wajib diikuti dengan pembuatan Akta Pemberian Hak

Tanggungan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sesudah diberikan.

(4) Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan mengenai hak atas tanah

yang belum terdaftar wajib diikuti dengan pembuatan Akta Pemberian Hak

Tanggungan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sesudah diberikan.

(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4) tidak berlaku

dalam hal Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan diberikan untuk

menjamin kredit tertentu yang ditetapkan dalam peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

(6) Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan yang tidak diikuti dengan

pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan dalam waktu yang

ditentukan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3) atau ayat (4), atau

waktu yang ditentukan menurut ketentuan sebagaimana yang dimaksud

pada ayat batal demi hukum.

Berdasarkan rumusan pasal diatas, maka substansi yang terdapat dalam SKMHT

antara lain :

a. Tanggal ditandatanganinya surat kuasa

b. Identitas para pihak yang terlibat

c. Obyek kuasa, yaitu hak atas tanah, luas dan lokasi tanah

d. Janji –janji baik dari pemberi kuasa maupun dari penerima kuasa

e. Identitas saksi dan tanda tangan para pihak.

SKMHT merupakan kuasa untuk membebankan hak tanggungan ini

meliputi kuasa untuk menghadap pejabat (dalam hal ini Notaris atau PPAT dan

pejabat di Kantor Badan Pertanahan Nasional) untuk memberikan keterangan-

keterangan yang diperlukan dalam proses pemberian dan pendaftaran hak

tanggungan, serta memperlihatkan dan menyerahkan surat-surat yang diminta,

Page 28: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

62

membuat/minta dibuatkan serta menandatangani APHT serta surat-surat lain yang

diperlukan.

Dalam SKMHT pemberi kuasa memberi pernyataan bahwa obyek hak

tanggungan benar milik pemberi kuasa, tidak tersangkut dalam sengketa, bebas

dari sitaan dan dari beban-beban apapun. Selain itu dalam SKMHT juga

mencantumkan janji-janji dari pemberi kuasa (debitur atau penjamin) dan dari

penerima kuasa (kreditur). Kuasa yang diberikan dengan SKMHT ini tidak dapat

ditarik kembali oleh pemberi kuasa dan tidak berakhir karena sebab apapun

kecuali telah dilaksanakan pembuatan APHT.

Pemberian hak tanggungan dengan APHT diatur dalam Pasal 10 Undang-

Undang Hak Tanggungan. Pasal 10 Undang-Undang Hak Tanggungan

merumuskan:

(1) Pemberian Hak Tanggungan didahului dengan janji untuk memberikan

Hak Tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu, yang

dituangkan di dalam dan merupakan bagian tak terpisahkan dari perjanjian

utang-piutang yang bersangkutan atau perjanjian lainnya yang

menimbulkan utang tersebut.

(2) Pemberian Hak Tanggungan dilakukan dengan pembuatan Akta

Pemberian Hak Tanggungan oleh PPAT sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

(3) Apabila obyek Hak Tanggungan berupa hak atas tanah yang berasal dari

konversi hak lama yang telah memenuhi syarat untuk didaftarkan akan

tetapi pendaftarannya belum dilakukan, pemberian Hak Tanggungan

dilakukan bersamaan dengan permohonan pendaftaran hak atas tanah yang

bersangkutan Hapusnya hak tanggungan.

Undang-Undang Hak Tanggungan menentukan isi yang sifatnya wajib

untuk sahnya APHT. Ketentuan mengenai isi APHT tersebut yang sifatnya wajib

bagi sahnya pemberian hak tanggungan yang bersangkutan. Jika tidak

Page 29: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

63

dicantumkan secara lengkap maka APHT yang besangkutan batal demi hukum.19

Substansi dari APHT diatur dalam Pasal 11 Undang-Undang Hak Tanggungan

yang merumuskan:

(1) Di dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan wajib dicantumkan:

a. nama dan identitas pemegang dan pemberi Hak Tanggungan;

b. domisili pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada huruf a, dan

apabila di antara mereka ada yang berdomisili di luar Indonesia,

baginya harus pula dicantumkan suatu domisili pilihan di Indonesia,

dan dalam hal domisili pilihan itu tidak dicantumkan, kantor PPAT

tempat pembuatan Akta Pemberian HakTanggungan dianggap

sebagai domisili yang dipilih;

c. penunjukan secara jelas utang atau utang-utang yang dijamin

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 10 ayat (1);

d. nilai tanggungan;

e. uraian yang jelas mengenai obyek Hak Tanggungan.

(2) Dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan dapat dicantumkan janji-janji,

antara lain:

a. janji yang membatasi kewenangan pemberi Hak Tanggungan untuk

menyewakan obyek Hak Tanggungan dan/atau menentukan atau

mengubah jangka waktu sewa dan/atau menerima uang sewa di

muka, kecuali dengan persetujuan tertulis lebih dahulu dari

pemegang Hak Tanggungan;

b. janji yang membatasi kewenangan pemberi Hak Tanggungan untuk

mengubah bentuk atau tata susunan obyek Hak Tanggungan, kecuali

dengan persetujuan tertulis lebih dahulu dari pemegang Hak

Tanggungan;

c. janji yang memberikan kewenangan kepada pemegang Hak

Tanggungan untuk mengelola obyek Hak Tanggungan berdasarkan

penetapan Ketua Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi

letak obyek Hak Tanggungan apabila debitor sungguh-sungguh

cidera janji;

d. janji yang memberikan kewenangan kepada pemegang Hak

Tanggungan untuk menyelamatkan obyek HakTanggungan, jika hal

itu diperlukan untuk pelaksanaan eksekusi atau untuk mencegah

menjadi hapusnya atau dibatalkannya hak yang menjadi obyek Hak

Tanggungan karena tidak dipenuhi atau dilanggarnya ketentuan

undang-undang;

e. janji bahwa pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak

untuk menjual atas kekuasaan sendiri obyek Hak Tanggungan

apabila debitor cidera janji;

19

Boedi Harsono, op.cit, hal 441.

Page 30: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

64

f. janji yang diberikan oleh pemegang Hak Tanggungan pertama

bahwa obyek Hak Tanggungan tidak akan dibersihkan dari Hak

Tanggungan;

g. janji bahwa pemberi Hak Tanggungan tidak akan melepaskan

haknya atas obyek Hak Tanggungan tanpa persetujuan tertulis lebih

dahulu dari pemegang Hak Tanggungan;

h. janji bahwa pemegang Hak Tanggungan akan memperoleh seluruh

atau sebagian dari ganti rugi yang diterima pemberi Hak

Tanggungan untuk pelunasan piutangnya apabila obyek Hak

Tanggungan dilepaskan haknya oleh pemberi Hak Tanggungan atau

dicabut haknya untuk kepentingan umum;

i. janji bahwa pemegang Hak Tanggungan akan memperoleh seluruh

atau sebagian dari uang asuransi yang diterima pemberi Hak

Tanggungan untuk pelunasan piutangnya, jika obyek Hak

Tanggungan diasuransikan;

j. janji bahwa pemberi Hak Tanggungan akan mengosongkan obyek

Hak Tanggungan pada waktu eksekusi Hak Tanggungan;

k. janji yang dimaksud dalam Pasal 14 ayat (4).

Berdasarkan rumusan pasal diatas, maka hal –hal yang dimuat dalam APHT

antara lain:

1. Tanggal dibuatnya APHT.

2. Subyek dalam akta, yaitu pemberi hak tanggungan (debitur) dan

penerima hak tanggungan (kreditur).

3. Obyeknya, yaitu hak atas tanah.

4. Janji-janji sebagaimana yang dirumuskan dalam pasal 11 ayat (2)

undang-undang hak tanggungan.

5. Asuransi.

6. Domisili hukum yang dipilih para pihak jika terjadi sengketa.

7. Identitas para saksi.

8. Tandatangan para pihak, saksi dan PPAT.

Pendaftaran APHT dirumuskan dalam Pasal 13 hingga Pasal 14 Undang-

Undang Hak Tanggungan. Setelah APHT dibuat oleh PPAT dan kemudian

Page 31: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

65

ditandatangani oleh para pihak, kemudian APHT tersebut bersama warkah dan

sertipikat tanda bukti hak atas tanah didaftarkan di kantor pertanahan setempat.

Tata cara pendaftaran dikemukan sebagai berikut:

1. PPAT dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah ditandatangani, APHT dan

warkah lainnya wajib didaftarkan kepada kantor pertanahan setempat.

Warkah tersebut antara lain

a. Surat pengantar dari PPAT rangkap 2 (dua) dan memuat daftar

jenis surat-surat yang disampaikan.

b. Surat permohonan hak tanggungan dan penerima hak tanggungan.

c. Fotocopy surat identitas pemberi dan pemegang hak tanggungan.

d. Sertipikat asli hak atas tanah yang dijadikan obyek hak

tanggungan.

e. Lembar kedua APHT.

f. Salinan APHT yang telah diparaf oleh PPAT yang kemudian

disahkan sebagai salinan oleh Kepala kantor Pertanahan untuk

pembuatan hak tanggungan.

g. Bukti pelunasan biaya pendaftaran hak tanggungan (Pasal 1

Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan

Nasional Nomor 5 tahun 1996 tentang Pendaftaran Hak

Tanggungan).20

2. Kantor pertanahan membuat buku tanah hak tanggungan dan mencatatnya

dalam buku tanah hak atas tanah yang menjadi obyek hak tanggungan

20

Salim HS I, op.cit, hal 180.

Page 32: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

66

serta menyalin catatan tersebut pada sertipikat hak atas tanah yang

bersangkutan.

3. Tanggal buku tanah hak tanggungan adalah tanggal hari ketujuh setelah

penerimaan secara lengkap surat-surat yang diperlukan bagi pendaftaran.

Jika hari ketujuh itu jatuh pada hari libur, maka buku tanah yang

bersangkutan diberi tanggal hari kerja berikutnya.

Pendaftaran tentu memiliki fungsi. Fungsi Pendaftaran APHT pada kantor

Badan Pertanahan Nasional antara lain:

1. Untuk membuktikan saat lahirnya dan mengikatnya hak tanggungan

terhadap para pihak dan pihak ketiga.

2. Untuk menciptakan alat bukti adanya hak bagi yang berhak atau

berwenang bahwa tanah tersebut telah dibebankan hak tanggungan.

3. Hak tanggungan yang lahir lebih dahulu memiliki kedudukan yang lebih

tinggi daripada yang lahir kemudian.

4. Untuk menciptakan kepastian hukum bagi kreditur bahwa manakala

debitor cedera janji, maka kreditur mendapat hak preferen sehingga

mendahului dari kreditor-kreditor lain.

5. Untuk menciptakan perlindungan hukum bagi kreditur terhadap gangguan

pihak ketiga.

Page 33: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

67

6. Apabila APHT itu didaftarkan dalam register umum, maka janji yang

terdapat dalam APHT mempunyai daya berlaku kebendaan dan juga

berkekuatan terhadap seorang pemegang/atau pemilik baru.21

Tidak dilakukannya pencatatan akan mengakibatkan tidak berlakunya

perbuatan hukum yang dikehendaki oleh para pihak terhadap pihak ketiga. Pihak

ketiga boleh percaya pada publikasi yang telah dilakukan, kecacatan dalam

publikasi tidak dapat dipergunakan untuk merugikan hak dan kepentingan pihak

ketiga yang beritikad baik.22

Hak tersebut berarti publikasi dan pencatatan

diabaikan, maka para pihak tidak dapat mendalilkan hubungan yang ada diantara

para pihak terhadap pihak ketiga.

Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disampaikan pemberian hak

tanggungan dapat dilakukan melalui dua cara yaitu pemberian hak tanggungan

dengan SKMHT yang kemudian dilanjutkan dengan APHT, dan yang kedua

dengan APHT. APHT tersebut bersama warkah dan sertipikat tanda bukti hak atas

tanah didaftarkan di kantor pertanahan setempat paling lambat 7 (tujuh hari)

setelah ditandatangani. Badan Pertanahan Nasional membuat buku tanah hak

tanggungan dan mencatatnya dalam buku tanah hak atas tanah yang menjadi

obyek hak tanggungan serta menyalin catatan tersebut pada sertipikat hak atas

21

Herowati Poesoko, 2007, Parate Execute Obyek Hak Tanggungan

(Inkonsistensi, Konflik Norma dan kesesatan Penalaran dalam UUHT), LaksBang

PREESindo, Yogyakarta, hal 108. 22

Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2003, Kebendaan Pada

Umumnya, Prenada Media, Jakarta (selanjutnya disebut Kartini Muljadi dan

Gunawan Widjaja II ) hal 67.

Page 34: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

68

tanah yang bersangkutan. Kemudian dikeluarkan sertipikat hak tanggungan dan

sertipikat hak atas tanah yang sudah dibebani hak tanggungan.

2.1.4 Fungsi Sertipikat Hak Tanggungan

Sertifikat hak tanggungan merupakan tanda bukti seseorang mempunyai

hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah yang dimiliki oleh pemberi

jaminan atau debitur, hak tanggungan ini yang memberikan kedudukan yang

diutamakan kepada pemegang hak tanggungan dibandingkan kreditur-kreditur

lainnya. Setelah diterbitkan oleh Kantor Badan Pertanahan Nasional sertifikat hak

tanggungan diserahkan kepada pemegang hak tanggungan beserta salinan APHT

dan sertipikat hak atas tanah yang sudah dibebani hak tanggungan.

Setelah sertipikat hak tanggungan terbit maka sertipikat hak tanggungan,

salinan APHT dan asli sertipikat hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan

diserahkan kembali kepada kreditur (bank) dan disimpan sampai hutangnya lunas.

Selain sebagai bukti jaminan, sertipikat hak tanggungan juga berfungsi sebagai

sebagai alas hak untuk melaksanakan eksekusi bila debitur wanprestasi. Hal ini

disebabkan karena dalam sertipikat hak tanggungan terdapat irah-irah “Demi

Keadailan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” yang membuat sertipikat hak

tanggungan memiliki kekuataan eksekutorial yang sama dengan putusan

pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Nilai yang dapat

ditagih oleh bank atas eksekusi hak tanggungan tersebut hanya sebesar nilai yang

tercantum dalam APHT.

Berdasaran pemaparan diatas maka dapat disampaikan bahwa fungsi

sertipikat hak tanggungan adalah sebagai tanda bukti kreditur atas hak tanggungan

Page 35: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

69

yang diperolehnya dari pemegang hak tanggungan. Fungsi kedua adalah sebagai

dasar eksekusi langsung terhadap jaminan debitur jika kelak debitur melakukan

wanprestasi terhadap kreditur.

1.2 Overmacht

2.2.1 Pengertian Overmacht

Istilah keadaan memaksa berasal dari bahasa Inggris yaitu overmarcht,

sedangkan dalam bahasa Belanda disebut dengan force majeur. Overmacht atau

keadaan memaksa adalah suatu keadaan ketika debitur tidak dapat melakukan

prestasinya kepada kreditur, yang disebabkan adanya kejadian yang berada di luar

kekuasaannya. Menurut Riduan Syahrani overmacht sebagai suatu keadaan

sedemikian rupa karena keadaan mana suatu perikatan terpaksa tidak dapat

dipenuhi dan peraturan hukum terpaksa tidak diindahkan sebagaimana mestinya.23

Ketentuan tentang keadaan memaksa diatur dalam Pasal 1244 KUH

Perdata sampai Pasal 1245 KUH Perdata dan Pasal 1444 KUH Perdata sampai

dengan Pasal 1445 KUH Perdata. Pasal 1244 KUH Perdata merumuskan:

Jika ada alasan untuk itu, si berutang harus dihukum mengganti biaya, rugi

dan bunga apabila ia tak dapat membuktikan, bahwa hal tidak atau tidak pada

waktu yang tepat dilaksanakannya perikatan itu, disebabkan suatu hal yang

tak terduga, pun tak dapat dipertanggungjawabkan padanya, kesemuanya itu

pun jika itikad buruk tidaklah ada pada pihaknya.

Pasal 1245 KUH Perdata merumuskan: “Tidaklah biaya rugi dan bunga,

harus digantinya, apalagi lantaran keadaan memaksa atau lantaran suatu kejadian

tak disengaja si berutang berhalangan memberikan atau berbuat sesuatu yang

23

Riduan Syahrani, 2006, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata,

Alumni, Bandung (selanjutnya disebut Riduan Syahrani II), hal 234.

Page 36: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

70

diwajibkan, atau lantaran hal-hal yang sama telah melakukan perbuatan yang

terlarang”. Selanjutnya Pasal 1444 KUH Perdata merumuskan:

(1) Jika barang tertentu yang menjadi pokok perjanjian musnah, tak dapat

diperdagangkan, atau hilang, hingga sama sekali tidak diketahui apakah

barang itu masih ada, maka hapuslah perikatannya, asal barang itu

musnah atau hilang di luar kesalahan si berutang dan sebelum ia lalai

menyerahkannya.

(2) Bahkan meskipun si berutang lalai menyerahkan suatu barang, sedangkan

ia tidak telah menanggung terhadap kejadian-kejadian yang tidak

terduga, perikatan tetap hapus jika barang itu akan musnah juga dengan

cara yang sama di tangannya si berpiutang seandainya sudah diserahkan

kepadanya.

(3) Si berutang diwajibkan membuktikan kejadian yang tidak terduga, yang

dimajukannya itu.

(4) Dengan cara bagaimanapun suatu barang yang telah dicuri, musnah atau

hilang, hilangnya barang itu tidak sekali-kali membebaskan orang yang

mencuri barang dari kewajibannya mengganti harganya.

Pasal 1445 KUH Perdata merumuskan “Jika barang yang terutang, di luar

salahnya si berutang musnah, tidak dapat lagi diperdagangkan, atau hilang, maka

si berutang, jika ia mempunyai hak-hak atau tuntutan-tuntutan ganti rugi

mengenai barang tersebut, diwajibkan memberikan hak-hak dan tuntutan-tuntutan

tersebut kepada orang yang mengutangkan kepadanya.” Definisi overmacht

selain dalam KUH Perdata, juga dirumuskan dalam peraturan perundang-

undangan yang lain lain antara lain:

a) Pasal 22 ayat (2) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa

Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia, Tahun 1999 Nomor

54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3833)

merumuskan bahwa keadaan memaksa atau force majeur sebagai suatu

kejadian yang timbul diluar kemauan dan kemampuan para pihak yang

menimbulkan kerugian bagi salah satu pihak.

Page 37: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

71

b) Pasal 29 ayat (1) keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang

Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 120, Tambahan Lembaran negara

Republik Indonesia Nomor 4330) yang dimaksud dengan keadaan kahar

adalah suatu keadaan yang terjadi diluar kehendak para pihak sehingga

kewajiban yang ditentukan dalam kontrak menjadi tidak dapat dipenuhi

Selain definisi dari peraturan perundang-undangan, definisi Overmacht

juga dikemukakan oleh para Sarjana antara lain:

1. R Subekti mendefinisikan overmacht sebagai keadaan debitur

menunjukan bahwa tidak terlaksananya apa yang dijanjikan itu

disebabkan oleh hal hal yang sama sekali tidak dapat diduga, dan dimana

ia tidak dapat berbuat apa-apa terhadap keadaan atau peristiwa yang

timbul diluar dugaan tadi, atau dengan kata lain hal tidak terlaksananya

perjanjian atau kelambatan dalam pelaksanaan itu, bukanlah karena

kelalaiannya. Ia tidak dapat dikatakan salah satu alpa dan orang yang

tidak salah tidak boleh dijatuhi sanksi yang diancamkan atas kelalaian.24

2. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan yang menyitir pendapat Vollmar

mendefinisikan overmacht adalah suatu keadaan dimana debitur sama

sekali tidak mungkin memenuhi perutangan (absolute overmacht) atau

masih memungkinkan memenuhi perutangan, tetapi memerlukan

24

R. Subekti, 1992, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta (selanjutnya

disebut R. Subekti I), hal 55.

Page 38: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

72

pengorbanan besar yang tidak seimbang atau kekuatan jiwa diluar

kemampuan manusia dan menimbulkan kerugian yang sangat besar.25

3. R.Setiawan mendefinisikan overmacht adalah suatu keadaan yang terjadi

setelah dibuatnya persetujuan yang menghalangi debitur untuk memenuhi

prestasinya. Dalam hal ini debitur tidak dapat dipersalahkan dan tidak

harus menanggung risiko serta hal tersebut tidak dapat diduga pada

waktu persetujuan dibuat.26

Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disampaikan overmacht atau

keadaan memaksa adalah suatu keadaan ketika debitur tidak dapat melakukan

prestasinya kepada kreditur, yang disebabkan adanya kejadian yang berada di luar

kekuasaanya, seperti bencana alam dan lain-lain.

2.2.2 Unsur-Unsur Overmarcht

Berdasarkan rumusan pasal dan pendapat para sarjana, maka dapat

disimpulkan unsur-unsur Overmarcht terdiri dari:

a. Peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya.

b. Debitur tidak dapat dipertanggungjawabkan.

c. Debitur tidak memiliki itikad buruk.

d. Suatu keadaan yang tidak disengaja oleh debitur.

e. Keadaan tersebut dapat menghalangi debitur untuk memenuhi prestasi

atau kewajiban.

25

Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 1980, Hukum Perdata, Hukum bagian

A, Seksi Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta

(selanjutnya disebut Sri Soedewi Masjchoen Sofwan I ), hal 20.

26

R.Setiawan, 1999, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Putra Abardin,

Bandung, hal 27.

Page 39: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

73

f. Jika prestasi dilakukan maka akan terkena larangan atau sanksi.

g. keadaan diluar kesalahan debitur.

h. Debitur tidak mengalami kegagalan dalam memenuhi prestasi.

i. Kejadian/keadaan tersebut tidak dapat dihindari oleh debitur maupun

pihak lain.

j. Debitur tidak terbukti melakukan kesalahan maupun kelalaian.

2.2.3 Ruang Lingkup Overmarcht

Berbagai peristiwa dan keadaan dapat menyebabkan overmacht. Ruang

lingkup overmacht pun dalam berbagai peraturan berbeda beda. Hal ini

disebabakan karena karakteristik tiap peraturan berbeda-beda. Peristiwa alam

merupakan peristiwa yang paling sering menyebabkan terjadinya overmacht,

karena sangat sulit untuk memprediksi peristiwa alam yang akan terjadi. Berikut

ruang lingkup overmacht dalam berbagai peraturan perundang-undangan dan

kontrak kerja:

a. Ruang Lingkup overmacht dalam Peraturan Perundang-Undangan.

1. Peraturan Pengadaan Barang dan Jasa

- Peperangan;

- Kerusuhan;

- Revolusi;

- Bencana alam seperti banjir, gempa bumi,gunung meletus,tanah

longsor;

- Pemogokan;

- Kebakaran;

Page 40: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

74

- Gangguan industri lain.

2. Peraturan Perbankan.

- Kerusuhan massa;

- Perang;

- Sabotase;

- Kebakaran;

- Bencana alam seperti gempa bumi dan banjir yang dibenarkan oleh

penguasa atau pejabat dari instansi terkait didaerah setempat.27

3. Peraturan Lalu Lintas dan Jasa Angkutan.

- Amukan masa;

- Keadaan yang secara teknis tidak mungkin dielakkan oleh

pengemudi;

4. Peraturan Pertambangan Minyak dan Batu Bara.

- Perang;

- Kerusuhan sipil;

- Pemberontakan;

- Epidemic;

- Gempa bumi;

- Banjir;

- Kebakaran;

- Bencana alam diluar kemampuan manusia.

27

Rahmat S.S Soemadipradja, op.cit, hal 78

Page 41: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

75

- Selain itu dalam peraturan pertambangan dan mineral dikenal

istilah “keadaan yang menghalangi” yang terdiri dari

i. Blokade;

ii. Pemogokan;

iii. Perselisihan perburuhan diluar kesalahan pemegang IUP

(Izin Usaha Pertambangan) atau IUPK (Izin Usaha

Pertambangan Khusus) dan;

iv. Peraturan perundang-undangan yang diterbitkan oleh

pemerintah yang menghambat kegiatan usaha

pertambangan yang sedang dilaksanakan.

b. Ruang Lingkup overmacht dalam beberapa Kontrak

1. Kontrak karya

- Peperangan;

- Pemberontakan;

- Kerusuhan sipil;

- Blokade;

- Sabotase;

- Embargo;

- Pemogokan dan perselisihan perburuhan lainnya;

- Keributan;

- Epidemic;

- Gempa bumi;

Page 42: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

76

- Angin ribu banjir atau keadaan keadaan cuaca lainnya yang

merugikan;

- Ledakan;

- Kebakaran;

- Petir;

- Perintah atau petunjuk (adverse order atau direction)

pemerintahan atau perangkatnya atau subdivisinya yang

merugikan;

- Kerusakan pada mesin-mesin yang berpengaruh besar

terhadap kegiatan perusahaan.28

2. Kontrak Agen Pembayaran Jumlah Bunga dan Pokok Obligasi

Kepada Pemegang Obligasi oleh PT KSEI melalui Pemegang

Rekening untuk dan atas nama Perusahaan Terdaftar.

- Banjir;

- Gempa bumi;

- Gunung meletus;

- Perang;

- Pemogokan;

- Bencana nuklir;

- Huru hara;

- Perdagangan efek dibursa efek dihentikan untuk sementara

waktu atau dibatasi oleh instansi yang berwenang;

28

Rahmat S.S Soemadipradja, op.cit, hal 79.

Page 43: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

77

- Perubahan di bidang politik, pasar modal, ekonomi, dan

moneter;

- Perubahan di bidang terkait dengan usaha perusahaan

terdaftar dan;

- Terjadinya kegagalan sistem orientasi perbankan yang

bersifat nasional.29

Dari uraian diatas, secara garis besar penyebab overmacht dapat

dikelompokan menjadi 5 (lima) yaitu.

1) Overmacht Karena Faktor Alam

Overmacht karena faktor alam adalah overmacht yang disebabkan oleh

keadaan alam yang tidak dapat diduga dan dihindari oleh setiap orang karena

bersifat alamiah tanpa unsur kesengajaan. Peristiwa termasuk dalam

overmacht ini adalah banjir, tanah longsor, gempa bumi, badai, guntur,

gunung meletus, topan, cuaca buruk, petir, gelombang pasang, keadaan

keadaan cuaca lain yang merugikan, bencana alam diluar kemampuan

manusia, dan bencana alam yang dibenarkan oleh penguasa atau pejabat dari

instansi terkait di daerah setempat.

2) Ovemacht Karena Kondisi sosial dan keadaan darurat.

Ovemacht karena kondisi sosial dan keadaan darurat adalah overmacht yang

ditimbulkan oleh situasi atau kondisi yang tidak wajar, keadaan khusus yang

bersifat segera dan berlangsung dengan singkat tanpa dapat diprediksi

sebelumnya. Peristiwa yang termasuk dalam overmacht tersebut adalah

29

Rahmat S.S Soemadipradja, op.cit, hal 80.

Page 44: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

78

peperangan, pemberontakan, operasi militer, sabotase, blokade, pemogokan,

dan perselisihan buruh, kebakaran, epidemik, terorisme, peledakan, ledakan

kebakaran, kerusuhan, bencana nuklir, radioaktif, dan keadaan keadaan diluar

kekuasaan manusia yang langsung mempengaruhi jalanya pekerjaan, serta

keadaan darurat lain yang ditetapkan pemerintah.

3) Overmacht Karena Keadaan Ekonomi (moneter)

Overmacht karena keadaan ekonomi adalah overmacht yang disebabkan oleh

adanya situasi ekonomi yang berubah, ada kebijakan ekonomi tertentu, atau

segala sesuatu yang berhubungan dengan sektor ekonomi. Peristiwa yang

termasuk dalam overmacht ini adalah terjadi perubahan kondisi

perekonomian atau peraturan perundang-undangan sedemikian rupa sehingga

mengakibatkan tidak dapat dipenuhinya prestasi, timbulnya gejolak moneter

yang menyebakan kenaikan biaya bank, embargo ekonomi, perubahan

dibidang politik, pasar modal, ekonomi dan moneter.

4) Overmacht Karena Kebijakan Atau Peraturan Yang Ditetapkan Pemerintah.

Overmacht karena kebijakan atau peraturan yang ditetapkan pemerintah

adalah overmacht yang disebabkan oleh suatu keadaan dimana terjadi

perubahan kebijakan pemerintah atau hapus atau dikeluarkannya kebijakan

baru yang berdampak pada kegiatan yang sedang berlangsung, contohnya

perdagangan efek di bursa efek dihentikan sementara oleh instansi yang

berwenang, terjadi perubahan perundang-undangan yang menghambat

kegiatan usaha yang sedang dilaksanakan.

Page 45: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

79

5) Overmach Karena Keadaan Teknis Yang Tidak Terduga.

Overmach karena keadaan teknis yang tidak terduga adalah overmacht yang

disebabkan oleh peristiwa rusaknya atau berkurangnya fungsi peralatan

teknis atau operasional yang berperan penting bagi kelangsungan proses

produksi suatu perusahaan, dan hal tersebut tidak dapat diduga akan terjadi

sebelumnya. Peristiwa yang termasuk dalam overmacht ini contohnya yaitu

terjadinya kegagalan sistem orientasi perbankan yang bersifat nasional,

kerusakan pada mesin-mesin yang berpengaruh besar terhadap kegiatan

perusahaan.

2.2.4. Jenis-Jenis Overmacht

Overmacht dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Jenis-jenis overmacht

diklasifikasikan berdasarkan sasaran, pelaksanaan prestasi dan jangka waktu

berlakunya keadaan yang menyebabkan overmacht yang diuraikan sebagaimana

berikut

a. Berdasarkan sasaran yang terkena, overmacht dibedakan menjadi overmacht

objektif dan subjektif yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Overmacht Objektif

Overmacht objektif ini terjadi atas benda yang merupakan obyek

perjanjian tersebut. Hal ini berarti keadaan benda tersebut sedemikan

rupa sehingga tidak mungkin lagi dipenuhi prestasi sesuai dengan

perjanjian yang telah dibuat sebelumnya, tanpa adanya kesalahan dari

debitur contohnya benda yang menjadi obyek perjanjian terbakar

sehingga pemenuhan prestasi sama sekali tidak mungkin dilakukan.

Page 46: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

80

2. Overmacht Subyektif

Overmacht subyektif terjadi bila overmacht tersebut terjadi bukan dalam

hubungannya dengan obyek dari perjanjian yang bersangkutan, tetapi

dalam hubungannya dengan perbuatan atau kemampuan debitur itu

sendiri. Contoh overmacht subyektif debitur saat akan mengantarkan

barang yang diperjanjikan terkena serangan jantung sehingga tidak bisa

mengantarkan barang yang menjadi obyek perjanjian.30

b. Berdasarkan kemungkinan pelaksanaan prestasi dalam perjanjian, overmacht

dibedakan menjadi overmacht absolut dan overmacht relatif yang akan

dijelaskan sebagai berikut:

a) Overmacht Absolut

Overmacht absolut adalah suatu overmacht yang terjadi sehingga

prestasi dari perjanjian sama sekali tidak mungkin dilakukan. Contoh

overmacht absolut barang yang menjadi obyek perjanjian musnah

terbakar, dalam hal ini perjanjian tersebut tidak mungkin untuk

dilaksanakan.

b) Overmacht Relatif

Overmacht relatif adalah suatu keadaan overmacht yang menyebabkan

debitur mungkin untuk melaksanakan prestasinya, namun pelaksanaan

prestasi itu harus dilakukan dengan memberikan korban yang besar.

Pengorbanan ini tidak seimbang atau menggunakan kekuatan jiwa yang

30

Munir Fuady, 2007, Hukum Kontrak, (Dari Sudut Pandang Hukum

Bisnis), Citra Aditya Bakti, Bandung (selanjutnya disebut Munir Fuady I), hal

115.

Page 47: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

81

di luar kemampuan manusia atau kemungkinan tertimpa bahaya

kerugian yang sangat besar.

c. Berdasarkan segi waktu berlakunya keadaan yang mengakibatkan terjadinya,

overmacht dibedakan menjadi overmacht permanen dan overmacht temporer

yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Overmacht Permanen

Suatu overmacht dikatakan overmacht permanen jika sama sekali

sampai kapanpun suatu prestasi yang terbit dari perjanjian tidak

mungkin dilakukan lagi. Contoh overmacht permanen jika barang

yang menjadi obyek perjanjian musnah diterjang banjir.

2. Overmacht Temporer

Suatu Overmacht dikatakan overmacht temporer jika terhadap

pemenuhan prestasi dari perjanjian tersebut tidak mungkin

dilakukan untuk sementara waktu, misalnya karena terjadi

peristiwa dimana setelah peristiwa tersebut terhenti prestasi

tersebut dapat dipenuhi kembali. Contoh overmacht temporer jika

barang objek perjanjian tersebut tidak mungkin dikirim ke tempat

kreditur karena terjadinya pergolakan sosial seperti kerusuhan

ditempat kreditur tersebut, akan tetapi ketika keadaan sudah

menjadi aman, barang tersebut bisa dikirim kembali.

Page 48: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

82

2.2.5 Akibat Hukum Overmacht Bagi Para Pihak

Akibat hukum overmacht menurut pendapat Mariam Darus Badrulzaman

bahwa keadaan memaksa mengakibatkan perikatan tersebut tidak lagi berkerja

(werking) walaupun perikatannya sendiri masih ada, dalam hal ini maka :

1. Debitur tidak dapat dituntut agar perikatan tersebut dipenuhi.

2. Tidak dapat mengatakan debitur berada dalam keadaan lalai dan karena itu

tidak dapat menuntut.

3. Kreditur tidak dapat meminta pemutusan perjanjian.

4. Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan keadaan memaksa adalah

sebagai berikut;

a. Debitur tidak dapat mengemukakan adanya keadaan memaksa itu

dengan jalan penangkisan (eksepsi).

b. Berdasarkan jabatan hakim tidak dapat menolak gugatan

berdasarkan keadaan memaksa, yang berutang memikul beban

untuk membuktikan adanya keadaan memaksa. 31

Abdul Kadir Muhamad membedakan keadaan memaksa yang bersifat

obyektif dan subyektif. Keadaan memaksa yang bersifat obyektif dan bersifat

tetap secara otomatis mengakhiri perikatan dalam arti perikatan itu batal (the

agreement would be void from the outset). Konsekuensi dari perikatan batal ialah

pemulihan keadaan semula seolah-olah tidak pernah terjadi perikatan jika

perikatan itu sudah dilaksanakan, tetapi jika satu pihak sudah mengeluarkan

biaya-biaya untuk melaksanakan perjanjian itu sebelum waktu pembebasan,

31

Rahmat S.S.Soemadipradja, op.cit, hal 49.

Page 49: BAB II TINJAUAN UMUM AKTA PEMBERIAN HAK … 2.pdfJaminan atas tanah untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-kreditur

83

pengadilan berdasarkan kebijaksanaanya boleh memperkenankannya memperoleh

semua biaya dari pihak lainnya atau menahan uang yang sudah dibayar. Dalam

hal keadaan memaksa yang bersifat subyektif dan sementara Keadaan memaksa

itu hanya mempunyai daya menangguhkan dan kewajiban prestasi hidup kembali

jika keadaan memaksa sudah tidak ada lagi.32

Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disampaikan akibat hukum

overmacht bagi para pihak adalah debitur tidak dapat dituntut agar perikatan

tersebut dipenuhi, kemudian tidak dapat mengatakan debitur berada dalam

keadaan lalai dan karena itu kreditur tidak dapat menuntut, dan kreditur tidak

dapat meminta pemutusan perjanjian.

32

Rahmat S.S.Soemadipradja, op.cit, hal 48.