31
BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjaun Teori 1. Diare a. Definisi Diare 1) Depkes RI (2011), menyatakan bahwa diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari. 2) Arifianto (2012), menyatakan bahwa diare adalah produksi tinja yang lebih cair dibandingkan biasanya dan frekuensi buang air besar (BAB) menjadi lebih sering. Umumnya,anak- anak mengalami BAB tidak mencapai tiga kali sehari sehingga frekuensi lebih dari tiga kali sering digunakan sebagai patokan diare meskipun tidak selalu. 3) Yayasan Spiritia (2015), menyatakan bahwa diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar, serta pada kandungan air dan volume kotoran tersebut. Diare dapat menjadi masalah yang berat. Diare yang berat juga dapat menyebabkan dehidrasi atau masalah gizi yang berat. 4) Wong (2008), menyatakan bahwa diare dapat disebebkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang 13 Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjaun Teori 1.repository.ump.ac.id/8257/3/Senowati Dwi Komalasari BAB II.pdf · f. Jenis-jenis Diare . Menurut Hidayat (2008) ada 3 jenis diare : a) Diare

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 13

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    A. Tinjaun Teori

    1. Diare

    a. Definisi Diare

    1) Depkes RI (2011), menyatakan bahwa diare adalah buang air

    besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat

    berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya (tiga

    kali atau lebih) dalam satu hari.

    2) Arifianto (2012), menyatakan bahwa diare adalah produksi

    tinja yang lebih cair dibandingkan biasanya dan frekuensi

    buang air besar (BAB) menjadi lebih sering. Umumnya,anak-

    anak mengalami BAB tidak mencapai tiga kali sehari sehingga

    frekuensi lebih dari tiga kali sering digunakan sebagai patokan

    diare meskipun tidak selalu.

    3) Yayasan Spiritia (2015), menyatakan bahwa diare adalah

    peningkatan frekuensi buang air besar, serta pada kandungan

    air dan volume kotoran tersebut. Diare dapat menjadi masalah

    yang berat. Diare yang berat juga dapat menyebabkan dehidrasi

    atau masalah gizi yang berat.

    4) Wong (2008), menyatakan bahwa diare dapat disebebkan oleh

    transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus.

    Diseluruh dunia terdapat kurang lebih 500 juta anak yang

    13

    Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • 14

    menderita diare `setiap tahunnya dan 20% dari seluruh

    kematian pada anak yang hidup dinegara berkembang

    berhubungan dengan diare serta dehidrasi. Gangguan diare

    dapat melibatkan lambung dan usus (Gastroenteritis), usus

    halus (Enteritis), kolon (kolitis) atau kolon dan usus

    (Enterokolitis).

    5) Aden (2010), menyatakan bahwa diare merupakan buang air

    besar dalam bentuk cair lebih dari tiga kali dalam sehari, dan

    biasanya berlangsung sampai dua hari atau lebih.

    b. Klasifikasi

    Klasifikasi diare menurut pedoman dari laboratorium/UPF

    Ilmu Kesehatan Anak, Universitas Airlangga (1996) dalam

    Susilaningrum (2013), dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu :

    1) Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung

    paling lama 3-5 hari. Akibat dari diare akut adalah dehidrasi,

    sedangkan dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi

    penderita diare.

    Diare akut atau diare disebabkan oleh infeksi usus yang bersifat

    mendadak, dapat terjadi pada semua umur dan apabila

    menyerang bayi umunya disebabkan oleh

    gastroenteritisinfantile. Diare akut adalah diare yang timbul

    secara mendadak dan berhenti cepat atau maksimal sampai 2

    minggu. Sebagai salah satu penyebab penting dari diare akut

    Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • 15

    pada bayi dan anak (yang bukan disebabkan oleh infeksi)

    adalah enteropati karena sensitive terhadap protein susu sapi

    atau „Cow’smilk protein sensitive enteropathy (CMPSE)‟ atau

    lebih dikenal dengan alergi terhadap susu sapi atau „Cow’s milk

    Allergy (CMA)‟.

    Suraatmaja (2007) menyatakan bahwa diare akut, yaitu diare

    yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang

    sebelumnya sehat. Penyebab diare akut biasa disebabkan oleh

    makanan dan minuman yang terkontraminasi oleh kuman

    penyakit.

    2) Diare kronik yaitu apabila diare berlangsung lebih dari 14 hari.

    Akibat dari diare kronik adalah penurunan berat badan dan

    ganguan metabolisme.

    Diare kronik umumnya bersifat menahun. Penyebabnya

    diakibatkan oleh luka radang usus, tumor ganas dan sebaginya.

    Diare kronik lebih komplek dan faktor-faktor yang

    menimbulkannya ialah infeksi bakteri, parasit, malabsorbsi,

    malnutrisi dan lain-lain.

    Menurut Sudaryat (2007) menyatakan bahwa diare diare

    kronik dibagi dibagi menjadi 5 yaitu:

    Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • 16

    a. Diare parsisten : Diare yang disebabkan oleh infeksi.

    b. Protacted diare : Diare yang berlangsung lebih dari 2

    minggu dengan tinja cair dan frekuensi lebih dari 4x atau lebih

    perharinya.

    c. Diare Intraktabel : Diare yang timbul berulang kali dalam

    waktu yang singkat.

    d. Prolonged Diare : Diare yang berlangsung lebih dari 7 hari.

    e. Chronic non spesific dearrhea : Diare yang berlangsung

    lebih dari 3 minggu tetapi tidak disertai dengan gangguan

    pertumbuhan dan tidak ada tanda-tanda infeksi.

    Pedoman MTBS (2008) dalam Susilaningrum (2013),

    menunjukkan bahwa diare dapat diklasifikasikan sebagai

    berikut :

    1) Diare dengan dehidrasi berat

    Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut :

    a) Letargis atau tidak sadar.

    b) Mata cekung.

    c) Tidak bisa minum atau malas minum

    d) Cubitan kulit perut kembali sangat lambat.

    2) Diare dengan dehidrasi sedang

    Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut :

    a) Gelisah, rewel/ mudah marah.

    b) Mata cekung.

    Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • 17

    c) Haus, minum dengan lahap.

    d) Cubitan kulit perut kembali lambat.

    3) Diare dengan dihidrasi ringan

    Tidak cukup tanda-tanda seperti yang terdapat pada

    klasifikasi diare dengan dehidrasi berat, dan sedang.

    c. Etiologi

    Diare dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti infeksi,

    malabsorbsi, makanan, dan psikologi (Dewi, 2011).

    1) Infeksi

    a) Enteral, yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran

    pencernaan dan merupakan penyebab utama

    terjadinya diare, infeksi enternal meliputi:

    (1) Infeksi bakteri: Vibrio, E. Coli, Salmonella,

    Shigella compylobacter, Yersinia, Aeromonas,

    dan sebagainya.

    (2) Infeksi virus: enterovirus, seperti virus ECHO,

    coxsackie, poliomyelitis, adenovirus, rotavirus,

    astrovirus, dan sebagainya.

    (3) Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichiuris,

    Oxyuris, dan Strongylodies), protozoa

    (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dan

    Trichomonas hominis), serta jamur (Candida

    albicans)

    Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • 18

    b) Parenteral, yaitu infeksi dibagian tubuh lain di

    luar alat pencernaan, misalnya Otitis Media

    Akut (OMA), tosilofaringitis,

    bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya.

    2) Malabsorbi

    Faktor malabsorpsi dibagi menjadi dua yaitu malabsorbsi

    karbohidrat dan lemak.

    a) Malabsorbsi Karbohidrat, pada bayi kepekaan

    terhadap lactoglobulis dalam susu formula dapat

    menyebabkan diare. Gejalanya berupa diare berat,

    tinja berbau sangat asam dan sakit didaerah perut.

    b) Malabsorbsi lemak, terjadi apabila dalam makanan

    terdapat lemak yang disebut triglyserida, dengan

    bantuan kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi

    micells yang siap diabsorpsi oleh usus. Jika tidak ada

    lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat

    muncul karena lemak tidak diserap dengan baik.

    3) Makanan

    Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan

    tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, muntah

    (sayuran). Makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah

    mengakibatkan diare pada bayi dan balita.

    Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • 19

    4) Psikologis

    Rasa takut, cemas, dan tegang, jika terjadi pada anak dapat

    menyebabkan diare kronis. Tetapi jarang terjadi pada anak

    bayi dan balita, umunya terjadi pada anak yang lebih

    besar.

    d. Tanda dan Gejala

    Gejala diare menurut Putra (2012) adalah tinja encer dengan

    frekuensi 4 kali atau lebih dalam sehari, yang terkadang disertai

    bebrapa hal sebagai berikut :

    1) Muntah

    2) Badan lesu atau lemh

    3) Panas

    4) Tidak nafsu makan

    5) Darah dan lendir dalam kotoran

    6) Cengeng

    7) Gelisah

    8) Feses cair dan berlendir, kadang juga diserati dengan adanya

    dara, kelamaan feses ini akan berwarna hijau dan asam.

    9) Suhu meningkat.

    10) Dehidrasi, apabila menjadi dehidrasi berat akan terjai

    penurunan volume dan tekanan darah, nadi cepat dan kecil,

    peningkatan denyut jantung, penurunan kesadaran, dan diakhiri

    dengan syok.

    Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • 20

    11) Berat badan turun.

    12) Anus lecet.

    13) Turgor kulit menurun.

    14) Mata dan ubun ubun cekung.

    15) Selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering.

    e. Patofisiologi

    Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi apabila

    (Sudaryat, 2007) :

    1) Kehilangan air (dehidrasi)

    Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak

    dari pemasukan air (input), merupakan penyebab terjadinya

    kemtian pada diare.

    2) Gangguan keseimbangan asam-basa

    a) Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja.

    b) Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak

    sempurna sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh.

    c) Terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya

    anoksida jaringan.

    d) Produksi metabolisme yang bersifat asam meningkat

    karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi

    oliguria/anuria).

    e) Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam

    caairan intraseluler.

    Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • 21

    3) Hipoglikemia

    Hipoglikemia terjadi antara 2-3% dari anak-anak yang

    menderita diare. Pada anak-anak dengan gizi baik/cukup,

    hipoglikemia ini jarang terjadi tetapi lebih sering terjadi pada

    anak yang sebelumnya pernah menderita KKP. Hal ini terjadi

    karena :

    a) Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu.

    b) Adanya gangguan absorbsi glukosa (walaupun jarang

    terjadi).

    Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadarglukosa darah

    menurun sampai 40mg% pada bayi dan 50mg% pada

    anak-anak. Gejala lemah, apatis, peka rangsang,

    berkeringat, pucat, syok, kejang, sampai dengan koma.

    Terjadinya hipoglikemia ini perlu dipertimbangkan jika

    terjadi kejang yang tiba-tiba tanpa adanya panas atau

    penyakit lain yang disertai kejang atau penderita

    dipuasakan dalam waktu yang lama.

    4) Gangguan Gizi

    Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi

    dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu

    yang singkat. Hal ini desebabkan oleh :

    Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • 22

    a) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut

    diare atau muntahnya akan bertambah cepat. Orang tua

    hanya sering memberikan teh saja (teh diit).

    b) Walaupun susu diteruskan, tetapi sering diberikan dengan

    pengenceran dan susu yang encer ini diberikan terlalu

    lama.

    c) Makanan yang diberikan sering tidak dicerna dan

    diabsorpsi dengan baik dengan adanya hiperperistaltik.

    5) Ganggguan Sirkulasi

    Sebagai akibat diare disertai dengan muntah, dapat terjadi

    gangguan sirkulasi darah berupa renjatan (syok) hipovolemik.

    Akibat perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia,

    asidosis bertambah hebat, dan dapat mengakibatkan

    perdarahan pada otak dan kesadarn menurun

    (soporakmateus) dan apabila tidak segera ditolong maka

    penderita akan meninggal.

    f. Jenis-jenis Diare

    Menurut Hidayat (2008) ada 3 jenis diare :

    a) Diare cair akut

    Diare cair akut memiliki tiga ciri utama : gejalanya dimulai

    secara tiba-tiba , tinjanya encer dan cair, pemulihan biasanya

    terjadi dalam waktu 3-7 hari. Kadang- kadang juga gejalanya

    Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • 23

    bisa berlangsung sampai 14 hari. Lebih dari75% orang yang

    terkena diare mengalami diare cair akut.

    b) Disentri

    Disentri memiliki dua ciri utama : adanya darah dalam tinja,

    dan mungkin disertai dengan kram perut, berkurangnya nafsu

    makan dan penurunan berat badan yang cepat. Sekitar 10-15%

    anak-anak dibawah usia lima tahun (balita) mengalami disentri.

    c) Diare yang menetap atau persisten

    Diare yang menetap atau persisten memiliki tiga ciri utama

    yaitu pengeluaran tinja encer disertai darah, gejala berlangsung

    lebih dari 14 hari dan ada penurunan berat badan.

    Derajat dehidrasi akibat diare menurut Widoyono (2008) dibedakan

    menjadi tiga, yaitu :

    a) Tanpa dehidrasi , biasanya anak merasa normal, tidak rewel,

    masih bisa bermain seperti biasa. Umumnya karena diarenya

    tidak berat, anak masih mau makan dan minum seperti biasa

    b) Dehidrasi ringan atau sedang, menyebabkan ank\ank rewel atau

    gelisah, mata sedikit cekung, turgor kulit masih kembali

    dengan cepat jika dicubit.

    c) Dehidrasi berat, anak apatis (kesadran berkabut), mata cekung,

    pada cubitan kulit turgor kembali lambat, nafas cepat, anak

    terlihat lemah.

    Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • 24

    g. Komplikasi

    Menurut Maryunani (2010) sebagai akibat dari diare akan

    terjadi beberapa hal antara lain sebagi berikut :

    1) Kehilangan air (dehidrasi)

    Dehidrasi terjadi karena kehilangan aitr (output) lebih banyak

    dari pemasukan (input), merupakan penyabab terjadinya

    kematian pada diare.

    2) Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis)

    Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.

    Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor

    tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat

    karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang

    bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh

    ginjal (terjadi oliguria atau anuria) dan terjadinyapemindahan

    ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.

    3) Hipoglikemia

    Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita

    Kekurangan Kalori Protein (KKP). Hal ini terjadi karena

    adanya gangguan penyimpanan atau penyediaan glikogen

    dalam hati adan adanya gangguan etabol glukosa. Gejala

    hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun

    hingga 40% pada bayi dan 50% pada anak-anak.

    Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • 25

    4) Gangguan gizi

    Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini

    disebabkan oleh makanan sering dihentikan oelh orang tua

    karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat,

    walaupun susu diteruskan dan sering diberikan dengan

    pengeluaran dan susu yang encer diberikan terlalu lama,

    makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan

    diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

    5) Gangguan sirkulasi

    sebagian akibat diare dapat terjadi renjatan (shock)

    hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi

    hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan

    perdarahan otak, kesadaran menurun dan apabila tidak segera

    diatasi pasien akan meninggal.

    h. Pencegahan diare

    Kegiatan pencegahan penyakit diare yang benar dan efektif

    yang dapat dilakukan adalah (Kemenkes, 2011):

    1) Perilaku sehat

    a) Pemberian ASI

    b) Makanan pendamping ASI

    c) Mencuci tangan

    d) Menggunakan air bersih yang cukup

    e) Menggunakan jamban

    Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • 26

    f) Membuang tinja yang benar

    g) Pemberian imunisasi campak

    2) Kesehatan lingkungan

    a) Penyediaan air bersih

    b) Pengelolaan sampah

    c) Sarana pembangunan air limbah.

    i. Penatalaksanaan

    Prinsip perawatan diare menurut Dewi (2011) adalah sebagai

    berikut :

    1) Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumatan)

    2) Diatetik (pemberian makanan)

    3) Obat-obatan

    a) Jumlah cairan yang diberikan adalah 100 ml/kgBB/hari

    sebanyak 1 kali setiap 2 jam, jika diare tanpa dehidrasi.

    Sebanyak 50% cairan ini diberikan dalam 4 jam pertama

    dan sisanya adlibitum.

    b) Sesuaikan dengan umur anak:

    a)

  • 27

    e) Oralit diberikan sebanyak 100 ml/kgBB setiap 4-6 jam

    pada kasus dehidrasi sampai berat.

    Beberapa cara untuk membuat cairan rumah tangga

    (cairan RL).

    a) Larutan gula garam (LGG): 1 sendok teh gula pasir + ½

    sendok teh garam dapur halus + 1gelas air masak atau air

    teh hangat.

    b) Air tajin (2 liter + 5 g garam).

    (1) Cara tradisional

    3 liter air + 100 g atau 6 sendok makan beras dimasak

    selama 45-60 menit.

    (2) Cairan biasa

    2 liter air + 100 g tepung beras + g garam dimasak

    hingga mendidih.

    4) Teruskan pemberian ASI karena bisa membantu meningkatkan

    daya tahan tubuh anak.

    Penatalaksanaaan penderita diare menurut Maryunani

    (2013) anatara lain dengan :

    1) Anamnesis

    Kepada penderita atau keluarganya perlu ditanyakan

    mengenai riwayat perjalanan penyakit, antara lain :

    a) Lamanya sakit/diare/sudah berapa jam, hari.

    b) Frekuensinya (berapa kali sehari)

    Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • 28

    c) Banyaknya/volumenya (berapa banyak setiap kali BAB,

    misalnya berapa ml/popok penuh).Warnanya (biasa,

    kuning, berlendir, berdarah, seperti air cucian beras).

    d) Baunya (amis, busuk).

    e) Buang air kecil (banyaknya, warnanya, kapan terakhir

    buang air kecil).

    f) Ada tidaknya batuk, panas, pilek, dan kejang (sebelum,

    selama, atau setelah diare).

    g) Jenis, bentuk dan banyaknya makanan dan minuman

    sebelum dan sesudah diare).

    h) Adakah penderita diare disekitar rumah.

    i) Berat badan sebelum sakit (bila diketahui).

    2) Pemeriksaan fisik

    Pemeriksaan fisik pada kasus diare meliputi inspeksi,

    palpasi, perkusi, dan auskultasi.

    3) Pemeriksaan Laboratorium

    Pemeriksaan laboratorium pada kasus diare meliputi

    pemeriksaan tinja, pemeriksaan darah, Hb, dan

    pemeriksaan urine.

    4) Pengobatan yang sesuai

    Prinsip pengobatan diare, meliputi terapi cairan, ditetik

    (cara pemberian makanan), terapi suportif, dan edukasi.

    Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • 29

    Tujuan pengobatan :

    a) Mencegah dehidrasi

    b) Mengatasi dehidrasi yang telah ada

    c) Mencegah kekurangan nutrisi dengan memberikan

    makanan selama dan setelah diare.

    d) Mengurangi lama dan beratnya diare, serta berulangnya

    episode diare, dengan memberikan suplemen zinc.

    e) Zinc merupakan komponen > 300 enzim dan

    dibutuhkan untuk sintesis DNA, pembelahan sel dan

    sintesis protein.gejala dan tanda defisiensi zinc

    (seng)tidak jelas, terutama pada yang ringan. Prevalensi

    defisiensi Zn (zinc) di Indonesia cukup tinggi, berkisar

    antara 44-60%. Angka kejadian diare 47% lebih tinggi

    pada anak dengan difisiensi zinc. Penelitian

    membuktikan bahwa suplemen zinc dapat menurunkan

    angka kejadian diare akut dan persisten. Penelitian

    suplementasi Zinc di Negara berkembang (india,

    Meksiko, Papua Nugini, Peru, Vietnam, Guatemala,

    Bnagladesh, Pakistan, Jamaica) memperlihatkan

    menurunnya secara bermakna angka kejadian diare

    akut, diare persiten, dan pneumonia. Sejak tahun 2004,

    WHO dan UNICEF setelah mempelajari berbagai

    Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • 30

    penelitian di seluruh dunia, menganjurkan pemberian

    Zn pada anak

    f) dengan diare 20 mg per hari selama 10-14 hari. Pada <

    6 bulan 10 mg per hari selama 10-14 hari.

    Untuk mengatasi diare,tidak selalu harus dirujuk. Hsl ini

    disesuaikan dengan klasifikasinya. Ada tindakan yang dapat

    dilakukan sendiri oleh petugas lapangan. Anak baru dirujuk

    apabila keadaan anak tidak membaik. Sesuai dengan klasifikasi

    pada pedoman MTBS (2008), tindakan yang diperlukan adalah

    sebagai berikut:

    1) Diare dengan dehidrasi ringan

    a) Beri cairan tambahan sebanyak anak mau. Saat berobat, orang

    tua perlu diberi oralit beberapa bungkus untuk diberikan

    keoada anak yang ada dirumah. Juga perlu penjelasan.

    (1) Beri ASI lama pada setiap kali pemberian (bila masih diberi

    ASI)

    (2) Jika deberi ASI eksklusif, berikan oralit atau air matang

    sebagai tambahan.

    (3) Jika tidak memperoleh ASI ekslusif, berikan salah satu

    cairan berikut ini yaitu oralit, kuah sayur, air tajin, air

    matang.

    (4) Ajarkan cara membuat dan memberikan oralit dirumah :

    Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • 31

    (a) Satu bungkus oralit masukan ke dalam 200 ml (satu

    gelas) air matang.

    (b) Usia sampai satu tahun berikan 50-100 ml oralit setiap

    habis BAB.

    (c) Berikan oralit sedikit demi sedikit dengan sendok.

    Apabila muntah, tunggu sepuluh menit, kemudian

    berikan lagi.

    b) Lanjutkan pemberian makan sesuai dengan usianya.

    c) Apabila keadaan anak tidak membaik dalam waktu lima hari

    atau bahkan memburuk, maka dianjurkan untuk dibawa ke

    rumah sakit. Selama perjalanan kerumah sakit, oralit tetap

    diberikan.

    2) Diare dengan dehidrasi sedang

    a) Berikan oralit dan observasi diklinik selama 3 jam dengan

    jumlah sekitar 75 ml/kgBB atau berdasarkan usia anak.

    Pemberian oralit pada bayi sebaiknya

    b) dengan menggunakan sendok. Adapun jumlah pemberian oralit

    berdasarkan usia atau berat badan dalam 3 jam pertama adalah

    sebagai berikut :

    Tabel 2.1 Pemberian Oralit berdasarkan usia 4 bulan

    (

  • 32

    Apabila anak menginginkan lebih, dapat diberikan. Anak dibawah

    enam bulan yang sudah tidak minum ASI, berikan juga air matang

    sekitar 100-200 ml selama periode ini.

    c) Ajarkan pada ibu cara membuat dan memberikan oralit, yaitu

    satu bungkus oralit dicampur dengan satu gelas (ukuran 200

    ml) air matang.

    d) Lakukan penilaian setelah anak diobservasi tiga jam. Apabila

    membaik, pemberian oralit dapat diteruskan dirumah sesuai

    dengan penanganan diare tanpa dehidrasi. Bila memburuk,

    segera pasang infuse dan rujuk ke rumah sakit untuk

    mendapatkan penanganan segera.

    3) Diare dengan dehidrasi berat

    a) Jika anak menderita penyakit berat lainnya, segera rujuk.

    b) Jika tidak ada penyakit berat lainnya, perlu tindakan sebagai

    berikut:

    c) Jika dapat memasang infuse, segera berikan cairan RL atau

    NaCL secepatnya secara intravena sebanyak 100 ml/BB

    dengan pedoman sebagai berikut:

    Tabel 2.2 Pemberian infuse untuk dehidrasi Umur Jumlah pemberian,

    30ml/kgBB,selama

    Pemberian

    berikutnya,70

    ml/kgBB,selama

    Bayi

    (

  • 33

    Keterangan :

    Periksa kembali setelah 1-2 jam, jika status hidrasi belum

    membaik (nadi lemah atau tidak teraba), ulangi pemberian

    pertama. Jika kondisi membaik, teruskan penanganan

    seperti pada dehidrasi ringan/sedang.

    (1) Jika tidak dapat memasang infuse tetapi dapay memasang

    sonde, berikan oralit melalui nasogastrik dengan jumlah 20

    ml/kg BB/jam selama enam jam.jika anak muntah terus

    menerus dan perut kembung, berikan oralit lebih lambat.

    Jika keadaan membaik setelah enam jam, teruskan

    penanganan seperti dehidrasi ringan/sedang. Jika keadaan

    memburuk, segera lakukan rujukan.

    (2) Jika tidak dapat memasang infuse maupun sonde, rujuk

    segera. Jika anak dapat minum, anjurkan ibu untuk

    memberikan oralit sedikit demi sedikit selama dalam

    perjalanan.

    Adapun untuk mengatasi permasalahan selanjutnya,

    perencanaan yang diperlukan adalah sebagai berikut:

    1) Kekurangan volume cairan

    a) Pantau tanda dan gejala dehidrasi (kulit membrane mukosa

    kering, kenaikan berat jenis urine tiap empat jam, rasa

    haus).

    Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • 34

    b) Pantau keluaran dan masukan dengan cermat meliputi

    frekuensi, warna, dan konsistensi.

    c) Pantau ketidakseimbangan elektrolit (Natrium klorida,

    kalium).

    d) Timbang berat badan setiap hari.

    e) Monitor tanda-tanda vita (suhu,nadi) setiap empat jam.

    f) Monitor pemeriksaan labortorium (elektrolit, berat jenis

    urine, nitrogen urea darah).

    g) Lakukan tindakan untuk mengurangi demam (ganti pakaian

    katun da kompres dingin)

    h) Kolaborasi dengan dokter tentang rehidrasi terutama untuk

    dehidrasi dan terdapatnya penyakit berat lainnya.

    2) Perubahan nutrisi

    a) Pelihara input dan ouput yang tepat dengan meneruskan

    nutrisi per oral.

    b) Observasi muntah dan berak tiap 4 jam.

    c) Berikan makanan secara bertahan menaikkan dari diet lunak

    ke diet biasa.

    d) Timbang berat badan setiap hari.

    Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil

    peningkatan atau penururnan semua jaringan yang ada pada

    tubuh, misalnya tulang, otot, lemak, organ tubuh, dan cairan

    tubuh sehingg dapat diketahui status keadaan gizi dan

    Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • 35

    tumbuh kembang anak, berat badan juga dapat digunakan

    sebagai dasar perhitungkan dosis dan makan yang

    diperlukan dalam tindakan pengobatan. Penilaian berat

    badan berdasarkan usia menurut WHO dengan standar

    NCHS (Nationaal Center for Health Statistics) yaitu

    menggunakan persentil sebagai berikut :

    Persentil ke 50-3 dikatakan normal, sedangkan persentil

    kurang atau sama dengan tiga termasuk kategori malnutrisi.

    Penilaian berat badan berdasarkan tinggi badan menurut

    WHO yaitu menggunakan presentase dari median: 80-100%

    dikatakan malnutrisi sedang dan m 80% dikatakan

    malnutrisi akut (wasting). Penilaian berat badan

    berdasarkan tinggi badan menurut standar baku NCHS yaitu

    menggunakan persentil: 75-25 dikatakan normal, persentil

    10-5 dikatakan malnutrisi sedang, dan kurang dari persentil

    5 dikatakan malnutrisi berat. Selain penggunaan standar

    baku NCHS juga dapat digunakan kartu menuju sehat

    (KMS). Sebagaimana penelitian Anwar (2003), dengan

    adanya KMS perkembangan anak dapat dipantau secara

    praktis, sederhana, dan mudah (Alimul, 2008).

    Prosedur mengukur Berat Badan Bayi menurut Heller

    (2009) bertujuan untuk mendapatkan pengukuran yang

    Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • 36

    akurat dari berat badan bayi dan merencanakan pada grafik

    pertumbuhan.

    Nilai jumlah kalori bahan makanan 1000-2400 kal/hari

    sesuai dengan berat badan.

    e) Kolaborasi dengan ahli gizi

    f) Berikan penyuluhan pada orangtua tentang makanan/diet

    selama diare, cara pembuatan oralit, tetap memberikan ASI.

    3) Perubahan integritas kulit

    a) Jaga daerah popok bersih daan kering

    b) Periksa dan ganti popok setiap jam atau basah

    c) Gunakan sarung tangan dan cuci tangan sebelum dan

    setelah mengganti popok.

    d) Berikan daerah perineal dengan air dan sabun yang lembut

    setiap BAB

    e) Bubuhi krim/salep/lotion pada daerah ruam dipantat

    f) Hindari penggunaan bedak bila telah terjadi lecet

    g) Gunakan popok kain yang terbuka daripada popok

    disposable

    h) Yakinkan pemenuhan kebutuhan nutrisi sesegera mungkin

    untuk mendukung penyambuhan jaringan

    4) Gaangguan rasa nyaman

    a) Baringkan pasien dalan posisi terlentang dengan bantalan

    penghangat diatas abdomen

    Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • 37

    b) Berikan input jumlah kecil dan sering dari cairan jernih

    dingin (tidak terlalu dingin atau panas), misalnya, teh encer,

    agar-agar, 30-60 ml tiap 30-60 menit

    c) Singkirkan pemandangan yang tidak menyenangkan dan

    bau tidak sedap dari lingkungan klien

    d) Beri penjelasan padaa orangtua untuk menghindari

    beberapa hal, yaitu:

    a) Pemberian cairan yang sangat dingin dan panas

    b) Makanan yang mengandung lemak dan serat (misalnya,

    susu, buah)

    c) Makanan yang mengandung kafein

    5) Kurangnya pengetahuan orang tua

    a) Bahas proses penyakit dengan istilah yang dapaat dipahami

    jelaskan tentang agen penyakit, tindakan pencegahan, dan

    pebtingnya cuci tangan sampai bersih

    b) Jelaskan pembatasan diet, yaitu makanan tinggi serat (buah

    segar), makanan tinggi lemak (susu), dan air yang sangat

    panas atau dingin

    c) Ajarkan orangtua untuk melaporkn gejala urine coklat gelap

    selama lebih 12 jam dan tinja berdarah

    d) Jelaskan tentang pentingnya mempertahankan

    keseimbangan antara masukan dan keluaran cairan,

    manfaaat istirahat dan tindakan pencegahan diare (misalnya,

    Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • 38

    penyimpanan makanan yang tepat, cuci tangan sebelum dan

    sesudah memegang makanan).

    j. Pemeriksaan penunjang

    1) Pemeriksaan tinja :

    a) Makrosopis dan mikroskopis.

    b) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan

    tablet clinistes, jika diduga terdapat intoleransi gula.

    c) Jika perlu dilakukan pemeriksaan pembiakan pada uji

    resistem.

    2) Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium

    dan fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare yang

    disertai kejang) (Sujianti, 2011).

    2. Dehidrasi / Kekurangan Cairan pada Anak Diare

    1. Definisi dehidrasi

    Dehidrasi adalah suatu keadaan kesembangan cairan yang

    negatif atau terganggu yang bisa disebabkan oleh berbagai jenis

    penyakit (Huang, 2009). Dehidrasi terjadi karena kehilangan air

    (output) lebih banyak daripada pemasukan air (input) (Suraatmaja,

    2010). Cairan yang keluar biasanya disertai dengan elektrolit

    (Latief, 2005)Pada dehidrasi gejala yang timbul berupa rasa haus,

    berat badan turun, kulit bibir dan lidah kering, saliva menjadi

    kental. Turgor kulit dan tonus berkurang, anak menjadi apatis,

    gelisah kadang-kadang disertai kejang. Akhirnya timbul gejala

    Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • 39

    asidosis dan renjatan dengan nadi dan jantung yang berdenyut

    cepat dan lemah, tekanan darah menurun, kesedaran menurun, dan

    pernapasan kussmaul (Latief, 2005).

    2. Klasifikasi Dehidrasi

    a. Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik

    Dehidrasi adalah keadaan yang paling berbaya karena dapat

    menyebabkan penurunan volume darah sampai kematian

    apabila tidak cepat ditangani. Dehidrasi dapat dibagi menjadi

    dihidrasi ringan, sedang dan berat seperti pada tabel dibawah

    ini :

    Tabel 2.1 Klasifikasi Dehidrasi Berdasarkan Gejala Klinis dan

    Pemeriksaan Fisik (Huang, 2005)

    Gejala/tanda Ringan(3-5%) Sedang (6-9%) Berat (10% atau lebih

    Tingkat kesadaran

    Pengisian kembali

    kapiler

    Membran mukosa

    Denyut jantung

    Laju pernapasan

    Tekanan darah

    Denyut nadi

    Turgor kulit

    Fontanella

    Mata

    Keluaran urin

    Sadar

    2 detik

    Normal

    Sedikit meningkat

    Normal

    Normal

    Normal

    Kembali normal

    Normal

    Normal

    Menurun

    Latargi

    2-4 detik

    Kering

    Meningkat

    Meningkat

    Normal, ortostatik

    Kembali Cepat dan

    lemah

    Kembali lambat

    Agak cekung

    Cekung

    Oliguria

    Tidak sadar

    Lebih dari 4 detik

    Sangat kering

    Sangat meningkat

    Meningkat dan

    hiperapnea

    Menurun

    Sangat lemah/ samar

    atau tidak teraba

    Tidak segera kembali

    Cekung

    Sangat cekung

    Anuria

    Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • 40

    b. Berdasarkan gambaran elektrolit serum, dehidrasi dapat dibagi menjadi :

    1) Dehidrasi Hiponatremik atau Hipotonik

    Dehidrasi hiponatremik merupakan kehilangan

    natrium yang relatif lebih besar daripada air, dengan kadar

    natrium kurang dari 130 mEq/L. Apabila terdapat kadar

    natrium serum kurang dari 120 mEq/L, maka akan terjadi

    edema serebral dengan segala akibatnya, seperti apatis,

    anoreksia, nausea, muntah, agitasi, gangguan kesadaran,

    kejang dan koma (Garna, dkk., 2000). Kehilangan natrium

    dapat dihitung dengan rumus :

    Defisit natrium (mEq) = (135 – kadar Na serum) air tubuh

    total (dalam L) ( 0,6 x berat badan dalam kg)

    Kadar Na serum berarti konsentrasi natrium serum yang

    terukur, sedangkan 135 adalah nilai normal rendah natrium

    serum. Pada dehidrasi hipotonik atau hiponatremik, cairan

    ekstraseluler relatif hipotonik terhadap cairan intraselukler,

    sehingga air bergerak dari kompartemen ekstraseluler ke

    intraseluler. Kehilangan volume akibat kehilangan eksternal

    dalam bentuk dehidrasi ini akan semakin diperberat dengan

    perpindahan cairan ekstraseluler ke kompartemen

    intraseluler. Hasil akhirnya adalah penurunan volume

    ekstraseluler yang dapat mengakibatkan kegagalan sirkulasi

    (Behrman et al, 2000).

    Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • 41

    2) Dehidrasi Isonatremi atau Isotonik

    Dehidrasi isinatremik (isotonik) terjadi ketika yang

    cukuphilangnya cairan sama dengan konsentrasi natrium

    dalam darah. Kehilangan natrium dan air adalah sama

    jumlahnya/besarnya dalam kompartemen cairan

    ekstravaskular maupun intravaskular. Kadar natrium pada

    dehidrasi isonatremik 130-150 mEq/L (Huang, 2009).

    Tidak ada perubahan konsentrasi elektrolit darah pada

    dehidrasi isonatremik (Latief, 2005).

    3) Dehidrasi Hipernatremik atau Hipertonik

    Dehidrasi Hipernatremik (hipertonik) terjadi ketika cairan

    yang hilang mengandung lebih sedikit natrium daripada

    darah (kehilangan cairan hipotonik), kadar natrium serum >

    150 mEq/L. Kehilangan natrium serum lebih sedikit

    daripada air, karena natrium serum tinggi, cairan di

    ekstravaskuler pindah ke intravaskular meminimalisir

    penurunan volume intravskular (Huang, 2009). Dehidrasi

    hipertonik dapat terjadi karena pemasukan (intake)

    elektrolit lebih banyakn daripada air (Suharyono, 2008).

    Cairan rehidrasi oral yang pekat, susu formula pekat,larutan

    gula garam yang tidak tepat takar merupakan faktor resiko

    yang cukup kuat terhadap kejadian hipernatremia. Terapi

    cairan untuk dehidrasi hipernatremik dapat sukar karena

    Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • 42

    hiperosmolalitas berat dapat mengakibatkan kerusakan

    serebrum dengan pendarahan dan trombosit serebral luas,

    serta efusi subdural. Jejas serebri ini dapat mengakibatkan

    defisit neurologis menetap.

    B. Kerangka Teori

    Gambar 2.1 Kerangka Teori

    Sumber : Huang (2005), Aden (2010), Dewi (2011), Sulisnadewi, dkk (2012)

    Patofisiologis

    a. Kehilangan air dan

    elektrolit (dehidrasi)

    b. Hipoglikemia

    c. Gangguan gizi

    d. Gangguan sirkulasi

    Etiologi

    a. Infeksi

    b. Malabsorbsi

    c. Makanan

    d. paikologis

    Klasifikasi dehidrasi

    a. Berdasarkan

    gejala klinis

    Ringan

    Sedang

    Berat

    b. Berdasarkan

    gambaran

    elektrolit

    Dehidrasi

    hiponatremik/

    hipotonik.

    Dehidrasi

    isonatremi/isot

    onik

    Dehidrasi

    hipernatremik/

    hipertoni

    Penanganan Awal

    Diare pada Anak

    DIARE

    Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018

  • 43

    C. Kerangka Konsep

    Kerangka konsep merupakan dasar pemikiran yang memberikan

    penjelasan tentang yang tercantum dalam hipotesa (Saryono, 2010).

    Gambar 2.2 Kerangka Konsep

    D. Hipotesis

    Hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang kebenarannya

    perlu diteliti lebih lanjut (Notoatmodjo, 2010). Hipotesis penelitian ini

    adalah :

    Ho : Tidak ada hubungan antara status dehidrasi dengan penanganan

    awal diare pada anak

    H1 : Ada hubungan hubungan antara status dehidrasi dengan

    penanganan awal diare pada anak.

    VARIABEL BEBAS

    Penanganan awal diare

    VARIABEL TERIKAT

    Status dehidrasi

    Hubungan Antara Status..., Senowati Dwi Komalasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018