28
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sebuah penelitian ilmiah membutuhkan tinjauan pustaka yang merupakan bagian yang penting untuk diuraikan sebagai dasar dalam membangun suatu konstruk teoritis, acuan dasar dalam membangun kerangka berpikir serta menyusun hipotesis penelitian. Dalam bab ini akan diuraikan teori-teori yang mendasari masing-masing variabel, yaitu prestasi akademik, stres, dan coping with stress, serta aspek-aspek dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Selain itu juga dijelaskan mengenai hasil-hasil penelitian sebelumnya, model penelitian serta hipotesis penelitian. 2.1. Prestasi Akademik 2.1.1. Pengertian Prestasi Akademik Prestasi akademik merupakan komponen yang penting dalam pendidikan. Dalam Dictionary of Education (Phye, 1997), prestasi akademik didefinisikan sebagai perkembangan pengetahuan atau kemampuan akan mata pelajaran yang biasanya diwujudkan dalam bentuk nilai ujian dalam sebuah laporan tertulis. Prestasi akademik siswa merupakan penilaian terhadap usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam berbagai macam bentuk, misalnya simbol, angka, huruf, dan kalimat yang menceminkan hasil yang sudah dicapai oleh siswa dalam periode tertentu (Winkel, 2007). Menurut Kartono (1995) prestasi akademik adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di sekolah dan sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang sudah diberikan serta dinilai oleh para pengajar. Lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . ... kemampuan akan mata pelajaran yang biasanya diwujudkan dalam bentuk ... psikologis (tingkah laku, pola pikir, dan emosi)

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . ... kemampuan akan mata pelajaran yang biasanya diwujudkan dalam bentuk ... psikologis (tingkah laku, pola pikir, dan emosi)

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Sebuah penelitian ilmiah membutuhkan tinjauan pustaka yang

merupakan bagian yang penting untuk diuraikan sebagai dasar dalam

membangun suatu konstruk teoritis, acuan dasar dalam membangun

kerangka berpikir serta menyusun hipotesis penelitian. Dalam bab ini akan

diuraikan teori-teori yang mendasari masing-masing variabel, yaitu

prestasi akademik, stres, dan coping with stress, serta aspek-aspek dan

faktor-faktor yang memengaruhinya. Selain itu juga dijelaskan mengenai

hasil-hasil penelitian sebelumnya, model penelitian serta hipotesis

penelitian.

2.1. Prestasi Akademik

2.1.1. Pengertian Prestasi Akademik

Prestasi akademik merupakan komponen yang penting dalam

pendidikan. Dalam Dictionary of Education (Phye, 1997), prestasi

akademik didefinisikan sebagai perkembangan pengetahuan atau

kemampuan akan mata pelajaran yang biasanya diwujudkan dalam bentuk

nilai ujian dalam sebuah laporan tertulis.

Prestasi akademik siswa merupakan penilaian terhadap usaha

kegiatan belajar yang dinyatakan dalam berbagai macam bentuk, misalnya

simbol, angka, huruf, dan kalimat yang menceminkan hasil yang sudah

dicapai oleh siswa dalam periode tertentu (Winkel, 2007). Menurut

Kartono (1995) prestasi akademik adalah hasil belajar yang diperoleh dari

kegiatan pembelajaran di sekolah dan sejauh mana siswa menguasai bahan

pelajaran yang sudah diberikan serta dinilai oleh para pengajar. Lebih

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . ... kemampuan akan mata pelajaran yang biasanya diwujudkan dalam bentuk ... psikologis (tingkah laku, pola pikir, dan emosi)

16

lanjut lagi, Arikunto (1993) mendefinisikan prestasi belajar siswa sebagai

suatu angka yang mencerminkan sejauhmana pencapaian tujuan siswa

yang ditetapkan pada setiap jenjang studi. Gambaran prestasi siswa

tersebut dinyatakan dengan angka 0-10 yang menggambarkan hasil dari

usaha, kemampuan, dan sikap siswa dalam menyelesaikan tugas.

Smith (2001) mengatakan bahwa prestasi akademik adalah

pengukuran kinerja seorang siswa di sekolah dengan menggunakan

instrumen tes yang terstandarisasi. Menurut Tu’u (2004) prestasi

akademik merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan

tugas atau kegiatan tertentu. Prestasi akademik adalah penguasaan

pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran

yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang

diberikan oleh guru. Sementara itu, Bertills (2010) mengartikan prestasi

akademik sebagai hasil dari proses belajar yang berupa pengetahuan yang

diukur dengan nilai ujian atau ranking. Amstrong dalam Suleymanov

(2014) mendefinisikan prestasi akademik sebagai nilai keseluruhan dari

mata pelajaran yang termasuk dalam kurikulum akademik yang

menunjukkan tujuan utama dari pendidikan, yaitu mendukung,

menggerakkan, dan memfasilitasi kemampuan siswa untuk meningkatkan

ranking dan nilai ujian standar.

Dari definisi-definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli diatas,

penulis menyimpulkan bahwa prestasi akademik sebagai hasil akhir dari

proses belajar selama kurun waktu tertentu. Hasil akhir itu berupa nilai-

nilai dari mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa yang dilaporkan dalam

rapor setiap semester.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . ... kemampuan akan mata pelajaran yang biasanya diwujudkan dalam bentuk ... psikologis (tingkah laku, pola pikir, dan emosi)

15

2.1.2 Teori Prestasi Akademik

Prestasi akademik adalah hasil akhir dari proses belajar selama

kurun waktu tertentu. Keberhasilan seorang siswa dalam mengikuti proses

belajar menentukan prestasi akademiknya. Supaya dapat berhasil dalam

proses belajar, maka seorang siswa dapat memperhatikan prinsip-prinsip

belajar. Seorang psikolog humanistik, Rogers (dalam Djiwandono, 2002)

mengungkapkan prinsip-prinsip belajar, yaitu:

a. Keinginan untuk belajar (The desire to learn).

Rogers percaya bahwa manusia mempunyai keinginan untuk belajar.

Bukti dari keinginan ini dengan mudah dapat dilihat dengan

memperhatikan keingintahuan yang sangat kuat dari seorang anak

ketika dia menjelajahi lingkungannya.

b. Belajar secara signifikan (Significant learning).

Rogers mendefinisikan bahwa belajar secara signifikan terjadi ketika

belajar dirasakan relevan terhadap kebutuhan dan tujuan siswa.

c. Belajar tanpa ancaman (Learning without threat).

Prinsip lain yang diidentifikasikan oleh Rogers ialah bahwa belajar

yang paling baik adalah memperoleh dan menguasai suatu lingkungan

yang bebas dari ancaman.

d. Belajar atas inisiatif sendiri (Self-initiated learning).

Menurut Rogers belajar akan lebih signifikan dan meresap ketika

belajar atas inisiatif sendiri serta melibatkan perasaan dan pikiran.

Belajar atas inisiatif sendiri juga mengajari siswa untuk menjadi

mandiri dan percaya diri. Ketika siswa belajar atas inisiatifnya, mereka

mempunyai kesempatan untuk membuat pertimbangan, pemilihan dan

penilaian. Individu lebih bergantung pada diri mereka sendiri dan tidak

selalu bergantung pada penilaian orang lain.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . ... kemampuan akan mata pelajaran yang biasanya diwujudkan dalam bentuk ... psikologis (tingkah laku, pola pikir, dan emosi)

16

e. Belajar dan berubah (Learning dan change).

Prinsip terakhir yang dikemukakan oleh Rogers adalah belajar dan

berubah. Rogers mencatat bahwa siswa pada masa lalu belajar satu set

fakta ilmu statistik dan ide-ide. Dunia menjadi lambat untuk berubah

dan apa yang dipelajari di sekolah cukup untuk memenuhi tuntutan

waktu. Tetapi sekarang perubahan adalah fakta hidup. Pengetahuan

berada dalam keadaan yang terus berubah secara konstan. Dengan

demikian, menurut Rogers, yang dibutuhkan sekarang adalah individu

yang mampu belajar dalam lingkungan yang berubah.

Teori Rogers adalah sebuah teori belajar yang berkonsep pada

keadaan manusia secara internal. Hasil belajar yang terwujud dalam

prestasi akan lebih baik jikalau seorang siswa memiliki keinginan belajar

yang tinggi, kemauan untuk beradaptasi, dan kemauan untuk berubah serta

didukung oleh situasi belajar yang baik. Hal-hal tersebut menjadi dasar

pertimbangan penulis memilih teori Rogers.

2.1.3 Penilaian Prestasi Akademik

Prestasi akademik seorang siswa harus berwujud dalam hal yang

dapat dinilai. Prestasi akademik mengacu pada standarisasi nilai ujian,

tingkatan huruf, dan keseluruhan kemampuan akademik dan hasil akhir

kinerja (Bacon, 2011). Penilaian prestasi akademik menurut Suryabrata

(2006) dilakukan pada setiap akhir masa tertentu. Sekolah mengeluarkan

rapor tentang kelakuan, kerajinan, dan kepandaian murid-murid yang

menjadi tangggung jawabnya. Rapor merupakan perumusan terakhir yang

diberikan oleh guru berkaitan dengan kemajuan atau hasil belajar murid-

muridnya selama masa tertentu (4-6 bulan) yang biasanya dirumuskan

dalam bentuk angka dari nol sampai sepuluh. Sementara itu, Tu’u (2004)

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . ... kemampuan akan mata pelajaran yang biasanya diwujudkan dalam bentuk ... psikologis (tingkah laku, pola pikir, dan emosi)

15

juga menyatakan hasil evaluasi belajar didokumentasikan dalam buku

daftar nilai guru dan wali kelas serta arsip yang ada di bagian administrasi

kurikulum sekolah.

Pengukuran variabel prestasi akademik pada penelitian ini

menggunakan rapor hasil belajar siswa. Penilaian jenis tersebut dapat

disebut penilaian obyektif dan dipergunakan dalam penelitian.

2.1.4 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Prestasi Akademik

Winkel (1986) menyebutkan bahwa ada dua faktor yang

memengaruhi siswa dalam belajar dan berprestasi, yaitu faktor-faktor yang

ada pada diri siswa itu sendiri dan faktor-faktor yang berada di luar siswa

itu sendiri. Faktor dalam diri siswa terdiri dari faktor psikis, yaitu

intelektual dalam hal ini intelegensi dan non intelektual yang berupa

motivasi belajar, sikap, perasaan, minat, dan kondisi atau keadaan sosial

kultural dan ekonomis, dan faktor fisik yang berupa kondisi fisik.

Sedangkan faktor kedua, yaitu faktor yang berasal dari luar diri

siswa terdiri dari faktor-faktor pengatur proses belajar di sekolah, berupa

kurikulum pengajaran, disiplin sekolah, guru, fasilitas belajar dan

pengelompokan siswa. Yang kedua adalah faktor sosial seperti status

sosial siswa, interaksi guru dan siswa, dan yang ketiga adalah faktor

situasional yang berupa keadaan poliik ekonomis, keadaan waktu, dan

tempat dan keadaan musim serta iklim.

Sementara itu Mairer (dalam Dalyono 2003) juga menyebutkan

bahwa prestasi akademik dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal

dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi kecerdasan, bakat, minat dan

perhatian, motivasi berprestasi, kesehatan jasmani, cara belajar, afeksi, self

efficacy, dan seleksi. Sedangkan faktor eksternal meliputi faktor

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . ... kemampuan akan mata pelajaran yang biasanya diwujudkan dalam bentuk ... psikologis (tingkah laku, pola pikir, dan emosi)

16

lingkungan alam, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, dan

tempat belajar. Sementara itu, menurut Kartono (1995) tinggi rendahnya

prestasi akademik juga dapat dipengaruhi oleh tujuh faktor, antara lain

kecerdasan, bakat, minat dan perhatian, motif, cara belajar, lingkungan

keluarga dan sekolah.

Setiap peserta didik tentunya ingin meraih prestasi akademik di

dalam pendidikannya. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi proses

belajar sehingga peserta didik dapat meraih prestasi akademik yang baik.

Suryabrata (2006) menyatakan bahwa secara umum ada dua faktor besar

yang memengaruhi belajar sehingga berdampak pada prestasi akademik

peserta didik, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal

meliputi faktor fisiologis yaitu hal-hal yang berhubungan dengan keadaan

fisik khususnya penglihatan dan pendengaran dan faktor psikologi yaitu

hal-hal yang menyangkut faktor non-fisik, seperti minat, emosi, motivasi,

intelegensi, bakat, sikap, serta keadaan psikologis lainnya seperti stres,

kepercayaan diri, penghargaan diri.

Faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga, yaitu menyangkut

status sosial ekonomi keluarga, pendidikan, perhatian orang tua, dan

suasana hubungan antara anggota keluarga; lingkungan sekolah, yaitu

menyangkut sarana dan prasarana, kompetensi guru, siswa, kurikulum,

dan kualitas proses belajar mengajar; dan lingkungan masyarakat, yaitu

menyangkut sosial budaya dan partisipasi pendidikan.

Berdasarkan dari uraian faktor-faktor pengaruh terhadap prestasi

akademik, penulis menggunakan faktor pengaruh dari Suryabrata (2006).

Dapat diambil kesimpulan bahwa ada dua faktor yang memengaruhi

prestasi akademik, yaitu faktor internal sebagai faktor yang berasal dari

dalam diri siswa dan faktor eksternal sebagai faktor yang berasal dari luar

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . ... kemampuan akan mata pelajaran yang biasanya diwujudkan dalam bentuk ... psikologis (tingkah laku, pola pikir, dan emosi)

15

siswa. Faktor stres siswa termasuk dalam faktor internal yang dapat

dikategorikan dalam faktor keadaan psikologis. Stres memengaruhi

kondisi internal seseorang dalam belajar. Penelitian Trucchia et. al.,

(2013) menunjukkan bahwa prestasi akademik berhubungan dengan faktor

stres siswa dimana kondisi stres sisw ini berhubungan dengan strategi

coping with stress yang dilakukan oleh siswa.

2.2 Stres

2.2.1 Pengertian Stres

Lazarus & Folkman (1984) mendefinisikan stres psikologikal

sebagai sebuah hubungan khusus di antara manusia dan lingkungan yang

timbul oleh manusia ketika melebihi kemampuan dan membahayakan

well-being-nya. Definisi stres ini memberikan penekanan pada hubungan

antara manusia dengan lingkungan, dimana karakteristik pribadi manusia

termasuk di dalamnya. Di sisi lain, Sarafino (1997) menyatakan bahwa

stres adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh transaksi antara individu

dalam hubungan dengan lingkungan yang dapat menimbulkan persepsi

jarak antara tuntutan-tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber-

sumber yang akan memengaruhi sistem biologis, psikologis, dan sosial

dari seseorang.

Sementara itu, Hebb (dalam Sarafino, 1997) membagi stres ke

dalam dua tipe, yaitu distress dan eustress. Yang dimaksud dengan

distress ialah stres yang berbahaya dan merusak keseimbangan fisik,

psikis atau sosial individu. Sedangkan yang dimaksud dengan eustress

ialah stres yang menguntungkan dan konstruktif bagi kesejahteraan

individu.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . ... kemampuan akan mata pelajaran yang biasanya diwujudkan dalam bentuk ... psikologis (tingkah laku, pola pikir, dan emosi)

16

Penulis mempergunakan definisi stres yang diungkapkan oleh

Sarafino (1997) dimana stres didefinisikan sebagai suatu kondisi yang

disebabkan oleh transaksi antara individu dalam hubungan dengan

lingkungan yang dapat menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-

tuntutan yang berasal dari situasi dengan sumber-sumber yang akan

memengaruhi sistem biologis, psikologis, dan sosial dari seseorang. Jenis

stres yang diteliti dalam penelitian ini ialah distress.

2.2.2 Teori Stres

Untuk mempelajari stres dapat dilakukan melalui teori pendekatan

(Baum dalam Sarafino, 1994):

a. Stres dipandang sebagai sumber yang berasal dari lingkungan.

Konsep ini memakai pendekatan yang berfokus pada lingkungan yang

berupa peristiwa atau kondisi yang penuh ketegangan bagi individu, yang

berupa peristiwa yang menegangkan dan kondisi-kondisi yang kronis.

Sumber stres dapat digambarkan sebagai stimulus yang berasal dari

lingkungan.

b. Stres dipandang sebagai respons terhadap sumber stres.

Konsep ini memakai pendekatan yang berfokus pada respons individu

terhadap sumber stres. Stres dideskripsikan sebagai respons individu yang

mempunyai dua komponen yang saling berhubungan, yaitu komponen

psikologis (tingkah laku, pola pikir, dan emosi) dan komponen fisiologis

(jantung berdebar-debar, mulut menjadi kering, lambung menjadi keras,

dan berkeringat). Respons individu baik secara psikologikal dan fisikal

terhadap sumber stress ini disebut sebagai ketegangan.

c. Stres dipandang sebagai hasil dari interaksi yang terjadi antara

individu dengan lingkungannya.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . ... kemampuan akan mata pelajaran yang biasanya diwujudkan dalam bentuk ... psikologis (tingkah laku, pola pikir, dan emosi)

15

Pendekatan pada konsep ini mempunyai fokus pada proses yang

terjadi antara “stressor” dan “strain” dengan menambahkan dimensi

hubungan antara individu dan lingkungan. Proses ini disebut transaksi

yang melibatkan interaksi dan penyesuaian yang berkesinambungan antara

individu dan lingkungan yang saling memengaruhi satu sama lain.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan oleh beberapa ahli diatas,

penulis mempergunakan pendekatan yang diungkapkan oleh Baum (dalam

Sarafino, 1994) karena sesuai dengan pengertian stres yang penulis pilih,

dimana stres adalah kondisi yang terjadi karena adanya pengaruh

lingkungan dan bagaimana respons terhadap peristiwa itu sendiri. Selain

itu, penulis mempergunakan pendekatan ini karena sesuai dengan tujuan

penelitian ini. Tingkat stres seseorang ditentukan bagaimana respons

terhadap situasi, jikalau respons terhadap stres baik maka tingkat stres

tidak kuat, demikian sebaliknya.

2.2.3 Aspek Stres

Sarafino (1997) membagi stres menjadi tiga aspek, yaitu aspek

biologi, aspek psikologi yang terdiri dari aspek kognitif dan aspek

emosional, serta aspek perilaku sosial. Pembagian stres ke dalam tiga

aspek ini dikenal dengan istilah biopsikososial.

a. Aspek biologis

Aspek biologis menitikberatkan pada konteks hubungan stres

dengan kondisi tubuh atau dengan kata lain aspek biologi merupakan

aspek stres yang menekankan pada konteks medis. Aspek biologis terdiri

dari stres yang menyangkut faktor fisilogis dari adanya stres. Stres dapat

memengaruhi fungsi fisiologis tubuh. Stres yang dialami akan merubah

cara kerja sistem kekebalan tubuh. Stres akan menurunkan daya tahan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . ... kemampuan akan mata pelajaran yang biasanya diwujudkan dalam bentuk ... psikologis (tingkah laku, pola pikir, dan emosi)

16

tubuh terhadap serangan penyakit dengan cara menurunkan jumlah

fighting desease cells, akibatnya orang tersebut cenderung dan mudah

terserang penyakit yang cenderung lama masa penyembuhannya karena

tubuh tidak banyak memproduksi sel-sel kekebalan tubuh, ataupun sel-sel

antibodi banyak yang kalah.

b. Aspek psikologis

Menurut Sarafino (1997) terdapat beberapa aspek psikologis dari

stres. Aspek psikologis yang dapat dipengaruhi oleh stres terdiri dari

kemampuan kognitif dan emosi. Hubungan kemampuan kognitif dan stres

terjadi karena stres yang tinggi dapat memengaruhi perhatian dan memori

individu. Stres dapat merusak fungsi kognitif dan mengacaukan perhatian

individu. Stres dapat juga meningkatkan perhatian terhadap stressor.

Dalam hubungan emosi dan stress, emosi cenderung untuk

menyertai stres. Individu sering menggunakan emosi untuk mengevaluasi

stres. Penilaian terhadap teori proses dapat memengaruhi kedua-duanya

baik stres maupun pengalaman yang emosional. Contohnya, seseorang

mungkin mengalami tekanan dan ketakutan jika kebetulan bertemu dengan

seekor ular beracun. Emosi yang timbul tidak mungkin kegembiraan,

kecuali jika individu sedang melakukan penelitian tentang ular dan sedang

mencari ular jenis ini. Kedua situasi ini sama-sama melibatkan stres tetapi

emosi yang dimunculkan berbeda antara situasi yang satu dengan situasi

yang lainnya. Individu akan menganggap kondisi ini sebagai ancaman jika

penilaian individu terhadap hal tersebut adalah suatu tantangan begitupun

sebaliknya.

c. Aspek perilaku sosial

Stres yang dialami seseorang dapat merubah perilaku sosial

individu tersebut. Dalam beberapa situasi yang dapat menimbulkan stres,

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . ... kemampuan akan mata pelajaran yang biasanya diwujudkan dalam bentuk ... psikologis (tingkah laku, pola pikir, dan emosi)

15

seperti gempa bumi dan bencana alam lain, banyak orang yang bekerja

sama untuk tolong menolong agar dapat tetap bertahan. Barangkali mereka

melakukan ini sebab mereka mengalami suatu keadaan yang memerlukan

usaha kerjasama. Sebaliknya, di situasi yang lain, orang-orang dapat

berperilaku kurang peduli bahkan tidak dapat merasakan dan bermusuhan

dengan individu lain.

Orang yang sedang stres akan lebih sensitif dibandingkan orang

yang tidak dalam kondisi stres. Oleh karena itulah, sering terjadi salah

persepsi dalam membaca dan mengartikan suatu keadaan, pendapat atau

penilaian, kritik, nasihat bahkan perilaku orang lain. Obyek yang sama

bisa diartikan dan dinilai secara berbeda oleh orang yang sedang stres.

Selain itu, orang stres cenderung mengaitkan segala sesuatu dengan

dirinya.

Pada tingkat stres yang berat, orang bisa menjadi depresi,

kehilangan rasa percaya diri dan harga diri. Akibatnya ia lebih banyak

menarik diri dari lingkungan, tidak lagi mengikuti kegiatan yang biasa

dilakukanya, jarang berkumpul dengan sesamanya, lebih suka menyendiri,

mudah tersinggung, mudah marah, mudah emosi. Tidak heran kalau akibat

dari sikapnya ini mereka dijauhkan oleh teman-temannya. Respons negatif

dari lingkungan ini semakin menambah stres yang diderita karena persepsi

yang selama ini ia bayangkan ternyata benar, yaitu bahwa ia kurang

berharga di mata orang lain, kurang berguna, kurang disukai, kurang

beruntung, dan kurang-kurang yang lainnya. Tingginya sensitivitas emosi

berpotensi menyulut pertikaian dan menghambat kerjasama antara

individu satu dengan yang lain.

Apabila stres disertai dengan kemarahan maka perilaku sosial yang

bersifat negatif seringkali meningkat. Kemarahan yang penuh stres akan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . ... kemampuan akan mata pelajaran yang biasanya diwujudkan dalam bentuk ... psikologis (tingkah laku, pola pikir, dan emosi)

16

meningkatkan perilaku agresif dan efek dari hal negatif ini akan terus

berlanjut meskipun peristiwa telah selesai. Perilaku agresif mempunyai

implikasi penting dalam kehidupan. Stres juga dapat memengaruhi

perilaku menolong.

Penelitian menitikberatkan pada ketiga aspek tersebut karena tidak

ada aspek tunggal dari stimulus lingkungan yang dapat mengakibatkan

stres, tetapi semua itu tergabung dalam suatu susunan total yang

mengancam keseimbangan (homeostatis) individu. Individu secara utuh

terdiri dari sistem biologis dan psikososial, yang saling berelasi, dan

masing-masing sistem mengandung sistem komponen. Individu

berhubungan dengan sistem sosialnya. Masing-masing sistem ini saling

memengaruhi dan saling dipengaruhi. Untuk memahami kondisi stres dari

siswa dapat memperhatikan ketiga aspek sehingga untuk mendapatkan

upaya mengatasinya pun harus dengan mempertimbangkan ketiga aspek

tersebut.

2.2.4 Gejala Stres

Gejala stress dapat ditemukan dalam segala segi baik fisik, emosi,

intelektual, maupun interpersonal. Gejala stress berbeda-beda pada setiap

orang karena stress sifatnya sangat subyektif dan merupakan pengalaman

pribadi.

a. Gejala fisikal

Gejala fisikal dapat dilihat pada orang yang terkena stress antara

lain adalah sakit kepala, pusing, pening, tidak tidur teratur, susah tidur,

bangun terlalu awal, sakit punggung, susah buang air besar, sembelit,

gatal-gatal pada kulit, tegang, pencernaan terganggu, tekanan darah naik

atau serangan jantung, keringat berlebihan, selera makan berubah, lelah

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . ... kemampuan akan mata pelajaran yang biasanya diwujudkan dalam bentuk ... psikologis (tingkah laku, pola pikir, dan emosi)

15

atau kehilangan daya energi, kesalahan atau kekeliruan dalam bekerja,

gugup, mudah luka, gangguan pernafasan, migrain, dan ketegangan otot.

b. Gejala emosional

Gejala emosional seperti sedih, depresi, mudah menangis, hati

merana, mudah marah, dan panas, gelisah, cemas, rasa harga diri menurun,

merasa tidak aman, terlalu peka, mudah tersinggung, marah-marah, mudah

menyerang, bermusuhan dengan orang lain, tegang, bingung, meredam

perasaan, komunikasi tidak efektif, mengurung diri, mengasingkan diri,

kebosanan, ketidakpuasan kerja, lemah mental, kehilangan spontanitas dan

kreativitas serta kehilangan semangat hidup.

c. Gejala intelektual

Gejala intelektual antara lain sulit berkonsentrasi, sulit membuat

keputusan, mudah lupa, pikiran kacau, daya ingat melemah, melamun

secara berlebihan, kehilangan rasa humor yang sehat, produktivitas atau

prestasi menurun dan dalam bekerja banyak melakukan kesalahan.

d. Gejala hubungan antar personal

Gejala hubungan antar personal yaitu kehilangan kepercayaan

kepada orang lain, mudah menyalahkan orang lain, mudah membatalkan

janji atau tidak memenuhi janji, suka mencari kesalahan orang lain atau

menyerang orang lain, terlalu membentengi atau mempertahakankan diri,

meningkatnya penggunaan psikotropika dan minuman keras,

meningkatnya agresivitas dan kriminalitas, dan usaha bunuh diri.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . ... kemampuan akan mata pelajaran yang biasanya diwujudkan dalam bentuk ... psikologis (tingkah laku, pola pikir, dan emosi)

16

2.3 Coping

2.3.1 Pengertian Coping

Menurut Lazarus & Folkman (1984), coping adalah sebuah

perubahan kognitif dan perilaku secara konstan untuk mengatur

permintaan spesifik baik eksternal dan internal yang muncul ketika

melebihi kemampuan manusia. Kata kunci dari definisi ini ialah

perubahan, konstan, permintaan, dan kemampuan.

Rasmun (2004) menyatakan coping adalah proses yang dilalui

individu dalam menyelesaikan situasi, coping tersebut merupakan respons

individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun

psikologis. Chaplin (2006) dalam kamus psikologi mengatakan bahwa

perilaku coping merupakan perbuatan dimana individu melakukan

interaksi dengan lingkungan sekitarnya, dengan tujuan menyelesaikan

sesuatu (tugas dan masalah).

Penulis memilih mempergunakan pengertian coping with stress

menurut Lazarus & Folkman dimana coping didefinisikan sebagai sebuah

perubahan kognitif dan perilaku secara konstan untuk mengatur

permintaan spesifik baik eksternal dan internal yang muncul ketika

melebihi kemampuan manusia. Penulis mempergunakan pengertian

Lazarus & Folkman karena pengertian tersebut memuat dua aspek

manusia yang sering tampak dalam menghadapi situasi, yaitu kognitif dan

perilaku. Penulis juga setuju dengan penekanan kekonstanan perubahan

yang ada dalam definisi tersebut. Sebuah cara dapat diukur jikalau itu

dilakukan dengan konstan, kalau tidak konstan maka itu dapat dikatakan

sebagai refleks saja dan itu tidak dapat diukur.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . ... kemampuan akan mata pelajaran yang biasanya diwujudkan dalam bentuk ... psikologis (tingkah laku, pola pikir, dan emosi)

15

2.3.2 Teori Coping with Stress

Pengertian coping with stress menurut Lazarus & Folkman (1984)

berdasarkan model psikologi ego dari teori psikoanalisis, dimana coping

didefinisikan sebagai pemikiran yang realistis dan fleksibel dan tindakan

yang memecahkan masalah dan mengurangi stres. Fokus model ini adalah

cara manusia melakukan persepsi dan berpikir tentang kaitan manusia

dengan lingkungan. Pendekatan psikologi ego psikoanalisis membedakan

manusia dilihat dari bagaimana manusia mengatasi hubungan manusia

dengan lingkungan.

Beberapa ahli, seperti Menninger & Vaillant mempergunakan

hirarki proses ego manusia dalam coping. Menninger (dalam Lazarus &

Folkman 1984) mengidentifikasi lima tujuan dalam regulasi seseorang

dalam melakukan coping. Hirarki puncak adalah strategi mengurangi

ketegangan yang disebabkan karena peristiwa-peristiwa yang

menyebabkan stres. Beberapa contoh dari strategi ini ialah kontrol diri,

humor, menangis, berbicara, berpikir, dan bekerja santai. Hirarki yang

kedua ialah penolakan terhadap situasi yang berupa disosiasi (amnesia,

dispersonalisasi, dan narcolepsy), pengalihan agresi (aversi, prejudice,

pobia, kebiasaan menyakiti diri), serta contoh-contoh lain seperti

compulsive, memakai narkotika.

Hirarki yang ketiga terlihat pada tindakan yang meledak-ledak,

penuh energi yang agresif, tindakan yang tidak tertata dengan baik

termasuk kekerasan dan serangan kepanikan. Hirarki yang keempat

menampilkan peningkatan disorganisasi. Yang terakhir, hirarki kelima

ialah disintegrasi ego. Dalam hirarki ini, coping dilakukan dengan sangat

tidak baik, tidak terkontrol, tidak seimbang.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . ... kemampuan akan mata pelajaran yang biasanya diwujudkan dalam bentuk ... psikologis (tingkah laku, pola pikir, dan emosi)

16

Vaillant (dalam Lazarus & Folkman, 1984) membagi pertahanan

ego menjadi empat tingkatan, yaitu dari mekanisme psikotik (penolakan

kenyataan, distorsi, dan delusi); mekanisme yang immature (fantasi,

proyeksi, perilaku yang agresif dan pasif, serta hypochondriasis);

mekanisme neurotis (intelektualisisasi, represi, dan formasi-reaksi); dan

mekanisme yang mature (sublimasi, altruism, suppression, antisipasi, dan

humor).

Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa teori

ego psikoanalisis dapat menjadi dasar pemikiran coping with stress. Teori

ego psikoanalisis menjelaskan dasar bagaimana ego seseorang bertindak

dalam merespons peristiwa yang dialami. Bagaimana ego bertindak ini

terlihat juga dalam bagaimana seseorang melakukan coping terhadap

peristiwa yang dapat menimbulkan stres.

2.3.3 Jenis Coping

Lazarus & Folkman (1984) membedakan coping menjadi dua,

yaitu emotional-focused coping dan problem-focused coping. Yang

dimaksud dengan emotional-focused coping ialah bertujuan pada

pengurangan atau pengelolaan distress emosional yang berkaitan dengan

situasi. Aspek dalam emotional-focused coping adalah sebagai berikut:

a. Distancing

Distancing adalah tidak melibatkan diri pada permasalahan atau

membuat menjadi terlihat positif.

b. Escape avoidance

Escape avoidance yaitu menghindar atau melarikan diri dari

masalah yang dihadapi.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . ... kemampuan akan mata pelajaran yang biasanya diwujudkan dalam bentuk ... psikologis (tingkah laku, pola pikir, dan emosi)

15

c. Self controlling

Self controlling atau kendali diri yang merupakan suatu bentuk

respons dengan melakukan kegiatan pembatasan atau regulasi baik dalam

perasaan maupun tindakan.

d. Accepting responsibility

Accepting responsibility merupakan suatu respons yang

menimbulkan dan meningkatkan kesadaran akan perasaan diri dalam suatu

masalah yang dihadapi dan berusaha menempatkan segala sesuatu

sebagaimana mestinya.

e. Positive reappraisal

Positive reappraisal merupakan suatu respons dengan cara

menciptakan makna positif dalam diri sediri yang tujuannya untuk

mengembangkan diri termasuk melibatkan hal-hal yang religius.

Problem-focused coping merupakan tindakan yang bertujuan pada

pemecahan masalah atau melakukan sesuatu untuk mengubah sumber

stres. Aspek dalam problem-focused coping ialah sebagai berikut:

a. Planful problem solving

Merupakan respons atau reaksi yang timbul dengan melakukan

kegiatan tertentu yang bertujuan untuk melakukan perubahan keadaaan,

dengan cara melakukan pendekatan secara analitis dalam menyelesaikan

masalah.

b. Confrontative coping

Merupakan respons atau reaksi yang timbul dengan melakukan

kegiatan tertentu yang bertujuan untuk melakukan perubahan keadaan

dengan cara menantang langsung (konfrontasi) sumber masalah.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . ... kemampuan akan mata pelajaran yang biasanya diwujudkan dalam bentuk ... psikologis (tingkah laku, pola pikir, dan emosi)

16

c. Seeking social support

Merupakan suatu respons atau reaksi dengan mencari bantuan dari

pihak luar, dalam bentuk bantuan nyata ataupun dukungan emosional.

Problem-focused coping (PFC) dan emotional-focused coping

(EFC) menurut Lazarus & Folkman (1984) dapat dikatakan sebagai suatu

konseptualisasi yang paling berpengaruh dan banyak digunakan dalam

bermacam-macam versi dari berbagai penelitian tentang coping. Setiap

manusia mempunyai kecenderungan untuk menggunakan salah satu

strategi. PFC dapat dikatakan sebagai strategi coping yang adaptif, yaitu

strategi yang baik sedangkan EFC dapat dikatakan sebagai strategi coping

yang maladaptif yaitu strategi yang merusak.

2.3.4 Dimensi Sumber Coping

Dimensi sumber coping menurut Lazarus & Folkman (1984)

terbagi menjadi empat, yaitu kesehatan dan energi (sumber fisikal),

kepercayaan yang positif (sumber psikologikal), problem solving dan

keahlian sosial (social skill).

Dalam dimensi sumber fisikal, seseorang yang sakit atau lelah

kurang mempunyai energi untuk melakukan coping dari pada orang yang

sehat. Dalam melakukan coping dibutuhkan kesehatan dan energi karena

dalam kondisi stres dan banyak masalah membutuhkan pergerakan yang

ekstrim. Kesehatan dan energi secara pasti mendukung usaha coping, lebih

mudah melakukan coping ketika seseorang merasakan yang baik daripada

tidak. Orang yang sakit biasanya dapat melakukan coping dengan baik

jikalau mempunyai penyangga yang cukup baik.

Dimensi berikutnya adalah kepercayaan yang positif, yaitu melihat

diri sendiri secara positif yang berguna sebagai daya kemampuan coping.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . ... kemampuan akan mata pelajaran yang biasanya diwujudkan dalam bentuk ... psikologis (tingkah laku, pola pikir, dan emosi)

15

Dalam kepercayaan, ada kepercayaan secara umum dan kepercayaan

spesifik yang bertindak sebagai dasar akan harapan dan yang menopang

usaha coping terhadap kondisi yang merugikan. Harapan dapat

ditimbulkan oleh kepercayaan umum dimana hasilnya dapat dikontrol dan

mempunyai kekuatan untuk memengaruhi hasilnya bagi orang maupun

program tertentu. Dapat juga melalui kepercayaan positif tentang keadilan,

kehendak bebas, atau Tuhan. Harapan dapat terjadi hanya ketika

kepercayaan membuat sebuah hasil yang positif terlihat mungkin.

Dimensi ketiga dan keempat ialah dimensi kemampuan, yaitu

problem-solving skill dan social skill. Yang dimaksud dengan problem-

solving skill ialah kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa

situasi untuk tujuan pengidentifikasian masalah dengan maksud

menggeneralisasi sumber alternatif tindakan, melebarkan sumber alternatif

tindakan, melebarkan alternatif dengan respek untuk hasil yang

diinginkan, dan memilih dan mengimplementasikan sebuah rencana

tindakan yang cocok. Social skill merupakan sumber coping yang penting

karena adanya peranan pervasif dari fungsi sosial dalam adaptasi manusia.

Social skill mengacu pada kemampuan untuk berkomunikasi dan

berperilaku dengan yang lainnya dengan cara yang cocok dan efektif

secara sosial. Social skill berisi tentang problem solving yang berkaitan

dengan orang lain, meningkatkan persahabatan yang dapat menambah

kerjasama dan dukungan, dan secara umum memberikan individu kontrol

akan interaksi sosial. Sosial skill berguna dalam beberapa area, misalnya

dalam program terapis dapat membantu individu menjadi lebih baik dalam

mengelola masalah sehari-hari, dalam program training organisasi untuk

memperbaiki kemampuan komunikasi interpersonal.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . ... kemampuan akan mata pelajaran yang biasanya diwujudkan dalam bentuk ... psikologis (tingkah laku, pola pikir, dan emosi)

16

Penulis mempergunakan dimensi coping menurut Lazarus &

Folkman (1984) karena sejalan dengan teori coping yang penulis pakai

dan dapat menjawab kebutuhan penelitian. Kemampuan seseorang

dipengaruhi oleh banyak faktor yang dapat dilihat dari dimensi sumber

coping. Kesehatan, energi, kepercayaan yang positif, kemampuan problem

solving, dan social skill yang baik membuat seseorang akan lebih mampu

mengatasi peristiwa yang menimbulkan stres yang dihadapinya.

2.4 Jenis Kelamin

2.4.1 Pengertian Jenis Kelamin

Badudu & Zain (2001) menjelaskan bahwa jenis kelamin adalah

pembedaan atas laki-laki dan perempuan atau jantan dan betina.

Sementara itu, Baron & Byrne (2000) mengartikan bahwa jenis kelamin

merupakan sebagian dari konsep diri yang melibatkan identifikasi individu

sebagai seorang laki-laki atau perempuan.

Menurut Wahab (2012), manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan

secara kodrat dibedakan menjadi dua jenis kelamin yaitu laki-laki dan

perempuan. Antara dua jenis kelamin tersebut terdapat perbedaan

karakteristik yang khas yang dapat membedakan satu dengan yang

lainnya, baik ditinjau dari segi fisik maupun dari segi psikis. Menurut

Peck (1991) bahwa dengan jenis kelamin, dapat diketahui apakah

seseorang dapat digolongkan sebagai laki-laki atau perempuan. Anak laki-

laki dan perempuan mulai mengenal tingkah laku dan ciri-ciri kepribadian

yang sesuai dengan masing-masing jenis kelamin.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

jenis kelamin merupakan perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . ... kemampuan akan mata pelajaran yang biasanya diwujudkan dalam bentuk ... psikologis (tingkah laku, pola pikir, dan emosi)

15

mengacu pada karakteristik dan ciri kepribadian yang khas yang dapat

membedakan satu dengan yang lainnya.

2.5 Hasil Penelitian Sebelumnya

Prestasi akademik siswa merupakan bagian yang tidak terpisahkan

ketika berbicara tentang pendidikan. Prestasi akademik perlu mendapat

perhatian karena prestasi akademik merupakan salah satu tolak ukur

keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan mutu

pendidikan maka perlu mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan

prestasi akademik. Penelitian sebelumnya sangat penting sebagai dasar

pijakan dalam rangka penyusunan penelitian ini. Oleh sebab itu, berbagai

penelitian sebelumnya telah menemukan hasil analisa bahwa stres siswa

yang diengaruhi oleh kemampuan coping with stress menjadi faktor yang

memiliki keterkaitan dengan prestasi akademik.

2.5.1 Pengaruh Stres Siswa terhadap Prestasi Akademik Siswa

Hasil temuan yang menunjukkan bahwa stres memengaruhi

prestasi akademik telah dilakukan oleh Agarwal (2011) terhadap 400

siswa yang berumur 13 sampai 18 tahun di India menunjukkan bahwa

stres akademik mempunyai korelasi yang negatif dengan prestasi

akademik siswa. Hal ini berarti semakin tinggi stres yang dialami oleh

siswa maka prestasi akademik siswa akan semakin rendah, sebaliknya

semakin rendah stres siswa maka prestasi akademik akan semakin baik.

Peneliti lain, yaitu Kumari et al. (2012) melakukan penelitian

terhadap 120 siswa menengah dari enam sekolah menengah di North-

western Delhi dan membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara

stres dan prestasi akademik siswa dengan koefisien korelasi sebesar 0,19

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . ... kemampuan akan mata pelajaran yang biasanya diwujudkan dalam bentuk ... psikologis (tingkah laku, pola pikir, dan emosi)

16

dan signifikan pada level 0,05. Sementara itu, Khan et al. (2013) yang

melakukan penelitian terhadap 150 siswa di daerah Islamabad

membuktikan bahwa ada pengaruh signifikan stres akademik terhadap

prestasi siswa dengan nilai β= -, 19, ρ<0,001. Dua penelitian tersebut juga

berarti bahwa semakin tinggi stres yang dialami oleh siswa maka prestasi

akademik siswa akan semakin rendah, demikian juga sebaliknya.

Berikutnya, Omomia et al. (2014) yang melakukan penelitian

terhadap 100 orang siswa kelas Biologi di Education District IV Negara

Bagian Lagos, Nigeria membuktikan adanya pengaruh yang negatif akan

stres siswa terhadap prestasi akademik. Ukpepi & Ndifon (2015)

melakukan penelitian terhadap 120 siswa di Calabar dan menemukan

bahwa stres secara signifikan berkorelasi dengan prestasi akademik siswa.

Adanya korelasi tersebut ditunjukkan dengan r-value sebesar 0,84 > 0,178

pada level signifikansi 0,05. Sementara itu, Reddy K & Reddy V (2016)

membuktikan bahwa stres memberikan pengaruh yang signifikan (F value

= 9,023) terhadap prestasi akademik siswa sekolah di Distrik Chittoor

India.

2.5.2 Pengaruh Coping with Stress terhadap Stres Siswa

Stres yang dialami dipengaruhi oleh kemampuan seseorang dalam

menghadapi stres tersebut (coping with stress). Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Pongpanich et al. (2009) menunjukkan bahwa remaja

menjadi mampu mengurangi stres yang dialami, mengurangi potensi untuk

penggunaan obat-obatan terlarang, merokok, minum minuman beralkohol

karena mengikuti program pelatihan coping with stress yang ditunjukkan

dengan penurunan tingkat stres secara signifikan ( p <0,05). Sementara itu,

penelitian Suldo et al. (2008) menunjukkan bahwa remaja yang dapat

melakukan strategi coping with stress dengan baik, yaitu memfokuskan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . ... kemampuan akan mata pelajaran yang biasanya diwujudkan dalam bentuk ... psikologis (tingkah laku, pola pikir, dan emosi)

15

diri pada hal-hal yang baik dan dukungan sosial, dapat mengurangi beban

stres akademik yang mereka jalani.

Dalam penelitian di College Freshmen, Hill (2014) juga

menemukan bahwa antara coping with stress dan stres mempunyai

korelasi yang signifikan dengan α = 0,05, R² = 0,227, dan ρ = 0,18 artinya

ada pengaruh coping with stress terhadap stres siswa-siswi baru. Di sisi

lain, Bamuhair et al., (2015) melakukan penelitian terhadap 378 siswa di

Saudi Arabia dan membuktikan adanya pengaruh positif antara coping

with stress dengan R = 0,27 (F = 21,8, ρ < 0,001). Oleh Ariasti & Pawitri

(2016) dibuktikan bahwa coping with stress mempunyai hubungan yang

signifikan dengan stres ( ρ= 0,004 < 0,05). Penelitian ini berarti semakin

tinggi kemampuan coping with stress yang dimiliki oleh siswa, maka

tingkat stres siswa akan semakin rendah.

2.5.3 Perbedaan Kemampuan Coping with Stress Ditinjau dari Jenis

Kelamin

Berdasarkan penelitian mengenai hal coping with stress ditinjau

dari jenis kelamin, maka didapatkan bukti bahwa ada perbedaan pemilihan

jenis coping with stress, antara laki-laki dan perempuan. Hampel &

Petermann (2005) membuktikan bahwa remaja perempuan lebih rentan

stres karena mempergunakan strategi yang maladaptif dalam menghadapi

masalah, sementara itu remaja laki-laki mempergunakan strategi yang

adaptif dalam menghadapi masalah. Penelitian yang dilakukan oleh

Cocoroda & Mihalascu (2012) menunjukkan bahwa ada perbedaan strategi

yang dipakai oleh laki-laki dan perempuan dalam hal mencari dukungan

sosial, penolakan, dan pelepasan emosi.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . ... kemampuan akan mata pelajaran yang biasanya diwujudkan dalam bentuk ... psikologis (tingkah laku, pola pikir, dan emosi)

16

Craciun (2013) membuktikan bahwa ada perbedaan yang

signifikan antara laki-laki dan perempuan dalam pemilihan strategi coping

dengan chi-square test χ² = 6,845, ρ < 0,001 dimana sebanyak 42,6%

perempuan lebih memilih strategi berdasarkan emosi (emotion-focused

coping) sedangkan sebanyak 35,8% laki-laki memilih strategi yang

berfokus oada pemecahan masalah.

Hasil penelitian yang sama ditemukan oleh Guszkowska et al.

(2016) yang membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

antara siswa laki-laki dan perempuan dalam pemilihan strategi coping

dengan F hitung (1,281) = 22,01 dan ρ < 0,001, dimana perempuan lebih

menggunakan emosi (emotion-focused coping) dalam menghadapi

masalah sehingga rentan terhadap stres. Laki-laki memilih

mempergunakan strategi yang berorientasi pada masalah (problem-focused

coping) sehingga lebih baik dalam kemampuan coping.

2.6 Dinamika Hubungan Antar Variabel

Prestasi akademik siswa merupakan tingkat pencapaian seorang

siswa yang diukur dalam kurun waktu tertentu. Prestasi akademik

dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal meliputi faktor fisiologis yaitu hal-hal yang berhubungan

dengan keadaan fisik khususnya penglihatan dan pendengaran dan faktor

psikologi yaitu hal-hal yang menyangkut faktor non-fisik, seperti minat,

emosi, motivasi, intelegensi, bakat, sikap, serta keadaan psikologis lainnya

seperti stres, kepercayaan diri, penghargaan diri.

Ketika seorang siswa mengalami stres karena hal-hal yang dialami

di sekolah maka itu akan memengaruhi tinggi rendahnya prestasi yang

diperoleh. Seorang siswa yang mengalami stres berarti mengalami

gangguan pada aspek-aspek siswa sebagai individu. Aspek pertama yang

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . ... kemampuan akan mata pelajaran yang biasanya diwujudkan dalam bentuk ... psikologis (tingkah laku, pola pikir, dan emosi)

15

mengalami gangguan ialah aspek biologis, yaitu terganggunya sistem

kekebalan tubuh. Orang cenderung akan dan mudah terserang penyakit,

seperti sakit kepala, sakit perut, kelelahan dan biasanya penyakit-penyakit

tersebut cenderung lama masa penyembuhannya. Siswa yang mengalami

gangguan pada aspek biologis akan mengalami kesulitan dalam proses

belajar mengajar. Dengan sakit kepala yang dialami, membuat siswa sulit

untuk menerima pelajaran, demikian juga ketika mengalami sakit perut

maupun kelelahan. Sehingga dengan gangguan pada aspek biologis akan

membuat siswa tidak dapat berprestasi secara maksimal.

Gangguan pada aspek psikologis juga memengaruhi siswa dalam

berprestasi. Ketika mengalami gangguan pada aspek psikologis, maka

siswa akan mengalami gangguan pada proses kognitif fungsi kognitif

rusak dan perhatian menjadi kacau. Dalam kondisi ini seorang siswa tidak

akan dapat menghasilkan prestasi yang baik karena mengalami kesulitan

dalam memberikan perhatian pada proses belajar. Selain itu, gangguan

pada aspek psikologis dapat menimbulkan emosi, ketegangan dan

kekuatiran yang terus menerus yang dapat mengganggu proses pencapaian

prestasi akademik yang tinggi.

Siswa yang mengalami stres juga akan mengalami gangguan pada

aspek perilaku sosial yang menyebabkan siswa menjadi sensitif dan

kurang peduli bahkan tidak dapat merasakan dan bermusuhan dengan

individu lain. Keadaan ini mengganggu siswa dalam mencapai prestasi

yang diharapkan karena dalam proses belajar membutuhkan kerjasama

dengan teman sebaya atau teman sekelas. Perilaku-perilaku sosial lainnya,

seperti misalnya marah kepada teman dan guru, perilaku agresif

memunculkan pertikaian tidak hanya dengan teman sekelas namun dapat

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . ... kemampuan akan mata pelajaran yang biasanya diwujudkan dalam bentuk ... psikologis (tingkah laku, pola pikir, dan emosi)

16

pula dengan guru sehingga menghambat proses belajar mengajar yang

berakibat pada tingkat prestasi akademik siswa.

Sementara itu, tingkat stres siswa sendiri dipengaruhi oleh respons

siswa terhadap stressor yang dialami. Respons siswa tersebut disebut

sebagai coping with stress. Ketika seseorang mempunyai kemampuan

coping with stress yang baik, maka dia akan dapat mengatasi stres yang

dialaminya dengan baik. Strategi coping yang adaptif berarti siswa

cenderung berusaha menghadapi stres yang dialami dengan

mempergunakan kognitifnya dalam memecahkan masalah-masalah yang

menjadi sumber stres. Ketika stressor dapat dihadapi dengan baik maka

keadaan itu akan menurunkan tingkat ketegangan yang dialami sehingga

stres tidak terus meningkat tetapi menurun. Seorang siswa yang memiliki

kemampuan coping yang baik berarti memiliki social skill yang baik

dimana hal tersebut akan membuat individu memiliki persahabatan yang

dapat menambah kerjasama dan dukungan yang berguna dalam

mengurangi stres yang dialami.

Sebaliknya, jikalau mempergunakan strategi yang maladaptif

dimana emosi lebih berperan. Hal-hal yang dilakukan dalam coping

maladaptif ini adalah detachment, menyalahkan diri sendiri, dan menutup

diri. Dengan coping maladaptif ini maka stres akan semakin meningkat

karena masalah tidak diselesaikan dengan baik sehingga masalah akan

semakin bertambah menjadi akumulasi masalah. Individu yang menutup

diri tidak mendapat dukungan dari individu lain padahal dukungan penting

dalam mengurangi stres yang dialami. Demikian juga ketika seorang terus

menerus menyalahkan diri atas masalah yang dialami maka akan

menimbulkan permasalahan lain yang menimbulkan stres berkepanjangan.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . ... kemampuan akan mata pelajaran yang biasanya diwujudkan dalam bentuk ... psikologis (tingkah laku, pola pikir, dan emosi)

15

Bagaimana individu memiliki kemampuan coping itu ditentukan

salah satunya oleh jenis kelamin. Setiap individu memiliki kecenderungan

tersendiri dalam memilih strategi coping sehingga ada perbedaan

kemampuan coping. Seorang laki-laki cenderung melakukan strategi yang

adaptif karena laki-laki cenderung mempergunakan kognisinya ketika

berada dalam permasalahan (problem-focused coping), sebaliknya seorang

perempuan cenderung melakukan strategi yang maladaptif karena

perempuan cenderung mempergunakan emosinya ketika berada dalam

permasalahan (emotional-focused coping).

2.7 Model Penelitian

Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu, maka model

penelitian yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1

Model Penelitian 1

Keterangan:

X = Stres

Y = Prestasi Akademik

Stres

Prestasi

Akademik

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - UKSW · BAB II TINJAUAN PUSTAKA . ... kemampuan akan mata pelajaran yang biasanya diwujudkan dalam bentuk ... psikologis (tingkah laku, pola pikir, dan emosi)

16

Gambar 2.2

Model Penelitian 2

Keterangan:

X = Coping with Stress

Y = Stres

2.8 Hipotesis

2.8.1 Ada pengaruh stres terhadap prestasi akademik siswa SMP Bentara

Wacana.

2.8.2 Ada pengaruh coping with stress terhadap stress siswa SMP

Bentara Wacana.

2.8.3 Ada perbedaan kemampuan coping with stress ditinjau dari jenis

kelamin siswa SMP Bentara Wacana.

Coping with

Stress

Stres