Upload
phamxuyen
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ketimpangan
2.1.1 Pengertian Ketimpangan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia “ketimpangan” diartikan sebagai
perbedaan, ketidaksinambungan, ketidaksimetrisan dan adanya jurang pemisah.
Ketimpangan disini memiliki pengertian yang sama dengan kata kesenjangan,
ketidakmerataan dan disparitas. Hal ini membuat satu masalah yang tak asing
ditelinga kita dan ini bersifat umum bagi setiap wilayah di Indonesia.
Ketimpangan berarti suatu gambaran terhadap fakta (kondisi) yang tidak
homogen, yang di dalamnya terdapat perbedaan-perbedaan yang membutuhkan
perhatian. juga terkandung informasi mengenai perbandingan wilayah yang maju
dan tertinggal (BAPPENAS, 2011).
Kemudian yang dimaksud dengan ketimpangan pembangunan adalah
perbedaan-perbedaan yang terjadi berkaitan dengan proses pembangunan.
ketimpangan pembangunan di Indonesia selama ini berlangsung dan berwujud
dalam berbagai bentuk, aspek, atau dimensi. Ketimpangan sektoral dan
ketimpangan regional dalam pembangunan dapat dilihat antara lain dengan
menelaah perbedaan yang mencolok dalam aspek-aspek seperti jaringan jalan,
listrik, sampah, dan air bersih.
Pembangunan ekonomi dapat dikatakan berhasil apabila suatu
wilayah/daerah dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta meningkatkan
taraf hidup masyarakat secara merata atau yang lebih dikenal dengan Indeks
14
Pembangunan Manusia (IPM). Rendah atau tingginya IPM akan berdampak pada
tingkat produktivitas penduduk, semakin rendah IPM maka tingkat produktivitas
penduduk juga akan rendah kemudian produktivitas yang rendah akan
berpengaruh pada rendahnya pendapatan, begitu pula sebaliknya semakin tinggi
IPM maka akan semakin tinggi tingkat produktivitas penduduk yang kemudian
mendorong tingkat pendapatan menjadi semakin tinggi. Permasalahan yang
terjadi adalah IPM pada tiap daerah itu berbeda, hal ini menjadikan IPM salah
satu faktor yang berpengaruh pada ketimpangan pendapatan antar daerah/wilayah
(Tambunan, Tulus T.H. 2001).
Sementara itu, (Basri, 2002) menyatakan bahwa ketimpangan antardaerah
adalah realita yang menggambarkan jarak ekonomis dan sumberdaya manusia
(SDM) antar daerah di Indonesia akibat pembangunan yang terjadi puluhan tahun
terakhir ini. Jarak ekonomis yang dimaksud di sini adalah perbedaan pertumbuhan
ekonomi, sementara jarak SDM berarti Ketimpangan penduduk dalam hal
kuantitas maupun kualitas.
2.1.2 Faktor-faktor Penyebab Ketimpangan
Menurut Sjafrizal, 2012 faktor-faktor yang menentukan ketimpangan antar
wilayah, antara lain yaitu :
a. Perbedaan kandungan sumber daya alam
Perbedaan kandungan sumber daya alam akan mempengaruhi kegiatan
produksi pada daerah bersangkutan. Daerah dengan kandungan sumber daya alam
cukup tinggi akan dapat memproduksi barang-barang tertentu dengan biaya relatif
15
murah dibandingkan dengan daerah lain yang mempunyai kandungan sumber
daya alam lebih rendah. Kondisi ini mendorong pertumbuhan ekonomi daerah
bersangkutan menjadi lebih cepat. Sedangkan daerah lain yang mempunyai
kandungan sumber daya alam lebih kecil hanya akan dapat memproduksi barang-
barang dengan biaya produksi lebih tinggi sehingga daya saingnya menjadi lemah.
Kondisi tersebut menyebabkan daerah bersangkutan cenderung mempunyai
pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat.
b. Perbedaan kondisi demografis
Perbedaan kondisi demografis meliputi perbedaan tingkat pertumbuhan
dan struktur kependudukan, perbedaan tingkat pendidikan dan kesehatan,
perbedaan kondisi ketenagakerjaan dan perbedaan dalam tingkah laku dan
kebiasaan serta etos kerja yang dimiliki masyarakat daerah bersangkutan. Kondisi
demografis akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja masyarakat setempat.
Daerah dengan kondisi demografis yang baik akan cenderung mempunyai
produktivitas kerja yang lebih tinggi sehingga hal ini akan mendorong
peningkatan investasi yang selanjutnya akan meningkatkan penyediaan lapangan
kerja dan pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.
c. Kurang lancarnya mobilitas barang dan jasa
Mobilitas barang dan jasa meliputi kegiatan perdagangan antar daerah
dan migrasi baik yang disponsori pemerintah (transmigrasi) atau migrasi spontan.
Alasannya adalah apabila mobilitas kurang lancar maka kelebihan produksi suatu
daerah tidak dapat di jual ke daerah lain yang membutuhkan. Akibatnya adalah
16
ketimpangan pembangunan antar wilayah akan cenderung tinggi, sehingga daerah
terbelakang sulit mendorong proses pembangunannya.
d. Konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah
Pertumbuhan ekonomi akan cenderung lebih cepat pada suatu daerah
dimana konsentrasi kegiatan ekonominya cukup besar. Kondisi inilah yang
selanjutnya akan mendorong proses pembangunan daerah melalui peningkatan
penyediaan lapangan kerja dan tingkat pendapatan masyarakat.
e. Alokasi dana pembangunan antar wilayah
Alokasi dana ini bisa berasal dari pemerintah maupun swasta. Pada
sistem pemerintahan otonomi maka dana pemerintah akan lebih banyak
dialokasikan ke daerah sehingga ketimpangan pembangunan antar wilayah akan
cenderung lebih rendah. Untuk investasi swasta lebih banyak ditentukan oleh
kekuatan pasar. Dimana keuntungan lokasi yang dimiliki oleh suatu daerah
merupakan kekuatan yang berperan banyak dalam menark investasi swasta.
Keuntungan lokasi ditentukan oleh biaya transpor baik bahan baku dan hasil
produksi yang harus dikeluarkan pengusaha, perbedaan upah buruh, konsentrasi
pasar, tingkat persaingan usaha dan sewa tanah. Oleh karena itu investai akan
cenderung lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah
pedesaan.
Dari penjelasan sebelumnya bahwa salah satu faktor penyebab
Ketimpangan adalah “Kurang Lancarnya Mobilitas Barang dan Jasa”. Upaya
untuk mendorong kelancaran mobilitas barangdan faktor produksi antar daerah
dapat dilakukan melalui penyebaran pembangunan prasarana dan sarana
17
perhubungan keseluruh pelosok wilayah. Prasarana perhubungan yang
dimaksudkan disini adalah fasilitas jalan, terminal dan pelabuhan laut guna
mendorong proses perdagangan antar daerah.
2.1.3 Dampak Ketimpangan
Ketimpangan pembangunan telah memberikan berbagai dampak terhadap
daerah dan masyarakat. Adapun yang menjadi dampak dari ketimpangan tersebut
adalah, banyak wilayah-wilayah yang masih tertinggal dalam pembangunan,
belum berkembangnya wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh, wilayah
perbatasan dan terpencil kondisinya masih terbelakang, kesenjangan
pembangunan antara kota dan desa (Bappenas, 2016).
Dampak utama dari ketimpangan pembangunan adalah pengangguran,
kemiskinan dan rendahnya kualitas sumber daya manusia. Dampak ini merupakan
dampak turunan dari kurangnya lapangan kerja di suatu daerah bersangkutan,
yang disebabkan kurangnya investasi baik dari pemerintah maupun swasta, dan
mengakibatkan terjadinya pengangguran. Jika pengangguran terjadi maka
biasanya disusul terjadinya kemiskinan. Kemiskinan mengakibatkan kualitas
sumber daya manusia (generasi berikutnya) cenderung rendah, karena terbatasnya
kemampuan untuk menikmati pendidikan akibat rendahnya pendapatan
masyarakat bahkan cenderung tidak ada sama sekali, sehingga masyarakat lebih
fokus untuk memenuhi kebutuhan yang paling krusial yaitu makanan dan
minuman.
18
2.2 Infrastruktur
2.2.1 Pengertian Infrastruktur
Secara umum infrastruktur adalah seluruh fasilitas baik fisik maupun non
fisik yang sengaja dibangun oleh pemerintah atau perorangan untuk mendukung
terlaksananya kegiatan masyarakat. Pembangunan infrastruktur merupakan hal
penting yang pengadaannya harus disegerakan karna berhubungan dengan
kebutuhan dasar masyarakat sehari-hari dalam lingkup sosial dan ekonomi.
Menurut (Kodoatie, 2005). Infrastruktur adalah sistem yang menopang
sistem sosial dan sistem ekonomi yang sekaligus menjadi penghubung dengan
sistem lingkungan, dimana sistem ini dapat dipakai sebagai dasar didalam
mengambil kebijakan.
Infrastruktur menurut American Public Works Association (Stone, 1974
Dalam Kodoatie,R.J.,2005), adalah fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan
atau dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam
penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-
pelayanan similar untuk memfasilitasi tujuan-tujuan sosial dan ekonomi. Jadi
infrastruktur merupakan sistem fisik yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi.
Keberadaan infrastruktur dapat memberikan gambaran tentang
kemampuan berproduksi masyarakat, dan tingkat kesejahteraan masyarakat.
Dengan demikian pembangunan infrastruktur merupakan kunci pertumbuhan
ekonomi. Penyediaan infrastruktur baik yang berupa penyediaan prasarana dan
sarana.
19
2.2.2 Faktor Pendorong Kebutuhan Infrastruktur
Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu komponen penting yang
akan menentukan keberhasilan pembangunan suatu bangsa agar tidak menjadi
necropolis city. Ada beberapa faktor pendorong kebutuhan infrastruktur, antara
lain:
a. Pertumbuhan penduduk
Adanya pertambahan penduduk menyebabkan meningkatnya permintaan
kebutuhan masyarakat. Terutama untuk kebutuhan pokok, antara lain makanan,
pakaian, dan perumahan. Maka dari itu pemenuhan sarana prasarana sangat
diperlukan sebagai penunjang kebutuhan masyarakat.
b. Urbanisasi
Tingginya angka urbanisasi masuk ke kota menyebabkan meningkatnya
kebutuhan infrastruktur sebagai penunjang kehidupan masyarakat menjadi lebih
baik. Contoh-contoh infrastruktur tersebut antara lain: transportasi,
telekomunikasi, energi, perumahan, asilitas umum, dsb.
c. Bencana alam
Munculnya bencana alam seperti banjir, tanah longsor, air rob, gempa
bumi, dll merupakan salah satu faktor pendorong pembangunan infrastruktur.
Pembangunan akan infrastruktur sangat diperlukan saat terjadinya bencana alam
karena berfungsi sebagai alat pertolongan atau sebagai pengganti infrastruktur
yang rusak akibat bencana alam tersebut, contoh pembangunan infrastruktur
karena bencana alam misalnya pembangunan jalan dan jembatan, telekomunikasi,
perumahan, fasilitas umum, klinik, listrik, dll.
20
2.2.3 Dampak Pembangunan Infrastruktur
Dampak pembangunan Infrastruktur dapat menjadi pendorong
pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya pertumbuhan ekonomi sendiri juga dapat
menjadi tekanan bagi infrastruktur. Pertumbuhan ekonomi yang positif akan
mendorong peningkatan kebutuhan akan berbagai infrastruktur. Perannya sebagai
penggerak di sektor perekonomian akan mampu menjadi pendorong
berkembangnya sektor-sektor terkait sebagai multiplier dan pada akhirnya akan
menciptakan lapangan usaha baru dan memberikan output hasil produksi sebagai
input untuk konsumsi (Simposium XII FSTPT, 2009).
Dalam pembangunan ekonomi akan memberikan dampak pada
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kualitas hidup. Pertumbuhan ekonomi
sendiri akan berpengaruh terhadap investasi. Sedangkan peningkatan kualitas
hidup akan berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat, karena dengan
pembangunan infrastruktur dapat mengurangi kemiskinan dan jumlah
pengangguran suatu negara (Tri Wahyuni, Krismanti, 2009).
Sebagai penunjang kesejahteraan masyarakat dan investasi pembangunan
diperlukan berbagai infrastruktur. Antara lain jaringan jalan, jaringan listrik,
jaringan telekomunikasi, air bersih, dsb. Dorongan peningkatan pada subsektor
listrik, subsektor jalan, subsektor transportasi dan subsektor komunikasi tersebut
disebabkan karena tingkat permintaan dari subsektor tersebut terus mengalami
peningkatan. Disamping itu, respon permintaan yang terus meningkat terhadap
subsektor-subsektor tersebut diimbangi dengan banyaknya investasi
pembangunan infrastrukur di subsektor-subsektor tersebut.
21
Sebagai contohnya adalah kebutuhan akan listrik. Indonesia mengalami
permasalahan dalam listrik dimana suplai listrik tidak dapat memenuhi kebutuhan
akan listrik yang mengakibatkan pemadaman di beberapa daerah secara bergiliran.
Padahal listrik tidak hanya dibutuhkan pada rumah tangga-rumah tangga saja,
namun juga sangat dibutuhkan pada sektor-sektor industri yang akan berdampak
pada perekonomian masyarakatnya pula. Maka dari itu infrastruktur jaringan
listrik merupakan komponen penting dalam menunjang aktivitas masyarakat dan
juga sangat berpengaruh terhadap masalah perekonomian (Valeriani, Devi. 2010).
Begitu pula dengan pembangunan infrastruktur jaringan jalan.
Pembangunan jalan sangat tidak kalah penting dan diperlukan sebagai alat
penghubung suatu tempat dengan tempat yang lain. Dengan adanya akses jalan
yang mudah dijangkau akan mempengaruhi unsur strategis suatu tempat dan
dengan mudahnya akses akan mempengaruhi banyaknya pihak swasta yang mau
berinvestasi. Dengan banyaknya pihak swasta yang mau berinvestasi tersebut
akan mempengaruhi pada pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. Selain itu
dengan adanya pembangunan-pembangunan infrastruktur salah satu contohnya
seperti jaringan jalan juga akan memberi manfaat kesejahteraan masyarakat
karena terbebas dari keterpencilan suatu tempat dan memberikan kemudahan
akses bagi masyarakat.
Berdasarkan peran dan fungsinya seperti yang telah diungkapkan di atas
(sebagai pendorong berkembangnya sektor-sektor terkait sebagai multiplier dan
pada akhirnya akan menciptakan lapangan usaha baru dan memberikan output
hasil produksi sebagai input untuk konsumsi), maka dapat disimpulkan bahwa
22
sektor infrastruktur merupakan fundamental perekonomian di Indonesia (Enik,
Widayanti. 2010).
2.2.4 Sistem Infrastruktur
Sistem infrastruktur didefinisikan sebagai fasilitas atau struktur dasar,
peralatan, instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan untuk berfungsinya
sistem sosial dan sistem ekonomi masyarakat (Kodoatie,R.J.,2005). Sistem
infrastruktur merupakan pendukung utama sistem sosial dan sistem ekonomi
dalam kehidupan masyarakat.
Disini, infrastruktur berperan penting sebagai mediator antara sistem
ekonomi dan sosial dalam tatanan kehidupan manusia dan lingkungan. Kondisi itu
agar harmonisasi kehidupan tetap terjaga dalam arti infrastruktur tidak
kekurangan (berdampak pada manusia), tapi juga tidak berlebihan tanpa
memperhitungkan daya dukung lingkungan alam karena akan merusak alam dan
pada akhirnya berdampak juga kepada manusia dan makhluk hidup lainnya.
Dalam hal ini, lingkungan alam merupakan pendukung sistem
infrastruktur, dan sistem ekonomi didukung oleh sistem infrastruktur, sistem
sosial sebagai obyek dan sasaran didukung oleh sistem ekonomi. Analoginya
seperti gambar dibawah ini :
23
Gambar 2.1. pengelompokan sistem menurut (Kodoatie,R.J.,2005)
Pengelompokan sistem insfrastruktur dapat dibedakan menjadi
(Kodoatie,R.J.,2005) :
1. Grup keairan
2. Grup distribusi dan produksi energi
3. Grup komunikasi
4. Grup transportasi (jalan, rel)
5. Grup bangunan
6. Grup pelayanan transportasi (stasiun, terminal, bandara, pelabuhan, dll)
7. Grup pengelolaan limbah
2.2.5 Komponen Infrastruktur
Menurut APWA (American Public Works Association) Komponen-
komponen di dalam infrastruktur adalah :
a. Sistem penyediaan air : waduk, penampungan air, transmisi dan distribusi,
fasilitas pengolahan air (water treatment)
LINGKUNGAN ALAM MERUPAKAN
PENDUKUNG SISTEM INFRASTRUKTUR,
SISTEM EKONOMI DIDUKUNG OLEH
SISTEM INFRASTRUKTUR,
SISTEM SOSIAL SEBAGAI OBYEK DAN
SASARAN DIDUKUNG OLEH SISTEM EKONOMI
Sitem Ekonomi
Sitem
Sosial
Infrastruktur Fisik
Lingkungan Alam
24
b. Sistem pengelolaan air limbah : pengumpul, pengolahan, pembuangan,
daur ulang
c. Fasilitas pengelolaan limbah padat
d. Fasilitas pengendalian banjir, drainase dan irigasi
e. Fasilitas lintas air dan navigasi
f. Fasilitas transportasi: jalan, rel, bandar udara (termasuk tanda-tanda lalu
lintas dan fasilitas pengontrol
g. Sistem transit publik
h. Sistem kelistrikan: produksi dan distribusi
i. Fasilitas gas alam
j. Gedung publik: sekolah, rumah sakit
k. Fasilitas perumahan publik
l. Taman kota sebagai daerah resapan, tempat bermain termasuk stadion
m. Komunikasi
Sedangkan menurut P3KT (Program Pembangunan Perasarana Kota Terpadu),
komponen-komponen infrastruktur antara lain:
a. Perencanaan kota
b. Peremajaan kota
c. Pembangunan kota baru
d. Jalan kota
e. Air minum
f. Drainase
g. Air limbah
25
h. Persampahan
i. Pengendalian banjir
j. Perumahan
k. Perbaikan kampung
l. Perbaikan prasarana kawasan pasar
m. Rumah sewa
Dilihat dari input - output bagi penduduk, komponen-komponen tersebut dapat
dikelompokkan menjadi tiga karakteristik, yaitu:
a. Komponen yang memberi input kepada penduduk. Jenis infrastruktur yang
termasuk dalam kategori ini adalah prasarana air minum dan listrik
b. Komponen yang mengambil output dari penduduk. Jenis infrastruktur
yang termasuk dalam kelompok ini adalah prasarana
drainase/pengendalian banjir, pembuangan air kotor/sanitasi, dan
pembuangan sampah.
c. Komponen yang dapat dipakai untuk memberi input maupun mengambil
output. Jenis infrastruktur yang termasuk dalam kelompok ini meliputi:
prasarana jalan dan telepon.
2.2.6 Kategori Infrastruktur
Menurut Kodoatie,R.J.,2005, ada enam kategori besar infrastruktur dan 12
fasilitas fisik infrastruktur yaitu :
a. Kelompok jalan (jalan, jalan raya, jembatan);
26
b. Kelompok pelayanan transportasi (transit, jalan rel, pelabuhan, bandar
udara);
c. Kelompok air (air bersih, air kotor, semua sistem air, termasuk jalan air);
d. Kelompok manajemen limbah (sistem manajemen limbah padat);
e. Kelompok bangunan dan fasilitas olahraga luar;
f. Kelompok produksi dan distribusi energi (listrik dan gas);
Fasilitas fisik Infrastruktur :
a. Sistem penyediaan air bersih, termasuk dam, reservoir, transmisi,
treatment, dan fasilitas distribusi;
b. Sistem manajemen air limbah, termasuk pengumpulan, treatment,
pembuangan, dan sistem pemakaian kembali;
c. Fasilitas manajemen limbah padat;
d. Fasilitas transportasi, termasuk jalan raya, jalan rel dan bandar udara.
Termasuk didalamnya adalah lampu, sinyal, dan fasilitas kontrol;
e. Sistem transit publik;
f. Sistem kelistrikan, termasuk produksi dan distribusi;
g. Fasilitas pengolahan gas alam;
h. Fasilitas pengaturan banjir, drainase, dan irigasi;
i. Fasilitas navigasi dan lalu lintas/jalan air;
j. Bangunan publik seperti sekolah, rumah sakit, kantor polisi, fasilitas
pemadam kebakaran;
k. Fasilitas perumahan;
l. Taman, tempat bermain, dan fasilitas rekreasi, termasuk stadion.
27
2.2.7 Infastruktur Dalam Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti mengarah ke infrastruktur fisik yaitu sebagai
berikut :
1) Jaringan jalan
Jalan perumahan yang baik harus dapat memberikan rasa aman dan
nyaman bagi pergerakan pejalan kaki, pengendara sepeda dan pengendara
kendaraan bermotor. Selain itu harus didukung pula oleh ketersediaan prasarana
pendukung jalan, seperti perkerasan jalan, trotoar, drainase, lansekap, rambu lalu
lintas, parkir dan lain-lain.
2) Jaringan Air Bersih
Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah:
a) Penyediaan kebutuhan air bersih
1) Lingkungan perumahan harus mendapat air bersih yang cukup dari
perusahaan air minum atau sumber lain sesuai dengan ketentuan yang
berlaku; dan
2) Apabila telah tersedia sistem penyediaan air bersih kota atau sistem
penyediaan air bersih lingkungan, maka tiap rumah berhak mendapat
sambungan rumah atau sambungan halaman.
b) Penyediaan jaringan air bersih
1) Harus tersedia jaringan kota atau lingkungan sampai dengan sambungan
rumah;
2) Ketersediaan komponen sumber penampung air bersih seperti,
penampung air hujan, sumur bor, penyulingan air laut dan sebagainya.
28
3) Jaringan Listrik
Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi adalah:
a) Penyediaan kebutuhan daya listrik
1) setiap lingkungan perumahan harus mendapatkan daya listrik dari PLN
atau dari sumber lain; dan
2) setiap unit rumah tangga harus dapat dilayani daya listrik minimum 450
VA per jiwa dan untuk sarana lingkungan sebesar 40% dari total
kebutuhan rumah tangga.
b) Penyediaan jaringan listrik
1) disediakan jaringan listrik lingkungan dengan mengikuti hirarki
pelayanan, dimana besar pasokannya telah diprediksikan berdasarkan
jumlah unit hunian yang mengisi blok siap bangun;
2) Disediakan tiang listrik sebagai penerangan jalan yang ditempatkan
pada area damija (daerah milik jalan) pada sisi jalur hijau yang tidak
menghalangi sirkulasi pejalan kaki di trotoar (lihat Gambar 1 mengenai
bagian-bagian pada jalan);
3) Disediakan gardu listrik untuk setiap 200 KVA daya listrik yang
ditempatkan pada lahan yang bebas dari kegiatan umum;
4) Adapun penerangan jalan dengan memiliki kuat penerangan 500 lux
dengan tinggi > 5 meter dari muka tanah;
5) Sedangkan untuk daerah di bawah tegangan tinggi sebaiknya tidak
dimanfaatkan untuk tempat tinggal atau kegiatan lain yang bersifat
permanen karena akan membahayakan keselamatan;
29
4) Jaringan Persampahan
Jenis-jenis elemen perencanaan yang harus disediakan adalah gerobak
sampah; bak sampah; tempat pembuangan sementara (TPS); dan tempat
pembuangan akhir (TPA). Lingkungan perumahan harus dilayani sistem
persampahan yang mengacu pada:
a) Tentang Tata cara teknik operasional pengolahan sampah perkotaan;
b) Tentang Tata cara pengelolaan sampah di permukiman; dan
c) Tentang Tata cara pemilihan lokasi tempat pembuangan akhir sampah.
2.3 persepsi
Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi
manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya.
Persepsi mengandung pengertian yang sangat luas, menyangkut intern danekstern.
Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi, walaupun
pada prinsipnya mengandung makna yang sama. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu. Proses
seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya.
Persepsi ialah proses di mana individu mengorganisasikan dan
mengintepretasikan impresi sensorik agar dapat memberikan arti kepada
lingkungan di sekitarnya (Robbini dalam Muchlas, 2005).
Sugihartono, dkk (2007) mengemukakan bahwa persepsi adalah
kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk
menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Persepsi
30
manusia terdapat perbedaan sudut pandang dalam penginderaan. Ada yang
mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun persepsi
negatif yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata.
Bimo Walgito (2004) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan suatu
proses pengorganisasian, penginterpre tasian terhadap stimulus yang diterima oleh
organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan merupakan
aktivitas yang integrated dalam diri individu. Respon sebagai akibat dari persepsi
dapat diambil oleh individu dengan berbagai macam 10 bentuk. Stimulus mana
yang akan mendapatkan respon dari individu tergantung pada perhatian individu
yang bersangkutan. Berdasarkan hal tersebut, perasaan, kemampuan berfikir,
pengalaman-pengalaman yang dimiliki individu tidak sama, maka dalam
mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antar
individu satu dengan individu lain. Setiap orang mempunyai kecenderungan
dalam melihat benda yang sama dengan cara yang berbeda-beda. Perbedaan
tersebut bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah pengetahuan,
pengalaman dan sudut pandangnya.
Persepsi juga bertautan dengan cara pandang seseorang terhadap suatu
objek tertentu dengan cara yang berbeda-beda dengan menggunakan alat indera
yang dimiliki, kemudian berusaha untuk menafsirkannya. Persepsi baik positif
maupun negatif ibarat file yang sudah tersimpan rapi di dalam alam pikiran bawah
sadar kita. File itu akan segera muncul ketika ada stimulus yang memicunya, ada
kejadian yang membukanya. Persepsi merupakan hasil kerja otak dalam
memahami atau menilai suatu hal yang terjadi di sekitarnya (Waidi, 2006).
31
Jalaludin Rakhmat (2007) menyatakan persepsi adalah pengamatan
tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.
Sedangkan, Suharman (2005) menyatakan: “persepsi merupakan suatu
proses menginterpretasikan atau menafsir informasi yang diperoleh melalui sistem
alat indera manusia”.
Menurutnya ada tiga aspek di dalam persepsi yang dianggap relevan
dengan kognisi manusia, yaitu pencatatan indera, pengenalan pola, dan perhatian.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu kesamaan pendapat bahwa persepsi
merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk
tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala
sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya.
Persepsi bukanlah sesuatu yang statis, melainkan dapat berubah-ubah.
Proses perubahan persepsi pertama kali disebabkan oleh fisikologis dari sistem
saraf pada indera manusia. Ketika suatu stimulus tidak dapat lagi mengalami
perubahan maka yang terjadi ialah adaptasi atau habituasi yaitu respon terhadap
stimulus semakin melemah. Habituasi menunjukkan kecenderungan faali dari
reseptor yang kurang peka setelah menerima stimulus yang berlebihan.
Menurut Miftah Toha (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
seseorang adalah sebagai berikut:
a. Faktor internal: perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka,
keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan
fisik,gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat,dan motivasi.
32
b. Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh,
pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan,
pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu
objek
Menurut Walgito (2003), sikap individu terhadap lingkungannya dapat
berupa :
a. Individu menolak lingkungannya yaitu apabila individu tidak sesuai
dengan lingkungannya.
b. Individu menerima lingkungan yaitu bila keadaan lingkungan cocok
dengan keadaan individu.
c. Individu bersikap netral, apabila individu tidak mendapat kecocokan
dengan lingkungan, tetapi dalam hal ini individu tidak mengambil
langkah-langkah yang lebih lanjut yaitu bagaimana sebaiknya bersikap.
2.4 Pembangunan
Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital
untuk mempercepat proses pembangunan nasional maupun regional. Infrastruktur
juga memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan
ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi dan investasi suatu negara maupun daerah
tidak dapat dipisahkan dari ketersedian infrastruktur seperti transportasi,
telekomunikasi, sanitasi, dan energi. Inilah yang menyebabkan pembangunan
infrastruktur menjadi fondasi dari pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
33
Bertambahnya infrastruktur dan perbaikannya oleh pemerintah diharapkan
memacu pertumbuhan ekonomi (Suratno. 2010).
Pembangunan menjadi suatu proses kegiatan yang dianggap penting dan
wajib dilaksanakan oleh semua negara, karena globalisasi yang disertai dengan
kemajuan teknologi dan perkembangan ilmu pengetahuan telah berdampak pada
perubahan dan pembaharuan dalam semua aspek kehidupan manusia. Sehingga
dalam proses pembangunan harus mencakup seluruh aspek baik ekonomi maupun
sosial. Seperti yang terdapat dalam Todaro (2006), menyebutkan bahwa
pembangunan merupakan suatu kenyataan fisik sekaligus tekad suatu masyarakat
untuk berupaya sekeras mungkin melalui serangkaian kombinasi proses sosial,
ekonomi dan institusional demi mencapai kehidupan yang serba lebih baik.
Sebagai suatu proses perubahan tidak akan bisa lepas dari perencanaan
maka perencanaan pembangunan didefinisikan sebagai suatu proses perumusan
alternatif-alternatif atau keputusan-keputusan yang didasarkan pada data-data dan
fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan suatu
rangkaian kegiatan atau aktivitas kemasyarakatan,baik yang bersifat fisik
(material) maupun non fisik (mental dan spritual), dalam rangka mencapai tujuan
yang lebih baik (Riyadi dan Bratakusumah 2003). Namun demikian suatu
perencanaan pembangunan sangat terkait dengan unsur wilayah atau lokasi
dimana suatu aktivitas kegiatan akan dilaksanakan, sehingga Riyadi dan
Bratakusumah (2003) mendefinisikan perencanaan pembangunan wilayah/daerah
sebagai suatu proses perencanaan pembangunan yang dimaksudkan untuk
melakukan perubahan menuju arah perkembangan yang lebih baik, bagi suatu
34
komunitas masyarakat, pemerintah, dan lingkungan dalamwilayah/daerah tertentu,
dengan memanfaatkan atau mendayagunakan berbagai sumberdaya yang ada, dan
harus memiliki orientasi yang bersifat menyeluruh, lengkap, tapi tetap berpegang
pada azas prioritas.
Sedangkan Hadi (2001) mengartikan perencanaan pembangunan wilayah
sebagai suatu proses atau tahapan pengarahan kegiatan pembangunan di suatu
wilayah tertentu yang melibatkan interaksi antara sumberdaya manusia dengan
sumberdaya lain, termasuk sumberdaya alam dan lingkungan melalui investasi.
Pembangunan pada intinya bertujuan untuk menjadikan kehidupan
masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera. Sejahtera merupakan kondisi tidak
miskin dan menjadi keinginan setiap orang, sedangkan kemakmuran merupakan
bagian yang memungkinkan orang-orang bermasyarakat dengan baik, tenang dan
tidak menimbulkan kecemburuan sosial. Untuk mencapai hal tersebut,
keberhasilan pembangunan sering diidentikan dengan tingkat pertumbuhan
ekonominya. Karena semakin tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi suatu negara,
semakin tinggi pula tingkat kesejahteraannya.
2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan
penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam
mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis tidak
menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian penulis.
Namun penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam
35
memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis. Berikut merupakan penelitian
terdahulu berupa beberapa skripsi dan jurnal terkait dengan penelitian yang
dilakukan penulis. Beberapa peneliti tersebut dapat kita lihat di Tabel 2.1 sebagai
berikut:
36
Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Tahun Hasil Penelitian
1. Fitri Ami
Handayani
Analisis Kesenjangan
Wilayah di Gerbang
Kertosusila ditinjau
Dari Aspek Ekonomi,
Sosial dan Lingkungan
2006 Dari hasil analisis diketahui bahwa kesenjangan wilayah di Gerbang
kertosusila ternyata lebih signifikan dalam indikator-indikator
ekonomi dan lingkungan daripada indikator-indikator sosial.
Kemudian, dari hasil analisis MDS, ternyata pola kesenjangan
ekonomi dan pola kesenjangan sosial menunjukkan hubungan yang
searah. Jadi, pertumbuhan ekonomi berbanding lurus dengan tingkat
kesejahteraan sosial. Sedangkan untuk kesenjangan lingkungan
memiliki pola yang berlawanan.
Pembangunan yang dilakukan di Gerbang kertosusila selama ini
ternyata berdampak pada peningkatan kesenjangan antar Kabupaten
dan Kota di wilayah tersebut. Kesenjangan terutama terjadi antara
Kota Surabaya dengan SMA-nya yang meliputi Kabupaten Gresik
dan Sidoarjo dengan wilayah-wilayah belakangnya, yaitu Kabupaten
Mojokerto, Lamongan dan Bangkalan. Selain itu, pembangunan di
Gerbang kertosusila juga berkontribusi terhadap peningkatan
kemiskinan, pengangguran, dan degradasi lingkungan.
37
Sumber : Hasil Analisis, 2018
No Peneliti Judul Tahun Hasil Penelitian
2. Desty
Nurhidayanti
Chaerunnisa
Pengaruh Infrastruktur
Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Kota
Sukabumi tahun 1990 -
2012
2014 Infrastruktur air bersih dan ranjang rumah sakit berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota Sukabumi.
Sedangkan infrastruktur listrik berpengaruh negatif dan tidak
signifikan sehingga tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan
ekonomi. Dan pada variabel panjang jalan dan sekolah berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kota
Sukabumi.
3. Zulham
Wildany
Ketimpangan
Pembangunan Antar
Kecamatan di Kabupaten
Lamongan
2011 Secara umum kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini
adalah selama periode 2002-2006 ketimpangan antar kecamatan di
kabupaten Lamongan terus mengalami peningkatan hal ini di
sebabkan oleh pembangunan yang dilakukan pemerintah kerang
merata di setiap kecamatan terutama pada sektor pertanian,
pendidikan dan kesehatan.
38
2.6 Sintesa Landasan Teori
Berdasarkan uraian landasan teori, maka penulis membuat sintesa landasan teori yang
mendukung dalam penelitian Analisis Ketimpangan Infrastruktur di Kecamatan Tebing
Tinggi.
Tabel 2.2 Sintesa Landasan Teori
No Defenisi Sumber Keterangan
1 Ketimpangan a. Besar Bahasa
Indonesia
b. BAPPENAS (2011)
c. World Bank (2016)
a. perbedaan, ketidaksinambungan,
ketidaksimetrisan dan adanya jurang
pemisah
b. menjelaskan bahwa ketimpangan
pembangunan di Indonesia selama
ini berlangsung dan berwujud dalam
berbagai bentuk, aspek, atau dimensi.
c. suatu gambaran terhadap fakta
(kondisi) yang tidak homogen, yang
di dalamnya terdapat perbedaan-
perbedaan yang membutuhkan
perhatian
2 Faktor-faktor
penyebab
ketimpangan
Syafrijal (2012 ) 1. Perbedaan kandungan sumber daya
alam.
Perbedaan kandungan sumber daya alam
akan mempengaruhi kegiatan produksi
pada daerah bersangkutan.
2. Perbedaan kondisi demografis
Perbedaan kondisi demografis meliputi
perbedaan tingkat pertumbuhan dan
struktur kependudukan.
3. Kurang lancarnya mobilitas barang
dan jasa
Mobilitas barang dan jasa meliputi
kegiatan perdagangan antar daerah dan
migrasi baik yang disponsori pemerintah
(transmigrasi) atau migrasi spontan
4. Konsentrasi kegiatan ekonomi
wilayah
Pertumbuhan ekonomi akan cenderung
lebih cepat pada suatu daerah p.
5. Alokasi dana pembangunan antar
wilayah
Alokasi dana ini bisa berasal dari
pemerintah maupun swasta.
3 Dampak
Ketimpangan
Bappenas (2016) Ketimpangan pembangunan telah
memberikan berbagai dampak terhadap
39
No Defenisi Sumber Keterangan
daerah dan masyarakat. Adapun yang
menjadi dampak dari ketimpangan
tersebut adalah, banyak wilayah-wilayah
yang masih tertinggal dalam
pembangunan, belum berkembangnya
wilayah-wilayah strategis dan cepat
tumbuh, wilayah perbatasan dan terpencil
kondisinya masih terbelakang,
kesenjangan pembangunan antara kota
dan desa.
4 Infrastruktur - Kamus Besar
Bahasa Indonesia
- Kodoatie, 2005
- Badan Statistik
Nasional (Tata cara
perencanaan
lingkungan
perumahan di
perkotaan)
- Sjafrizal, 2012
- Infrastruktur adalah sistem yang
menopang sistem sosial dan sistem
ekonomi yang sekaligus menjadi
penghubung dengan sistem lingkungan,
dimana sistem ini dapat dipakai sebagai
dasar didalam mengambil kebijakan.
- fasilitas-fasilitas fisik yang
dikembangkan atau dibutuhkan oleh
agen-agen publik untuk fungsi-fungsi
pemerintahan dalam penyediaan air,
tenaga listrik, pembuangan limbah,
transportasi dan pelayanan-pelayanan
similar untuk memfasilitasi tujuan-tujuan
sosial dan ekonomi. Jadi infrastruktur
merupakan sistem fisik yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia dalam lingkup sosial dan
ekonomi.
5 Persepsi - Robbini dalam
Muchlas (2005)
- Sugihartono, dkk
(2007)
- Bimo Walgito (2004)
- Waidi (2006)
- Jalaludin Rakhmat
(2007)
- Suharman (2005)
- Miftah Toha (2003)
- Walgito (2003)
Persepsi mempunyai arti dan kedudukan
yang sangat penting dalam diri manusia
sebab persepsi bersifat pribadi dan
subyektif. Persepsi merupakan
pandangan dan penafsiran seorang
individu terhadap aktivitas, lingkungan
dan obyek tertentu berdasarkan
pengalaman yang telah terstruktur dalam
pikirannya. Persepsi seseorang terhadap
obyek di lingkungannya diawali oleh
adanya kontak fisik antara seseorang tersebut dengan lingkungannya dan
kemudian menghasilkan suatu persepsi.
Jika obyek tersebut dipersepsikan
sebagai hal yang berada dalam batas
optimal, maka individu dikatakan dalam
keadaan serba seimbang. Namun,
40
No Defenisi Sumber Keterangan
apabila obyek dipersepsikan sebagai hal
di luar batas optimal, maka individu
tersebut dapat dikatakan mengalami
tekanan. Individu tersebut harus
menyesuakan diri dengan lingkungan
atau lingkungan yang menyesuaikan
dengan individu tersebut.
6 Pengembangan
wilayah
a. Suratno (2010)
b. Todaro (2006)
c. Riyadi dan
Bratakusumah (2003)
d. Hadi (2001)
Pembangunan infrastruktur merupakan
salah satu aspek penting dan vital untuk
mempercepat proses pembangunan
nasional maupun regional. Infrastruktur
juga memegang peranan penting sebagai
salah satu roda penggerak pertumbuhan
ekonomi. Laju pertumbuhan ekonomi
dan investasi suatu negara maupun
daerah tidak dapat dipisahkan dari
ketersedian infrastruktur seperti
transportasi, telekomunikasi, sanitasi, dan
energi. Inilah yang menyebabkan
pembangunan infrastruktur menjadi
fondasi dari pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan. Bertambahnya
infrastruktur dan perbaikannya oleh
pemerintah diharapkan memacu
pertumbuhan ekonomi.
7 Peneliti
Terdahulu
Hasil Review, 2017 Penelitian-penelitian terdahulu terkait
analisa kesenjangan wilayah yang pernah
dilakukan oleh beberapa peneliti
disebagian wilayah di Indonesia
Sumber : Hasil Analisis, 2018
41
2.7 Variabel Penelitian
Dalam melihat ketimpangan infrastruktur di Kecamatan Tebing Tinggi, ada beberapa
indikator dalam penelitian yaitu sebagai berikut :
Tabel 2.3
Variabel Penelitian Analisis Ketimpangan Infrastruktur di Kecamatan Tebing Tinggi
Tujuan Variabel Indikator Sub Indikator
Mengetahui
Ketimpangan
Infrastruktur
di Kecamatan
Tebing
Tinggi
Identifikasi
Prasarana Jaringan
Jalan
Kondisi Jaringan Jalan
- Jalan baik
- Jalan sedang
- Jalan rusak
- Panjang jalan dengan
kondisi baik
- Panjang jalan dengan
kondisi sedang
- Panjang jalan dengan
kondisi rusak
Indentifikasi
Prasarana Air
Bersih
Kondisi Prasarana Air
Bersih
- Penampung Air
Hujan
- Sumur Bor
- Penyulingan Air
Laut
- Jumlah layanan penyediaan
penampung air hujan yang
di sediakan pemerintah
- Jumlah layanan penyediaan
Sumur Bor yang di
sediakan pemerintah
- Penyaluran Air bersih dari
hasil penyulingan Air Laut
Identifikasi
Prasarana
Persampahan
Kondisi Prasarana
Persampahan
- Bak Sampah
Besar/kontainer/TP
S 12 m3
- Bak Sampah
Kecil/TPS 6 m3
- Gerobak
Sampah/Mobil
Sampah
- Penyediaan Bak Sampah
dengan kapasitas besar
- Penyediaan Bak Sampah
dengan kapasitas kecil
- Penyediaan gerobak
sampah/mobil pengangkut
sampah
Identifikasi
Prasarana Jaringan
Listrik
Kondisi Prasarana
Jaringan Listrik
- Penyediaan
Jaringan Listrik
- Tiang Listrik
- Lampu Jalan
- Penyaluran aliran Listrik
kesetiap rumah
- Kelengkapan Tiang listrik
sebagai pendukung aliran
listrik
- Penyediaan penerang di
ruas jalan
Sumber : Hasil Analisis, 2018