Upload
others
View
34
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu
2.1.1 Kecelakaan Lalu Lintas
Kecelakaan adalah suatu kejadian yang sangat kompleks, karena bisa
memiliki banyak sekali faktor penyebab, meningkatnya jumlah kendaraan dari
tahun ke tahun merupakan faktor pendukung meningkatnya kecelakaan lalu
lintas, kepadatan lalu lintas (volume kendaraan), musim (kemarau/penghujan),
jenis kendaraan, waktu (gelap/terang), perilaku berkendara yang aman (safety
riding), kondisi kendaraan merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya kecelakaan lalu lintas, kecelakaan lalu lintas ini dapat
mempengaruhi pengendara menjadi trauma ataupun sampai meninngal dunia.
(Arisanty, 2015)
Sedangkan menurut UU No. 22 Tahun 2009 kecelakaan lalu lintas
adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja yang
melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lainnya,
mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda. Dari beberapa
definisi kecelakaan lalu lintas dapat disimpulkan bahwa kecelakaan lalu lintas
merupakan suatu peristiwa pada lalu lintas di jalan yang tidak diduga dan
tidak diharapkan yang sulit diprediksi kapan dan dimana terjadinya, yang
melibatkan paling sedikit satu kendaraan bermotor yang dapat menyebabkan
korban luka ringan atau berat, korban meninggal dunia, dan kerusakan
material.
Kecelakaan juga dapat di definisikan sebagai suatu kejadian yang
terjadi dalam waktu atau periode tertentu dengan kondisi melibatkan diri
sendiri atau orang lain, kendaraan, maupun obyek benda lain yang dapat
merugikan jika mengakibatkan korban manusia atau benda. Kecelakaan
8
disebabkan oleh berbagai macam faktor yang tidak sengaja terjadi dalam
waktu tertentu dan tidak dapat diramalkan secara pasti.
2.2 Klasifikasi Kecelakaan Lalu Lintas
2.2.1 Penggolongan Kecelakaan Lalu Lintas
Berdasarkan UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan pada pasal 229, karakteristik kecelakaan lalu lintas dapat
di bagi kedalam tiga golongan, yaitu:
a. Kecelakaan lalu lintas ringan, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan
kerusakan kendaraan dan/atau barang.
b. Kecelakaan lalu lintas sedang, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan luka
ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau barang.
c. Kecelakaan lalu lintas berat, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan
korban meninggal dunia atau luka berat.
2.2.2 Jenis Kecelakaan Menurut Jumlah Kendaraan
Jenis kecelakaan menurut jumlah kendaraan yang terlibat digolongkan
menjadi (Wedasana, 2011 :9) :
a. Kecelakaan Tunggal, yakni kecelakaan yang hanya melibatkan suatu
kendaraan bermotor dan tidak melibatkan pemakai jalan lain.
b. Kecelakaan Ganda, yakni kecelakaan yang melibatkan lebih dari satu
kendaraan atau kendaraan dengan pejalan kaki yang mengalami
kecelakaan diwaktu dan tempat yang bersamaan.
Berdasarkan jenis kecelakaan yang terjadi, diklasifikasikan atas
beberapa tabrakan, yaitu depan-depan, depan-belakang, tabrakan sudut,
tabrakan sisi, lepas kontrol, tabrak lari, tabrak massal, tabrak pejalan kaki,
tabrak parkir, dan tabrakan tunggal. Dimana PT Jasa Marga
mengelompokkan jenis tabrakan yang melatar belakangi terjadinya
kecelakaan lalu lintas menjadi (Maya, 2011) :
9
a. Tabrakan depan-depan
Adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang tengah melaju dimana
keduanya saling beradu muka dari arah yang berlawanan, yaitu bagian
depan kendaraan yang satu dengan bagian depan kendaraan lainnya.
b. Tabrakan depan-samping
Adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang tengah melaju dimana
bagian depan kendaraan yang satu menabrak bagian samping kendaraan
lainnya.
c. Tabrakan depan – belakang
Adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang tengah melaju dimana
bagian depan kendaraan yang satu menabrak bagian belakang kendaraan
di depannya dan kendaraan tersebut berada pada arah yang sama.
d. Tabrakan samping – samping
Adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang tengah melaju dimana
bagian samping kendaraan yang satu menabrak bagian yang lain.
e. Menabrak penyeberang jalan
Adalah jenis tabrakan antara kendaraan yang tengah melaju dan
pejalankaki yang sedang menyeberang jalan.
f. Tabrakan sendiri
Adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang tengah melaju mengalami
kecelakaan sendiri atau tunggal.
g. Tabrakan beruntun
Adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang tengah melaju menabrak
mengakibatkan terjadinya kecelakaan yang melibatkan lebih dari dua
kendaraan secara beruntun.
h. Menabrak obyek tetap
Adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang tengah melaju menabrak
obyek tetap di jalan.
10
Klasifikasi kecelakaan yang dipakai oleh PT. Jasa Marga (Persero)
berdasarkan tingkat kecelakaan maka dibagi dalam 4 golongan, yaitu :
1. Kecelakaan sangat ringan (damage only), yaitu kecelakaan yang hanya
mengakibatkan kerusakan/korban benda saja.
2. Kecelakaan ringan, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan korban luka
ringan, memerlukan perawatan medis atau dirawat di rumah sakit
selama kurang dari 30 hari.
3. Kecelakaan berat, yaitu korban yang karena luka-lukanya menderita
cacat tetap atau harus dirawat dalam jangka waktu lebih dari 30 hari
sejak terjadinya kecelakaan.
4. Kecelakaan fatal, yaitu korban meninggal atau korban mati adalah
korban yang di pastikan mati sebagai akibat kecelakaan lalu lintas
dalam waktu paling lama 30 hari setelah kecelakaan tersebut.
2.3 Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas
Manusia sebagai salah satu penyebab kecelakaan merupakan
perpaduan antara kondisi fisik pengendara dan perilaku ketika berkendara.
Bahkan secara sistematik terjadi saling keterkaitan dan interaksi antar faktor-
faktor utama (manusia, kendaraan, serta jalan, dan lingkungan) dengan pola
manajemen keselamatan lalu lintas yang ditangani oleh pihak pemangku
tanggung jawab (Mitra et al, dalam Rizky 2017).
Menurut Symmons dalam Rizky (2017), kecelakaan lalu lintas yang
dialami oleh pengendara sangat dipengaruhi oleh sikap dan perilakunya.
Kelebihan kecepatan yang telah ditetapkan sesuai dengan peraturan lalu lintas
merupakan pelanggaran tertinggi dan menjadi penyebab kecelakaan. Selain itu,
kelelahan dan pengaruh minuman keras dan obat-obatan (narkoba) juga menjadi
penyebab kecelakaan walaupun tidak setinggi akibat kelebihan kecepatan.
Kelelahan sangat berpengaruh terhadap kemampuan pengendara, bahkan
11
kelelahan juga dapat mempengaruhi konsentrasi dan berpotensi menimbulkan
pelanggaran yang mengarah pada ketidak disiplinan.
2.3.1 Human Error
Merupakan faktor paling dominan dalam kecelakaan. Hampir semua
kejadian kecelakaan didahului dengan pelanggaran rambu-rambu lalu lintas.
Menurut Warpani dalam Syaiful (2012:22), menyebutkan bahwa faktor
sebagai pengguna jalan dapat dipilah menjadi dua golongan, yaitu pengemudi
termasuk pengemudi pengendaraan tak bermotor dan pejalan kaki, termasuk
para pedagang asongan, pedagang kaki lima, dan lain-lain.
Menurut undang-undang lalu lintas UU No. 22 Tahun 2009, Pengemudi
adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang telah
memiliki surat izin menemudi. Setiap orang yang menggunakan jalan wajib
berperilaku tertib dan mencegah hal-hal yang dapat merintangi,
membahayakan keamanan dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan,
atau yang dapat menimbulkan kerusakan jalan. Mematuhi ketentuan tentang
kelas jalan, rambu-rambu, dan marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas,
waktu kerja, dan waktu istirahat, gerakan lalu lintas, berhenti dan parkir,
persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan bermotor, penggunaan kendaraan
bermotor, peringatan dangan bunyi dan sinar, kecepatan
maksimum/minimum, tata cara mengangkut orang, tata cara penggandengan
dan penempelan kendaraan lain.
Menurut Sumantri (2017) perilaku berkendara didefinisikan sebagai
tindakan atau kegiatan yang ditampilkan seseorang dalam hubungan dengan
orang lain dan lingkungan sekitarnya atau lingkungan dalam khususnya dalam
mengemudikan kendaraan.
Faktor pengendara memegang peranan penting dalam kecelakaan lalu
lintas. Faktor perilaku yang tidak baik meliputi :
12
1. Lengah
Pengendara yang lengah disebabkan beberapa hal antara lain sedang
melamun memikirkan masalah keluarga saat mengemudi, menggunakan
handphone, dan bercanda dengan teman yang diboncengnya. Lengah dapat
menyebabkan pengemudi menjadi kurang antisipasi dalam menghadapi situasi
lalu lintas, dalam situasi ini pengemudi tidak mampu memperkirakan bahaya
yang mungkin terjadi sehubungan dengan kondisi kendaraan dan lingkungan
lalu lintas (Kezia,2012).
2. Mengantuk
Mengantuk merupakan keadaan dimana pengendara kehilangan daya
reaksi dan konsentrasi akibat kurang istirahat (tidur) dan atau sudah
mengemudikan kendaraan lebih dari 5 jam tanpa istirahat (Warpani, dalam
Marsaid, dkk, 2013). Banyaknya kecelakaan yang disebabkan pengendara
mengantuk dikarenakan pengendara sepeda motor pada umumnya tidak
merasa bahwa dirinya mengantuk, seringkali mereka memaksakan dirinya
untuk tetap mengendarai motor (Kartika, dalam Marsaid, dkk, 2013).
3. Kurang Antisipasi
Pengemudi kurang antisipasi adalah pengemudi yang tidak mampu
memperkirakan bahaya yang mungkin terjadi sehubungan dengan kondisi
kendaraan dan lingkungan (kendaraan lain). Menurut survei ternyata sebagian
besar pengemudi sering lalai membuat antisipasi. Rasa malas, memandang
remeh, ceroboh, sikap acuh atau terlalu percaya diri membuat pengemudi lali
mengantisipasi situasi.Padahal antisipasi yang dilakukan menyertai
perencanaan, memberikan banyak keuntungan antara lain keberhasilan,
kualitas, kekuatan, soliditas, dan memperkecil risiko kecelakaan. Kecelakaan
lalu lintas dapat disebabkan oleh pengemudi yang kurang antisipasi (Kezia
2012).
13
4. Lelah
Kelelahan dapat mengurangi kemampuan mengemudi didalam
mengantisipasi keadaan lalu lintas dan mengurangi konsentrasi dalam
berkendara. Menurut Suma’mur dalam Rizky (2017), kata lelah menunjukkan
keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda. Semuanya berakibat penurunan
daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh. Tanda-tanda yang ada
hubungannya dengan kelelahan, merasa kacau, tidak dapat berkonsentrasi,
tidak memfokuskan perhatian terhadap sesuatu dan merasa kurang sehat.
5. Tidak Terampil
Faktor pengendara tidak terampil merupakan pengendara yang tidak
mampu mengendalikan kendaraannya sehingga menimbulkan kecelakaan,
seperti tidak berjalan sesuai jalurnya atau terlalu ke kanan, tidak menjaga
jarak aman. Oleh karena itu, dalam berkendara diperlukan latihan dan
pengalaman dalam berkendara sehingga memiliki keterampilan alamiah
menghadapi bermacam-macam situasi lalu lintas (Goldenson, dalam Setiaji
2014).
6. Tidak Tertib
Terjadinya kecelakaan lalu lintas biasanya didahului oleh pelanggaran,
beberapa hal yang seringkali terjadi di jalan seperti mengebut dan terburu-
buru mendahului kendaraan lain dengan tidak tertib (Goldenson, dalam Setiaji
2014).
7. Kecepatan tinggi
Kecepatan tinggi akan meningkatkan peluang terjadinya kecelakaan dan
tingkat keparahan dari konsekuensi kecelakaan tersebut. Kecepatan yang
berlebihan adalah kecepatan yang lebih tinggi dari kecepatan yang
dimungkinkan atau diizinkan oleh kondisi lalu lintas dan jalan. Hal ini
memberikan pengertian yang sangat relatif bagi pengemudi, dan
sesungguhnya batas kecepatan tidak akan diperlukan seandainya pengemudi
14
dapat menyesuaikan kondisi di lapangan tanpa adanya peraturan kecepatan
(Goldenson, dalam Setiaji 2014).
2.3.2 Kondisi Kendaraan
Penyebab faktor kendaraan yang paling sering terjadi adalah ban pecah,
rem tidak berfungsi sebagaimana seharusnya, kelelehan logam yang
mengakibatkan bagian kendaraan patah, peralatan yang sudah aus tidak di
ganti dan berbagai penyebab lainnya.
Keseluruhan faktor kendaraan sangat terkait dengan teknologi yang
digunakan, perawatan yang di lakukan terhadap kendaraan. Untuk
mengurangi faktor kendaraan perawatan dan perbaikan kendaraan diperlukan,
disamping itu adanya kewajiban untuk melakukan pengujian kesadaran
bermotor secara reguler.
Kondisi Kendaraan yaitu persyaratan yang harus dipenuhi kendaraan
bermotor yang dioperasikan di jalan, dalam hal ini sepeda motor baik berupa
persyaratan teknis dan laik jalan. Untuk menjamin keamanaan kendaraan
harus siap pakai , oleh karena itu kendaraan harus dipelihara dengan baik
sehingga semua bagian kendraan berfungsi dengan baik seperti mesin, rem ,
ban , lampu, kaca spion dan sabuk pengaman (untuk mobil). Faktor penyebab
kecelakaan yang berasal dari faktor kendaraan antara lain : kondisi rem yang
kurang baik, ban pecah, selip, serta tidak ada atau tidak menyalanya lampu
kendaraan terutama ketika mengemudi pada malam hari.
1. Rem tidak berfungsi
Rem merupakan komponen penting dari sepeda motor yang berfungsi
untuk memperlambat laju atau memberhentikan sepeda motor. Sepeda motor
memiliki dua rem, yaitu rem depan dan rem belakang. Rem depan lebih
efektif dibandingkan rem belakang bahkan pada jalan dengan permukaan yang
licin. Kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh kerusakan rem (rem blong)
sering terjadi karena kurangnya pengawasan dan perawatan pada rem sepeda
15
motor. Kecelakaan kendaraan yang disebabkan kurang berfungsinya rem
seringkali terjadi ketika rem digunakan secara mendadak. Rem yang tidak
berfungsi tersebut membuat pengendara tidak dapat mengendalikan
kendaraannya sehingga dapat menabrak apa saja di depannya yang pada
akhirnya menimbulkan kecelakaan (Noras, dalam Kezia 2012).
2. Ban pecah
Ban pecah adalah kerusakan ban secara tiba-tiba yang dapat disebabkan
oleh ban yang tertusuk oleh paku, batu tajam, atau benda lainnya yang dapat
melubangi ban. Tekanan ban harus diperhatikan karena tekanan ban yang
kurang dapat menyebabkan ketidakseimbangan ban dan menimbulkan
ancaman ketika berkendara terutama dalam kecepatan tinggi (Noras, dalam
Kezia 2012).
3. Selip
Kecelakaan karena selip seringkali berhubungan dengan pengereman dan
kondisi jalan. Mengerem dengan keras dan mendadak akan menyebabkan
selip karena perpindahan berat kendaraan secara mendadak dapat
menyebabkan roda depan mengunci (Noras, dalam Kezia, 2012).
4. Lampu kendaraan tidak menyala
Kecelakaan yang disebabkan oleh lampu kendaraan tidak menyala
seringkali terjadi pada malam hari. Hal ini dikarenakan kondisi cahaya pada
malam hari sangat minim, hanya mengandalkan lampu jalan dan lampu
kendaraan. Akan tetapi saat ini lampu utama sepeda motor harus tetap
dinyalakan pada siang hari, karena hal ini akan mempermudah pengendara
lain mendeteksi kehadiran sepeda motor melalui spionnya. Kecelakaan yang
disebabkan lampu kendaraan ada juga yang disebabkan lampu indikator
penunjuk arah tidak menyala ketika akan belok, hal ini dapat menyebabkan
kendaraan dibelakangnya tidak mengetahui bahwa kendaraan di depannya
akan membelok dan kemudian terjadilah kecelakaan (Noras, dalam Kezia
2012).
16
2.3.3 Kondisi Jalan
Kondisi lingkungan akan memberukan kontribusi terhadap kecelakaan
lalu lintas. Lingkungan jalan yang kurang memadai mengakibatkan
kenyamanan dari pengemudi menurun, hal ini akan berdampak kemampuan
mengendalikan kendaraan akan menurun.
Jalan juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan
lalu lintas. Kartika, dalam Marsaid 2013 mengatakan bahwa kondisi jalan dan
cuaca tertentu dapat menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas seperti jalan
basah atau licin, jalan rusak, tanah longsor, dan lain sebagainya. Jalan
memiliki sistem jaringan yang saling mengikat dan menghubungkan pusat-
pusat aktivitas manusia satu sama lain dalam suatu lingkup wilayah, dimana
terdapat hierarki hubungan antara jaringan jalan yang yang saling terkoneksi.
Keberadaan jalan dalam aspek keruangan memegang peranan penting bagi
kehidupan manusia. Jalan menjadi prasana penghubung beragam aktifitas dan
kegiatan. Selain itu jalan juga menjadi pembentuk struktur ruang perkotaan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud kondisi adalah
persyaratan atau keadaan. Sedangkan jalan adalah seluruh bagian jalan,
termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi
lalu lintas umum yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan
tanah, di bawah permukaan tanah dan / air, serta di atas permukaan air,
kecuali jalan rel dan jalan kabel (UU No. 22 Tahun 2009). Sifat-sifat jalan
juga berpengaruh dan dapat menjadi penyebab terjadinya kecelakaan lalu
lintas. Dalam penelitian Marsaid, 2013, indikator yang menyebabkan
kecelakaan di jalan raya yang dipengaruhi faktor jalan adalah :
a. Jalan rusak
Jalan rusak adalah kondisi dimana permukaan jalan tidak mulus yang
disebabkan karena jalan belum diaspal, jalan yang terdapat bebatuan, kerikil
atau material lain yang berada di permukaan jalan yang mengganggu ketika
berkendara, dan jalan aspal yang sudah mengalami kerusakan. Jalan yang
17
rusak dapat mengurangi kontrol dalam berkendara dan mengganggu
keseimbangan pengendara sepeda motor, untuk itu pengendara sebaiknya
mengurangi kecepatannya ketika melewati jalan dengan kondisi rusak
(Marsaid, 2013).
b. Jalan berlubang
Jalan berlubang adalah kondisi dimana permukaan jalan tidak rata akibat
adanya cekungan ke dalam yang memiliki kedalaman dan diameter yang tidak
berpola, ini disebabkan sistem pelapisan yang kurang sempurna. Kecelakaan
akibat jalan berlubang seringkali disebabkan pengendara sepeda motor
berusaha menghindari lubang tersebut, namun melakukan kesalahan dalam
penilaian sehingga justru menyebabkan kecelakaan (Marsaid, 2013).
Definisi jalan berlubang berbeda dengan jalan rusak, yaitu kondisi dimana
permukaan jalan tidak rata akibat adanya cekungan ke dalam yang meiliki
kedalaman dan diameter yang tidak berpola. Banyak jalan berlubang yang
memiliki diameter serta kedalaman yang cukup besar, hal ini sangat beresiko
menyebabkan sepeda motor kehilangan keseimbangan ketika melewatinya,
jika pengendara kurang terampil menguasai keadaan, sepeda motor dapat
oleng dan terjatuh. Tingkat keparahan yang ditimbulkan akibat kecelakaan
karena jalan berlubang cukup parah bergantung pada model kecelakaan dan
lubang yang ada (Marsaid, 2013).
c. Jalan licin
Pada umumnya jalan yang basah atau licin disebabkan karena air hujan,
namun ada juga yang disebkan karena faktor lain seperti tumpahan oli
kendaraan. Jalan yang basah atau licin sangat erat kaitannya dengan hujan.
Jika ditelaah lebih mendalam kecelakaan yang disebabkan oleh jalan yang
basah atau licin sebenarnya tidak berdiri sendiri, hal ini berhubungan dengan
beberapa faktor penyebab lainnya contohnya faktor pengendara dan kondisi
kendaraan terutama performa ban. Ban yang permukaannya sudah halus atau
tipis ketika bertemu dengan jalan yang licin tidak akan menimbulkan daya
18
gesek antara ban dan jalan, sehingga beresiko tinggi terpeleset (Marsaid,
2013).
d. Jalan gelap
Jalan gelap dapat disebabkan karena lampu penerangan di jalan yang
tidak ada atau tidak cukup penerangannya. Jalan yang gelap beresiko
menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor
karena pengendara tidak dapat melihat dengan jelas arah dan kondisi jalan
serta lingkungan sekitarnya. Jalan tanpa lampu penerang jalan akan sangat
membahayakan dan minumbulkan potensi tinggi untuk menyebabkan
kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor, karena lampu
penerangan yang hanya berasal dari sepeda motor terkadang tidak cukup
untuk menerangi jalan di depannya (Marsaid, 2013).
e. Tikungan tajam
Jalan menikung merupakan faktor lingkungan fisik yang paling banyak
menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor. Jalan
yang memiliki tikungan tajam adalah jalan yang memiliki kemiringan sudut
belokan kurang dari atau lebih dari 180 derajat. Untuk melewati kondisi jalan
tersebut dibutuhkan keterampilan dan teknis khusus dalam berkendara agar
tidak hilangnya kendali pada kendaraan yang berakibat jatuh dan
menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Tikungan yang tajam juga
dapat menghalangi pandangan pengendara atau menutupi rambu lalu lintas
(Marsaid, 2013).
Ditinjau dari sisi penyediaan, keberadaan jaringan jalan yang terdapat
dalam suatu kota sangat menentukan pola jaringan pelayanan angkutan umum.
Karakteristik jaringan jalan meliputi klasifikasi, kapasitas, jenis jaringan, serta
kualitas jalan.
19
2.4 Jalan Bebas Hambatan (Jalan Tol)
Jalan bebas hambatan didefinisikan sebagai jalan untuk lalu lintas
menerus dengan pengendalian jalan masuk secara penuh, baik merupakan
jalan terbagi maupun tak terbagi. Segmen jalan bebas hambatan didefinisikan
sebagai suatu panjang jalan bebas hambatan di antara dan tak berpengaruh
oleh simpang susun dengan jalur penghubung, ke luar dan masuk dan yang
mempunyai karakteristik rencana geometrik dan arus lalu lintas yang serupa
pada seluruh panjang nya.
Menurut Peraturan Pemerintah no 15 Tahun 2005 Tentang jalan tol, Jalan
tol adalah jalan umum yang merupakan bagian system jaringan jalan dan
sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol. Tol
adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk penggunaan jalan tol.
2.5 Perkembangan Jalan Tol di Indonesia
Pembangunan jalan tol di Indonesia berawal dari pembangunan jalan tol
Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi) pada tahun 1972, yang di operasikan pada
tahun 1978. Sampai pada tahun 2017, terdapat 39 jalan tol, yang
pengusahanya dilakukan oleh PT. Jasa Marga, tbk dan oleh swasta. Berikut
adalah jalan tol yang terdapat di Indonesia:
1. Jagorawi, panjang 59 km, beroperasi Maret 1978
2. Semarang seksi A-C, panjang 24,75 km, beroperasi Juli 198
3. Jakarta-Tangerang, panjang 33 km, beroperasi November 1984
4. Prof Dr. Ir. Sedyatmo, panjang 14,3 km, beroperasi April 1985
5. Surabaya-Gempol, panjang 49 km, beroperasi Juli 1986
6. Cawang-Tomang-Grogol-Pluit, panjang 23,55 km, beroperasi
April 1987
7. Jakarta-Cikampek, panjang 83 km, beroperasi September 1988
8. Belawan-Medan-Tj. Morawa, panjang 43 km, beroperasi 1989
20
9. Cawang-Tj. Priok-Ancol Timur-Pluit, panjang 27,05 km,
beroperasi November 1989
10. Serpong-Pondok Aren, panjang 7,2 km, beroperasi Februari
1990
11. Padalarang-Cileunyi, panjang 66,4 km, beroperasi Maret 1991
12. Tangerang-Merak, panjang 73 km, beroperasi Juli 1992
13. Surabaya-Gresik, panjang 20,7 km, beroperasi Maret 1993
14. JORR seksi S, panjang 14,25 km, beroperasi September 1995
15. Palimanan-Plumbon-Kanci, panjang 26,3 km, beroperasi
Januari 1998
16. Ujung Pandang seksi I dan II, panjang 6,05 km, beroperasi
1998
17. Pondok Aren-Ulujami, panjang 5,55 km, beroperasi Februari
1999
18. Cikampek-Purwakarta-Padalarang, panjang 58,5 km,
beroperasi April 2005
19. JORR W2S-E1-E2-E3, panjang 31,12 km, beroperasi Agustus
2007
20. SS Waru-Bandara Juanda, panjanh 12,8 km, beroperasi April
2008
21. Makassar seksi IV, panjang 11,6 km, beroperasi September
2008
22. Jembatan-Surabaya-Madura, panjang 5,4 km, beroperasi Juni
2009
23. Kanci-Pejagan, panjang 35 km, beroperasi Januari 2010
24. JORR W1, panjang 9,85 km, beroperasi Februari 2010
25. Surabaya-Mojokerto seksi 1A, panjang 1,89 km, beroperasi
Agustus 2011
21
26. Semarang-Solo seksi I, panjang 11 km, beroperasi November
2011
27. Bogor ring road seksi 1A, panjang 3,85 km, beroperasi
November 2011
28. Cinere-Jagorawi, panjang 3,5 km, beroperasi Februari 2012
29. Bali Mandara, panjang 10 km, beroperasi September 2013
30. Semarang-Solo seksi II, panjang 11,95 km, beroperasi April
2014
31. Bogor ring road seksi IIA, panjang 1,95 km, beroperasi Mei
2014
32. JORR W2 Utara, panjang 7,87 km, beroperasi Juli 2014
33. Kertosono-Mojokerto seksi I, panjang 14,41 km, beroperasi
Oktober 2014
34. Porong-Gempol seksi Kejapanan-Gempol, panjang 4 km,
beroperasi Mei 2015
35. Gempol-Pandaan, panjang 12,05 km, beroperasi Juni 2015
36. Cikampek-Palimanan, panjang 116,75 km, beroperasi Mei
2015
37. Surabaya-Mojokerto seksi IV, panjang 16,25 km, beroperasi
Maret 2016
38. Pejagan-Pemalang seksi I dan II, panjang 20,2 km, beroperasi
Juni 2016
39. Tol akses Tanjung Priok, panjang 11,4 km, beroperasi Mei
2017
Sumber:detikFinance
22
2.6 Karakteriristik Jalan Tol Semarang-Solo
Karakteristik jalan adalah kondisi jalan, lebar jalan, naik turun dan kemiringan
jalan, kualitas jalan, berlubang atau bergelombang jalan. Data Teknis Panjang Tol
Semarang-Solo: 75,67 km. Jalur utama terbagi menjadi:
Tahap1 : Semarang – Bawen
Seksi 1 Semarang – Ungaran
Paket I : 3,525 km
Paket II : 4,950 km
Paket III : 5,625 km
Seksi 2 Ungaran Bawen
Paket IV : 3,900 km
Paket V : 3,825 km
Paket VI : 1,275 km
Tahap 2 :Bawen – Solo
Bawen - Salatiga : 17,300 km
Salatiga - Boyolali : 24,500 km
Boyolali - Kartosuro : 7,800 km
Data Teknis Semarang – Ungaran
Lebar Lajur Lalu Lintas :
Tahap Awal : 2 jalur x 3,6m x 2 jalur
Pelebaran : 3 jalur x 3,6m x 2 jalur
(sesuai kebutuhan lalu lintas)
Lebar Bahu Luar : 3,0 m
Lebar Bahu Dalam : 1,5m
2.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu berfungsi sebagai acuan peneliti dalam membuat
penelitian selanjutnya. Hal-hal yang diteliti dalam penelitian sebelumnya
23
dapat menjadi pedoman bagi peneliti lain dalam menyusun penelitian didalam
bidang yang sama. Berikut merupakan tabel dengan isi beberapa peneliti
terdahulu:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Judul Pengaruh Faktor Human Error Dan Kondisi Infrastruktur
Jalan Terhadap Terjadinya Kecelakaan Di Jalan Tol Cipali
Tahun 2016”
Penulis Jurnal Wiwiek Nurkomala Dewi dan Nurhayati,
Variabel Variabel Independen : Human Error, Kondisi Infrastruktur.
Variabel Dependen : Kecelakaan di Jalan Tol Cipali
Analisis Analisa data Kuantitatif
Hasil penelitian Dari hasil penelitian ini Tol Cipali memiliki kelayakan teknis
yang sangat baik. Bentuk dan konstruksi jalan, kontur jalan
yang lurus, tidak ada tikungan curam atau tanjakan landai
membuat tol itu aman untuk di lalui. Tetapi jalur yang lurus
bepotensi mengurangi kewaspadaan pengendara. Hasil
penelitian ini diolah menggunakan SPSS 20 dihasilkan
kesimpulan dengan signifikansi 5% faktor human error dan
kondisi infrastruktur jalan secara bersama-sama berpengaruh
terhadap terjadinya kecelakaan di Tol Cipali.
Hubungan dengan
penelitian
Digunakan sebagai rujukan dan berkaitan erat dengan
penelitian ini.
Sumber Tabel:Dari berbagai penelitian terdahulu
24
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
Judul Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Pada Daerah
Rawan Kecelakaan di Kecamatan Banjarmasin Tengah Kota
Banjarmasin
Penulis Jurnal Muhammad Azizi Rahman, dkk
Variabel Variabel Independen: Faktor manusia, Faktor kendaraan dan
Faktor jalan
Variabel Dependen: Kecelakaan lalu lintas
Analisis Analisa Data Kuantitatif dan Analisis Data Kualitatif
Hasil penelitian Faktor penyebab yang memicu terjadinya kecelakaan lalu
lintas pada 21 ruas jalan daerah rawan kecelakaan saat hari
libur adalah faktor kendaraan, sedangkan saat hari kerja
adalah faktor manusia, faktor jalan juga memicu kecelakaan
lalu lintas karena terdapat jalan gelap pada 18 ruas jalan dari
21 ruas jalan, jalan tanpa marka/ rambu pada 7 ruas jalan
dari 21 ruas jalan, jalan berlubang pada 4 ruas jalan dari 21
ruas jalan, dan jalan tergenang pada 4 ruas jalan dari 21 ruas
jalan.
Hubungan dengan
penelitian
Digunakan sebagai rujukan dan berkaitan erat dengan
penelitian ini.
Sumber Tabel:Dari berbagai penelitian terdahulu
25
Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu
Judul Analisis Karakteristik Kecelakaan Dan Faktor Penyebab
Kecelakaan Pada Lokasi Blackspot Di Kota Kayu Agung
Penulis Jurnal Cahaya Eka Putri.
Variabel Variabel Independen: Faktor Manusia, Faktor kendaraan,
Faktor jalan dan lingkungan
Variabel Dependen : Kecelakaan pada lokasi blackspot di
kota kayu agung
Analisis Analisis data Kuantitatif dan Kualitatif
Hasil penelitian Hasil penelitiannya adalah Kecelakaan terbanyak selama
tahun 2010-2012, berdasarkan interval waktu kecelakaan
terjadi di 5 interval waktu yang sama dengan persentasi 8%
dan usia diantara <17 tahun.
Analisa daerah rawan kecelakaan adalah ruwas jalan Lintas
Timur desa Tugu Mulyo dan desa Tebing yang perlu
penambahan rambu.
Hubungan dengan
penelitian
Digunakan sebagai rujukan dan berkaitan erat dengan
penelitian ini.
Sumber Tabel:Dari berbagai penelitian terdahulu
26
Tabel 2.4
Penelitian Terdahulu
Judul Analisis Kecelakaan Lalu Lintas dengan Metode Angka
Kecelakaan Berbasis Jarak dan Berbasis Panjang Perjalanan
Kendaraan Total (Studi Kasus : Jalan Siliwangi –
Walisongo, Semarang KM SMG 7+200-KM SMG 8+100)
Penulis Jurnal Anton Gazali, Nico Bakista,Bambang Riyanto dkk
Variabel Variabel Independen: Geometri Jalan, Jumlah Kendaraan
Variabel Dependen : Jumlah Kecelakaan
Analisis Analisis Data Kuantitatif dan Kualitatif
Hasil penelitian Metode Kepolisian menghasilkan sepanjang jalan Siliwangi-
Walisongo KM SMG 7+200-KM SMG 8+100 merupakan
Blackspot, sedangkan analisis angka kecelakaan berbasis
jarak dan berbasis panjang perjalanan kendaraan total
menghasilkan titik rawan kecelakaan yang lebih detail.
Perbaikan dari segi geometri jalan, perambuan jalan dan
perkerasan jalan menjadi solusi untuk menekan angka
kecelakaan pada ruas jalan Siliwangi-Walisongo.
Hubungan dengan
penelitian
Digunakan sebagai rujukan dan berkaitan erat dengan
penelitian ini.
Sumber Tabel:Dari berbagai penelitian terdahulu
27
Tabel 2.5
Penelitian Terdahulu
Judul Analisis Kecelakaan Lalu Lintas Studi kasus Jalan Raya
Ungaran Bawen
Penulis Jurnal Dendy Wicaksono, dkk
Variabel Variabel Independen: Penyebab Kecelakaan, Perilaku
Pengemudi, Jenis Kendaraa, Waktu Terjadinya Kecelakaan,
Profesi
Variabel Dependen: Kecelakaan Lalu Lintas
Analisis Analisis Data Kuantitatif dan Kualitatif
Hasil penelitian Faktor pengemudi merupakan faktor penyebab utama dan
profesi pelaku yang paling sering terlibat kecelakaan adalah
karyawan/swasta dan untuk jenis kendaraan yang terlibat yaitu
sepeda motor, waktu kejadian antara pukul 12.00-18.00 WIB
dan terdapat 6 titik lokasi kecelakaan.
Hubungan dengan
penelitian
Digunakan sebagai rujukan dan berkaitan erat dengan
penelitian ini.
Sumber Tabel:Dari berbagai penelitian terdahulu
Dalam penelitian yang dilakukan penulis pada tahun (2018), Dengan
judul “Analisis Pengaruh Faktor Human Error, Kondisi Kendaraan, dan
Kondisi Jalan Terhadap Terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas Dijalan Tol
Semarang Salatiga” variabel yang diteliti adalah Human Error, Kondisi
Kendaraan, dan Kondisi Jalan. Menggunakan teknik analisis kuantitatif. Hasil
dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa human error yang
berkendara dengan kecepatan tinggi yang kurang antisipasi, mengantuk, dan
lengah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kecelakaan lalu lintas di
Jalan Tol Semarang-Salatiga. Kedua, hasil penelitian dari kondisi kendaraan
28
dengan rem tidak berfungsi/blong, ban pecah, dan slip berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kecelakaan lalu lintas di jalan Tol Semarang-Salatiga.
Ketiga, hasil dari kondisi jalan dengan tikungan tajam, penerangan jalan
kurang , dan jalan licin berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kecelakaan lalu lintas di Jalan Tol Semarang-Salatiga.
Dari hasil pembahasan berdasarkan penelitian terdahulu dan penelitian
sekarang terdapat perbedaan diantaranya yaitu objek penelitian, teknik
metode analisis data, judul penelitian, variabel yang di teliti, dll. Dengan
kesimpulan ini tentunya terjadi perbedaan yang sangat mendasar walaupun
pada intinya tema judul hampir sama. Penelitian terdahulu berfungsi sebagai
acuan peneliti dalam penelitian yang sekarang dan juga bisa dijadikan sebagai
pedoman bagi penelitian sekarang dalam bidang yang sama.
2.8 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap tujuan penelitian yang
diturunkan dari kerangka pemikiran yang telah dibuat (V. Wiratna Sujarweni
2015). Maka untuk memberikan angka pada penelitian yang dilakukan dan untuk
memberikan jawaban sementara atas masalah yang dikemukakan diatas, maka
peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Diduga human error berpengaruh positif dan signifikan terhadap kecelakaan
lalu lintas pada Jalan Tol Semarang-Salatiga.
H2 : Diduga kondisi kendaraan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kecelakaan lalu lintas pada Jalan Tol Semarang-Salatiga.
H3 : Diduga kondisi jalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kecelakaan lalu lintas pada Jalan Tol Semarang-Salatiga.
29
2.9 Alur Penelitian
Data tidak lengkap
Gambar 2.1
Diagram Alur Penelitian
Implikasi Manajerial
Analisis Data
Latar Belakang Masalah
Tinjauan Pustaka
Metodologi Penelitian
Pengumpulan Data
Human Error
(X1)
Kondisi Jalan
(X3)
Kondisi
Kendaraan
(X2)
Pengolahan Data
Kecelakaan lalu
lintas
(Y)
Kesimpulan dan Saran
30
2.10 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
Keterangan:
= Indikator = Pengukur
= Variabel = Pengaruh
H = Hipotesis
X1.1
X1.3
X1.2
X3.3
X3.2
X3.1
X2.3
X2.2
X2.1
Y.3
Y.2
Y.1
H1
H2
H3
Human Error
(X1)
Kondisi
Kendaraan
(X2)
Kondisi
Jalan
(X3)
Kecelakaan
Lalu Lintas
(Y)
31
Variabel dalam penelitian ini meliputi:
X.1 Human Error
Indikator - indikator perilaku pengendara antara lain :
X1.1 Kurang Antisipasi
X1.2 Mengantuk
X1.3 Lengah
X.2 Kondisi Kendaraan
Indikator - indikator Kondisi Kendaraan antara lain :
X2.1 Rem Blong
X2.2 Pecah Ban
X2.3 Slip
X.3 Kondisi Jalan
Indikator - indikator kondisi jalan antara lain :
X3.1 Tikungan Tajam
X3.2 Penerangan Jalan
X3.3 Jalan Licin
(Y) Kecelakaan Lalu Lintas
Indikator - indikator Kecelakaan Lalu Lintas antara lain :
Y.1 Kerugian material
Y.2 Tingkat keparahan korban
Y.3 Frekuensi kejadian kecelakaan lalu lintas