25
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Kecelakaan Lalu Lintas Kecelakaan adalah suatu kejadian yang sangat kompleks, karena bisa memiliki banyak sekali faktor penyebab, meningkatnya jumlah kendaraan dari tahun ke tahun merupakan faktor pendukung meningkatnya kecelakaan lalu lintas, kepadatan lalu lintas (volume kendaraan), musim (kemarau/penghujan), jenis kendaraan, waktu (gelap/terang), perilaku berkendara yang aman (safety riding), kondisi kendaraan merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kecelakaan lalu lintas, kecelakaan lalu lintas ini dapat mempengaruhi pengendara menjadi trauma ataupun sampai meninngal dunia. (Arisanty, 2015) Sedangkan menurut UU No. 22 Tahun 2009 kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja yang melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lainnya, mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda. Dari beberapa definisi kecelakaan lalu lintas dapat disimpulkan bahwa kecelakaan lalu lintas merupakan suatu peristiwa pada lalu lintas di jalan yang tidak diduga dan tidak diharapkan yang sulit diprediksi kapan dan dimana terjadinya, yang melibatkan paling sedikit satu kendaraan bermotor yang dapat menyebabkan korban luka ringan atau berat, korban meninggal dunia, dan kerusakan material. Kecelakaan juga dapat di definisikan sebagai suatu kejadian yang terjadi dalam waktu atau periode tertentu dengan kondisi melibatkan diri sendiri atau orang lain, kendaraan, maupun obyek benda lain yang dapat merugikan jika mengakibatkan korban manusia atau benda. Kecelakaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.stimart-amni.ac.idrepository.stimart-amni.ac.id/341/2/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu ... reaksi

  • Upload
    others

  • View
    34

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.stimart-amni.ac.idrepository.stimart-amni.ac.id/341/2/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu ... reaksi

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu

2.1.1 Kecelakaan Lalu Lintas

Kecelakaan adalah suatu kejadian yang sangat kompleks, karena bisa

memiliki banyak sekali faktor penyebab, meningkatnya jumlah kendaraan dari

tahun ke tahun merupakan faktor pendukung meningkatnya kecelakaan lalu

lintas, kepadatan lalu lintas (volume kendaraan), musim (kemarau/penghujan),

jenis kendaraan, waktu (gelap/terang), perilaku berkendara yang aman (safety

riding), kondisi kendaraan merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi

terjadinya kecelakaan lalu lintas, kecelakaan lalu lintas ini dapat

mempengaruhi pengendara menjadi trauma ataupun sampai meninngal dunia.

(Arisanty, 2015)

Sedangkan menurut UU No. 22 Tahun 2009 kecelakaan lalu lintas

adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja yang

melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lainnya,

mengakibatkan korban manusia atau kerugian harta benda. Dari beberapa

definisi kecelakaan lalu lintas dapat disimpulkan bahwa kecelakaan lalu lintas

merupakan suatu peristiwa pada lalu lintas di jalan yang tidak diduga dan

tidak diharapkan yang sulit diprediksi kapan dan dimana terjadinya, yang

melibatkan paling sedikit satu kendaraan bermotor yang dapat menyebabkan

korban luka ringan atau berat, korban meninggal dunia, dan kerusakan

material.

Kecelakaan juga dapat di definisikan sebagai suatu kejadian yang

terjadi dalam waktu atau periode tertentu dengan kondisi melibatkan diri

sendiri atau orang lain, kendaraan, maupun obyek benda lain yang dapat

merugikan jika mengakibatkan korban manusia atau benda. Kecelakaan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.stimart-amni.ac.idrepository.stimart-amni.ac.id/341/2/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu ... reaksi

8

disebabkan oleh berbagai macam faktor yang tidak sengaja terjadi dalam

waktu tertentu dan tidak dapat diramalkan secara pasti.

2.2 Klasifikasi Kecelakaan Lalu Lintas

2.2.1 Penggolongan Kecelakaan Lalu Lintas

Berdasarkan UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan pada pasal 229, karakteristik kecelakaan lalu lintas dapat

di bagi kedalam tiga golongan, yaitu:

a. Kecelakaan lalu lintas ringan, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan

kerusakan kendaraan dan/atau barang.

b. Kecelakaan lalu lintas sedang, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan luka

ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau barang.

c. Kecelakaan lalu lintas berat, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan

korban meninggal dunia atau luka berat.

2.2.2 Jenis Kecelakaan Menurut Jumlah Kendaraan

Jenis kecelakaan menurut jumlah kendaraan yang terlibat digolongkan

menjadi (Wedasana, 2011 :9) :

a. Kecelakaan Tunggal, yakni kecelakaan yang hanya melibatkan suatu

kendaraan bermotor dan tidak melibatkan pemakai jalan lain.

b. Kecelakaan Ganda, yakni kecelakaan yang melibatkan lebih dari satu

kendaraan atau kendaraan dengan pejalan kaki yang mengalami

kecelakaan diwaktu dan tempat yang bersamaan.

Berdasarkan jenis kecelakaan yang terjadi, diklasifikasikan atas

beberapa tabrakan, yaitu depan-depan, depan-belakang, tabrakan sudut,

tabrakan sisi, lepas kontrol, tabrak lari, tabrak massal, tabrak pejalan kaki,

tabrak parkir, dan tabrakan tunggal. Dimana PT Jasa Marga

mengelompokkan jenis tabrakan yang melatar belakangi terjadinya

kecelakaan lalu lintas menjadi (Maya, 2011) :

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.stimart-amni.ac.idrepository.stimart-amni.ac.id/341/2/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu ... reaksi

9

a. Tabrakan depan-depan

Adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang tengah melaju dimana

keduanya saling beradu muka dari arah yang berlawanan, yaitu bagian

depan kendaraan yang satu dengan bagian depan kendaraan lainnya.

b. Tabrakan depan-samping

Adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang tengah melaju dimana

bagian depan kendaraan yang satu menabrak bagian samping kendaraan

lainnya.

c. Tabrakan depan – belakang

Adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang tengah melaju dimana

bagian depan kendaraan yang satu menabrak bagian belakang kendaraan

di depannya dan kendaraan tersebut berada pada arah yang sama.

d. Tabrakan samping – samping

Adalah jenis tabrakan antara dua kendaraan yang tengah melaju dimana

bagian samping kendaraan yang satu menabrak bagian yang lain.

e. Menabrak penyeberang jalan

Adalah jenis tabrakan antara kendaraan yang tengah melaju dan

pejalankaki yang sedang menyeberang jalan.

f. Tabrakan sendiri

Adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang tengah melaju mengalami

kecelakaan sendiri atau tunggal.

g. Tabrakan beruntun

Adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang tengah melaju menabrak

mengakibatkan terjadinya kecelakaan yang melibatkan lebih dari dua

kendaraan secara beruntun.

h. Menabrak obyek tetap

Adalah jenis tabrakan dimana kendaraan yang tengah melaju menabrak

obyek tetap di jalan.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.stimart-amni.ac.idrepository.stimart-amni.ac.id/341/2/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu ... reaksi

10

Klasifikasi kecelakaan yang dipakai oleh PT. Jasa Marga (Persero)

berdasarkan tingkat kecelakaan maka dibagi dalam 4 golongan, yaitu :

1. Kecelakaan sangat ringan (damage only), yaitu kecelakaan yang hanya

mengakibatkan kerusakan/korban benda saja.

2. Kecelakaan ringan, yaitu kecelakaan yang mengakibatkan korban luka

ringan, memerlukan perawatan medis atau dirawat di rumah sakit

selama kurang dari 30 hari.

3. Kecelakaan berat, yaitu korban yang karena luka-lukanya menderita

cacat tetap atau harus dirawat dalam jangka waktu lebih dari 30 hari

sejak terjadinya kecelakaan.

4. Kecelakaan fatal, yaitu korban meninggal atau korban mati adalah

korban yang di pastikan mati sebagai akibat kecelakaan lalu lintas

dalam waktu paling lama 30 hari setelah kecelakaan tersebut.

2.3 Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas

Manusia sebagai salah satu penyebab kecelakaan merupakan

perpaduan antara kondisi fisik pengendara dan perilaku ketika berkendara.

Bahkan secara sistematik terjadi saling keterkaitan dan interaksi antar faktor-

faktor utama (manusia, kendaraan, serta jalan, dan lingkungan) dengan pola

manajemen keselamatan lalu lintas yang ditangani oleh pihak pemangku

tanggung jawab (Mitra et al, dalam Rizky 2017).

Menurut Symmons dalam Rizky (2017), kecelakaan lalu lintas yang

dialami oleh pengendara sangat dipengaruhi oleh sikap dan perilakunya.

Kelebihan kecepatan yang telah ditetapkan sesuai dengan peraturan lalu lintas

merupakan pelanggaran tertinggi dan menjadi penyebab kecelakaan. Selain itu,

kelelahan dan pengaruh minuman keras dan obat-obatan (narkoba) juga menjadi

penyebab kecelakaan walaupun tidak setinggi akibat kelebihan kecepatan.

Kelelahan sangat berpengaruh terhadap kemampuan pengendara, bahkan

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.stimart-amni.ac.idrepository.stimart-amni.ac.id/341/2/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu ... reaksi

11

kelelahan juga dapat mempengaruhi konsentrasi dan berpotensi menimbulkan

pelanggaran yang mengarah pada ketidak disiplinan.

2.3.1 Human Error

Merupakan faktor paling dominan dalam kecelakaan. Hampir semua

kejadian kecelakaan didahului dengan pelanggaran rambu-rambu lalu lintas.

Menurut Warpani dalam Syaiful (2012:22), menyebutkan bahwa faktor

sebagai pengguna jalan dapat dipilah menjadi dua golongan, yaitu pengemudi

termasuk pengemudi pengendaraan tak bermotor dan pejalan kaki, termasuk

para pedagang asongan, pedagang kaki lima, dan lain-lain.

Menurut undang-undang lalu lintas UU No. 22 Tahun 2009, Pengemudi

adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang telah

memiliki surat izin menemudi. Setiap orang yang menggunakan jalan wajib

berperilaku tertib dan mencegah hal-hal yang dapat merintangi,

membahayakan keamanan dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan,

atau yang dapat menimbulkan kerusakan jalan. Mematuhi ketentuan tentang

kelas jalan, rambu-rambu, dan marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas,

waktu kerja, dan waktu istirahat, gerakan lalu lintas, berhenti dan parkir,

persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan bermotor, penggunaan kendaraan

bermotor, peringatan dangan bunyi dan sinar, kecepatan

maksimum/minimum, tata cara mengangkut orang, tata cara penggandengan

dan penempelan kendaraan lain.

Menurut Sumantri (2017) perilaku berkendara didefinisikan sebagai

tindakan atau kegiatan yang ditampilkan seseorang dalam hubungan dengan

orang lain dan lingkungan sekitarnya atau lingkungan dalam khususnya dalam

mengemudikan kendaraan.

Faktor pengendara memegang peranan penting dalam kecelakaan lalu

lintas. Faktor perilaku yang tidak baik meliputi :

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.stimart-amni.ac.idrepository.stimart-amni.ac.id/341/2/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu ... reaksi

12

1. Lengah

Pengendara yang lengah disebabkan beberapa hal antara lain sedang

melamun memikirkan masalah keluarga saat mengemudi, menggunakan

handphone, dan bercanda dengan teman yang diboncengnya. Lengah dapat

menyebabkan pengemudi menjadi kurang antisipasi dalam menghadapi situasi

lalu lintas, dalam situasi ini pengemudi tidak mampu memperkirakan bahaya

yang mungkin terjadi sehubungan dengan kondisi kendaraan dan lingkungan

lalu lintas (Kezia,2012).

2. Mengantuk

Mengantuk merupakan keadaan dimana pengendara kehilangan daya

reaksi dan konsentrasi akibat kurang istirahat (tidur) dan atau sudah

mengemudikan kendaraan lebih dari 5 jam tanpa istirahat (Warpani, dalam

Marsaid, dkk, 2013). Banyaknya kecelakaan yang disebabkan pengendara

mengantuk dikarenakan pengendara sepeda motor pada umumnya tidak

merasa bahwa dirinya mengantuk, seringkali mereka memaksakan dirinya

untuk tetap mengendarai motor (Kartika, dalam Marsaid, dkk, 2013).

3. Kurang Antisipasi

Pengemudi kurang antisipasi adalah pengemudi yang tidak mampu

memperkirakan bahaya yang mungkin terjadi sehubungan dengan kondisi

kendaraan dan lingkungan (kendaraan lain). Menurut survei ternyata sebagian

besar pengemudi sering lalai membuat antisipasi. Rasa malas, memandang

remeh, ceroboh, sikap acuh atau terlalu percaya diri membuat pengemudi lali

mengantisipasi situasi.Padahal antisipasi yang dilakukan menyertai

perencanaan, memberikan banyak keuntungan antara lain keberhasilan,

kualitas, kekuatan, soliditas, dan memperkecil risiko kecelakaan. Kecelakaan

lalu lintas dapat disebabkan oleh pengemudi yang kurang antisipasi (Kezia

2012).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.stimart-amni.ac.idrepository.stimart-amni.ac.id/341/2/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu ... reaksi

13

4. Lelah

Kelelahan dapat mengurangi kemampuan mengemudi didalam

mengantisipasi keadaan lalu lintas dan mengurangi konsentrasi dalam

berkendara. Menurut Suma’mur dalam Rizky (2017), kata lelah menunjukkan

keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda. Semuanya berakibat penurunan

daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh. Tanda-tanda yang ada

hubungannya dengan kelelahan, merasa kacau, tidak dapat berkonsentrasi,

tidak memfokuskan perhatian terhadap sesuatu dan merasa kurang sehat.

5. Tidak Terampil

Faktor pengendara tidak terampil merupakan pengendara yang tidak

mampu mengendalikan kendaraannya sehingga menimbulkan kecelakaan,

seperti tidak berjalan sesuai jalurnya atau terlalu ke kanan, tidak menjaga

jarak aman. Oleh karena itu, dalam berkendara diperlukan latihan dan

pengalaman dalam berkendara sehingga memiliki keterampilan alamiah

menghadapi bermacam-macam situasi lalu lintas (Goldenson, dalam Setiaji

2014).

6. Tidak Tertib

Terjadinya kecelakaan lalu lintas biasanya didahului oleh pelanggaran,

beberapa hal yang seringkali terjadi di jalan seperti mengebut dan terburu-

buru mendahului kendaraan lain dengan tidak tertib (Goldenson, dalam Setiaji

2014).

7. Kecepatan tinggi

Kecepatan tinggi akan meningkatkan peluang terjadinya kecelakaan dan

tingkat keparahan dari konsekuensi kecelakaan tersebut. Kecepatan yang

berlebihan adalah kecepatan yang lebih tinggi dari kecepatan yang

dimungkinkan atau diizinkan oleh kondisi lalu lintas dan jalan. Hal ini

memberikan pengertian yang sangat relatif bagi pengemudi, dan

sesungguhnya batas kecepatan tidak akan diperlukan seandainya pengemudi

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.stimart-amni.ac.idrepository.stimart-amni.ac.id/341/2/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu ... reaksi

14

dapat menyesuaikan kondisi di lapangan tanpa adanya peraturan kecepatan

(Goldenson, dalam Setiaji 2014).

2.3.2 Kondisi Kendaraan

Penyebab faktor kendaraan yang paling sering terjadi adalah ban pecah,

rem tidak berfungsi sebagaimana seharusnya, kelelehan logam yang

mengakibatkan bagian kendaraan patah, peralatan yang sudah aus tidak di

ganti dan berbagai penyebab lainnya.

Keseluruhan faktor kendaraan sangat terkait dengan teknologi yang

digunakan, perawatan yang di lakukan terhadap kendaraan. Untuk

mengurangi faktor kendaraan perawatan dan perbaikan kendaraan diperlukan,

disamping itu adanya kewajiban untuk melakukan pengujian kesadaran

bermotor secara reguler.

Kondisi Kendaraan yaitu persyaratan yang harus dipenuhi kendaraan

bermotor yang dioperasikan di jalan, dalam hal ini sepeda motor baik berupa

persyaratan teknis dan laik jalan. Untuk menjamin keamanaan kendaraan

harus siap pakai , oleh karena itu kendaraan harus dipelihara dengan baik

sehingga semua bagian kendraan berfungsi dengan baik seperti mesin, rem ,

ban , lampu, kaca spion dan sabuk pengaman (untuk mobil). Faktor penyebab

kecelakaan yang berasal dari faktor kendaraan antara lain : kondisi rem yang

kurang baik, ban pecah, selip, serta tidak ada atau tidak menyalanya lampu

kendaraan terutama ketika mengemudi pada malam hari.

1. Rem tidak berfungsi

Rem merupakan komponen penting dari sepeda motor yang berfungsi

untuk memperlambat laju atau memberhentikan sepeda motor. Sepeda motor

memiliki dua rem, yaitu rem depan dan rem belakang. Rem depan lebih

efektif dibandingkan rem belakang bahkan pada jalan dengan permukaan yang

licin. Kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh kerusakan rem (rem blong)

sering terjadi karena kurangnya pengawasan dan perawatan pada rem sepeda

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.stimart-amni.ac.idrepository.stimart-amni.ac.id/341/2/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu ... reaksi

15

motor. Kecelakaan kendaraan yang disebabkan kurang berfungsinya rem

seringkali terjadi ketika rem digunakan secara mendadak. Rem yang tidak

berfungsi tersebut membuat pengendara tidak dapat mengendalikan

kendaraannya sehingga dapat menabrak apa saja di depannya yang pada

akhirnya menimbulkan kecelakaan (Noras, dalam Kezia 2012).

2. Ban pecah

Ban pecah adalah kerusakan ban secara tiba-tiba yang dapat disebabkan

oleh ban yang tertusuk oleh paku, batu tajam, atau benda lainnya yang dapat

melubangi ban. Tekanan ban harus diperhatikan karena tekanan ban yang

kurang dapat menyebabkan ketidakseimbangan ban dan menimbulkan

ancaman ketika berkendara terutama dalam kecepatan tinggi (Noras, dalam

Kezia 2012).

3. Selip

Kecelakaan karena selip seringkali berhubungan dengan pengereman dan

kondisi jalan. Mengerem dengan keras dan mendadak akan menyebabkan

selip karena perpindahan berat kendaraan secara mendadak dapat

menyebabkan roda depan mengunci (Noras, dalam Kezia, 2012).

4. Lampu kendaraan tidak menyala

Kecelakaan yang disebabkan oleh lampu kendaraan tidak menyala

seringkali terjadi pada malam hari. Hal ini dikarenakan kondisi cahaya pada

malam hari sangat minim, hanya mengandalkan lampu jalan dan lampu

kendaraan. Akan tetapi saat ini lampu utama sepeda motor harus tetap

dinyalakan pada siang hari, karena hal ini akan mempermudah pengendara

lain mendeteksi kehadiran sepeda motor melalui spionnya. Kecelakaan yang

disebabkan lampu kendaraan ada juga yang disebabkan lampu indikator

penunjuk arah tidak menyala ketika akan belok, hal ini dapat menyebabkan

kendaraan dibelakangnya tidak mengetahui bahwa kendaraan di depannya

akan membelok dan kemudian terjadilah kecelakaan (Noras, dalam Kezia

2012).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.stimart-amni.ac.idrepository.stimart-amni.ac.id/341/2/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu ... reaksi

16

2.3.3 Kondisi Jalan

Kondisi lingkungan akan memberukan kontribusi terhadap kecelakaan

lalu lintas. Lingkungan jalan yang kurang memadai mengakibatkan

kenyamanan dari pengemudi menurun, hal ini akan berdampak kemampuan

mengendalikan kendaraan akan menurun.

Jalan juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kecelakaan

lalu lintas. Kartika, dalam Marsaid 2013 mengatakan bahwa kondisi jalan dan

cuaca tertentu dapat menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas seperti jalan

basah atau licin, jalan rusak, tanah longsor, dan lain sebagainya. Jalan

memiliki sistem jaringan yang saling mengikat dan menghubungkan pusat-

pusat aktivitas manusia satu sama lain dalam suatu lingkup wilayah, dimana

terdapat hierarki hubungan antara jaringan jalan yang yang saling terkoneksi.

Keberadaan jalan dalam aspek keruangan memegang peranan penting bagi

kehidupan manusia. Jalan menjadi prasana penghubung beragam aktifitas dan

kegiatan. Selain itu jalan juga menjadi pembentuk struktur ruang perkotaan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud kondisi adalah

persyaratan atau keadaan. Sedangkan jalan adalah seluruh bagian jalan,

termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi

lalu lintas umum yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan

tanah, di bawah permukaan tanah dan / air, serta di atas permukaan air,

kecuali jalan rel dan jalan kabel (UU No. 22 Tahun 2009). Sifat-sifat jalan

juga berpengaruh dan dapat menjadi penyebab terjadinya kecelakaan lalu

lintas. Dalam penelitian Marsaid, 2013, indikator yang menyebabkan

kecelakaan di jalan raya yang dipengaruhi faktor jalan adalah :

a. Jalan rusak

Jalan rusak adalah kondisi dimana permukaan jalan tidak mulus yang

disebabkan karena jalan belum diaspal, jalan yang terdapat bebatuan, kerikil

atau material lain yang berada di permukaan jalan yang mengganggu ketika

berkendara, dan jalan aspal yang sudah mengalami kerusakan. Jalan yang

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.stimart-amni.ac.idrepository.stimart-amni.ac.id/341/2/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu ... reaksi

17

rusak dapat mengurangi kontrol dalam berkendara dan mengganggu

keseimbangan pengendara sepeda motor, untuk itu pengendara sebaiknya

mengurangi kecepatannya ketika melewati jalan dengan kondisi rusak

(Marsaid, 2013).

b. Jalan berlubang

Jalan berlubang adalah kondisi dimana permukaan jalan tidak rata akibat

adanya cekungan ke dalam yang memiliki kedalaman dan diameter yang tidak

berpola, ini disebabkan sistem pelapisan yang kurang sempurna. Kecelakaan

akibat jalan berlubang seringkali disebabkan pengendara sepeda motor

berusaha menghindari lubang tersebut, namun melakukan kesalahan dalam

penilaian sehingga justru menyebabkan kecelakaan (Marsaid, 2013).

Definisi jalan berlubang berbeda dengan jalan rusak, yaitu kondisi dimana

permukaan jalan tidak rata akibat adanya cekungan ke dalam yang meiliki

kedalaman dan diameter yang tidak berpola. Banyak jalan berlubang yang

memiliki diameter serta kedalaman yang cukup besar, hal ini sangat beresiko

menyebabkan sepeda motor kehilangan keseimbangan ketika melewatinya,

jika pengendara kurang terampil menguasai keadaan, sepeda motor dapat

oleng dan terjatuh. Tingkat keparahan yang ditimbulkan akibat kecelakaan

karena jalan berlubang cukup parah bergantung pada model kecelakaan dan

lubang yang ada (Marsaid, 2013).

c. Jalan licin

Pada umumnya jalan yang basah atau licin disebabkan karena air hujan,

namun ada juga yang disebkan karena faktor lain seperti tumpahan oli

kendaraan. Jalan yang basah atau licin sangat erat kaitannya dengan hujan.

Jika ditelaah lebih mendalam kecelakaan yang disebabkan oleh jalan yang

basah atau licin sebenarnya tidak berdiri sendiri, hal ini berhubungan dengan

beberapa faktor penyebab lainnya contohnya faktor pengendara dan kondisi

kendaraan terutama performa ban. Ban yang permukaannya sudah halus atau

tipis ketika bertemu dengan jalan yang licin tidak akan menimbulkan daya

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.stimart-amni.ac.idrepository.stimart-amni.ac.id/341/2/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu ... reaksi

18

gesek antara ban dan jalan, sehingga beresiko tinggi terpeleset (Marsaid,

2013).

d. Jalan gelap

Jalan gelap dapat disebabkan karena lampu penerangan di jalan yang

tidak ada atau tidak cukup penerangannya. Jalan yang gelap beresiko

menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor

karena pengendara tidak dapat melihat dengan jelas arah dan kondisi jalan

serta lingkungan sekitarnya. Jalan tanpa lampu penerang jalan akan sangat

membahayakan dan minumbulkan potensi tinggi untuk menyebabkan

kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor, karena lampu

penerangan yang hanya berasal dari sepeda motor terkadang tidak cukup

untuk menerangi jalan di depannya (Marsaid, 2013).

e. Tikungan tajam

Jalan menikung merupakan faktor lingkungan fisik yang paling banyak

menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor. Jalan

yang memiliki tikungan tajam adalah jalan yang memiliki kemiringan sudut

belokan kurang dari atau lebih dari 180 derajat. Untuk melewati kondisi jalan

tersebut dibutuhkan keterampilan dan teknis khusus dalam berkendara agar

tidak hilangnya kendali pada kendaraan yang berakibat jatuh dan

menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas. Tikungan yang tajam juga

dapat menghalangi pandangan pengendara atau menutupi rambu lalu lintas

(Marsaid, 2013).

Ditinjau dari sisi penyediaan, keberadaan jaringan jalan yang terdapat

dalam suatu kota sangat menentukan pola jaringan pelayanan angkutan umum.

Karakteristik jaringan jalan meliputi klasifikasi, kapasitas, jenis jaringan, serta

kualitas jalan.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.stimart-amni.ac.idrepository.stimart-amni.ac.id/341/2/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu ... reaksi

19

2.4 Jalan Bebas Hambatan (Jalan Tol)

Jalan bebas hambatan didefinisikan sebagai jalan untuk lalu lintas

menerus dengan pengendalian jalan masuk secara penuh, baik merupakan

jalan terbagi maupun tak terbagi. Segmen jalan bebas hambatan didefinisikan

sebagai suatu panjang jalan bebas hambatan di antara dan tak berpengaruh

oleh simpang susun dengan jalur penghubung, ke luar dan masuk dan yang

mempunyai karakteristik rencana geometrik dan arus lalu lintas yang serupa

pada seluruh panjang nya.

Menurut Peraturan Pemerintah no 15 Tahun 2005 Tentang jalan tol, Jalan

tol adalah jalan umum yang merupakan bagian system jaringan jalan dan

sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol. Tol

adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk penggunaan jalan tol.

2.5 Perkembangan Jalan Tol di Indonesia

Pembangunan jalan tol di Indonesia berawal dari pembangunan jalan tol

Jakarta-Bogor-Ciawi (Jagorawi) pada tahun 1972, yang di operasikan pada

tahun 1978. Sampai pada tahun 2017, terdapat 39 jalan tol, yang

pengusahanya dilakukan oleh PT. Jasa Marga, tbk dan oleh swasta. Berikut

adalah jalan tol yang terdapat di Indonesia:

1. Jagorawi, panjang 59 km, beroperasi Maret 1978

2. Semarang seksi A-C, panjang 24,75 km, beroperasi Juli 198

3. Jakarta-Tangerang, panjang 33 km, beroperasi November 1984

4. Prof Dr. Ir. Sedyatmo, panjang 14,3 km, beroperasi April 1985

5. Surabaya-Gempol, panjang 49 km, beroperasi Juli 1986

6. Cawang-Tomang-Grogol-Pluit, panjang 23,55 km, beroperasi

April 1987

7. Jakarta-Cikampek, panjang 83 km, beroperasi September 1988

8. Belawan-Medan-Tj. Morawa, panjang 43 km, beroperasi 1989

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.stimart-amni.ac.idrepository.stimart-amni.ac.id/341/2/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu ... reaksi

20

9. Cawang-Tj. Priok-Ancol Timur-Pluit, panjang 27,05 km,

beroperasi November 1989

10. Serpong-Pondok Aren, panjang 7,2 km, beroperasi Februari

1990

11. Padalarang-Cileunyi, panjang 66,4 km, beroperasi Maret 1991

12. Tangerang-Merak, panjang 73 km, beroperasi Juli 1992

13. Surabaya-Gresik, panjang 20,7 km, beroperasi Maret 1993

14. JORR seksi S, panjang 14,25 km, beroperasi September 1995

15. Palimanan-Plumbon-Kanci, panjang 26,3 km, beroperasi

Januari 1998

16. Ujung Pandang seksi I dan II, panjang 6,05 km, beroperasi

1998

17. Pondok Aren-Ulujami, panjang 5,55 km, beroperasi Februari

1999

18. Cikampek-Purwakarta-Padalarang, panjang 58,5 km,

beroperasi April 2005

19. JORR W2S-E1-E2-E3, panjang 31,12 km, beroperasi Agustus

2007

20. SS Waru-Bandara Juanda, panjanh 12,8 km, beroperasi April

2008

21. Makassar seksi IV, panjang 11,6 km, beroperasi September

2008

22. Jembatan-Surabaya-Madura, panjang 5,4 km, beroperasi Juni

2009

23. Kanci-Pejagan, panjang 35 km, beroperasi Januari 2010

24. JORR W1, panjang 9,85 km, beroperasi Februari 2010

25. Surabaya-Mojokerto seksi 1A, panjang 1,89 km, beroperasi

Agustus 2011

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.stimart-amni.ac.idrepository.stimart-amni.ac.id/341/2/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu ... reaksi

21

26. Semarang-Solo seksi I, panjang 11 km, beroperasi November

2011

27. Bogor ring road seksi 1A, panjang 3,85 km, beroperasi

November 2011

28. Cinere-Jagorawi, panjang 3,5 km, beroperasi Februari 2012

29. Bali Mandara, panjang 10 km, beroperasi September 2013

30. Semarang-Solo seksi II, panjang 11,95 km, beroperasi April

2014

31. Bogor ring road seksi IIA, panjang 1,95 km, beroperasi Mei

2014

32. JORR W2 Utara, panjang 7,87 km, beroperasi Juli 2014

33. Kertosono-Mojokerto seksi I, panjang 14,41 km, beroperasi

Oktober 2014

34. Porong-Gempol seksi Kejapanan-Gempol, panjang 4 km,

beroperasi Mei 2015

35. Gempol-Pandaan, panjang 12,05 km, beroperasi Juni 2015

36. Cikampek-Palimanan, panjang 116,75 km, beroperasi Mei

2015

37. Surabaya-Mojokerto seksi IV, panjang 16,25 km, beroperasi

Maret 2016

38. Pejagan-Pemalang seksi I dan II, panjang 20,2 km, beroperasi

Juni 2016

39. Tol akses Tanjung Priok, panjang 11,4 km, beroperasi Mei

2017

Sumber:detikFinance

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.stimart-amni.ac.idrepository.stimart-amni.ac.id/341/2/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu ... reaksi

22

2.6 Karakteriristik Jalan Tol Semarang-Solo

Karakteristik jalan adalah kondisi jalan, lebar jalan, naik turun dan kemiringan

jalan, kualitas jalan, berlubang atau bergelombang jalan. Data Teknis Panjang Tol

Semarang-Solo: 75,67 km. Jalur utama terbagi menjadi:

Tahap1 : Semarang – Bawen

Seksi 1 Semarang – Ungaran

Paket I : 3,525 km

Paket II : 4,950 km

Paket III : 5,625 km

Seksi 2 Ungaran Bawen

Paket IV : 3,900 km

Paket V : 3,825 km

Paket VI : 1,275 km

Tahap 2 :Bawen – Solo

Bawen - Salatiga : 17,300 km

Salatiga - Boyolali : 24,500 km

Boyolali - Kartosuro : 7,800 km

Data Teknis Semarang – Ungaran

Lebar Lajur Lalu Lintas :

Tahap Awal : 2 jalur x 3,6m x 2 jalur

Pelebaran : 3 jalur x 3,6m x 2 jalur

(sesuai kebutuhan lalu lintas)

Lebar Bahu Luar : 3,0 m

Lebar Bahu Dalam : 1,5m

2.7 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu berfungsi sebagai acuan peneliti dalam membuat

penelitian selanjutnya. Hal-hal yang diteliti dalam penelitian sebelumnya

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.stimart-amni.ac.idrepository.stimart-amni.ac.id/341/2/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu ... reaksi

23

dapat menjadi pedoman bagi peneliti lain dalam menyusun penelitian didalam

bidang yang sama. Berikut merupakan tabel dengan isi beberapa peneliti

terdahulu:

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

Judul Pengaruh Faktor Human Error Dan Kondisi Infrastruktur

Jalan Terhadap Terjadinya Kecelakaan Di Jalan Tol Cipali

Tahun 2016”

Penulis Jurnal Wiwiek Nurkomala Dewi dan Nurhayati,

Variabel Variabel Independen : Human Error, Kondisi Infrastruktur.

Variabel Dependen : Kecelakaan di Jalan Tol Cipali

Analisis Analisa data Kuantitatif

Hasil penelitian Dari hasil penelitian ini Tol Cipali memiliki kelayakan teknis

yang sangat baik. Bentuk dan konstruksi jalan, kontur jalan

yang lurus, tidak ada tikungan curam atau tanjakan landai

membuat tol itu aman untuk di lalui. Tetapi jalur yang lurus

bepotensi mengurangi kewaspadaan pengendara. Hasil

penelitian ini diolah menggunakan SPSS 20 dihasilkan

kesimpulan dengan signifikansi 5% faktor human error dan

kondisi infrastruktur jalan secara bersama-sama berpengaruh

terhadap terjadinya kecelakaan di Tol Cipali.

Hubungan dengan

penelitian

Digunakan sebagai rujukan dan berkaitan erat dengan

penelitian ini.

Sumber Tabel:Dari berbagai penelitian terdahulu

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.stimart-amni.ac.idrepository.stimart-amni.ac.id/341/2/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu ... reaksi

24

Tabel 2.2

Penelitian Terdahulu

Judul Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Pada Daerah

Rawan Kecelakaan di Kecamatan Banjarmasin Tengah Kota

Banjarmasin

Penulis Jurnal Muhammad Azizi Rahman, dkk

Variabel Variabel Independen: Faktor manusia, Faktor kendaraan dan

Faktor jalan

Variabel Dependen: Kecelakaan lalu lintas

Analisis Analisa Data Kuantitatif dan Analisis Data Kualitatif

Hasil penelitian Faktor penyebab yang memicu terjadinya kecelakaan lalu

lintas pada 21 ruas jalan daerah rawan kecelakaan saat hari

libur adalah faktor kendaraan, sedangkan saat hari kerja

adalah faktor manusia, faktor jalan juga memicu kecelakaan

lalu lintas karena terdapat jalan gelap pada 18 ruas jalan dari

21 ruas jalan, jalan tanpa marka/ rambu pada 7 ruas jalan

dari 21 ruas jalan, jalan berlubang pada 4 ruas jalan dari 21

ruas jalan, dan jalan tergenang pada 4 ruas jalan dari 21 ruas

jalan.

Hubungan dengan

penelitian

Digunakan sebagai rujukan dan berkaitan erat dengan

penelitian ini.

Sumber Tabel:Dari berbagai penelitian terdahulu

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.stimart-amni.ac.idrepository.stimart-amni.ac.id/341/2/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu ... reaksi

25

Tabel 2.3

Penelitian Terdahulu

Judul Analisis Karakteristik Kecelakaan Dan Faktor Penyebab

Kecelakaan Pada Lokasi Blackspot Di Kota Kayu Agung

Penulis Jurnal Cahaya Eka Putri.

Variabel Variabel Independen: Faktor Manusia, Faktor kendaraan,

Faktor jalan dan lingkungan

Variabel Dependen : Kecelakaan pada lokasi blackspot di

kota kayu agung

Analisis Analisis data Kuantitatif dan Kualitatif

Hasil penelitian Hasil penelitiannya adalah Kecelakaan terbanyak selama

tahun 2010-2012, berdasarkan interval waktu kecelakaan

terjadi di 5 interval waktu yang sama dengan persentasi 8%

dan usia diantara <17 tahun.

Analisa daerah rawan kecelakaan adalah ruwas jalan Lintas

Timur desa Tugu Mulyo dan desa Tebing yang perlu

penambahan rambu.

Hubungan dengan

penelitian

Digunakan sebagai rujukan dan berkaitan erat dengan

penelitian ini.

Sumber Tabel:Dari berbagai penelitian terdahulu

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.stimart-amni.ac.idrepository.stimart-amni.ac.id/341/2/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu ... reaksi

26

Tabel 2.4

Penelitian Terdahulu

Judul Analisis Kecelakaan Lalu Lintas dengan Metode Angka

Kecelakaan Berbasis Jarak dan Berbasis Panjang Perjalanan

Kendaraan Total (Studi Kasus : Jalan Siliwangi –

Walisongo, Semarang KM SMG 7+200-KM SMG 8+100)

Penulis Jurnal Anton Gazali, Nico Bakista,Bambang Riyanto dkk

Variabel Variabel Independen: Geometri Jalan, Jumlah Kendaraan

Variabel Dependen : Jumlah Kecelakaan

Analisis Analisis Data Kuantitatif dan Kualitatif

Hasil penelitian Metode Kepolisian menghasilkan sepanjang jalan Siliwangi-

Walisongo KM SMG 7+200-KM SMG 8+100 merupakan

Blackspot, sedangkan analisis angka kecelakaan berbasis

jarak dan berbasis panjang perjalanan kendaraan total

menghasilkan titik rawan kecelakaan yang lebih detail.

Perbaikan dari segi geometri jalan, perambuan jalan dan

perkerasan jalan menjadi solusi untuk menekan angka

kecelakaan pada ruas jalan Siliwangi-Walisongo.

Hubungan dengan

penelitian

Digunakan sebagai rujukan dan berkaitan erat dengan

penelitian ini.

Sumber Tabel:Dari berbagai penelitian terdahulu

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.stimart-amni.ac.idrepository.stimart-amni.ac.id/341/2/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu ... reaksi

27

Tabel 2.5

Penelitian Terdahulu

Judul Analisis Kecelakaan Lalu Lintas Studi kasus Jalan Raya

Ungaran Bawen

Penulis Jurnal Dendy Wicaksono, dkk

Variabel Variabel Independen: Penyebab Kecelakaan, Perilaku

Pengemudi, Jenis Kendaraa, Waktu Terjadinya Kecelakaan,

Profesi

Variabel Dependen: Kecelakaan Lalu Lintas

Analisis Analisis Data Kuantitatif dan Kualitatif

Hasil penelitian Faktor pengemudi merupakan faktor penyebab utama dan

profesi pelaku yang paling sering terlibat kecelakaan adalah

karyawan/swasta dan untuk jenis kendaraan yang terlibat yaitu

sepeda motor, waktu kejadian antara pukul 12.00-18.00 WIB

dan terdapat 6 titik lokasi kecelakaan.

Hubungan dengan

penelitian

Digunakan sebagai rujukan dan berkaitan erat dengan

penelitian ini.

Sumber Tabel:Dari berbagai penelitian terdahulu

Dalam penelitian yang dilakukan penulis pada tahun (2018), Dengan

judul “Analisis Pengaruh Faktor Human Error, Kondisi Kendaraan, dan

Kondisi Jalan Terhadap Terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas Dijalan Tol

Semarang Salatiga” variabel yang diteliti adalah Human Error, Kondisi

Kendaraan, dan Kondisi Jalan. Menggunakan teknik analisis kuantitatif. Hasil

dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa human error yang

berkendara dengan kecepatan tinggi yang kurang antisipasi, mengantuk, dan

lengah berpengaruh positif dan signifikan terhadap kecelakaan lalu lintas di

Jalan Tol Semarang-Salatiga. Kedua, hasil penelitian dari kondisi kendaraan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.stimart-amni.ac.idrepository.stimart-amni.ac.id/341/2/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu ... reaksi

28

dengan rem tidak berfungsi/blong, ban pecah, dan slip berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kecelakaan lalu lintas di jalan Tol Semarang-Salatiga.

Ketiga, hasil dari kondisi jalan dengan tikungan tajam, penerangan jalan

kurang , dan jalan licin berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kecelakaan lalu lintas di Jalan Tol Semarang-Salatiga.

Dari hasil pembahasan berdasarkan penelitian terdahulu dan penelitian

sekarang terdapat perbedaan diantaranya yaitu objek penelitian, teknik

metode analisis data, judul penelitian, variabel yang di teliti, dll. Dengan

kesimpulan ini tentunya terjadi perbedaan yang sangat mendasar walaupun

pada intinya tema judul hampir sama. Penelitian terdahulu berfungsi sebagai

acuan peneliti dalam penelitian yang sekarang dan juga bisa dijadikan sebagai

pedoman bagi penelitian sekarang dalam bidang yang sama.

2.8 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap tujuan penelitian yang

diturunkan dari kerangka pemikiran yang telah dibuat (V. Wiratna Sujarweni

2015). Maka untuk memberikan angka pada penelitian yang dilakukan dan untuk

memberikan jawaban sementara atas masalah yang dikemukakan diatas, maka

peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Diduga human error berpengaruh positif dan signifikan terhadap kecelakaan

lalu lintas pada Jalan Tol Semarang-Salatiga.

H2 : Diduga kondisi kendaraan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kecelakaan lalu lintas pada Jalan Tol Semarang-Salatiga.

H3 : Diduga kondisi jalan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

kecelakaan lalu lintas pada Jalan Tol Semarang-Salatiga.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.stimart-amni.ac.idrepository.stimart-amni.ac.id/341/2/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu ... reaksi

29

2.9 Alur Penelitian

Data tidak lengkap

Gambar 2.1

Diagram Alur Penelitian

Implikasi Manajerial

Analisis Data

Latar Belakang Masalah

Tinjauan Pustaka

Metodologi Penelitian

Pengumpulan Data

Human Error

(X1)

Kondisi Jalan

(X3)

Kondisi

Kendaraan

(X2)

Pengolahan Data

Kecelakaan lalu

lintas

(Y)

Kesimpulan dan Saran

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.stimart-amni.ac.idrepository.stimart-amni.ac.id/341/2/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu ... reaksi

30

2.10 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran

Keterangan:

= Indikator = Pengukur

= Variabel = Pengaruh

H = Hipotesis

X1.1

X1.3

X1.2

X3.3

X3.2

X3.1

X2.3

X2.2

X2.1

Y.3

Y.2

Y.1

H1

H2

H3

Human Error

(X1)

Kondisi

Kendaraan

(X2)

Kondisi

Jalan

(X3)

Kecelakaan

Lalu Lintas

(Y)

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - repository.stimart-amni.ac.idrepository.stimart-amni.ac.id/341/2/BAB II.pdf · TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu ... reaksi

31

Variabel dalam penelitian ini meliputi:

X.1 Human Error

Indikator - indikator perilaku pengendara antara lain :

X1.1 Kurang Antisipasi

X1.2 Mengantuk

X1.3 Lengah

X.2 Kondisi Kendaraan

Indikator - indikator Kondisi Kendaraan antara lain :

X2.1 Rem Blong

X2.2 Pecah Ban

X2.3 Slip

X.3 Kondisi Jalan

Indikator - indikator kondisi jalan antara lain :

X3.1 Tikungan Tajam

X3.2 Penerangan Jalan

X3.3 Jalan Licin

(Y) Kecelakaan Lalu Lintas

Indikator - indikator Kecelakaan Lalu Lintas antara lain :

Y.1 Kerugian material

Y.2 Tingkat keparahan korban

Y.3 Frekuensi kejadian kecelakaan lalu lintas