39
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori A. Diabetes Mellitus tipe II 1. Definisi Diabetes Mellitus tipe II adalah suatu penyakit kronis yang disebabkan oleh ketidak mampuan tubuh menggunakan insulin atau memproduksi insulin (Riyadi, 2007). Seseorang dikatakan menderita Diabetes Mellitus jika memiliki kadar gula darah puasa >126 mg/dL dan pada tes sewaktu >200 mg/dL. Diabetes Mellitus tipe II atau yang biasa juga disebut Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM), lebih sering terjadi pada dewasa, tapi dapat terjadi pada semua umur. Kebanyakan penderita kelebihan berat badan, ada kecenderungan familiar, mungkin perlu insulin pada saat hiperglikemik selama stres (Riyadi, 2007). 2. Etiologi Diabetes Mellitus tipe II dapat terjadi tanpa gejala sebelum hasil diagnosis, Diabetes Mellitus tipe II awalnya diobati dengan cara perubahan aktivitas fisik (olahraga), diet (umumnya pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat pengurangan berat Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

  • Upload
    lykien

  • View
    216

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Tinjauan Teori

A. Diabetes Mellitus tipe II

1. Definisi

Diabetes Mellitus tipe II adalah suatu penyakit kronis yang

disebabkan oleh ketidak mampuan tubuh menggunakan insulin

atau memproduksi insulin (Riyadi, 2007). Seseorang dikatakan

menderita Diabetes Mellitus jika memiliki kadar gula darah puasa

>126 mg/dL dan pada tes sewaktu >200 mg/dL.

Diabetes Mellitus tipe II atau yang biasa juga disebut Non

Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM), lebih sering terjadi

pada dewasa, tapi dapat terjadi pada semua umur. Kebanyakan

penderita kelebihan berat badan, ada kecenderungan familiar,

mungkin perlu insulin pada saat hiperglikemik selama stres

(Riyadi, 2007).

2. Etiologi

Diabetes Mellitus tipe II dapat terjadi tanpa gejala sebelum

hasil diagnosis, Diabetes Mellitus tipe II awalnya diobati dengan

cara perubahan aktivitas fisik (olahraga), diet (umumnya

pengurangan asupan karbohidrat), dan lewat pengurangan berat

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

15

badan. Langkah yang berikutnya, jika perlu, perawatan dengan

lisan antidiabetic drugs (Askandar, T. 1999)

Penyebab-penyebab tertentu yang berhubungan dengan

proses terjadinya Diabetes Mellitus tipe II menurut Guyton & Hall

(2002) yaitu :

a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia

diatas 65 tahun)

b. Obesitas

c. Riwayat keluarga

3. Faktor Resiko Diabetes Mellitus Tipe II

Menurut Ehsa (2010) Faktor-faktor resiko yang

berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes Mellitus tipe II

dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Faktor resiko yang tidak dapat diubah :

(1) Riwayat keluarga Diabetes Mellitus

Seorang anak dapat mewarisi gen penyebab

Diabetes Mellitus orang tua. Biasanya seseorang

yang menderita Diabetes Mellitus mempunyai

anggota keluarga yang juga terkena penyakit

tersebut.

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

16

(2) Ras atau latar belakang etnis

Resiko Diabetes Mellitus tipe II besar pada

hispanik, kulit hitam, penduduk asli Amerika dan

Asia.

(3) Riwayat Diabetes Mellitus pada kehamilan

Mendapatkan Diabetes Mellitus selama kehamilan

atau melahirkan bayi lebih dari 4,5 kg dapat

meningkatkan risiko Diabetes Mellitus tipe II.

b. Faktor resiko yang dapat diubah :

(1) Usia

Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia

diatas 65 tahun.

(2) Pola makan

Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar

kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memicu

timbulnya Diabetes Mellitus tipe II, hal ini karena

pankreas tidak mempunyai kapasitas yang

disebabkan oleh jumlah/kadar insulin oleh sel

maksimum untuk disekresikan. Oleh karena itu,

mengkonsumsi makanan secara berlebihan dan

tidak diimbangi oleh sekresi insulin dalam jumlah

memadai dapat menyebabkan Diabetes Mellitus.

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

17

(3) Gaya hidup

Makanan cepat saji dan olahraga tidak teratur

merupakan salah satu gaya hdup jaman sekarang

yang dapat memicu terjadinya Diabetes Mellitus

tipe II.

(4) Obesitas

Seseorang dikatakan obesitas apabila indeks masa

tubuh (IMT) lebih besar dari 25 HDL (“baik” kadar

kolesterol) dibawah 35mg/dL dan tingkat

trigliserida lebih dari 250mg/dL dapat

meningkatkan resiko Diabetes Mellitus tipe II.

(5) Hipertensi

Tekanan darah >140/90 mmHg dapat menimbulkan

resiko Diabetes Mellitus tipe II

(6) Bahan-bahan kimia dan obat-obatan

(7) Penyakit dan infeksi pada pankreas

(8) Dislipedimia: keadaan yang ditandai dengan

kenaikan kadar lemak darah (Trigliserida >250

mg/dL). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma

insulin dengan rendahnya HDL (<35 mg/dL) sering

didapat pada pasien Diabetes Mellitus.

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

18

4. Patofisiologi

Pada Diabetes Mellitus tipe II ini terdapat dua masalah

utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu : resistensi

insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan

terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel, sebagai

akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu

rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel.

Resistensi insulin pada Diabetes Mellitus tipe II disertai dengan

penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi

tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh

jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah

terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan

jumlah insulin yang disekresikan.

Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini

terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa

akan dipertahankan pada tingkat yang normal/sedikit

meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu

mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar

glukosa akan meningkat dan terjadi Diabetes Mellitus tipe II.

Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri

khas Diabetes Mellitus tipe II, namun masih terdapat insulin

dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan

lemak dan produksi badan keton yang menyertainya, karena itu

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

19

ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada Diabetes Mellitus tipe

II.

5. Manifestasi Klinik

Menurut Riyadi (2007), manifestasi klinik yang sering

dijumpai pada pasien Diabetes Mellitus, yaitu :

a. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin)

b. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urin

yang sangat besar dan keluarnya air menyebabkan

dehidrasi ekstrasel karena air intrasel. Dehidrasi intra sel

mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang

hipertonik (sangat peka). Dehidrasi intra sel merangsang

pengeluaran ADH (Anti Diuretik Hormone) dan

menimbulkan rasa haus.

c. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran

darah pada pasien Diabetes Mellitus lama, katabolisme

protein di otot dan ketidakmampuan sebagian besar sel

untuk menggunakan glukosa sebagai energi.

d. Polifagia (peningkatan rasa lapar)

e. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein

sebagai bahan pembentukan antibodi, peningkatan

konsentrasi glukosa disekresi mukus, gangguan fungsi

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

20

imun dan penurunan aliran darah pada penderita Diabetes

Mellitus kronik.

f. Kelainan kulit : gatal-gatal, bisul.

Kelainan kulit berupa gatal-gatal, biasanya terjadi

didaerah ginjal. Lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah

payudara, biasanya akibat timbulnya jamur.

g. Kelainan ginekologis.

h. Keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur

terutama jamur candida.

i. Kesemutan / rasa baal akibat terjadinya neuropati.

Pada penderita Diabetes Mellitus regenerasi sel persarafan

mengalami gangguan akibat kekurangan bahan dasar

utama yang berasal dari unsur protein, akibatnya banyak

sel persarafan terutama perifer mengalami kerusakan.

j. Kelemahan tubuh.

Kelemahan tubuh terjadi akibat penurunan produksi energi

metabolik yang dilakukan oleh sel melalui proses

glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal.

k. Luka/bisul yang tidak sembuh-sembuh

Proses penyembuhan luka membutuhkan bahan dasar

utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Pada

penderita Diabetes Mellitus bahan protein banyak

diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

21

yang dipergunakan untuk penggantian jaringan yang rusak

mengalami gangguan. Selain itu, luka yang sulit sembuh

juga dapat diakibatkan oleh pertumbuhan mikroorganisme

yang cepat pada penderita Diabetes Mellitus.

l. Pada laki-laki terkadang mengeluh impotensi.

Penderita Diabetes Mellitus mengalami penurunan

produksi hormone seksual akibat kerusakan testosteron

dan sistem yang berperan.

m. Mata kabur.

Disebabkan oleh katarak/gangguan refraksi akibat

perubahan pada lensa oleh hiperglikemia, mungkin juga

disebabkan kelainan pada korpus vitreum.

6. Komplikasi

a. Komplikasi akut

(1) Ketoasidosis diabetik

Adalah keadaan dekompensasi kekacauan

metabolik yang ditandai oleh trias, terutama

diakibatkan oleh defisiensi insulin absolut atau

insulin relatif.

(2) Hipoglikemi

Adalah penurunan kadar glukosa dalam darah.

Biasanya disebabkan peningktan kadar insulin

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

22

yang kurang tepat atau asupan karbohidrat

kurang.

(3) Hiperglikemia hiperosmolar non ketolik

Adalah suatu dekompensasi metabolik pada

pasien Diabetes Mellitus tanpa disertai adanya

ketoasidosis. Gejalanya pada dehidrasi berat,

tanpa hiperglikemia berat dan gangguan

neurologis.

b. Komplikasi kronis

(1) Mikroangiopati

a) Retinopati diabetikum disebabkan karena

kerusakan pembuluh darah retina. Faktor

terjadinya retinopati diabetikum: lamanya

menderita Diabetes Mellitus, umur penderita,

kontrol gula darah, faktor sistemik

(hipertensi, kehamilan).

b) Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

ditemukannya kadar protein yang tinggi

dalam urin yang disebabkan adanya

kerusakan pada glomerulus. Nefropati

diabetikum merupakan faktor resiko dari

gagal ginjal kronik.

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

23

c) Neuropati diabetikum biasanya ditandai

dengan hilangnya reflex, selain itu juga bisa

terjadi poliradikulopati diabetikum yang

merupakan suatu sindrom yang ditandai

dengan gangguan pada satu atau lebih akar

saraf dan dapat disertai dengan kelemahan

motorik, biasanya dalam waktu 6-12 bulan.

(2) Makroangiopati

a) Pemyakit jantung koroner dimana diawali

dari berbagai bentuk dislipidemia,

hipertrigliseridemia dan penurunan kadar

HDL. Pada Diabetes Mellitus sendiri tidak

meningkatkan kadar LDL, namun sedikit

kadar LDL pada Diabetes Mellitus tipe II

sangat bersifat atherogeni karena mudah

mengalami glikalisasi dan oksidasi.

b) Kaki diabetik

Terdapat 4 faktor utama yang berperan pada

kejadian kaki Diabetes Mellitus:

(a) Kelainan vaskular: angiopati, contoh:

aterosklerosis

(b) Kelainan saraf : Neuropati otonom dan

perifer

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

24

(c) Infeksi

(d) Perubahan biomekanika kaki

7. Penatalaksanaan

Tujuan umum terapi Diabetes Mellitus adalah mencoba

menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam

upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta

neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe Diabetes

Mellitus adalah mencapai kadar glukosa darah normal

(euglikemia) tanpa terjadinya hipoglikemia dan gangguan

serius pada pola aktivitas pasien.

Menurut Brunner & Suddart (2002), ada empat komponen

dalam pelaksanaan Diabetes Mellitus, yaitu :

a) Diet dan pengendalian berat badan

Merupakan dasar dari penatalaksanaan Diabetes

Mellitus. Penatalaksanaan nutrisi pada penderita

Diabetes Mellitus diarahkan untuk mencapai tujuan

berikut ini:

1) Memberikan semua unsur makanan essensial

(misalnya vitamin, mineral).

2) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang

sesuai

3) Memenuhi kebutuhan energi

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

25

4) Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap

harinya dengan mengupayakan kadar glukosa darah

mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan

praktis.

5) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini

meningkat.

Standar makanan yang dianjurkan dengan komposisi

yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein,

lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik, seperti:

Karbohidrat : 60 – 70%

Protein : 10 – 15%

Lemak : 20 – 25

b) Latihan

Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan Diabetes

Mellitus karena efeknya dapat menurunkan kadar

glukosa darah dan mengurangi resiko kardiovaskuler.

Latihan akan menurunkan kadar glukosa darah dengan

meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan

memperbaiki pemakaian insulin. Sirkulasi darah dan

tonus otot juga diperbaiki dengan berolahraga.

c) Edukasi

Menurut Waspaji (2002), Pengelolaan mandiri Diabetes

Mellitus secara optimal membutuhkan partisipatif aktif

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

26

pasien dalam merubah perilaku yang tidak sehat. Tim

kesehatan harus mendampingi pasien dalam perubahan

perilaku tersebut, yang berlangsung seumur hidup.

Keberhasilan dalam mencapai perubahan perilaku,

membutuhkan edukasi, pengembangan keterampilan

(skill), dan motivasi yang berkenaan dengan:

1) Makan makanan sehat

2) Kegiatan jasmani secara teratur

3) Menggunakan obat Diabetes Mellitus secara aman,

teratur, dan pada waktu-waktu yang spesifik.

4) Melakukan pemantauan glukosa darah mandiri dan

memanfaatkan berbagai informasi yang ada.

5) Melakukan perawatan kaki secara berkala.

6) Mengelola Diabetes Mellitus dengan tepat.

7) Mengembagkan sistem pendukung dan mengajarkan

keterampilan.

8) Dapat mempergunakan fasilitas perawatan

kesehatan.

Edukasi (penyuluhan) secara individual dan

pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah

merupakan inti perubahan perilaku yang berhasil.

Perubahan perilaku hampir sama dengan proses

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

27

edukasi dan memerlukan penilaian, perencanaan,

implementasi, dokumentasi dan evaluasi.

d) Terapi farmakologis (jika diperlukan)

Pada Diabetes Mellitus tipe II insulin mungkin

diperlukan sebagai terapi jangka panjang untuk

mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat

hipoglikemia oral tidak berhasil mengontrolnya.

Disamping itu, sebagai pasien Diabetes Mellitus tipe II

yang biasanya mengendalikan kadar glukosa darah

dengan diet dan obat kadang membutuhkan insulin

secara temporer selama mengalami sakit, infeksi,

kehamilan pembedahan atau beberapa kajadian stres

lainnya.

8. Beda Diabetes Mellitus tipe I dan Diabetes Mellitus Tipe II:

Menurut Arisman (2011), perbedaan pertama terletak pada

usia pasien saat pertama kali didiagnosis. Diabetes Mellitus

tipe I lebih banyak menyerang pasien di bawah umur 20 tahun

sehingga sering disebut juvenile onset, sebaliknya Diabetes

Mellitus tipe II lebih banyak menyerang pasien pada usia 35

tahun ke atas atau disebut adult onset. Penggunaan istilah

juvenile onset dan adult onset saat ini sudah dihilangkan, sebab

pada kenyataannya Diabetes Mellitus tipe I dan Diabetes

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

28

Mellitus tipe II bisa menyerang usia berapapun. Hanya saja,

kecenderungannya masih sama yakni Diabetes Mellitus tipe I

lebih banyak menyerang di usia muda dan Diabetes Mellitus

tipe II di usia tua. Selanjutnya adalah postur dan perawakan

pengidapnya. Pasien Diabetes Mellitus tipe I umumnya

memiliki perawakan kurus, sedangkan Diabetes Mellitus tipe II

lebih banyak menyerang orang-orang bertubuh besar yang

dikategorikan kelebihan berat badan (overweight) ataupun

obesitas.

Diabetes Mellitus tipe I dan Diabetes Mellitus tipe II juga

dibedakan berdasarkan penyebabnya. Diabetes Mellitus tipe I

disebabkan oleh kerusakan pankreas sehingga produksi insulin

berkurang, sementara Diabetes Mellitus tipe II disebabkan oleh

resistensi insulin dalam arti insulinnya cukup tetapi tidak

bekerja dengan baik dalam mengontrol kadar gula darah,

karena penyebabnya berbeda, pengobatan kedua tipe Diabetes

Mellitus ini juga tidak sama. Pengidap Diabetes Mellitus tipe I

membutuhkan insulin dalam bentuk suntikan maupun pompa

insulin sedangkan pasien Diabetes Mellitus tipe II cukup

mengkonsumsi obat oral atau obat telan. Diabetes Mellitus tipe

I susah diprediksi dan dicegah, sebab merupakan kelainan

genetik yang dibawa sejak lahir. Lain halnya dengan Diabetes

Mellitus tipe II yang sangat bisa dicegah, karena biasanya

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

29

menyerang orang-orang dengan pola makan tidak sehat dan

jarang berolahraga.

Tabel 2.1 Diabetes Mellitus tipe I dan Diabetes Mellitus tipe II

Letak Diabetes Mellitus tipe I Diabetes Mellitus tipe II

Onset Anak/dewasa muda (<25 tahun)

Biasanya setelah usia pertengahan

Proporsi <10% dari semua penyandang DM >90% dari semua

penyandang DM Riwayat Keluarga Tidak lazim Sangat lazim

Gejala Akut/sub-akut Lambat

Ketoasidosis Sering sekali Jarang, kecuali jika

sakit/stress Antibodi ICA,

GAD

Sangat sering positif Biasanya negative

Obesitas saat onset Tidak obes Obes sebelum onset Kaitan dengan

HLA tipe tertentu

Ada Tidak ada

Kaitan dengan penyakit autoimun

Kadang-kadang ada Tidak ada

C-peptida

darah/urin

Sangat rendah Rendah/normal/tinggi

Kegunaan insulin Penyelamat nyawa Kadang-kadang diperlukan sebagai pengawasan gula

darah

Penyebab Pankreas tidak mampu membuat insulin

Produksi insulin masih ada, tetapi sel target tidak peka

Kegunaan diet Mengawasi gula darah (makan/jajan

harus diatur seputar pemberian insulin agar tidak terjadi

hipoglisemia)

Menurunkan BB (jadwal

tidak harus ketat, kecuali kalau insulin juga

diberikan)

(Sumber : Arisman, 2011)

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

30

B. Kadar Gula Darah

1. Definisi

Kadar gula darah adalah istilah yang mengacu kepada

tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau

tingkat glukosa serum, diatur dengan ketat di dalam tubuh.

Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang

sempit sepanjang hari (70-150 mg/dl), tingkat ini meningkat

setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi

hari, sebelum orang makan (Henrikson J. E., 2009).

Ada beberapa tipe pemeriksaan glukosa darah yaitu

pemeriksaan gula darah puasa mengukur kadar glukosa darah

selepas tidak makan setidaknya 8 jam lalu pemeriksaan gula darah

postprandial 2 jam mengukur kadar glukosa darah tepat selepas 2

jam makan. Pemeriksaan gula darah adalah random mengukur

kadar glukosa darah tanpa mengambil kira waktu makan terakhir

(Henrikson J. E., 2009).

Tingginya kadar gula darah pada penderita Diabetes

Mellitus disebabkan oleh terganggunya organ pankreas sehingga

hormon insulin yang dihasilkan menjadi kurang maksimal,

akibatnya, insulin yang dihasilkan jumlahnya bisa sedikit bahkan

tidak mencukupi untuk menurunkan kadar gula darah atau jumlah

insulin mencukupi tetapi kualitasnya rendah sehingga tetap tidak

bisa menurunkan kadar gula darah, sebab insulin disini berperan

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

31

dalam mendorong glukosa darah ke sel tertentu untuk diubah

menjadi energi dan mengubah kelebihan glukosa darah menjadi

glikogen yang disimpan di hati dan otot sebagai timbunan energi

(Abuaqila, 2008).

2. Meknisme Pengaturan Gula Darah

Tingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif

untuk mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh. Level

glukosa di dalam darah dimonitor oleh pankreas, bila konsentrasi

glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan

energi tubuh, pankreas akan melepaskan glukagon, hormon yang

menargetkan sel-sel di lever (hati), kemudian sel-sel ini mengubah

glikogen menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis).

Glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah, hingga meningkatkan

level gula darah.

Apabila level gula darah meningkat, entah karena

perubahan glikogen atau karena pencernaan makanan, hormon

yang lain akan dilepaskan dari butir-butir sel yang terdapat di

dalam pankreas, hormon ini yang disebut insulin dan akan

menyebabkan hati mengubah lebih banyak glukosa menjadi

glikogen, proses ini disebut glikogenosis, yang mengurangi level

gula darah.

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

32

Diabetes Mellitus tipe I disebabkan oleh tidak cukup atau

tidak dihasilkannya insulin, sementara Diabetes Mellitus tipe II

disebabkan oleh respon yang tidak memadai terhadap insulin yang

dilepaskan (resistensi insulin), kedua jenis Diabetes Mellitus ini

mengakibatkan terlalu banyak glukosa yang terdapat di dalam

darah.

Panduan federasi Diabetes International (IDF) tentang

pengelolaan gula darah sesudah makan, merekomendasikan pasien

Diabetes Mellitus untuk menjaga kadar gulanya agar tidak lebih

dari 140mg/dL pada dua jam sesudah makan. Panduan IDF ini

menekankan pentingnya menjaga gula darah sesudah makan agar

terhindar dari resiko komplikasi Diabetes Mellitus. (Triyono &

Heru, 2009)

Kadar glukosa darah prepardial 90-130mg/dL, kadar

glukosa darah postpradial <180 mg/dL (Yunir. E., 2007).

3. Pengaruh Langsung Dari Masalah Gula Darah

Bila level gula darah menurun terlalu rendah,

berkembanglah kondisi yang bisa fatal yang disebut hipoglikemia.

Gejala-gejalanya adalah perasaan lelah, fungsi mental yang

menurun, rasa mudah tersinggung, dan kehilangan kesadaran. Bila

levelnya tetap tinggi, yang disebut hiperglikemia, nafsu makan

akan tertekan untuk waktu yang singkat. Hiperglikemia dalam

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

33

jangka panjang dapat menyebabkan masalah-masalah kesehatan

yang berkepanjangan yang berkaitan dengan Diabetes Mellitus,

termasuk kerusakan pada mata, ginjal dan saraf (Yunir. E., 2007).

4. Cara Mengontrol Kadar Gula Darah

Kadar gula darah dapat di kontrol dengan 3 cara yakni

menjaga berat badan ideal, diet makanan seimbang dan melakukan

olah raga/latihan fisik. Seiring dengan berjalannya waktu, ketiga

cara tersebut, kadar gula darah mungkin tidak terkontrol dengan

baik, pada keadaan seperti inilah baru diperlukan obat anti diabetes

(OAD), pada dasarnya obat baru diperlukan jika dengan cara diet

dan olahraga gula darah belum terkontrol dengan baik. (Ramdhani.

R., 2008).

5. Cara Menurunkan Kadar Glukosa Darah (Susatyo, JP., 2010)

a. Diet

Diet rendah karbohidrat merupakan cara yang paling dikenal

dalam menurunkan kadar gula darah. Makanan yang rendah

karbohidrat termasuk susu kedelai, selai, dan ikan kering bisa

menjadi pilihan. Selain itu, makanan tinggi serat seperti

kacang kedelai, oatmeal, bran/sekam atau sereal dengan

kismis, roti whole bread dan kacang-kacangan bisa

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

34

membantu mengontrol diabetes. Disamping itu, menambah

asupan buah dan sayur-sayuran segar.

b. Olahraga

Tetap aktif dan berolahraga setiap hari. Jalan kaki dan bentuk

olahraga ringan lainnya dapat membantu membakar gula

didalam tubuh. Jalan cepat, memotong rumput dan aktivitas

rumah tangga lainnya merupakan pilihan olahraga yang tepat

untuk mengatur kadar glukosa darah.

c. Turunkan berat badan

Berat badan normal akan membantu mengontrol kadar glukosa

darah. Berkonsultasi dengan ahli nutrisi dan mengikuti anjuran

diet dengan benar.

d. Suplemen

Penderita diabetes lebih beresiko mengalami kekurangan seng.

Mengkonsumsi suplemen atau memperbanyak asupan makanan

yang mengandung seng untuk menurunkan kadar gula darah.

Ayam dan sarden merupakan makanan yang kaya akan seng.

e. Istirahat cukup

Kurang tidur akan mengurangi kemampuan tubuh untuk

mengolah glukosa darah agar efektif. Anda bisa membantu

menurunkan kadar gula darah dengan istirahat yang cukup.

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

35

f. Obat-obatan

Penggunaan insulin dan obat-obatan penurun kadar gula darah

harus sesuai dengan dosis dan waktu penggunaan yang

dianjurkan karena apabila tidak sesuai atau lupa, dapat

mengakibatkan, efek samping yang tidak diharapkan seperti

hipoglikemik dan hiperglikemik.

Tabel 2.2 : Kriteria Pengendalian Diabetes Mellitus.

Kriteria Baik Sedang Buruk

Glukosa darah puasa (mg/dL) 80-109 110-125 ≥126

Glukosa darah 2 jam (mg/dL) 110-144 145-179 ≥180

Glukosa sewaktu 80-144 145-179 ≥180

A1C < 6,5 6,5-8 >8

Kolesterol total (mg/dL) < 200 200-239 ≥240

Kolesterol LDL (mg/dL) < 100 100-129 ≥130

Kolesterol HDL (mg/dL) > 45

TrigliKersenda (mg/dL) < 150 150-199 ≥200

IMT (kg/m2)

18,5-22,9 23-25 >25

Tekanan darah (mmHg) <130/80 130-140/80-90 >140/90

Sumber: Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes

Mellitus tipe II Perkeni di Indonesia : 2006

6. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Terkendalinya Kadar

Glukosa Darah

a. Faktor Internal

1) Penyakit dan Stres

Seseorang yang sedang menderita sakit karena virus atau

bakteri tertentu akan merangsang produksi hormone tertentu

yang secara tidak langsung berpengaruh pada kadar gula darah

(Tandra, 2008). Adapun menurut Leslie (1999), kadar gula

darah dipengaruhi oleh stress seseorang.

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

36

Stress adalah segala situasi dimana tuntutan non-spesifik

mengharuskan individu untuk berespon atau melakukan

tindakan. Stress muncul ketika ada ketidakcocokan antara

tuntutan yang dihadapi dengan kemampuan yang dimiliki,

(Selye, 2005). Diabetesi yang mengalami stress dapat merubah

pola makan, latihan, penggunaan obat yang biasanya dipatuhi

diabetesi dan hal ini menyebabkan terjadinya hiperglikemia

(Smeltzer & Bare, 2002).

Selain itu, stress memicu terjadinya reaksi biokimia dalam

tubuh melalui 2 jalur, yaitu netral dan neuro endokrin. Reaksi

pertama dari respon stress adalah terjadinya sekresi dalam saraf

simpatis yang menyebabkan ujung saraf mengeluarkan

norepinefrin untuk meningkatkan frekuensi jantung.

Peningkatan frekuensi jantung bertujuan untuk memperoleh

perfusi yang baik, kondisi ini menyebabkan glukosa darah

meningkat guna sumber energi untuk perfusi (Guyton, 1996).

Bila stress menetap, respon stress akan melibatkan

hipotalamus pituitari. Hipotalamus mensekresi corticotropin-

releasing factor, yang menstimulasi pituitari anterior untuk

memproduksi glukokartikoid, terutama kortisol. Peningkatan

kortisol akan mempengaruhi peningkatan kadar glukosa darah

(Smeltzer & Bare, 2002). Selain itu kortisol juga dapat

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

37

menginhibisi pengambilan glukosa oleh sel tubuh (Guyton,

1996).

2) Obesitas

Obesitas artinya berat badan yang berlebih minimal

sebanyak 20% dari berat badan idaman. Rumus untuk

menentukan berat badan idaman adalah sebagai berikut : (TB

dalam cm – 100) – 10%. Hal ini berarti indeks masa tubuh lebih

dari 25 kg/m2 (Sukarji, 2007). Individu dengan Diabetes

Mellitus tipe II diketahui sebanyak 80% diantaranya adalah

obesitas. Obesitas menyebabkan reseptor insulin pada target di

seluruh tubuh kurang sensitif dan jumlahnya berkurang

sehingga insulin dalam darah tidak dapat dimanfaatkan (Ilyas,

2007).

3) Makanan / Asupan Makan

Makanan diperlukan sebagai bahan bakar dalam

pembentukan ATP. Selama pencernaan, banyak zat gizi yang

diabsorpsi untuk memenuhi kabutuhan energi tubuh sampai

makanan berikutnya. Di dalam makanan yang dikonsumsi,

terkandung karbohidrat, lemak dan protein (Tandra, 2008).

Kadar gula darah sebagian tercantum pada apa yang dimakan

dan oleh karenanya sewaktu makan diperlukan adanya

keseimbangan diet. Mempertahankan kadar gula darah agar

mendekati nilai normal dapat dilakukan dengan asupan

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

38

makanan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan (Sukardji,

2002).

Makanan yang berbeda dapat memberikan pengaruh yang

berbeda pula terhadap kadar gula darah. Faktor-faktor penting

dalam diri karbohidrat terhadap kenaikan kadar gula darah

(Rimbawan, 2004) adalah sebagai beikut :

a) Kandungan serat dalam makanan

b) Proses pencernaan

c) Cara pemasakannya

d) Ada atau tidaknya zat anti terhadap penyerapan

makanan sebagi zat anti nutrient

e) Waktu makan dengan kecepatan lambat atau cepat

f) Pengaruh intoleransi glukosa

g) Pekat atau tidaknya makanan

Pasien Diabetes Mellitus memiliki kemampuan tubuh

yang terbatas untuk mengatur metabolisme hidrat arang dan

jika toleransi hidrat arang dilampaui, pasien akan

mengalami glikosuria dan ketonuria yang pada akhirnya

dapat menjadi ketoasidosis, maka pembatasan kandungan

hidrat arang dalam diet pasien Diabetes Mellitus harus

dilakukan (PERKENI, 1998).

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

39

4) Jumlah latihan fisik / Olahraga yang dilakukan

Manfaat latihan fisik atau olahraga sebagai terapi Diabetes

Mellitus telah cukup lama dikenal sebagai salah satu upaya

penanggulangan penyakit Diabetes Mellitus, disamping obat

dan diet (Darmono, 2002). Latihan fisik dapat meningkatktan

sensitifitas jaringan terhadap insulin. Pada Diabetes Mellitus

tipe I peningkatan sensitifitas jaringan terhadap insulin tersebut

dapat mengurangi kebutuhan insulin, sedangkan pada Diabetes

Mellitus tipe II peningkatan sensitifitas jaringan tersebut sangat

penting dalam regulasi kadar glukosa darah (Ilyas, 2007).

5) Perawatan baik dengan Tablet maupun Insulin

Cara kerja obat hipoglikemk oral pada umumnya

merangsang sel beta pankreas untuk mengeluarkan insulin atau

mengurangi absorpsi glukosa dalam usus, sehingga dapat

menurunkan kadar glukosa dalam darah.

Pencegahan dengan mengatur pola makan masih

merupakan pengobatan utama, tetapi bila hal ini bersama

latihan jasmani ternyata gagal, maka diperlukan penambahan

obat oral. Obat hipoglikemik oral diberikan agar Diabetes

Mellitus dapat terkontrol dengan baik (Soegondo, 1995).

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

40

b. Faktor Eksternal

1) Pendidikan

Pendidikan adalah upaya persuasi atau pembelajaran

kepada masyarakat agar mau melakukan tindakan-tindakan

untuk memelihara atau mengatasi masalah-masalah dan

meningkatkan kesehatannya. Pendidkan bagi pasien Diabetes

Mellitus berhubungan dengan perilaku pasien dalam melakukan

pengendalian terhadap kadar glukosa darah agar tetap stabil.

Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini membutuhkan

waktu yang lama, namun hasil yang dicapai bersifat tahan lama

karena didasari oleh kesadaran sendiri (Notoadmodjo, 2005).

2) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan penampakan dari hasil “tabu” dan

terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu

obyek tertentu. Pengetahuan adalah hasil pengetahuan manusia

yang sekedar menjawab pertanyaan “what” (Notoatmodjo,

2002).

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang sebelum orang

mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut sehingga

terjadi suatu proses berurutan (Rogers, 1994).

Jadi, pengetahuan merupakan tingkatan terendah dalam

domain kognitif. Pengetahuan merupakan hasil dari tingkah

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

41

laku, hal ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan

pada suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 1993). Pasien Diabetes

Mellitus akan mampu melakukan pengendalian kadar glukosa

darah dengan baik jika didasari dengan pengetahuan mengenai

penyakit Diabetes Mellitus baik tanda dan gejala maupun

penanganannya.

3) Kedekatan dan Keterpaparan terhadap Sumber Informasi

Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi

perantara dalam menyampaikan informasi, mempengaruhi

kemampuan, semakin banyak sumber informasi yang diperoleh

maka semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki

(Notoatmodjo, 2003).

Salah satu faktor yang mempengaruhi tindakan seseorang

dalam meningkatkan kualitas kesehatannya adalah

terjangkaunya informasi yaitu tersedianya informasi-informasi

terkait dengan tindakan yang akan diambil seseorang. Pada

pasien Diabetes Mellitus, dengan adanya kemudahan untuk

memperoleh informasi mengenai pengendalian kadar gula

darah dapat memfasilitasi terjadinya tindakan untuk melakukan

pengendalian kadar gula darah mereka.

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

42

C. Daun Kersen (Muntingia calabura L.)

1. Definisi

Daun Kersen (Muntingia calabura L.) atau biasa disebut

ceri Indonesia ini adalah nama sejenis pohon yang memiliki buah

kecil yang manis. Nama-nama lainnya di beberapa negara adalah:

datiles, aratiles, manzanitas (Filipina), khoom somz (Laos),

krakhob barang (Kamboja), dan kerukup siam (Malaysia). Juga

dikenal sebagai capulin blanco, cacaniqua, niguito (bahasa

Spanyol). Jamaican cherry, yang lalu nama tersebut diambil

menjadi kersen dalam bahasa Indonesia. Ditambahkan oleh

Rahman dkk (2010), nama latin buah kersen adalah Muntingia

calabura L. yang dikenal sebagai China cherry. Disebutkan oleh

Soepomo. T. (1991),

Tanaman kersen memiliki kedudukan taksonomi sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae (tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (Tumbuhan biji)

Anak Divisi : Angiospermae (Tumbuhan biji tertutup)

Kelas : Dicotyledoneae (Tumbuhan biji belah)

Anak Kelas : Dialypetalae

Bangsa : Malvales / Columniferae

Suku : Elaeocarpaceae

Genus : Muntingia

Species : Muntingia calabura L.

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

43

Gambar 2.1. Pohon dan Daun Kersen (Muntingia calabura L.)

Kersen (Muntingia calabura L.) merupakan tanaman buah tropis termasuk

family Elaeocarpaceae yang mudah dijumpai. Kersen (Muntingia calabura L.)

berkhasiat sebagai antioksidan, obat sakit kuning, memelihara kesehatan hati dan

ginjal, mencegah kanker, dan meningkatkan kebugaran tubuh serta antidiabetes

(Sentra Informasi IPTEK, 2005).

Daun kersen (Muntingia calabura L.) mengandung senyawa atau lignan

antara lain falvonoid, tannin, triterpene, saponin, dan polifenol yang menunjukan

aktivitas antioksidatif (Priharyanti & Zakaria, 2007). Antioksidan tersebut diduga

mampu melindungi sel hati dari kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas.

Pengambilan zat kimia dalam daun kersen (Muntingia calabura L.) dilakukan

dengan ekstraksi prinsip maserasi dengan pelarut aqua disyillated (Zakaria ZA.

Mat A.M, Mastura M, Mat S.H, Mohamed A.M, Moch Jamil N.S, Rofiee M.S and

Sulaiman M.R., 2007).

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

44

2. Morfologi Tumbuhan kersen (Muntingia calabura L.)

Tumbuhan kersen (Muntingia calabura L.) merupakan

tumbuhan perdu atau pohon kecil yang tingginya hanya sampai 12

meter, meski umumnya hanya sekitar 3-6 m saja. Selalu hijau dan

terus menerus berbunga dan berbuah sepanjang tahun, cabang-

cabang mendatar, menggantung di ujungnya membentuk naungan

yang rindang. Ranting-ranting berambut halus bercampur dengan

rambut kelenjar, demikian pula daunnya, daun-daun terletak

mendatar, berseling, helaian daun tidak simetris, bundar telur

lanset, tepinya bergerigi dan berujung runcing, 1-4 x 4-14 cm sisi

bawah berambut kalabu rapat, bertingkai pendek. Daun penumpu

yang sebelah meruncing berbentuk benang lk 0,5 cm, agak lama

lalu mengering dan rontok. Bunga dalam berkas berisi 1-3 (-5)

kuntum, terletak di ketiak agak di sebelah atas tumbuhnya daun.

Bertangkai panjang, berkelamin dua dan berbilangan lima, kelopak

berbagi dalam, taju meruncing bentuk benang, berambut halus,

mahkota bertepi rata, bundar telur terbalik, putih tipis gundul lk 1

cm. Benang sari berjumlah banyak, 10 sampai lebih dari 100 helai.

Bunga yang mekar menonjol keluar, ke atas helai daun. Umumnya

hanya satu-dua bunga yang menjadi buah dalam tiap berkasnya.

Bertangkai panjang, bulat hampir sempurna, diameter 1-1,5 cm,

hijau kuning dan akhirnya merah apabila masak, bermahkota sisa

tangkai putik yang tidak rontok serupa bintang hitam bersudut

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

45

lima. Berisi beberapa ribu biji yang kecil-kecil halus, putih dan

kekuningan, terbenam dalam daging dan sari buah yang manis

sekali (Purwonegoro, 1997).

3. Kandungan

Tabel 2.3 : Kandungan Kersen (Muntingia Callabura L.)

Nama Zat Kegunaan

Flavonoid Bersifat antioksidan, menyekresi hormon insulin yang

bekerja untuk metabolisme gula.

Tannin Sebagai anti hama untuk mencegah serangga dan fungi

pada tanaman.

Triterpene meningkatkan fungsi mental lebih baik dan memberi

efek menenangkan, mempelancar peredaran darah

menuju otak.

Saponin mengurangi populasi protozoa, meningkatkan populasi

bakteri pancerna serat kasar.

Polifenol memiliki kemampuan melindungi tubuh dari efek

berbahaya radikal bebas.

Kalsium Melancarkan peredaran darah, Melenturkan otot,

Menormalkan tekanan darah

Tiamin Dapat mengendapkan protein sehingga digunakan

sebagai antiseptik.

Ribofalin membantu mencegah berbagai kondisi penyakit umum

seperti sakit kepala migrain, katarak, jerawat, dermatitis,

rheumatoid arthritis, dan eksim.

Niasin membantu fungsi sistem pencernaan manusia yang

normal, mempromosikan nafsu makan yang sehat,

berfungsi nya saraf, dan kulit bersinar.

Mineral Memberikan ketahanan tubuh terhadap penyakit, dan

berinteraksi dengan vitamin untuk fungsi tubuh.

Vitamin A, B1,

B2, B6, B12, C, E

dan Asam Folat

Bahan Penting untuk menjalankan fungsi tubuh secara

normal dan sehat

Kromium Memfungsikan hormon insulin lebih efisien dengan jalan

membantu ambilan glukosa dari aliran darah ke dalam

sel.

Sumber : Dwi & Istikhomah, (2010).

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

46

Dituliskan oleh Ujianto (2011), kandungan gizi buah kersen (Muntingia

calabura L.) tidak kalah dengan buah yang lain misalnya mangga. Kandungan

vitamin C buah mangga 30mg sedangkan pada buah kersen (Muntingia calabura

L.) 80,5 mg, selain kandungan kalium pada buah kersen (Muntingia calabura L.)

124,6 mg jauh lebih dari buah mangga yang hanya 15 mg. Di Indonesia secara

tradisional buah kersen (Muntingia calabura L.) digunakan untuk mengobati asam

urat dengan cara mengkonsumsi buah kersen (Muntingia calabura L.) sebanyak 9

butir 3 kali sehari dan terbukti dapat mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan dari

penyakit asam urat (Ujianto, 2011).

Daun Kersen (Muntingia calabura L.) telah lama dimanfaatkan sebagai

tanaman obat tradisional yang digunakan sebagai obat sakit kepala dan anti

radang oleh masyarakat Peru (Wiwied, 2009).

Daun Kersen (Muntingia calabura L.) mengandung sekelompok senyawa

atau lignan antara lain flavonoid, tannin, triterpene, saponin, dan polifenol yang

menunjukan aktivitas antioksidan (Priharyanti dan Zakaria, 2007).

Flavonoid merupakan kandungan khas tumbuhan hijau dengan

mengecualikan alga dan hornwort. Flavonoid sebenarnya terdapat pada semua

bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kulit , tepung sari, nectar, bunga, buah

buni, dan biji. Menurut perkiraan, kira-kira 2% dari seluruh karbon yang

difotosintesis oleh tumbuhan diubah menjadi flavonoid. Sebagian besar tanin pun

berasal dari flavonoid. Jadi, flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan hijau

sehingga pastilah ditemukan pula pada setiap ekstrak tumbuhan. (Markham,

1981).

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

47

Hasil penelitian terdahulu menemukan bahwa kulit batang tumbuhan

Kersen (Muntingia calabura L.) berkhasiat sebagai obat yaitu untuk peluruh

dahak, dan untuk menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih. Sementara

penggunaan tumbuhan Kersen (Muntingia calabura L.) secara tradisional

digunakan untuk penyembuhan asam urat, antiseptik, antiflamasi, dan antitumor,

dimana penggunaannya untuk obat-obatan dilakukan dengan meminum air

rebusan dari kulit batang dan daun tumbuhan Kersen (Muntingia calabura L.).

Sedikit berbeda penggunaannya untuk penyembuhan antiseptik dari tumbuhan

Kersen (Muntingia calabura L.), yaitu air rebusan daun dan batang tumbuhan

Kersen (Muntingia calabura L.) digunakan bukan dengan cara dikonsumsi,

melainkan dioleskan ke daerah luka yakni untuk membunuh bakteri C. Diptheriea,

S. Aureus, P Vulgaris, S Epidemidis dan K Rizhophil. (Verdayanti T.E., 2009).

Penelitian juga pernah dilakukan terhadap tumbuhan Kersen (Muntingia

calabura L.) yakni bagian daunnya, dimana daun kersen (Muntingia calabura L.)

mengandung kelompok senyawa antara lain flavonoid, tannin, triterpen, saponin

dan polifenol yang menunjukkan aktifitas antioksidatif. Antioksidan tersebut

diduga mampu melindungi sel hati dari kerusakan yang diakibatkan radikal bebas.

Pengambilan zat kimia daun kersen (Muntingia calabura L.) dilakukan dengan

ekstraksi prinsip maserasi dengan pelarut aqua distillated. Dalam penelitiannya

digunakan karbon tetraklorida (CCl4) sebagai induktor terjadinya hepatotoksik.

CCl4 merusak hampir semua sel tubuh termasuk sistem saraf pusat, hati, ginjal,

dan pembuluh darah. Adanya efek merusak CCl4 ini terhadap hati dapat dihambat

dengan pemberian ekstrak daun kersen (Muntingia calabura L.), yaitu antioksidan

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

48

yang terdiri dari flavonoid, triterpene, saponin dan polifenol menyebabkan

peroksida lipid yang ditimbulkan oleh radikal bebas CCl4 berkurang, sehingga

fungsi membran sel tetap terjaga. (Haki, 2009)

Secara kualitatif diketahui bahwa senyawa yang dominan dalam daun

Kersen (Muntingia Callabura L.) adalah flavonoid, flavonoid sendiri dalam tubuh

manusia berfungsi sebagai antioksidan sehingga sangat baik untuk pencegahan

kanker dan anti diabetes. Manfaat flavonoid antara lain adalah untuk melindungi

struktur sel, meningkatkan efektifitas vitamin C, anti inflamasi, mencegah keropos

tulang, antibiotic dan sebagai antidiabetes (Zakaria et al. 2007).

Beberapa ilmuwan yang meneliti daun kersen (Muntingia calabura L.)

mengetahui daun kersen (Muntingia calabura L.) mengandung senyawa kimia

golongan saponin dan flavonoid. "Senyawa golongan flavonoid dapat bekerja

sebagai antioksidan, sehingga bisa menyekresi hormon insulin yang diperlukan

untuk metabolisme gula. Daun kersen (Muntingia calabura L.) juga berkhasiat

melindungi fungsi otot jantung. Sebuah penelitian membuktikan kerja aktif

kandungan daun kersen (Muntingia calabura L.) dalam melindungi fungsi otot

jantung. Minum rebusan daun kersen (Muntingia calabura L.) baik untuk

melindungi fungsi jantung dan kemungkinan kerusakan akibat racun yang masuk

ke dalam tubuh (Suhardjono, 2013).

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

49

Menurut Suhardjono (2013) Khasiat Kersen (Muntingia calabura L.)

selain sebagai obat diabetes juga sebagai, antara lain :

(1) Hipertensi

Jemur daun kersen (Muntingia calabura L.) sampai kering, seperti kita

membuat teh. Setelah daun kering seduh secukupnya dengan air putih

panas untuk satu gelas kecil. Tunggu beberapa saat hingga air putih

berubah seperti air teh. Minum satu kali sehari.

(2) Asam Urat

Makan buah sembilan butir buah kersen tiga kali sehari. Itu terbukti

dapat mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan oleh penyakit asam

urat.

(3) Kolesterol

Rebus 1-2 genggam daun Kersen (Muntingia Callabura L.) segar

dengan tiga gelas air. Sisakan air rebusan hingga tinggal satu gelas dan

minum ramuan itu secara teratur tiga kali sehari.

(4) Komposisi Rebusan Daun Kersen (Muntingia calabura L.) sebagai

Antidiabetes

Gunakan 100 gram (10 lembar) daun kersen (Muntingia calabura L.)

yang telah dicuci bersih dan rebus dengan menggunakan panci ukur

dengan rebusan 200cc air hingga mendidih dan tersisa separuhnya.

Hasil rebusan itu diminum satu kali sehari dengan takaran sebanyak 1

gelas, lalu diminum baik dalam kondisi dingin ataupun hangat. Jika

menggunakan ekstrak daun kering, 2-5 gram seduh dalam 200 ml air.

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

50

Keterkaitan antara Rebusan Daun kersen (Muntingia calabura L.) dengan

Penurunan Kadar Gula Darah Sewaktu (GDS) Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe

II yaitu terletak pada penatalaksanaan, karena penatalaksanaan Diabetes Mellitus

terdiri dari empat komponen, yaitu pendidikan kesehatan, diet, latihan dan therapy

non farmakologi, pendidikan kesehatan sangat penting dalam penatalaksanaan

Diabetes Mellitus karena penyuluhan tentang teraphy non farmakologis efeknya

dapat menurunkan kadar gula darah, juga dapat memanfaatkan tumbuhan herbal

tanpa campur tangan obat-obatan kimia (Sudjono,2003).

Pendidikan kesehatan tentang therapy non farmakologis yaitu pemanfaatan

daun kersen (Muntingia calabura L.). Daun Kersen (Muntingia calabura L.)

merupakan salah satu tanaman yang diduga memiliki substansi aktif sebagai

antidiabetes yaitu flavonoid, tannin, triterpene, saponin, dan polifenol.

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

51

II. Kerangka Teori

Kerangka Teori adalah kesimpulan dan tinjauan pustaka yang

berisi tentang konsep-konsep teori yang dipergunakan atau berhubungan

dengan penelitian yang akan dilakukan (Syarifudin, 2010).

Gambar 2.2 Kerangka Teory Penelitian

Sumber : Guyton & Hall (2002), Ehsa (2010) dan Susatyo J.P. (2010).

Faktor-faktor yang

mempengaruhi Diabetes

mellitus tipe II:

1. Usia

2. Obesitas

3. Riwayat keluarga

4. Kelompok etnik

5. Aktivitas fisik

kurang

6. Penyakit lain

Terapi penurunan kadar gula

darah :

1. Diet

2. Alternatife/herbal dengan

rebusan daun kersen

(Muntingia calabura L.)

3. Therapy

4. Obat-obatan

5. Suplemen

Diabetes

Mellitus tipe II

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Tinjauan Teori Diabetes ...repository.ump.ac.id/5853/3/Nindy Nuraeni_BAB II.pdf · Patofisiologi Pada Diabetes ... Nefropati diabetikum yang ditandai dengan

52

III. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan dasar pemikiran yang dirumuskan

dari fakta-fakta, observasi dan tinjauan pustaka (Syarifudin, 2010).

Kerangka konseptual penelitian ini adalah :

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2.3 Kerangka Konsep Penelitian

IV. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah terdapat pengaruh pemberian

rebusan daun Kersen (Muntingia calabura L.) terhadap penurunan kadar

gula pada pasien Diabetes Mellitus tipe II.

Pemberian rebusan daun kersen

(Muntingia calabura L.)

Kadar Gula Darah Pasien

Diabetes Mellitus tipe II

Pengaruh Pemberian Rebusan..., Nindy Nuraeni, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015