18
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian Saputra, 2011 tentang kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan menganalisis bagaimana dan seberapa besar pengaruh variabel Jumlah Penduduk, PDRB, Indeks Pembangunan Manusia dan Pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Jawa Tengah. Model regresi yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda (Ordinary Least Squares Regression Analysis) dengan menggunakan Panel Data dengan menggunakan pendekatan efek tetap (Fixed Effect Model). Penelitian ini menggunakan dummy tahun sebagai salah satu variabelnya. Penggunaan dummy tahun dalam penelitian ini adalah untuk melihat variasi tingkat kemiskinan antar waktu di Kabupaten/Kota Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Jumlah Penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah, PDRB berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah, Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah, dan Pengangguran berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah. Penelitian Wiguna, 2013 tentang kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui pengaruh negatif Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2005-2010, (2) mengetahui pengaruh negatif tingkat pendidikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/35444/3/jiptummpp-gdl-agussuwagi-49698... · 2017. 10. 20. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/35444/3/jiptummpp-gdl-agussuwagi-49698... · 2017. 10. 20. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian Saputra, 2011 tentang kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah.

Penelitian ini bertujuan menganalisis bagaimana dan seberapa besar pengaruh

variabel Jumlah Penduduk, PDRB, Indeks Pembangunan Manusia dan

Pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di Kabupaten/Kota Jawa Tengah.

Model regresi yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda

(Ordinary Least Squares Regression Analysis) dengan menggunakan Panel

Data dengan menggunakan pendekatan efek tetap (Fixed Effect Model).

Penelitian ini menggunakan dummy tahun sebagai salah satu variabelnya.

Penggunaan dummy tahun dalam penelitian ini adalah untuk melihat variasi

tingkat kemiskinan antar waktu di Kabupaten/Kota Jawa Tengah. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa variabel Jumlah Penduduk berpengaruh

positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah, PDRB

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Jawa

Tengah, Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah, dan Pengangguran berpengaruh

negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat kemiskinan di Jawa Tengah.

Penelitian Wiguna, 2013 tentang kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah.

Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengetahui pengaruh negatif Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap kemiskinan di Jawa Tengah

tahun 2005-2010, (2) mengetahui pengaruh negatif tingkat pendidikan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/35444/3/jiptummpp-gdl-agussuwagi-49698... · 2017. 10. 20. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

8

terhadap kemiskinan di Jawa Tengah tahun 2005-2010, (3) mengetahui

pengaruh negatif tingkat pengangguran terhadap kemiskinan di Jawa Tengah

tahun 2005-2010. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis

regresi linier berganda (Ordinary Least Squares Regression Analysis) dengan

menggunakan panel data melalui pendekatan efek tetap (Fixed Effect Model)

dengan bantuan software E-Views 6. Data yang diperoleh adalah dari data

Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa variabel PDRB berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

kemiskinan di Jawa Tengah, tingkat pendidikan berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap kemiskinan di Jawa Tengah, tingkat pengangguran

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan di Jawa Tengah.

B. Teori dan Tinjauan Pustaka

1. Kemiskinan

Kumalasari (2011), mendefinisikan kemiskinan sebagai kekurangan

dalam kesejahteraan, dan terdiri dari banyak dimensi. Ini termasuk

berpenghasilan rendah dan ketidakmampuan untuk mendapatkan barang dasar

dan layanan yang diperlukan untuk bertahan hidup dengan martabat.

Kemiskinan juga meliputi rendahnya tingkat kesehatan dan pendidikan, akses

masyarakat miskin terhadap air bersih dan sanitasi, keamanan fisik yang tidak

memadai, kurangnya suara, dan kapasitas memadai serta kesempatan untuk

hidup yang lebih baik itu.

Badruddin (2009), mengemukakan kemiskinan adalah kekurangan

barang-barang dan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/35444/3/jiptummpp-gdl-agussuwagi-49698... · 2017. 10. 20. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

9

suatu standar hidup yang layak. Selain Levitan, menurut Friedman yang juga

dalam Badruddin (2009), mengemukakan bahwa kemiskinan adalah

ketidaksamaan kesempatan untuk memformulasikan basis kekuasaan sosial,

yang meliputi: asset (tanah, perumahan, peralatan, kesehatan), sumber

keuangan (pendapatan dan kredit yang memadai), organisasi sosial politik

yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai kepentingan bersama, jaringan

sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang atau jasa, pengetahuan dan

keterampilan yang memadai, dan informasi yang berguna.

(Cahyat 2007: 2), kemiskinan adalah suatu situasi dimana seseorang

atau rumah tangga mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar,

sementara lingkungan pendukungnya kurang memberikan peluang untuk

meningkatkan kesejahteraan secara berkesinambungan atau untuk keluar dari

kerentanan. Pada dasarnya definisi kemiskinan dapat dilihat dari dua sisi,

yaitu:

a. Kemiskinan absolut

Kemiskinan yang dikaitkan dengan perkiraan tingkat pendapatan

dan kebutuhan yang hanya dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan

dasar minimum yang memungkinkan seseorang untuk hidup secara layak.

Dengan demikian kemiskinan diukur dengan membandingkan tingkat

pendapatan orang dengan tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk

memperoleh kebutuhan dasarnya yakni makanan, pakaian dan perumahan

agar dapat menjamin kelangsungan hidupnya. Bank dunia mendefinisikan

kemiskinan absolut sebagai hidup dengan pendapatan di bawah USD

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/35444/3/jiptummpp-gdl-agussuwagi-49698... · 2017. 10. 20. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

10

$1/hari dan kemiskinan menengah untuk pendapatan di bawah $2/hari.

b. Kemiskinan relatif

Kemiskinan dilihat dari aspek ketimpangan sosial, karena ada orang

yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya tetapi masih

jauh lebih rendah dibanding masyarakat sekitarnya (lingkungannya).

Semakin besar ketimpangan antara tingkat penghidupan golongan atas dan

golongan bawah maka akan semakin besar pula jumlah penduduk yang

dapat dikategorikan miskin, sehingga kemiskinan relatif erat hubungannya

dengan masalah distribusi pendapatan.

Todaro (1995: 37) menyatakan bahwa variasi kemiskinan di negara

berkembang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) luasnya negara,

(2) perbedaan sejarah, sebagian dijajah oleh negara yang berlainan, (3)

perbedaan kekayaan sumber daya alam dan kualitas sumber daya

manusianya, (4) relatif pentingnya sektor publik dan swasta, (5) perbedaan

struktur industri

Banyak faktor yang menyebabkan kemiskinan. Penyebab

kemiskinan menurut (M. Kuncoro dalam Whisnu Adi, 2011: 20) antara

lain faktor yang menyebabkan kemiskinan sebagai berikut:

1. Secara makro, kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola

kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan

timpang, penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah

yang terbatas dan kualitasnya rendah.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/35444/3/jiptummpp-gdl-agussuwagi-49698... · 2017. 10. 20. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

11

2. Kemiskinan muncul akibat perbedaan kualitas sumber daya manusia

karena kualitas sumber daya manusia yang rendah berarti produktivitas

juga rendah, upahnya pun rendah.

3. Kemiskinan muncul disebabkan perbedaan akses dan modal.

Suryawati (2005), salah satu sumber dan proses penyebab terjadinya

kemiskinan, yaitu: population growth, prespektif yang didasari oleh teori

Malthus bahwa pertambahan penduduk seperti deret ukur sedangkan

pertambahan pangan seperti deret hitung.

BPS (2012), Garis kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari

Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan

(GKNM). Penduduk yang memiliki rata pengeluaran perkapita per bulan

dibawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin. Garis

kemiskinan Makanan (GKM) sendiri merupakan nilai pengeluaran

kebutuhan mimimum makanan yang disertakan dengan 2100 kilokalori

perkapita perhari. Sedangkan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM)

adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan dan

kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non makanan diwakili oleh 51

jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan. Adapun

rumus perhitungan Garis Kemiskinan yaitu :

GK = GKM + GKNM

Keterangan:

GK : Garis Kemiskinan

GKM : Garis Kemikinan Makanan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/35444/3/jiptummpp-gdl-agussuwagi-49698... · 2017. 10. 20. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

12

GKNM : Garis Kemiskinan Non Makanan

BPS (2012), untuk mengukur kemiskinan yaitu dengan

menggunakan pendekatan kebutuhan dasar (basic needs) yang dapat

diukur dengan angka atau hitungan Indeks Perkepala (Head Count Indeks),

yakni jumlah dan persentase penduduk miskin yang berada di bawah garis

kemiskinan ditetapkan pada tingkat yang selalu konstan secara rill

sehingga kita dapat mengurangi angka kemiskinan dengan menelusuri

kemajuan yang diperoleh dalam mengetaskan kemiskinan sepanjang

waktu. Adapun rumus menghitung persentase penduduk miskin adalah

sebagai berikut :

𝑃𝑎 =1

𝑛 ∑ [

z − yi

z]

q

i−1

Dimana :

α : 0

z : garis kemiskinan

yi : Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada

dibawah garis kemiskinan

q : Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan

n : jumlah penduduk

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/35444/3/jiptummpp-gdl-agussuwagi-49698... · 2017. 10. 20. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

13

2. Jumlah Penduduk

Thomas Malthus mengemukakan teorinya tentang hubungan antara

pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Menurut Malthus terdapat konflik

antara dua kebutuhan pokok manusia, yaitu kebutuhan akan makanan dan

nafsu antar jenis kelamin (hubungan seks). Apabila bahan makanan

meningkat, maka tanpa dikendalikan penduduk akan bertambah hingga batas

maksimal persediaan bahan makanan. Malthus mengasumsikan bahwa

sementara penduduk bertambah secara deret ukur (1,2,4,8,16...), dalam

prakteknya produksi pertanian tidak dapat meningkat lebih cepat daripada

deret hitung (1,2,3,4,5...). Jadi apabila penduduk suatu negara berjumlah 11

juta akan menjadi dua kali lipat setiap 25 tahun dan punya bahan makanan

yang cukup untuk 11 juta penduduk, penduduk akan tumbuh menjadi 44 juta,

tetapi persediaan bahan makanan hanya cukup untuk 33 juta penduduk

(David Lucas 1995 : 20).

Selanjutnya menurut Malthus, pada mulanya ketika rasio di antara

faktor produksi lain dengan penduduk / tenaga kerja adalah relatif tinggi yang

berarti penduduk relatif sedikit apabila dibandingkan dengan faktor produksi

lain, pertambahan penduduk akan meningkatkan taraf kemakmuran

masyarakat begitu juga sebaliknya (Sukirno, 2011: 449).

Penduduk yang meningkat dengan cepatmenjerumuskan perekonomian

ke pengangguran dan kekurangan lapangan kerja. Karena penduduk

meningkat proporsi kerja pada penduduk total menjadi naik. Tetapi karena

ketiadaan sumber pelengkap, tidaklah mungkin untuk mengembangkan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/35444/3/jiptummpp-gdl-agussuwagi-49698... · 2017. 10. 20. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

14

lapangan pekerjaan. Akibatnya tenaga buruh, pengangguran dan kekurangan

lapangan pekerjaan meningkat. Penduduk yang meningkat dengan cepat

mengurangi pendapatan, tabungan dan investasi. Karena pembentukan modal

menjadi lambat dan kesempatan kerja kuang dan dengan begitu meningkatkan

penganguran (Jhingan2003 : 407).

Gagasan tentang kependudukan yang di kemukakan Robert Cassen

dalam Todaro (2006) yaitu sebagai berikut :

a) Persoalan kependudukan tidak semata-mata menyangkut jumlah akan

tetapi juga meliputi kualitas hidup dan kesejahteraan materiil.

Pertumbuhan penduduk yang cepat memang mendorong timbulnya

masalah keterbelakangan dan membuat prospek pembangunan menjadi

semakin jauh. Laju pertumbuhan penduduk yang terlampau cepat

meskipun memang bukan merupakan penyebab utama dari

keterbelakangan, harus disadari bahwa hal tersebut merupakan salah satu

faktor penting penyebab keterbelakangan di banyak negara.

b) Pertumbuhan penduduk secara cepat menimbulkan berbagai konsekuensi

ekonomi yang merugikan dan hal itu merupakan masalah yang utama

harus dihadapi negara-negara Dunia Ketiga. Mereka kemudian

mengatakan bahwa laju pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat

mendorong timbulnya berbagai macam masalah ekonomi, sosial dan

psikologis yang melatarbelakangi kondisi keterbelakangan yang menjerat

negara-negara berkembang.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/35444/3/jiptummpp-gdl-agussuwagi-49698... · 2017. 10. 20. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

15

Pertumbuhan penduduk juga menghalangi prospek tercapainya

kehidupan yang lebih baik karena mengurangi tabungan rumah tangga dan

juga negara. Disamping itu, jumlah penduduk yang terlampau besar akan

menguras kas pemerintah yang sudah sangat terbatas untuk menyediakan

berbagai pelayanan kesehatan, ekonomi dan sosial bagi generasi baru.

Melonjaknya beban pembiayaan atas anggaran pemerintah tersebut jelas

akan mengurangi kemungkinan dan kemampuan pemerintah untuk

meningkatkan taraf hidup generasi dan mendorong terjadinya transfer

kemiskinan kepada generasi mendatang yang berasal dari keluarga

berpenghasilan menengah ke bawah. (Todaro, 2006).

Menurut Subri (2003:14), pertumbuhan penduduk suatu negara di

pengaruhi oleh tiga hal pokok, yaitu :

1. Fertilitas

Fertilitas merupakan kemampuan seorang perempuan atau sekelompok

perempuan secara rill untuk melahirkan atau hasil reproduksi nyata dari

seorang perempuan serta sebuah tindakan reproduksi yang

menghasilkan kelahiran hidup.

Fertilitas atau kelahiran merupakan salah satu faktor penambah jumlah

penduduk disamping migrasi masuk. Kelahiran bayi membawa

kosenkuensi pemenuhan kebutuhan tumbuh kembang bayi tersebut,

termasuk pemenuhan gizi dan kecukupan kalori, perawatan

kesehatan.pada gilirannya, bayi ini akan tumbuh menjadi anak usia

sekolah yang menuntut pendidikan.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/35444/3/jiptummpp-gdl-agussuwagi-49698... · 2017. 10. 20. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

16

Rusli (1983: 79) dalam Wirakartakusuma (1999: 75), menjelaskan

bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya fertilitas

penduduk dari:

a. Tempat tinggal wanita saat perceraian maksudnya tingkat fertilitas

menurut tempat tinggal yaitu kota atau desa, menunjukan bahwa

fertilitas di daerah kota lebih sedikit dari daerah perdesaan.

b. Tingkat pendidikan, pengaruhy pendidikanterhadap fertilitas tidak

tepat seperti yang di perkirakan yaitu semakin tingkat pendidikan

yang dimiliki wanita maka semakin rendah fertilitasnya.

2. Mortalitas

Mortalitas (kematian) merupakan salah satu diantara 3 komponen

demografi yang dapat mempengaruhi perubahan penduduk. Ukuran

kematian menunjukan suatu angka yang dipakai sebagai dasar untuk

menentukan tingi rendahnya kematian suatu penduduk dalam suatu

negara.

3. Migrasi

Migrasi dari desa ke kota akan membawa dampak yang positif maupun

yang negatif. Dampak positif akan mengakibatkan adanya migrasi dari

desa ke kota akan memberi dampak pada modernisasi serta

memperbaiki kehidupan para migran. Migrasi dapat mengubah

padangan dan perilaku orang, menambah keterampilan dan membuat

seseorang lebih mempunyai inovasi sedangkan dampak negatifnya

adalah apabila pertumbuhan proporsi penduduk kota lebih tinggi dari

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/35444/3/jiptummpp-gdl-agussuwagi-49698... · 2017. 10. 20. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

17

laju pertumbuhan industrilisasi dan pertumbuhan ekonomi akan

meningkatkan kesempatan kerja.

Pada umumnya perkembangan penduduk di negara sedang

berkembang sangat tinggi dan besar jumlahnya. Masalah

pertumbuhan penduduk bukanlah sekedar masalah jumlah, masalah

penduduk juga menyangkut kepentingan pembangunan serta

kesejahteraan umat manusia secara keseluruhan. Dalam konteks

pembangunan, pandangan terhadap penduduk terpecah dua, ada yang

menganggapnya sebagai penghambat pembangunan, ada pula yang

menganggap sebagai pemacu pembangunan.

Alasan penduduk dipandang sebagai penghambat

pembangunan, dikarenakan jumlah penduduk yang besar dan dengan

pertumbuhan yang tinggi, dinilai hanya menambah beban

pembangunan. Jumlah penduduk yang besar akan memperkecil

pendapatan perkapita dan menimbulkan masalah ketenagakerjaan

(Dumairy, 1996).

Penduduk sebagai pemacu pembangunan karena populasi yang

lebih besar sebenarnya adalah pasar potensial yang menjadi sumber

permintaan akan berbagai macam barang dan jasa yang kemudian

akan menggerakkan berbagai macam kegiatan ekonomi sehingga

menciptakan skala ekonomi dalam produksi yang akan

menguntungkan semua pihak, menurunkan biaya produksi dan

menciptakan sumber pasokan atau penawaran tenaga kerja murah

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/35444/3/jiptummpp-gdl-agussuwagi-49698... · 2017. 10. 20. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

18

dalam jumlah yang memadai sehingga pada gilirannya akan

merangsang output atau produksi agregat yang lebih tinggi lagi. Dan

pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, yang berarti tingkat kemiskinan akan turun (Todaro dan

Smith, 2006).

3. PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)

PDRB adalah nilai bersih barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan

oleh berbagai kegiatan ekonomi di suatu daerah dalam periode (Hadi Sasana,

2006). PDRB dapat menggambarkan kemampuan suatu daerah mengelola

sumber saya alam yang dimilikinya. Oleh karena itu besaran PDRB yang

dihasilkan oleh masing-masing daerah sangat bergantung kepada potensi

sumber daya alam dan faktor produksi Daerah tersebut. Adanya keterbatasan

dalam penyediaan faktor-faktor tersebut menyebabkan besaran PDRB

bervariasi antar daerah.

Kuncoro (2001) menyatakan bahwa pendekatan pembangunan

tradisional lebih dimaknai sebagai pembangunan yang lebih memfokuskan

pada peningkatan PDRB suatu provinsi, Kabupaten, atau kota. Sedangkan

pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari pertumbuhan angka PDRB (Produk

Domestik Regional Bruto). Saat ini umumnya PDRB baru dihitung

berdasarkan dua pendekatan, yaitu dari sisi sektoral / lapangan usaha dan dari

sisi penggunaan. Selanjutnya PDRB juga dihitung berdasarkan harga berlaku

dan harga konstan. Total PDRB menunjukkan jumlah seluruh nilai tambah

yang dihasilkan oleh penduduk dalam periode tertentu.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/35444/3/jiptummpp-gdl-agussuwagi-49698... · 2017. 10. 20. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

19

Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan menggunakan dua

metode yaitu langsung dan tidak langsung (alokasi).

a. Metode Langsung.

Cara perhitungan PDRB dapat diperoleh melalui tiga pendekatan,

yaitu pendekatan produksi, pendekatan pengeluaran dan pendekatan

pendapatan. Rincian penjelasannya sebagai berikut :

1) Menurut Pendekatan Produksi

Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah nilai barang dan jasa

akhir yang diproduksikan oleh suatu kegiatan ekonomi di daerah

tersebut dikurangi biaya antara masing-masing total produksi bruto

tiap kegiatan subsektor atau sektor dalam jangka waktu tertentu (satu

tahun) (BPS, 2012:26). Unit-unit produksi tersebut dalam

penyajiannya dikelompokkan menjadi 9 sektor atau lapangan usaha

yaitu; (1) pertanian; (2) pertambangan dan penggalian; (3) industri

pengolahan; (4) listrik, gas dan air bersih; (5) bangunan; (6)

perdagangan, hotel dan restoran; (7) pengangkutan dan komunikasi;

(8) keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; dan (9) jasa-jasa.

2) Menurut Pendekatan Pengeluaran

Produk Domestik Regional Bruto adalah penjumlahan semua

komponen permintaan akhir. Komponen-komponen tersebut meliputi:

1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang

tidak mencari untung.

2. Konsumsi pemerintah.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/35444/3/jiptummpp-gdl-agussuwagi-49698... · 2017. 10. 20. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

20

3. Pembentukan modal tetap domestik bruto.

4. Perubahan stok.

5. Ekspor netto. (BPS, 2012:27)

3) Menurut Pendekatan Pendapatan

Produk Domestik Regional Bruto merupakan jumlah balas jasa yang

diterima oleh faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi

dalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Balas jasa faktor

produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa rumah, bunga

modal dan keuntungan. Semua hitungan tersebut sebelum dipotong

pajak penghasilan dan pajak lainnya.

b. Metode Tidak Langsung atau Metode Alokasi

Dalam metode ini PDRB suatu wilayah diperoleh dengan

menghitung PDRB wilayah tersebut melalui alokasi PDRB wilayah yang

lebih luas.Untuk melakukan alokasi PDRB wilayah ini digunakan

beberapa alokator antara lain: Nilai produksi bruto atau netto setiap

sektor/subsektor pada wilayah yang dialokasikan ; jumlah produksi fisik;

tenaga kerja; penduduk, dan alokator tidak langsung lainnya. Dengan

menggunakan salah satu atau beberapa alokator dapat diperhitungkan

persentase bagian masing-masing propinsi terhadap nilai tambah setiap

sektor dan subsektor.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/35444/3/jiptummpp-gdl-agussuwagi-49698... · 2017. 10. 20. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

21

C. HUBUNGAN ANTAR VARIABEL

1. Jumlah Penduduk Terhadap Kemiskinan

Jumlah penduduk dalam pembangunan ekonomi suatu daerah

merupakan permasalahan mendasar. Karena pertumbuhan penduduk yang

tidak terkendali dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembangunan

ekonomi yaitu kesejahteraan rakyat serta menekan angka kemiskinan

(Kuncoro,1997).

Pertumbuhan jumlah penduduk yang pesat dapat mengantarkan dan

mendorong pengurasan sumber daya, penguranan tabungan, kerusakan

lingkungan, dan kehancuran ekologis yang kemudian memunculkan masalah

sosial, masalah kemiskinan, kelaparan dan keterbelakangan.

Penduduk sebagai pemacu pembangunan karena populasi yang lebih

besar sebenarnya adalah pasar potensial yang menjadi sumber permintaan

akan berbagai macam barang dan jasa yang kemudian akan menggerakkan

berbagai macam kegiatan ekonomi sehingga menciptakan skala ekonomi

dalam produksi yang akan menguntungkan semua pihak, menurunkan

biaya produksi dan menciptakan sumber pasokan atau penawaran tenaga

kerja murah dalam jumlah yang memadai sehingga pada gilirannya akan

merangsang output atau produksi agregat yang lebih tinggi lagi. Dan pada

akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, yang

berarti tingkat kemiskinan akan turun (Todaro dan Smith, 2006).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/35444/3/jiptummpp-gdl-agussuwagi-49698... · 2017. 10. 20. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

22

2. PDRB Terhadap Kemiskinan

Laju pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan PDRB tanpa memandang

apakah kenaikan itu besar atau lebih kecil. Selanjutnya pembangunan

ekonomi tidak semata-mata diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) secara keseluruhan, tetapi harus memperhatikan sejauh mana

distribusi pendapatan telah menyebar kelapisan masyarakat serta siapa yang

telah menikmat hasili-hasilnya. Sehingga menurunya PDRB suatu daerah

berdampak pada kualitas konsumsi rumah tangga. Dan apabila pendapatan

tingkat penduduk sangat terbatas, banyak rumah tangga miskin terpaksa

merubah pola makanan pokoknya ke barang paling murah dengan jumlah

barang yang berkurang. (Sukirno, 2000)

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan

kondisi utama atau suatu keharusan bagi kelangsungan

pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan. Pertumbuhan

ekonomi tanpa dibarengi dengan penambahan kesempatan kerja akan

mengakibatkan ketimpangan dalam pembagian dari penambahan

pendapatan (cateris paribus), yang selanjutnya akan menciptakan suatu

kondisi pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan kemiskinan (Tambunan,

2003:40-41).

Pertumbuhan dan kemiskinan mempunyai korelasi yang sangat kuat,

karena pada tahap awal proses pembangunan tingkat kemiskinan cenderung

meningkat dan pada saat mendekati tahap akhir pembangunan jumlah orang

miskin berangsur-angsur berkurang (Tambunan, 2003:89).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/35444/3/jiptummpp-gdl-agussuwagi-49698... · 2017. 10. 20. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

23

Selanjutnya menurut penelitian Hermanto Siregar dan Dwi W

(2008:34) dari hasil penelitian tersebut menunjukan hasil yang negatif

antara pertumbuhan ekonomi dan penurunan jumlah penduduk miskin,

artinya bahwa PDRB sebagai indikator pertumbuhan ekonomi berpengaruh

negatif terhadap kemiskinan.

D. KERANGKA PIKIR

Berdasarkan tinjauan pustaka yang ada, diduga bahwa jumlah

penduduk, PDRB berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di provinsi jawa

tengah. Dengan demikian dapat di rumuskan kerangka pemikiran sebagai

berikut :

Gamabar 2.1 Kerangka Pikir

(X1) Jumlah

Penduduk

(Y) Tingkat

Kemiskinan

(X2) PDRB

Pengangguran

Bahan pangan

Produksi

Tenaga kerja

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. …eprints.umm.ac.id/35444/3/jiptummpp-gdl-agussuwagi-49698... · 2017. 10. 20. · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

24

Dari kerangka pikir di atas dapat di jelaskan bahwa Jumlah Penduduk

menjadi salah satu faktor yang berperan sebagai tolak ukur kemiskinan di

suatu daerah, agar kemiskinan dapat dikatakan baik maka kenaikan jumlah

penduduk tersebut harus di barengi dengan masyarakat yang produktif agar

mampu menurunkan kemiskinan di suatu daerah.

PDRB adalah nilai output yang di hasilkan suatu perekonomian di suatu

daerah dalam periode tertentu, maka dari kerangka pikir di atas dapat di

jelaskan bahwa PDRB berpengaruh dalam pengentasan kemiskinan di suatu

daerah.

E. PERUMUSAN HIPOTESIS

Hipotesis adalah jawaban sementara/kesimpulan yang diambil untuk

menjawab permasalahan yang diajukan dalam suatu penelitian yang

sebenarnya masih harus diuji secara empiris. Hipotesis yang dimaksud

merupakan dugaan yang mungkin benar atau mungkin salah. Dari rumusan

permasalahan yang ada, dirumuskan hipotesis yang berkaitan untuk

menjawab pertanyaan, maka akan diajukan hipotesis sebagai berikut :

Diduga Jumlah Penduduk dan PDRB berpengaruh signifikan terhadap

tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah.

Diduga Jumlah Penduduk dan PDRB tidak berpengaruh signifikan

terhadap tingkat kemiskinan di Provinsi Jawa Tengah.