14
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Agama Buddha Secara etimologi kata agama berasal dari dua akar kata, yaitu a: tidak, dan gama : kacau. Berdasarkan etimologi tersebut dapat dapatlah diketahui apa fungsi agama, baik dalam aspek negatif maupun dalam aspek positif. Dalam aspek negatif, agama menjauhkan umat atau penganutnya dari kejahatan dan kekacauan. Aspek positifnya, agama membimbing umat atau penganutnya ke jalan kebaikan dan kebenaran (Eddy Sadeli, 1999 : 6). Menurut U.P. Suktadharmi dan U.P. Dharmanitya, dijelaskan bahwa “Agama Buddha atau Buddha Dharma adalah ajaran-ajaran semua Buddha” (Suktadharmi, 1986 : 1). Pengertian Buddha sendiri yaitu, “Buddha berarti seseorang yang telah mencapai Kebijaksanaan Agung” (Suktadharmi, 1986 : 6). Agama Buddha dalam pengertian luas adalah religi, mencakup juga kitab-kitab, tatacara dan ritual, kebiasaan / tradisi, dan organisasi komunitasnya. Agama Buddha dalam pengertian khusus adalah apa yang diajarkan oleh Buddha. Namun dalam istilah teknis Buddhisme, agama Buddha seharusnya disebut Buddha-dharma. Penjelasan mengenai Dharma yang diberikan oleh agama Buddha adalah: “sesuai dengan sifat alaminya, membentuk dirinya sendiri dan membuat dirinya dapat dikenali”. Ini berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG ......7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Agama Buddha Secara etimologi kata agama berasal dari

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG ......7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Agama Buddha Secara etimologi kata agama berasal dari

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Agama Buddha

Secara etimologi kata agama berasal dari dua akar kata, yaitu a: tidak,

dan gama : kacau. Berdasarkan etimologi tersebut dapat dapatlah diketahui

apa fungsi agama, baik dalam aspek negatif maupun dalam aspek positif.

Dalam aspek negatif, agama menjauhkan umat atau penganutnya dari

kejahatan dan kekacauan. Aspek positifnya, agama membimbing umat atau

penganutnya ke jalan kebaikan dan kebenaran (Eddy Sadeli, 1999 : 6).

Menurut U.P. Suktadharmi dan U.P. Dharmanitya, dijelaskan bahwa

“Agama Buddha atau Buddha Dharma adalah ajaran-ajaran semua Buddha”

(Suktadharmi, 1986 : 1). Pengertian Buddha sendiri yaitu, “Buddha berarti

seseorang yang telah mencapai Kebijaksanaan Agung” (Suktadharmi, 1986 :

6).

Agama Buddha dalam pengertian luas adalah religi, mencakup juga

kitab-kitab, tatacara dan ritual, kebiasaan / tradisi, dan organisasi

komunitasnya. Agama Buddha dalam pengertian khusus adalah apa yang

diajarkan oleh Buddha. Namun dalam istilah teknis Buddhisme, agama

Buddha seharusnya disebut Buddha-dharma. Penjelasan mengenai Dharma

yang diberikan oleh agama Buddha adalah: “sesuai dengan sifat alaminya,

membentuk dirinya sendiri dan membuat dirinya dapat dikenali”. Ini berarti

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG ......7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Agama Buddha Secara etimologi kata agama berasal dari

8

segala sesuatu harus sesuai dengan karakteristik spesifik dan bentuknya

sendiri, sehingga orang dapat mengenalinya setelah melihatnya. Contohnya

air, yang tetap menunjukkan sifatnya sebagai cairan dan mempunyai tatanan

serta rumusan tertentu. Hal itulah yang membuat orang yang melihatnya

dapat mengenalinya sebagai air. Sebaliknya, konsep air tidak dapat muncul

apabila suatu benda tidak mempunyai sifat cairan, dan tatanan serta

rumusannya berbeda dari air. Agama Buddha menganggap segala sesuatu

sebagai Dharma. “Seluruh hal” dan “setiap hal” yang sering ditemukan

dalam kitab Buddhis menunjukkan keberadaan dan fenomena yang

universal. Sesuai dengan penjelasan secara Buddhis, ajaran yang

disampaikan oleh Buddha sendiri yang telah memahami segala sesuatu

sebagaimana adanya juga berfungsi untuk mempertahankan sifat alaminya

sendiri, membentuk dirinya sendiri, dan dapat mengerti, karena itulah

disebut juga Dharma (Mr. Zhao, 2007 : 1-2).

Berkaitan dengan umat beragama Buddha, keimanan yang dikenal

dengan saddha (sradha) menekankan kepada pemeluknya seperti yang

dikutip oleh Oka Diputhera, yaitu: “Selaku umat beragama Buddha kita

wajib mempunyai keyakinan atau iman, yang ada di dalam Agama Buddha

disebut saddha (sradha) yang berarti keyakinan. Kepercayaan yang dimiliki

oleh umat Buddha, berdasarkan atas pengertian yang benar, bukan

kepercayaan yang membuta yang tidak berdasarkan atas pengertian yang

benar” (Oka Diputhera, 1997 : 3).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG ......7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Agama Buddha Secara etimologi kata agama berasal dari

9

Seseorang yang bercita-cita atau berkeinginan menjadi Buddha

(Bodhisatva) tentu saja tidak mudah. Seseorang yang betul-betul mengikuti

ajaran agama Buddha harus mempunyai sifat-sifat luhur yang disebut

paramita. Ada enam sifat luhur yang disebut sad-paramita, yang ada di

dalam hati nurani seorang Bodhisatva yang memberikan kebahagiaan (Oka

Diputhera, 1997 : 45).

Sad-paramita atau enam sifat luhur itu meliputi:

a. Danaparamita, yaitu sifat luhur yang mendorong orang senang

beramal, beramal untuk orang lain terutama terhadap orang yang

menderita. Danaparamita itu sendiri terdiri atas empat macam,

yaitu : dharmadana, yang berarti amal kebajikan, pengorbanan

untuk kepentingan dharma, untuk kepentingan kebenaran atau

agama; attidana, yang berarti amal kebajikan, pengorbanan dalam

bentuk pengorbanan diri sendiri; mahatidana, yaitu pengorbanan

jiwa raga, demi kepentingan bangsa dan negara; dan amisadana,

yaitu pengorbanan, amal kebajikan dalam bentuk harta benda.

b. Silaparamita,yaitu sifat-sifat luhur yang ada di dalam hati nurani

kita yang senantiasa untuk berbuat baik. Perbuatan ini dapat

terlaksana karena kita mempunyai rasa malu dan rasa takut.

c. Viryaparamita, yaitu sifat luhur yang memberikan dorongan

kepada manusia untuk bersemangat, aktif, bekerja dan belajar.

d. Kshantiparamita, yaitu sifat luhur yang mendorong manusia untuk

tenang dan sabar menghadapi segala macam cobaan hidup.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG ......7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Agama Buddha Secara etimologi kata agama berasal dari

10

e. Dhynaparamita, yaitu sifat luhur yang mendorong manusia untuk

mengheningkan cipta, bermeditasi.

f. Prajnaparamita, yaitu sifat luhur yang pencapaiannya setelah

manusia mempunyai kelima paramita tersebut, yaitu dorongan

berpikir, berkata dan berbuat yang bijaksana (Oka Diputhera, 1997

: 47).

Buddha sebagai salah satu agama tentu memberikan tuntunan kepada

pengikutnya tentang ajaran kebajikan, seperti halnya agama lainnya. Umat

beragama Buddha dituntut untuk berusaha memahami dan menghayati serta

mengamalkan Buddha Dharma dengan berpedoman kepada kitab sucinya.

Sebagai umat beragama Buddha dalam berupaya untuk dapat menghayati

dan mengamalkan Buddha Dharma secara bulat dan utuh, kita harus dapat

memahami ajaran agama Buddha, yang merupakan dasar agama Buddha

yakni ajaran tentang Sraddha (Saddha), Sila dan Bakti (Oka Diputhera,

1997 : 2).

a. Sraddha (Saddha)

Sraddha atau Saddha mempunyai arti keyakinan. Tanpa keyakinan,

seorang pemeluk suatu agama pasti tidak akan sepenuh hati

melaksanakan kewajiban-kewajibannya dengan sempurna. Begitu juga

umat Buddha, karena hal ini kaitannya dengan akal budi manusia. Selaku

umat Buddha wajib mempunyai keyakinan atau iman yang di dalam

agama Buddha disebut Sraddha (Saddha) yang berarti keyakinan,

kepercayaan yang dimiliki oleh umat Buddha, berdasarkan atas

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG ......7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Agama Buddha Secara etimologi kata agama berasal dari

11

pengertian yang benar, bukan kepercayaan yang membuta yang tidak

berdasarkan atas pengertian yang benar. Kebenaran ajaran agama dapat

terbukti melalui pengalaman yang terus menerus yang selanjutnya

tercermin dalam sikap dan tingkah laku. Ajaran Buddha mengenal enam

keyakinan, dan merupakan kewajiban bagi semua pemeluk agama

Buddha. Enam keyakinan tersebut dikenal dengan sebutan Sad-Saddha,

yang terdiri dari: (1) Keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa;

(2) keyakinan terhadap Tri Ratna; (3) keyakinan terhadap Bodhisattva,

Arahat dan Buddha; (4) Keyakinan terhadap adanya Hukum Kasunyatan;

(5) Keyakinan terhadap Kitab Suci; dan (6) Keyakinan terhadap Nirvana

(Nibbana) (Oka Diputhera, 1997 : 4).

b. Sila

Sila adalah perbuatan baik, yang dilakukan melalui pikiran, ucapan

dan badan jasmani, yang tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.

Sebagai seorang penganut agama Buddha wajib memahami dan

melaksanakan perilaku dengan hati nurani yang luhur sehingga

perbuatannya tidak akan berakibat kepada sesuatu yang merugikan pihak

mana pun. Hal ini sesuai dengan ajaran Buddha bahwa manusia susila

menurut Buddha adalah manusia yang dapat berkata dan berbuat serta

berpenghidupan yang benar (Oka Diputhera, 1997 : 4).

c. Bhakti

Kerangka dasar yang ketiga dalam agama Buddha adalah bhakti.

Bhakti artinya ritual, puja bhakti, sembahyang (Oka Diputhera, 1997 : 5).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG ......7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Agama Buddha Secara etimologi kata agama berasal dari

12

Seperti halnya agama yang lainnya yang mengenal atau melakukan

sembahyang, hal ini tidak lain adalah suatu bentuk kegiatan ritual

keagamaan yang tujuan utamanya adalah suatu bentuk nyata pendekatan

diri dengan Tuhan dengan segala pengharapan. Arti dari sembahyang itu

sendiri adalah pernyataan bakti dan memuliakan Allah dengan gerakan-

gerakan badan dan perkataan-perkataan tertentu dimulai dengan takbir

dengan diakhiri dengan taslim atau permohonan (doa) kepada Tuhan

(Moeliono, 1988 : 806). Hanya saja istilah yang dipakai antara agama

yang satu dengan agama yang lain berbeda, tetapi asas dan tujuannya

sama yaitu pendekatan diri kepada Sang Pencipta.

2. Agama Buddha Tantrayana

Agama Buddha Tantrayana merupakan perkembangan lanjutan dari

agama Buddha Mahayana yang dianggap cukup memegang peranan penting

dalam penyebarannya di wilayah India hingga ke Asia sejak awal tahun 400

Masehi. Aliran agama Buddha Tantrayana ini menekankan pada hal akhir

tentang "keselamatan tertinggi / Nibbana" yang dapat dicapai melalui

berbagai macam metode meditasi dan visualisasi (segi pikiran), mantera

(segi ucapan) serta pembentukan mudra (segi jasmani) hasil observasi dan

analisa yang mendalam dari para Guru Akar, dimana hal-hal tersebut harus

dilakukan secara harmonis oleh seorang sadhaka dengan cara berusaha

memahami sifat jati diri ke-Tuhan-an yang absolut dan pemanfaatan

kekuatan alam semesta lewat bimbingan seorang guru spiritual Tantrayana

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG ......7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Agama Buddha Secara etimologi kata agama berasal dari

13

yang ahli (http://bodhi-cahyana.blogspot.com/2008/11/buddha-tantrayana.

html, diunduh tanggal 18 Juni 2014 pukul 20:18).

Aliran Tantrayana bertujuan untuk membersihkan dan mensucikan

dari hati nurani, pikiran dan perbuatan badan jasmani. Dari semua bentuk

proses latihan-latihan yang dikembangkan dalam Tantrayana adalah untuk

mengikis karma buruk dan untuk meningkatkan kebijaksanaan, selanjutnya

akan terlahir sebagai seorang suci. Aliran Buddha Tantrayana Zhenfo Zong

Kasogatan mempercayai adanya bodhisattva (malaikat), darmapala

(pelindung dharma / ajaran) dan dewa-dewa (makhluk suci). pelaksanaan

ritual ibadah ajaran Buddha Kasogatan Tantrayana Zhenfo Zong Kasogatan

dilakukan secara rutin untuk menjalankan sadana (kebaktian), berdana,

membaca mantra-mantra suci. Mantra-mantra ini merupakan parita yang

dipadatkan. Untuk pemuka agama (guru besar) harus memiliki kekuatan

batin dan harus terkondisi dalam keberagaman kebaktian (aktif beribadah).

3. Sinkretisme

Secara etimologis, sinkretisme berasal dari kata syin (dalam bahasa

Arab) dan kretiozein, yang berarti mencampuradukkan unsur-unsur yang

saling bertentangan. Sinkretisme juga ditafsirkan berasal dari bahasa

Inggris, yaitu syncretism yang diterjemahkan campuran, gabungan, paduan

dan kesatuan. Sinkretisme merupakan percampuran antara dua tradisi atau

lebih, dan terjadi lantaran masyarakat mengadopsi suatu kepercayaan baru

dan berusaha untuk tidak terjadi benturan dengan gagasan dan praktik

budaya lama. Terjadinya percampuran tersebut biasanya melibatkan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG ......7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Agama Buddha Secara etimologi kata agama berasal dari

14

sejumlah perubahan pada tradisi-tradisi yang diikutsertakan. Pandangan

Koentjaraningrat (1984 : 310-311), sinkretisme merupakan watak asli

agama Jawi. Hal ini dapat dilihat dalam sejarah perjalanan hidup orang Jawa

sampai sekarang dan bahkan yang akan datang, orang Jawa akan selalu

menerima masukan pengaruh dari luar. Sujito (pendiri Universitas Gadjah

Mada), orang Jawa digambarkan seperti kerbau. Setiap hari, kerbau itu

makan rumput dan daun-daunan. Pada malam harinya, semua jenis makanan

yang telah ditelan dikunyah kembali sambil bertiduran. Gambaran kerbau

mengunyah itu diartikan sebagai unsur-unsur budaya asing yang masuk ke

Jawa, semuanya dapat diterima meskipun harus mengalami penyaringan

dahulu. Diterimanya unsur-unsur asing ke dalam budaya Jawa secara

integrasi inilah menimbulkan suburnya sinkretisme dalam budaya

masyarakat Jawa. Kebudayaan memang merupakan suatu integrasi, yaitu

terpadunya unsur-unsur atau sifat-sifat budaya yang berbeda-beda dalam

suatu kebudayaan. Tentu saja perpaduan ini bukan sekumpulan kebiasaan-

kebiasaan yang terkumpul secara acak-acakan. Hal ini dikarenakan sifat-

sifat atau unsur-unsur yang berbeda tersebut dianggap bersumber pada sifat

adaptif dari kebudayaan (Sutiyono, 2010 : 41-43).

Menurut Suwardi Endraswara, sinkretisme adalah memadukan,

mencampur dan menyelaraskan dua keyakinan atau lebih. Hasil sinkretisme

adalah terbentuknya keyakinan baru yang lebih kental, dalam penggabungan

dapat saja menomorsatukan keyakinannya paling benar, tidak lepas dari

kenisbian, bersifat divergen, bersikap longgar, adaptif dan akomodatif.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG ......7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Agama Buddha Secara etimologi kata agama berasal dari

15

“Penyatuan” dua keyakinan atau lebih. “Penyatuan” tidak harus manunggal,

melainkan hanya pemaduan beberapa unsur saja (Suwardi, 2006 : 78).

Dengan demikian, sinkretisme merupakan campuran, perpaduan, dan

penggabungan dua keyakinan atau lebih. Hasil sinkretisme dapat dilihat

dalam ritual ibadah kebaktian umat Buddha di Wihara Vajra Bumi

Honocoroko, yaitu adanya perpaduan antara keyakinan agama Buddha

dengan keyakinan masyarakat Jawa di Desa Bedono. Mantra-mantra yang

digunakan dalam ritual kebaktian untuk malam tertentu menggunakan

bahasa Jawa dan penentuan waktu pelaksanaan ibadah berdasarkan

perhitungan Jawa.

4. Ritual

Ritual merupakan “agama dalam tindakan”. Iman adalah bagian dari

ritual atau bahkan ritual itu sendiri, iman keagamaan berusaha menjelaskan

makna dari ritual serta memberikan tafsiran dan mengarahkan vitalitas dari

pelaksanaan ritual tersebut (Adeng Muchtar Ghazali, 2011 : 50). Menurut

Oka Diputhera ritual artinya bhakti, puja bhakti, sembahyang (Oka

Diputhera, 1997 : 5).

Ritual merupakan agama dalam tindakan dapat dilihat dalam ritual di

Kelenteng Ban Eng Bio Adiwerna. Masyarakat yang terlibat dalam ritual di

Kelenteng Ban Eng Bio mempunyai sikap dan jiwa religi yang tinggi, yaitu

dengan melaksanakan ritual perayaan Imlek dan kebaktian pada nabi

Konghucu sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Komponen-komponen tersebut tercermin dalam ritual perayaan Imlek dan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG ......7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Agama Buddha Secara etimologi kata agama berasal dari

16

kebaktian pada nabi Konghucu seperti berdoa kepada Tuhan, para dewa dan

nabi Konghucu, bersaji dengan menyiapkan beberapa sesaji yang diperlukan

dalam ritual, makan bersama seperti menjelang detik-detik Imlek dan

bersujud yaitu melakukan sembahyang di depan meja abu dan altar

(http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas/article/view/2308,

diunduh tanggal 2 Oktober 2013 pukul 13:12).

5. Ibadah

Ibadah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perbuatan

untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang didasari ketaatan mengerjakan

perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya (Hasan Alwi, 2007 : 415).

Ibadah umat Buddha meliputi penghormatan di depan patung Buddha

dan mendaraskan doa-doa suci. Tubuh, bahasa, dan pikiran merupakan

unsur integral dalam ibadah umat Buddha maka meditasi yang hening,

ajaran, pemberian persembahan, dan puji-pujian dilakukan. Sebelum

memasuki ruangan pemujaan, yang dilengkapi dengan patung Buddha, para

peserta ibadah menanggalkan sepatu mereka. Mereka mengatur tangannya

sebelum bersujud dengan posisi berlutut bagi umat Buddha Theravada atau

dalam posisi berdiri bagi umat Buddha Tibet. Ada tiga persembahan pokok

yang dapat dipersembahkan, yaitu: persembahan bunga sebagai peringatan

akan kehidupan yang tidak kekal, persembahan lilin untuk mengusir

kegelapan, dan persembahan dupa sebagai peringatan akan keabadian

harumnya ajaran Buddha. Setelah persembahan dilakukan, Tiga Tempat

Perlindungan “Buddha, Dharma, dan Sangha dan Lima Aturan”

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG ......7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Agama Buddha Secara etimologi kata agama berasal dari

17

didaraskan, kemudian beberapa mantra diucapkan lalu dilanjutkan dengan

meditasi. Biasanya juga ada pengajaran sebelum ibadat selesai (Michael

Keene, 2006 : 79).

6. Kebaktian

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan kebaktian adalah rasa

tunduk dan khidmat, perbuatan (pekerjaan) bakti, kesetiaan dan perbuatan

baik seperti berdoa dan menyanyikan puji-pujian (Hasan Alwi, 2007 : 94).

Kebaktian umat Buddha merupakan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha

Esa, yang telah menciptakan langit dan bumi. Menghormati, mengabdikan

diri dan berbakti kepada Sang Buddha, Bodhisattva, Dharmapala dan para

Arya dengan membaca mantra-mantra suci dan bermeditasi.

B. Penelitian Yang Relevan

Jurnal yang ditulis oleh Titin Listiyani pada tahun 2011 dengan judul

“Partisipasi Masyarakat Sekitar dalam Ritual di Kelenteng Ban Eng Bio

Adiwerna” ini membahas tentang pelaksanaan ritual yang dilakukan di

Kelenteng Ban Eng Bio oleh masyarakat Desa Adiwerna. Pelaksanaan ritual di

Kelenteng Ban Eng Bio ini berbeda dengan pelaksanaan ritual di Wihara Vajra

Bumi Honocoro Desa Bedono.

Masyarakat yang terlibat dalam ritual di Kelenteng Ban Eng Bio terbagi

dalam dua kelompok, yaitu masyarakat Tionghoa yang beragama Konghucu

maupun yang beragama Kristen. Masyarakat yang beragama Kristen yaitu

masyarakat Tionghoa yang sudah masuk agama Kristen, namun untuk memuja

leluhur mereka melakukan pemujaan di Kelenteng Ban Eng Bio. Masyarakat

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG ......7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Agama Buddha Secara etimologi kata agama berasal dari

18

yang terlibat dalam ritual di Kelenteng Ban Eng Bio mempunyai sikap dan jiwa

religi yang tinggi, yaitu dengan melaksanakan ritual perayaan Imlek dan

kebaktian pada nabi Konghucu sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan

Yang Maha Esa. Komponen-komponen tersebut tercermin dalam ritual

perayaan Imlek dan kebaktian pada nabi Konghucu seperti berdoa kepada

Tuhan, para dewa dan nabi Konghucu, bersaji dengan menyiapkan beberapa

sesaji yang diperlukan dalam ritual, makan bersama seperti menjelang detik-

detik Imlek dan bersujud yaitu melakukan sembahyang di depan meja abu dan

altar. (http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas/article/view/2308,

diunduh tanggal 2 Oktober 2013 pukul 13:12).

Masyarakat yang terlibat dalam ritual ibadah kebaktian di Wihara Vajra

Bumi Honocoroko Desa Bedono, yaitu masyarakat yang seluruhnya beragama

Buddha dan tinggal di Desa Bedono. Ritual ibadah kebaktian di Wihara Vajra

Bumi Honocoroko dilaksanakan setiap hari Selasa malam dengan komponen

ritual ibadah kebaktian seperti berdoa dengan membaca mantra-mantra suci,

berdana dengan memberikan persembahan kepada wihara dalam bentuk barang

seperti minyak, lilin, buah yang bisa dimanfaatkan dan memainkan gamelan

(karawitan). Pelaksanaan ritual ibadah kebaktian dilakukan di depan altar yang

terdapat sebuah rupaan Buddha (patung Buddha) yaitu merupakan obyek

meditasi yang paling utama.

Perbedaan ritual di Kelenteng Ban Eng Bio Adiwerna dengan ritual di

Wihara Vajra Bumi Honocoroko Desa Bedono dapat dilihat dari segi

keyakinan. Kelenteng Ban Eng Bio Adiwerna ada perpaduan antara masyarakat

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG ......7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Agama Buddha Secara etimologi kata agama berasal dari

19

Tionghoa yang beragama Konghucu dengan beragama Kristen. Masyarakat

beragama Kristen yaitu mereka masyarakat Tionghoa yang sudah masuk

agama Kristen, namun untuk memuja leluhur mereka melakukan pemujaan di

kelenteng Ban Eng Bio. Sedangkan di Wihara Vajra Bumi Honocoroko adanya

perpaduan antara keyakinan agama Buddha dengan keyakinan masyarakat

Jawa di Desa Bedono. Mantra-mantra yang digunakan dalam ritual kebaktian

untuk malam tertentu menggunakan bahasa Jawa, memainkan gamelan

(karawitan) sebelum ritual ibadah dimulai dan penentuan waktu pelaksanaan

ibadah berdasarkan perhitungan Jawa.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG ......7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Agama Buddha Secara etimologi kata agama berasal dari

20

C. Kerangka Berpikir

Perkembangan Agama Buddha di Indonesia

Perkembangan Agama Buddha di Wihara Vajra Bumi Honocoroko

Komunitas

Ibadah Kebaktian Selasa Malam

malam

Waktu

Ibadah

Tata

Urutan

Ibadah

Peralatan

Ibadah

Ritual

Umat

Ibadah

Sarana

Ibadah

Sekte/Aliran

Sinkretisme Buddha-Jawa