29
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 1. Kebutuhan Dasar Manusia Henderson mengembangkan sebuah model keperawatan yang dikenal dengan “The Activities of Living”. Model ini menjelaskan bahwa tugas perawat adalah membantu individu dalam meningkatkan kemandiriannya secepat mungkin. Perawat menjalankan tugasnya secara mandiri, tidak tergantung pada dokter. Akan tetapi, perawat tetap menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien. Menurut Henderson, kebutuhan dasar manusia terdiri atas 14 komponen yang merupakan komponen penanganan perawatan. Keempat belas kebutuhan tersebut sebagai berikut : a. Bernafas secara normal b. Makan dan minum yang cukup c. Eliminasi (buang air besar dan kecil) d. Bergerak dan mempertahankan postur yang diinginkan e. Tidur dan istirahat f. Memilih pakaian yang tepat g. Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran yang normal dengan menyesuaikan pakaian yang digunakan dan memodifikasi lingkungan h. Menjaga kebersihan diri dan penampilan i. Menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari membahayakan orang lain j. Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi, kebutuhan, kekhawatiran, dan opini. k. Beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan l. Bekerja sedemikian rupa sebagai modal untuk membiayai kebutuhan hidup m. Bermain atau berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/190/3/BAB II.pdf · menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien. Menurut

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/190/3/BAB II.pdf · menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien. Menurut

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar

1. Kebutuhan Dasar Manusia

Henderson mengembangkan sebuah model keperawatan yang

dikenal dengan “The Activities of Living”. Model ini menjelaskan bahwa

tugas perawat adalah membantu individu dalam meningkatkan

kemandiriannya secepat mungkin. Perawat menjalankan tugasnya secara

mandiri, tidak tergantung pada dokter. Akan tetapi, perawat tetap

menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien.

Menurut Henderson, kebutuhan dasar manusia terdiri atas 14

komponen yang merupakan komponen penanganan perawatan. Keempat

belas kebutuhan tersebut sebagai berikut :

a. Bernafas secara normal

b. Makan dan minum yang cukup

c. Eliminasi (buang air besar dan kecil)

d. Bergerak dan mempertahankan postur yang diinginkan

e. Tidur dan istirahat

f. Memilih pakaian yang tepat

g. Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran yang normal dengan

menyesuaikan pakaian yang digunakan dan memodifikasi lingkungan

h. Menjaga kebersihan diri dan penampilan

i. Menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari membahayakan

orang lain

j. Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi,

kebutuhan, kekhawatiran, dan opini.

k. Beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan

l. Bekerja sedemikian rupa sebagai modal untuk membiayai kebutuhan

hidup

m. Bermain atau berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/190/3/BAB II.pdf · menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien. Menurut

8

n. Belajar, menemukan, atau memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah

pada perkembangan yang normal, kesehatan, dan penggunaan fasilitas

kesehatan yang tersedia.

(Virginia Henderson dalam Budino, & Pertami, S. 2015)

2. Pengertian Kebutuhan Nutrisi

Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat lain yang berhubungan dengan

kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh

manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan

hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting

dalam tubuh, serta mengeluarkan sisanya. (Tarwoto dan Wartonah 2015)

Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan terhadap proses pemasukan

dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan

energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh.

(Alimul, A. Aziz dan Uliyah, M. 2012)

3. Kebutuhan Nutrisi Pada Pasien Hepatitis

a. Tujuan Pemberian Nutrisi Pada Pasien Hepatitis

Tujuan pemberian nutrisi pada pasien dengan Penyakit Hati dan

Hepatitis adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi

optimal tanpa memperberatkan fungsi hati, dengan cara :

1) Menghindari atau mengurangi kerusakan hati yang permanen.

2) Meningkatkan regenerasi jaringan hati dengan memberikan kalori

dan protein dalam jumlah yang memadai.

3) Mempertahankan atau memperbarui simpanan nutrien dalam

tubuh.

4) Mengurangi gejala yang menimbulkan gangguan rasa nyaman.

5) Mencegah atau mengurangi komplikasi asites, varises, esofagus

dan ensefalopati hepatik yang berlanjut dengan koma hepatik.

(Andry Hartono, 2006).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/190/3/BAB II.pdf · menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien. Menurut

9

b. Macam-macam Nutrisi bagi penderita Hepatitis

Nutrisi yang dibutuhkan bagi manusia menurut Pakar Gizi

Indonesia (2017), yaitu :

1) Karbohidrat

Menurut WHO/FAO dikutip dalam buku Pakar Gizi Indonesia

(2017), kebutuhan karbohidrat dalam sehari berkisar antara 55%

hingga 75% dari total konsumsi energi yang berasal dari berbagai

makanan, diutamakan dari karbohidrat kompleks dan sekitar 10%

dari karbohidrat sederhana.

Pada penderita Hepatitis diberikan karbohidrat tinggi untuk

mencegah pemecahan protein, yang diberikan bertahap sesuai

dengan kemampuan pasien, yaitu 40-45 kkal/KgBB. (Asosiasi

Dietisien Indonesia, 2010)

2) Lemak

Pada manusia sehat kebutuhan lemak yang dibutuhkan setiap

hari yaitu lemak total antara 20% dan 35% kalori total dengan

sebagian besar lemak berasal dari asam lemak jenuh ganda atau

asam lemak jenuh tunggal.

Pada penderita Hepatitis diberikan Lemak cukup, yaitu 20-25%

dari kebutuhan energi total, dalam bentuk yang mudah dicerna atau

dalam bentuk emulsi. Bila pasien mengalami steatorea, gunakan

lemak dengan asam lemak rantai sedang (Medium Chain

Triglyceridel MCT). (Asosiasi Dietisien Indonesia, 2010)

3) Protein

Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi tahun 2012 dalam Pakar

Gizi Indonesia (2017), kebutuhan protein untuk orang Indonesia

dihitung berdasarkan berat badan aktual, sehingga didapatkan rata-

rata kecukupan protein untuk orang dewasa diatas 18 tahun adalah

sekitar 1,0-1,2 g/kg BB/hari, sedangkan untuk anak usia 10-18

tahun kecukupan protein rata-rata adalah 1,2-1,7 g/Kg BB/hari,

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/190/3/BAB II.pdf · menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien. Menurut

10

sedangkan untuk bayi hingga anak usia 9 tahun rata-rata

kecukupan protein adalah 1,8 - 2 g/Kg BB/hari.

Pada penderita Hepatitis diberikan Protein agak tinggi, yaitu

1,25 - 1,5 g/Kg BB agar terjadi anabolisme protein. Pada kasus

Hepatitis Fulminan dengan nekrosis dan gejala ensefalopati yang

disertai peningkatan amoniak dalam darah, pemberian protein

harus dibatasi untuk mencegah koma, yaitu sebanyak 30 - 40

g/hari. (Asosiasi Dietisien Indonesia, 2010)

4) Vitamin

Vitamin merupakan komponen organik yang dibutuhkan tubuh

dalam jumlah kecil dan tidak dapat diproduksi dalam tubuh.

Vitamin sangat berperan dalam proses metabolisme karena

fungsinya sebagai katalisator.

Vitamin pada penderita Hepatitis diberikan sesuai dengan

tingkat defisiensi. Bila perlu, diberikan suplemen vitamin B

kompleks, C, dan K serta mineral seng dan zat besi bila ada

anemia. (Asosiasi Dietisien Indonesia, 2010)

5) Air

Air membentuk 60 - 70% berat tubuh total. Setiap hari, sekitar

2 liter air masuk ke tubuh kita melalui minum, sedangkan cairan

digestif yang diproduksi oleh berbagai organ saluran pencernaan

sekitar 8 - 9 liter, sehingga sekitar 10 - 11 liter cairan yang masuk,

hanya 50-200 ml yang dikeluarkan melalui feses, selebihnya

direabsorpsi.

Cairan pada penderita Hepatitis diberikan lebih dari biasa >2

liter/hari, kecuali bila ada kontraindikasi. (Asosiasi Dietisien

Indonesia, 2010)

c. Keseimbangan energi

Energi merupakan kapasitas untuk melakukan sebuah aktivitas,

dapat diukur melalui pembentukan panas. Energi pada manusia dapat

diperoleh dari berbagai masukan zat gizi, diantaranya protein,

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/190/3/BAB II.pdf · menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien. Menurut

11

karbohidrat, lemak, maupun bahan makanan yang disimpan dalam

tubuh. Tubuh memerlukan keseimbangan energi untuk melakukan

sebuah aktivitas. Keseimbangan tersebut dapat dihitung melalui

kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan seseorang, kebutuhan kalori

dasar/basal, dan tingkat aktivitas.

Tabel 2.1. Rumus Keseimbangan energi (A.Aziz Alimul dan

Uliyah, M. 2012)

Rumus = Berat Badan Ideal x 10

KKB (Kebutuhan Kalori Basal)

d. Status Nutrisi

Karakteristik status nutrisi ditentukan melalui adanya

Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index – BMI) dan Berat Badan

Ideal (Ideal Body Weight – IBW )

a) Body Mass Index (BMI)

Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang

dengan tinggi badan. BMI dihubungkan dengan total lemak

dalam tubuh dan sebagai panduan untuk mengkaji kelebihan

berat badan dan obesitas.

Tabel 2.2 Rumus BMI diperhitungkan (Tarwoto dan

Wartonah, 2015) :

BB (Kg) BB (pon) x 704,5

TB2 (Cm) Atau TB (inchi)2

b) Ideal Body Weight (IBW)

Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam fungsi

tubuh yang sehat.

Tabel 2.3 Rumus IBW diperhitungkan (Tarwoto dan

Wartonah, 2015) :

(TB – 100) + 10%

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/190/3/BAB II.pdf · menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien. Menurut

12

e. Cara Menentukan AMB (Angka Metabolisme Bassal)

AMB (Angka Metabolisme Bassal) dipengaruhi oleh umur,

berat badan, dan tinggi badan. Ada beberapa cara menentukan

AMB, yaitu :

a) Menggunakan Rumus Harris Benedict (1919)

Laki-laki = 66+ (13,7xBB) + (5+TB) - (6,8 x U)

Perempuan = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) - (4,7 x U)

Keterangan :

BB = Berat badan dalam Kg

TB = Tinggi badan dalam Cm

U = Umur dalam tahun

b) Cara cepat (2 cara)

(1) Laki-laki = 1 kkal x kg BB x 24 jam

Perempuan = 0,95 kkal x kg BB x 24 jam

(2) Laki-laki = 30 kkal x kg BB

Perempuan = 25 kkal x kg BB

(Tarwoto dan Wartonah, 2015)

f. Jenis Diet Hati dan Indikasi Pemberian

1) Diet Hati I

Diet Hati I diberikan bila pasien dalam keadaan akut atau bila

prekoma sudah dapat diatasi dan pasien sudah mulai mempunyai

nafsu makan. Melihat keadaan pasien makanan diberikan dalam

bentuk cincang atau lunak. Pemberian protein dibatasi (30g/hari)

dan lemak diberikan dalam bentuk mudah dicerna. Formula enteral

dengan asam amino rantai cabang (Branched Chain Amino Acid/

BCAA) yaitu leusin, isoleusin, dan valin dapat digunakan. Bila ada

asites dan diuresis belum sempurna pemberian cairan maksimal 1

liter/hari.

Makanan ini rendah energi, protein, kalsium, zat besi, dan

tiamin, karena itu sebaiknya diberikan selama beberapa hari saja.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/190/3/BAB II.pdf · menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien. Menurut

13

Menurut beratnya retensi garam atau air, makanan diberikan

sebagai Diet Hepatitis I Garam Rendah. Bila ada asites hebat dan

tanda-tanda diuresis belum membaik, diberikan diet garam rendah

I. Untuk menambah kandungan energi, selain makanan per oral

juga diberikan makanan parenteral berupa cairan glukosa.

(Asosiasi Dietisien Indonesia, 2010)

Standar diet Hati I diberikan energi sebanayak 1500 KAL,

yaitu Protein 28 gram, Lemak 30 gram, dan karbohidrat 274 gram.

(Hendra Utama, 2013)

2) Diet Hati II

Diet Hati II diberikan sebagai makanan perpindahan dari

Diet Hati I kepada pasien yang nafsu makannya cukup. Menurut

keadaan pasien, makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa.

Protein diberikan 1 g/Kg BB dan lemak sedang (20-25% dari

kebutuhan energi total) dalam bentuk yang mudah dicerna.

Makanan ini cukup mengandung energi, zat besi, vitamin A dan C,

tetapi kurang kalsium dan tiamin. Menurut beratnya retensi garam

atau air, makanan diberikan sebagai Diet Hati II garam rendah.

Bila asites hebat dan diuresis belum baik, diet mengikuti pola Diet

Garam Rendah I. (Asosiasi Dietisien Indonesia, 2010)

Standar diet Hati II diberikan energi sebanyak 2100 KAL,

yaitu Protein 52 gram, lemak 45 gram, dan Karbohidrat 365 gram.

(Hendra Utama, 2013)

3) Diet Hati III

Diet Hati III diberikan sebagai makanan perpindahan dari

Diet Hati II atau kepada pasien Hepatitis Akut (Hepatitis

Infeksiosa/A dan Hepatitis Serum/B) yang nafsu makannya telah

baik dan telah dapat menerima protein. Dan diberikan menurut

kesanggupan pasien, makanan diberikan dalam bentuk lunak atau

biasa. Makanan ini mengandung cukup energi, protein, lemak,

mineral dan vitamin tapi tinggi karbohidrat. Menurut beratnya

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/190/3/BAB II.pdf · menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien. Menurut

14

retensi garam atau air, makanan diberikan sebagai Diet Hati III

Garam Rendah I. (Asosiasi Dietisien Indonesia, 2010)

Standar diet Hati III diberikan energi sebanyak 2300 KAL,

yaitu protein 74 gram, lemak 60,5 gram, dan karbohidrat 383 gram.

(Hendra Utama, 2013)

g. Bahan Makanan Yang Dibatasi

Bahan makanan yang dibatasi untuk Diet Hati I, II, III adalah dari

sumber lemak, yaitu semua makanan dan daging yang banyak

mengandung lemak dan santan serta bahan makanan yang

menimbulkan gas seperti ubi, kacang merah, kol, sawi, lobak, ketimun,

durian, dan nangka. (Asosiasi Dietisien Indonesia , 2010)

h. Bahan Makanan Yang Tidak Dianjurkan

Bahan makanan yang tidak dianjurkan untuk Diet Hepatitis I, II,

dan III adalah makanan yang mengandung alkohol, teh, atau kopi

kental. (Asosiasi Dietisien Indonesia , 2010)

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/190/3/BAB II.pdf · menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien. Menurut

15

B. Tinjauan Asuhan Keperawatan

Pengkajian keperawatan yang dilakukan pada pasien Hepatitis menurut

Yasmara dan Arafat (2017) , adalah :

1. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas Pasien

Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,

pendidikan, status perkawinan, agama, pekerjaan, tanggal dan jam

masuk Rumah Sakit, nomor register, dan diagnosa medis.

b. Keluhan Utama

Keluhan utama yang ditemukan pada penderita Hepatitis adalah

penurunan nafsu makan, mual, muntah, lemah dan cepat lelah, demam,

nyeri perut, sakit kepala dan pruritus.

c. Riwayat kesehatan

1) Riwayat penyakit dahulu

Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang berhubungan

dengan penderita Hepatitis, misalnya pernah mengalami sakit

hepatitis atau tidak, apakah ada riwayat kontak dengan penderita

Hepatitis, apakah ada riwayat penggunaan alkohol dan obat-obatan

terlarang, dan tanyakan apakah pernah mendapat transfusi darah

atau cuci darah.

2) Riwayat penyakit sekarang

Pengkajian riwayat sekarang atau saat ini meliputi alasan

pasien yang menyebabkan terjadinya gangguan, seperti : anoreksia,

nafsu makan menurun, mual, muntah, nyeri pada perut bagian atas,

terjadi penurunan berat badan, demam, kelemahan, mudah lelah

dengan malaise umum

3) Riwayat penyakit keluarga

Pengkajian riwayat penyakit keluarga pada pasien Hepatitis

adalah apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah

menderita penyakit Hepatitis, Sirosis Hati, Kanker Hati, atau

penyakit lainnya.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/190/3/BAB II.pdf · menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien. Menurut

16

4) Pengkajian pola kesehatan fungsional

a) Nutrisi

Skirining nutrisi merupakan metode untuk mengidentifikasi

adanya gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi. Dilakukan

dengan mengukur tinggi badan, berat badan, perubahan berat

badan, dan diagnosis primer. Dan identifikasi adanya gejala

yang mempengaruhi perubahan nutrisi, misalnya : mual,

muntah, dan diare, peningkatan edema, asites, berat badan

menurun.

b) Sirkulasi

Pada pengkajian sirkulasi pasien dengan Hepatitis,

ditemukan adanya bradikardi (hiperbirilubin berat) dan ikterik

pada sklera kulit dan membran mukosa.

c) Pola aktivitas dan latihan

Meliputi kemampuan ADL, seperti makan, minum,

toileting, mobilisasi ditempat tidur, kemampuan berpindah,

serta ambulasi. Pada pasien Hepatitis didapatkan adanya

kelemahan, kelelahan, dan malaise umum.

d) Nyeri dan kenyamanan

Pada pengkajian nyeri dan kenyamanan pada pasien dengan

Hepatitis, didapatkan nyeri dan kram abdomen, nyeri pada

kuadran atas, nyeri tekan pada abdomen karena adanya

pembesaran hati, mialgia, atralgia, sakit kepala, gatal (pruritus)

dan gelisah.

e) Eliminasi

Pada pengkajian sistem eliminasi pasien Hepatitis,

ditemukan adanya urine berwarna gelap, dan feses berwarna

tanah liat.

f) Neurosensori

Didapatkan adanya peka terhadap rangsangan, cenderung

tidur, letargi, dan asteriksis.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/190/3/BAB II.pdf · menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien. Menurut

17

5) Pemeriksaan fisik

Penampilan fisik pada pasien dengan Hepatitis dapat dilihat

dari aspek-aspek berikut :

a) Keadaan umum : apatis, kelemahan, dan malaise umum.

b) Keadaan kulit : teraba hangat, ikterik pada kulit, ruam, bercak

eritema, atau gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak.

c) Keadaan bibir : kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, ikterus pada

membran mukosa.

d) Keadaan mata : konjungtiva pucat, kering, ikterus.

e) Keadaan perut : permukaan perut, adanya garis vena, peristaltik

usus, pembesaran hati atau limfe, nyeri tekan pada abdomen,

splenomegali.

f) Fungsi gastrointestinal : anoreksia, konstipasi, diare,

pembesaran liver atau lien.

g) Pengukuran Tanda-Tanda Vital : Demam 37,8oC-38,9

oC.

6) Pengkajian Kebutuhan Nutrisi

Pengkajian kebutuhan nutrisi menurut Lyndon Saputra

(2015), dapat dikaji dengan menggunakan pedoman A-B-C-D,

yaitu :

a) Pengukuran Antropometrik

Pengukuran ini meliputi pengukuran tinggi badan, berat

badan, dan lingkar lengan. Pada umumnya, berat untuk pria

lebih dari berat badan seorang wanita walaupun tingginya

sama. Ini disebabkan pria mempunyai presentase jaringan dan

struktur tulang yang berbeda.

Metode khusus yang sering digunakan untuk mengukur

besar tubuh seseorang adalah area kulit yang berada di atas otot

trisep. Pada umumnya, wanita mempunyai lipatan kulit yang

lebih tebal di daerah ini.

(1) Berat badan ideal = (TB-100) + 10%

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/190/3/BAB II.pdf · menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien. Menurut

18

(2) Lingkar lengan atas (MAC) :

Nilai normal :

Wanita = 28,5 cm

Pria = 28,3 cm

(3) Lipatan kulit pada otot trisep (TSF)

Nilai normal

Wanita = 16,5- 18 cm

Pria = 12,5-16,5 cm

(4) Body Mass Index (BMI)

Merupakan ukuran dari gambaran berat badan

seseorang dengan tinggi badan. BMI dihubungkan dengan

total lemak dalam tubuh dan sebagai panduan untuk

mengkaji kelebihan berat badan dan obesitas.

Tabel 2.4 Rumus BMI diperhitungkan :

BB (Kg) BB (pon) x 704,5

TB2 (Cm) Atau TB (inchi)2

Pada pemeriksaan BMI pada pasien Hepatitis

dengan masalah kebutuhan nutrisi akan ditemukan hasil

BMI = Kurus (<18,5).

Dengan kategori :

(a) Dibawah 18,5 = Berat badan kurang

(b) 18,5 - 22,9 = Berat badan normal

(c) 23 – 29,9 = Berat badan berlebih (kecenderungan

obesitas)

(d) 30 keatas = obesitas

b) Data biomedis

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan data

biomedis antara lain kadar total limfosit, albumin serum, zat

besi, transferin serum, kreatinin, hemoglobin, hematokrit,

keseimbangan nitrogen, dan tes antigen kulit.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/190/3/BAB II.pdf · menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien. Menurut

19

c) Tanda-tanda klinis status nutrisi

Tanda klinis status gizi dapat dilihat antara lain dari

pemeriksaan fisik. Ciri fisik penderita defisiensi nutrisi antara

lain berat badan menurun, lemah, lesu, dehidrasi, dan

pertumbuhan terhambat.

d) Diet

Untuk mengetahui riwayat diet seseorang, perawat dapat

melakukan wawancara atau kuisioner untuk mengetahui status

gizi, kesehatan, sosial-ekonomi, dan budaya atau kebiasaan

orang tersebut yang berpengaruh terhadap status nutrisinya.

Bagian yang perlu diketahui antara lain riwayat makanan,

kemampuan makan, pengetahuan tentang nutrisi, dan tingkat

aktivitas.

7) Pemeriksaan laboratorium

a) Hemoglobin (Hb) : pada laki-laki didapatkan Hb menurun

(<14g/dL) dan pada perempuan didapatkan Hb menurun (<12

g/dL)

b) Enzim-enzim serum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH :

meningkat pada kerusakan sel hati.

c) Kadar aminotransferase aspartat serum dan amino

transferasealanin meningkat.

d) Kadar birilubin total dan direk (disertai kolestasis) meningkat.

e) Hitung leukosit meningkat.

f) Hitung eosinofil meningkat (kemungkinan jenis hepatitis non-

virus karena obat).

g) Pada dugaan hepatitis virus, profil hati dilakukan rutin,

hasilnya mengidentifikasi antibodi spesifik terhadap virus

penyebab dan menentukan tipe hepatitis :

(a) Tipe A - deteksi antibodi terhadap Hepatitis A.

(b) Tipe B - adanya antigen permukaan Hepatitis B dan

antibodi Hepatitis B.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/190/3/BAB II.pdf · menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien. Menurut

20

(c) Tipe C - diagnosis bergantung pada pemeriksaan seroligis,

untuk antibodi spesifik dalam satu bulan atau lebih setelah

awitan penyakit akut.

(d) Tipe D - deteksi antigen delta intrahepatik atau antigen

antidelta imunoglobulin (Ig) M pada penyakit akut (atau

penyakit kronis Ig M dan Ig G.

(e) Tipe G - deteksi asam ribonukleat Hepatitis G

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang terjadi pada penderita Hepatitis

berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI, 2017),

sebagai berikut :

a. Defisit nutrisi berhubungan dengan kegagalan masukan untuk

memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual, muntah

Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

metabolisme.

Penyebab :

1) Ketidakmampuan menelan makanan

2) Ketidakmampuan mencerna makanan

3) Ketidakmampuan mengabsorbsi makanan

4) Peningkatan kebutuhan metabolisme

5) Faktor ekonomi (misalnya : finansial tidak mencukupi)

6) Faktor psikologis (misalnya : stress, keengganan untuk makan)

Gejala dan Tanda Mayor

1) Subjektif : tidak tersedia

2) Objektif : Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang

normal

Gejala dan Tanda Minor

1) Subjektif :

a) Kram/nyeri abdomen

b) Nafsu makan menurun

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/190/3/BAB II.pdf · menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien. Menurut

21

c) Cepat kenyang setelah makan

2) Objektif :

a) Otot pengunyah lemah

b) Otot menelan lemah

c) Membran mukosa pucat

d) Bising usus hiperaktif

e) Serum albumin turun

f) Rambut rontok berlebihan

b. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi hepar

Definisi : suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.

Penyebab :

1) Terpapar lingkungan panas

2) Dehidrasi

3) Proses penyakit (misalnya infeksi, kanker)

4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan

5) Peningkatan laju metabolisme

6) Respon trauma

7) Aktivitas berlebihan

8) Penggunaan inkubator

Gejala dan Tanda Mayor :

1) Gejala subjektif : (tidak tersedia)

2) Objektif : suhu tubuh diatas nilai normal

Gejala dan Tanda Minor :

1) Gejala subjektif : (tidak tersedia)

2) Objektif :

a) Kejang

b) Kulit merah

c) Takikardi

d) Takipnea

e) Kulit terasa hangat

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/190/3/BAB II.pdf · menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien. Menurut

22

c. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami

inflamasi hati

Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak

atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung

kurang dari 3 bulan.

Penyebab :

1) Agen cedera kimiawi ( misalnya : terbakar, bahan kimia iritan)

2) Agen cedera fisiologis (misalnya : inflamasi, iskemia, neoplasma)

3) Agen cedera fisik (misalnya : abses, amputasi, terbakar, terpotong,

mengangkat benda berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik

berlebihan).

Gejala dan Tanda Mayor

1) Subjektif : Mengeluh nyeri

2) Objektif :

a) Tampak meringis

b) Bersikap protektif (misalnya waspada, posisi menghindari

nyeri)

c) Gelisah

d) Frekuensi nadi meningkat

e) Sulit tidur

Gejala dan tanda minor

1) Subjektif : (tidak tersedia)

2) Objektif :

a) Tekanan darah meningkat

b) Pola napas berubah

c) Nafsu makan berubah

d) Proses berpikir terganggu

e) Menarik diri

f) Berfokus pada diri sendiri

g) Diaforesis

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/190/3/BAB II.pdf · menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien. Menurut

23

3. Rencana Keperawatan

Rencana tindakan keperawatan pada pasien Hepatitis menurut Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI, 2018) yaitu :

Tabel 2.5 Rencana Keperawatan

No Diagnosa

keperawatan

Tujuan dan kriteria

hasil

Intervensi Utama Intervensi Pendukung

1 Defisit nutrisi

berhubungan

dengan

kegagalan

masukan

untuk

memenuhi

kebutuhan

metabolik

karena

anoreksia,

mual, muntah

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan

selama 3x24 jam,

diharapkan

kebutuhan nutrisi

terpenuhi.

Kriteria Hasil :

a. Adanya

peningkatan

berat badan

sesuai tujuan

b. Berat badan ideal

sesuai tinggi

badan

c. Mampu

mengidentifikasi

kebutuhan nutrisi

Manajemen Nutrisi

Observasi

1. Identifikasi status

nutrisi

2. Identifikasi alergi

dan intoleransi

makanan

3. Identifikasi makanan

yang disukai

4. Identifikasi jenis

nutrien

5. Monitor asupan

makanan

6. Monitor berat badan

Terapeutik

1. Lakukan oral

hygiene sebelum

makan

2. Sajikan makanan

secara menarik dan

suhu yang sesuai

Edukasi

1. Anjurkan posisi

duduk, jika perlu

2. Ajarkan diet yang

diprogramkan

Kolaborasi

1. Kolaborasi

pemberian medikasi

sebelum makan

(misalnya,

antiemetik), jika

perlu

2. Kolaborasi dengan

ahli gizi untuk

menentukan jumlah

kalori dan jenis

nutrien yang

dibutuhkan

1. Manajemen muntah

a. Identifikasi

karakteristik

muntah

b. Periksa volume

muntah

c. Identifikasi

penyebab muntah

d. Kurangi atau

hilangkan keadaan

penyebab muntah

e. Atur posisi untuk

mencegah aspirasi

f. Berikan

kenyamanan

selama muntah

2. Pemberian makan

3. Edukasi diet

4. Konseling nutrisi

5. Pemantauan nutrisi

6. Manajemen energi

2 Hipertermia

berhubungan

dengan

inflamasi

hepar

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan

selama 3x24 jam,

diharapkan suhu

tubuh dalam rentang

normal.

Kriteria hasil :

Manajemen

Hipertermia

Observasi

1. Identifikasi

penyebab

hipertermia

2. Monitor suhu tubuh

1. Edukasi analgesia

terkontrol

2. Edukasi dehidrasi

3. Edukasi pengukuran

suhu tubuh

4. Edukasi program

pengobatan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/190/3/BAB II.pdf · menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien. Menurut

24

a) Suhu tubuh

dalam

rentang

normal

b) Nadi dan RR

dalam

rentang

normal

c) Tidak ada

perubahan

warna kulit

dan tidak

ada pusing

3. Monitor haluaran

urine

4. Monitor komplikasi

akibat hipertermia

Terapeutik

1. Sediakan lingkungan

yang dingin

2. Longgarkan atau

lepaskan pakaian

pasien

3. Basahi dan kipasi

bagian tubuh

4. Berikan cairan oral

5. Ganti linen setiap

hari atau lebih sering

6. Lakukan

pendinginan

eksternal

Edukasi

1. Anjurkan tirah

baring

Kolaborasi

1. Kolaborasi

pemberian cairan

intravena, bila perlu.

5. Edukasi terapi cairan

6. Edukasi termoregulasi

7. Kompres dingin

8. Manajemen cairan

9. Pemberian obat

10. Pemberian obat

intravena

11. Pemberian obat oral

12. Pencegahan

hipertermi keganasan

3 Nyeri akut

berhubungan

dengan

pembekakan

hepar yang

mengalami

inflamasi hati

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan

selama 3x24 jam,

diharapkan nyeri

berkurang.

Kriteria hasil :

a) Mampu

mengontrol

nyeri

b) Melaporkan

bahwa nyeri

berkurang

c) Mampu

mengenali

nyeri

d) Mengatakan

rasa nyaman

setelah nyeri

berkurang

Manajemen nyeri

Observasi

1. Identifikasi lokasi,

karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri

2. Identifikasi skala

nyeri

3. Identifikasi faktor

yang memperberat

dan memperingan

nyeri

4. Identifikasi

pengetahuan dan

keyakinan tentang

nyeri

5. Identifikasi

pengaruh budaya

terhadap respon

nyeri

6. Monitor efek

samping

penggunaan

analgetik

Terapeutik

1. Berikan teknik

nonfarmakologis

untuk mengurangi

nyeri

2. Kontrol lingkungan

1. Aromaterapi

2. Dukungan hipnosis

diri

3. Edukasi manajemen

nyeri

4. Edukasi proses

penyakit

5. Edukasi teknik napas

6. Kompres dingin

7. Kompres hangat

8. Konsultasi

9. Latihan pernafasan

10. Manajemen

kenyamanan

lingkungan

11. Pemantauan nyeri

12. Pemberian obat

13. Pemberian obat

intravena

14. Pemberian obat oral

15. Pengaturan posisi

16. Teknik distraksi

17. Terapi musik

18. Terapi relaksasi

19. Terapi sentuhan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/190/3/BAB II.pdf · menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien. Menurut

25

yang dapat

mempengaruhi nyeri

3. Fasilitasi istirahat

dan tidur

4. Pertimbangkan jenis

dan sumber nyeri

dalam pemilihan

strategi meredakan

nyeri

Edukasi

1. Jelaskan penyebab

dan pemicu nyeri

2. Jelaskan strategi

meredakan nyeri

3. Ajarkan teknik

nonfarmakologis

untuk mengurangi

nyeri

Kolaborasi

1. Kolaborasi

pemberian analgetik,

jika perlu

4. Implementasi

Tahap implementasi asuhan keperawatan adalah kegiatan implementasi

dari perencanaan intervensi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan

emosional. (Nursalam, 2008). Jenis-jenis tindakan pada tahap implementasi

adalah :

b. Secara mandiri (independent)

Adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk

dan instruksi dari dokter atau profesi kesehatan lainnya.

c. Saling ketergantungan (interdependent)

Adalah kegiatan yang memerlukan kerja sama dengan profesi kesehatan

lainnya seperti tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi, dan dokter.

d. Rujukan/ketergantungan (dependent)

Adalah kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan rencana

tindakan medis. Tindakan tersebut mendandakan suatu cara dimana

tindakan medis dilaksanakan.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/190/3/BAB II.pdf · menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien. Menurut

26

5. Evaluasi

Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah

ketika pasien dan petugas kesehatan menentukan kemajuan pasien menuju

pencapaian tujuan/hasil, dan keefektifan rencana asuhan keperawatan.

Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang

ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan harus

diakhiri, dilanjutkan, atau diubah.

(Kozier & Barbara, 2010)

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/190/3/BAB II.pdf · menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien. Menurut

27

C. Tinjauan Konsep Penyakit

1. Definisi Hepatitis

Hepatitis adalah radang hati yang disebabkan oleh virus. Virus

Hepatitis terdapat 4 jenis, yaitu Hepatitis A, Hepatitis B, Hepatitis C,

Hepatitis E. Diantara keempat Hepatitis tersebut yang paling berbahaya

adalah Hepatitis B, karena virus ini intinya dapat menyatu dengan inti sel

hati dan hal itu memungkinkan terjadinya keganasan atau kanker hati

dikemudian hari (Ngastiyah, 1995 dalam Riyadi, S. 2011).

Hepatitis adalah peradangan pada hati (Liver) yang disebabkan oleh

virus. Virus Hepatitis termasuk virus hepatotropik yang dapat

mengakibatkan Hepatitis A (HAV), Hepatitis B (HBV), Hepatitis C

(HCV), Delta Hepatitis (HDV), Hepatitis E (HEV), Hepatitis F dan

Hepatitis G (Yuliana Elin, 2009 dalam Nanda, Nic-Noc, 2015).

Hepatitis adalah peradangan hati karena berbagai sebab. Penyebab

tersebut adalah beberapa jenis virus yang menyerang dan menyebabkan

peradangan serta merusak sel-sel organ hati. Hepatitis yang berlangsung

kurang dari 6 bulan disebut Hepatitis Akut, Hepatitis yang berlangsung

lebih dari 6 bulan disebut Hepatitis Kronis. (Sunaryati, 2011)

2. Etiologi

Faktor penyebab terjadinya Hepatitis berdasarkan jenisnya menurut

Riyadi, S. (2011) adalah sebagai berikut :

a. Hepatitis A

Virus Hepatitis A terutama menyebar melalui tinja. Penyebaran ini

terjadi akibat buruknya tingkat kebersihan. Di negara-negara

berkembang sering terjadi wabah yang penyebarannya terjadi melalui

air dan makanan.

b. Hepatitis B

Virus Hepatitis B ditularkan melalui darah atau produk darah.

Penularannya tidak semudah Hepatitis A. Penularan biasanya terjadi

diantara para pemakai obat yang menggunakan jarum suntik secara

bersamaan, atau diantara mitra seksual. Selain itu pula bisa

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/190/3/BAB II.pdf · menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien. Menurut

28

menularkan virus kepada bayi selama proses persalinan. Hepatitis B

bisa ditularkan oleh orang sehat yang membawa virus Hepatitis B.

c. Hepatitis C

Menyebabkan minimal 80% kasus Hepatitis akibat transfusi darah.

Virus Hepatitis C ini paling sering ditularkan melalui pemakai obat

yang menggunakan jarum bersama-sama. Jarang terjadi penularan

melalui hubungan seksual. Untuk alasan yang masih belum jelas,

penderita penyakit hati alkoholik seringkali menderita Hepatitis C.

d. Hepatitis E

Virus Hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang menyerupai

Hepatitis A, yang hanya terjadi di negara-negara belakang.

3. Patofisiologi

Pada umumnya gejala Hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap yaitu fase

inkubasi, prodromal (pra-ikterik), fase ikterus, dan fase konvalesen

(penyembuhan).

a. Fase inkubasi, merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya

gejala atau ikterus. Fase ini berbeda-beda lamanya untuk tiap virus

Hepatitis.

b. Fase prodomal (pra-ikterik), merupakan fase diantara timbulnya

keluhan-keluhan pertama dan timbulnya gejala ikterus. Keluhan umum

yang timbul pada fase ini biasanya malaise umum, nyeri otot, nyeri

sendi, mudah lelah, gejala saluran napas atas, anoreksia, mual, muntah,

demam derajat rendah, nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap

dikuadran kanan atas atau epigastrium.

c. Fase ikterus. Fase ini muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga

muncul bersamaan dengan munculnya gejala. Pada banyak kasus fase

ini tidak terdeteksi. Setelah timbul ikterus jarang terjadi perburukan

gejala prodomal, tetapi justru akan terjadi perbaikan klinis yang nyata.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/190/3/BAB II.pdf · menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien. Menurut

29

d. Fase konvalesen (penyembuhan). Diawali dengan menghilangnya

ikterus dan keluhan lain, tetapi hepatomegali dan abnormalitas fungsi

hati tetap ada.

Beberapa agens penyebab virus, toksin, dan alkohol diduga sebagai

penyebab cedera pada hati. Tumor nekrosis faktor-alfa (TNF-a) dan

interleukin 6 muncul dalam sirkulasi selama infeksi dan cedera. Melalui

ini menyebabkan set point di hipotalamus sebagai pusat termoregulasi. Hal

ini dimanifestasikan dengan adanya demam.

Cedera pada hati dapat berdampak pada manifestasi ikterik. Ikterus

(jaundice) merupakan kondisi tubuh memiliki terlalu banyak bilirubin

sehingga sklera terlihat kuning. Cedera yang ada pada hati mengakibatkan

gangguan suplai darah ke hati yaitu arteri hepatika yang mengakibatkan

terjadinya kerusakan pada parenkim, hati, hepatosit, dan duktuli. Jumlah

bilirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap

normal. Namun karena adanya peradangan pada sel hati menyebabkan hati

tidak mampu melakukan konjugasi bilirubin atau menyekresikannya

akibat dari duktus intrahepatik yang terdesak. Penurunan kemampuan hati

untuk mengeksresi bilirubin menyebabkan bilirubin yang telah

terkonjugasi bersirkulasi kembali ke dalam darah dan meningkatkan

bilirubin conjugated (terkonjugasi) yang mempunyai sifat larut lemak

tidak larut air. Akibat dari peningkatan bilirubin conjugated dan

unconjugated di dalam darah dan menyebar ke seluruh tubuh maka pasien

terlihat ikterik.

Hati tidak mampu melakukan konjugasi bilirubin atau

menyekresikannya akibat duktus intrahepatik yang terdesak. Akibat

sekresi bilirubin terkonjugasi ke duodenum berkurang yang berdampak

pada menurunnya kemampuan dalam mengemulsi lemak sehingga tidak

toleran terhadap makanan berlemak. Selain itu, menurunnya sekresi

bilirubin terkonjugasi ke duodenum menyebabkan menurunnya

pembentukan sterkobilin dan urobilinogen yang menyebabkan feses

menjadi gelap, pucat seperti dempul (abolis).

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/190/3/BAB II.pdf · menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien. Menurut

30

Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan

garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal

pada kulit. Selain itu fungsi hati dalam melakukan metabolisme serta

regulasi lemak dan asam amino terganggu. Hal ini menyebabkan

peningkatan asam lemak dan asam amino dalam darah, keadaan ini

menekan kontrol hipotalamus terhadap rasa lapar dan menyebabkan pasien

tidak nafsu makan (anoreksia).

Perangsangan mual dapat diakibatkan dari adanya obstruksi saluran

empedu sehingga mengakibatkan alir balik cairan empedu ke hepar

(bilirubin, garam empedu, dan kolesterol) menyebabkan peningkatan

SGOT dan SGPT yang bersifat iritatif di saluran cerna sehingga

merangsang nervus vagal dan menekan rangsangan sistem saraf

parasimpatis sehingga terjadi penurunan peristaltik sistem pencernaan di

usus dan lambung, menyebabkan makanan tertahan di lambung dan

peningkatan rasa mual yang mengaktifkan pusat muntah di medula

oblongata dan pengaktifan saraf kranial ke wajah, kerongkongan, serta

neuron-neuron motorik spinalis ke otot-otot abdomen dan diafragma

sehingga menyebabkan muntah.

(Yasmara, D, Nursiswati, & Arafat, R. 2017)

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/190/3/BAB II.pdf · menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien. Menurut

31

4. Pathway

Gambar 2.1 Pathway Hepatitis (Nurarif, A.H, dan Kusuma, H, 2015)

Pengaruh alkohol, virus,

hepatis, toksin Inflamasi pada Hepar

Hipertermi Gangguan suplai darah

normal pada sel-sel hepar

Hepatomegali

Peregangan kapsula

hati

Perasaan tidak nyaman

dikuadran kanan atas

Kerusakan sel parenkim,

sel hati dan duktuli empedu

intrahepatik

Anoreksia Nyeri akut

Ketidakseimbangan

nutrisi dari

kebutuhan tubuh

Gangguan metabolise

karbohidrat lemak dan

protein

Obstruksi

Glikogenesis menurun

Kerusakan konjungsi

Gangguan eksresi empedu Bilirubin tidak

sempurna dikeluarkan

melalui duktus

hepatikus

Ikterus

Bilirubin direk

meningkat

Retensi bilirubin

Regurgitasi pada duktuli

empedu intra hepatik

Birilubin direk meningkat

Glukoneogenesis

Glikogen dalam hepar

berkurang

Glikogenesis menurun

Glukosa dalam darah

berkurang

Resiko ketidakstabilan

kadar gula darah

Intoleransi aktivitas

Cepat lelah

Peningkatan garam

empedu dalam darah

pruritus

Perubahan kenyamanan

Resiko gangguan fungsi

hati

Larut dalam air

Eksresi kedalam kemih

Kemih gelap

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/190/3/BAB II.pdf · menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien. Menurut

32

5. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis penderita Hepatitis secara umum menurut

Nurarif,A.H, dan Kusuma, H (2015) yaitu :

a. Anoreksia, malaise, mual, dan muntah

b. Gejala flu, faringitis, batuk, coryza, fotopobia, sakit kepala dan

mialgia

c. Demam ditemukan pada infeksi HAV

d. Ikterus didahului dengan kemunculan urin berwarna gelap

e. Pruritus (biasanya ringan dan sementara)

f. Nyeri tekan pada hati

g. Splenomegali ringan

h. Limfadenopati

Manifestasi klinis berdasarkan jenis Hepatitisnya menurut Sujono

Riyadi (2011), yaitu :

a. Hepatitis A

Gejala awal Hepatitis A adalah ISPA ringan (flu dengan demam

ringan), pra ikterik : sakit kepala, fatigue, anoreksia, febris. Fase

ikterik : gejala lanjut dapat timbul ikterus (puncak hari-10), ikterus

pada sclera dan kulit, urin berwarna gelap, dyspepsia, nyeri

epigastrium, mual, muntah, nyeri ulu hati, flatulensi, hepatomegali

dan splenomegali.

b. Hepatitis B

Gejala pada Hepatitis B, yaitu : atralgia, ruam, anoreksia,

dyspepsia, nyeri abdomen, pegal menyeluruh, tidak enak badan,

lemah, penurunan berat badan, mual dan muntah. Ikterik kadang-

kadang tidak tampak jika disertai tinja berwarna cerah, urine berwarna

gelap. Hepatomegali (12-14 cm), nyeri tekan, dan splenomegali.

c. Hepatitis C

Gejala pada hepatitis C ini, serupa dengan Hepatitis B, tidak begitu

berat dan anicterik.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/190/3/BAB II.pdf · menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien. Menurut

33

d. Hepatitis E

Gejala pada Hepatitis E ini serupa dengan Hepatitis A, sangat berat

pada wanita hamil.

6. Pemeriksaan Diagnostik

a Enzim-enzim serum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH : meningkat

pada kerusakan sel hati dan pada keadaan lain terutama infark

miokardium.

b Bilirubin direk : meningkat pada gangguan eksresi bilirubin

terkonjugasi.

c Bilirubin indirek : meningkat pada gangguan hemolitik dan sindrom

gilbert.

d Bilirubin serum total : meningkat pada penyakit hepatoseluler.

e. Protein serum total : kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.

f. Masa protrombin : meningkat pada penurunan sintesis protrombin

akibat kerusakan sel hati.

g. Kolesterol serum : menurun pada kerusakan sel hati, meningkat pada

obstruksi duktus biliaris.

(Nurarif, A.H dan Kusuma, H. 2015)

7. Komplikasi

Komplikasi Hepatitis yang paling sering terjadi adalah Sirosis.

Dalam keadaan normal (sehat), sel hati yang mengalami kerusakan akan

digantikan oleh sel-sel yang baru. Pada sirosis, kerusakan sel hati diganti

oleh jaringan parut. Semakin parah kerusakan, semakin besar jaringan

parut yang terbentuk dan semakin berkurang jumlah sel hati yang sehat.

Pengurangan ini akan berdampak pada penurunan sejumlah fungsi hati

sehingga menimbulkan sejumlah gangguan pada fungsi tubuh secara

keseluruhan. (Sari, W, dan Indrawati, L. 2008)

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/190/3/BAB II.pdf · menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien. Menurut

34

8. Penatalaksanaan Hepatitis

Jika seseorang telah didiagnosis menderita Hepatitis, maka ia perlu

mendapatkan perawatan. Pengobatan harus dipercepat supaya virus tidak

menyebar. Jika tindakan penanganan lambat membuat kerusakan lebih

besar pada hati dan menyebabkan kanker.

a. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis A

Penderita yang menunjukkan gejala Hepatitis A diharapkan untuk

tidak banyak beraktivitas serta segera mengunjungi fasilitas pelayanan

kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan dari gejala yang

timbul. Dapat diberikan pengobatan simptomatik seperti antipiretik dan

analgetik serta vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu

makan serta obat-obatan yang mengurangi rasa mual dan muntah.

b. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis B

Setelah diagnosa ditegakkan sebagai Hepatitis B, maka ada

beberapa cara pengobatan untuk Hepatitis B, yaitu pengobatan oral dan

injeksi.

1) Pengobatan oral

a) Lamivudine : dari kelompok nukleosida analog, dikenal

dengan nama 3TC. Obat ini digunakan bagi dewasa maupun

anak-anak, pemakaian obat ini cenderung meningkatkan enzim

hati (ALT) untuk itu penderita akan mendapat monitor

berkesinambungan dari dokter.

b) Adefovir dipivoxil (Hepsera) : pemberian secara oral akan

lebih efektif, tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan

berpengaruh buruk terhadap fungsi ginjal.

c) Baraclude (Entecavir) : obat ini diberikan pada penderita

Hepatitis B kronik, efek samping dari pemakaian obat ini

adalah sakit kepala, pusing, letih, mual dan terjadi peningkatan

enzim hati.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/190/3/BAB II.pdf · menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien. Menurut

35

2) Pengobatan dengan injeksi

Microsphere : mengandung partikel radioaktif pemancar sinar

B yang akan menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak

jaringan sehat disekitarnya. Injeksi Alfa Interferon (INTRON A,

INFERGEN, ROFERON) diberikan secara subcutan dengan skala

pemberian 3 kali dalam seminggu selama 12-16 minggu atau lebih.

Efek samping pemberian obat ini adalah depresi, terutama pada

penderita yang memiliki riwayat depresi sebelumnya. Efek lainnya

adalah terasa sakit pada otot-otot, cepat letih dan sedikit

menimbulkan demam yang hal ini dapat dihilangkan dengan

pemberian antipiretik.

c. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis C

Saat ini pengobatan Hepatitis C dilakukan dengan pemberian obat

seperti Interferon Alfa, Pegylated interferon alfa dan Ribavirin.

Pengobatan pada penderita Hepatitis C memerlukan waktu yang

cukup lama bahkan pada penderita tertentu hal ini tidak dapat

menolong, untuk itu perlu penanganan pada stadium awalnya.

(Nuarif & Kusuma, 2015)