29
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 1. Kebutuhan Dasar Manusia Henderson mengembangkan sebuah model keperawatan yang dikenal dengan “The Activities of Living”. Model ini menjelaskan bahwa tugas perawat adalah membantu individu dalam meningkatkan kemandiriannya secepat mungkin. Perawat menjalankan tugasnya secara mandiri, tidak tergantung pada dokter. Akan tetapi, perawat tetap menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien. Menurut Henderson, kebutuhan dasar manusia terdiri atas 14 komponen yang merupakan komponen penanganan perawatan. Keempat belas kebutuhan tersebut sebagai berikut : a. Bernafas secara normal b. Makan dan minum yang cukup c. Eliminasi (buang air besar dan kecil) d. Bergerak dan mempertahankan postur yang diinginkan e. Tidur dan istirahat f. Memilih pakaian yang tepat g. Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran yang normal dengan menyesuaikan pakaian yang digunakan dan memodifikasi lingkungan h. Menjaga kebersihan diri dan penampilan i. Menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari membahayakan orang lain j. Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi, kebutuhan, kekhawatiran, dan opini. k. Beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan l. Bekerja sedemikian rupa sebagai modal untuk membiayai kebutuhan hidup m. Bermain atau berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasarrepository.poltekkes-tjk.ac.id/292/3/BAB II.pdf · 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar 1. Kebutuhan

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar

    1. Kebutuhan Dasar Manusia

    Henderson mengembangkan sebuah model keperawatan yang

    dikenal dengan “The Activities of Living”. Model ini menjelaskan bahwa

    tugas perawat adalah membantu individu dalam meningkatkan

    kemandiriannya secepat mungkin. Perawat menjalankan tugasnya secara

    mandiri, tidak tergantung pada dokter. Akan tetapi, perawat tetap

    menyampaikan rencananya pada dokter sewaktu mengunjungi pasien.

    Menurut Henderson, kebutuhan dasar manusia terdiri atas 14

    komponen yang merupakan komponen penanganan perawatan. Keempat

    belas kebutuhan tersebut sebagai berikut :

    a. Bernafas secara normal

    b. Makan dan minum yang cukup

    c. Eliminasi (buang air besar dan kecil)

    d. Bergerak dan mempertahankan postur yang diinginkan

    e. Tidur dan istirahat

    f. Memilih pakaian yang tepat

    g. Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran yang normal dengan

    menyesuaikan pakaian yang digunakan dan memodifikasi lingkungan

    h. Menjaga kebersihan diri dan penampilan

    i. Menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari membahayakan

    orang lain

    j. Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi,

    kebutuhan, kekhawatiran, dan opini.

    k. Beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan

    l. Bekerja sedemikian rupa sebagai modal untuk membiayai kebutuhan

    hidup

    m. Bermain atau berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi

  • 8

    n. Belajar, menemukan, atau memuaskan rasa ingin tahu yang mengarah

    pada perkembangan yang normal, kesehatan, dan penggunaan fasilitas

    kesehatan yang tersedia.

    (Virginia Henderson dalam Budino, & Pertami, S. 2015)

    2. Pengertian Kebutuhan Nutrisi

    Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat lain yang berhubungan dengan

    kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh

    manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan

    hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting

    dalam tubuh, serta mengeluarkan sisanya. (Tarwoto dan Wartonah 2015)

    Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan terhadap proses pemasukan

    dan pengolahan zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan

    energi dan digunakan dalam aktivitas tubuh.

    (Alimul, A. Aziz dan Uliyah, M. 2012)

    3. Kebutuhan Nutrisi Pada Pasien Hepatitis

    a. Tujuan Pemberian Nutrisi Pada Pasien Hepatitis

    Tujuan pemberian nutrisi pada pasien dengan Penyakit Hati dan

    Hepatitis adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi

    optimal tanpa memperberatkan fungsi hati, dengan cara :

    1) Menghindari atau mengurangi kerusakan hati yang permanen.

    2) Meningkatkan regenerasi jaringan hati dengan memberikan kalori

    dan protein dalam jumlah yang memadai.

    3) Mempertahankan atau memperbarui simpanan nutrien dalam

    tubuh.

    4) Mengurangi gejala yang menimbulkan gangguan rasa nyaman.

    5) Mencegah atau mengurangi komplikasi asites, varises, esofagus

    dan ensefalopati hepatik yang berlanjut dengan koma hepatik.

    (Andry Hartono, 2006).

  • 9

    b. Macam-macam Nutrisi bagi penderita Hepatitis

    Nutrisi yang dibutuhkan bagi manusia menurut Pakar Gizi

    Indonesia (2017), yaitu :

    1) Karbohidrat

    Menurut WHO/FAO dikutip dalam buku Pakar Gizi Indonesia

    (2017), kebutuhan karbohidrat dalam sehari berkisar antara 55%

    hingga 75% dari total konsumsi energi yang berasal dari berbagai

    makanan, diutamakan dari karbohidrat kompleks dan sekitar 10%

    dari karbohidrat sederhana.

    Pada penderita Hepatitis diberikan karbohidrat tinggi untuk

    mencegah pemecahan protein, yang diberikan bertahap sesuai

    dengan kemampuan pasien, yaitu 40-45 kkal/KgBB. (Asosiasi

    Dietisien Indonesia, 2010)

    2) Lemak

    Pada manusia sehat kebutuhan lemak yang dibutuhkan setiap

    hari yaitu lemak total antara 20% dan 35% kalori total dengan

    sebagian besar lemak berasal dari asam lemak jenuh ganda atau

    asam lemak jenuh tunggal.

    Pada penderita Hepatitis diberikan Lemak cukup, yaitu 20-25%

    dari kebutuhan energi total, dalam bentuk yang mudah dicerna atau

    dalam bentuk emulsi. Bila pasien mengalami steatorea, gunakan

    lemak dengan asam lemak rantai sedang (Medium Chain

    Triglyceridel MCT). (Asosiasi Dietisien Indonesia, 2010)

    3) Protein

    Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi tahun 2012 dalam Pakar

    Gizi Indonesia (2017), kebutuhan protein untuk orang Indonesia

    dihitung berdasarkan berat badan aktual, sehingga didapatkan rata-

    rata kecukupan protein untuk orang dewasa diatas 18 tahun adalah

    sekitar 1,0-1,2 g/kg BB/hari, sedangkan untuk anak usia 10-18

    tahun kecukupan protein rata-rata adalah 1,2-1,7 g/Kg BB/hari,

  • 10

    sedangkan untuk bayi hingga anak usia 9 tahun rata-rata

    kecukupan protein adalah 1,8 - 2 g/Kg BB/hari.

    Pada penderita Hepatitis diberikan Protein agak tinggi, yaitu

    1,25 - 1,5 g/Kg BB agar terjadi anabolisme protein. Pada kasus

    Hepatitis Fulminan dengan nekrosis dan gejala ensefalopati yang

    disertai peningkatan amoniak dalam darah, pemberian protein

    harus dibatasi untuk mencegah koma, yaitu sebanyak 30 - 40

    g/hari. (Asosiasi Dietisien Indonesia, 2010)

    4) Vitamin

    Vitamin merupakan komponen organik yang dibutuhkan tubuh

    dalam jumlah kecil dan tidak dapat diproduksi dalam tubuh.

    Vitamin sangat berperan dalam proses metabolisme karena

    fungsinya sebagai katalisator.

    Vitamin pada penderita Hepatitis diberikan sesuai dengan

    tingkat defisiensi. Bila perlu, diberikan suplemen vitamin B

    kompleks, C, dan K serta mineral seng dan zat besi bila ada

    anemia. (Asosiasi Dietisien Indonesia, 2010)

    5) Air

    Air membentuk 60 - 70% berat tubuh total. Setiap hari, sekitar

    2 liter air masuk ke tubuh kita melalui minum, sedangkan cairan

    digestif yang diproduksi oleh berbagai organ saluran pencernaan

    sekitar 8 - 9 liter, sehingga sekitar 10 - 11 liter cairan yang masuk,

    hanya 50-200 ml yang dikeluarkan melalui feses, selebihnya

    direabsorpsi.

    Cairan pada penderita Hepatitis diberikan lebih dari biasa >2

    liter/hari, kecuali bila ada kontraindikasi. (Asosiasi Dietisien

    Indonesia, 2010)

    c. Keseimbangan energi

    Energi merupakan kapasitas untuk melakukan sebuah aktivitas,

    dapat diukur melalui pembentukan panas. Energi pada manusia dapat

    diperoleh dari berbagai masukan zat gizi, diantaranya protein,

  • 11

    karbohidrat, lemak, maupun bahan makanan yang disimpan dalam

    tubuh. Tubuh memerlukan keseimbangan energi untuk melakukan

    sebuah aktivitas. Keseimbangan tersebut dapat dihitung melalui

    kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan seseorang, kebutuhan kalori

    dasar/basal, dan tingkat aktivitas.

    Tabel 2.1. Rumus Keseimbangan energi (A.Aziz Alimul dan

    Uliyah, M. 2012)

    Rumus = Berat Badan Ideal x 10

    KKB (Kebutuhan Kalori Basal)

    d. Status Nutrisi

    Karakteristik status nutrisi ditentukan melalui adanya

    Indeks Massa Tubuh (Body Mass Index – BMI) dan Berat Badan

    Ideal (Ideal Body Weight – IBW )

    a) Body Mass Index (BMI)

    Merupakan ukuran dari gambaran berat badan seseorang

    dengan tinggi badan. BMI dihubungkan dengan total lemak

    dalam tubuh dan sebagai panduan untuk mengkaji kelebihan

    berat badan dan obesitas.

    Tabel 2.2 Rumus BMI diperhitungkan (Tarwoto dan

    Wartonah, 2015) :

    BB (Kg) BB (pon) x 704,5

    TB2 (Cm) Atau TB (inchi)2

    b) Ideal Body Weight (IBW)

    Merupakan perhitungan berat badan optimal dalam fungsi

    tubuh yang sehat.

    Tabel 2.3 Rumus IBW diperhitungkan (Tarwoto dan

    Wartonah, 2015) :

    (TB – 100) + 10%

  • 12

    e. Cara Menentukan AMB (Angka Metabolisme Bassal)

    AMB (Angka Metabolisme Bassal) dipengaruhi oleh umur,

    berat badan, dan tinggi badan. Ada beberapa cara menentukan

    AMB, yaitu :

    a) Menggunakan Rumus Harris Benedict (1919)

    Laki-laki = 66+ (13,7xBB) + (5+TB) - (6,8 x U)

    Perempuan = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) - (4,7 x U)

    Keterangan :

    BB = Berat badan dalam Kg

    TB = Tinggi badan dalam Cm

    U = Umur dalam tahun

    b) Cara cepat (2 cara)

    (1) Laki-laki = 1 kkal x kg BB x 24 jam

    Perempuan = 0,95 kkal x kg BB x 24 jam

    (2) Laki-laki = 30 kkal x kg BB

    Perempuan = 25 kkal x kg BB

    (Tarwoto dan Wartonah, 2015)

    f. Jenis Diet Hati dan Indikasi Pemberian

    1) Diet Hati I

    Diet Hati I diberikan bila pasien dalam keadaan akut atau bila

    prekoma sudah dapat diatasi dan pasien sudah mulai mempunyai

    nafsu makan. Melihat keadaan pasien makanan diberikan dalam

    bentuk cincang atau lunak. Pemberian protein dibatasi (30g/hari)

    dan lemak diberikan dalam bentuk mudah dicerna. Formula enteral

    dengan asam amino rantai cabang (Branched Chain Amino Acid/

    BCAA) yaitu leusin, isoleusin, dan valin dapat digunakan. Bila ada

    asites dan diuresis belum sempurna pemberian cairan maksimal 1

    liter/hari.

    Makanan ini rendah energi, protein, kalsium, zat besi, dan

    tiamin, karena itu sebaiknya diberikan selama beberapa hari saja.

  • 13

    Menurut beratnya retensi garam atau air, makanan diberikan

    sebagai Diet Hepatitis I Garam Rendah. Bila ada asites hebat dan

    tanda-tanda diuresis belum membaik, diberikan diet garam rendah

    I. Untuk menambah kandungan energi, selain makanan per oral

    juga diberikan makanan parenteral berupa cairan glukosa.

    (Asosiasi Dietisien Indonesia, 2010)

    Standar diet Hati I diberikan energi sebanayak 1500 KAL,

    yaitu Protein 28 gram, Lemak 30 gram, dan karbohidrat 274 gram.

    (Hendra Utama, 2013)

    2) Diet Hati II

    Diet Hati II diberikan sebagai makanan perpindahan dari

    Diet Hati I kepada pasien yang nafsu makannya cukup. Menurut

    keadaan pasien, makanan diberikan dalam bentuk lunak atau biasa.

    Protein diberikan 1 g/Kg BB dan lemak sedang (20-25% dari

    kebutuhan energi total) dalam bentuk yang mudah dicerna.

    Makanan ini cukup mengandung energi, zat besi, vitamin A dan C,

    tetapi kurang kalsium dan tiamin. Menurut beratnya retensi garam

    atau air, makanan diberikan sebagai Diet Hati II garam rendah.

    Bila asites hebat dan diuresis belum baik, diet mengikuti pola Diet

    Garam Rendah I. (Asosiasi Dietisien Indonesia, 2010)

    Standar diet Hati II diberikan energi sebanyak 2100 KAL,

    yaitu Protein 52 gram, lemak 45 gram, dan Karbohidrat 365 gram.

    (Hendra Utama, 2013)

    3) Diet Hati III

    Diet Hati III diberikan sebagai makanan perpindahan dari

    Diet Hati II atau kepada pasien Hepatitis Akut (Hepatitis

    Infeksiosa/A dan Hepatitis Serum/B) yang nafsu makannya telah

    baik dan telah dapat menerima protein. Dan diberikan menurut

    kesanggupan pasien, makanan diberikan dalam bentuk lunak atau

    biasa. Makanan ini mengandung cukup energi, protein, lemak,

    mineral dan vitamin tapi tinggi karbohidrat. Menurut beratnya

  • 14

    retensi garam atau air, makanan diberikan sebagai Diet Hati III

    Garam Rendah I. (Asosiasi Dietisien Indonesia, 2010)

    Standar diet Hati III diberikan energi sebanyak 2300 KAL,

    yaitu protein 74 gram, lemak 60,5 gram, dan karbohidrat 383 gram.

    (Hendra Utama, 2013)

    g. Bahan Makanan Yang Dibatasi

    Bahan makanan yang dibatasi untuk Diet Hati I, II, III adalah dari

    sumber lemak, yaitu semua makanan dan daging yang banyak

    mengandung lemak dan santan serta bahan makanan yang

    menimbulkan gas seperti ubi, kacang merah, kol, sawi, lobak, ketimun,

    durian, dan nangka. (Asosiasi Dietisien Indonesia , 2010)

    h. Bahan Makanan Yang Tidak Dianjurkan

    Bahan makanan yang tidak dianjurkan untuk Diet Hepatitis I, II,

    dan III adalah makanan yang mengandung alkohol, teh, atau kopi

    kental. (Asosiasi Dietisien Indonesia , 2010)

  • 15

    B. Tinjauan Asuhan Keperawatan

    Pengkajian keperawatan yang dilakukan pada pasien Hepatitis menurut

    Yasmara dan Arafat (2017) , adalah :

    1. Pengkajian Keperawatan

    a. Identitas Pasien

    Didalam identitas meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat,

    pendidikan, status perkawinan, agama, pekerjaan, tanggal dan jam

    masuk Rumah Sakit, nomor register, dan diagnosa medis.

    b. Keluhan Utama

    Keluhan utama yang ditemukan pada penderita Hepatitis adalah

    penurunan nafsu makan, mual, muntah, lemah dan cepat lelah, demam,

    nyeri perut, sakit kepala dan pruritus.

    c. Riwayat kesehatan

    1) Riwayat penyakit dahulu

    Pengkajian riwayat penyakit dahulu yang berhubungan

    dengan penderita Hepatitis, misalnya pernah mengalami sakit

    hepatitis atau tidak, apakah ada riwayat kontak dengan penderita

    Hepatitis, apakah ada riwayat penggunaan alkohol dan obat-obatan

    terlarang, dan tanyakan apakah pernah mendapat transfusi darah

    atau cuci darah.

    2) Riwayat penyakit sekarang

    Pengkajian riwayat sekarang atau saat ini meliputi alasan

    pasien yang menyebabkan terjadinya gangguan, seperti : anoreksia,

    nafsu makan menurun, mual, muntah, nyeri pada perut bagian atas,

    terjadi penurunan berat badan, demam, kelemahan, mudah lelah

    dengan malaise umum

    3) Riwayat penyakit keluarga

    Pengkajian riwayat penyakit keluarga pada pasien Hepatitis

    adalah apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah

    menderita penyakit Hepatitis, Sirosis Hati, Kanker Hati, atau

    penyakit lainnya.

  • 16

    4) Pengkajian pola kesehatan fungsional

    a) Nutrisi

    Skirining nutrisi merupakan metode untuk mengidentifikasi

    adanya gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi. Dilakukan

    dengan mengukur tinggi badan, berat badan, perubahan berat

    badan, dan diagnosis primer. Dan identifikasi adanya gejala

    yang mempengaruhi perubahan nutrisi, misalnya : mual,

    muntah, dan diare, peningkatan edema, asites, berat badan

    menurun.

    b) Sirkulasi

    Pada pengkajian sirkulasi pasien dengan Hepatitis,

    ditemukan adanya bradikardi (hiperbirilubin berat) dan ikterik

    pada sklera kulit dan membran mukosa.

    c) Pola aktivitas dan latihan

    Meliputi kemampuan ADL, seperti makan, minum,

    toileting, mobilisasi ditempat tidur, kemampuan berpindah,

    serta ambulasi. Pada pasien Hepatitis didapatkan adanya

    kelemahan, kelelahan, dan malaise umum.

    d) Nyeri dan kenyamanan

    Pada pengkajian nyeri dan kenyamanan pada pasien dengan

    Hepatitis, didapatkan nyeri dan kram abdomen, nyeri pada

    kuadran atas, nyeri tekan pada abdomen karena adanya

    pembesaran hati, mialgia, atralgia, sakit kepala, gatal (pruritus)

    dan gelisah.

    e) Eliminasi

    Pada pengkajian sistem eliminasi pasien Hepatitis,

    ditemukan adanya urine berwarna gelap, dan feses berwarna

    tanah liat.

    f) Neurosensori

    Didapatkan adanya peka terhadap rangsangan, cenderung

    tidur, letargi, dan asteriksis.

  • 17

    5) Pemeriksaan fisik

    Penampilan fisik pada pasien dengan Hepatitis dapat dilihat

    dari aspek-aspek berikut :

    a) Keadaan umum : apatis, kelemahan, dan malaise umum.

    b) Keadaan kulit : teraba hangat, ikterik pada kulit, ruam, bercak

    eritema, atau gatal dengan bintik-bintik merah dan bengkak.

    c) Keadaan bibir : kering, pecah-pecah, bengkak, lesi, ikterus pada

    membran mukosa.

    d) Keadaan mata : konjungtiva pucat, kering, ikterus.

    e) Keadaan perut : permukaan perut, adanya garis vena, peristaltik

    usus, pembesaran hati atau limfe, nyeri tekan pada abdomen,

    splenomegali.

    f) Fungsi gastrointestinal : anoreksia, konstipasi, diare,

    pembesaran liver atau lien.

    g) Pengukuran Tanda-Tanda Vital : Demam 37,8oC-38,9oC.

    6) Pengkajian Kebutuhan Nutrisi

    Pengkajian kebutuhan nutrisi menurut Lyndon Saputra

    (2015), dapat dikaji dengan menggunakan pedoman A-B-C-D,

    yaitu :

    a) Pengukuran Antropometrik

    Pengukuran ini meliputi pengukuran tinggi badan, berat

    badan, dan lingkar lengan. Pada umumnya, berat untuk pria

    lebih dari berat badan seorang wanita walaupun tingginya

    sama. Ini disebabkan pria mempunyai presentase jaringan dan

    struktur tulang yang berbeda.

    Metode khusus yang sering digunakan untuk mengukur

    besar tubuh seseorang adalah area kulit yang berada di atas otot

    trisep. Pada umumnya, wanita mempunyai lipatan kulit yang

    lebih tebal di daerah ini.

    (1) Berat badan ideal = (TB-100) + 10%

  • 18

    (2) Lingkar lengan atas (MAC) :

    Nilai normal :

    Wanita = 28,5 cm

    Pria = 28,3 cm

    (3) Lipatan kulit pada otot trisep (TSF)

    Nilai normal

    Wanita = 16,5- 18 cm

    Pria = 12,5-16,5 cm

    (4) Body Mass Index (BMI)

    Merupakan ukuran dari gambaran berat badan

    seseorang dengan tinggi badan. BMI dihubungkan dengan

    total lemak dalam tubuh dan sebagai panduan untuk

    mengkaji kelebihan berat badan dan obesitas.

    Tabel 2.4 Rumus BMI diperhitungkan :

    BB (Kg) BB (pon) x 704,5

    TB2 (Cm) Atau TB (inchi)2

    Pada pemeriksaan BMI pada pasien Hepatitis

    dengan masalah kebutuhan nutrisi akan ditemukan hasil

    BMI = Kurus (

  • 19

    c) Tanda-tanda klinis status nutrisi

    Tanda klinis status gizi dapat dilihat antara lain dari

    pemeriksaan fisik. Ciri fisik penderita defisiensi nutrisi antara

    lain berat badan menurun, lemah, lesu, dehidrasi, dan

    pertumbuhan terhambat.

    d) Diet

    Untuk mengetahui riwayat diet seseorang, perawat dapat

    melakukan wawancara atau kuisioner untuk mengetahui status

    gizi, kesehatan, sosial-ekonomi, dan budaya atau kebiasaan

    orang tersebut yang berpengaruh terhadap status nutrisinya.

    Bagian yang perlu diketahui antara lain riwayat makanan,

    kemampuan makan, pengetahuan tentang nutrisi, dan tingkat

    aktivitas.

    7) Pemeriksaan laboratorium

    a) Hemoglobin (Hb) : pada laki-laki didapatkan Hb menurun

    (

  • 20

    (c) Tipe C - diagnosis bergantung pada pemeriksaan seroligis,

    untuk antibodi spesifik dalam satu bulan atau lebih setelah

    awitan penyakit akut.

    (d) Tipe D - deteksi antigen delta intrahepatik atau antigen

    antidelta imunoglobulin (Ig) M pada penyakit akut (atau

    penyakit kronis Ig M dan Ig G.

    (e) Tipe G - deteksi asam ribonukleat Hepatitis G

    2. Diagnosa Keperawatan

    Diagnosa keperawatan yang terjadi pada penderita Hepatitis

    berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI, 2017),

    sebagai berikut :

    a. Defisit nutrisi berhubungan dengan kegagalan masukan untuk

    memenuhi kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual, muntah

    Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

    metabolisme.

    Penyebab :

    1) Ketidakmampuan menelan makanan

    2) Ketidakmampuan mencerna makanan

    3) Ketidakmampuan mengabsorbsi makanan

    4) Peningkatan kebutuhan metabolisme

    5) Faktor ekonomi (misalnya : finansial tidak mencukupi)

    6) Faktor psikologis (misalnya : stress, keengganan untuk makan)

    Gejala dan Tanda Mayor

    1) Subjektif : tidak tersedia

    2) Objektif : Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang

    normal

    Gejala dan Tanda Minor

    1) Subjektif :

    a) Kram/nyeri abdomen

    b) Nafsu makan menurun

  • 21

    c) Cepat kenyang setelah makan

    2) Objektif :

    a) Otot pengunyah lemah

    b) Otot menelan lemah

    c) Membran mukosa pucat

    d) Bising usus hiperaktif

    e) Serum albumin turun

    f) Rambut rontok berlebihan

    b. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi hepar

    Definisi : suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.

    Penyebab :

    1) Terpapar lingkungan panas

    2) Dehidrasi

    3) Proses penyakit (misalnya infeksi, kanker)

    4) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan

    5) Peningkatan laju metabolisme

    6) Respon trauma

    7) Aktivitas berlebihan

    8) Penggunaan inkubator

    Gejala dan Tanda Mayor :

    1) Gejala subjektif : (tidak tersedia)

    2) Objektif : suhu tubuh diatas nilai normal

    Gejala dan Tanda Minor :

    1) Gejala subjektif : (tidak tersedia)

    2) Objektif :

    a) Kejang

    b) Kulit merah

    c) Takikardi

    d) Takipnea

    e) Kulit terasa hangat

  • 22

    c. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami

    inflamasi hati

    Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

    kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak

    atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung

    kurang dari 3 bulan.

    Penyebab :

    1) Agen cedera kimiawi ( misalnya : terbakar, bahan kimia iritan)

    2) Agen cedera fisiologis (misalnya : inflamasi, iskemia, neoplasma)

    3) Agen cedera fisik (misalnya : abses, amputasi, terbakar, terpotong,

    mengangkat benda berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik

    berlebihan).

    Gejala dan Tanda Mayor

    1) Subjektif : Mengeluh nyeri

    2) Objektif :

    a) Tampak meringis

    b) Bersikap protektif (misalnya waspada, posisi menghindari

    nyeri)

    c) Gelisah

    d) Frekuensi nadi meningkat

    e) Sulit tidur

    Gejala dan tanda minor

    1) Subjektif : (tidak tersedia)

    2) Objektif :

    a) Tekanan darah meningkat

    b) Pola napas berubah

    c) Nafsu makan berubah

    d) Proses berpikir terganggu

    e) Menarik diri

    f) Berfokus pada diri sendiri

    g) Diaforesis

  • 23

    3. Rencana Keperawatan

    Rencana tindakan keperawatan pada pasien Hepatitis menurut Standar

    Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI, 2018) yaitu :

    Tabel 2.5 Rencana Keperawatan

    No Diagnosa

    keperawatan

    Tujuan dan kriteria

    hasil

    Intervensi Utama Intervensi Pendukung

    1 Defisit nutrisi

    berhubungan

    dengan

    kegagalan

    masukan

    untuk

    memenuhi

    kebutuhan

    metabolik

    karena

    anoreksia,

    mual, muntah

    Setelah dilakukan

    asuhan keperawatan

    selama 3x24 jam,

    diharapkan

    kebutuhan nutrisi

    terpenuhi.

    Kriteria Hasil :

    a. Adanya peningkatan

    berat badan

    sesuai tujuan

    b. Berat badan ideal sesuai tinggi

    badan

    c. Mampu mengidentifikasi

    kebutuhan nutrisi

    Manajemen Nutrisi

    Observasi

    1. Identifikasi status nutrisi

    2. Identifikasi alergi dan intoleransi

    makanan

    3. Identifikasi makanan yang disukai

    4. Identifikasi jenis nutrien

    5. Monitor asupan makanan

    6. Monitor berat badan Terapeutik

    1. Lakukan oral hygiene sebelum

    makan

    2. Sajikan makanan secara menarik dan

    suhu yang sesuai

    Edukasi

    1. Anjurkan posisi duduk, jika perlu

    2. Ajarkan diet yang diprogramkan

    Kolaborasi

    1. Kolaborasi pemberian medikasi

    sebelum makan

    (misalnya,

    antiemetik), jika

    perlu

    2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

    menentukan jumlah

    kalori dan jenis

    nutrien yang

    dibutuhkan

    1. Manajemen muntah a. Identifikasi

    karakteristik

    muntah

    b. Periksa volume muntah

    c. Identifikasi penyebab muntah

    d. Kurangi atau hilangkan keadaan

    penyebab muntah

    e. Atur posisi untuk mencegah aspirasi

    f. Berikan kenyamanan

    selama muntah

    2. Pemberian makan 3. Edukasi diet 4. Konseling nutrisi 5. Pemantauan nutrisi 6. Manajemen energi

    2 Hipertermia

    berhubungan

    dengan

    inflamasi

    hepar

    Setelah dilakukan

    asuhan keperawatan

    selama 3x24 jam,

    diharapkan suhu

    tubuh dalam rentang

    normal.

    Kriteria hasil :

    Manajemen

    Hipertermia

    Observasi

    1. Identifikasi penyebab

    hipertermia

    2. Monitor suhu tubuh

    1. Edukasi analgesia terkontrol

    2. Edukasi dehidrasi 3. Edukasi pengukuran

    suhu tubuh

    4. Edukasi program pengobatan

  • 24

    a) Suhu tubuh dalam

    rentang

    normal

    b) Nadi dan RR dalam

    rentang

    normal

    c) Tidak ada perubahan

    warna kulit

    dan tidak

    ada pusing

    3. Monitor haluaran urine

    4. Monitor komplikasi akibat hipertermia

    Terapeutik

    1. Sediakan lingkungan yang dingin

    2. Longgarkan atau lepaskan pakaian

    pasien

    3. Basahi dan kipasi bagian tubuh

    4. Berikan cairan oral 5. Ganti linen setiap

    hari atau lebih sering

    6. Lakukan pendinginan

    eksternal

    Edukasi

    1. Anjurkan tirah baring

    Kolaborasi

    1. Kolaborasi pemberian cairan

    intravena, bila perlu.

    5. Edukasi terapi cairan 6. Edukasi termoregulasi 7. Kompres dingin 8. Manajemen cairan 9. Pemberian obat 10. Pemberian obat

    intravena

    11. Pemberian obat oral 12. Pencegahan

    hipertermi keganasan

    3 Nyeri akut

    berhubungan

    dengan

    pembekakan

    hepar yang

    mengalami

    inflamasi hati

    Setelah dilakukan

    asuhan keperawatan

    selama 3x24 jam,

    diharapkan nyeri

    berkurang.

    Kriteria hasil :

    a) Mampu mengontrol

    nyeri

    b) Melaporkan bahwa nyeri

    berkurang

    c) Mampu mengenali

    nyeri

    d) Mengatakan rasa nyaman

    setelah nyeri

    berkurang

    Manajemen nyeri

    Observasi

    1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,

    frekuensi, kualitas,

    intensitas nyeri

    2. Identifikasi skala nyeri

    3. Identifikasi faktor yang memperberat

    dan memperingan

    nyeri

    4. Identifikasi pengetahuan dan

    keyakinan tentang

    nyeri

    5. Identifikasi pengaruh budaya

    terhadap respon

    nyeri

    6. Monitor efek samping

    penggunaan

    analgetik

    Terapeutik

    1. Berikan teknik nonfarmakologis

    untuk mengurangi

    nyeri

    2. Kontrol lingkungan

    1. Aromaterapi 2. Dukungan hipnosis

    diri

    3. Edukasi manajemen nyeri

    4. Edukasi proses penyakit

    5. Edukasi teknik napas 6. Kompres dingin 7. Kompres hangat 8. Konsultasi 9. Latihan pernafasan 10. Manajemen

    kenyamanan

    lingkungan

    11. Pemantauan nyeri 12. Pemberian obat 13. Pemberian obat

    intravena

    14. Pemberian obat oral 15. Pengaturan posisi 16. Teknik distraksi 17. Terapi musik 18. Terapi relaksasi 19. Terapi sentuhan

  • 25

    yang dapat

    mempengaruhi nyeri

    3. Fasilitasi istirahat dan tidur

    4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri

    dalam pemilihan

    strategi meredakan

    nyeri

    Edukasi

    1. Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri

    2. Jelaskan strategi meredakan nyeri

    3. Ajarkan teknik nonfarmakologis

    untuk mengurangi

    nyeri

    Kolaborasi

    1. Kolaborasi pemberian analgetik,

    jika perlu

    4. Implementasi

    Tahap implementasi asuhan keperawatan adalah kegiatan implementasi

    dari perencanaan intervensi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan

    emosional. (Nursalam, 2008). Jenis-jenis tindakan pada tahap implementasi

    adalah :

    b. Secara mandiri (independent)

    Adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk

    dan instruksi dari dokter atau profesi kesehatan lainnya.

    c. Saling ketergantungan (interdependent)

    Adalah kegiatan yang memerlukan kerja sama dengan profesi kesehatan

    lainnya seperti tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi, dan dokter.

    d. Rujukan/ketergantungan (dependent)

    Adalah kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan rencana

    tindakan medis. Tindakan tersebut mendandakan suatu cara dimana

    tindakan medis dilaksanakan.

  • 26

    5. Evaluasi

    Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah

    ketika pasien dan petugas kesehatan menentukan kemajuan pasien menuju

    pencapaian tujuan/hasil, dan keefektifan rencana asuhan keperawatan.

    Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang

    ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan harus

    diakhiri, dilanjutkan, atau diubah.

    (Kozier & Barbara, 2010)

  • 27

    C. Tinjauan Konsep Penyakit

    1. Definisi Hepatitis

    Hepatitis adalah radang hati yang disebabkan oleh virus. Virus

    Hepatitis terdapat 4 jenis, yaitu Hepatitis A, Hepatitis B, Hepatitis C,

    Hepatitis E. Diantara keempat Hepatitis tersebut yang paling berbahaya

    adalah Hepatitis B, karena virus ini intinya dapat menyatu dengan inti sel

    hati dan hal itu memungkinkan terjadinya keganasan atau kanker hati

    dikemudian hari (Ngastiyah, 1995 dalam Riyadi, S. 2011).

    Hepatitis adalah peradangan pada hati (Liver) yang disebabkan oleh

    virus. Virus Hepatitis termasuk virus hepatotropik yang dapat

    mengakibatkan Hepatitis A (HAV), Hepatitis B (HBV), Hepatitis C

    (HCV), Delta Hepatitis (HDV), Hepatitis E (HEV), Hepatitis F dan

    Hepatitis G (Yuliana Elin, 2009 dalam Nanda, Nic-Noc, 2015).

    Hepatitis adalah peradangan hati karena berbagai sebab. Penyebab

    tersebut adalah beberapa jenis virus yang menyerang dan menyebabkan

    peradangan serta merusak sel-sel organ hati. Hepatitis yang berlangsung

    kurang dari 6 bulan disebut Hepatitis Akut, Hepatitis yang berlangsung

    lebih dari 6 bulan disebut Hepatitis Kronis. (Sunaryati, 2011)

    2. Etiologi

    Faktor penyebab terjadinya Hepatitis berdasarkan jenisnya menurut

    Riyadi, S. (2011) adalah sebagai berikut :

    a. Hepatitis A

    Virus Hepatitis A terutama menyebar melalui tinja. Penyebaran ini

    terjadi akibat buruknya tingkat kebersihan. Di negara-negara

    berkembang sering terjadi wabah yang penyebarannya terjadi melalui

    air dan makanan.

    b. Hepatitis B

    Virus Hepatitis B ditularkan melalui darah atau produk darah.

    Penularannya tidak semudah Hepatitis A. Penularan biasanya terjadi

    diantara para pemakai obat yang menggunakan jarum suntik secara

    bersamaan, atau diantara mitra seksual. Selain itu pula bisa

  • 28

    menularkan virus kepada bayi selama proses persalinan. Hepatitis B

    bisa ditularkan oleh orang sehat yang membawa virus Hepatitis B.

    c. Hepatitis C

    Menyebabkan minimal 80% kasus Hepatitis akibat transfusi darah.

    Virus Hepatitis C ini paling sering ditularkan melalui pemakai obat

    yang menggunakan jarum bersama-sama. Jarang terjadi penularan

    melalui hubungan seksual. Untuk alasan yang masih belum jelas,

    penderita penyakit hati alkoholik seringkali menderita Hepatitis C.

    d. Hepatitis E

    Virus Hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang menyerupai

    Hepatitis A, yang hanya terjadi di negara-negara belakang.

    3. Patofisiologi

    Pada umumnya gejala Hepatitis akut terbagi dalam 4 tahap yaitu fase

    inkubasi, prodromal (pra-ikterik), fase ikterus, dan fase konvalesen

    (penyembuhan).

    a. Fase inkubasi, merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya

    gejala atau ikterus. Fase ini berbeda-beda lamanya untuk tiap virus

    Hepatitis.

    b. Fase prodomal (pra-ikterik), merupakan fase diantara timbulnya

    keluhan-keluhan pertama dan timbulnya gejala ikterus. Keluhan umum

    yang timbul pada fase ini biasanya malaise umum, nyeri otot, nyeri

    sendi, mudah lelah, gejala saluran napas atas, anoreksia, mual, muntah,

    demam derajat rendah, nyeri abdomen biasanya ringan dan menetap

    dikuadran kanan atas atau epigastrium.

    c. Fase ikterus. Fase ini muncul setelah 5-10 hari, tetapi dapat juga

    muncul bersamaan dengan munculnya gejala. Pada banyak kasus fase

    ini tidak terdeteksi. Setelah timbul ikterus jarang terjadi perburukan

    gejala prodomal, tetapi justru akan terjadi perbaikan klinis yang nyata.

  • 29

    d. Fase konvalesen (penyembuhan). Diawali dengan menghilangnya

    ikterus dan keluhan lain, tetapi hepatomegali dan abnormalitas fungsi

    hati tetap ada.

    Beberapa agens penyebab virus, toksin, dan alkohol diduga sebagai

    penyebab cedera pada hati. Tumor nekrosis faktor-alfa (TNF-a) dan

    interleukin 6 muncul dalam sirkulasi selama infeksi dan cedera. Melalui

    ini menyebabkan set point di hipotalamus sebagai pusat termoregulasi. Hal

    ini dimanifestasikan dengan adanya demam.

    Cedera pada hati dapat berdampak pada manifestasi ikterik. Ikterus

    (jaundice) merupakan kondisi tubuh memiliki terlalu banyak bilirubin

    sehingga sklera terlihat kuning. Cedera yang ada pada hati mengakibatkan

    gangguan suplai darah ke hati yaitu arteri hepatika yang mengakibatkan

    terjadinya kerusakan pada parenkim, hati, hepatosit, dan duktuli. Jumlah

    bilirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap

    normal. Namun karena adanya peradangan pada sel hati menyebabkan hati

    tidak mampu melakukan konjugasi bilirubin atau menyekresikannya

    akibat dari duktus intrahepatik yang terdesak. Penurunan kemampuan hati

    untuk mengeksresi bilirubin menyebabkan bilirubin yang telah

    terkonjugasi bersirkulasi kembali ke dalam darah dan meningkatkan

    bilirubin conjugated (terkonjugasi) yang mempunyai sifat larut lemak

    tidak larut air. Akibat dari peningkatan bilirubin conjugated dan

    unconjugated di dalam darah dan menyebar ke seluruh tubuh maka pasien

    terlihat ikterik.

    Hati tidak mampu melakukan konjugasi bilirubin atau

    menyekresikannya akibat duktus intrahepatik yang terdesak. Akibat

    sekresi bilirubin terkonjugasi ke duodenum berkurang yang berdampak

    pada menurunnya kemampuan dalam mengemulsi lemak sehingga tidak

    toleran terhadap makanan berlemak. Selain itu, menurunnya sekresi

    bilirubin terkonjugasi ke duodenum menyebabkan menurunnya

    pembentukan sterkobilin dan urobilinogen yang menyebabkan feses

    menjadi gelap, pucat seperti dempul (abolis).

  • 30

    Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan

    garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal

    pada kulit. Selain itu fungsi hati dalam melakukan metabolisme serta

    regulasi lemak dan asam amino terganggu. Hal ini menyebabkan

    peningkatan asam lemak dan asam amino dalam darah, keadaan ini

    menekan kontrol hipotalamus terhadap rasa lapar dan menyebabkan pasien

    tidak nafsu makan (anoreksia).

    Perangsangan mual dapat diakibatkan dari adanya obstruksi saluran

    empedu sehingga mengakibatkan alir balik cairan empedu ke hepar

    (bilirubin, garam empedu, dan kolesterol) menyebabkan peningkatan

    SGOT dan SGPT yang bersifat iritatif di saluran cerna sehingga

    merangsang nervus vagal dan menekan rangsangan sistem saraf

    parasimpatis sehingga terjadi penurunan peristaltik sistem pencernaan di

    usus dan lambung, menyebabkan makanan tertahan di lambung dan

    peningkatan rasa mual yang mengaktifkan pusat muntah di medula

    oblongata dan pengaktifan saraf kranial ke wajah, kerongkongan, serta

    neuron-neuron motorik spinalis ke otot-otot abdomen dan diafragma

    sehingga menyebabkan muntah.

    (Yasmara, D, Nursiswati, & Arafat, R. 2017)

  • 31

    4. Pathway

    Gambar 2.1 Pathway Hepatitis (Nurarif, A.H, dan Kusuma, H, 2015)

    Pengaruh alkohol, virus,

    hepatis, toksin Inflamasi pada Hepar

    Hipertermi Gangguan suplai darah

    normal pada sel-sel hepar

    Hepatomegali

    Peregangan kapsula

    hati

    Perasaan tidak nyaman

    dikuadran kanan atas

    Kerusakan sel parenkim,

    sel hati dan duktuli empedu

    intrahepatik

    Anoreksia Nyeri akut

    Ketidakseimbangan

    nutrisi dari

    kebutuhan tubuh

    Gangguan metabolise

    karbohidrat lemak dan

    protein

    Obstruksi

    Glikogenesis menurun

    Kerusakan konjungsi

    Gangguan eksresi empedu Bilirubin tidak

    sempurna dikeluarkan

    melalui duktus

    hepatikus

    Ikterus

    Bilirubin direk

    meningkat

    Retensi bilirubin

    Regurgitasi pada duktuli

    empedu intra hepatik

    Birilubin direk meningkat

    Glukoneogenesis

    Glikogen dalam hepar

    berkurang

    Glikogenesis menurun

    Glukosa dalam darah

    berkurang

    Resiko ketidakstabilan

    kadar gula darah

    Intoleransi aktivitas

    Cepat lelah

    Peningkatan garam

    empedu dalam darah

    pruritus

    Perubahan kenyamanan

    Resiko gangguan fungsi

    hati

    Larut dalam air

    Eksresi kedalam kemih

    Kemih gelap

  • 32

    5. Manifestasi Klinis

    Manifestasi klinis penderita Hepatitis secara umum menurut

    Nurarif,A.H, dan Kusuma, H (2015) yaitu :

    a. Anoreksia, malaise, mual, dan muntah

    b. Gejala flu, faringitis, batuk, coryza, fotopobia, sakit kepala dan

    mialgia

    c. Demam ditemukan pada infeksi HAV

    d. Ikterus didahului dengan kemunculan urin berwarna gelap

    e. Pruritus (biasanya ringan dan sementara)

    f. Nyeri tekan pada hati

    g. Splenomegali ringan

    h. Limfadenopati

    Manifestasi klinis berdasarkan jenis Hepatitisnya menurut Sujono

    Riyadi (2011), yaitu :

    a. Hepatitis A

    Gejala awal Hepatitis A adalah ISPA ringan (flu dengan demam

    ringan), pra ikterik : sakit kepala, fatigue, anoreksia, febris. Fase

    ikterik : gejala lanjut dapat timbul ikterus (puncak hari-10), ikterus

    pada sclera dan kulit, urin berwarna gelap, dyspepsia, nyeri

    epigastrium, mual, muntah, nyeri ulu hati, flatulensi, hepatomegali

    dan splenomegali.

    b. Hepatitis B

    Gejala pada Hepatitis B, yaitu : atralgia, ruam, anoreksia,

    dyspepsia, nyeri abdomen, pegal menyeluruh, tidak enak badan,

    lemah, penurunan berat badan, mual dan muntah. Ikterik kadang-

    kadang tidak tampak jika disertai tinja berwarna cerah, urine berwarna

    gelap. Hepatomegali (12-14 cm), nyeri tekan, dan splenomegali.

    c. Hepatitis C

    Gejala pada hepatitis C ini, serupa dengan Hepatitis B, tidak begitu

    berat dan anicterik.

  • 33

    d. Hepatitis E

    Gejala pada Hepatitis E ini serupa dengan Hepatitis A, sangat berat

    pada wanita hamil.

    6. Pemeriksaan Diagnostik

    a Enzim-enzim serum AST (SGOT), ALT (SGPT), LDH : meningkat

    pada kerusakan sel hati dan pada keadaan lain terutama infark

    miokardium.

    b Bilirubin direk : meningkat pada gangguan eksresi bilirubin

    terkonjugasi.

    c Bilirubin indirek : meningkat pada gangguan hemolitik dan sindrom

    gilbert.

    d Bilirubin serum total : meningkat pada penyakit hepatoseluler.

    e. Protein serum total : kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.

    f. Masa protrombin : meningkat pada penurunan sintesis protrombin

    akibat kerusakan sel hati.

    g. Kolesterol serum : menurun pada kerusakan sel hati, meningkat pada

    obstruksi duktus biliaris.

    (Nurarif, A.H dan Kusuma, H. 2015)

    7. Komplikasi

    Komplikasi Hepatitis yang paling sering terjadi adalah Sirosis.

    Dalam keadaan normal (sehat), sel hati yang mengalami kerusakan akan

    digantikan oleh sel-sel yang baru. Pada sirosis, kerusakan sel hati diganti

    oleh jaringan parut. Semakin parah kerusakan, semakin besar jaringan

    parut yang terbentuk dan semakin berkurang jumlah sel hati yang sehat.

    Pengurangan ini akan berdampak pada penurunan sejumlah fungsi hati

    sehingga menimbulkan sejumlah gangguan pada fungsi tubuh secara

    keseluruhan. (Sari, W, dan Indrawati, L. 2008)

  • 34

    8. Penatalaksanaan Hepatitis

    Jika seseorang telah didiagnosis menderita Hepatitis, maka ia perlu

    mendapatkan perawatan. Pengobatan harus dipercepat supaya virus tidak

    menyebar. Jika tindakan penanganan lambat membuat kerusakan lebih

    besar pada hati dan menyebabkan kanker.

    a. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis A

    Penderita yang menunjukkan gejala Hepatitis A diharapkan untuk

    tidak banyak beraktivitas serta segera mengunjungi fasilitas pelayanan

    kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan dari gejala yang

    timbul. Dapat diberikan pengobatan simptomatik seperti antipiretik dan

    analgetik serta vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu

    makan serta obat-obatan yang mengurangi rasa mual dan muntah.

    b. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis B

    Setelah diagnosa ditegakkan sebagai Hepatitis B, maka ada

    beberapa cara pengobatan untuk Hepatitis B, yaitu pengobatan oral dan

    injeksi.

    1) Pengobatan oral

    a) Lamivudine : dari kelompok nukleosida analog, dikenal

    dengan nama 3TC. Obat ini digunakan bagi dewasa maupun

    anak-anak, pemakaian obat ini cenderung meningkatkan enzim

    hati (ALT) untuk itu penderita akan mendapat monitor

    berkesinambungan dari dokter.

    b) Adefovir dipivoxil (Hepsera) : pemberian secara oral akan

    lebih efektif, tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan

    berpengaruh buruk terhadap fungsi ginjal.

    c) Baraclude (Entecavir) : obat ini diberikan pada penderita

    Hepatitis B kronik, efek samping dari pemakaian obat ini

    adalah sakit kepala, pusing, letih, mual dan terjadi peningkatan

    enzim hati.

  • 35

    2) Pengobatan dengan injeksi

    Microsphere : mengandung partikel radioaktif pemancar sinar

    B yang akan menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak

    jaringan sehat disekitarnya. Injeksi Alfa Interferon (INTRON A,

    INFERGEN, ROFERON) diberikan secara subcutan dengan skala

    pemberian 3 kali dalam seminggu selama 12-16 minggu atau lebih.

    Efek samping pemberian obat ini adalah depresi, terutama pada

    penderita yang memiliki riwayat depresi sebelumnya. Efek lainnya

    adalah terasa sakit pada otot-otot, cepat letih dan sedikit

    menimbulkan demam yang hal ini dapat dihilangkan dengan

    pemberian antipiretik.

    c. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis C

    Saat ini pengobatan Hepatitis C dilakukan dengan pemberian obat

    seperti Interferon Alfa, Pegylated interferon alfa dan Ribavirin.

    Pengobatan pada penderita Hepatitis C memerlukan waktu yang

    cukup lama bahkan pada penderita tertentu hal ini tidak dapat

    menolong, untuk itu perlu penanganan pada stadium awalnya.

    (Nuarif & Kusuma, 2015)