30
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar Rasa Nyaman Nyeri 1. Konsep Kebutuhan Nyaman Kobolaca (dalam Potter & Perry) mengungkapkan kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang suatu yang melebihi masalah dan nyeri). Kenyamanan sendiri harus dipandang secara holistic yang mencakup empat aspek, yaitu: a. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh. b. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial. c. Psikospirutual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas dan makna kehidupan. d. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia seperti cahaya, bunyi, temperature, warna, dan unsur alamiah lainnya. Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perwat telah memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan. Secara umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah rasa nyaman bebas dari rasa nyeri, dan hipo/hipertermia. Hal ini disebabkan karena kondisi nyeri dan hipo/hipertermia merupakan kondisi yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman pasien yang ditunjukan dengan timbulnya gejala dan tanda pada pasien (Wahyudi & Wahid, 2016).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/338/3/BAB II.pdf · d. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar Rasa Nyaman Nyeri

    1. Konsep Kebutuhan Nyaman

    Kobolaca (dalam Potter & Perry) mengungkapkan kenyamanan/rasa

    nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia

    yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan

    penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan

    transenden (keadaan tentang suatu yang melebihi masalah dan nyeri).

    Kenyamanan sendiri harus dipandang secara holistic yang mencakup

    empat aspek, yaitu:

    a. Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.

    b. Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan

    sosial.

    c. Psikospirutual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri

    sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas dan makna kehidupan.

    d. Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal

    manusia seperti cahaya, bunyi, temperature, warna, dan unsur alamiah

    lainnya.

    Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perwat telah

    memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan

    bantuan. Secara umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa

    nyaman adalah rasa nyaman bebas dari rasa nyeri, dan hipo/hipertermia.

    Hal ini disebabkan karena kondisi nyeri dan hipo/hipertermia merupakan

    kondisi yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman pasien yang

    ditunjukan dengan timbulnya gejala dan tanda pada pasien (Wahyudi &

    Wahid, 2016).

  • 6

    2. Konsep Nyeri

    Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subjektif.

    Secara umum, nyeri dapat didefinisikan sebagai perasaan tidak nyaman,

    baik ringan maupun berat. Nyeri dapat dianggap sebagai ungkapan suatu

    prores patologis dalam tubuh.

    Nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri

    tersebut dan terjadi kapan saja seseorang mengatakan bahwa ia merasa

    nyeri (Rosdahl & Kowalski, 2017).

    3. Klasifikasi Nyeri

    International Association for the Study of Pain (IASP) telah

    mengidetifikasi beberapa kategori nyeri, diantaranya :

    a. Nyeri akut biasanya nyeri ini merupakan sensasi nyeri yang dirasakan

    secara mendadak, penyebab nyeri ini biasanya adalah trauma akibat

    kecelakaan, infeksi, dan pemebedahan. Nyeri akut ini biasanya terjadi

    dalam periode waktu yang singkat kurang lebih 6 bulan dan biasanya

    berifat intermen (sesekali), tidak konstan.

    b. Nyeri alih adalah nyeri yang berasal dari satu bagian tubuh, tetapi

    diprespesikan di bagian tubuh lain. Nyeri alih biasa terjadi di dalam

    visera (organ internal) dan dapat dipresepsikan di kulit.

    c. Nyeri kanker adalah nyeri yang dihasilkan dari beberapa keganasan.

    Sering kali nyeri kanker sangat hebat dan terkadang susah diatasi, dan

    kronis.

    d. Nyeri kronis juga bisa disebut (nyeri neuropatik) nyeri ini sebagai

    ketidak nyamanan yang berlangsung dalam periode waktu lama

    (6bulan atau lebih) dan dapat terjadi seumur hidup klien (Rosdahl &

    Kowalski,2017).

    Secara umum dikenal beberapa jenis rasa nyeri, yaitu:

    a. Nosispetif : nyeri yang berasal dari aktivitas nosiseptor pada semua

    jaringan, kecuali system saraf.

    b. Neuropatik : nyeri yang berasal dari lesi saraf perifer atau sentral.

  • 7

    c. Radikular : nyeri yang berpangkal pada tingkat tulang belakang

    tertentu dan menjalar.

    d. Sentral : nyeri yang berasal dari lesi pada susunan saraf pusat (SSP).

    e. Deferensiasi : nyeri kronik sebagai akibat hilangnya rangsangan saraf

    yang masuk ke jalur susunan saraf sentral atau perifer.

    f. Simpatetik : nyeri yang berasal dari leasi saraf simpatis perifer.

    g. Psikogenik : karena konfilk mental seseorang dapat memperoleh

    gangguan somestesia (Rasjidi, 2010).

    4. Fisiologi Nyeri

    Banyak teori yang menjelaskan fisiologi nyeri, namun yang paling

    sederhana adalah teori Gate Control yang dikemukakan oleh Melezack

    dan Well (1965). Dijelaskan bahwa subtansi gelatinosa (SG) pada medulla

    spinalis bekerja layaknya pintu gerbang yang memungkinkan atau

    menghalangi masuknya implus nyeri menuju otak. Pada mekanisme nyeri

    ini, stimulus nyeri dikirimkan melalui serabut saraf berdiameter kecil

    melewati gerbang. Tetapi serabut saraf berdiameter besar yang juga

    melewati gerbang tersebut dapat juga menghambat pengirimin impuls

    nyeri dengan cara menutup gerbang itu. Impuls yang berkonduksi pada

    serabut berdiameter besar bukan hanya menutup gerbang saja, tetapi bisa

    langsung merambat ke korteks agar dapat diidentifikasi dengan cepat.

    Dibuktikan dalam uji coba yang dilakukan oleh Melezack dan Well, pada

    8 orang memakai listrik berkekuatan 0,1 m-sec, 100 cps guna merangsang

    saraf spinalis perifer sehingga menimbulkan rasa nyeri seperti terbakar.

    Kemudian, dengan kekuatan listrik yang relatif kecil, ia merangsang

    serabut yang lebih tebal sehingga rasa nyeri tersbut menghilang. Uji coba

    ini membuktikan bahwa teori gate control benar. Jika ada suatu zat dapat

    mempengaruhi subtansi galatinosa di dalam gate control, zat tersebut

    dapat digunakan untuk pengobatan nyeri (Mubarak & Chayatin, 2008).

  • 8

    5. Respon Terhadap Nyeri

    Setiap orang memberikan reaksi terhadap nyeri dengan reaksi yang

    berbeda-beda. Ada orang menghadapinya dengan rasa takut, cemas ada

    pula yang menghadapinya dengan sikap optimis dan penuh toleransi.

    Sebagian orang merespon nyeri dengan menangis, mengerang dan

    menjerit-jerit, meminta pertolongan, gelisah di tempat tidur, atau berjalan

    mondar-mandir tak tentu arah untuk mengurangi rasa nyeri. Dan

    sedangkan sebagian lainnya tidur sambil menggertakan gigi, mengepalkan

    tangan, atau juga mengeluarkan banyak keringat ketika mengalami nyeri

    (Mubarak & Chayatin, 2008).

    6. Faktor yang Mempengaruhi Nyeri

    a. Etnik dan nilai budaya

    Latar belakang etnik dan budaya ini merupakan salah satu faktor yang

    mempengaruhi reaksi terhadap nyeri dan ekspresi nyeri. Sebagai

    contoh, individu dari salah satu budaya tertenu cenderung ekspresif

    dalam mengungkapkan nyeri, sedangkan individu dari budaya lain

    justru lebih memilih memendam perasaan mereka dan tidak ingin

    merepotkan orang lain.

    b. Tahap perekembangan

    Usia dan tahap perkembangan seseorang merupakan hal penting yang

    akan mempengaruhi reaksi dan ekspresi terhadap nyeri. Contoh

    halnya, anak-anak lebih cenderung kurang mampu mengungkapkan

    nyeri yang mereka rasakan, anak-anak hanya bisa mengeluarkan

    ekspresi seperti menangis, menjerit dibandingkan dengan orang

    dewasa, dan kondisi seperti ini dapat menghambat penanganan nyeri

    untuk mereka. Di sisi lain, pravalensi nyeri pada individu lansia lebih

    tinggi karena penyakit akut atau kronis yang mereka derita. Walaupun

    ambang batas nyeri tidak berubah karena penuaan, tetapi efek

    analgesik yang diberikan menurun karena perubahan fisiologis yang

    terjadi.

  • 9

    c. Lingkungan dan individu pendukung

    Lingkungan dan dukungan juga sangat mempengaruhi kondisi nyeri.

    Lingkungan yang asing, tingkat kebisingan yang tinggi, pencahayaan,

    dan aktivitas yang tinggi di lingkungan tersebut dapat memperberat

    nyeri. Selain itu, dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat

    juga menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi presepsi

    nyeri individu. Contoh, individu yang sendirian tanpa ada dukungan

    dari keluarga dan orang-orang terdekat akan lebih merasakan nyeri

    yang lebih berat dibandingkan individu yang mendapatkan dukungan

    keluarga dan orang-orang terdekat.

    d. Pengalaman nyeri sebelumnya

    Pengalaman nyeri ini juga bisa berpengaruh terhadap prespsi nyeri

    individu dan kepekaan terhadap nyeri. Individu yang pernah

    mengalami nyeri atau menyaksikan penderitaan orang terdekatnya saat

    mengalami nyeri cenderung merasa terancam dengan peristiwa nyeri

    yang akan terjadi dibandingkan individu lain yang belum pernah

    mengalaminya.

    e. Ansietas dan stress

    Ansietas sering kali timbul bersamaan ketika nyeri terjadi. Ancaman

    yang tidak jelas asalnya dan ketidakmampuan individu mengontrol

    nyeri atau peristiwa disekelilingnya dapat memperberat presepsi nyeri.

    Sebaliknya, individu yang percaya bahwa mereka mampu mengontrol

    nyeri yang mereka rasakan maka nyeri yang mereka rasakan akan

    berpengaruh mengalami penurunan rasa takut dan kecemasan yang

    akan menurunkan presepsi nyeri (Mubarak & Chayatin,2008).

  • 10

    7. Intensitas Nyeri

    Nyeri sendiri tidak dapat diukur secara objektif, sehingga intensitas

    nyeri merupakan karakteristik yang sangat relatif. Oleh karena itu, banyak

    tes, sekala, skor, atau tingkatan angka dibuat untuk membantu dalam

    mengukur intensitas nyeri secara subjektif setepat mungkin. (Rasjidi,

    2010).

    8. Alat Bantu Menentukan Sekala Nyeri

    a. Visual Analog Scale (VAS) dan Numeric Rating Scale (NRS)

    Skala ini penggunaannya sederhana, di sini pasien diminta untuk

    menunjukan tanda pada garis atau angka yang menunjukan intensitas

    nyeri yang dirasakan. Pada VAS, pemberian tanda pada garis, semakin

    ke kiri berati semakin tidak nyeri. Sementara itu, pada NRS, angka 0

    menyatakan tidak ada nyeri,sedangkan 10 menyatakan nyeri yang

    sangat hebat.

    0-10 VAS Numeric Pain Distress Scale

    Gambar 2.1 Visual Analog Scale

    Sumber: Rasjidi, (2010)

    b. Pain diagram

    Diagram ini dapat membantu untuk menentukan letak dan posisi nyeri,

    serta tipe nyeri yang dirasakan. Diagram dilengkapi dengan gambar

    tubuh manusia serta intruksi mengenai tipe nyeri yang dirasakan, 000

    = seperti ditusuk jarum, /// = seperti diestrum, xxx = nyeri tajam, TTT

    = nyeri berdenyut, AAA = nyeri tumpul.

  • 11

    Gambar 2.2 Pain Diagram

    Sumber : Rasjidi, (2010).

    c. Face pain rating scale

    Skala ini digunakan untuk evaluasi nyeri pada pasien pediatric. Skala

    ini menggambarkan sketsa wajah masing-masing dengan nilai angka,

    dimulai dengan ekspresi senang, senyum, sampai dengan bersedih dan

    menangis, setara dengan tidak nyeri sampai nyeri sangat parah.

  • 12

    Gambar 2.3 Face Pain Rating Scale

    Sumber: Rasjidi, (2010).

    d. Catatan harian

    Catatan harian nyeri ini sangat bermanfaat untuk mengevaluasi

    hubungan antara dinamika nyeri yang dirasakan dengan aktivitas

    secara kontinu. Penilaiannya menggunkan sekala 0-10 yang dikaitkan

    dengan aktivitas sehari-hari. Dalam catatan harian nyeri ini juga

    dicantumkan pemakain obat, respons emosi, aktivitas social, dan lain-

    lain. Pengukuran ini dilakukan secara periodic menurut jam (Rasjidi,

    2010).

    9. Penatalaksanaan Nyeri

    Kesuksesan penatalaksanaan nyeri merupakan tujuan utama penyedia

    pelayanan kesehatan primer dan staf keperawatan. Penatalaksanaan nyeri

    bersifat sangat individual, dan intervensi yang berhasil untuk satu pasien

    mungkin tidak berhasil untuk pasien lain. Sering kali, sejumlah intervensi

    harus dicoba sebelum satu, atau kombinasi beberapa intervensi berhasil.

    a. Terapi Farmakologis

    1) Analgesik

    Analgesik adalah obat yang meredakan nyeri, pada umumnya

    analgesik meredakan nyeri dengan mengubah kadar natrium dan

    kalium tubuh, sehingga memperlambat dan memutus transmisi

    nyeri (Taylor, Lilis ,LeMone, & Lynn, 2008). Tiga kelas analgesik

    umumnya untuk meredakan nyeri, ketiga kelas analgesik ini adalah

    obat anti-inflamasi nonsteroid (Motrin, Naprosyn,Aleve),

  • 13

    analgesik opioidlnarkotik (Morfin), dan obat pelengkap

    (Antikonvulsan dan antidepresan) (Rosdahl & Kawalski, 2017).

    b. Intervensi bedah

    Pembedahan mungkin diperlukan untuk meredakan beberapa nyeri

    kronis tertentu. Penyebab fisik, seperti tumor yang menyebabkan

    tekanan, atau saraf terjepit, dapat ditangain dengan melakukan

    pembedahan. Namun, dengan banyaknya kemajuan teknik yang tidak

    infasif, pembedahan ini jarang dilakukan saat ini.

    c. Intervensi keperawatan

    Asuhan keperawatan yang empatik juga dapat membantu meredakan

    nyeri. Ada banyak hal yang dapat dilakukan perawat untuk membantu

    mengurangi nyeri pada pasien yaitu, dengan memberikan pengalihan

    atau musik, mengubah posisi pasien, memandikan pasien, menggosok

    punggung, atau memasase tangan pasien dan penyedia pelayanan

    kesehatan dapat memprogramkan kompres panas atau dingin atau

    terapi lainnya.

    d. Tindakan kenyamanan

    Perawat dapat secara mandiri melakukan sejumlah tindakan

    kenyamanan untuk pasien dengan cara memberikan suasana yang

    tenang, membersihkan lingkungan pasien seperti tempat tidur,

    membersihkan tubuh pasien dan memberikan ruangan yang hangat,

    atau ruang bercahaya sedang juga bisa meningkatkan relaksasi.

    e. Distraksi dan diversi

    Aktivitas, seperti berkunjung, bermain games, menonton televisi atau

    melaksanakan proyek kerajinan tangan, dapat mengalihkan perhatian

    pada pasien dari nyeri (Rasdahl & Kawalski, 2017).

  • 14

    B. Tinjauan Asuhan Keperawatan

    1. Pengkajian

    Pengkajian nyeri yang akurat penting untuk upaya penatalaksanaan

    nyeri yang efektif.

    a. Identitas pasien

    Identitas pasien meliputi, nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,

    alamat, pekerjaan, suku, bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit,

    nomor register dan diagnosa medis.

    b. Keluhan utama

    Penjelasan pasien tentang nyeri yang dirasakan.

    c. Riwayat kesehatan sekarang

    Riwayat kesehatan sekarang ditemukan saat pengkajian, yang

    diuraikan dari mulai masuk tempat perawatan sampai dilakukan

    pengkajian. Pasien yang mengalami kanker payudara umumnya

    merasakan atau mengeluh nyeri.

    d. Riwayat kesehatan dahulu

    Riwayat kesehatan dahulu ini berisi tentang pengalaman penyakit

    sebelumya, apakah memberi pengaruh pada penyakit yang diderita

    sekarang dan apakah pernah mengalami pembedahan sebelumnya.

    e. Riwayat kesehatan keluarga

    Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya yang menderita

    penyakit yang sama seperti pasien, karena penyebab kanker payudara

    salah satu faktornya adalah keturunan.

    f. Pengkajian nyeri

    Pengkajian nyeri pada masalah nyeri secara umum mencangkup lima

    hal, yaitu pemicu nyeri, kualitas nyeri, lokasi nyeri, intensitas nyeri,

    dan waktu serangan. Berikut penjelasan tentang pengkajian nyeri:

    P : Provoking atau pemicu, yaitu faktor yang menimbulkan nyeri dan

    mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri.

    Q : Quality atau kualitas nyeri, misalnya rasa tajam atau tumpul.

    R : Region atau lokasi, yaitu perjalanan ke bagian lain.

  • 15

    S : Severity atau keparahan, yaitu intenstias nyeri.

    T : Time atau waktu, yaitu jangka waktu serangan dan frekuensi

    nyeri. (Hidayat & Uliyah, 2012).

    g. Riwayat nyeri

    Saat mengkaji nyeri, perawat harus memberikan pasien kesempatan

    untuk mengungkapkan cara pandang mereka terhadap nyeri dan situasi

    tersebut dengan cara atau kata-kata mereka sendiri. Langkah ini akan

    membantu perawat memahami makna nyeri pada pasien, pengkajian

    riwayat nyeri meliputi beberapa aspek, antara lain:

    1) Lokasi: untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, perawat bisa

    memberikan bantuan dengan gambar tubuh untuk pasien agar bisa

    menandai bagian tubuh mana yang dirasakan nyeri.

    2) Intensitas nyeri: cara menentukan intensitas nyeri pasien, biasanya

    paling banyak menggunkan skala nyeri biasanya dalam rentang 0-5

    atau 0-10. Angka ‘0’ menandakan tidak adanya nyeri dan angka

    tertinggi adalah nyeri ‘terhebat’ yang dirasakan pasien.

    3) Kualitas nyeri: terkadang nyeri yang dirasakan bisa seperti,

    tertusuk-tusuk, teriris benda tajam, di setrum dan rasa terbakar.

    Perawat dapat mencatat kata-kata yang digunakan pasien dalam

    menggambarkan nyerinya.

    4) Pola: pola nyeri meliputi, waktu, durasi, dan kekambuhan interval

    nyeri. Maka, perawat perlu mengkaji kapan nyeri dimulai, berapa

    lama nyeri berlangsung, apakah nyeri berulang, dan kapan nyeri

    terakhir kali muncul.

    5) Faktor presipitasi: terkadang, aktivitas tertentu dapat memicu

    munculnya nyeri. Seperti, aktivitas berlebih yang mengakibatkan

    timbulnya nyeri dada, selain itu faktor lingkungan, suhu lingkungan

    dapat berpengaruh terhadap nyeri, stersor fisik dan emosional juga

    dapat memicu munculnya nyeri.

    6) Gejala yang menyertai: nyeri juga bisa menimbulkan gejala yang

    menyertai, seperti mual, muntah,dan pusing.

  • 16

    7) Pengaruh pada aktivitas sehari-hari: dengan mengetahui sejauh

    mana nyeri mempengaruhi aktivitas harian pasien akan membantu

    perawat dalam memahami perspektif pasien tentang nyeri.

    Beberapa aspek kehidupan yang perlu dikaji terkait nyeri, yaitu

    pola tidur, nafsu makan, konsentrasi, pekerjaan dan aktivitas

    diwaktu senggang.

    8) Sumber koping: setiap individu memliki strategi koping berbeda

    beda dalam menghadapi nyeri. Strategi tersebut dapat dipengaruhi

    oleh pengalaman nyeri sebelumnya, atau pengaruh agama dan

    budaya.

    9) Respon afektif: respon afektif pasien terhadap nyeri bervariasi,

    bergantung pada situasi, derajat dan durasi nyeri, dan faktor

    lainnya. Perawat perlu mengkaji adanya perasaan ansietas, takut,

    lelah, depresi, atau perasaan gagal pada diri pasien (Mubarak &

    Chayatin, 2008).

    h. Pemerikasaan fisik

    Pemerikasaan fisik harus dilakukan secara lengkap dan menyeluruh.

    1) Ukur suhu tubuh, tekanan darah, nadi, serta tinggi dan berat badan

    pada setiap pemeriksaan.

    2) Amati seluruh tubuh pasien untuk melihat keberadaan lesi kulit,

    hiperpigmentasi, ulserasi, tanda bekas tusukan jarum, perubahan

    warna dan ada tidaknya edema.

    3) Lakukan pemeriksaan status mental untuk mengetahui orientasi

    pasien, memori, komprehensi, kognisi dan emosi pasien terutama

    sebagai akibat dari nyeri.

    4) Pemeriksaan sendi selalu lakukan pemeriksaan di kedua sisi pasien

    apabila kemungkinan untuk mendeteksi adanya asimetri. Lakukan

    palpasi untuk mengetahui area spesifik dari nyeri.

    5) Pemerikasaan sensorik, menggunakan diagram tubuh sebagai alat

    bantu dalam menilai nyeri terutama untuk menentukan letak dan

    etiologi nyeri.

  • 17

    2. Diagnosis Keperawatan

    Menurut SDKI (2016) diagnosis keperawatan yang sering muncul

    pada pasien gangguan kebutuhan rasa nyaman nyeri adalah:

    a. Nyeri akut

    Menurut SIKI (2018) intervensi yang dilakukan dengan gangguan

    rasa nyaman yaitu ada intervensi manajemen nyeri, pengaturan posisi

    dan terapi relaksasi. Sedangkan intervensi untuk nyeri akut yaitu ada

    intervensi terapi relaksasi dan pemberian analgesik.

    3. Rencana Keperawatan

    a. Gangguan rasa nyaman nyeri (akut)

    1) Manajemen nyeri.

    Definisi: mengidentifikasi dan mengelola pengalaman

    sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan

    jaringan.

    Tindakan observasi:

    a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

    kualitas, intensitas nyeri

    b) Identifikasi skala nyeri

    c) Identifikasi respon nyeri dan non verbal

    d) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan

    nyeri

    e) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

    f) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri

    g) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup

    h) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah

    diberikan

    i) Monitor efek samping penggunaan analgetik

    Tindakan terapeutik:

    a) Berikan teknik non farmkologis untuk mengurangi rasa

    nyeri (mis. Hipnosis, akupresur, terapi music,

  • 18

    biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi

    terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)

    b) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.

    Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)

    c) Fasilitas istirahat dan tidur

    d) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan

    strategi meredakan nyeri

    Tindakan edukasi:

    a) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

    b) Jelaskan strategi meredakan nyeri

    c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

    Kolaborasi:

    d) Kolaborasi pemeberian analgetik (SIKI, 2018).

    2) Terapi relaksasi

    Definsi: menggunakan teknik peregangan untuk

    mengurangi tanda dan gejala ketidaknyamanan seperti nyeri,

    ketegangan otot, atau kecemasan.

    Tindakan observasi:

    a) Identifikasi penurunan tingkat energy, ketidakmampuan

    berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu

    kemampuan kognitif

    b) Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan

    c) Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan

    teknik sebelumnya

    d) Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan

    suhu sebelum dan sesudah latihan

    e) Monitor respon terhadap relaksasi

  • 19

    Tindakan terapeutik:

    a) Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan

    pencahayaan dan suhu ruang nyaman, kemampuan kognitif

    b) Berikaan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur

    teknik relaksasi

    c) Gunakan pakaian longgar

    d) Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan

    berirama

    e) Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan

    analgetik atau tindakan medis lain, jika perlu

    Tindakan edukasi:

    a) Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang

    tersedia (misalnya: music, meditasi, nafas dalam, relaksasi

    otot progresif)

    b) Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih

    c) Anjurkan mengambil posisi yang nyaman

    d) Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi

    e) Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang

    dipilih

    f) Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (misalnya: napas

    dalam, peregangan, atau imajinasi terbimbing)

    3) Pemberian analgesic

    Definisi: menyiapkan dan memberikan agen farmakologis

    untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit.

    Tindakan observasi:

    a) Identifikasi karakteristik nyeri (misalnya: pencetus, pereda,

    kualitas, lokasi, intensitas,frekuensi, durasi)

    b) Identifikasi riwayat alergi obat

    c) Identifikasi kesesuaian jenis analgesic (mis. Narkotika,

    non-narkotika, atau NSAID) dengan tingkat keparahan

    nyeri

  • 20

    d) Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian

    analgesik

    e) Monitor efektifitas analgesic

    Tindakan terapeutik:

    a) Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai

    analgesia yang optimal, jika perlu

    b) Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus

    opoioid untuk mempertahankan kadar dalam serum

    c) Tetapkan target efektifitas analgesic untuk mengoptimalkan

    respon pasien

    d) Dokumentasikan respon terhadap efek analgesik dan efek

    yang tidak diinginkan

    e) Jelaskan efek terapi dan efek samping obat

    f) Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai

    indikasi (SIKI, 2018).

    4. Implementasi

    Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam

    rencana keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan

    mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi. Tindakan manidiri

    (independen) adalah aktivitas perawat yang didasarkan pada

    kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau

    perintah dari petugas kesehatan lain tetapi tetap dengan menggunakan

    SOP tindakan keperawatan. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang

    didasarkan hasil keputusan bersama, seperti dokter dan petugas

    kesehatan lain (Tarwoto & Wartonah, 2011).

    5. Evaluasi

    Evaluasi adalah hasil dari perkembangan kesehatan pasien, dengan

    bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawat dapat dicapai

    dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang

  • 21

    diberikan. Di tahap evaluasi perawat mengharapkan bahwa pasien

    mampu menunjukan kemampuannya sebagai berikut :

    a. Mampu mengontol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu

    menggunakan teknik non farmakologi mengurangi nyeri)

    b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan

    manajemen nyeri

    c. Mampu mengenali nyeri (sekala, intensitas, frekuensi dan tanda

    nyeri)

    d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang ( NANDA. NIC-

    NOC, 2015).

  • 22

    C. Tinjauan Konsep Penyakit

    1. Definisi Kanker Payudara

    Kanker payudara merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal

    payudara dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang

    baik dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah (NANDA,

    2015)

    2. Etiologi

    Hingga saat ini, para ahli kesehatan dunia masih tidak yakin apa

    sebenarnya penyebab kanker payudara. Sulit dijelaskan mengapa seorang

    wanita dapat menderita penyakit ini sementara wanita lain tidak. Dunia

    kedokteran hanya dapat mengaitkan beberapa faktor risiko yang

    berdampak pada kemungkinan seorang wanita mengalami kanker

    payudara.

    a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

    1) Gender

    Lahir sebagai wanita merupakan faktor risiko utama kanker

    payudara. Pria juga dapat mengalami kanker payudara tetapi

    penyakit ini 100 kali lebih umum dialami oleh wanita dari pada

    pria. Mungkin Karena pria lebih sedikit memiliki hormone

    estrogen dan progesterone yang menjadi pemicu tumbuhnya sel

    kanker.

    2) Pertambahan usia

    Semakin seorang wanita bertambah usia, semakin tinggi risiko

    ia menderita kanker payudara. Lebih dari 80% kanker payudara

    terjadi pada wanita berusia 50 tahun dan telah mengalami

    menopause.

    3) Genetik

  • 23

    Wanita yang memiliki one degree relatives (keturunan di

    atasnya) yang menderita/yang pernah menderita kanker payudara

    atau kanker indung telur memiliki risiko kanker payudara yang

    lebih tinggi

    4) Riwayat kanker payudara dari keluarga

    Memiliki hubungan darah satu tingkat pertama (ibu, sodara

    wanita, atau anak wanita) yang menderita kanker payudara,

    meningkatkan risiko sekitar dua kali lipat. Memiliki hubungan

    darah dua tingkat pertama (nenek dan/atau bibi) meningkatkan

    risikonya sekitar tiga kali lipat. Meskipun belum dipastikan dengan

    tepat, tetapi secara keseluruhan, hanya 15% wanita penderita

    kanker payudara memiliki anggota keluarga dengan penyakit ini.

    5) Riwayat pribadi kanker payudara

    Dibandingkan dengan mereka yang sama sekali tidak memiliki

    riwayat penyakit ini, wanita yang pernah menderita payudara akan

    cenderung kembali mengalami penyakit ini lagi suatu saat. Seorang

    wanita dengan kanker pada satu payudara memiliki 3-4 kali lipat

    berisiko menimbulkan kanker baru di payudara sebelahnya.

    6) Riwayat tumor

    Wanita yang menderita tumor jinak (benign) mungkin memiliki

    risiko kanker payudara. Beberapa jenis tumor jinak (atypical ductal

    hyperplasia atau lobular carcinoma in situ) cenderung berkembang

    sebagai kanker payudara suatu saat nanti.

    7) Ras dan Etnis

    Secara umum, wanita ras kulit putih (kaukasia) memiliki

    resiko sedikit lebih tinggi menderita kanker payudara diabndingkan

    wanita dari ras Afrika, Asia, dan Hispanik (Amerika Latin).

    Namun jika wanita dari ras Afrika, Asia, dan Hispanik menderita

    kanker payudara akan lebih berisiko mengalami kematian.

    8) Jaringan payudara yang padat

  • 24

    Kita telah mengetahui bahwa payudara terdiri dari jaringan

    lemak, jaringan fibrosa, dan jaringan kelenjar. Seseorang dikatakan

    mempunyai jaringan payudara yang padat ketika ia memiliki lebih

    banyak jaringan kelenjar dan fibrosa daripada jaringan lemak.

    Wanita yang memiliki jaringan payudara yang padat dua kali lipat

    lebih risiko terkena kanker payudara.

    9) Paparan hormone estrogen

    Produksi hormone estrogen dimulai ketika wanita mengalami

    menstruasi pertama kali. Produksi ini turun ketika wanita

    memasuki menopause. Wanita yang mengalami menstruasi dini di

    usia yang muda atau mengalami kelambatan menopause akan

    mengalami risiko lebih tinggi terkena kanker payudara.

    10) Papara radiasi

    Berkerja dengan peralatan sinar X dan sinar Gamma bisa jadi

    meningkatkan risiko wanita terkena kanker payudara, walaupun

    sangat kecil kemungkinannya.

    b. Faktor resiko yang berkaitan dengan pilihan dan gaya hidup

    1) Tidak punya anak dan tidak menyusui

    Wanita yang tidak pernah mempunyai anak dan tidak pernah

    manyusui memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara.

    Dikarenakan masa menyusui secara aktif menjadi periode bebas

    kanker dan memperlancar sirkulasi hormonal. Pada masa

    menyusui, peran hormone estrogen menurun dan dimonasi oleh

    hormon prolaktin.

    2) Tidak menikah/berhubungan seks

    Wanita yang tidak menikah (tidak berhubungan seks) atau

    wanita menikah tapi jarang berhubungan seksual juga berisiko

    tinggi terkena kanker payudara. Tingkat keseringan seorang wanita

    melakukan hubungan seksual mempengaruhi kelancaran sirkulasi

    hormonal.

    3) Kehamilan dan jenis kanker tertentu

  • 25

    Hamil diusia produktif atau memiliki banyak anak selama usia

    produktif diketahui dapat menurunkan risiko payudara.

    4) Kehamilan pertama setelah berumur 30 tahun

    Wanita yang memiliki anak pertama diusia 30 tahun memiliki

    risiko tinggi terkena kanker payudara. Risiko ini meningkat 3%

    setiap kali ia bertambah usia.

    5) Kontrasepsi hormonal

    Penelitian menemukan bahwa wanita yang menggunakan

    kontrasepsi oral (pil KB) memiliki risko sedikit lebih besar terkena

    kanker payudara dibandingkan wanita yang tidak pernah

    menggunakannya.

    c. Faktor-faktor yang belum bisa dipastikan kaitannya

    1) Pola makan dan asupan vitamin

    Banyak penelitian telah dilakukan untuk mencari hubungan

    antara apa yang dimakan seorang wanita dan risiko kanker

    payudara. Kasus kanker payudara jarang ditemukan pada

    negara-negara di mana masyarakatnya mengkonsumsi makanan

    rendah lemak trans, rendah lemak tak jenuuh ganda, dan rendah

    lemak jenuh, seperti Jepang dan Korea.

    2) Kerja shif malam

    Wanita yang bekerja shif dimalam hari, misalnya perawat,

    memiliki risiko kanker payudara. Hal tersebut mungkin

    disebabkan oleh terjadinya perubahan kadar melatonin, yaitu

    hormone yang cara kerjanya dipengaruhi oleh paparan cahaya

    terhadap tubuh.

    3) Bahan kimia lingkungan

    Beberapa senyawa dalam lingkungan memiliki sifat seperti

    estrogen. Sebagai contoh, zat yang ditemukan dalam beberapa

    plastik, kosmetik dan produk perawatan tertentu pestisda

    tampaknya memiliki sifat seperti estrogen.

  • 26

    3. Klasifikasi Kanker Payudara

    a. Ductal Carcinoma In Situ (DCIS)

    DCIS dianggap sebagai kanker payudara non-infansif (tidak

    menyebar) atau pre-invasif (belum menyebar). Sekitar 1 dari 5

    kasus kanker payudara akan menjadi DCIS. Hamper semua wanita

    yang di diagnosa pada tahap awal kanker payudara ini dapat

    disembuhkan.

    b. Invasive (infiltrating) Ductal Carcinoma (IDC)

    Jenis ini adalah jenis yang paling umum terjadi. Invasive

    (infiltrating) ductal carcinoma (IDC) berawal pada saluran susu,

    lalu menembus dinding saluran dan tumbuh pada jaringan lemak

    payudara. Sekitar 8 dari 20 kanker payudara invasive adalah

    infiltrating ductal carcinomas.

    c. Invasive (infiltrating) Lobular Carcinoma (ILC)

    Invansive (infiltrating) Lobular Carcinoma dimulai dari lobules

    yaitu jaringan yang memproduksi susu, dan menyebar kebagian

    lain dari tubuh. Sekitar 1 dari 10 kanker payudara invasif adalah

    ILC. Invasive lobular carcinoma mungkin jauh lebih sulit dideteksi

    melalui mammogram dibandingkan invasif ductal

    carcinoma(Savitri, 2015).

    4. Stadium Kanker Payudara

    Setelah biopsy dilakukan, sampel jaringan payudara dilihat di

    laboratorium untuk memastikan apakah benar terdapat kanker

    payudara atau tidak. Jika hasilnya positif, akan dicari jenis kanker

    payudara apa yang menyerang. Ada beberapa tahap-tahap stadium

    kanker payudara, biasanya ditandai dengan skala 0 sampai IV. Stadium

    0 berati kanker tersebut merupakan jenis yang tidak menyebar yang

    tetap tinggal di tempat awal dimana ia tumbuh. Sedangkan stadium IV

  • 27

    berati kanker menyebar hinnga keluar payudara sampai dibagian lain

    dari tubuh.

    a. Stadium 0

    Kanker payudara pada stadium ini disebut juga dengan

    carcinoma in situ. Ada tiga jenis carcinoma in situ yaitu ductal

    carcinoma in situ (DCIS), lobular carcinoma in situ (LCIS) dan

    penyakit paget putting susu.

    b. Stadium I

    Pada stadium ini umumnya kanker sudah mulai terbentuk, pada

    stadium ini kanker payudara dibagi ke dalam dua bagian

    tergantung ukuran dan beberapa faktor lainnya.

    1) Stadium IA. Tumor berukuran 2 cm atau lebih kecil dan belum

    menyebar keluar payudara.

    2) Stadium IB. tumor yang berukuran sekitar 2 cm dan tidak

    berada pada payudara melainkan pada kelenjar getah bening.

    c. Stadium II

    Pada stadium II kanker umumnya sudah membesar. Stadium II

    dibagi menjadi dua bagian yaitu:

    1) Stadium IIA. Kanker berukuran 2-5 cm dan ditemukan pada

    tiga lajur kelenjar getah bening.

    2) Stadium IIB. Kanker berukuran sekitar 2-5 cm dan ditemukan

    menyebar 1-3 lajur kelenjar getah bening dan/atau di dekat

    tulang dada.

    d. Stadium III

    Pada tahap ini kanker dibagi menjadi tiga stadium yaitu:

    1) Stadium IIIA. Kanker berukuran lebih dari 5 cm dan ditemukan

    pada 4-9 lajur kelenjar getah bening dan/atau di area dekat

    tulang dada.

  • 28

    2) Stadium IIIB. Ukuran kanker sangat beragam dan umumnya

    telah menyebar ke dinding dada hingga mencapai kulit

    sehingga menimbulkan infeksi pada kulit payudara.

    3) Stadium IIIC. Ukuran kanker sangat beragam dan umumnya

    telah menyebar ke dinding dada dan/atau kulit payudara

    sehingga mengakibatkan pembengkakan atau luka. Kanker ini

    juga mungkin sudah menyebar ke 10 jalur kelenjar getah

    bening atau kelenjar getah bening yang berada di bawah tulang

    selangka atau tulang dada.

    e. Stadium IV

    Pada stadium ini kanker telah menyebar dari kelenjar getah

    bening menuju aliran darah dan mencapai oragan lain dari tubuh

    seperti otak, paru-paru, hati atau tulang (Savitri, 2015).

    5. Patofisiologi

    Kanker payudara sering terjadi pada wanita di atas umur 40-50

    tahun, merupakan penyakit yang mempunyai banyak faktor terkait dan

    tergantung pada tempat lokasi dan jaringan terserang.

    Penyebab tidak dapat ditemukan dengan pasti. Ada tiga faktor yang

    dapat mendukung yaitu hormon, virus dan genetik. Kanker payudara

    menjalar langsung pada struktur tubuh terdekat atau berjarak oleh

    emboli sel kanker yang dibawa melalui kelenjar getah bening atau

    pembuluh darah.

    Kelenjar getah bening di axilla, supra clavicula atau mediastinal

    merupakan tempat penyebaran pertama, sedangkan struktur tubuh lain

    adalah: paru, hati, tulang belkang dan tulang pelvis.

    Diagnosis dini sangat diperlukan untuk keberhasilan pengobatan

    dan prognosa penyakit ini tergantung dari luasnya daerah yang

    diserang (Olfah Yustiana dkk, 2014).

    6. Manifestasi Klinik

  • 29

    Tanda-tanda awal kanker payudara tidak sama pada setiap

    manusia. Tanda yang paling umum terjadi adalah perubahan bentuk

    payudara dan puting, perubahan yang terasa saat perabaan dan

    keluarnya cairan dari puting. Beberapa gejala kanker payudara yang

    dapat terasa dan terlihat cukup jelas, antara lain.

    a. Benjolan pada payudara

    Benjolan di payudara atau ketiak yang muncul setelah siklus

    menstruasi seringkali menjadi gejala awal kanker payudara yang

    paling jelas.

    b. Munculnya benjolan di ketiak (aksila)

    Terkadang benjolan kecil dan keras muncul di ketiak dan bisa

    menjadi tanda bahwa kanker payudara telah menyebar hingga

    kelenjar getah bening. Biasanya terasa lunak dan menyakitkan.

    c. Perubahan bentuk dan ukuran payudara

    Bentuk ukuran salah satu payudara mungkin terlihat berubah. Bisa

    lebih besar ataupun lebih kecil dari sebelahnya.

    d. Keluarnya cairan dari putting (Nipple Discharge)

    Apabila cairan keluar tiba-tiba tanpa menekan payudara, terjadi

    hanya pada satu payudara disertai darah atau nanah berwarna

    kuning, mungkin itu merupakan tanda kanker payudara.

    e. Perubahan pada puting susu

    Puting susu terasa seperti terbakar, gatal dan muncul luka yang

    sulit/lama sembuh. Selain itu puting terlihat tertarik ke dalam

    (retraksi), berubah bentuk atau posisi, memerah atau berkerak,

    bisul atau sisik pada puting susu mungkin merupakan tanda dari

    kanker payudara.

    f. Kulit payudara berkerut

    Muncul kerutan-kerutan pada payudara seperti kulit jeruk purut

    pada kulit payudara disertai memerah dan terasa panas.

    g. Tanda-tanda kanker telah menyebar

  • 30

    Tanda-tanda bahwa kanker telah menyebar yang muncul seperti

    nyeri, tulang, pembengkakan lengan atau luka pada kulit,

    penumpukan carian di sekitar paru-paru ,mual, kehilangan nafsu

    makan, penurunan berat badan, penyakit kuning, sesak nafas atau

    penglihatan ganda (Savitri, 2015).

    7. Pemeriksaan penunjang

    a. Pemeriksaan visual pada kulit dan jaringan

    Pada pemeriksaan ini dilakukan dengan cara mengangkat tangan ke

    atas kepala, menurunkannya lagi kesamping, atau meletakan

    tangan di pinggang. Postur tubuh seperti ini membantu melihat

    perbedaan pada ukuran atau bentuk kedua payudara dan melihat

    apakah muncul ruam, kerutan atau tanda-tanda abnormal lainnya,

    serta memeriksa apakah ada cairan yang keluar dari puting jika

    ditekan dengan lembut.

    b. Pemeriksaan manual tekstur dan benjolan

    Dilakukan pemeriksaan keseluruhan payudara, ketiak dan tulang

    selangka secara manual dengan menggunakan jari. Kadang-kadang

    wanita memilki jaringan payudara yang tampak seperti benjolan

    kecil lunak atau disebut fibrosistik. Benjolan yang ingin diketahui

    umumnya seukuran kacang kapri. Pemeriksaan manual ini

    dilakukan pada kedua payudara satu per satu dan dilakukan juga

    pemeriksaan kelenjar getah bening di dekat payudara untuk

    mencari tahu apakah kelenjar tersebut membesar atau tidak.

    c. Pemeriksaan mammogram

    Mammografi adalah pemeriksaan payudara menggunakan sinar X

    yang dapat memperlihatkan kelainan pada payudara dalam bentuk

    terkecil yaitu mikrokalsifikasi. Dengan mammografi, kanker

    payudara dapat dideteksi dengan akurasi sampai 90%.

    d. Ultrasonografi (USG) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI)

  • 31

    USG payudara adalah pemeriksaan payudara menggunakan

    gelombang suara. USG dapat membedakan benjolan berupa tumor

    padat atau kista. USG biasa digunakan untuk mengevaluasi

    masalah payudara yang tampak pada mammogram dan lebih

    direkomendasikan pada wanita usia muda. MRI dianjurkan

    bersama dengan mammogram untuk skrining rutin pada wanita

    yang beresiko lebih tinggi mengidap kanker. Pemeriksaan USG

    saja tanpa mammografi tidak direkomendasikan untuk deteksi

    kanker payudara. Tetapi dengan kombinasi USG dan mammografi,

    kelainan pada payudara dapat ditentukan dengan lebih akurat.

    Untuk wanita dengan resiko tinggi kanker payudara, pemeriksaan

    MRI direkomendasikan bersama dengan mammografi tahunan.

    MRI menggunakan magnet dan gelombang radio untuk

    memproduksi gambar irisan tubuh, pemeriksaan ini akan jauh lebih

    bermanfaat bila menggunakan zat kontras.

    e. PET Scan

    Ini adalah pemeriksaan terbaru yang dapat menggambarkan

    anatomi dan metabolisme sel kanker. Zat kontras akan disuntikkan

    lewat vena dan akan diserap oleh sel kanker. Derajat penyerapan

    zat kontras oleh sel kanker dapat menggambarkan derajat

    histologist dan potensi agresivitas tumor. PET Scan tidak

    direkomendasikan untuk skrining rutin kanker payudara.

    f. Biopsi

    Satu-satunya cara untuk menentukan apakah benjolan di payudara

    itu kanker atau tidak adalah dengan melakukan biopsi. Yakni,

    dengan mengambil sampel jaringan untuk pemeriksaan lebih lanjut

    di laboratorium. Pemeriksaan ini meliputi proses pengambilan sel-

    sel payudara dan mengujinya untuk mengetahui kanker. Terdapat

    beberapa cara biopsi, yakni:

    1) Biopsi jarum halus

  • 32

    Biopsi ini menggunakan jarum sebesar jarum suntik biasa dan

    tidak memerlukan persiapan khusus. Jaringan diambil

    menggunakan jarum halus di area tumor. Bila tumor tidak

    mudah di raba, maka biopsi jarum halus dapat dilakukan

    dengan tuntunan USG atau mammografi. Pemeriksaan ini

    mungkin agak nyeri dan menimbulkan memar ringan yang

    akan hilang 1-2 hari. Pemeriksaan biopsi jarum halus saja

    memiliki kemungkinan diagnosis meleset 10%.

    2) Care biopsi

    Care biopsy sangat mirip dengan biopsy jarum halus tetapi

    menggunakan jarum yang lebih besar, dengan bius lokal, dibuat

    irisan kecil di kulit payudara dan sedikit jaringan payudara

    diambil. Beberapa jenis benjolan lebih cocok untuk didiagnosis

    dengan care biopsi karena bentuknya. Hasil pemeriksaan biopsi

    jarum halus dan care biopsi dapat berupa: tidak ada tanda

    kanker payudara, kemungkinan ada tanda kanker payudara, dan

    ditemukannya sel kanker.

    3) Biopsi bedah

    Apabila semua pemeriksaan tidak menghasilkan diagnosis pasti

    kanker, maka wanita akan dirujuk ke dokter bedah untuk

    menjalani biopsi bedah. Sebaliknya bila hasil pemeriksaan

    sebelumnya menunjukkan tanda pasti kanker, biasanya tidak

    perlu dilakukan biopsi bedah(Savitri, 2015).

    8. Penatalaksanaan Kanker Payudara

    Ada beberapa pengobatan kanker payudara yang penerapannya

    banyak tergantung pada stadium klinik penyakit, yaitu:

    a. Pembedahan / operasi

    Operasi adalah terapi untuk membuang tumor memperbaiki

    komplikasi dan merekrontuksi efek yang ada melalui operasi.

    Anmun tidak semua stadium kanker dapat disembuhkan dengan

  • 33

    cara ini. Semakin dini kanker payudara ditemukan kemungkinan

    dengan operasi semakin besar. Ada beberapa jenis operasi yang

    dilakukan untuk pengobatan kanker payudara yaitu:

    1) Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara.

    2) Pengangkatan kelenjar getah bening (KGB) ketiak dilakukan

    terhadap penderita kanker payudara yang menyebar tetapi besar

    tumornya > 2,5 cm.

    b. Radiasi / penyinaran

    Radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker

    dengan menggunakan sinar x dan sinar gamma yang bertujuan

    membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah

    operasi.

    c. Kemotrapi

    Kemotrapi adalah pemberian obat-obat anti kanker dalam bentuk

    pil cair atau kapsul melalui infus yang bertujuan membunuh sel

    kanker. Efek dari kemotrapi sendiri yaitu pasien mengalami mual

    dan muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang

    diberikan pada saat kemotrapi. Tindakan operatif ini tergantung

    pada stadium kanker yaitu :

    1) Pada stadium I dan II dilakukan mastektomi radikal, kemudian

    apriksa KGB, bila ada metastasis dilanjutkan dengan radiasi

    ragional kemotrapi ajuvan.

    2) Pada stadium IIIa dilakukan mastektomi radikal ditambah

    kemotapi ajuvan.

    3) Pada stadium IIIb dilakukan biopsy, insisi dilanjutkan radiasi.

    4) Pada stadium IV dengan pasien premenopause dilakukan

    oforektomi bilateral, bila respon positif

    aminoglutetimid/tamofen. Bila respon negative berikan

    kemotrapi CMP/CAF. Pada pasien sudah 1-5 menopause

    periksa efek estrogen, dan pada pasien pasca menopause

  • 34

    berikan obat-obatan hormonal seperti tamoksifen, estrogen,

    progesterone / kartikosteroid.