37
6 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow, manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara memuaskan melalui proses homeostatis, baik fisiologis maupun psikologis. Adapun kebutuhan merupakan suatu hal yang penting, bermanfaat, atau diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Banyak ahli filsafat, psikologis, dan fisiologis menguraikan kebutuhan manusia dan membahasnyabdari berbagai segi. Orang pertama yang menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950, Abraham maslow seorang psikolog dari Amerika mengembangkan teori tentang kebutuhan dasar manusia yang lebih dikenal dengan istilah Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia Maslow. Hierarki tersebut meliputi lima kategori kebutuhan dasar yaitu sebagai berikut. a. Kebutuhan Fisiologis (Physiologic Needs) Pada tingkat yang paling bawah, terdapat kebutuhan yang bersifat fisiologik (kebutuhan akan udara, makanan, minuman dan sebagainya) yang ditandai oleh kekurangan (defisit) sesuatu dalam tubuh yang bersangkutan. Kebutuhan ini dinamakan juga kebutuhan dasar (basic needs) yang jika tidak dipenuhi dalam keadaan yang sangat ekstrem (misalnya kelaparan) manusia yang bersangkutan kehilangan kendali atas perilakunya sendiri karena seluruh kapasitas manusia tersebut dikerahkan dan dipusatkan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya itu. Sebaliknya, jika kebutuhan dasar ini relative sudah tercukupi, muncullah kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa aman (safety needs). Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hierarki Maslow. Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologisnyadibandingkan kebutuhan yang lain. Sebagai contoh, seseorang yang kekurangan makanan, keselamatan, dan cinta biasanya akan berusaha memenuhi kebutuhan akan makanan sebelum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

  • Upload
    others

  • View
    26

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

6

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

1. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

Menurut Abraham Maslow, manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang

harus dipenuhi secara memuaskan melalui proses homeostatis, baik fisiologis

maupun psikologis. Adapun kebutuhan merupakan suatu hal yang penting,

bermanfaat, atau diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu

sendiri. Banyak ahli filsafat, psikologis, dan fisiologis menguraikan kebutuhan

manusia dan membahasnyabdari berbagai segi. Orang pertama yang

menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

Abraham maslow seorang psikolog dari Amerika mengembangkan teori tentang

kebutuhan dasar manusia yang lebih dikenal dengan istilah Hierarki Kebutuhan

Dasar Manusia Maslow. Hierarki tersebut meliputi lima kategori kebutuhan

dasar yaitu sebagai berikut.

a. Kebutuhan Fisiologis (Physiologic Needs)

Pada tingkat yang paling bawah, terdapat kebutuhan yang bersifat fisiologik

(kebutuhan akan udara, makanan, minuman dan sebagainya) yang ditandai oleh

kekurangan (defisit) sesuatu dalam tubuh yang bersangkutan. Kebutuhan ini

dinamakan juga kebutuhan dasar (basic needs) yang jika tidak dipenuhi dalam

keadaan yang sangat ekstrem (misalnya kelaparan) manusia yang bersangkutan

kehilangan kendali atas perilakunya sendiri karena seluruh kapasitas manusia

tersebut dikerahkan dan dipusatkan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya

itu. Sebaliknya, jika kebutuhan dasar ini relative sudah tercukupi, muncullah

kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa aman (safety needs).

Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hierarki Maslow.

Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi

akan lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologisnyadibandingkan kebutuhan

yang lain. Sebagai contoh, seseorang yang kekurangan makanan, keselamatan,

dan cinta biasanya akan berusaha memenuhi kebutuhan akan makanan sebelum

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

7

memenuhi kebutuhan akan cinta. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang

mutlak dipenuhi manusia untuk bertahan hidup. Manusia memiliki delapan

macam kebutuhan, yaitu sebagai berikut

a) Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas;

b) Kebutuhan cairan dan elektrolit;

c) Kebutuhan makanan;

d) Kebutuhan eliminasi urine dan alvi;

e) Kebutuhan istirahat dan tidur;

f) Kebutuhan aktivitas;

g) Kebutuhan kesehatan temperatur tubuh; dan

h) Kebutuhan seksual.

Kebutuhan seksual tidak diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup

seseorang, tetapi penting untuk mempertahankan kelangsungan umat

manusia.

b. Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman (Safety and Security Needs)

Jenis kebutuhan yang kedua ini berhubungan dengan jaminan keamanan,

stabilitas, perlindungan, struktur, keteraturan, situasi yang bisa diperkirakan,

bebas dari rasa takut dan cemas, dan sebagainya. Oleh karena adanya kebutuhan

inilah maka manusia membuat peraturan, undang-undang, mengembangkan

kepercayaan, membuat system, asuransi, pension, dan sebagainya. Sama halnya

dengan basic needs, kalau safety needs ini terlalu lama dan terlalu banyak tidak

terpenuhi, maka pandangan sesorang tentang dunianya dapat terpengaruh dan

pada gilirannya pun perilakuknya akan cenderung kea rah yang makin negative.

Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah aman dari

berbagai aspek, baik fisiologis maupun psikologis, kebutuhan ini meliputi

sebagai berikut

a) Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan, dan

infeksi;

b) Bebas dari rasa takut dan kecemasan; dan

c) Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru dan asing.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

8

c. Kebutuhan Rasa Cinta, Memiliki, dan Dimiliki (Love and Belonging Needs)

Setelah kebutuhan dasar dan rasa aman relative dipenuhi, maka timbul

kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai (belongingness and love needs). Setiap

orang ingin setia kawan dan butuh kesetiakawanan. Setiap orang pun ingin

mempunyai kelompoknya sendiri, ingin punya “akar” dalam masyarakat. Setiap

orang butuh menjadi bagian dalam sebuah keluarga, sebuah kampong, suatu

marga, dan lain-lain. Setiap orang yang tidak mempunyai keluarga akan merasa

sebatang kara, sedangkan orang yang tidak sekolah dan tidak bekerja merasa

dirinya oengangguran yang tidak berharga. Kondisi seperti ini akan menurunkan

harga diri orang yang bersangkutan. Kebutuhan ini meliputi sebagai berikut

1) Memberi dan menerima kasih sayang;

2) Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain;

3) Kehangatan;

4) Persahabatan; dan

5) Mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok, serta lingkungan

sosial.

d. Kebutuhan Harga Diri (self-Esteem Needs)

Di sisi lain, jika kebutuhan tingkat tiga relative sudah terpenuhi, maka

timbul kebutuhan akan harga diri (self-Esteem Needs). Ada dua macam

kebutuhan akan harga diri. Pertama, adalah kebutuhan-kebutuhan akan

kekuatan, penguasaan, kompetensi, percaya diri, dan kemandirian. Sementara

yang kedua adalah kebutuhan akan penghargaan dari orang lain, status,

ketenaran, dominasi, kebanggan, dianggap penting, dan apresiasi dari orang lain.

Orang0orang yang terpenuhi kebutuhannya akan harga diri akan tampil sebagai

orang yang percaya diri, tidak bergantung pada orang lain, dan selalu siap untuk

berkembang terus untuk selanjutnya meraih kebutuhan yang tertinggi yaitu

aktualisasi diri (self actualization). Kebutuhan ini meliputi sebagai berikut

1) Perasaan tidak bergantung pada orang lain;

2) Kompeten; dan

3) Penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain.

e. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Need for Self Actualization)

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

9

Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang terdapat 17 meta kebutuhan yang

tidak tersusun secara hierarki, melainkan saling mengisi. Jika berbagai meta

kebutuhan tidak terpenuhi maka akan terjadi meta patologi seperti apatisme,

kebosanan, putus asa, tidak punya rasa humor lagi, keterasingan, mementingkan

diri sendiri, kehilangan selera, dan sebagainya. Kebutuhan ini meliputi sebagai

berikut

1) Dapat mengenal diri sendiri dengan baik (mengenal dan memahami potensi

diri);

2) Belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri;

3) Tidak emosional;

4) Mempunyai dedikasi yang tinggi;

5) Kreatif; dan

6) Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan sebagainya (Mubarak, dkk,

2015).

Kebutuhan dasar manusia menurut Virginnia Henderson yaitu, manusia

mengalami perkembangan yang dimulai dari proses tumbuh-kembang dalam

rentang kehidupan (life spend). Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, individu

memulainya dengan bergantung pada orang lain dan belajar untuk mandiri

melalui sebuah proses yang disebut pendewasaan. Proses tersebut dipengaruhi

oleh pola asuh, lingkungan sekitar, dan status kesehatan individu. Saat

melakukan aktivitas sehari-hari, individu dapat dikelompokkan kedalam tiga

kategori yaitu

a. Terhambat dalam melakukan aktivitas;

b. Belum mampu melakukan aktivitas; dan

c. Tidak dapat melakukan aktivitas.

Virginnia Henderson membagi kebutuhan dasar manusia kedalam 14 komponen

tersebut adalah sebagai berikut

a. Bernafas secara normal;

b. Makan dan minum yang cukup;

c. Eliminasi (buang air besar dan kecil);

d. Bergerak dan mempertahankan postur yang diinginkan;

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

10

e. Tidur dan istirahat;

f. Memilih pakaian yang tepat;

g. Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran yang normal dengan

menyesuaikan pakaian yang digunakan dan memodifikasi lingkungan;

h. Menjaga kebersihan diri dan penempilan;

i. Menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari membahayakan orang

lain;

j. Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi;

k. Beribadah sesuai agama dan kepercayaan;

l. Bekerja sedemikian rupa sebagai modal untuk membiayai kebutuhan hidup;

m. Bermain atau berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi; dan

n. Belajar menemukan atau memuaskan rasa ingin tau yang mengarah pada

perkembangan yang normal, kesehatan, dan penggunaan fasilitas kesehatan

yang tersedia (Saputra, 2013).

Rasa nyaman adalah konsep sentral tentang kiat keperawatan. Menurut

Donahue, 1989 dalam Potter & Perry, 2006 meringkaskan melalui easa nyaman

dan tindakan untuk mengupayakan kenyamanan perawat memberikan kekuatan,

harapan, hiburan, dukungan, dorongan dan bantuan. Berbagai teori keperawatan

menyatakan kenyamanan sebagai kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan

pemberian asuhan keperawatan.

Konsep kenyamanan memiliki subjektivitas yang sama dengan nyeri.

Kolcaba, 1992 dalam Potter & Perry mendefinisikan kenyamanan dengan cara

yang konsisten pada pengalaman subjektif klien. Kolcaba mendefinisikan

kenyamanan sebagai suatu keadaan telah terpenuhi kebutuhan dasar manusia.

Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang

meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi),

dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah atau nyeri).

2. Konsep Dasar Nyeri

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

11

Nyeri sangat tidak menyenangkan dan merupakan sensasi yang sangat

personal yang tidak dapat dibagi dengan orang lain. Nyeri dapat memenuhi

pikiran seseorang, mengarahkan semua aktivitas, dan mengubah kehidupan

seseorang. Namun nyeri adalah konsep yang sulit untuk dikomunikasikan oleh

seorang klien. Seorang perawat tidak dapat merasa ataupun melihat nyeri yang

dialami klien.Tidak ada dua orang yang mengalami nyeri yang benar-benar

sama. Selain itu, perbedaan persepsi dan reaksi nyeri individual, serta banyak

penyebab nyeri, memunculkan situasi yang kompleks bagi perawat saat

menyusun perencanaan untuk meredakan nyeri dan memberikan kenyamanan.

Penatalaksanaan nyeri yang efektif adalah aspek penting dalam asuhan

keperawatan. Nyeri lebih dari sekadar sebuah gejala; nyeri merupakan masalah

yang memiliki prioritas tinggi. Nyeri menandakan bahaya fisiologis dan

psikologis bagi kesehatan pemulihan. Nyeri berat dianggap sebagai situasi

darurat yang patut mendapat perhatian dan penanganan yang tepat. (Kozier, dkk,

2010).

3. Teori Nyeri

Terdapat beberapa teori tentang terjadinya rangangan nyeri, di antaranya:

a. Teori Pemisahan (Specificity Theory)

Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke medulla spinalis (spinal

cord) melalui kornu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior, kemudian

naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya, dan

berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.

b. Teori Pola (Pattern Theory)

Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla

spinalis dan merangsang aktivitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu respons

yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri, serta

kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi sehingga

menimbulkan nyeri. Persepsi di pengaruhi oleh modalitas respon dari reaksi

sel T.

c. Teori Pengendalian Gerbang (Gate Control Theory)

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

12

Menurut teori ini, nyeri tergantung dari kerja serat saraf besar dan kecil

yang keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada serat

saraf besar akan meningkatkan aktivitas substansia gelatinosa yang

mengakibatkan tertutupnya pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T

terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan ikut terhambat.

Rangsangan serat besar dapat langsung merangsang korteks serebri. Hasil

persepsi ini akan dikembalikan ke dalam medulla spinalis melalui serat eferen

dan reaksinya memengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akan

menghambat aktivitas substansia gelatinosa dan membuka pintu mekanisme,

sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan

rangsangan nyeri.

d. Teori Transmisi atau Inhibasi

Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-impuls

saraf, sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh neurotransmitter

yang spesifik. Kemudian, inhibisi impuls nyeri menjadi efektif oleh impuls-

impuls pada serabut-serabut besar yang memblok impuls-impuls pada serabut

lamban dan endogen system supresif. (Hidayat,2009)

4. Klasifikasi Nyeri

a. Bentuk nyeri

Nyeri dapat digambarkan dalam hal durasi, lokasi, atau etiologinya.

Saat nyeri hanya berlangsung selama periode pemulihan yang telah

diperkirakan, nyeri digambarkan sebagai nyeri akut, baik nyeri memiliki

artian mendadak atau lambat tanpa memperhatikan intensitas nya. Di sisi lain,

nyeri kronik berlangsung lama, biasanya bersifat kambuhan atau menetap

selama 6 bulan atau lebih, dan mengganggu fungsi tubuh. Nyeri kronik

malignan atau ganas, jika dihubungkan dengan kanker atau kondisi

mengancam jiwa lainnya, atau sebagai nyeri kronik nonmalignan atau jinak

jika etiologinya adalah gangguan yang tidak bersifat progresif. Nyeri akut dan

kronik menyebabkan respons fisiologis dan perilaku yang berbeda, seperti

ditunjukan dalam tabel.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

13

Tabel 2.1 Perbedaan Antara Nyeri Akut dan Kronik

Perbandingan Nyeri Akut dan Kronik

Nyeri Akut Nyeri Kronik

Ringan sampai berat

Respons system saraf simpatik:

Peningkatan denyut nadi

Peningkatan tekanan darah

Diaforesis

Dilatasi pupil

Berhubungan dengan cedera jaringan;

Hilang dengan penyembuhan

Klien tampak gelisah dan cemas

Klien melaporkan rasa nyeri

Klien menunjukan perilaku yang

mengindikasikan rasa nyeri; menangis,

menggosok area nyeri, memegang area nyeri.

Ringan sampai berat

Respons sistem saraf parasimpatik;

Tanda-tanda vital normal

Kulit kering, hangat

Pupil normal atau dilatasi

Terus berlanjut setelah penyembuhan

Klien tampak depresi dan menarik diri

Klien sering kali tidak menyebutkan rasa nyeri

kecuali ditanya

Perilaku nyeri sering kali tidak muncul.

Sumber: Kozier, dkk (2010)

b. Jenis nyeri

Berdasarkan lokasinya, nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri perifer, nyeri

sentral, dan nyeri psikogenik.

1). Nyeri perifer, bisa dibagi menjadi 3 yaitu

a). Nyeri superfisial

Berasal dar saraf perifer di kulit dan mukosa.

b). Nyeri dalam (profunda)

Berasal dari reseptor sendi tendon, fasia, dan organ dalam (visceral).

Nyeri ini bersifat tumpul, terus-menerus atau seperti terbakar, dipicu oleh

stimulasi mekanik seperti tekanan, kerusakan jaringan, dan stimulasi

kimiawi.

c), Nyeri alih (referred pain)

Merupakan nyeri yang dirasakan di tempat yang jauh dari sumber nyeri,

diakibatkan bersatunya serabut-serabut aferen yang berbeda pada

neuron-neuron kornu posterior yang sama di medula spinalis.

2). Nyeri sentral, Merupakan nyeri yang diakibatkan oleh adanya rangsangan

pada saraf spinal, batang otak, thalamus, maupun korteks serebri.

3). Nyeri psikogenik, Adalah nyeri yang dipicu dan dipicu oleh faktor psikologis

(Satyanegara, 2018).

c. Tipe nyeri

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

14

a. Nyeri dapat dikategorikan sesuai dengan asalnya sebagai nyeri kutaneus,

somatic profunda, atau visceral.

a). Nyeri kutaneus

Berasal di kulit atau jaringan subkutan. Teriris kertas yang menyebabkan

nyeri tajam dengan sedikit rasa terbakar adalah contoh nyeri kutaneus.

b). Nyeri somatik profunda

Berasal dari ligament, tendon, tulang, pembuluh darah, dan saraf. Nyeri

somatik profunda menyebar dan cenderung berlangsung lebih lama

dibandingkan nyeri kutaneus. Keseleo pergelangan kaki adalah sebuah

contoh nyeri somatik profunda,

c). Nyeri viseral

Berasal dari stimulasi reseptor nyeri di rongga abdomen, cranium, dan

toraks. Nyeri viseral cenderung menyebar dan sering kali terasa seperti

nhyeri somatik profunda, yaitu rasa terbakar, nyeri tumpul, atau merasa

tertekan. Nyeri viseral sering kali disebabkan oleh peregangan jaringan,

iskemia, dan spasme otot. Misalnya, obstruksi usus akan menyebabkan

nyeri viseral.

d. Nyeri berdasarkan tempatnya

a). Nyeri menjalar

Dirasakan di sumber nyeri dan meluas ke jaringan-jaringan di sekitarnya.

Misalnya, nyeri jantung tidak hanya dapat dirasakan di dada tetapi juga

dirasakan di sepanjang bahu kiri dan turun ke lengan.

b). Nyeri alih

Adalah nyeri yang dirasakan di satu bagian tubuh yang cukup jauh dari

jaringan yang menyebabkan nyeri. Misalnya, nyeri yang berasal dari

sebuah bagian visera abdomen dapat dirasakan di suatu area kulit yang

jauh dari organ yang menyebabkan rasa nyeri.

c). Nyeri tak tertahankan

Nyeri yang sangat sulit untuk diredakan. Salah satu contohnya

adalah nyeri akibat keganasan stadium lanjut. Saat merawat seorang klien

yang mengalami nyeri tak tertahankan, perawat dituntut untuk

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

15

menggunakan sejumlah metoda, baik farmakologi maupun

nonfarmakologi, untuk meredakan nyeri klien.

d). Nyeri neuropatik

Nyeri akibat kerusakan sistem saraf pusat di masa kini atau masa

lalu dan mungkin tidak mempunyai sebuah stimulus, seperti kerusakan

jaringan atau saraf, untuk rasa nyeri. Nyeri neuropatik berlangsung lama,

tidak menyenangkan dan dapat digambarkan sebagai: rasa terbakar, nyeri

tumpul, dan nyeri tumpul yang berkepanjangan; episode nyeri tajam

seperti tertembak dapat juga dialami

e). Nyeri bayangan

Sensasi rasa nyeri yang dirasakan pada bagian tubuh yang telah

hilang (mis., kaki yang telah diamputasi) atau yang lumpuh akibat cedera

tulang belakang, adalah sebuah contoh nyeri neuropatik. Ini dapat

dibedakan, adalah sebuah contoh nyeri neuropatik. Ini dapat dibedakan

dari sensasi bayangan, yaitu perasaan bahwa bagian tubuh yang telah

hilang masih ada. insidensi nyeri bayangan dapat dikurangi jika analgesik

diberikan melalui kateter epidural sebelum amputasi (Hawton &

Redmond,1998 dalam Kozier, dkk, 2010).

5. Faktor yang Mempengaruhi Respon Nyeri

Karena nyeri merupakan sesuatu yang kompleks, banyak faktor yang

mempengaruhi pengalaman nyeri individu. Perawat mempertimbangkan semua

faktor yang mempengaruhi klien merasa nyeri. Hal ini sangat penting dalam

upaya untuk memastikan bahwa perawat menggunakan pendekatan yang holistik

dalam pengkajian dan perawatan klien yang mengalami nyeri.

1. Usia

Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya

pada anak-anak dan lansia. Perbedaan perkembangan, yang ditemukan di

antara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak-anak dan

lansia bereaksi terhadap nyeri. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan

memahami nyeri dan prosedur yang dilakukan perawat yang menyebabkan

nyeri. Anak-anak kecil yang belum dapat mengucapkan kata-kata juga

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

16

mengalami kesulitan untuk mengungkapkan secara verbal dan

mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau petugas kesehatan.

Kemampuan klien lansia untuk menginterpretasi nyeri dapat

mengalami komplikasi dengan keberadaan berbagai penyakit disertai gejala

samar-samar yang mungkin mengenai bagian tubuh yang sama. Apabila klien

lansia ini memiliki sumber nyeri lebih dari satu, maka perawat harus

mengumpulkan pengkajian yang rinci. Manifestasi berbagai penyakit dapat

menimbulkan kondisi-kondisi nyeri yang tidak khas. Dengan kata lain,

penyakit yang berbeda dapat menimbulkan gejala yang sama. Misalnya, nyeri

dada tidak selalu mengindikasikan serangan jantung. Nyeri dada juga dapat

merupakan gejala artritis pada spinal atau gejala gangguan abdomen.

Herr dan Mobily (1991) dalam Potter dan Perry (2006) mencatat bahwa

klien lansia tidak melaporkan nyeri untuk alasan-alasan berikut

a. Klien lansia yakin bahwa nyeri merupakan susuatu yang mereka harus

terima. Karena petugas kesehatan dan anak-anak yakin bahwa nyeri

merupakan akibat alamiah dari proses penuaan, sehingga keluhan sering

kali diabaikan. Hal ini membuat klien lansia menjadi marah, sehingga

mereka tidak melaporkan nyeri yang mereka rasakan;

b. Klien lansia mungkin menyangkal bahwa mereka merasakan nyeri karena

takut akan konsekuensi yang tidak diketahui. Mereka sangat takut akan

kehilangan kebebasan mereka. Apabila mereka mengakui bahwa mereka

merasakan nyeri, maka akan mengarah kepada proses diagnostik yang

mahal dan tidak menyenangkan serta tindakan yang teraupetik;

c. Klien lansia memilih untuk tidak mengakui bahwa mereka merasakan nyeri

karena ketakutan akan mengalami penyakit yang berat atau meninggal;

d. Klien lansia menggunakan istilah yang berbeda-beda untuk men-

deskripsikan pengalaman nyeri. Istilah seperti ketidaknyamanan, sakit,

atau disakiti digunakan untuk menyangkal bahwa mereka merasakan

nyeri; dan

e. Banyak klien lansia yakin bahwa merupakan hal yang tidak dapat diterima

apabila memperlihatkan respons terhadap nyeri. Seringkali klien lansia

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

17

menggunakan berbagai cara untuk mengalihkan perhatian dan nyeri

(McCaffery dan Beebe,1989 dalam Potter dan Perry 2006).

2. Jenis kelamin

Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam

berespons terhadap nyeri (Gil, 1990 dalam Potter dan Perry, 2006).

Diragukan apakah hanya jenis kelamin saja yang merupakan suatu faktor

dalam mengekspresikan nyeri. Beberapakebudayaan yang mempengaruhi

jenis kelamin seperti menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani

dan tidak boleh menangis, sedangkan seorang anak perempuan boleh

menangis dalam situasi yang sama. Toleransi nyeri sejak lama telah menjasi

subjek penelitian yang melibatkan pria dan wanita. Akan tetapi, toleransi

terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor-faktor biokimia dan merupakan hal

yang unik pada setiap individu, tanpa memperhatikan jenis kelamin.

3. Kebudayaan

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu

mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang

diterima oleh kebudayaan mereka. Putugas kesehatan sering sekali berasumsi

bahwa cara yang mereka lakukan dan apa yang mereka yakini adalah sama

dengan cara dan keyakinan orang lain. Dengan demikian mereka mencoba

mengira bagaimana klien akan berespon terhadap nyeri. Misalnya, apabila

seorang perawat yakin bahwa menangis dan merintih mengindikasikan suatu

ketidakmampuan untuk mentoleransi nyeri, akibatnya pemberian terapi

mungkin tidak cocok untuk klien berkebangsaan Meksiko-Amerika. Seorang

klien berkebangsaan Meksiko-Amerika yang menangis keras tidak selalu

mempersepsikan pengalaman nyeri sebagai sesuatu yang berat atau

mangharapkan perawat melakukan intervensi (Calvillo dan Flaskerud,1991

dalam Potter dan Perry,2006).

4. Makna Nyeri

Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi

pengalaman pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri.

Hal ini juga dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya individu

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

18

tersebut. Individu akan mempersepsikan nyeri dengan cara berbeda-beda,

apabila nyeri tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan hukuman,

dan tantangan. Misalnya seorang wanita yang sedang bersalin akan

mempersepsikan nyeri berbeda dengan seorang wanita yang mengalami nyeri

akibat cedera karena pukulan pasangannya. Derajat dan kualitas nyeri yang

dipersepsikan klien berhubungan dengan makna nyeri.

5. Perhatian

Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat

mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan

dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya pengalihan (distraksi)

dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun (Gill, 1990 dalam Potter dan

Perry, 2006). Konsep ini merupakan salah satu konsep yang perawat terapkan

di berbagai terapi untuk menghilangkan nyeri, seperti relaksasi, teknik

imajinasi terbimbing (guided imagery), dan massase. Dengan memfokuskan

perhatian dan konsentrasi klien pada stimulus yang lain, maka perawat

menempatkan nyeri pada kesadaran yang perifer. Biasanya, hal ini

menyebabkan toleransi nyeri individu meningkat, khususnya terhadap nyeri

yang berlangsung hanya selama waktu distraksi.

6. Ansietas

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas sering

kali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu

perasaan ansietas. Paice, 1991 dalam Potter dan Perry, 2006 melaporkan

suatu bukti bahwa stimulus nyeri mengaktifkan bagian sistem limbik yang

diyakini mengendalikan emosi seseorang, khususnya ansietas.

7. Keletihan

Keletihan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa kelelahan menyebabkan

sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping. Hal ini

dapat menjadi masalah umum pada setiap individu yang menderita penyakit

dalam jangka lama. Apabila keletihan disertai kesulitan tidur, maka persepsi

nyeri bahkan dapat terasa lebih berat lagi. Nyeri seringkali lebih berkurang

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

19

setelah individu mengalami suatu periode tidur yang lelap dibanding pada

akhir hari yang melelahkan.

8. Pengalaman Sebelumnya

Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Pengalaman nyeri

sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut akan menerima nyeri

dengan lebih mudah pada masa yang akan datang. Apabila individu sejak

lama sering mengalami serangkaian episode nyeri tanpa pernah sembuh atau

menderita penyakit yang berat, maka ansietas atau bahkan rasa takut dapat

muncul. Sebaliknya, apabila individu mengalami nyeri, dengan jenis yang

sama berulang-ulang, tetapi kemudian nyeri tersebut dengan berhasil

dihilangkan, akan lebih mudah bagi individu tersebut untuk

menginterpretasikan sensasi nyeri. Akibatnya, klien akan lebih siap untuk

melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untyk menghilangkan nyeri.

9. Gaya Koping

Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat anda

merasa kesepian. Apabila klien mengalami nyeri dikeadaan perawatan

kesehatan, seperti di runah sakit, klien merasa tidak berdaya dengan rasa sepi

itu. Hal yang sering terjadi adalah klien merasa kehilangan kontrol terhadap

lingkungan atau kehilangan kontrol terhadap hasil akhir dari peristiwa-

peristiwa yang terjadi. Dengan demikian, gaya koping mempengaruhi

kemampuan individu tersebut untuk mengatasi nyeri.

10. Dukungan Keluarga dan Sosial

Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon nyeri ialah kehadiran

orang-orang terdekat klien dan bagaimana sikap mereka terhadap klien.

Individu dari kelompok sosial budaya yang berbeda memiliki harapan yang

berbeda tentang orang tempat mereka menumpahkan keluhan mereka tentang

nyeri (Meinhart dan McCaffery, 1983 dalam Potter dan Perry, 2016). Individu

yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau

teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan, atau perlindungan.

Walaupun nyeri tetap klien rasakan, kehadiran orang yang dicintai klien akan

meminimalkan kesepian dan ketakutan. Apabila tidak ada keluarga atau

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

20

teman, seringkali pengalaman nyeri membuat klien semakin tertekan.

Kehadiran orang tua sangat penting bagi anak-anak yang sedang mengalami

nyeri.

6. Efek yang Ditimbulkan oleh Nyeri

a. Tanda dan gejala fisik

Respon fisiologis terhadap nyeri dapat menunjukan keberadaan dan

sifat nyeri dan ancaman yang potensial terhadap kesejahteraan klien. Apabila

klien merasakan nyeri, perawat harus mengkaji tanda-tanda vital, melakukan

pemeriksaan fisik terfokus, dan mengobservasi keterlibatan sistem saraf

otonom. Tanda fisiologis dapat menunjukan nyeri pada klien yang berupaya

untuk tidak mengeluh atau tidak mengakui ketidaknyamanan. Tidak ada suatu

tingkatan atau ekstensi perubahan yang dapat diperkirakan dalam kondisi

klien yang mengindikasikan nyeri.

b. Efek perilaku

Apabila seorang klien mengalami nyeri, maka perawat mengkaji kata-

kata yang diucapkan, respons vokal, gerakan wajah dan tubuh, serta interaksi

sosial. Laporan verbal tentang nyeri merupakan begian vital pada pengkajian.

Perawat harus bersedia mendengarkan dan berusaha memahami klien.

c. Pengaruh pada aktivitas sehari-hari

Klien yang mengalami nyeri setiap hari kurang mampu berpartisipasi

dalam aktivitas rutin. pengkajian pada perubahan ini menunjukan sejauh

mana kemampuan dan proses penyesuaian klien diperlukan untuk

membantunya berpartisipasi dalam perawatan diri.

7. Penanganan Nyeri Pasca Operasi

a. Meningkatkan peroses penyembuhan luka dan mengurangi rasa nyeri dengan

cara merawat luka dan memperbaiki asupan makanan tinggi protein dan

vitamin C;

b. Mempertahankan respirasi sempurna, dengan cara latihan nafas dalam dengan

mulut terbuka, tahan nafas selama 3 detik, kemudian hembuskan. Atau dapat

dengan cara menarik nafas melalui hidung dengan menggunakan diafragma,

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

21

kemudian dikeluarkan nafas perlahan-lahan melalui mulut yang

dikuncupkan;

c. Mempertahankan sirkulasi, pakaikan stoking pada pasien yang beresiko

terjadi trombophlebitis, atau pasien dilatih agar tidak duduk terlalu lama dan

harus meninggikan kaki pada tempat duduk guna memperlancar vena balik;

d. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, dengan cara mem-

berikan cairan sesuai dengan kebutuhan dan memonitor input dan output,

serta mempertahankan nutrisi yang cukup;

e. Mempertahankan eliminasi, dengan cara mempertahankan asupan dan output

serta mencegah retensi urine; dan

f. Mengurangi kecemasan dengan cara melakukan komunikasi teraupetik.

8. Intensitas Nyeri atau Skala Peringkat.

Indikator tunggal terpenting keberadaan dan intensitas nyeri adalah laporan

klien mengenai nyeri. Namun pada praktiknya, McCaffery, Ferrel, dan Pasero,

2000 dalam Kozier, dkk, 2010 menemukan bahwa perawat cenderung

menggunakan cara yang kurang dapat diandalkan untuk mengkaji nyeri. Faktor

utama yang diidentifikasi oleh perawat dipengaruhi secara budaya (mis, ekspresi

wajah, verbalisasi, meminta pereda nyeri). Selain itu, studi menunjukkan bahwa

pemberi perawatan kesehatan dapat merendahkan atau melebih-lebihkan

intensitas nyeri (Bergh & Sjostorm, 1999 dalam Kozier, dkk, 2010). Penggunaan

skala intensitas nyeri adalah metode yang mudah dan reliabel dalam menentukan

intensitas nyeri klien.

Saat mencatat intensitas nyeri, sangat penting untuk menentukan setiap

faktor terkait yang dapat memengaruhi nyeri. Apabila intensitas berubah,

perawat perlu mempertimbangkan kemungkinan penyebab. Misalnya, hilangnya

nyeri abdomen akut secara mendadak dapat mengindikasikan ruptur apendiks.

Beberapa faktor yang memengaruhi persepsi intensitas:

1) Jumlah distraksi atau konsentrasi klien pada kejadian lain;

2) Keadaan kesadaran klien;

3) Tingkat aktivitas; dan

4) Harapan klien.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

22

9. Penilaian Respon Intensitas Nyeri

a. Numeric Rating Scale

Dimana intensitas nyeri diukur dalam skala 10, dengan nilai 0 menyatakan

tidak nyeri dan nilai 10 menyatakan nyeri yang amat sangat dan tidak

tertahankan lagi.

Sumber: Ikawati & Anurogo (2018)

Gambar 2.1 Skala inrensitas nyeri 10 poin dengan keterangan kata

Skala pada numeric rating scale dan interprestasinya. intensitas nyeri pada

skala 1-3 disebut nyeri ringan, 4-6 disebut nyeri sedang, dan 7-1- dikatakan

nyeri berat.

b. Face Pain Rating Scale

Sumber: Ikawati & Anurogo (2018)

Gambar 2.2 Skala peringkat wajah. Face Pain Rating Scale

c. Visual Analog Scale (VAS)

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

23

Sumber: Ikawati & Anurogo (2018)

Gambar 2.3 Visual Analog Scale

Selain menentukan intensitas nyeri, perlu diidentifikasi juga onset, durasi,

karakteristik rasa nyerinya, seperti apakah nyerinya tajam, tumpul, berdenyut,

dll. Intensitas nyeri pada saat ada aktivitas tubuh juga sebaiknya dinilai,

misalnya pasien diminta menilai nyerinya ketika dia batuk, bernafas dalam-

dalam, atau berbaring.

10. Penatalaksanaan Nyeri Pasca Operasi

Upaya mengatasi nyeri (ketidaknyamanan) ini dapat dilakukan antara lain

dengan metode serta teknik distraksi dan relaksasi. Adapun praktiknya sebagai

berikut:

a. Teknik distraksi

Merupakan pengalih perhatian pasien dari rasa nyeri

1) Perawat meminta pasien untuk bernapas lambat serta berirama teratur;

2) Perawat meminta pasien bernyanyi dengan irama sambil menghitung

ketukannya;

3) Perawat meminta pasien untuk mendengarkan musik;

4) Perawat mengajak pasien berimajinasi (guided imagery); dan

a) Atur posisi pasien supaya nyaman.

b) Minta pasien untuk memikirkan hal-hal yang menyenangkan atau

pengalaman yang membantu menggunakan semua indera.

c) Minta pasien untuk tetap fokus pada bayangan yang menyenangkan,

sambil merelaksasikan tubuh.

d) Jika pasien tampak rileks, maka perawat tidak perlu bicara lagi.

e) Jika pasien menunjukkan tanda-tanda agitasi, gelisah atau tidak

nyaman, maka perawat harus segera menghentikan latihan serta

memulai lagi ketika pasien siap.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

24

b. Teknik relaksasi

Teknik ini didasarkan pada keyakinan bahwa tubuh merespons pada

ansietas (ketakutan). Hal inilah yang merangsang pikiran sehingga

menyebabkan rasa nyeri. Teknik relaksasi memiliki bwragam jenis, salah

satunya adalah relaksasi autogenik. Relaksasi ini lebih mudah dilakukan

serta tidak berisiko. Pada prinsipnya pasien harus mampu berkonsentrasi

sambil membaca mantra atau doa dalam hati, sambil melakukan ekspirasi

udara paru. Tujuannya untuk menurunkan tegangan fisiologis

1) Baringkan tubuh pasien. Kepala disangga dengan bantal serta

memejamkan mata;

2) Atur napas sehingga menjadi lebih teratur; dan

3) Tarik napas sekuat-kuatnya, lalu buang secara perlahan-lahan, sambil

mengatakan dalam hati, “saya damai dan tenang”. (Susanto dan

Fitriana, 2017).

B. Tinjauan Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian nyeri yang akurat penting untuk upaya penatalaksanaan nyeri

yang efektif. Karena nyeri merupakan pengalaman yang subjektif dan

dirasakan secara berbeda pada masing-masing individu, maka perawat perlu

mengkaji semua faktor yang memengaruhi nyeri, seperti faktor fisiologis,

psikologis, perilaku, emosional, dan sosiokultural. Pengkajian nyeri terdiri

atas dua komponen utama, yakni

a) Riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klien; dan

b) Observasi langsung pada respons perilaku dan fisiologis klien.

Tujuan pengkajian adalah untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap

pengalaman subjektif.

Tabel 2.2 Pengingat Pengkajian Nyeri

Mnemonik untuk pengkajian nyeri

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

25

P : Provokasi (apa yang menyebabkan nyeri)

Q : Quality atau kualitas

R : Radiasi/region (area)

S : Severity atau keparahan

T : Timing atau waktu

Sumber: Kozier, dkk (2010)

2. Riwayat Nyeri

Saat mengkaji riwayat nyeri, perawat sebaiknya memberi klien

kesempatan untuk mengungkapkan cara pandang mereka terhadap nyeri dan

situasi tersebut dengan kata-kata mereka sendiri. Langkah ini akan membantu

perawat memahami makna nyeri bagi klien dan bagaimana ia berkoping

terhadap situasi tersebut. Secara umum, pengkajian riwayat nyeri meliputi

beberapa aspek, antara lain

a. Lokasi;

Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, minta klien menunjukan

area nyerinya. Pengkajian ini bisa dilakukan dengan bantuan gambar

tubuh. Klien bisa menandai bagian tubuh yang mengalami nyeri. Ini

sangat bermanfaat, terutama untuk klien yang memiliki lebih dari satu

sumber nyeri.

b. Intensitas nyeri;

Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode yang mudah dan

terpercaya untuk menentukan intensitas nyeri pasien. Skala nyeri yang

paling sering digunakan adalah rentang 0-5 atau 1-10. Angka “0”

menandakan tidak nyeri sama sekali dan angka tertinggi menandakan nyeri

“terhebat” yang dirasakan klien.

c. Kualitas nyeri;

Terkadang, nyeri bisa terasa seperti “dipukul-pukul” atau “ditusuk-tusuk”

d. Pola;

Pola nyeri meliputu waktu awitan, durasi, dan kekambuhan atau interval

nyeri. Karenanya, perawat perlu mengkaji kapan nyeri dimulai, berapa

lama nyeri berlangsung, apakah nyeri berulang, dan kapan nyeri terakhir

muncul.

e. Faktor presipitasi;

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

26

Terkadang, aktivitas tertentu dapat memicu munculnya nyeri. Sebagai

contoh, aktivitas fisik yang berat dapat menimbulkan nyeri dada. Selain

itu, faktor linkungan ( lingkungan yang sangat dingin atau sangat panas ),

stressor fisik dan emosional juga dapat memicu munculnya nyeri.

f. Gejala yang menyertai;

Gejala ini meliputi mual, muntah, pusing, dan diare.

g. Pengaruh pada aktivitas sehari-hari;

Dengan mengetahui sejauh mana nyeri mempengaruhi aktivitas harian

klien akan membantu perawat memahami prespektif klien tentang nyeri.

h. Sumber koping; dan

Setiap individu memiliki strategi koping yang berbeda dalam menghadapi

nyeri. Strategi tersebut dapat dipengaruhi oleh pengalaman nyeri

sebelumnya atau pengaruh agama atau budaya.

i. Respon afektif.

Respon afektif klien terhadap nyeri bervariasi, tergantung pada situasi,

derajat dan durasi nyeri, interprestasi tentang nyeri, dan banyak faktor

lainnya. Perawat perlu mengkaji adanya perasaan ansietas, takut, lelah,

depresi, atau perasaan gagal pada diri klien.

3. Observasi respon perilaku dan fisiologis

Banyak respon non verbal yang bisa dijadikan indikator nyeri. Salah

satu yang paling utama adalah ekspresi wajah. Perilaku seperti menutup mata

rapat-rapat atau membukanya lebar-lebar, menggigit bibir bawah, dan

seringai wajah dapat mengindikasikan nyeri selain ekspresi wajah, respon

prilaku lain yang dapat menandakan nyeri adalah vokalisasi ( mis; rangan,

menangis, berteriak), imobilisasi bagian tubuh yang mengalami nyeri,

gerakan tubuh tanpa tujuan (mis; menendang-nendang, membolak-balikan

tubuh diatas kasur), dll.

2. Diagnosa Keperawatan

Penegakan diagnosa keperawatan yang akurat untuk klien yang

mengalami nyeri dilakukan berdasarkan pengumpulan dan analisis data yang

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

27

cermat. Seorang perawat jangan mendiagnosa klien mengalami nyeri dengan

sederhana hanya karena menyangka klien mengalami ketidaknyamanan.

Diagnosa yang akurat dibuat hanya setelah pengkajian lengkap semua variabel.

Dalam contoh diagnosa nyeri, perawat dapat mengkaji perilaku klien yang

menarik diri dari komunikasi, postur tubuh kaku, klien mengeluh, ungkapan

verbal ketidaknyamanan klien. Diagnosa keperawatan harus berfokus pada sifat

khusus nyeri untuk membantu perawat mengidentifikasi jenis intervensi yang

paling berguna untuk menghilangkan nyeri dan meminimalkan efek intervensi

itu pada gaya hidup dan fungsi klien.

Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017 diagnosis yang muncul pada

kasus nyeri akut antara lain

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis (mis., inflamasi,

iskemia, neoplasma);

b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera kimiawi (mis., terbakar,

bahan kimia iritan); dan

c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (mis., abses, amputasi,

terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik

berlebihan.

Menurut Potter dan Perry, 2006 diagnosa keperawatan NANDA untuk

klien pasca operatif antara lain:

a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan (hilangnya batuk,

penumpukan sekresi, sedasi yang berkepanjangan);

b. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan (nyeri insisi, efek

analgesik pada ventilasi);

c. Nyeri berhubungan dengan (insisi bedah, iritasi nasal akibat pemasangan

selang NG);

d. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan (paksaan menjalani

pembedahan, terapi pascaoperatif);

e. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan (drainase luka, asupan

cairan yang tidak adekuat);

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

28

f. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan (drainase luka,

gangguan mobilitas);

g. Berduka adaptif berhubungan dengan kondisi kritis klien;

h. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan (nyeri, pembatasan aktivitas

pasca operatif);

i. Perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan (iritasi selang NG atau

ET, puasa);

j. Defisit perawatan diri: makan, mandi/membersihkan diri, memakai

baju/berhias, berkemih dan defekasi berhubungan dengan pembatasan

aktivitas pascaoperatif;

k. Risiko perubahan suhu tubuh berhubungan dengan penurunan metabolisme;

l. Risiko infeksi berhubungan dengan insisi luka bedah; dan

m. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan pemasangan selang

endotrakea atau selang pada jalan nafas.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

29

29

3. Intervensi Keperawatan Tabel 2.3 Intervensi keperawatan menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia

Diagnosa Intervensi Utama Intervensi Pendukung

Nyeri Akut berhubungan dengan agen

pencedera fisik.

Defiisi:

Pengalaman sensorik atau emosioal yang

berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual

atau fungsional, dengan onset mendadak atau

lambat dan berintensitas ringan hingga berat

yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

Tujuan:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan

diharapkan nyeri klien berkurang dengan

kriteria hasil sebagai berikut:

- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab

nyeri, mampu meng-gunakan teknik

nonfarma-kologi untuk mengurangi nyeri,

mencari bantuan)

- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan

menggunakan manajemen nyeri

- Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,

frekuensi dan tanda nyeri)

- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri

berkurang.

Penyebab:

- Agen pencedera fisiologis (mis. inflamasi,

iskemia, neoplasma

- Agen pencedera kimiawi (mis. terbakar,

bahan kimia iritan

- Agen pencedera fisik (mis. abses, amputasi,

terbakar, terpotong, mengangkat berat,

Manajemen Nyeri:

Observasi :

- Identifikasi lokasi, karekteristik, durasi,

frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

- Identifikasi skala nyeri

- Identifikasi respons nyeri non verbal

- Identifikasi faktor yang memperberat dan

memperingan nyeri

- Identifikasi pengetahuan dan keyakinan

tentang nyeri

- Identifikasi pengaruh budaya terhadap

respon nyeri

- Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas

hidup

- Monitor keberhasilan terapi kompementer

yang sudah diberikan

- Monitor efek samping penggunaan analgetik

Teraupetik:

- Berikan teknik nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis,

akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi

pijat, aromaterapi, teknik imajinasi

terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi

bermain)

- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa

nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan,

kebisingan)

- Fasilitasi istirahat dan tidur

- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam

pemilihan strategi meredakan nyeri

- Aromaterapi

- Dukungan hipnosis diri

- Dukungan pengungkapan kebutuhan

- Edukasi efek samping obat

- Edukasi manajemen nyeri

- Edukasi proses penyakit

- Edukasi teknik napas

- Kompres dingin

- Kompres panas

- Konsultasi

- Latihan pernapasan

- Manajemen efek samping obat

- Manajemen kenyamanan lingkungan

- Manajemen medikasi

- Manajemen sedasi

- Manajemen terapi radiasi

- Pemantauan nyeri

- Pemberian obat

- Pemberian obat intravena

- Pemberian obat oral

- Pemberian obat intravena

- Pemberian obat topikal

- Pengaturan posisi

- Perawatan amputasi

- Perawatan kenyamanan

- Teknik distraksi

- Teknik imajinasi Terbimbing

- Terapi Akupresur

- Terapi akupuntur

- Terapi bantuan hewan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

30

prosedur operasi, trauma, latihan fisik

berlebihan)

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif:

- Mengeluh nyeri

Objektif:

- Tampak meringis

- Bersikap protektif (mis. waspada,

posisi menghindari nyeri)

- Gelisah

- Frekuensi nadi meningkat

- Sulit tidur

Gejala dan Tanda Minor

Objektif:

- Tekanan darah meningkat

- Pola nafas berubah

- Nafsu makan berubah

- Proses berpikir terganggu

- Menarik diri

- Berfokus pada diri sendiri

- Diaforesis

Kondisi Klinis Terkait:

- Kondisi pembedahan

- Cedera traumatis

- Infeksi

- Sindrom koroner akut

- Glaukoma

Edukasi:

- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu

nyeri

- Jelaskan strategi meredakan nyeri

- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

- Anjurkan menggunakan analgetik secara

tepat

- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi:

- Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu.

Pemberian Analgesik:

Observasi:

- Identifikasi karakteristik nyeri (mis.

pencetus, pereda, kualitas, lokasi, intensitas,

frekuensi, durasi)

- Identifikasi riwayat alergi obat

- Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis.

narkotika, non-narkotik, atau NSASID)

dengan tingkat keparahan nyeri

- Monitor tanda-tanda vital sebelum dan

sesudah pemberian analgesik

- Monitor efektifitas analgesik

Teraupetik:

- Diskusikan jenis analgesik yang disukai

untuk mencapai analgesia optimal, jika perlu

- Pertimbangkan penggunaan infus kontinu,

atau bolus opioid untuk mempertahankan

kadar dalam serum

- Tetapkan target efektifitas analgesik untuk

mengoptimalkan respons pasien

- Dokumentasikan respons terhadap efek

analgesik dan efek yang tidak diinginkan

-

- Terapi humor

- Terapi murattal

- Terapi musik

- Terapi pemijatan

- Terapi relaksasi

- Terapi sentuhan

- Transcutaneous Electrical Nerve

Stimulation (TENS)

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

31

Edukasi:

- Jelaskan efek terapi dan efek samping obat

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian dosis dan jenis

analgesik, sesuai indikasi

Gangguan Integritas Kulit/Jaringan

berhubungan dengan penurunan mobilitas

Definisi:

Kerusakan kulit (dermis dan atau epidermis)

atau jaringan (membran mukosa, kornea, fasia,

otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan

atau ligamen).

Tujuan:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan

diharapkan tidak terjadi gangguan integritas

kulit dengan kriteria hasil sebagai berikut:

- Perfusi jaringan normal

- Tidak ada tanda-tanda infeksi

- Ketebalan dan tekstur jaringan normal

- Menunjukan pemahaman dalam proses

perbaikan kulit dan dan mencegah

terjadinya cidera berulang

- Menunjukkan terjadinya proses

penyembuhan luka

Penyebab:

- Perubahan sirkulasi

- Perubahan status nutrisi (kelebihan atau

kekurangan)

- Kekurangan/kelebihan volume cairan

- Penurunan mobilitas

- Bahan kimia iritatif

- Suhu lingkungan yang ekstrem

- Faktor mekanis (mis. penekanan pada

tonjolan tulang, gesekan) atau faktor

Perawatan Integritas Kulit

Observasi:

- Identifikasi penyebab gangguan integritas

kulit (mis. perubahan sirkulasi, perbahan

status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu

lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)

Teraupetik:

- Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring

- Lakukan pemijatan pada area penonjolan

tulang jika perlu

- Bersihkan perineal dengan air hangat

terutama selama periode diare

- Gunakan produk berbahan petrolium atau

minyak pada kulit kering

- Gunakan produk berbahan ringan/alami dan

hipoalergic pada kulit sensitif

- Hindari produk berbahan dasar alkohol pada

kulit kering

Edukasi:

- Anjurkan menggunakan pelembab (mis.

Lotion, serum)

- Anjurkan minum air yang cukup

- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

- Anjurkan meningkatkan asupan buah dan

sayur

- Anjurkan menghindari terpapar suhu

ekstrem

- Anjurkan menggunakan tabir surya SPF

minimal 30 saat berada diluar rumah

- Dukungan perawatan diri

- Edukasi perawatan diri

- Edukasi perawatan kulit

- Edukasi perilaku upaya kesehatan

- Edukasi pola perilaku kebersihan

- Edukasi program pengobatan

- Konsultasi latihan rentang gerak

- Manajemen nyeri

- Pelaporan status kesehatan

- Pemberian obat

- Pemberian obat intradermal

- Pemberian obat intramuskular

- Pemberian obat intravena

- Pemberian obat kulit

- Pemberian obat subkutan

- Pemberian obat tropikal

- Penjahitan luka

- Perawatan area insisi

- Perawatan imobilitas

- Perawatan kuku

- Perawatan luka bakar

- Perawatan luka tekan

- Perawatan pasca seksio sesaria

- Perawatan skin graft

- Tekhnik latihan penguatan otot dan sendi

- Terapi lintah

- Skrinning kanker

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

32

elektris (elektrodiatermi, energi listrik

bertegangan tinggi)

- Efek samping terapi radiasi

- Kelembaban

- Proses penuaan

- Neuropati periver

- Perubahan pigmentasi

- Perubahan hormonal

- Kurang terpapar informasi tentang upaya

mempertahankan/melindungi integritas

jaringan.

Gejala dan tanda mayor

Objektif:

- Kerusakan jaringan dan atau lapisan kulit

Gejala dan Tanda Minor

Objektif:

- Nyeri

- Perdarahan

- Kemerahan

- Hematoma

- Kondisi Klinis Terkait:

- Imobilisasi

- Gagal jantung kongestif

- Gagal ginjal

- Diebetes melitus

- 5. Imunodefisiensi (mis. AIDS)

- Anjurkan mandi dan menggunakan sabun

secukupnya

Perawatan Luka:

Observasi:

- Monitor karakteristik luka (mis. drainase,

warna, ukuran, bau)

- Monitor tanda-tanda infeksi

Teraupetik:

- Lepaskan balutan dan plester secara perlahan

- Cukur rambut didaerah sekitar luka, jika

perlu

- Bersihkan dengan cairan Nacl atau

pembersih nontoxic sesuai kebutuhan

- Bersihkan jaringan nekrotik

- Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi jika

perlu

- Pasang balutan sesuai jenis luka

- Pertahankan teknik steril saat melakukan

perawatan luka

- Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan

drainase

- Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam

atau sesuai kondisi pasien

- Berikan diet dengan kalori 30-35

kkal/kgBB/hari dan protein 1,25-1,5

g/kgBB/hari

- Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis.

Vitamin A, Vitamin C, zinc, asam amino,

sesuai indikasi)

- Berikan terapi TENS (stimulasi saraf

transkutaneous) jika perlu

Edukasi:

- Jelaskan tanda dan gejala infeksi

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

33

- Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi

kalori dan protein

- Ajarkan prosedur perawatan luka secara

mandiri

Kolaborasi:

- Kolaborasi prosedur debridement (mis.

enzimatic, biologis, mekanis, autolitik) jika

perlu

- Kolaborasi pemberian antibiotik jika perlu.

Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan

nyeri

Definisi:

Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau

lebih ekstremitas secara mandiri

Tujuan:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan

diharapkan nyeri klien berkurang dengan

kriteria hasil sebagai berikut:

- Klien meningkat dalam aktivitas fisik

- Mengerti tujuan dan peningkatan mobilitas

- Memverbalisasikan perasaan dalam

meningkatkan kekuatan dan kemampuan

berpindah.

- Memperagakan peng-gunaan alat

- Bantu untuk mobilisasi (walker)

Penyebab:

- Kerusakan integritas struktur tulang

- Perubahan metabolisme

- Ketidakbugaran fisik

- Penurunan kendali otot

- Penurunan massa otot

- Penurunan kekuatan otot

- Keterlambatan perkembangan

- Kekakuan sendi

Dukungan Ambulasi: Observasi:

- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik

lainnya

- Identifikasi toleransi fisik melakukan

ambulasi

- Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah

sebelum memulai ambulasi

- Monitor kondisi umum selama melakukan

ambulasi teraupetik fasilitas aktivitas

ambulasi dengan alat bantu (mis. tongkat,

kruk)

- Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika

perlu

- Libatkan keluaraga untuk emmbantu pasien

dalam meningkatkan ambulasi

Edukasi:

- Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi

- Anjurkan melakukan ambulasi dini

- Ajarkan ambulasi sederhana yang harus

dilakukan (mis.berjalan dari tempat tidur ke

kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke

kamar mandi, berjalan sesuai toleransi)

Dukungan Mobilisasi

Observasi:

- Dukungan kepatuhan program

pengobatan

- Dukungan perawatan diri

- Dukungan perawatan diri: BAB/BAK

- Dukungan keperawatan diri: berpakaian

- Dukungan keperawatan diri:

makan/minum

- Dukungan perawatan diri: mandi

- Edukasi latihan fisik

- Edukasi teknik ambulasi

- Dukungan teknik transfer

- Konsultasi via telepon

- Latihan otogenik

- Manajemen energi

- Manajemen lingkungan

- Manajemen mood

- Manajemen nutrisi

- Manajemen nyeri

- Manajemen medikasi

- Manajemen program latihan

- Manajemen sensasi perifer

- Pemantauan neurologis

- Pemberian obat

- Pemberian obat intavena

- Pembidaian

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

34

- Kontraktur

- Malnutrisi

- Gangguan muskuloskeletal

- Gangguan neuromuskular

- Indeks massa tubuh diatas persentil ke-75

sesuai usia

- Efek agen farmakologis

- Program pembatasan gerak

- Nyeri

- Kurang terpapar informasi tentang

aktivitas fisik

- Kecemasan

- Gangguan kognitif

- Keengganan melakukan pergerakan

- Gangguan sensoripersepsi

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif:

- Mengeluh sulit menggerakan ekstremitas

Objektif

- Kekuatan otot menurun

- Rentang gerak (ROM) menurun

- Gejala dan Tanda Minor

Subjektif:

- Nyeri saat bergerak

- Enggan melakukan pergerakan

- Merasa cemas saat bergerak

Objektif:

- Sendi kaku

- Gerakan tidak terkontaminasi

- Gerakan terbatas

- Fisik lemah

- Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik

lainnya

- Identifikasi toleransi fisik melakukan

pergerakan

- Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah

sebelum memulai mobilisasi

- Monitor kondisi umum selama melakukan

mobilisasi

Teraupetik:

- Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat

bantu (mis. pagar tempat tidur)

- Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu

- Libatkan keluarga untuk membantu pasien

dalam meningkatkan pergerakan

Edukasi:

- Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi

- Anjurkan melakukan mobilisasi dini

- Anjurkan mobilisasi sederhana yang harus

dilakukan (mis. duduk di tempat tidur, duduk

di sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur

ke kursi)

- Pencegahan jatuh

- Pencegahan luka tekan

- Pengaturan posisi

- Pengekangan fisik

- Perawatan kaki

- Perawatan sirkulasi

- Perawatan tirah baring

- Perawatan traksi

- Promosi berat badan

- Promosi kepatuhan program latihan

- Promosi latihan fisik

- Teknik latihan penguatan otot

- Teknik latihan penguatan sendi

- Terapi aktivitas

- Terapi pemijatan

- Terapi relaksasi otot progresif

Sumber: Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018), Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017), Nurafif & Kusuma (2015).

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

35

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

36

36

5. Implementasi

Lakukan, informasikan, dan tuliskan, adalah frase tindakan implementasi.

Melakukan asuhan keperawatan dengan dan untuk klien. Menginformasikan

hasil dengan cara berkomunikasi dengan klien dan anggota tim layanan

kesehatan lain, secara individual atau dalam konferensi perencanaan.

Menuliskan informasi dengan cara mendokumentasikannya sehingga penyedia

layanan kesehatan selanjutnya dapat melakukan tindakan dengan tujuan dan

pemahaman. Selalu ingat bahwa komunikasi dan dokumentasi yang adekuat

akan memfasilitasi kontinuitas asuhan (Rosdahl dan Kowalski, 2017)

6. Evaluasi

Evaluasi adalah pengukuran keefektifan pengkajian, diagnosis,

perencanaan, dan implementasi. Klien adalah fokus evaluasi. Langkah-langkah

dalam mengevaluasi asuhan keperawatan adalah, menganalisis respon klien,

mengidentifikasi faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan atau

kegagalan, dan perencanaan untuk asuhan di masa depan.

Menurut Dinarti, dkk, (2013). Evaluasi asuhan keperawatan

didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subyektif, obyektif, assesment,

planning). Komponen SOAP yaitu S (subyektif) dimana perawat menemukan

keluhan klien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan. O (obyektif)

adalah data yang berdasarkan hasil pengukuran atau observasi klien secara

langsung dan dirasakan setelah selesai tindakan keperawatan. A (assesment)

adalah kesimpulan dari data subyektyif dan obyektif (biasanya ditulis dalam

bentuk masalah keperawatan), P (planning) adalah perencanaan keperawatan

yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi atau ditambah dengan rencana

kegiatan yang sudah ditentukan sebelumnya.

C. Tinjauan Konsep Penyakit

1. Pengertian Apendisitis

Apendisitis adalah peradangan dari apendiks dan merupakan penyebab

abdomen akut yang paling sering. Apendiks merupakan suatu tambahan seperti

kantung yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab

yang paling umum dari apendisitis adalah abstruksi lumen oleh feses yang

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

37

akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan

inflamasi.

Apendisitis merupakan penyakit prototip yang berlanjut melalui

peradangan, obstruksi dan iskemia dalam jangka waktu bervariasi. Apendisitis

akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan

rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat. Infeksi

pada apendiks terjadi karena tersumbatnya lumen oleh fekalit (batu feses),

hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus. Apendisitis perupakan peradangan

pada apendiks yang berbahaya dan jika tidak ditangani dengan segera akan

terjadi infeksi berat yang bisa menyebabkan pecahnya lumen usus (Mardalena,

2018)

2. Etiologi Apendisitis

Apendisitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Berbagai hal berperan

sebagai faktor pencetusnya, diantaranya adalah obstruksi yang terjadi pada

lumen apendiks. Obstruksi ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan

tinja yang keras (fekalit), hiperplasia jaringan limfoid, tumor apendiks, striktur,

benda asing dalam tubuh, dan cacing askaris. Penelitian epidemiologi

menunjukan peranan kebiasaan mengkonsumsi makanan rendah serat dan

pengaruh konstipasi terhadap timbulnya penyakit apendisitis (Mardalena, 2018).

3. Gejala Klinis

Gejala berkembang cepat, kondisi dapat didiagnosis dalam 4 sampai 6 jam

setelah munculnya gejala pertama

a. Nyeri perut;

Nyeri perut ini sering disetai mual serta satu atau lebih episode muntah

dengan rasa sakit.

b. Umumnya nafsu makan menurun;

c. Konstipasi;

d. Nilai leukosit biasanya meningkat dari rentang nilai normal;

e. Pada aukskultasi, bising usus normal atau meningkat pada awal apendisitis

dan bising melemah jika terjadi perforasi;

f. Demam; dan

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

38

g. Temuan dari hasil USG berupa cairan yang berada di sekitar apendiks menjadi

sebuah tanda sonografik penting (Mardalena, 2018).

4. Klasifikasi Apendisitis

a. Apendisitis Akut

Peradangan pada apendiks dengan gejala khas yang memberikan tanda

setempat. Gejala apendisitis akut antara lain nyeri samar dan tumpul yang

merupakan nyeri visceral di daerah epigastrium di sekitar umbilicus. Keluhan

ini disertai rasa mual, muntah dan penurunan nafsu makan. Dalam beberapa

jam, nyeri akan berpindah ke titik McBurney. Pada titik ini, nyeri yang

dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri

somatik setempat.

b. Apendisitis Kronis

Diagnosis apendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika ditemukan tiga hal

yaitu

1) Pasien memiliki riwayat nyeri pada kuadran kanan bawah abdomen selama

paling sedikit tiga minggu tanpa alternatif diagnosis lain;

2) Setelah dilakukan apendiktomi, gejala yang dialami pasien akan hilang;

dan

3) Secara histopatologik gejala dibuktikan sebagai akibat dari inflamasi

kronis yang aktif atau fibrosis pada apendiks (Mardalena, 2018).

5. Patofisiologi Apendisitis

Tanda patogenetik primer diduga karena obstruksi lumen dan ulserasi

mukosa menjadi langkah awal terjadinya apendisitis. Obstruksi lumen yang

tertutup disebabkan oleh hambatan pada bagian proksimal. Selanjutnya, terjadi

peningkatan sekresi normal dari mukosa apendiks yang distensi secara terus

menerus karena multiplikasi cepat dari bakteri. Obstruksi juga menyebabkan

mukus yang diprosuksi mukosa terbendung. Semakin lama, mukus terbatas

sehingga meningkatkan tekanan intralumen.

Tekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan apendiks mengalami

hipoksia, hambatan aliran limfe, ulserasi mukosa, dan invasi bakteri. Infeksi

memperberat pembengkakan apendiks (edema) dan trombosis pada pembuluh

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

39

darah intramural (dinding apendiks) menyebabkan iskemik. Pada tahap ini

mungkin terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Bila

sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat dan menyebabkan

obstruksi vena, edema bertambah, serta bekteri akan menembus dinding. bila

kemudian arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti

dengan gangren (Mardalena, 2018).

6. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan fisik

a) Inspeksi:

Akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga perut dimana

dinding perut tampak mengencang (distensi).

b) Palpasi

1) Di daerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa nyeri dan bila

tekanan dilepas juga akan terasa nyeri (blumberg sign) yang mana

merupakan kunci dari diagnosis apendisitis akut;

2) Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat/tungkai diangkat

tinggi-tinggi, maka rasa nyeri diperut semakin parah; dan

3) Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila

pemeriksaan dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga.

2. Pemeriksaan laboratrium

Kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000-18.000/mm3.

Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu maka kemungkinan apendiks

sudah mengalami perforasi (pecah).

3. Pemeriksaan Radiologi

a. Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit;

b. Ultrasonografi; dan

c. CT Scan (Nurafif & Kusuma, 2015).

7. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan yang dilakukan sebaiknya konservatif dengan pemberian

antibiotik dan istirahat di tempat tidur. Penatalaksanaan antibiotik dan istrirahat

di tempat tidur. Penatalaksanaan pembedahan hanya dilakukan bila dalam

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

40

perawatan terjadi abses dengan atau tanpa peritonitis umum. Penatalaksanaan

apendisitis menurut Mansjoer dalam Mardalena 2018 antara lain

1. Sebelum Operasi

a. Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi;

b. Pemasangan kateter untuk kontrol produksi urin;

c. Rehidrasi;

d. Antibiotik dengan spektrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara

intravena;

e. Obat-obatan penurun panas diberikan setelah rehidrasi tercapai; dan

f. Bila demam, harus diturunkan sebelum diberi anestesi.

2. Operasi

a. Apendiktomi;

b. Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforasi bebas, maka

abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika;

c. Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV, massanya mungkin

mengecil atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu

beberapa hari; dan

d. Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi efektif sesudah 6

minggu sampai 3 bulan.

3. Pasca Operasi

a. Observasi TTV;

b. Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan

lambung dapat dicegah;

c. Baringkan pasien dalam posisi Semi Fowler;

d. Pasien dikatakan baik, bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama

pasien dipuasakan;

e. Bila ada tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi, puasa

dilanjutkan sampai fungsi usus kembali normal;

f. Berikan minum mulai 15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikkan menjadi 30

ml/jam. Keesokan harinya berikan makanan saring, dan hari berikutnya

diberikan makanan lunak;

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

41

g. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur

selama 20x30 menit;

h. Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk diluar kamar; dan

i. Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.

8. Komplikasi

Yang paling sering adalah:

1. Perforasi

Insiden perforasi 10-32%, rata-rata 20% paling sering terjadi pada usia

muda sekali atau terlalu tua, perforasi timbul 93% pada anak-anak dibawah 2

tahun antara 40-75%, kasus usia diatas 60 tahun keatas. Perforasi jarang

timbul dalam 12 jam pertama sejak awal sakit. Perforasi terjadi 70% pada

kasus dengan peningkatan suhu hingga 9,5 derajat celcius tampak toksin,

nyeri tekan seluruh perut, dan leukositisis meningkat akibat perforasi dan

pembentukan.

2. Peritonitis

Adalah trombofebitis septik pada sistem vena porta ditandai dengan

panas tinggi 39 derajat celcius sampai 40 derajat celcius menggigil dan

ikterus merupakan penyakit yang relatif jarang

a. Tromboflebitis supuratif dari system portal, jarang terjadi tetapi merupakan

komplikasi yang letal;

b. Abses subfrenikus dan fokal sepsis intra abdominak lain; dan

c. Obstruksi intestinal juga dapat terjadi akibat perlengketan (Razan, 2018).

3. Hemoragi

Selama atau setelah pembedahan dapat memicu syok (keluarnya darah

dari pembuluh darah yang robek) sehingga memerlukan transfusi darah atau

pengganti cairan lain. Tindakan yang cepat dan tepat diperlukan dalam

peristiwa hemoragi (perdarahan) karena perdarahan yang berlebihan dapat

berakibat fatal.

4. Hipotensi dan Syok

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep Kebutuhan Dasar ...repository.poltekkes-tjk.ac.id/186/3/BAB 2.pdf · menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950,

42

Tekanan darah mungkin rendah setelah pembedahan. Ini dapat

disebabkan oleh kehilangan darah tetapi dapat juga terjadi akibat menunda

pemberian makanan, minuman, dan obat sebelum pembedahan.

5. Hipertensi Pascaoperasi

Klien dapat juga memperlihatkan tekanan darah tinggi setelah

pembedahan. Ini mungkin akibat dari menunda obat anti hipertensi yang biasa

diminum klien sebelum pembedahan atau disebabkan oleh trauma akibat

pembedahan.

6. Hipoksia dan Hipoksemia

Anestetik dan obat praoperasi terkadang menekan pernapasan

(hipoventilasi) dan mengganggu oksigenasi darah (hipoksemia).

7. Hipotermia

Klien sering kali mengeluhkan perasaan dingin setelah pembedahan. Ini

umumnya dihubungkan dengan anestesia. Namun, menggigil berat dapat

menyebabkan hipoksemia, hipoksia, dan stress jantung.

8. Komplikasi Neurologis

Komplikasi neurologis mencakup keterlambatan terjaga (tidak sadar

dalam 60 sampai 90 menit), yang dapat disebabkan oleh hipoksia, hipotermia,

atau ketidakseimbangan elektrolit.

9. Ketidaknyamanan Pascaoperasi

Pada saat klien kembali dari PACU ke area penerimaan rawat jalan atau

ke unit keperawatan, klien biasanya terjaga dan menyadari sejumlah

ketidaknyamanan seperti nyeri, haus, atau distensi abdomen (Rosdahl dan

Kowalski, 2017).