Upload
truongphuc
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Pengertian
Imunisasi berasal dari kata imun yang beratiresisten atau
kebal.Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja
memasukan antigen lemah agar merangsang antibodi keluar sehingga
tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu(Andhini, 2010:8). Sistem
imun tubuh tubuh mempunyai suatu sistem memori (daya ingat), ketika
vaksin masuk ke dalam tubuh, maka akan dibentuk antibodi untuk
melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpannya sebagai
suatu pengalaman (Andhini, 2010:8).
Imunisasi dapat dilakukan pada orang dewasa ataupun anak-anak,
pada anak-anak karena sistem imun yang belum sempurna. Sedangkan
pada usia 60 tahun terjadi penurunan sistem imun nonspesifik seperti
produksi air mata menurun, mekanisme batuk tidak efektif, gangguan
pengaturan suhu, dan perubahan sel sistem imun, baik seluler maupun
hormonal. Dengan demikian usia lanjut kebih rentan terhadap infeksi,
namun usia lanjut masih menunjukan respon yang baik terhadap
polisakarida bakteri, sehingga pemberian vaksin dapat mmeningkat
antibodi dengan efektif(Andhini, 2010: 9).
9
10
Kegiatan imunisasi rutin adalah kegiatan imunisasi yang
dilaksanakan secara terus-menerus, yang harus dilaksanakan pada
periode waktu tertentu yang telah ditentukan. Berdasarkan usia
kelompok sasaran imunisasi rutin dibagi menjadi 3 yaitu imunisasi rutin
pada bayi, imunisasi rutin pada Wanita Usia Subur, dan imunisasi rutin
pada usia anak sekolah (Prasetyowati, 2012:79-80).
a. Imunisasi Dasar
Jenis vaksin dalam imunisasi Dasar Rekomendasi IDAI
(Prasetyowati, 2012: 83-85)
Jenis vaksin Keterangan
BCG o Vaksin BCG mengandung kuman BCG yang masih hidup namun
telah dilemahkan
o Penyimpanan: dilemari es, suhu 2-8oC
o Dosis 0,05 ml (untuk usia < dari 1 thaun) dan 0,1 ml (untuk usia >
dari 1 tahun)
o Kemasan : ampul dengan bahan pelarut 4 ml (NaCl faali)
o Masa kadaluarsa : satu tahun setelah tanggal pengeluaran
o Vaksin disuntikan intracutan pada lengan atas
o Reaksi imunisasi : biasanya tidak demam
o Efeksamping : jarang dijumpai, bisa terjadi pembengkakan kelenjar
getagh bening setempat yang terbatas biasannya menyembu sendiri
walupun lambat
o Kontra indikasi : tidak ada laranga kecuali pada anak yang
berpenyakit TBC atau uji mantoux positif dan adanya penyakit kulit
berat/ menahun
o Optimal diberikan pada umur 2-3 bulan. Bila vaksin BCG setelah 3
bulan , perlu dilakukan uji Tuberculin. Bila uju tuberculin pra BCG
tidak memungkinkan tidak dilakukan, BCG dapat diberikan namun
diobservasi dalam 7 hari. Bila ada reaksi lokal cepat ditempat
suntikan(accelerated local reaction)perlu di evaluasi lebih lanjut
11
(diagnostik TB).
HEPATITIS
B
o Imunisasi aktif dilakukan dengan suntikan 3 kali dengan jarak waktu
satu bulan antara suntikan satu dan dua, 5 bulan antara suntikan 2
dan 3. Namun, cara pemberian imunisasi tersebut dapat berbeda
tergantung pabrik pembuat vaksin. Pertama diberikan dalam waktu
12 jam setelah lahir.
o Vaksin Hepatitis B dapat diberikan pada ibu hamil dengan aman
dantidak membahayakan janin, bahkan akan membekali janin dengan
kekebalan sampai berumur beberapa bulan setelah lahir
o Reaksi imunisasi : nyeri pada tempat suntikan, yang mungin disertai
rasa panas atau pembengkakan. Akan menghilang dalam 2 hari
o Dosis : 0,5 mL sebanyak 3 kali pemberian secara intramuscular( otot
lengan atau paha)
o Kemasan : HB PID
o Efeksamping :Belum ada laporan efeksamping yang berarti dalam 10
tahun terakhir
o Kontr indikasi : anak yang sakit berat
POLIO o Terdapat 2 jenis vaksin dalam peredaran, yang masing-masing
mengandung virus polio tipe I,II dan III yakni :
o IPV(Inactivated polio vaksin salk), mengandung virus polio yang,
mematikan dan diberikan melalui suntikan
o OPV(Oral Polio Vaksin Sabin), mengandung virus polio hidup
yang telah di lemahkan , dan diberikan dalam bentuk pil atau
cairan.
Di Indonesia umumnya diberikan OPV
o Penyimpanan : OPV : Vrieezer suhu -20oC
o Dosis : 2 tetes peroral (0,1 mL, langsung ke mulut anak )
o Kemasan : Vial disertai pipet tetes
o Masa kadaluarsa OPV : 2 tahun pada suhu -20oC
o OPV nol diberikan pada kunjungan pertama. Bayi yang lahir RB/RS
diberikan vaksin OPV saat bayi dipulangkan untuk menghindari
transmisi virusvaksin kepada bayi lain.
o Reaksi imunisasi : Biasanya tidak ada, mungkin pada bayi ada
berak-berak ringan
o Efeksamping : hampir tidak ada , Bila ada berupa kelumpuhan
anggota gerak seperti polio sebenarnya
12
o Kontra indikasi : Diare berat, sakit parah, gangguan kekebalan
DPT o Di Indonesia ada 3 jenis kemasan : kemasan tunggal kusus tetanus,
kombinasi DT(Dipteri Tetanus), dan kombinasi DPT. Vaksin Dipteri
terbuat dari vaksin kuman dipteri yang telah dilemahkan (toksoid)
biasanya diolah dan dikemas bersama-sama dengan vaksin tetanus
dalam vaksin DT, atau dengan vaksin tetanus dan pertusis dalam
bentuk vaksin dalam bentuk DPT
o Penyimpan : lemari es suhu 2-8oC
o Dosis : 0,5 mL, 3 kali suntikan Intramuscular pada otot lengan atau
paha, interval minimal 4 mg
o Kemasan : Vial 5 mL
o Masa kadaluarsa: 2 Tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat
pada label)
o Reaksi imunisasi : Demam ringan, pembengkakan dan nyeri ditempat
suntikan selama 1-2 hari
o Efeksamping :gejala-gejala bersifat sementara seperti, demam,
lemas, kemerahan pada tempat suntikan. Kadang terdapat
efeksamping yang lebih berat, seeperti demam tinggi seperti kejang
yang biasanya yang disebabkan unsur pertusisnya
o Kontra indikasi : anak yang sakit parah, anak yang menderita
penyakit kejang demam kimpleks, anak yang diduga menderita
batuk rejan, anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan
o Diberikan pada umur lebih dari 6 minggu. Dapat diberikan vaksin
DTwP atau DtaP atau kombinari hepatitis B, Hib Ulangan DPT umur
18 bulan dan 5 bulan. Program BIAS : disesuaikan jadwal imuniusasi
kementrian kesehatan. Untuk anak diatas 7 tahun dianjurkan diberi
vaksin Td.
CAMPAK o Mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan. Kemasan untuk
program imunisasi dasar berbentuk kemasan kering tunggal. Namun
ada vaksin dengan kemasan kering kombinasi dengan vaksin
mumps/gongong dan rubella(campak jerman) yang disebut MMR
o Penyimpanan :vrieezer, suhu -20oC.
o Dosis : setelah dilarutkan diberikan 0,5 mL, injeksi subcutan
o Kemasan : Vial berisi 10 dosis vaksin yang dibeku keringkan
beserta pelaru 5 mL(aquadest)
o Mas kadaluarsa : 2 tahun setelah tanggal peneluaran
o Diberikan pada umur 9 bulan, vaksin ulangan diberikan pada umur
13
5-7 tahun. Program BIAS disesuaikan dengan program kementrian
kesehatan
o Reaksi imunisasi : Biasanya tidak terdapat reaksi. Mungkin terjadi
demam dan sedikit bercak merah pada pipi dibawah telinga pada
hari ke-7-8 seteelah penyuntikan atau pembengkakan pada tempat
penyuntikan
o Kontar indiksi : sakit parah, penderita TBC, tanpa pengobatan,
kurang gizi dalam derajat berat, gangguan kekebalan, penyakit
keganasan. Dihindari pula pada ibu hamil.
b. Jenis-jenis imunisasi
Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak
menimbulkan efek-efek yang merugikan. Imunisasi terdiri dari 2
macam, yaitu :
1) Imunisasi aktif
Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah
dilemahkan (vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon
spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini,
sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan
meresponnya.Contoh imunisasi aktif adalah imunisasi polio atau
campak. Dalam imunisasi aktif terdapat beberapa unsur-unsur
vaksin yaitu :
a) Vaksin dapat berupa organisme yang secara keseluruhan
dimatikan, eksotosin yang didetoksifikasi saja, atau endotoksin
yang terikat pada protein pembawa seperti polisakarida dan
vaksin dapat juga berasal dari ekstra komponen-komponen
14
organisme dari suatu antigen. Dasarnya adalah antigen harus
merupakan bagian dari organisme yang dijadikan vaksin.
b) Pengawet, stabilisator, atau antibiotik. Merupakan zat yang
digunakan agar vaksin tetap dalam keadaan lemah atau
menstabilkan antigen dan mencegah timbulnya mikroba. Bahan-
bahan yang digunakan seperti air raksa atau antibiotik yang
biasa digunakan.
c) Cairan pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan
kultur jaringan yang digunakan sebagai media tumbuh antigen,
misalnya antigen telur, protein serum, bahan kultur sel.
d) Adjuvan, terdiri dari garam alumunium yang berfungsi
meningkatkan sistem imun dari antigen. Ketika antigen terpapar
dengan antibodi tubuh, antigen dapat melakukan perlawanan
juga, dalam hal ini semakin tinggi perlawanan maka semakin
tinggi peningkatan antibodi tubuh (Andhini, 2010: 10).
2) Imunisasi pasif
Imunisasi pasif ini merupakan suatu proses peningkatan
kekebalan tubuh dengan cara pemberian zat imunoglobin,zat yaitu
zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dihasilkan
melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma
manusia ( kekebalan yang didapat bayi dari ibu melaui plasenta)
atau binatang (bisa ular) yang digunakan untuk mengatasi mikroba
yang sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. Contoh
15
imunisasipasif adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum)pada
orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain adalah yang
terdapat pada bayi baru lahir dimana bayi tersebut menerima
berbagai jenisantibodi dari ibunya melalui darah plasenta selama
masa kandungan, misalnya antibodi terhadap campak(Andhini,
2010: 11).
2. Tujuan Imunisasi
Program Imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan
dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi. Pada
saat ini penyakit-penyakit tersebut adalah disentri, tetanus, pertusis (batuk
rejan), campak(measles), polio dan tubercoluse. Sasaranya adalah bayi
umur 1 tahun(0-11 bulan), ibu hamil (awal kehamilan- 8 bulan), wanita
usia subur (WUS), dan anak sekolah dasar kelas I dan VI (Notoatmodjo,
2003:39-40).
3. Manfaat Imunisasi
a. Untuk anak : Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit,
dan kemungkinan cacat dan kematian.
b. Untuk Keluarga : Menghilangkan kecemasan dan psokologi pengobatan
bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua
yankin bahwa anaknya menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
c. Untuk Negara : perbaiki Tingkat keehatan, menciptakan bangsa yang
kuat dan berakal untuk melanjutkan pemangunan negara (proverawati,
atikah ,2010: 5-6)
16
4. Tata Cara Pemberian Imunisasi
Sebelum melakukan vaksinasi, diajurkan mengikuti tata cara
seperti berikut :
a. Memberitahukan secara rinci tentang resiko imunisasi dan resiko
apabila tidak diimunisasi
b. Periksa kembali persiapan untuk melakukan persiapan melakukan
pelayanan secepatnya bila terjadi reaksi ikutan yang tidak diharapkan.
c. Baca dengan teliti informasi tentang yang akan diberikan dan jangan
lupa mendapat persetujuan dengan orang tua. Melakukan tanya jawab
dengan orang tua atau pengasuh sebelum melakukan imunisasi.
d. Tinjau kembali apakah ada indikasi kontra terhadap vaksin yang akan
diberikan.
e. Periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila
diperlukan.
f. Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan
dengan baik.
g. Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda-tanda
perubahan. Periksa tanggal kadaruarsa dan catat hal-hal istimewa,
misalnya adanya perubahan warna yang menunjukan adanya kerusakan.
h. Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan ditawarkan
pula vaksin lain untuk mengejar imunisasi yang tertinggal bila
diperlukan.
i. Berikan vaksin dengan tehnik yang benar.
17
5. Jadwal pemberian imunisasi
Tabel pemberian Imunisasi di Indonesia
Usia Vaksin
0 bulan HB 0
1 bulan BCG, POLIO 1
2 bulan DPT/HB 1, POLIO 2
3 bulan DPT/HB 2, POLIO 3
4 bulan DPT/HB 3, POLIO 4
9 bulan CAMPAK
6. Pelayanan Imunisasi
Dasar pengendalian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
adalah berdasarkan kepmenkes No. 1611/2005 tentang pedoman
penyelanggaraan imunisasi.
a. Tujuan Umum PD31
Menurut angka kesakitan kecacatan dan kematian akibat penyakit yang
dicegah dengan imunisasi.
b.Tujuan Khusus
Tercapainya target Universal child immunization (UCI) yaitu cakupan
imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di 100%
desa/kelurahan pada tahun 2010.
1) Tercapainya eliminasi tetanus maternal dan neonatal (Insidens di
bawah 1/1000 kelahiran hidup dalam 1 tahun) di tingkat
kabupaten/kota pada tahun 2012.
2) Eradikasi polio pada tahun 2008.
18
3) Tercapainya reduksi campak(recam)2008
4) Memberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit meningitis
meningokokus tertentu pada calon jamaah haji
5) Memberikan kekebalan efektif bagi semua orang yang melakukan
perjalanan berasal dari atau ke negara endemis demam kuning.
6) Menurunkan angka kematian pada kasus gigitan hewan penular
rabies
c. Strategi
1) Memberikan akses (pelayanan) kepada masyarakat dan swasta
2) Membangun kemitraan dan jejaringan kerja
3) Menjamin ketersediaan dan kecukupan vaksin peralatan rantai
vaksin dan alat suntik
4) Menerapkan sistem pemantauan wilayah setempat(PWS) untuk
menentukan prioritas kegiatan serta tindakan perbaikan.
5) Pelayanan imunisasi dilaksanakan oleh tenaga profsional atau
terlatih.
6) Pelaksanaan sesuai dengan standart.
7) Memanfaatkan perkembangan metode dan tehnologi yang lebih
efektif berkualitas dan efesien.
8) Meningkatkan advokasi, fasilitasi dan pembinaan.
19
Kegiatan pelayanan imunisasi terdiri dari kegiatan operasional
rutin dan khusus. Kegiatan tersebut adalah :
a. Kegiatan Imunisasi Rutin
Kegiatan imunisasi rutin adalah kegiatan imunisasi yang secara
rutin dan terus menerus harus dilakukan pada periode waktu yang telah
ditentukan. Kegiatan ini telah terbukti efektif dan efesien. Kegiatan ini
terdiri atas :
1) Imunisasi dasar pada bayi
Imunisasi ini dilakukan pada bayi umur 0-11 bulan,
meliputi : BCG, DPT, Hepatitis, Campak. Idealnya bayi harus
mendapat imunisasi dasar yang lengkap, terdiri dari BCG satu kali,
DPT 3 kali. Untuk menilai kelengkapan status imunisasi dasar
lengkap, dapat dilihat dari cakupan imunisasi campak karena
pemberian imunisasi campak dilakukan paling akhir, setelah
keempat imunisasi dasar pada bayi yang lain telah diberikan.
2) Imunisasi pada Wanita Usia Subur (WUS)
3) Imunisasi pada anak sekolah dasar.
b. Imunisasi Tambahan
Merupakan kegiatan imunisasi yang dilakukan atas dasar
ditemulkannya masalah dari hasil pemantauan atau evaluasi. Kegiatan
ini tidak rutin dilakukan, karena hanya ditunjukan untuk
menanggulangi penyakit tertentu.
20
1) Imunisasi dalam penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)
2) Kegiatan imunisasi khusus, seperti
3) Pekan Imunisasai Nasional (PIN)
4) SUB Pekan Imunisasi Nasional
5) Cactchup campaign campak
Walaupun imunisasi merupakan suatu hal ysng lazim
dilakukan tetapi perlu kehati-hatian dalam melakukannya
(Andhini,2010:13-15).
7. Kontra indikasi dalam pemberian imunisasi
Kontra indikasi daam pemberian imunisasi ada 3, yaitu :
a. Analfilaksis atau hipersensitivitas (reaksi tubuh yang terlalu sensittiv)
yang hebat merupakan kontra indikasi mutlak terhadap dosis vaksin
berikutnya. Riwayat kejang dengan demam dan panas lebih dari 380C
merupakan kontra indikasi pemberian DPT atau HB1 dan
campak.Jangan berikan vaksin BCG kepada bayi yang menunjukan
tanda-tanda dan gejala AIDS, sedangkan vaksin yang lain diberikan
b. Jika orang tua sangat keberatan terhadap pemberian imunisasi kepada
bayi yang sakit, lebih baik jangan diberikan vaksin,tetapi mintalah ibu
kembali lagi ketika bayi sudah sehat.
Penanganan bayi yang mengalami kondisi sakit, sebaiknya tetep
diberikan imunisasi:
21
1) Pada bayi yang mengalami alergi atau sama imunisasi masih
sama diberikan. Kecuali jika alergi terhadap komponen khusus
dari vaksin yang diberikan.
2) Sakit ringan sepertiinfeksi saluran pernafasanatau diare dengan
suhu dibawah 38,5oC.
3) Riwayat keluarga tentang peristiwa yang membahayakan
setelah imunisasi. Riwayat yang belum tentu benarini membuat
keengganan bagi ibu untuk memberikan imunisasi pada
anaknya. Tetapi ini bukan masalah besar, jadi imunisasi masih
tetap diberikan.
4) Pengobatan antibiotik, masih dibarengi dengan pemberian
imunisasi.
5) Dugaan infeksi HIV atau positif terifeksi HIV dengan tidak
menunjukan tanda-tanda.
6) Anak diberi ASI (Andhini, 2010: 18)
8. Penyimpanan vaksin
Vaksin yang disimpan dan diangkut secara tidak benar akan
kehilangan potensinya. Intruksi pada lembar penyuluhan (Brosur)
Informasi produk harus disertakan. Aturan umum untuk sebagian besar
vaksin, bahwa vaksin harus di dinginkan pada temperatur 2-80C dan tidak
membeku. Sejumlah vaksin (DPT, Hepatitis B, dan Hepatitis A) menjadi
aktif bila beku. Pengguna dinasehatkan untuk melakukan konsultasi guna
22
mendapatkan informasi khusus vaksin-vaksin individual, karena beberapa
vaksin (OPV dan Yellow fever) dapat disimpan dalam keadaan beku.
9. Prinsip mekanisme vaksin
Vaksinasi bertujuan untuk membangkitkan imunitas yang efektif
sehingga terbentuk efektor imunitas dan sel-sel memori. Vaksinasi ini
merupakan imunisasi aktif, Karena tubuh dipicu agar melangsungkan
proses respon imun yang menghasilkan terbentuknya efektor imunitas
(sumbowo, 2010:340).
Untuk melindungi tubuh dari infeksi, sel-sel memorilah yang akan
merespons untuk menyediakan efektornya. Vaksin yang berhasil akan
memberikan perlindungan kedalam tubuh terhadap serangan penyakit.
Perlu diingat bahwa cara penyimpanan bahkan sangat menentukan
aktivitas vaksin, terutama untuk vaksin yang berisi mikroorganisme hidup.
Imunisasi aktif memberikan keuntungan untuk individu yang
bersangkutan, tetapi bukan untuk memberantas etiologi penyakit, yang
dapat melinbdungi masyarakat luas (Sumbowo,2010,34).
B. Pengertian Keluarga
1. Pengertian
Keluargaadalah unit terkecildari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu
tempat dibawah suatu atas dalam keadaan saling ketergantungan(Andhini,
2010: 2).
23
Didalam kehidupan sehari-hari fungsi keluarga terdapat dan sekaligus
sudah dapat diterapkan oleh masyarakat atau kelompok keluarga. Kita
lihat beberapa Fungsi keluarga yang berhubungan dengan strukturAdapun
kelompok fungsi yang dijalankan keluarga adalah sebagai berikut:
a. Fungsi pendidikan dilihat dari bagaimana kelurga dapat keluarga
mendidik dan menyekolahkan anak untuk mempersiapkan
kedewasaaan dan masa depan anak.
b. Fungsi sosialisasi anak dilihat dari bagaimana keluarga
mempersiapkan anggota masyarakat yang baik.
c. Fungsi perlindungan dilihat dari bagaimana keluarga melindungi
anak sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman.
d. Fungsi perasaan dilihat dari bagaimana keluarga secara instusif
merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam
berkomunikasi dan berinteraksi antara semua anggota keluarga.
e. Fungsi agama dilihat dari bagaimana keluarga memperkenalkan dan
mengajak anak dan anggota keluarga lain melalui kepala keluarga
menanamkan kenyakinan yang mengatur kehidupan lain setelah
dunia.
f. Fungsi ekonomi dilihat dari bagaimana kepala keluarga mencari
penghasilan sedemikian rupa sehingga dapat sehingga memenuhi
kebutuhan keluarga
24
g. Fungsi rekreatif dilihat dari bagaimana menciptakan suasana yang
menyenangkan dalam keluarga, seperti acara nonton TV barsama,
bercerita tentang pengalaman masing-masing dan lainnya.
h. Fungsi biologis dilihat dari bagaimana keluraga meneruskan
keturunan sebagai generasi selanjutnya. Memberikan kasih sayang,
perhatian, diantara keluarga serta membina pendewasaan
keppribadian anggota keluarga.
Organisasi keluarga(difungsi individu, stresemosional)
(Setyowati, 2009: 29).Ada 2 macam bentuk keluarga dilihat dari
bagaimana keputusan diambil, yaitu berdasarkan lokasi dan berdasarkan
pola otoritas.
1) Berdasarkan Lokasi
a) Adat utrolokal
Adat yang memberikan kebebasan kepada sepasang suami istri
untuk memilih tempat tinggal, baik itu disekitar kediaman kaum
kerabat suami ataupun disekitar kediaman kaum kerabat istri.
b) Adat virilokal
Adat yang menentukan sepasang suami istri diharuskan menetap
disekitar pusat kediaman kaum kerabat suami.
c) Adat uxurilokal
Adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri harus tinggal
disekitar kediaman kaum kerabat istri.
25
d) Adat bilokal
Adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat tinggal
di pusat kediaman kerabat suami pada masa tertentu, dan
disekitar pusat kediaman kaum kerabat istri pada masa tertentu
pula (bergantian).
e) Adat neolokal
Adat yang menentukan bahwa sepasang suami istri dapat
menempati tempat yang baru, dalam arti kata tidak berkelompok
bersama kaum kerabat suami ataupun istri.
f) Adat avunkulokal
Adat yang mengharuskan sepasang suami istri untuk menetap
disekitar tempat kediaman saudara laki-laki ibu dari pihak suami
g) Adatnatalokal
Adat yang menentukan bahwa suami dan istri masing-masing
hidup terpisah, dan masing-masing dari mereka juga tinggal di
sekitar pusat kaum kerabatnya sendiri.
2) Berdasarkan pola otoritas
a) Patriarkal, yaitu otoritas didalam keluarga dimiliki oleh laki-laki
(laki-laki tertua, umumnya ayah)
b) Matriarkal, yaitu otoritas didalam keluarga dimiliki oleh
perempuan (perempuan tertua, umumnya ibu)
c) Equalitarian, yaitu suami dan istri berbagi otoritas secara
seimbang.
26
2. Peran keluarga
Peranan keluarga adalah menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam
posisi situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga di dasari oleh
harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat
(Jhonson,L.2010: 30).
Berbagai peranan yang terdapat pada keluarga adalah sebagai
berikut:
a. Peranan ayah : ayah sebagai suami dari istri, berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota kelompok sosialnya, serta sebagai anggota
masyarakat dan lingkungan.
b. Peranan ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-
anaknya, pelindung dan sebagai kelompok dari peranan sosialnya, serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dari keluarganya.
c. Peranan anak : Anak-anak melakukan peranan psiko-sosial sesuai
dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan
spiritual (Jhonson,L.2010: 36).
27
3. Dukungan Keluarga
a. Pengertian
Dukungan sosial adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu
yang diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seorang
akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan
mencintainya(Setiadi, 2008:21).
b. Jenis dukungan keluarga ada 4, yaitu :
1) Dukungan Instrumental, yaitu merupakan sumber pertolongan
praktis dan konkrit
2) Dukungan Informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah
kolektor dan diseminator (penyebar Informasi).
3) Dukungan penilaian (appraisal), Yaitu keluarga bertindak sebagai
sebuah umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan
masalah dan sebagai sumber dan validator identitas keluarga.
4) Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang
aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu
penguasa terhadap emosi (Setiadi, 2008:22).
4. Perilaku Kesehatan Keluarga
a. Perilaku seseorang/keluarga untuk memelihara kesehatan
1) Perilaku pencegahan penyakit
2) Perilaku peningkatan kesehatan
3) Perilaku nutrisi
28
Health Seeking Behavior(perilaku pencaharian dan penggunaan
fasilitas Kesehatan). Perilaku seseorang/keluarga pada saat anggota
keluarga sakit/mengalami masalah kesehatan dimulai dari saat
mengobati sendiri samapi mencari pengobatan.
b. Perilaku kesehatan Lingkungan
Menurut Becker perilaku keluarga :
1) Perilaku hidup sehat (makanan dengan menu seimbang,
olahragateratur, tidak merokok, tidak minuman keras, istirahat
cukup, pengendalian stress, gaya hidup positif).
2) Perilaku sakit (respon terhadap penyakit/kondisi sakit)pengetahuan
dan persepsi
c. Upaya keluarga terkait promkes kesehatan
1) Keluarga memegang peranan yang penting dalam berbagai dalam
bentuk upaya promosi kesehatan di dalam keluarga
2) Ada banyak bentuk peningkatan kesehatan, pencegahan dan
pengurangan resiko: sekitar masalah pola hidup seperti merokok,
olahraga, imunisasi dan lain-lain.
3) Agar strategi sehat dapat berhasil, menunut perhatikan pola
kebutuhan hidup seluruh anggota keluarga
4) Anggota keluarga perlu mempelajari status kesehatan mereka dan
citra tubuh seperti apakah tubuh mereka lemah, sakit-sakitan atau
sehat
29
5). Anggota keluarga yang dapat menunjukan perilaku hidup sehat
akann menjadi contoh yang sangat ampuh bagi anggota keluarga
yang lain(Jhonson,L.2010: 37-38).
C. Perilaku
1. Pengertian
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk-
makhluk hidup) yang bersangkutan.Oleh sebab itu, dari sudut pandang
biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang
sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai
aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku
manusia, pada hakekatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu
sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan,
berbicara, menangis, tertawa, bekeja, kuliah, menulis, membaca, dan
sebagainya. Dari uraian diatas dapat disampaikan bahwa yang dimaksud
perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik
yang diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar
(Notoatmodjo,2003).
2. Bentuk respons
a. Respondent Respons atau Reflexive
Yakni respons yang ditimbulkan oleh rangsangan–rangsangan
(stimulus) tertentu, stimulus semacam ini disebut elicting stimulation
karena menimbulkan respons – respons yang relative tetap.
30
b. Operat respons atau Instrumental Respons
Yakni respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh
stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing
stimulation atau reinforce karena memperkuat respons
(Notoatmodjo,2003).
3. Macam Perilaku
Dilihat dari bentuk respons maka perilaku dapat dibedakan menjadidua:
a. Perilaku Tertutup (Covert Behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau
tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih
terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, atau kesadaran, dan
sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan
belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
b. Perilaku Terbuka (Overt Behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau
dilihat orang lain (Notoatmodjo,2003).
4. Faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan individual dalam
berperilaku
Beberapa faktor penting khusus yang menyebabkan perbedaan
individual dalam berperilaku meliputi persepsi, sikap, kepribadian, dan
belajar.
31
a. Persepsi
Persepsi atau tanggapan adalah proses mental yang terjadi pada diri
manusia yang akan menunjukkan bagaimana kita melihat, mendengar,
merasakan, memberi serta meraba kerja indra di sekitar kita
(Widayatun, 1999).
Ada 4 hal yang sangat berpengaruh terhadap persepsi yaitu
persepsi dalam belajar yang berbeda, kesiapan mental, kebutuhan dan
berfikir yang berbeda. Sedangkan faktor yang berpengaruh terhadap
persepsi antara lain faktor instrisik dan ekstrinsik seseorang (berupa
cara hidup/cara berfikir, kesiapan mental, kebutuhan dan wawasan),
faktor I poleksosbud Hankam (Ideologi Politik Ekonomi Sosial Budaya
Pertahanan dan Keamanan), faktor usia, faktor kematangan, faktor
lingkungan sekitar, faktor pembawaan, faktor fisik, dan kesehatan dan
faktor mental.
b. Sikap
Sikap atau attitude dapat didefinisikan sebagai “apredisposition to
react in some manner to an individual or situation” yang secara bebas
dapat diterjemahkan sebagai suatu rangsangan yang timbul dari
seseorang atau situasi (Indrawijaya, 2002).
32
Notoatmodjo (2003) menggambarkan proses terbentuknya sikap
dan reaksi sebagai berikut :
c. Kepribadian
Menurut Kurt Lewin (1935) dalam Indrawijaya (2002) personality
atau kepribadian adalah fungsi dari pembawaan sejak lahir dn
lingkungan (pengalaman). Beberapa unsur kepribadian antara lain unsur
biologis, unsur pengalaman, sintesa, lingkungan dan kebudayaan.
d. Belajar
Merupakan suatu proses pembentukan atau perubahan tingkah laku
yang mengarah kepada penguasaan pengetahuan, kecakapan,
ketrampilan, kebiasaan, sikap yang semuanya diperoleh, disimpan dan
dilaksanakan (Afifudin, 1981).
e. Asumsi Determinan Perilaku Manusia
Faktor peneliti atau determinan perilaku manusia sulit untuk
dibatasi karena perilaku merupakan resultansi (akibat) dari berbagai
faktor, baik internal maupun eksternal.Secara lebih terinci, perilaku
manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan,
seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi,
sikap dan sebagainya. Apabila ditelusuri lebih lanjut, gejala kejiwaan
Reaksi/Tingkah
Laku Proses Stimulus Stimulus
rangsangan
Sikap
33
tersebut, dipengaruhi pula oleh faktor lain seperti pengalaman,
keyakinan, sarana fisik, sosio-budaya masyarakat. Menurut Fisbeis dan
Ajzen dalam Indrawijaya (2002) adanya pengetahuan tentang manfaat
suatu hal menyebabkan orang tersebut. Selanjutnya sikap yang positif
ini akan terhadap hal tersebut. Selanjutnya sikap yang positif ini akan
mempengaruhi niat untuk ikut dalam suatu kegiatan. Niat ini akan
menjadi tindakan apabila mendapat dukungan social dan tersedianya
fasilitas. Kegiatan yang dilakukan inilah yang disebut perilaku.Proses
terbentuknya perilaku dapat diilustrasikan oleh Notoatmojo (2003)
sebagai berikut :
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Teori Lawrence W. Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003),
menyatakan bahwa perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor uyama yaitu
a. Faktor-faktor predisposisi (Predisposising factors)
Faktor predisposisi adalah faktor yang mempermudah
danmendasari untuk terjadinya perilaku tertentu. Yang termasuk
dalamfaktor ini adalah :
1) Tingkat Pengetahuan
2) Pendidikan
3) Beberapa karakteristik individu, misal: umur, jenis
kelamin,pendidikan, jumlah anak (paritas), ekonomi dan
sebagainya.
34
4) Sikap
5) Kepercayaan dari orang tersebut tentang dan terhadap perilaku
6) Nilai-nilai dan budaya
7) Tingkat Sosial Ekonomi
b. Faktor – faktor pemungkin (Enabling factors)
Faktor pemungkin adalah faktor yang memungkinkan untuk
terjadinya perilaku tertentu tersebut, yang masuk dalam faktor
pemungkin ini adalah :
1) Ketersediaan pelayanan kesehatan.
2) Ketercapaian pelayanan kesehatan baik dari segi jarak maupun segi
biaya dan sosial.
3) Adanya peraturan-peraturan dan komitmen masyarakat menunjang
perilaku teresbut.
c. Faktor-faktor penguat (Reinforcing factors)
Faktor penguat adalah faktor yang memperkuat (atau kadang-kadang
justru memperlunak) untuk terjadinya perilaku tersebut, yang masuk
dalam kelompok faktor penguat ini ialah pendapat, dukungan, kritik
baik dari keluarga.
6. Teori WHO
Tim kerja dari WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan
seseorang itu berperilaku tertentu :
35
a. Pengetahuan
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman
orang lain.
b. Kepercayaan
Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek,
nenek.Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan
tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
c. Sikap
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap
objek. Sering kali diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain
yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi
orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan
tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata, hal ini disebabkan
karena:
1) Sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi
saat itu.
2) Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu
kepada pengalaman orang lain.
3) Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada
banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.
d. Nilai (value)
36
Didalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai yang
menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup
bermasyarakat.
e. Orang penting sebagai referensi
Perilaku orang lebih banyak dipengaruhi oleh orang-orang yang
dianggap penting. Bila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang
ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh. Orang-orang yang
dianggap penting ini sering disebut kelompok referensi (reference
group).
f. Sumber-sumber daya (resources)
Mencakup fasilitas-fasilitas, uang, waktu, tenaga, dan
sebagainya.Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau
kelompok masyarakat.Pengaruh sumber-sumber daya terhadap perilaku
dapat bersifat positif maupun negatif.
g. Kebudayaan masyarakat
Kebudayaan terbentuk dalam waktu yang lama sebagai akibat dari
kehidupan suatu masyarakat bersama.Kebudayaan selalu berubah, baik
lambat ataupun cepat, sesuai dengan peradaban manusia, serta
mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku (Walgito, 2004).
37
D. Kerangka Teori
Kerangka Teori Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perilaku
Sumber kerangka teori
Lawrence Green dalam Notoatmojo(2007)
Presdisposing Factors
- Tingkat
Pengetahuan
- Pendidikan
- karaktristik
- Sikap
- Kepercayaan
- Nilai dan budaya
- Tingkat sosial
Ekonomi
kelengkapan imunisasi
dasar lengkap pada bayi
usia 10-12 bulan
Enabling Factors - Ketersediaan
Pelayanan
Kesehatan
- Ketercapaian
Pelayanan
kesehatan
- Adanya
peraturan dan
komitmen
-
Reinforcing Factors - Pendapat
- Peran Keluarga
- Toga /toma
- Teman sejawat
38
E. Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel Dependent
F. Hipotesis Penelitian
Ha : Ada hubungan antara peran keluarga dengan imunisasi dasar lengkap
pada bayi usia 10-12 bulan
Kelengkapan
Imunisasi dasar
lengkap pada bayi usia
10-12 bulan
Peran Keluarga