Click here to load reader
View
0
Download
0
Embed Size (px)
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Stres Mengerjakan Skripsi
1. Pengertian Stres Mengerjakan Skripsi
Sarafino (2008) menyatakan bahwa stres adalah kondisi yang
disebabkan oleh interaksi antara individu dengan lingkungan,
menimbulkan persepsi jarak antara tuntutan-tuntutan, berasal dari situasi
yang bersumber pada sistem biologis, psikologis dan sosial dari seseorang.
Stres muncul sebagai akibat dari adanya tuntutan yang melebihi
kemampuan individu untuk memenuhinya. Seseorang yang tidak bisa
memenuhi tuntutan kebutuhan, akan merasakan suatu kondisi ketegangan
dalam diri (Sarafino, 2008).
Lebih lanjut dijabarkan oleh Hardjana (2006) bahwa stres adalah
keadaan atau kondisi yang tercipta bila transaksi orang yang mengalami
stres dan hal yang dianggap mendatangkan stres membuat seseorang
melihat ketidaksepadanan, entah nyata atau tidak nyata, antara keadaan
atau kondisi dengan sistem sumber daya biologis, psikologis, dan sosial
yang ada pada diri seseorang.
Rathus dan Nevid (2013) mengemukakan bahwa stres adalah suatu
kondisi adanya tekanan fisik dan psikis akibat adanya tuntutan dalam diri
dan lingkungan. Pernyataan tersebut berarti bahwa seseorang dapat
dikatakan mengalami stres, ketika seseorang tersebut mengalami suatu
16
kondisi adanya tekanan dalam diri akibat tuntutan-tuntutan yang berasal
dari dalam diri dan lingkungan. King (2012) mengemukakan bahwa stress
terjadi karena terdapat respon yang beragam terhadap stresor, stresor
tersebut seperti lingkungan, peristiwa yang mengancam atau peristiwa
yang membebani kemampuan seseorang.
Stres merupakan bagian yang tak terhindarkan dari kehidupan
sehari-hari di lingkungan kampus. Stres yang dialami oleh mahasiswa
dapat ditimbulkan oleh berbagai macam sebab. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Shenoy (2004) bahwa tuntutan terhadap mahasiswa bisa
merupakan sumber stres yang potensial. Hal tersebut disebabkan oleh
banyaknya tanggung jawab yang harus dihadapi oleh mahasiswa. Archer
dan Carrol (2003) mengatakan bahwa kompetisi, kebutuhan untuk tampil,
dapat juga menyebabkan stress bagi mahasiswa. Penyesuaian dalam
kuliah, kehidupan sosial dan tanggungjawab pribadi merupakan bagian
tugas yang juga menakutkan bagi mahasiswa (Rohmah, 2006). Kesulitan
tugas pada mahasiswa dapat menjadi sumber stres yang utama. Salah satu
tugas tersebut adalah menyelesaikan tugas akhir atau skripsi (Rohmah,
2006). Damono dan Hasan (2002) menyatakan bahwa sebagai laporan
yang bersifat akademik, skripsi harus memenuhi kaidah sebagai karya
ilmiah, seperti harus bersifat objektif, bertumpu pada data, harus
berdasarkan prosedur yang jelas, seluruh pembahasan dalam skripsi harus
berdasarkan pada rasio atau akal sehat. Berdasarkan uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa berbagai tuntutan yang harus dimiliki oleh mahasiswa
17
yang sedang menyusun skripsi akan menjadi sumber stres yang potensial.
Apabila sumber stres tidak teratasi, maka mahasiswa akan mengalami stres
dalam mengerjakan skripsi.
Mengacu pada uraian di atas, peneliti mengambil kesimpulan
bahwa stres mengerjakan skripsi merupakan kondisi yang terjadi ketika
adanya tekanan, tuntutan dan hambatan melebihi kemampuan individu
yang berasal dari diri sendiri atau dari lingkungan yang ditunjukkan
dengan berbagai gejala akibat adanya peningkatan aktivitas sistem saraf
dan sistem hormonal dalam tubuh sehingga seorang individu khususnya
mahasiswa mengalami gangguan dalam mengerjakan skripsi.
2. Aspek-aspek Stres Mengerjakan Skripsi
Hardjana (2002) ada 4 gejala stres diantaranya gejala fisik,
emosional, intelektual dan interpersonal. Tanda-tanda gejala tersebut yaitu:
a. Gejala Fisik (Fisiologis)
Lelah atau kehilangan energi, sakit kepala, pusing, pening, tidur
tidak teratur, insomnia, bangun terlalu awal, urat tegang, terutama
bagian leher dan bahu, pencernaan terganggu dan bisulan, berkeringat
secara berlebihan, berdebar, dan selera makan berubah.
b. Gejala Emosional (Psikologis)
Gelisah atau cemas, sedih, depresi, mudah menangis, jiwa
merana dan suasana hati berubah, mudah panas dan marah, gugup,
terlalu peka dan mudah tesinggung, emosi mengering atau kehabisan
sumber daya mental atau burn out.
18
c. Gejala Intelektual (Kognitif)
Susah berkonsentrasi atau memusatkan perhatian, pikiran kacau,
melamun secara berlebihan, pikiran dipenuhi oleh satu pikiran saja,
kehilangan rasa humor yang sehat, mutu kerja rendah dalam pekerjaan,
dan jumlah kekeliruan bertambah banyak.
d. Gejala Interpersonal
Kehilangan kepercayaan kepada orang lain, mudah menyalahkan
orang lain, mudah membatalkan janji, suka mencari-cari kesalahan
orang lain atau menyerang orang lain dengan kata-kata, mengambil
sikap terlalu membentengi atau mempertahankan diri, dan
mendiamkan orang lain.
Menurut Sarafino (2008) terdapat dua aspek stres, antara lain, aspek
biologis yang di dalamnya terdapat berupa gejala fisik, dan aspek psikologis
yang di dalamnya terbagi menjadi tiga, yaitu gejala kognisi, gejala emosi, dan
gejala tingkah laku.
a. Aspek Biologis
Aspek biologis dari stres berupa gejala fisik. Gejala fisik dari stres
yang dialami individu antara lain, sakit kepala, gangguan tidur, gangguan
pencernaan, gangguan makan, gangguan kulit, dan produksi keringat yang
berlebihan.
19
b. Aspek Psikologis
Aspek psikologis stres berupa gejala psikis. Gejala psikis dari stres antara
lain:
1) Gejala Kognisi
Kondisi stres dapat mengganggu proses pikir individu. Individu yang
mengalami stres cenderung mengalami gangguan daya ingat, perhatian
dan konsentrasi.
2) Gejala Emosi
Kondisi stres dapat mengganggu kestabilan emosi individu. Individu
yang mengalami stress akan menunjukkan gejala mudah marah,
kecemasan yang berlebihan terhadap segala sesuatu, merasa sedih dan
depresi.
3) Gejala Tingkah Laku
Kondisi stres dapat mempengaruhi tingkah laku sehari-hari yang
cenderung negatif sehingga menimbulkan masalah dalam hubungan
interpersonal.
Berdasarkan dua aspek stres yang telah dijabarkan oleh ahli, dapat
disimpulkan bahwa keduanya mengungkapkan hal yang sama yakni bahwa stres
memiliki beberapa gejala yang ditunjukkan oleh individu yang mengalaminya, di
antaranya gejala fisik, psikologis, kognitif dan perilaku. Penelitian ini
menggunakan aspek stres yang dikemukakan oleh Hardjana (2002). Penggunaan
aspek tersebut didukung pendapat yang dikemukakan oleh Chun dan Tim (2016)
bahwa pada umumnya dampak negatif stres dibagi menjadi lima gejala utama
20
yaitu gejala fisiologis, psikologis, kognitif, interpersonal, dan organisasional.
Gejala fisiologis yang dirasakan individu berupa sakit kepala, sembelit dan diare.
Selain itu terdapat dampak perubahan kondisi psikis berupa perasaan gelisah,
takut, dan mudah tersinggung. Perubahan ini kemudian mempengaruhi adanya
perubahan kognitif diantaranya sulit berkonsentrasi.
3. Faktor-faktor yang dapat Menurunkan Stres dalam Mengerjakan Skripsi
Ada berbagai macam metode untuk mengatasi stres seperti, pendekatan
farmakologis (pharmalogical), perilaku (behavioral), pemahaman (cognitive),
meditasi (meditation), dan hipnosis (hynopsis), dan musik (music) (Hardjana,
1994).
a. Pendekatan Farmakologis (Pharmalogical)
Pendekatan ini dilakukan oleh dokter yang juga ahli dalam psikiatri.
Pendekatan ini memanfaatkan obat-obat penenang dan umumnya bersifat
sementara. Pendekatan ini berfokus untuk mempengaruhi sistem saraf (nervous
system), bisa berada di pusat (central), bisa juga di sekelilingnya (peripheral).
Jadi pendekatan farmakologis boleh disebut sebagai cara pengelolaan stres awal,
sebelum pada waktunya orang dibantu untuk mengelola stres yang dialami
secara sungguh-sungguh, dalam arti masalah sendiri dikelola.
21
b. Pendekatan Perilaku (Behavioral)
Pendekatan ini dikembangkan oleh para ahli psikologi dan dapat
dilatihkan pada orang yang tertimpa stres untuk mengelola penderitaannya.
Pendekatan ini terarah pada perilaku. Bentuknya antara lain relaksasi
(relaxation), desensitisasi sistematis (systematic desensitization), umpan balik
bio (bio-feedback) dan meniru (modelling).
1) Relaksasi (Relaxation)
Merupakan salah satu teknik penenangan diri yang bermanfaat untuk
mengelola stres. Teknik yang digunakan disebut juga relaksasi otot secara
progresif (progressive muscle relaxation) yaitu perhatian yang dipusatkan
pada suatu bagian tertentu dengan menegangkan dan mengendorkannya agar
ketegangan stres menjadi berkurang.
2) Desensitisasi Sistematis (Systematic Desensitization)
Metode ini berguna untuk mengurangi ketakutan dan kecemasan.
Metode ini didasarkan atas pandangan bahwa takut itu dipelajari lew