24
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang berkaitan dan relevan dengan profitabilitas bank syariah juga pernah ditulis dan diteliti sebelumnya, diantaranya ialah: 1. Fatma Indarti (2018) Penelitian yang berjudul “Pengaruh Penempatan pada Bank Indonesia, Pembiayaan Murabahah, Pembiayaan Bagi Hasil, dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Proftabilitas Bank Panin Dubai Syariah” yang mempunyai tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh tiap-tiap variabel independen yaitu Penempatan pada Bank Indonesia, Pembiayaan Murabahah, Bagi hasil, Non Performing Financing terhadap variabel dependen yaitu Profitabilitas Bank Panin Dubai Syariah pada tahun 2012-2017. Dan menggunakan teknik analisis data “Statistik deskriptif” yang menyajikan data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median, mean (pengukuran tendensi sentral), perhitungan desil, persentil, perhitungan, penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi, dan perhitungan persentase. Dan memiliki hasil penelitiannya bahwa Penempatan pada Bank BI, Pembiayaan Murabahah, Pembiayaan bagi hasil, dan Non Performing Financing (NPF) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas Bank Panin Dubai Syariah tahun 2012-2017.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49033/3/BAB II.pdf · variabel independen yaitu Murabahah, Mudharabah, Musyarakah. Yang menggunakan metode analisis

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49033/3/BAB II.pdf · variabel independen yaitu Murabahah, Mudharabah, Musyarakah. Yang menggunakan metode analisis

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang berkaitan dan relevan dengan profitabilitas bank

syariah juga pernah ditulis dan diteliti sebelumnya, diantaranya ialah:

1. Fatma Indarti (2018)

Penelitian yang berjudul “Pengaruh Penempatan pada Bank

Indonesia, Pembiayaan Murabahah, Pembiayaan Bagi Hasil, dan Non

Performing Financing (NPF) Terhadap Proftabilitas Bank Panin Dubai

Syariah” yang mempunyai tujuan penelitian untuk mengetahui

pengaruh tiap-tiap variabel independen yaitu Penempatan pada Bank

Indonesia, Pembiayaan Murabahah, Bagi hasil, Non Performing

Financing terhadap variabel dependen yaitu Profitabilitas Bank Panin

Dubai Syariah pada tahun 2012-2017. Dan menggunakan teknik

analisis data “Statistik deskriptif” yang menyajikan data melalui tabel,

grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median,

mean (pengukuran tendensi sentral), perhitungan desil, persentil,

perhitungan, penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar

deviasi, dan perhitungan persentase.

Dan memiliki hasil penelitiannya bahwa Penempatan pada Bank

BI, Pembiayaan Murabahah, Pembiayaan bagi hasil, dan Non

Performing Financing (NPF) mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap profitabilitas Bank Panin Dubai Syariah tahun 2012-2017.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49033/3/BAB II.pdf · variabel independen yaitu Murabahah, Mudharabah, Musyarakah. Yang menggunakan metode analisis

9

2. Tika Indah Kawuryan (2015)

Penelitian yang berjudul “Pengaruh Pembiayaan Murabahah

terhadap Profitabilitas Bank Syariah” yang mempunyai tujuan untuk

mendeskripsikan masing-masing variabel yang dipakai yaitu

murabahah dan profitabilitas serta memverifikasi pengaruh

pembiayaan murabahah terhadap profitabilitas. Dan hasil

penelitiannya ialah bahwa pembiayaan murabahah mempunyai nilai r

sebesar -0,283, hal ini menunjukkan hubungan yang negatif. Hasil

koefisien determinasi menghasilkan angka sebesar 8% yang mana

tingkat profitabilitas teradap bank syariah sebesar 8%, sedangkan hasil

dari uji t menunjukkan pembiayaan murabahah memiliki pengaruh

namun tidak signifikan terhadap profitabilitas bank syariah.

1. Amri Dziki Fadholi (2015)

Penelitian yang berjudul “Pengaruh Pembiayaan Murabahah,

Musyarakah dan Mudharabah terhadap Profitabilitas Bank Umum

Syariah” yang mempunyai tujuan untuk mengetahui pengaruh tiap-tiap

variabel independen yaitu Murabahah, Mudharabah, Musyarakah. Yang

menggunakan metode analisis Regressi Linier Berganda. Dan hasil

penelitiannya ialah ditemukan variabel pembiayaan murabahah tidak

berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA) bank umum syariah di

Indonesia dengan nilai sig 0,444 > 0,05, pembiayaan musyarakah tidak

berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA) bank umum syariah di

Indonesia dengan nilai sig 0,368 > 0,05, pembiayaan mudharabah

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49033/3/BAB II.pdf · variabel independen yaitu Murabahah, Mudharabah, Musyarakah. Yang menggunakan metode analisis

10

berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA) pada bank umum syariah di

Indonesia dengan nilai sig 0,006 < 0,05.

2. Yunita Agza, Darwanto (2017)

Penelitian yang berjudul “Pengaruh Pembiayaan Murabahah,

Musyarakah, dan Biaya Transaksi terhadap Profitabilitas Bank

Pembiayan Rakyat Syariah” yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh

tiap-tiap variabel independen terhadap variabel dependen. Dengan

menggunakan metode analisis data regresi linier berganda yang mana

pengumpulan datanya menggunakan studi kepustakaan serta teknik

dokumentasi.

Penelitian ini memiliki hasil yaitu variabel pembiayaan murabahah

secara parsial berpengaruh positif terhadap profitabilitas, pembiayaan

musyarakah secara parsial memiliki pengaruh negatif terhadap

profitabilitas, variabel biaya transaksi bagi hasil secara parsial memiliki

pengaruh negatif terhadap profitabilitas, variabel non bagi hasil secara

parsial memiliki pengaruh positif terhadap profitabilitas.

Relevansi atara penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu

yaitu, adanya pengembangan pada variabel independen, objek atau

tempat dilakukannya penelitian tersebut serta tahun yang digunakan,

jika pada penelitian terdahulu menggunakan variabel independennya

ialah penempatan pada Bank Indonesia, murabahah, bagi hasil, non

performing financing (NPF). Sedangkan pada penelitian ini

menggunakan variabel independen giro pada Bank Indonesia,

pembiayaan murabahah, musyarakah, mudharabah. Dan juga pada

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49033/3/BAB II.pdf · variabel independen yaitu Murabahah, Mudharabah, Musyarakah. Yang menggunakan metode analisis

11

penelitian yang dilakukan sekarang mengambil objek di PT. Bank BRI

Syariah Tbk yang mana berbeda dengan objek pada penelitian

terdahulu yang dipakai, serta pada tahunnya juga mengalami kemajuan

tahun yakni pada tahun 2015-2018.

B. Kerangka Teoritis Masalah Penelitian

1. Pengaruh variabel X terhadap Profitabilitas Bank BRI Syariah

a. Penempatan Giro pada BI terhadap Profitabilitas.

Menurut (Afrianto, et al., 2011) placement in other banks is

investments in other Islamic banks both domestically and abroad in the

form of investments certificates Mudharabah interbanks deposits, time

deposits mudharabah and saving intended to optimize the management

of funds. Penempatan pada bank lain merupakan salah satu komponen

dari Aktiva Produktif dengan maksud untuk optimalisasi pengelolaan

dana. Oleh karena itu, bank harus membentuk penyisihan untuk

terjadinya kerugian dalam valuta yang sama.

b. Pembiayaan Murabahah terhadap Profitabilitas.

Pembiayaan murabahah mempunyai pengaruh terhadap tingkat

profitabilitas pada Bank Syariah, yang mana jika murabahah mengalami

kenaikan maka secara otomatis bank syariah tersebut akan meraup

pendapatan dari pembiayaan yang tinggi atau meningkat. Sehingga

akan menghasilkan laba dan membuat meningkatnya profitabilitas suatu

bank syariah tersebut.

Menurut (Darmawan, 2004), bahwa untuk mengetahui kinerja

perusahaan perbankan umumnya menggunakan lima aspek penilaian

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49033/3/BAB II.pdf · variabel independen yaitu Murabahah, Mudharabah, Musyarakah. Yang menggunakan metode analisis

12

yaitu CAMEL (Capital, Assets, Management, Earning, Liquidity).

empat dari kelima aspek tersebut yaitu Capital, Assets, Earning,

Earning, Liquidity dinilai dengan menggunakan rasio keuangan. Hal

tersebut menunjukkan bahwa rasio keuangan bermanfaat dalam menilai

kondisi keuangan perusahaan perbankan. Jenis-jenis aktiva di atas,

semuanya menggunakan Loanable Founds atau Excess Reserve,

sehingga dengan memperhatikan bahwa sumber dana terbesar untuk

penempatan aktiva itu adalah berasal dari “dana pihak ketiga” dan

“pinjaman” (Sinungan, 2006).

c. Pembiayaan Musyarakah terhadap Profitabilitas.

Pembiayaan bagi hasil pada perbankan syariah dilakukan melalui

akad musyarakah. Pembiayaan bagi hasil termasuk salah satu

komponen penyusun aset pada perbankan syariah. Menurut

(Muhammad, 2005) bukti empiris menunjukkan bahwa semakin tinggi

pembiayaan mudharabah dan musyarakah maka semakin tinggi

profitabilitas bank umum syariah yang diproksikan dengan Return of

Asset

d. Pembiayaan Mudharabah terhadap Profitabilitas.

Pembiayaan terakhir yang berpengaruh terhadap profitabilitas

Bank Syariah ialah mudharabah, menurut Balanchandher dalam jurnal

yang ditulis Anto dan M. Ghofur Wibowo menyatakan bahwa,

profitabilitas bank ditentukan oleh faktor-faktor yang bisa dikendalikan

manajemen dan faktor-faktor diluar kendali manajemen (Chalifah, et

al., Juni 2015). Berbicara mengenai pembiayaan mudharabah,

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49033/3/BAB II.pdf · variabel independen yaitu Murabahah, Mudharabah, Musyarakah. Yang menggunakan metode analisis

13

seharusnya semakin tinggi pendapatan atau pembiayaan mudharabah

yang diberikan bank untuk penyaluran dana, maka secara otomatis

semakin tinggi pula tingkat profitabilitas yang diperoleh oleh bank

karena pendapatan bank akan meningkat.

2. Profitabilitas

“Profitabilitas ialah kemampuan sebuah perusahaan untuk

mendapatkan laba atau keuntungan” (Harahap, 2004). Dengan profitabilitas

maka sebuah bank bisa mempertahankan profit risiko tertentu dan juga

membuat sebuah keputusan atas masalah jangka pendek. Profitabilitas

sebuah bank bisa dinilai ditinjau dari laporan laba rugi, sebab laporan laba

rugi menyajikan sumber pendapatan sebuah bank itu sendiri, kuantitas dan

kualitas pendapatan, kualitas portofolio kredit bank, dan juga target

pengeluarannya.

Tidak cukup dengan adanya laporan laba rugi tersebut, namun juga

diperlukan alat analisis yang sesuai dengan tujuan analisisna. Analisis

profitabilitas bisa dilakukan dengan rasio profitabilitas.

Rasio profitabilitas ialah sekelompok rasio yang menunjukkan

kombinasi dari pengaruh likuiditas, manajemen aset, dan juga utang pada

hasil operasinya (Brigham, et al., 2010).

Dalam penelitian ini menggunakan rasio profitabilitas, yaitu:

Pengembalian atas Total Aset

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49033/3/BAB II.pdf · variabel independen yaitu Murabahah, Mudharabah, Musyarakah. Yang menggunakan metode analisis

14

Rasio laba bersih terhadap total aset menghitung pengembalian atas total

aset (ROA) setelah bunga dan pajak yang dinyatakan seperti berikut:

3. Giro pada Bank Indonesia

Rekening giro pada Bank Indonesia, digunakan untuk menerima

transaksi antara Bank dengan Bank Indonesia selaku sebagai bank sentral,

yakni setoran giro wajib minimum, setoran jaminan kliring, pinjaman dan

setoran pembayaran pinjaman. Setiap bank umum diwajibkan oleh peraturan

untuk selalu menyetor giro wajib minimum yang memiliki jumlah beberapa

persen dari jumlah deposito yang telah dikuasai oleh bank tersebut. Jumlah

besarnya persentase cadangan wajib ini berubah sepanjang tahunnya, sesuai

perubahan kebijakan moneter bank sentral (Darmawi, 2012).

Perhitungan Giro Wajib Minimum (GWM) dilakukan sesuai peraturan

Bank Indonesia No. 15/16/PBI/2013 tanggal 24 Desember 2013 mengenai Giro

Wajib Minimum dalam rupiah dan valuta asing bagi Bank Umum Syariah dan

Unit Usaha Syariah, yang mana berisi bank umum melakukan kegiatan usaha

berdasarkan prinsip syariah di Indonesia diwajibkan untuk mempunyai salso

giro minimum di Bank Indonesia untuk mencadangkan likuiditas.

4. Pembiayaan Murabahah

a. Pengertian Murabahah

Murabahah atau yang biasa sering kita sebut juga ba‟bitsmanil ajil.

Sumber kata murabahah berasal dari kata ribhu (keuntungan). Jadi

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49033/3/BAB II.pdf · variabel independen yaitu Murabahah, Mudharabah, Musyarakah. Yang menggunakan metode analisis

15

murabahah mempunyai arti saling menguntungkan. Arti sederhananya

murabahah bearti jual beli barang ditambah keuntungan yang disepakati di

awal (Mardani, 2012).

Jual beli murabahah ialah pembelian oleh satu pihak yang

kemudian akan dijual kembali kepada pihak lain yang sebelumnya telah

menyetorkan permohonan pembelian terhadap suatu barang dengan laba

atau keuntungan yang transparan (Gemala, et al., 2005). Atau secara

singkatnya akad jual beli barang dengan mencantumnkan harga perolehan

dan keuntungan (margin) yang telah disepakati oleh kedua belah pihak

diawal perjanjian atau akad. Akad ini termasuk salah satu bentuk dari

natural certainly contracts, karena di dalam murabahah diatur berapa

required rate profitnya (keuntungan yang ingin diperoleh) (Mardani,

2012).

Dalam perbankan islam murabahah merupakan salah satu produk

yang banyak digunakan oleh para nasabah perbankan islam di seluruh

dunia termasuk di Indonesia. Berikut ialah beberapa alasan yang

mendasari kenapa pembiayaan murabahah banyak digunakan oleh para

nasabah di perbankan islam Indonesia:

1. Murabahah termasuk suatu mekanisme pembiayaan investasi jangka

pendek yang memudahkan dan juga memiliki keuntungan bagi pihak

bank islam dibandingkan dengan konsep profit loss sharing atau bagi

hasil yang dianut oleh konsep mudharabah dan juga musyarakah.

2. Mark-up dalam murabahah ditetapkan serupa itu yang memastikan

bahwa bank islam akan memperoleh keuntungan yang sepadan dengan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49033/3/BAB II.pdf · variabel independen yaitu Murabahah, Mudharabah, Musyarakah. Yang menggunakan metode analisis

16

keuntungan yang berbasis bunga yang telah menjadi saingan bank-

bank lain diluaran sana.

3. Murabahah melarutkan ketidakpastian yang ada pemasukan dari

bisnis-bisnis dengan sistem PLS.

4. Murabahah tidak memungkinkan bank-bank islam untuk mencampuri

manajemen bisnis, karena bukanlah sebagai mitra nasabah melainkan

bank mempunyai peran dengan nasabah yakni hubungan antara

kreditur dan debitur (Saed, 2004).

b. Dasar Hukum Murabahah

Pembiayaan murabahah merupakan suatu jenis akad jual beli yang

telah dianggap sah menurut syariah dan merupakan implementasi

muamalah tijariyah (interaksi bisnis). Landasan islam dari pembiayaan

murabahah ialah pada QS. Al-Baqarah:275:

ل يطان من المس ذ ي يتخبذطو الش ذ لذ كم يقوم الذب ل يقومون ا ين يأكون الر الذ

ب فمن جاءه موغظ بأ م الر البيع وحرذ ب وأ حلذ اللذ ذما البيع مثل الر هم قالوا ا و فانتى فل نذ ة من رب

اب النذار ه في ئك أ ص ومن ػاد فأول ل اللذون ما سلف وأ مره ا ا خال

Artinya:

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan

seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)

penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan

mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,

padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-

orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49033/3/BAB II.pdf · variabel independen yaitu Murabahah, Mudharabah, Musyarakah. Yang menggunakan metode analisis

17

berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya

dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.

Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-

penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. (Tafsirq.com).

Di bawah ini contoh gambar sistematika pembiayaan murabahah:

Gambar 2.1

Akad Murabahah

Keterangan:

1. Nasabah berkeinginan membeli mobil dan melakukan negoisasi dengan

pihak bank

2. Kemudian pihak bank membelikan mobil ke showroom atau dealer

3. Pihak bank menjual mobil kepadah pihak nasabah

4. Yang terakhir pihak nasabah membayar pembiayaan mobil secara dicicil.

Berdasarkan skema yang sudah diterangkan di atas, akad murabahah

dilakukan setelah barang sudah dibeli dan dimiliki oleh bank dan bank

dilarang melakukan penjualan kepada nasabah apabila barang tersebut

belum dimiliki oleh bank. Lebih tepatnya bisa dilihat perbedaan antara

pembiayaan murabahah dan bunga riba.

BANK

SYARIA

H

MOBIL

NASABAH 1

2

4

3

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49033/3/BAB II.pdf · variabel independen yaitu Murabahah, Mudharabah, Musyarakah. Yang menggunakan metode analisis

18

Tabel 2.1

Perbedaan Pembiayaan Murabahah degan Bunga bank

NO PEMBIAYAAN

MURABAHAH

BUNGA/RIBA

1. Objeknya barang, nasabah tidak

berhutang uang melainkan

barang.

Objeknya ialah uang, nasabah

berhutang uang.

2. Pertukaran barang dengan uang. Pertukaran uang dengan uang.

3. Margin tidak berubah. Bunga berubah sesuai dengan tingkat

suku bunga negara.

4. Sah, halal, dan berkah. Banyak mudharatnya, tidak sah,

haram, dan jauh dari kata berkah.

5. Sektor moneter terkait dengan

sektor riil, sehingga menyentuh

langsung sektor riil.

Sektor moneter dan riil terpisah, tidak

ada keharusan untuk mengaitkan

sektor moneter dan riil.

6. Akadnya jual beli dan pasti

memenuhi rukun jual beli.

Tidak ada akad jual beli di awal, tapi

uang langsung sebagai barang

komoditas.

7. Jika pihak nasabah dirasa

mampu secara finansial akan

tetapi tidak mau membayar,

Denda/bunga berbunga cenderung

mengeksploitasi pihak nasabah, tidak

mendidik dan denda bunga akan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49033/3/BAB II.pdf · variabel independen yaitu Murabahah, Mudharabah, Musyarakah. Yang menggunakan metode analisis

19

dikenakan denda untuk

mendidik. Dananya untuk sosial,

bukan pendapatan untuk bank.

menjadi pendapatan bagi bank.

8. Uang sebagai alat tukarnya

(purchasing power).

Over supply of money (inflasi dan

devaluasi).

Sumber: (Huda, et al., 2010)

c. Syarat Murabahah

Berikut beberapa syarat yang ditempuh untuk melakukan pengajuan

pembiayaan murabahah pada bank syariah ialah:

2.2.1 Pihak yang berakad:

a. Cakap hukum atau mengerti soal hukum

b. Ridha sama ridha, tidak dalam keadaan terpaksa ataupun di bawah

tekanan.

2.2.2 Objek yang diperjualbelikan:

a. Tidak termasuk dalam kategori barang yang mengandung mudharat

atau barang haram.

b. Mempunyai manfaat

c. Penyerahannya dari penjual ke pembeli bisa dilakukan

d. Mempunyai hak milik penuh pihak yang berakad

e. Spesifikasinya sesuai yang diterima pembeli dan diserahkan oleh

penjual.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49033/3/BAB II.pdf · variabel independen yaitu Murabahah, Mudharabah, Musyarakah. Yang menggunakan metode analisis

20

2.2.3 Akad/sighat:

a. Harus jelas dan tidak rancu serta disebutkan juga spesifikasinya

dengan siapa berakad.

b. Antara ijab kabul (serah terima) harus setara atau sepadan baik dalam

spesifikasi barangnya maupun harga yang disepakati.

c. Tidak mengandung perjanjian yang mempunyai sifat

menggantungkan keabsahan transaksi pada kejadian yang akan

datang.

d. Tidak mempunyai batasan waktu, misal: si A menjual barang ini

kepada si B namun dalam jangka waktu 1 tahun setelah itu barang

tersebut akan menjadi milik si A kembali.

Sesuai dengan Fatwa Dewan Islam No. 23/DSN-MUI/III/2002

tanggal 28 Maret 2002 potongan pelunasan dalam pembiayaan

murabahah ialah:

1. Jika pihak nasabah dalam transaksinya melakukan pelunasan pembayaran

tepat pada waktunya atau bahkan lebih cepat dari tanggal yang sudah

ditentukan. Lembaga keuangan islam boleh memberikan potongan dari

kewajiban pembayaran dengan syarat tidak diperjanjikan dalam akad di

awal.

2. Besar kecilnya nominal potongan seperti yang dimaksud di atas

diserahkan penuh kepada kebijakan dan pertimbangan dari Lembaga

Keuangan Syariah (LKS). (Huda, et al., 2010).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49033/3/BAB II.pdf · variabel independen yaitu Murabahah, Mudharabah, Musyarakah. Yang menggunakan metode analisis

21

Sesuai Fatwa DSN No. 13/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 16 September 2000

menjelaskan mengenai uang muka dalam pembiayaan murabahah:

1. Dalam akad pembiayaan murabahah, Lembaga Keuangan Syariah (LKS)

dibolehkan meminta uang muka kepada pihak nasabah apabila sudah

disepakati oleh dua pihak di awal perjanjian.

2. Besar kecilnya uang muka berdasarkan kesepakatan dua belah pihak di

awal perjanjian.

3. Jika terdapat pihak nasabah yang membatalkan akad pembiayaan

murabahah, maka nasabah harus memberikan ganti rugi kepada pihak

Lembaga Keuangan Syariah (LKS) dari uang muka tersebut.

4. Jika jumlah uang muka yang diberikan oleh pihak nasabah jumlahnya

lebih kecil dari besarnya jumlah kerugian maka pihak Lembaga Keuangan

Syariah (LKS) dapat meminta tambahan kepada nasabah.

5. Jika sebaliknya, jumlah uang muka yang diberika oleh pihak nasabah

kepada pihak Lembaga Keuangan Syariah (LKS) lebih besar dari jumlah

kerugian, maka Lembaga Keuangan Syariah (LKS) harus mengembalikan

kelebihannya kepada pihak nasabah. (Huda, et al., 2010).

Dalam pembiayaan murabahah terdapat sanksi yang diberikan kepada

nasabah yang dirasa mampu namun menunda-nunda pembayaran pelunasannya.

Sesuai Fatwa DSN No. 17/DSN-MUI/IX/2000 tanggal 16 September 2000:

1. Sanksi dalam fatwa ini ialah sanksi yang diberikan Lembaga Keuangan

Syariah (LKS) kepada pihak nasabah yang sebenarnya mamou membayar

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49033/3/BAB II.pdf · variabel independen yaitu Murabahah, Mudharabah, Musyarakah. Yang menggunakan metode analisis

22

namun dengan sengaja untuk menunda-nunda pembayaran pelunasan

pembiayaan.

2. Pihak nasabah yang belum mampu membayar pelunasannya dikarenakan

force majeur (sesuatu hal yang tidak bisa dihindari) tidak boleh dikenakan

sanksi.

3. Nasabah yang dirasa mampu namun selalu menunda-nunda pembayaran

atau tidak mempunyai iktikad baik untuk membayar utangnya dari pihak

Lembaga Keuangan Syariah (LKS) diperbolehkan dikenai sanksi.

4. Sanksi dapat berupa denda berupa uang yang jumlah nominalnya

ditentukan pada saat penandatanganan perjanjian di awal akad yang sudah

disepakati bersama.

5. Sanksi disini berdasarkan pada prinsip ta‟sir, yakni agar membuat pihak

nasabah mempunyai rasa tanggung jawab dan disiplin terhadap

kewajibannya.

6. Semua dana yang bersumber dari denda diperuntukkan sebagai dana

sosial, tidak untuk pendapatan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) (Huda,

et al., 2010).

5. Pembiayaan Musyarakah

a. Pengertian Musyarakah

Secara bahasa syirkah ialah al-ikhtilath yang mempunyai arti

penggabungan atau pencampuran. Menurut ulama Hanafiah syirkah atau

yang biasa kita sebut musyarakah mempunyai makna istilah penggabungan

harta (dan/atau keterampilan, pen) untuk kemudian penggabungan harta

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49033/3/BAB II.pdf · variabel independen yaitu Murabahah, Mudharabah, Musyarakah. Yang menggunakan metode analisis

23

tersebut akan dijadikan sebuah modal usaha yang mana segala keuntungan

dan kerugian akan dibagi bersama sesuai kesepakatan (Sabiq, 1983).

b. Rukun dan Syarat Musyarakah

Secara Hanafiyah berpendapat bahwa rukun dari pembiayaan syirkah

atau musyarakah ada satu saja yaitu shighat (ijab dan qabul) karena shighat-

lah yang melatarbelakangi adanya transaksi syirkah atau musyarakah.

Para ulama banyak yang memiliki pendapat bahwa rukun dari

pembiayaan syirkah atau musyarakah ada empat macamnya, yaitu: sighat,

dua orang yang berada pada transaksi, dan objek yang ditransaksikan.

Shighat, yaitu cetusan atau sebuah ungkapan yang keluar dari masing-

masing dari dua pihak bertransaksi yang keinginannya untuk

melaksanakannya. Shighat terdiri dari ijab dan qabul yang sah baik itu

secara perbuatan maupun ucapan yang menunjukkan adanya syirkah.

Aqhidhain merupakan dua belah pihak atau subjek yang melakukan

transaksi pembiayaan tersebut. Syirkah atau Musyarakah tidak akan sah

apabila tidak ada salah satu dari kedua pihak tersebut. Setelah membahas

mengenai subjeknya maka adapun objek dari syirkah atau musyarakah ini

ialah modal pokok, bisa berupa harta maupun kerjaan. Modal syirkah atau

musyarakah itu harus ada dan tidak diperbolehkan harta yang terutang

ataupun benda yang tidak diketahui dikarenakan tidak dapat dijalankan

seperti yang menjadi tujuan syirkah atau yang biasa kita sebut musyarakah,

yaitu mendapat keuntungan. (Mardani, 2012).

Berikut ialah syarat yang harus diperhatikan ketika akan melakukan

pembiayaan syirkah atau musyarakah menurut kesepatan para ulama, yaitu:

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49033/3/BAB II.pdf · variabel independen yaitu Murabahah, Mudharabah, Musyarakah. Yang menggunakan metode analisis

24

1. Dua pihak yang melakukan transaksi pembiayaan musyarakah keahlian

untuk mewakilkan dan menerima perwakilan. Dua pihak tersebut

haruslah yang berstatus merdeka, baligh, dan pandai (rasyid)

dikarenakan keduanya masing-masing posisinya sebagai mitra.

2. Modal dari syirkah atau musyarakah diketahui kejelasannya.

3. Modal dari syirkah atau musyarakah haruslah ada atau berwujud ketika

transaksi tersebut dilakukan.

4. Jumlah nominal keuntungannya dapat diketahui dari penjumlahan yang

berlaku, seperti setengah, dan lain sebagainya (ath-Thayyar, 2009).

Pembagian laba atau nisbah bagi hasil yang diperoleh ketika kita telah

melakukan transaksi pembiayaan syirkah atau musyarakah haruslah

memenuhi hal-hal berikut:

1. Laba yang dibagikan terhadap masing-masing mitra usaha haruslah

sudah diketahui dan disepakati di awal kontrak/akad. Jika laba tidak

ditetapkan di awal maka akad tidak sah menurut syariah islam.

2. Rasio/nisbah keuntungan terhadap masing-masing mitra usaha haruslah

ditetapkan sesuai dengan keuntungan yang nyata yang telah diperoleh

dari usaha, dan tidak ditetapkan berdasarkan modal yang disertakan di

awal.

Contoh: Jika A dan B melakukan kemitraan pembiayaan musyarakah dan

keduanya sepakat jika A akan mendapatkan bagian keuntungan atau laba

setiap bulan sebesar Rp. 100.000,- dan sisanya ialah bagian keuntungan dari

B, maka kemitraan itu tidak sah. Dasar yang benar dan sah untuk

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49033/3/BAB II.pdf · variabel independen yaitu Murabahah, Mudharabah, Musyarakah. Yang menggunakan metode analisis

25

menyalurkan keuntungan adalah persentase yang disepakati bersama dari

laba yang diperoleh yang benar-benar nyata diperoleh dalam usaha

kemitraan tersebut (Mardani, 2012).

Sebab diberhentikannya akad pembiayaan musyarakah, musyarakah

akan berakhir jika salah satu peristiwa dibawah ini terjadi, yaitu:

1. Pengakhiran akad pembiayaan musyarakah dapat diajukan oleh salah

satu mitra musyarakah kapan saja namun harus terlebih dahulu

mengkonfirmasi hal tersebut kepada mitra musyarakah yang lainnya.

2. Pembiayaan musyarakah akan berakhir ketika salah satu dari mitra

tersebut meninggal dunia disaat pembiayaan musyarakh masih

berjalab. Namun ahli waris mempunyai pilihan untuk menarik

bagian modalnya ataupun meneruskan kontrak musyarakah tersebut.

3. Pembiayaan musyarakah secara otomatis berakhir ketika salah satu

mitra mengalami kecelakaan seperti tiba-tiba mengalami hilang

ingatan ataupun sudah tidak mampu melakukan transaksi komersial

tersebut (Ascarya, 2007).

c. Dasar Hukum Musyarakah

Hukum islam yang mendasari adanya akad musyarakah ialah pada

QS. Shad:24 :

نذ لثيرا من الخلطاء ليبغي بؼضيم ػل ل هؼاجو وا

ين قال لقد ظلمك بسؤال هؼجتك ا لذ الذ

بؼض ا

ذو وخرذ رالؼا وأ أمنوا تغفر رب ذما فتنذاه فاس الحات وقليل ما ه وظنذ داوود أ ه ناب وعلوا الصذ

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49033/3/BAB II.pdf · variabel independen yaitu Murabahah, Mudharabah, Musyarakah. Yang menggunakan metode analisis

26

Artinya:

Daud berkata: “sesungguhnya dia telah berbuat zalim kepadamu dengan meminta

kambingmu itu untuk ditambahkan kepada kambingnya. Dan sesungguhnya

kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebahagian mereka berbuat zalim

kepada sebahagian yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan

amal yang saleh dan amat sedikitlah mereka ini”. Dan Daud mengetahui bahwa

Kami mengujinya maka ia meminta ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur

sujud dan bertaubat (Tafsirq.com).

Kesahihan musyarakahpun diperkuat ketika Nabi diutus, masyarakat

sedang melakukan musyarakah. Beliau bersabda: “Kekuasaan Allah senantiasa

berada pada dua orang yang bersekutu selama keduanya tidak berkhianat”.

Selain itu diperbolehkannya akad musyarakah ialah bentuk ijma dari ulama.

d. Macam-macam Musyarakah

Secara dasar syirkah atau musyarakah terbagi menjadi dua macam, yakni

syirkah amlak (kepemilikan) dan syirkah „uqudl‟ akad (kontrak). Syirkah amlak

bisa terjadi tanoa melalui akad, tetapi karena melalui sebuah wasiat, warisan atau

kondisi lainnya yang berakibat kepemilikan. Sedangkan syirkah akad dapat terjadi

karena adanya perjanjian antara dua orang atau lebih untuk bekerja sama dalam

memberi modal dan mereka setuju untuk membagi keuntungan dan kerugiannya

bersama sesuai akad di awal kontrak.

Akad syirkah atau musyarakah dibagi menjadi empat bagian oleh Syaid Sabiq ,

seperti dibawah ini:

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49033/3/BAB II.pdf · variabel independen yaitu Murabahah, Mudharabah, Musyarakah. Yang menggunakan metode analisis

27

1. Syirkah Inan, yakni bentuk kerjasama antara dua oranga atau lebih untuk

melakukan suatu usaha dalam permodalan serta membagi keuntungan dan

kerugian bersama sesuai dengan jumlah modal masing-masing. Namun,

apabila jumlah dibagikan kepada masing-masing pihak baik modal, kerja

ataupun bagi hasil berbeda sesuai dengan kesepakatan mereka di awal dan

dengan unsur ridha sama ridha maka diperbolehkan menurut semua ulama.

2. Syirkah Mufawwadhah, hampir sama dengan syirkah atau musyarakah di

atas yakni kerja sama anatara dua orang atau lebih untuk melakukan suatu

perjanjian usaha dengan syarat-syarat dibawah ini:

a. Modalnya harus sama antara pihak satu dengan pihak lainnya jika di

salah satu pihak memberikan modal yang lebih besar maka akad

syirkah tersebut tidak sah.

b. Sama-sama memiliki wewenang hukum, dalam artian jika subjek yang

melakukan perjanjian ini di rasa belum dewasa atau baligh maka akad

syirkah ini tidak sah.

c. Memiliki kesamaan dalam agama, dalam artian jika salah satu pihak ialah

nonmuslim maka akad tersebut tidak akan sah.

d. Masing-masing dari setiap subjek mempunyai kehendak dalam bertindak

atas nama syirkah (kerja sama).

3. Syirkah Wujuh, yakni bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk

membeli sesuatu hal tanpa modal melainkan hanya bermodal kepercayaan

dan keuntungan dibagi antara sesama mereka masing-masing pihak.

4. Syirkah Abdan, sama saja seperti syirkah-syirkah di atas yakni bentuk kerja

sama antara dua orang lebih untuk melakukan suatu bentu usaha atau

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49033/3/BAB II.pdf · variabel independen yaitu Murabahah, Mudharabah, Musyarakah. Yang menggunakan metode analisis

28

pekerjaan. Selanjutnya, hasil dari usaha tersebut dibagi antara masing-

masing pihak berdasarkan perjanjian di awal. Seperti pemborong bangunan,

jalan, listrik, dan lain-lain (Abdad, 2003).

e. Tujuan Musyarakah

Berikut ialah tujuan dan manfaat dari pembayaan akad musyarakah

seperti di bawah ini:

1. Memberikan keuntungan bagi masing-masing pihak di dalamnya.

2. Membuka peluang lapangan kerja bagi setiap karyawannya.

3. Sebagian dari keuntungan hasil usaha musyarakah dibuat untuk

mendirikan temoat ibadah, sekolah, dan bentuk-bentuk sosial lainnya

(Corporate Sosial Responsibilty/CSR).

6. Pembiayaan Mudharabah

Pada umumnya secara klasik akad mudharabah dilakukan atas dua pihak

yakni pemilik dana (shahibul mal) dan pengelola dana (mudharib) secara

langsung sama seperti pada kitab-kitab klasik fiqh Islam. Dan praktik

seperti inilah yang dilakukan oleh nabi dan para sahabat serta para umat

muslim sesudahnya. Dalam kasus seperti ini yang terjadi ialah investasi

secara langsung antara pemilik dana (shahibul mal) dengan pengelola dana

(mudharib), peran bank sebagai lembaga perantaranya (intermieditary) tidak

ada (Karim, 2013).

Untuk menanggulangi persoalaan di atas maka para ulama kontemporer

berinovasi baru atas skema mudharabah, yakni akad mudharabah yang

melibatkan tiga pihak. Tambahan satu pihak ini diperankan oleh bank

syariah sebagai lembaga perantara yang mempertemukan shahibul mal dan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49033/3/BAB II.pdf · variabel independen yaitu Murabahah, Mudharabah, Musyarakah. Yang menggunakan metode analisis

29

Bagi hasil

a

mudharib. Sehingga terjadi evolusi dari konsep investasi langsung (direct

financing) menjadi tidak langsung (indirect financing) (Karim, 2013).

Gambar 2.2

Pembiayaan Mudharabah

Intermedia Keuangan

Decifit unit Bagi hasil Surplus unit

a. Dasar Hukum akad Mudharabah

Dasar diperbolehkannya praktik mudharabah adalah pada QS. Al-Baqarah :

198

غند الم ليس ذا أ فضت من غرفات فاذلروا اللذ فا ك رام ػليك جناح أ ن تبتغوا فضل من رب شؼر ال

ي ال ن لنت من قبل لمن الضذ واذلروه كم ىداك وا

Mudharib Shahibul mal

Mudharib Shohibul mal Bank Syariah

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49033/3/BAB II.pdf · variabel independen yaitu Murabahah, Mudharabah, Musyarakah. Yang menggunakan metode analisis

30

Artinya:

“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari

Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari Arafat, berdzikirlah kepada

Allah di Masy‟arilharam. Dan berdikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana

yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-

benar termasuk orang-orang yang sesat” (Tafsirq.com).

C. Kerangka Penelitian

Sesuai variabel yang telah diambil, maka dapat ditarik kerangka proses

berpikir pada penelitian ini yaitu:

Gambar 2.3 Kerangka Penelitian

Keterangan:

Menyatakan berpengaruh secara signifikan.

Giro pada BI

(X1)

Musyarakah

(X2)

Murabahah

(X3)

Mudharabah

(X4)

Profitabilitas Bank BRI

Syariah (Y)

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/49033/3/BAB II.pdf · variabel independen yaitu Murabahah, Mudharabah, Musyarakah. Yang menggunakan metode analisis

31

D. Hipotesis

Dalam penelitian ini disajikan tiga hipotesis atau dugaan sementara, yaitu

sebagai berikut:

H1 = Giro pada Bank Indonesia berpengaruh terhadap profitabilitas Bank BRI

Syariah.

H2 = Pembiayaan murabahah berpengaruh terhadap profitabilitas Bank BRI

Syariah.

H3 = Pembiayaan musyarakah berpengaruh terhadap profitabilitas Bank BRI

Syariah.

H4 = Pembiayaan mudharabah berpengaruh terhadap profitabilitas Bank BRI

Syariah.

H0 = Diduga tidak terdapat pengaruh antara giro pada Bank Indonesia (X1),

murabahah (X2), musyarakah (X3), mudharabah (X4) terhadap tingkat

profitabilitas Bank BRI Syariah.