23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) 1. Pengertian SADARI SADARI adalah pemeriksaan yang dilakukan sebagai deteksi dini kanker payudara. Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan yang sangat mudah dilakukan oleh setiap wanita untuk mencari benjolan atau kelainan lainnya. SADARI dilakukan dengan posisi tegak menghadap cermin dan berbaring, dilakukan pengamatan dan perabaan payudara secara sistematis (Dalimartha, 2007). SADARI adalah pemeriksaan atau perabaan sendiri untuk menemukan timbulnya benjolan abnormal pada payudara (Otto, S, 2005). 2. Tujuan SADARI Tujuan dilakukannya pemeriksaan kanker payudara adalah untuk deteksi dini. Wanita yang melakukan SADARI akan dapat menunjukan tumor yang kecil dan masih pada stadium awal, hal ini memberikan prognosis yang baik. Sebagian wanita berfikir untuk apa melakukan SADARI, apalagi yang masih berusia dibawah 30 tahun, kebanyakan berangapan bahwa kasus kanker payudara jarang ditemukan pada usia dibawah 30 tahun. Dengan melakukan SADARI sejak dini akan membantu deteksi kanker payudara pada stadium dini sehingga kesempatan untuk sembuh lebih besar (Otto,S, 2005). 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pemeriksaan Payudara Sendiri …digilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-motiekkema... · polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek

Embed Size (px)

Citation preview

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)

1. Pengertian SADARI

SADARI adalah pemeriksaan yang dilakukan sebagai deteksi dini

kanker payudara. Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan yang sangat mudah

dilakukan oleh setiap wanita untuk mencari benjolan atau kelainan

lainnya. SADARI dilakukan dengan posisi tegak menghadap cermin dan

berbaring, dilakukan pengamatan dan perabaan payudara secara sistematis

(Dalimartha, 2007). SADARI adalah pemeriksaan atau perabaan sendiri

untuk menemukan timbulnya benjolan abnormal pada payudara (Otto, S,

2005).

2. Tujuan SADARI

Tujuan dilakukannya pemeriksaan kanker payudara adalah untuk

deteksi dini. Wanita yang melakukan SADARI akan dapat menunjukan

tumor yang kecil dan masih pada stadium awal, hal ini memberikan

prognosis yang baik. Sebagian wanita berfikir untuk apa melakukan

SADARI, apalagi yang masih berusia dibawah 30 tahun, kebanyakan

berangapan bahwa kasus kanker payudara jarang ditemukan pada usia

dibawah 30 tahun. Dengan melakukan SADARI sejak dini akan membantu

deteksi kanker payudara pada stadium dini sehingga kesempatan untuk

sembuh lebih besar (Otto,S, 2005).

7

8

Berdasarkan rekomendasi dari The American Cancer Society,

menginformasikan bahwa keuntungan untuk melakukan SADARI saat

mencapai usia 20 tahun (Mayo Clinic, 2007). SADARI dilakukan karena

dapat membawa untuk mendeteksi kista, tumor jinak, serta kanker

payudara (Hirsch, 2007).

3. Waktu pelaksanaan SADARI

SADARI dianjurkan dilakukan secara intensif pada wanita mulai

usia 20 tahun, segera ketika mulai pertumbuhan payudara sebagai gejala

pubertas. Pada wanita muda, agak sedikit sulit karena payudara mereka

masih berserabut (fibrous), sehingga dianjurkan sebaiknya mulai

melakukan SADARI pada usia 20 tahun karena pada umumnya pada usia

tersebut jaringan payudara sudah terbentuk sempurna. Wanita sebaiknya

melakukan SADARI sekali dalam satu bulan. Jika wanita menjadi familiar

terhadap payudaranya dengan melakukan SADARI secara rutin maka dia

akan lebih mudah mendeteksi keabnormalan pada payudaranya sejak awal

atau mengetahui bahwa penemuanya adalah normal atau tidak berubah

selama bertahun - tahun. Wanita yang belum menopouse sebaiknya

melakukan SADARI setelah menstruasi sebab perubahan hormonal

meningkatkan kelembutan dan pembengkakan pada payudara sebelum

menstruasi. SADARI sebaiknya dilakukan sekitar satu minggu setelah

menstruasi. Satelah menopouse SADARI sebaiknya dilakukan pada

tanggal yang sama setiap bulan sehingga aktifitas rutin dalam kehidupan

wanita tersebut (Burroughs, 1997).

9

4. Langkah-langkah melakukan SADARI

Langkah-langkah melakukan SADARI menurut Smeltzer (1996) :

Langkah 1 :

a. Berdiri tegak di depan cermin.

b. Periksa kedua payudara dari sesuatu yang tidak normal.

c. Perhatikan adanya rabas (mengeluarkan cairan) pada puting

susu, keriput, kulit mengelupas.

Dua tahap berikutnya dilakukan untuk memeriksa adanya kontur

pada payudara. Ketika sedang melakukan SADARI, harus mampu

merasakan otot – otot yang menegang.

Langkah 2 :

a. Perhatikan dengan baik di depan cermin ketika melipat tangan

anda dibelakang kepala anda ke arah depan.

b. Perhatikan setiap perubahan kontur pada payudara anda.

Langkah 3 :

a. Selanjutnya tekan tangan ke arah pinggang dan agak

membungkuk ke arah cermin sambil menarik bahu dan siku ke

arah depan.

b. Perhatikan setiap perubahan kontur pada payudara. Beberapa

wanita melakukan pemeriksaan payudara berikut ketika sedang

mandi dengan shower. Jari – jari akan dengan mudah memijat

diatas kulit yang bersabun, sehingga dapat berkonsentrasi dan

merasakan setiap adanya perubahan yang terjadi pada payudara.

10

Langkah 4 :

a. Tangan kiri diangkat.

b. Gunakan 3 atau 4 jari anda untuk meraba payudara kiri anda

dengan kuat, hati – hati dan menyeluruh.

c. Dimulai dari tepi luar, tekan bagian datar dari jari tangan dalam

lingkaran kecil, bergerak melingkar dengan lambat di sekitar

payudara.

d. Secara bertahap lakukan ke arah puting susu.

e. Pastikan untuk melakukanya pada seluruh payudara.

f. Beri perhatian khusus pada area diantara payudara dan bawah

lengan, termasuk bagian di bawah lengan itu sendiri.

g. Rasakan adanya benjolan atau massa yang tidak lazim di bawah

kulit.

Langkah 5 :

a. Dengan perlahan pijat puting susu dan perhatikan adanya rabas

(mengeluarkan cairan)

b. Jika menemukan adanya rabas (mengeluarkan cairan) dari

puting susu dalam sebulan yang terjadi ketika sedang atau tidak

melakukan SADARI, segera hubungi dokter untuk melakukan

pemeriksaan yang lebih lanjut.

c. Ulang pemeriksaan pada payudara kanan anda.

11

Langkah 6 :

a. Tahap 4 sebaiknya diulangi dalam posisi berbaring.

b. Berbaringlah mendatar, terlentang dengan lengan kiri anda di

bawah kepala anda dengan sebuah bantal atau handuk yang

dilipat di bawah bahu kiri.

c. Gunakan gerakan sirkuler yang sama seperti yang diuraikan

diatas.

d. Ulangi pada payudara kanan anda.

5. Perilaku SADARI

a. Pengertian perilaku

Perilaku adalah merupakan konsepsi yang tidak sederhana, suatu

yang komplek, yaitu suatu pengorganisasian proses-proses psikologis oleh

seorang yang memberikan predisposisi untuk melakukan respon menurut

cara tertentu terhadap suatu obyek. Sedangkan perilaku kesehatan pada

dasarnya adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus

yang berkaitan dengan sakit, penyakit, sistem pelayanan kesehatan,

makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai dua unsur pokok yaitu,

respon dan stimulus atau perangsangan. Respon atau reaksi manusia baik

bersifat aktif maupun pasif. Sedangkan stimulus atau rangsangan di sini

terdiri dari empat unsur pokok : sakit, penyakit, sistem pelayanan

kesehatan dan lingkungan (Notoatmodjo, 2003).

12

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan

Faktor penentu atau determinan perilku manusia sulit untuk

dibatasi karena perilaku merupakan hasil dari resultasi berbagai faktor,

baik internal maupun eksternal (lingkungan). Pada garis besarnya perilaku

manusia dapat terlihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik, psikis, dan non fisik

seperti manusia dan social ekonomi (Notoatmodjo, 2003). Akan tetapi dari

aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi

perilaku manusia. Secara lebih terperinci perilaku manusia sebenarnya

merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan,

keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap (Notoatmodjo,

2002).

Menurut teori Lawrence Green (1980) dalam perilaku kesehatan,

kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok,

yakni faktor perilaku (behavior cause) dan faktor diluar perilaku (non

behavior cause). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau

terbentuk dari tiga faktor yaitu :

1. Faktor predisposisi (predisposing factor)

Faktor-faktor ini mencakup : pengetahuan dan sikap masyarakat

terhadap kesehatan, tradisi, dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-

hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut

masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan

sebagainya. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Untuk berperilaku

kesehatan, misalnya pemeriksaan SADARI diperlukan pengetahuan dan

13

kesadaran para wanita tersebut tentang manfaat SADARI baik bagi

kesehatan wanita itu sendiri atau anggota keluarga lainnya. Disamping

itu, kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat

juga dapat mendorong atau menghambat para wanita untuk melakukan

SADARI. Faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya

perilaku, maka sering disebut faktor pemudah.

2. Faktor pendukung (enabling factor)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau

fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya : air bersih, tempat

pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan

yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan

kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu,

polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan

sebagainya. Untuk berprilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan

prasarana pendukung, misalnya : perilaku pemeriksaan payudara

sendiri, perempuan yang mau periksa tidak hanya karena dia tahu dan

sadar manfaat periksa saja, melainkan para perempuan tersebut dengan

mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa kondisinya

yang dialami baik sehat ataupun sakit. Misalnya : puskesmas, polindes,

bidan praktek atau rumah sakit.

Fasilitas ini pada haikatnya mendukung atau memungkinkan

terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor

pendukung, atau faktor pemungkin.

14

3. Faktor pendorong (reinforcing factor)

Faktor-faktor ini menjadi faktor dan perilaku tokoh masyarakat

(toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas termasuk

petugas kesehatan. Termasuk juga di sini undang-undang, peraturan-

peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait

dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang

bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan

fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para

tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas kesehatan. Disamping itu

undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat

tersebut. Seperti perilaku pemeriksaan payudara sendiri (SADARI),

serta kemudahan memperoleh fasilitas untuk melakukan pemeriksaan

tersebut, juga dibutuhkan peraturan atau perundang-undangan yang

mengharuskan perempuan melakukan SADARI.

Oleh sebab itu intervensi pendidikan hendaknya dimulai

mendiagnosis 3 faktor penyebab (determinan) tersebut kemudian

intervensinya juga diarahkan terhadap 3 faktor tersebut. Pendekatan ini

disebut model Precede, yaitu : predisposing, reinforcing, and enabling

couse in educational diagnosis and evaluation (Notoatmodjo, 2003).

Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang

kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan

sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu,

15

ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap

kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

B. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan

terjadi setelah orang melalui panca indra manusia, yakni : indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperolah melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,

2003). Sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, ia harus tahu terlebih

dahulu apa arti atau manfaat perilaku bagi dirinya atau keluarganya.

Misalnya : klien akan melakukan perilaku pencegahan kanker payudara,

dengan praktek SADARI, apabila ia tahu apa tujuan dan apa akibat bila

tidak melakukan perilaku pencegahan kanker payudara.

Usaha untuk tahu ini terjadi setelah orang melakuakan pengindraan

terhadap suatu objek tertentu. Pengideraan ini terjadi melalui panca indra

manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

bagi terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

16

2. Proses adopsi perilaku

Dalam hasil penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa

sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri

orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu :

a. Awareness (kesadaran), dimana diri orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek),

b. Interest, yaitu orang mulai tertarik kepada stimulus,

c. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut

bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi,

d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru,

e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa

perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas. Apabila

penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini

didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka

perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila

perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak

akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2007).

3. Tingkatan-tingkatan pengetahuan

Tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkatan, yaitu :

17

a. Tahu (know)

Tahu merupakan tingkatan pengetahuan paling rendah. Tahu

artinya dapat mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang

telah dipelajari sebelumnya. Ukuran bahwa seseorang itu tahu, adalah ia

dapat menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

c. Penerapan (application)

Penerapan artinya suatu kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi nyata (sebenarnya),

dengan menggunakan hokum-hukum, rumus, metode, dan sebagainya

dalam situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Ukuran

kemampuan adalah ia dapat menggambarkan, membuat bagan,

membedakan, memisahkan, mengelompokkan.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

18

yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu bentuk kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

Contoh : klien dapat merencanakan perilaku pencegahan kanker

payudara dengan melakukan SADARI.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi yaitu suatu kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu objek. Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah

ada atau disusun sendiri.

Contoh : klien dapat membedakan perilaku SADARI yang baik dan

benar (Notoatmodjo, 2007).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diteliti atau

diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.

C. Kanker Payudara

1. Pengertian kanker payudara

Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan

pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami

pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Peningkatan

jumlah sel tak normal ini umumnya membentuk benjolan yang disebut

tumor atau kanker (Tjahjadi, 2008).

Kanker payudara (Carcinoma mammae) adalah keganasan yang

menyerang kelenjar air susu, saluran kelenjar dan jaringan penunjang

19

payudara (Scribd, 2008). Kanker payudara memperlihatkan proliferasi

keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau lobus payudara (Price,

2005). Pencegahan dan penatalaksanaan kanker payudara telah mengalami

perkembangan pesat, akan tetapi walaupun demikian angka kematian

(mortality rate) dan angka kejadian (incidence rate) kanker payudara

masih tetap tinggi (Supit, 2003). Sebagian besar tumor payudara, baik

kelianan jinak maupun ganas dapat ditemukan oleh penderita sendiri,

maka SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) menjadi sangat penting

(Dalimartha, 2004).

2. Etiologi kanker payudara

Meskipun belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang

diketahui, para peneliti telah mengidentifikasi sekelompok faktor resiko.

Ada beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan kemungkinan

terjadinya kanker payudara. Beberapa diantaranya :

a. Usia, resiko kanker payudara semakin meningkat dengan

bertambahnya umur.

b. Faktor hormon, hormon merupakan faktor yang berpengaruh, seperti

menarke dini. Risiko kanker payudara meningkat pada wanita yang

mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun, menopause setelah umur

55 tahun, tidak menikah atau tidak pernah melahirkan anak, dan

melahirkan anak pertama setelah umur 35 tahun, serta penggunaan pil

KB atau terapi hormon esterogen.

20

c. Riwayat pribadi tentang kanker payudara. Risiko mengalami kanker

payudara pada payudara sebelahnya meningkat hampir 1% setiap

tahun.

d. Riwayat keluarga, wanita yang ibu atau saudara perempuannya

menderita kanker, memiliki risiko 3 kali lebih besar untuk menderita

kanker payudara.

e. Faktor genetik, terdapat 2 varian gen BRCA1dan BRCA2 yang

merupakan suatu gen suseptibilitas kanker payudara.jika seorang

wanita memiliki salah satu gen tersebut maka kemungkinan menderita

kanker payudara sangatlah besar.

f. Pernah menggunakan obat hormonal yang lama, seperti terapi sulih

hormon atau hormonal replacement therapy (HRT), dan pengobatan

kemandulan (infertilitas).

g. Pemakaian kontrasepsi oral pada penderita tumor payudara jinak

seperti kelainan fibrokistik. Wanita yang menggunakan kontraseptif

oral berisiko tinggi untuk mengalami kanker payudara. Bagaimanapun,

risiko tinggi ini menurun dengan cepat setelah penghentian medikasi.

h. Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) inonisasi terutama pada

bagian dada setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun berisiko

hampir dua kali lipat.

i. Wanita yang obesitas (kegemukan) pasca menopause, mengkonsumsi

lemak, dan konsumsi alkohol berlebih (Brunner & Suddarth, 2002).

21

3. Patofisiologi kanker payudara

Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi

antara lain, obesitas, radiasi, hiperplasia, optik, riwayat keluarga dengan

mengkonsumsi zat-zat karsinogen sehingga merangsang pertumbuhan

epitel payudara dan dapat menyebabkan kanker payudara. Kanker

payudara berasal dari jaringan epithelial, dan paling sering terjadi pada

sistem duktal. Mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan

sel-sel atopik. Sel-sel ini akan berlanjut menjadi karsinoma in situ dan

menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh

dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk

dapat diraba (kira-kira berdiameter 1 cm). Pada ukuran itu, kira- kira

seperempat dari kanker payudara telah bermetastase. Kebanyakan dari

kanker ditemukan jika sudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri.

Gejala kedua yang paling sering terjadi adalah cairan yang keluar dari

muara duktus satu payudara, dan mungkin berdarah. Jika penyakit telah

berkembang lanjut, dapat pecahnya benjolan-benjolan pada kulit ulserasi

(Price, 2006).

Karsinoma inflamasi, adalah tumor yang tumbuh dengan cepat

terjadi kirakira 1-2% wanita dengan kanker payudara gejala-gejalanya

mirip dengan infeksi payudara akut. Kulit menjadi merah, panas,

edematoda, dan nyeri. Karsinoma ini menginfasi kulit dan jaringan limfe.

Tempat yang paling sering untuk metastase jauh adalah paru, pleura, dan

tulang ( Price, 2006 ).

22

Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebaran langsung

kejaringan sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah.

Bedah dapat mendatangkan stress karena terdapat ancaman terhadap

tubuh, integritas dan terhadap jiwa seseorang. Rasa nyeri sering menyertai

upaya tersebut pengalaman operatif di bagi dalam tiga tahap yaitu

preoperatif, intra operatif dan pos operatif. Operasi ini merupakan stressor

kepada tubuh dan memicu respon neuron endokri. Respon terdiri dari

system saraf simpati yang bertugas melindungi tubuh dari ancaman cidera.

Bila stress terhadap sistem cukup gawat atau kehilangan banyak darah,

maka mekanisme kompensasi dari tubuh terlalu banyak beban dan syock

akan terjadi. Anestesi tertentu yang di pakai dapat menimbulkan terjadinya

syock (Price, 2006).

Respon metabolisme juga terjadi. Karbohidrat dan lemak di

metabolisme untuk memproduksi energi. Protein tubuh pecah untuk

menyajikan suplai asam amino yang di pakai untuk membangun jaringan

baru. Intake protein yang diperlukan guna mengisi kebutuhan protein

untuk keperluan penyembuhan dan mengisi kebutuhan untuk fungsi yang

optimal. Kanker payudara tersebut menimbulkan metastase dapat ke organ

yang dekat maupun yang jauh antara lain limfogen yang menjalar ke

kelenjar limfe aksilasis dan terjadi benjolan, dari sel epidermis penting

menjadi invasi timbul krusta pada organ pulmo mengakibatkan ekspansi

paru tidak optimal (Mansjoer , 2000).

23

4. Klasifikasi kanker payudara

Pada stadium awal tidak ada keluhan sama sekali hanya seperti

fribroadenoma atau penyakit fribrokistik yang kecil saja, bentuk tidak

teratur, batas tidak tegas, permukaan tidak rata, konsistensi padat keras.

Kanker payudara dapat terjadi di bagian mana saja dalam payudara, tetapi

mayoritas terjadi pada kuadran atas terluar dimana sebagian besar jaringan

payudara terdapat kanker payudara umum terjadi pada payudara sebelah

kiri. Umumnya lesi tidak terasa nyeri, terfiksasi dan keras dengan batas

yang tidak teratur, keluhan nyeri yang menyebar pada payudara dan nyeri

tekan yang terjadi pada saat menstruasi biasanya berhubungan dengan

penyakit payudara jinak. Namun nyeri yang jelas pada bagian yang

ditunjuk dapat berhubungan dengan kanker payudara pada kasus yang

lebih lanjut (Smeltzer & Bare, 2002).

Meningkatnya penggunaan mammografi lebih banyak wanita yang

mencari bantuan medis pada penyakit tahap awal. Wanita – wanita ini bisa

saja tidak mempunyai gejala dengan tidak mempunyai benjolan yang dapat

diraba, tetapi lesi abnormal dapat terdeteksi pada pemeriksaan

mammografi. Banyak wanita dengan penyakit lanjut mencari bantuan

medis setelah mengabaikan gejala yang dirasakan, sebagai contoh mereka

baru mencari bantuan medis setelah tampak dimpling pada kulit payudara

yaitu kondisi yang disebabkan oleh obstruksi sirkulasi limfotik pada

dinding dada dapat juga merupakan bukti. Metastasis di kulit dapat

dimanifestasikan oleh lesi yang mengalami ulserasi dan berjamur. Tanda –

24

tanda dan gejala klasik ini jelas mencirikan adanya kanker payudara pada

tahap lanjut. Namun indek kecurigaan yang tinggi harus dipertahankan

pada setiap abnormalitas payudara dan evaluasi segera harus dilakukan

(Smeltzer & Bare, 2002).

Adapun stadium dan klasifikasi kanker payudara adalah sebagai

berikut :

a. Stadium I (stadium dini)

Besarnya tumor tidak lebih dari 2 - 2,25 cm, dan tidak terdapat

penyebaran (metastase) pada kelenjar getah bening ketiak. Pada

stadium I ini, kemungkinan penyembuhan secara sempurna adalah 70

%. Untuk memeriksa ada atau tidak metastase ke bagian tubuh yang

lain, harus diperiksa di laboratorium.

b. Stadium II

Tumor sudah lebih besar dari 2,25 cm dan sudah terjadi metastase

pada kelenjar getah bening di ketiak. Pada stadium ini, kemungkinan

untuk sembuh hanya 30 - 40 % tergantung dari luasnya penyebaran sel

kanker. Pada stadium I dan II biasanya dilakukan operasi untuk

mengangkat sel-sel kanker yang ada pada seluruh bagian penyebaran,

dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada

lagi sel-sel kanker yang tertinggal.

c. Stadium III

Tumor sudah cukup besar, sel kanker telah menyebar ke seluruh

tubuh, dan kemungkinan untuk sembuh tinggal sedikit. Pengobatan

25

payudara sudah tidak ada artinya lagi. Biasanya pengobatan hanya

dilakukan penyinaran dan kemoterapi (pemberian obat yang dapat

membunuh sel kanker). Kadang-kadang juga dilakukan operasi untuk

mengangkat bagian payudara yang sudah parah. Usaha ini hanya untuk

menghambat proses perkembangan sel kanker dalam tubuh serta untuk

meringankan penderitaan penderita semaksimal mungkin. (Smeltzer &

Bare, 2002).

5. Komplikasi kanker payudara

Komplikasi utama dari kanker payudara adalah metastase jaringan

sekitarnya dan juga melalui saluran limfe dan pembuluh darah ke organ-

organ lain. Tempat yang sering untuk bermetastase jauh adalah paru-paru,

pleura, tulang dan hati. Metastase ke tulang kemungkinan mengakibatkan

fraktur patologis, nyeri kronik, dan hiperkalsemia. Metastase ke paru-paru

akan mengalami gangguan ventilasi pada paru-paru dan metastase ke otak

mengalami gangguan persepsi sensorik (Yusuf, 2011).

Menurut Nurachman (2005) dampak dari kanker payudara meliputi :

1. Ketidak mampuan fisiologi ; kehilangan organ payudara baik sebelum

atau sesudah diangkat.

2. Ketidak seimbangan psikologi ; pasien merasa emosi, takut, dan

sebagainya pada kondisi yang sedang ia alami.

3. Hubungan dengan sosial ; klien merasa menarik diri pada

lingkungannya

4. Disparitas nilai-nilai spiritual : pasien seolah mendekatkan diri pada

Tuhan.

26

5. Kualitas kehidupan kesehatan klien.

6. Dan dampak terakhir adalah kematian.

6. Pencegahan kanker payudara

Hampir setiap epidemiolog sepakat bahwa pencegahan yang paling

efektif bagi kejadian penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan

deteksi dini. Begitu pula pada kanker payudara, pencegahan yang

dilakukan antara lain berupa, pencegahan primer, pencegahan sekunder

dan pencegahan tersier (Sukardja, 2000).

Menurut IUCC (1987) dalam Sukardja (2000), pencegahan primer

pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan

karena dilakukan pada orang yang sehat melalui upaya menghindarkan diri

dari keterpaparan dari kontak karsinogen dan berbagai faktor risiko, serta

melaksanakan pola hidup sehat karena diperkirakan hampir seluruh kasus

kanker disebabkan oleh karsinogen yang ada di lingkungan hidup kita, dan

sebagian besar ada hubungan dengan tembakau.

Menurut Nina (2002), dalam Hawari (2004), pencegahan sekunder

dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker

payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal

merupakan population at risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder

dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini

terus mengalami perkembangan. Diantaranya adalah dengan melakukan

SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) dan skrining melalui

mammografi. Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2

27

tahun sampai mencapai usia 50 tahun. Menurut beberapa penelitian,

menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara lebih sedikit pada

wanita yang melakukan SADARI dibandingkan yang tidak.

Pencegahan tersier biasanya diarahkan pada individu yang telah

positif menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita

kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi

kecacatan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan

tersier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta

mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan

pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banyak

terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh bermetastasis,

dilakukan tindakan kemoterapi. Pada stadium tertentu, pengobatan

diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari

pengobatan alternatif (Hawari, 2004).

28

Faktor predisposisi : • Pengetahuan wanita tentang

SADARI dan kanker payudara • Sikap • Kepercayaan • Keyakinan • Nilai-nilai

Faktor Pendukung : • Ketersediaan fasilitas

pelayanan kesehatan

D. Kerangka Teori

Gambar Kerangka Teori

Sumber : Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (200

Faktor Pendorong : • Sikap dan perilaku petugas

kesehatan • Tokoh masyarakat • Teman sebaya • Orang tua

Pengetahuan SADARI dan Kanker payudara

E. Kerangka Konsep

Variabel bebas (independent) Variabel terikat (d

Perilaku SADA

PERILAKU KESEHATAN

3).

ependent)

RI

29

F. Variabel penelitian

1. Variabel bebas (variabel independent) adalah variabel yang nilainya

mempengaruhi variabel lain. Dalam penelitian ini, variabel independent

adalah pengetahuan tentang SADARI dan komplikasi kanker payudara

2. Variabel terikat (variabel dependent) adalah variabel yang nilainya

dipengaruhi variabel lain. Variabel dependent dalam penelitian ini adalah

perilaku SADARI pada wanita usia subur (Notoatmodjo, 2005).

G. Hipotesa

Ada hubungan antara pengetahuan tentang SADARI dan komplikasi

kanker payudara dengan perilaku SADARI.