Upload
danghanh
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kehamilan
1. Pengertian
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau
implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,
kehamilan normal akan berlangsung dalam waku 40 minggu atau 10
bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional.
(Prawiroharjo, 2010: hal. 213).
Kehamilan adalah masa dimana terdapat janin didalam rahim
seorang perempuan. Masa kehamian di dahului oleh terjadinya
pembuahan yaitu bertemunya sel sperma laki-laki dengan sel telur
(Ratna, 2011, hal; 92).
2. Proses terbentuknya janin dalam kehamilan.
a. Konsepsi
Konsepsi adalah pertemuan antara ovum matang dan sperma
sehat yang memungkinkan terjadinya kehamilan. Konsepsi ini
dapat terjadi jika terpenuhi beberapa kriteria, yaitu sebagai
berikut :
Senggama harus terjadi pada bagian siklus reproduksi wanita
yang tepat.
1) Ovarium wanita harus melepaskan ovum yang sehat pada
saat ovulasi.
2) Pria harus mengeluarkan sperma yang cukup normal dan
sehat selama ejakulasi.
3) Tidak ada barrier atau hambatan yang mencegah sperma
mencapai, melakukan penetrasi, dan sampai akhirnya
membuahi ovum.
Agar terjadi kehamilan sebaiknya senggama dilakukan
sebelum tepat dihari wanita ovulasi karena sperma dapat
hidup tiga hari di dalam vagina. Sedangkan ovum hanya
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
9
bertahan 12-24 jam setelah dikeluarkan dari ovarium
(ovulasi) (Sulistyawati. A, 2010; hal. 35-36).
b. Fertilisasi
Merupakan kelanjutan dari proses konsepsi, yaitu sperma
bertemu dengan ovum. Terjadi penyatuan sperma dengan ovum,
sampai terjadi perubahan fisik dan kimiawi ovum-sperma hingga
menjadi buah kehamilan (Sulistyawati. A, 2010; hal. 36).
c. Implantasi (Nidasi)
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi
kedalam endometrium. Blastula diselubungi oleh suatu sampai
disebut trofoblast, yang mampu menghancurkan atau
mencairkan jaringan. Ketika blastula mencapai rongga rahim,
jaringan endometrium berada dalam fase sekresi. Jaringan
endometrium ini banyak mengandung nutrisi untuk buah
kehamilan (Sulistyawati. A, 2010; hal. 37).
3. Diagnosa kehamilan
Untuk bisa melihat kehamilan ditetapkan dengan melakukan
penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala hamil, antara lain :
a. Tanda pasti
Seseorang yang dinyatakan positif hamil ditandai dengan :
1) Terlihatnya embrio atau kantong kehamilan melalui USG
pada 4-6 minggu sesudah pembuahan.
2) Denyut jantung janin ketika usia kehamilan 10-20 minggu,
didengar dengan stetoskop leanec,alat kardiotokografi,alat
dopler, atau dilihat dengan ultrasonografi.
3) Terasa gerak janin dalam rahim pada primigrafida bisa
dirasakan ketika kehamilan berusia 18 minggu, sedangkan
pada multigrafida di usia 16 minggu. Teraba gerakan janin
dan bagian-bagian janin (Asrinah, dkk, 2010; hal. 78).
b. Pada pemeriksaan rontgen terlihat adanya rangka janin.
Ada beberapa tanda dan gejala kehamilan yang dialami seorang
perempuan tetapi blm tentu hamil.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
10
1) Amenore (tidak adanya menstruasi)
2) Mual dipagi hari (tanpa muntah) terjadi pada usia 2-8 minggu
setelah pembuahan.
3) Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu )
4) Pingsan
5) Mamae menjadi tegang dan membesar
6) Anoreksia (tidak nafsu makan)
7) Konstipasi dan obstipasi
8) Pigmentasi kulit terjadi pada usia kehamilan 12 minggu
keatas.
9) Varises
(Asrinah, dkk, 2010: hal. 78-79)
c. Tanda Mungkin hamil
Tanda-tanda yang memungkinkan seorang perempuan hamil
adalah.
1) Rahim membesar : sesuai dengan tuanya kehamilan.
2) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif Asrinah, dkk
2010: hal. 81).
4. Kunjungan Ulang (Antenatal Care)
Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang bisa
mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil
memerlukan sedikitnya empat kali kunjungan selama periode
antenatal:
a. Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14
minggu).
b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua ( antara minggu 14-
28 ).
c. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga ( antara minggu ke
28-36 dan sesudah minggu ke 36 ).
Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan secara berkala dan
teratur. Bila kehamilan berjalan normal maka, jumlah kunjungan
cukup 4x yaitu 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada trimester 2,
dan 2 kali pada trimester 3. Tindakan ini memberi peluang yang
lebih besar bagi petugas kesehatan untuk mengenali secara dini
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
11
berbagai penyulit atau gangguan kesehatan pada ibu hamil
Saifudin, A. B, 2010; hal. N-2).
5. Asuhan kebidanan
Dalam memberikan asuhan kepada ibu hamil, bidan harus
memberikan pelayanan secara komprehensif atau menyeluruh.
Adapun ruang lingkup pada ibu hamil meliputi:
a. Asuhan kebidanan pada trimester I
1) Penapisan dan pengobatan anemia
2) Perencanaan dan pengobatan anemia
3) Menjelaskan ketidaknyamanan pada trimester satu
4) Menjelaskan tanda bahaya trimester satu
5) Pengenalan komplikasi dan pengobatannya
b. Asuhan kebidanan pada trimester I
1) Mengevaluasi penemuan masalah yang terjadi pada
kunjungan sebelumnya.
2) Menilai keadaan janin selama kehamilan
3) Mengidentifikasi penyimpangan kehamilan
4) Mendeteksi ketidaknyamanan dan komplikasi
5) Pemberian obat sevcara rutin
c. Asuhan kebidanan pada trimester I
1) Mengevaluasi penemuan masalah yang terjadi pada
kunjungan sebelumnya.
2) Menilai keadaan janin selama kehamilan
3) Mengenali adanya letak dan presentasi
4) Mendeteksi ketidaknyamanan dan komplikasi
5) Menjelaskan tanda-tanda persalinan
6) Memberikan bimbingan dan persiapan persalinan, kelahiran
menjadi orag tua (Kusbandiyah, 2011, hal; 85-103).
6. Fungsi kunjungan (Antenatal Care)
a. Trimester pertama / sebelum minggu ke 14.
1) Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu.
2) Mendeteksi secara dini masalah yang bisa mengancam
jiwa ibu dan bayinya.
3) Mencegah masalah seperti anemia, defisiensi zat besi,
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
12
maupun penggunaan praktik tradisional yang merugikan.
4) Memulai persiapan persalinan dan kesiapan menghadapi
persalinan.
5) Memberitahu ibu perilaku yang sehat (Nutrisi, kebersihan,
istirahat, dan sebagainya).
b. Trimester kedua / sebelum minggu ke 28.
1) Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu.
2) Mendeteksi secara dini masalah yang bisa mengancam
jiwa ibu dan bayinya.
3) Mencegah masalah seperti anemia, defisiensi zat besi,
maupun penggunaan praktik tradisional yang merugikan.
4) Memulai persiapan persalinan dan kesiapan menghadapi
persalinan.
5) Memberitahu ibu perilaku yang sehat (Nutrisi, kebersihan,
istirahat, dan sebagainya).
c. Trimester ke tiga / sebelum minggu ke 40.
1) Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu.
2) Mendeteksi secara dini masalah yang bisa mengancam
jiwa ibu dan bayinya.
3) Mencegah masalah seperti anemia, defisiensi zat besi,
maupun penggunaan praktik tradisional yang merugikan.
4) Memulai persiapan persalinan dan kesiapan menghadapi
persalinan.
5) Memberitahu ibu perilaku yang sehat (Nutrisi, kebersihan,
istirahat, dan sebagainya).
6) Kewaspadaan khusus mengenai PIH (tanyakan pada ibu
mengenai gejala PIH, pantau tekanan darah, oedem,
proteiuria) (Asrinah, dkk, 2010; hal. 6-7).
7. Standar pelayanan antenatal (10 T)
Standar pelayanan antenatal sebagai berikut:
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
b. Ukur Tekanan darah
c. Ukur Lingkar lengan atas
d. Ukur Tinggi fundus uteri
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
13
e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin ( DJJ)
f. Skrining Status imunisasi TT dan berikan Imunisasi TT bila
diperlukan.
g. Berikan Tablet tambah darah
h. Periksa Laboratorium
i. Tata Laksana penanganan kasus.
j. Temu wicara ( konseling)
(Lukas C Hermawan, 2010: hal. 8-13).
8. Periode pada kehamilan
a. Trimester I
Trimester pertama sering dikatakan sebagai masa penentuan.
Penentuan untuk membuktikan bahwa wanita dalam keadaan
hamil. Pada saat inilah tugas psikologis pertama sebagai calon
ibu untuk dapat menerima kenyataan akan kehamilannya. Selain
akibat dari dampak terjadinya peningkatan hormon estrogen dan
progesteron dan progesteron pada tubuh ibu hamil akan
mempengaruhi perubahan pada fisik sehingga banyak ibu hamil
yang merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan, dan
kesedihan (Kusmiyati. Y, dkk, 2010; hal. 71).
Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis. Namun ada faktor-
faktor yang membuat ibu mengalami komplikasi selama
menjalani kehamilan tersebut
1) Anemia kehamilan
Merupakan penurunan jumlah hemoglobin (Hb) dalam sel
darah ibu hamil akibat kekurangan zat besi dan ibu akan
merasa pusing, cepat lelah, lemas, susah bernafas dan
pucat pada konjungtiva muka serta ujung-ujung kuku. Hal
yang dilakukan untung menangani anemia ini adalah dengan
menganjurkan ibu melakukan memeriksakan kadar Hb
setiap 2 minggu. Selain itu juga menganjurkan ibu makan
lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang mengandung
vitamin dan mineral serta memberikan suplemen zat besi
dan vitamin C untuk membantu penyerapan zat besi tersebut
(Hutahaean. S, 2013; hal. 74).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
14
2) Hiperemesis gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah morning sickness dan
muntah terus menerus yang berlangsung sampai usia
kehamilan 4 bulan, asupan nutrisi kurang yang dapat
menyebabkan gangguan suasana kehidupan sehari-hari.
Hiperemesis gravidarum pada tingkat ringan, sebaiknya
memriksakan diri jika ditemukan gejala muntah berlebihan,
keadaan lemas dan emah, sakit pada ulu hati (perut pada
bagian atas), tidak mau makan, berat badan turun, turgor
kulit berkurang, lidah kering, mata cekung, kecepatan nadi
meningkat, dan tekanan darah menurun. Berikut ini
merupakan hiperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester
pertama.
a) Hiperemesis gravidarum derajat pertama, yaitu muntah
terus menerus, ibu meras lemah, nafsu makan
berkurang, berat badan menurun, nadi meningkat
sekitar 100x/menit, tekanan darah turun, turgor kulit
kembali di atas 2 detik, lidah kering, mata cekung.
b) Hiperemesis gravidarum derajat kedua yaitu, ibu lebih
lemah dan apatis, turgor kulit kembali di atas 3 detik,
lidah mengering dan tampak kotor, denyut nadi rendah
dan cepat, tekanan darah menurun, suhu tubuh
terkadang naik, mata cekung dan sedikit ikterus, berat
badan menurun, ditemukannya aseton dalam urine.
c) Hiperemesis gravidarum
Keadaan umum ibu lebih parah dari hiperemesis derajat
pertama dan kedua, muntah berhenti, kesadaran
menurun dari somnolen menjadi koma, denyut nadi kecil
dan cepat, suhu tubuh ibu meningkat, barat badan
menurun (Hutahaean. S, 2013; hal. 74-75).
3) Abortus (keguguran kehamilan)
Keguguran adalah terhentinya kehamilan sebelum janin
mampu hidup diluar kandungan hingga usia kurang dari 28
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
15
minggu, karena sebagian besar keguguran tidak diketahui
dan terjadi secara spontan (Hutahaean. S, 2013; hal. 75).
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan abortus adalah
sebagai berikut.
a) Faktor telur (ovum) yang kurang baik
b) Faktor spermatozoa yang kurang sempurna
c) Ketidaksuburan lapisan dalam rahim (endometrium)
yang disebabkan oleh kekurangan gizi, kehamilan
dengan jarak pendek, terdapat penyakit dalam rahim.
d) Faktor penyakit sistemik pada ibu seperti penyakit,
jantung, paru, ginjal, gangguan hormon pada ibu.
Beberapa bentuk klinis abortus yang bisa terjadi adalah
sebagai berikut.
(1) Abortus insipien, di tandai dengan kehilangan darah
sedang sampai berat, terjadi kontraksi uterus yang
mengakibatkan kram dan nyeri abdomen bagian
bawah serta dilatasi serviks, namun kehamilan
dapat diselamatkan dengan pengbatan dan tirah
baring (istirahat di tempat tidur) (Hutahaean. S,
2013; hal. 76).
(2) Abortus inkompletus (abortus tidak lengkap), terjadi
keguguran dengan dikeluarkannya sebagian hasil
konsepsi. Perdarahan masih ada seperti darah
menstruasi (perdarahan tidak segera berhenti)
sementara serviks tetap terbuka. Kepastian
diagnosis ini sebaiknya dilakukan dengan
berkonsultasi ke dkter ahli kandungan (Hutahaean.
S, 2013; hal. 76).
(3) Abortus kompletus
Pada abortus jenis ini akan ditemukan pasien
dengan perdarahan pervaginam disertai dengan
pengeluaran seluruh hasil konsepsi (janin dan
desidua) sehingga rahim kosong (Sulistyawati. A,
2009; hal. 150).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
16
(4) Missed abortion (terhentinya kehamilan), keguguran
telah terjadi tapi hasil konsepsi masih tertinggal
didalam rahim, dengan usia kehamilan lebih dari 6
minggu. Bahayanya ini dpat terjadi gangguan
pembekuan darah, hasil konsepsi segera
dikeluarkan.
4) Keluhan-keluhan ibu hamil trimester I
a. Rasa mual dan muntah (morning sickness)
Ini terjadi pada awal kehamilan, timbul pada pagi hari
yaitu saat perut kosong. Penyebabnya belum diketahui
secara pasti, kemungkinan ditimbulkan dari perubahan
hormonal. Rasa mual dan muntah ini dapat kita jumpai
pada 50-70% kehamilan (Hutahean. S, 2013; hal. 78).
Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
keluhan ibu hamil trimester pertama adalah sebagai
berikut.
1) Menganjurkan ibu untuk menghindari perut kosong,
atau perut dalam keadaan penuh/kenyang
2) Menganjurkan ibu untuk menghindari rangsangan
berupa bau-bauan
3) Menganjurkan ibu untuk menghindari kebiasaan
merokok
4) Menganjurkan ibu untuk menghentikan makanan
kering yang mengandung karbohidrat sebelum
bangun dari tempat tidur dan tetap di tempat tidur
hingga tenang
b. Mengidam
Peningkatan asupan kalori terjadi karena perubahan
psikologis selama kehamilan. Mengidam sering terjadi
pada pertama kehamilan, akan tetapi menghilang
dengan semakin tuanya kehamilan. Penanganan yang
dapat di lakukan untuk mengatasi keluhan ibu hamil
tersebut adalah sebagai berikut (Hutahean. S, 2013; hal.
78).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
17
1) Berikan nasehat akan makanan seimbang agar
kebutuhan nutrisi terpenuhi
2) Berikan asupan protein yang cukup
3) Berikan suplai zat besi dan vitamin yang cukup
c. Gangguan berkemih
Biasanya pada bulan pertama kehamilan ibu merasa
ingin selalu buang air kecil. Ibu terjadi karena kandung
kemih tertekan oleh uterus yang semakin membesar.
Penanganan yang dapat di lakukan untuk mengatasi
keluhan ibu hamil adalah sebagai berikut.
1) Menganjurkan ibu untuk mengurangi minum sesaat
akan tidur, agar istirahat tidak terganggu
2) Menganjurkan ibu untuk melakukan latihan kegel
untuk kekuatan otot pubis
3) Bila ada keluhan saat BAK, maka segera rujuk ke
dokter, gunakan pembalut jika perlu.
4) Menenagkan hati ibu dengan memberi penjelasan
bahwa keadaan ini adalah fisiologis.
d. Obstipasi
Kesulitan BAB yang dialami ibu hamil disebabkan oleh
kekuatan otot traktus digestivus menurun akibat
pengaruh hormon progesteron yang mengakibatkan
motilitas saluran pencernaan berkurang. Feses yang
lebih lama diusus akan menyebabkan absorbsi air
meningkat, dan terjadi pengeringan dari fases serta
penekanan uterus terhadap kolon dan rektum.
Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
keluhan tersebut adalah sebagai berikut (Hutahean. S,
2013; hal. 78-79).
1) Menganjurkan ibu untuk minum ±6 gelas sehari
2) Menganjurkan ibu untuk diet mengandung tinggi
serat
3) Tidak boleh memberikan obat-obatan yang
mengandung laksatif
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
18
4) Berikan oenjelasan keadaan yang sedang dialami.
b. Trimester II
Trimester kedua sering disebut sebagai periode pancaran
kesehatan, saat ibu merasa sehat.Ini disebabkan selama
trimester ini umumnya wanita sudah merasa baik dan terbebas
dari ketidaknyamanan kehamilan. Tubuh ibu sudah terbiasa
dengan kadar hormon yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman
karena hamil sudah berkurang. Perut ibu belum terlalu besar
sehingga belum dirasakan sebagai beban (Kusmiyati. Y, dkk,
2010; hal. 73).
1) Perubahan anatomis dan fisiologis pada ibu hamil TM II
a. Uterus
Uterus akan terus membesar seiring dengan tumbuhnya
janin dalam rahim. Selama pembesaran ini, uterus
berotasi kekanan. Setelah bulan ke empat kontraksi
uterus dapat dirasakan melalui dinding abdomen yang
dinamakan dengan Braxton Hicks (Hutahean. S, 2013;
hal. 107).
b. Serviks uteri
Pada kehamilan trimeter II ini, akan mengeluarkan
sekresi lebih banyak. Terjadi hipervaskularisasi akibat
peningkatan hormon estrogen dan progesteron. Serviks
juga masih mengalami perlukaan dan pematangan
secara bertahap (Hutahean. S, 2013; hal. 108).
c. Vagina dan vulva
Vagina dan vulva mengalami peningkatan vaskularisasi
yang di sebabkan oleh peningkatan hormon estrogen
dan progesteron. Hal inimenyebabkan sensivitas
meningkat sehingga dapat membangkitkan keinginan
serta hasrat seksual. Peningkatan relaksasi dinding
pembuluh darah dan semakin besarnya uterus dapat
menimbulkan edema dan varises pada vulva (Hutahean.
S, 2013; hal. 108).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
19
d. Ovarium
Bekas pelepasan ovum di dalam ovarium di sebut
korpus luteum. Pada kehmilan trimester ke dua ini
korpus luteum mulai menghasilkan hormon estrogen
dan progesteron, namun korpus luteum tergantikan
fungsinya setelah plasenta terbentuk (Hutahean. S,
2013; hal. 108).
e. Mammae
Pada kehamilan trimester dua terjadi perubahan-
perubahan pada mamae, yaitu adanya raa kesemutan
dan nyeri tekan. Payudara membesar secara bertahap
karena peningkatan pertumbuhan jaringan alveolar dan
suplai darah ke payudara, puting susu lebih menonjol
dan mengeras, areola tumbuh lebih gelap akibat
hiperpigmentasi areola. Selain itu biasanya pada ibu
hamil setelah memasuki usia kehamilan 12 minggu
puting susunya mulai mengeluarkan cairan berwarna
putih agak jernih yang di sebut dengan kolostrum
Hutahean. S, 201;, hal. 108).
f. Kulit
Pada trimester ke dua ini sudah terdapat striae
gravidarum yang tampak pada kulit abdomen, yaitu pad
regangan yang dibentuk akibat serabut-serabut elastis
dari lapisan kulit terdalam terpisah dan terputus. Hal ini
mengakibatkan rasa gatal pada perut ibu (Hutahean. S,
2013; hal. 108).
g. Sistem muskulokeletal
Mobilitas sendi berkurang terutama pada daerah siku
dan pergelangan tangan, terjadi penambahan berat
badan sehingga bahu lebih tertark ke balakang dan
tulang belakang lebih melengkung. Sendi tulang
belakang lebih melengkung sehinga ibu hamil terlihat
seperti penderita lordosis. Sering juga ibu hamil
megeluh mengalami kram pada kaki yang terjadi akibat
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
20
tekanan dari rahim pada pembuluh darah utama menuju
kaki membuat darah mengalir kembali kearah kaki,
menyebabkan terjadinya kram (Hutahean. S, 2013; hal.
109).
2) Perubahan psikologis kehamilan pada trimester II
1. Trimester dua sering di sebut dengan periode pancaran
kesehatan yang baik, yakni periode ketika ibu merasa
nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang
biasanya dialami pada trimester I.
2. Trimeter dua juga merupakan fase ketika ibu menelusur
kedalam dan paling banyak mengalami kemunduran.
Trimester dua ini di bagi menjadi dua fase, yaitu pra-
quickening dan pasca-quickening. Quickening
mendatangkan sebuah perubahan seperti penerimaan
kehamilan, meningkatkan hubungan sosial dengan ibu
hamil lainnya, serta ketertarikannya pada peran barunya
(Hutahean. S, 2013; hal. 111).
3) Komplikasi pada kehamilan trimester II
Komplikasi yang terjadi pada ibu hamil trimester II ini sama
dengan komplikasi yang mungkin terjadi pada kehamilan
trimester pertama. Komplikasi tersebut antara lain
hiperemesis gravidarum, abortus, kehamilan dengan
degenerasi penyakit trofoblas, serta kehamilan ektopik
(kehamilan diluar kandungan) (Hutahean. S, 2013; hal. 113).
c. Trimester III
Trimester III sering disebut sebagai periode penantian. Pada
periode ini wanita menanti kehadiran bayinya sebagai bagian
dari dirinya, dia menjadi tidak sabar untuk segera melihat
bayinya. Ada perasaan tidak menyenangkan ketika bayinya tidak
lahir tepat waktunya, fakta yang menempatkan wanita tersebut
gelisah dan hanya bisa melihat dan menunggu tanda-tanda dan
gejala. Trimester III adalah waktu untuk mempersiapkan
kelahiran dan kedudukan sebagai orang tua, seperti pusatnya
perhatian pada kehadiran bayi Perubahan anatomis dan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
21
fisiologis pada ibu hamil trimester III (Kusmiyati. Y, dkk, 2010;
hal. 74).
1. Uterus
Pada usia getasi 30 minggu, fundus uteri dapat dipalpasi
dibagian tengah antara umbilicus dan sternum. Pada usia
kehamilan 38 minggu uterus sejajar dengan sternum. Tuba
uterin akan tampak terdorong kedalam di bagian atas uterus
(Hutahean. S, 2013; hal. 139).
2. Serviks uteri
Serviks akan mengalami perlunakan dan pematangan
secara bertahap akibat bertambahnya aktifitas uterus
selama kehamilan, dan akan mengalami dilatasi sampai
pada kehamilan trimester ketiga (Hutahean. S, 2013; hal.
140).
3. Vagina dan vulva
Kadang terjadi peningkatan cairan vagina elama kehamilan
adalah normal, cairan biasanya jernih. Pada awal kehamilan
cairan ini biasanya agak kental, sedangkan pada saat
mendekati persalinan cairan ini akan menjadi kental
(Hutahean. S, 2013; hal. 140).
4. Mammae
Terkadang keluar rembesan cairan berwarna kekuningan
dari payudara ibuyang disebut denag kolostrum. Hal ini tidak
berbahaya dan merupakan pertanda bahwa payudara
sedang menyiapkan ASI untuk menyusui bayi nantinya.
Progesteron menyebabkan puting menjadi lebih menonjol
dan dapat digerakan (Hutahean. S, 2013; hal. 140).
4) Komplikasi pada kehamilan trimester III
a) Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala bisa terjadi selama kehamilan, dan
seringkali merupakan ketidaknyamanan yang normal
dalam kehamilan. Pada umumnya, ibu hamil dengan
usia kehamilan di atas 20 minggu di sertai adanya
peningkatan tekanan darah di atas normal. Sakit kepala
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
22
yang menunjukan kemungkinan masalah yang serius
adalah sakit kepala hebat yang menetap dan tidak
hilang dengan hanya beristirahat. Sakit kepala yang
hebat dalam kehamilan adalah gejala dari pre-eklampsi
(Asrinah, dkk, 2010; hal. 115).
b) Masalah penglihatan
Akibat pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu
bisaberubah selama kehamilan, misalnya pandangan
kabur dan berbayang. Perubahan penglihatan ini
mungkin di sertai dengan sakit kepala yang hebat, dan
mungkin merupakan tanda pre-eklampsi (Asrinah, dkk,
2010; hal. 115).
c) Bengak pada muka dan tangan
Hampir separuh dari ibu hamil akan mengalami bengkak
yang normal pada kaki, yang biasanya muncul pada
sore hari, dan biasanya akan hilang setelah beristirahat
atau mennggikan kaki. Ini bisa jadi meupakan pertanda
anemia, gagal jantung atau pre-eklampsi (Asrinah, dkk,
2010; hal. 115).
d) Bayi kurang bergerak seperti biasa
Ibu muai merasakan gerakan bayinya selama bulan ke-
5 atau ke-6, beberapa ibu bahkan mampu merasakan
gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya
akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali
dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah
terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan bila ibu
makan dan minum dengan baik (Asrinah, dkk, 2010; hal.
115-116).
e) Persalinan prematuritas
Persalinan yang terjadi di antara umur kehamilan 29-36
minggu, dengan berat badan lahir kurang dari 2,5 kg.
Persalinan prematuritas merupakan masalah besar
karena berat janin kurang dari 2,5 kg dan umur
kehamilan kurang dari 36 minggu, dengan demikian
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
23
alat-alat vital belum sempurna (Hutahean. S, 2013; hal.
147-148).
Hal-hal yang dapat menyebabkan persalinan
prematuritas adalah sebagai berikut.
(1) Hamil dengan perdarahan atau kehamilan ganda
(2) Kehamilan di sertai komplikasi (preeklamsia dan
eklamsia)
(3) Kehamilan dengan komplikasi penyakit ibu, seperi
hipertensi, penyakit ginjal, penyakit jantung, dan
keadaan gizi yang rendah disertai kurang darah.
f) Kehamilan dengan perdarahan
Perdarahan pada kehamilan memberi dampak yang
membahayakan ibu dan janin dalam kandungan.
Perdarahan yang dapat membahayakan dan
berhubungan dengan trimester ketiga adalah
perdarahan karena plasenta previa, solusio plasenta
(Hutahean. S, 2013; hal. 148-149).
(1) Perdarahan antepartum
Adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan di
atas 28 minggu atau lebih. Karena perdarahan
antepartum terjadi pada usia kehamilan lebih dari
28 minggu, maka sering disebut atau digolongkan
perdarahan trimeter III.
(2) Plasenta previa
Adalah plasenta dengan implantasi disekitar
segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi
sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Secara
teoritis, plasenta previa di bagi dalam bentuk klinis
plasenta totalis, plasenta previa parsialis (plasenta
menutupi sebagian ostium uteri internum), plasenta
previa marginalis (bila tepi plasenta berada diekitar
pinggir ostium uteri internum).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
24
(3) Solusio plasenta
Adalah terlepasnya plasenta sebelum waktunya
dengan implantasi normalpada kehamilan trimester
ketiga. Terlepasnya plasenta sebelum waktunya
menyebabkan akumulasi darah antara plasenta dan
dinding rahim yang dapat menimbulkan gangguan
penyulit terhadap ibu maupun janin. Penyebab
solusio plasenta adalah hamil pada usia tua,
mempunyai tekanan darah tinggi, bersamaan
dengan pre-eklamsia atau eklamsi.
(4) Retensio plasenta
Adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama
setengah jam setelah persalinan bayi. Plasenta
harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan
bahaya perdarahan. Infeksi sebagai benda mati.
5) Keluhan-keluhan ibu hamil trimester III
a) Hemoroid
Hemoroid merupakan pelebaran vena dari anus.
Hemoroid bisa bertambah besar ketikan kehamilan
karena adanya kongesti darah dalam rongga panggul.
Relaksasi dari otot halus pada bowel, memperbesar
konstipasi dan tertahannya gumapalan (Hutahean. S,
2013; hal. 150).
Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
keluhan ibu hamil trimester ke tiga tersebut adalah
sebagai berikut.
(1) Hindari konstipasi
(2) Beri rendaman hangat/dingin pada anus
(3) Bila mungkin gunakan jari untuk memasukan kembali
hemoroid kedalam anus dengan pelan-pelan.
(4) Bersihkan anus secara hati-hati setelah defekasi
(5) Oleskan jeli kedalam rektum setelah defekasi
(6) Usahakan BAB yang teratur
(7) Beri kompres dingin kalau perlu
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
25
(8) Ajarkan ibu tidur dengan posisi knee chest 15
menit/hari
(9) Ajarkan latihan kegel untuk menguatkan perineum
dan mencegah hemoroid.
b) Sering buang air kecil
Keluhan lainnya yang sering muncul pada trimester
ketiga adalah seringnya buang air kecil (BAK). Janin
yang sudah sedemikian membesar menekan kandung
kemih ibu. Akibatnya, kapasitas kandung kehih terbatas,
sehingga ibu sering ingin BAK. Dorongan untuk bolak
balik kekamar mandi, inilah yang tidak mau akan
mengganggu istirahat saya, dan termasuk belum waktu
tidurnya (Hutahean. S, 2013; hal. 151).
Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengurangi
atau mengatasi keluhan ibu trimeter ketiga adalah
sebagai berikut:
Ibu hamil disarankan tidak minum saat 2-3 sebelum tidur
c) Pegal-pegal
Ibu akan sering mengalami pegel-pegel, biasanya
penyebabnya bisa karena ibu hamil kekurangan kalsium
atau karena ketegangan otot. Pada kehamilan trimester
ketiga ini dapat dikatakan ibu membawa beban yang
berlebih seiring peningkatan berat badan bayi lahir
didalam rahim. Otot-otot tubuh yang mengalami
pengunduran sehingga mengalami pengenduran
sehingga mudah merasa lelah (Hutahean. S, 2013; hal.
151).
Penanganan yang dilakukan untuk mengatasi keluhan
ibu trimester ketiga adalah sebagai berikut
(1) Ibu hamil sebaiknya menyempatkan waktu
berolahraga atau setidknya beraktifitas ringan atau
melakukan senam hamil
(2) Ibu hami sebaiknya menjaga sikap tubuh dalam
kehidupan sehari-hari, memperbaiki cara berdiri,
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
26
duduk, dan bergerak. Jika harus duduk atau berdiri
lebih lama jangan lupa istirahat setiap 30 menit.
(3) Ibu diwajibkan mengkonsumsi susu dan makanan
yang kaya kalsium.
d) Odema
Sekitar 75% ibu hamil pasti mengalami pembengkakan
pada kaki (edema), yang umumnya terjadi pada trimester
akhir. Akan memicu tekanan darah tinggi bahkan
preeklamsi. Edema dikarenakan kurangnya aktivitas ibu
atau ibu terlalu banyak diam (Hutahean. S, 2013; hal.
152-153).
Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
keluhan ibu hamil trimester ketiga tersebut adalah
sebagai berikut.
(1) Meningkatkan periode istirahat dan berbaring pada
posisi miring kiri
(2) Meninggikan kaki bila duduk
(3) Menganjurkan ibu untuk minum 6-8 gelas cairan
(4) Menganjurkan ibu untuk cukup berolahraga dan
sebisa mungkin jangan lama-lama dalam sikap statis
atau berdiam diri dalam posisi yang sama.
B. Persalinan
1. Pengertian
Persalinan adalah dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan di anggap normal jika prosesnya terjadi
pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai
adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi
dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis)
dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum
inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan perubahan serviks
(POGI, dkk, 2008; hal. 39).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
27
2. Mekanisme persalinan normal
Dalam kenyatannya, beberapa gerakan terjadi bersamaan.
a. Penurunan kepala
pada primigravida, masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul
biasanya sudah terjadi pada bulan terakhir dari kehamilan, tetapi
pada multigravida biasanya baru terjadi pada permulaan
persalinan. Masuknya kepala melewati Pintu Atas Panggul (PAP)
dapat dalam keadaan asinklitismus yaitu bila sutura sagitalis
terdapat di tengah-tengah jalan lahir tepat diantara simfisis dan
promontorium.
Penurunan kepala lebih lanjut terjadi pada kala I dan kana II
persalinan. hal ini disebabkan karena adanya kontraksi dan
retraksi dari segmen atas rahim, yang menyebabkan tekanan
langsung fundus pada bokong janin (Rohani, dkk, 2011; hal. 146).
b. Fleksi
Pada awal persalinan, kepala bayi dalam keadaan fleksi yang
ringan. Dengan majunya kepala biasanya fleksi juga bertambah.
Dagu dibawah lebih dekat kearah dada janin sehingga ubun-ubun
kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar (Rohani, dkk, 2011; hal.
147).
c. Rotasi dalam (putar paksi dalam)
Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan
sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan
janin memutar kedepan ke bawah simfisis. Pada presentasi
belakang kepala, bagian yang terendah ialah daerah ubun-ubun
kecil dan bagian inilah yang akan memutar ke depan ke arah
simfisis (Rohani, dkk, 2011; 148).
d. Ekstensi
Sesudah kepala janin sampai didasar panggul, dan ubun-ubun
kecil berada di bawah simfisis, maka terjadilah ekstensi dari
kepala janin (Rohani, dkk, 2011; 148).
e. Rotasi luar (putaran paksi luar)
kepala yang sudah lahir selanjutnya mengalami restitusi yaitu
kepala bayi memutar kembali ke arah punggung anak untuk
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
28
menghilangkan rotasi pada leher yang terjadi karena putaran paksi
dalam. I dalam rongga panggul, bahu akan menyesuaikan diri
dengan bentuk penggul yang dilaluinya (Rohani, dkk, 2011; 149).
f. Ekspulsi
Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai di bawah simpisis
dan untuk kelahiran bahu belakang. Setelah kedua bahu bayi lahir,
selanjutnya seluruh badan bayi dilahirkan searah dengan sumbu
jalan lahir (Rohani, dkk, 2011; 149).
3. Teori Terjadinya Persalinan
Perlu di ketahui selama kehamilan, dalam tubuh wanita terdapat
dua hormon yaitu esterogen dan progesterone. Sampai saat ini hal
yang menyebabkan mulainya persalinan belum di ketahui benar, yang
ada hanya berupa teori-teori yang kompleks antara lain dikemukakan
faktor-faktor humoral, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan
pada saraf, dan nurisi (Sulistyawati. A, dkk, 2012; hal. 4).
a. Teori penurunan hormon : Saat 1-2 minggu sebelum partus mulai
terjadi penurunan kadar hormon esterogen dan progesteron.
Progesteron bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan
akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul
his bila kadar progesteron turun (Sulistyawati. A, dkk, 2012; hal.
5).
b. Teori plasenta menjadi tua akan menyebabkan turunnya kadar
esterogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan
pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim
(Sulistyawati. A, dkk, 2012; hal. 5).
c. Teori distensi rahim, otot rahim mempunyai kemampuan
meregang dalam batas tertentu, setelah melewati batas tersebut
akhirnya terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai,
contohnya pada kehamilan gemeli, sering terjadi kontraksi karena
uterus meregang oleh ukuran janin ganda, sehingga kadang
kehamilan gemeli mengalami persalinan yang lebih dini
(Sulistyawati. A, dkk, 2012; hal. 5).
d. Teori Oksitosin, oksitosin di keluarkan oleh kelenjar hipofisis
posterior, perubahan hormon progesteron dan esterogen dapat
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
29
merubah sensitifitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi
braxton hiks. Menurunnya konsentrasi progesterone karena
matangnya usia kehamiln menyebabkan oksitosin meningal
aktifitasnya dalam merangsang otot rahim untuk kontraksi
(Sulistyawati. A, dkk, 2012; hal. 5).
e. Teori prostaglandin, Prostagglandin yang dihasilkan oleh desidua
disangga sebagai salah satu penyebab permulaan persalinan. hal
ini juga disokong dengan adanya kadar prostagglandin yangtinggi
dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu hamil sebelum
melahirkan atau selama proses persalinan (Sulistyawati. A, dkk,
2012; hal. 5).
4. Tahapan Persalinan
a. Menurut Kala I (Kala Pembukaan)
Pasien dikatakan dalam tahap persalinan kala 1, jika sudah terjadi
pembukaan serviks dan kontraksi sudah teratur minimal 2x dalam
10 menit selama 40 detik.
Kala 1 adalah kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan 0-10 cm. Proses ini terbagi dalam 2 fase yaitu
1) Fase laten (8 jam) dimana serviks membuka sampai 3 cm.
2) Fase aktif (7 jam) di mana serviks membuka dari 3-10 cm.
Dalam fase aktif ini masih dibagi menjadi 3 fase lagi yaitu:
a) Fase akselerasi dimana dalam waktu 2 jam pembukaan
3 cm menjadi 4 cm
b) Fase dilatasi maksimal, yakni dalam waktu 2 jam
pembukaan berlangsung sangat cepat, dari pembukaan
4 cm menjadi 9 cm.
c) Fase deselerasi, dimana pembukaan menjadi lambat
kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi
10 cm (Sulistyawati. A, dkk, 2012; hal. 7).
Proses dilatasi terjadi pada primigravida ataupun multi
gravida, tetapi pada multigravida memiliki jangka waktu
yang lebih pendek. Pada primigravida kala I
berlangsung ±12 jam, sedangkan pada pmultigravida ±8
jam (Jenny. J. S. Sondakh, 2013; hal. 5-8).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
30
5. Asuhan kebidanan Pada Ibu Bersalin Kala I
a. Asuhan yang di perlukan selama kala I.
1) Mempersiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran
bayi.
2) Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan
yang diperlukan.
3) Persiapan rujukan.
4) Memberikan asuhan sayang ibu (JNPK-KR, 2008; hal. 52-
54).
b. Pemantauan terhadap kesejahteraan janin.
3) Mengevaluasi HIS (kontraksi uterus) berapa kali terjadi
dalam sepuluh menit (frekuensi his), lamanya his, dan
kekuatan his serta kaitan antara ketiga hal tersebut dengan
kemajuan persalinan.
4) Mengkaji keadaan kandung kencing dengan menanyakan
pada ibu dan melakukan palpasi kandung kencing untuk
memastikan kandung kencing kosong.
5) Mengevaluasi upaya meneran ibu efektif atau tidak.
6) Pengeluaran pervaginam serta penilaian serviks meliputi
effacement (pendataran serviks) dan dilatasi serviks
(pembukaan).
c. Observasi terhadap kesejahteraan janin.
1) Penurunan kepala, presentasi, dan sikap.
2) Mengkaji kepala janin adakah caput atau moulage.
3) Denyut Jantung Janin (DJJ) meliputi frekuensi, ritmenya,
dan kekuatannya.
4) Air ketuban meliputi warna, bau, dan volume (Sumarah,
dkk, 2008; hal. 105-106).
6. Pemeriksaan pada Kala I, Pemeriksaan Abdomen :
a) Menentukan tinggi fundus
Pastikan pengukuran dilakukan pada saat uterus tidak sedang
berkontraksi menggunakan pita pengukur. Tempelkan ujung pita
dari tepi atas simpisis pubis, kemudian rentangkan pita mengikuti
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
31
linea mediana dinding pubis dan puncak fundus uteri adalah
tinggi fundus (JNPK-KR, 2008; hal. 42).
b) Memantau kontraksi uterus
Gunakan jarum detik yang ada pada jam dinding atau jam tangan
untuk memantau kontraksi uterus. Secara hati-hati, letakkan
tangan penolong diatas uterus dan palpasi jumlah kontraksi yang
terjadi dalam 10 menit. Tentukan durasi atau lama setiap
kontraksinya yang terjadi (JNPK-KR, 2008; hal. 43).
c) Memantau denyut jantung janin.
Gunakan fetoskop pinnards atau dopler untuk mendengar denyut
jantung janin (DJJ) dalam rahim ibu dan untuk menghitung
jumlah denyut janin permenit, gunakan detik pada jam dinding
atau jam tangan (JNPK-KR, 2008; hal. 43).
d) Menentukan presentasi
Untuk menentukan apakah presentasi adalah kepala atau
bokong maka perhatikan dan pertimbangkan bentuk, ukuran dan
kepadatan bagian tersebut. Bagian berbentuk bulat, teraba
keras, berbatas tegas dan mudah digerakkan ( bila belum masuk
rongga panggul) biasanya adalah kepala. Jika bentuknya kurang
tegas, teraba kenyal, relatif lebih besar, dan sulit dipegang
secara mantap maka bagian tersebut biasanya adalah bokong
(JNPK-KR, 2008; hal. 43).
e) Menentukan penurunan bagian terbawah janin.
Penurunan bagian terbawah janin menggunakan metode 5 jari (
perlimaan )
(1) 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba diatas
simfisis pubis
(2) 4/5 jika bagian(1/5) bagian terbawah janin telah masuk pintu
atas panggul.
(3) 3/5 jika bagian (2/5) bagian terbawah janin telah memasuki
rongga panggul.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
32
(4) 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih
berada diatas simpisis dan (3/5) bagian telah turun melewati
bidang tengah rongga panggul(tidak dapat digerakkan).
(5) 1/5 jika 1 dari 5 jari masih dapat meraba bagian terbawah
janin yang berada diatas simpisis dan 4/5 bagian telah
masuk kedalam rongga panggul.
(6) 0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari
pemeriksaan luar dan seluruh bagian terbawah janin sudah
masuk ke rongga panggul. Pada kala I persalinan, kepala
sudah masuk kedalam rongga panggul. Bila ternyata
memang tidak dapat turun, mungkin bagian terendah janin
(kepala) terlalu besar dibandingkan dengan diameter pintu
atas panggul. Mengingat hal ini patut diduga sebagai
disporposi kepala panggul (JNPK-KR, 2008; hal. 42-44).
7. Periksa dalam ini bertujuan untuk :
a) Memeriksa genetalia eksterna, perhatikan apakah ada luka
atau massa (benjolan) termasuk kondiloma akuminata dan luka
parut diperinium.
b) Nilai cairan vagina dan tentukan apakah ada bercak darah,
perdarahan pervaginam atau mekonium.
c) Jika ada perdarahan pervaginam, jangan lakukan pemeriksaan
dalam.
d) Jika ketuban sudah pecah, lihat warna dan bau air ketuban.
Jika terlihat pewarnaan mekonium, nilai apakah kental atau
encer dan periksa DJJ.
e) Dengan hati-hati masukan telunjuk dan diikuti jari tengah,
jangan mengeluarkan jari tersebut sampai pemeriksaan selesai
dilakukan. Jika selaput ketuban belum pecah, maka jangan
melakukan robekan atau pemecahan, karena akan dapat
menambah resiko infeksi ibu dan janin serta dapat terjadi
kegawatan.
f) Nilai pembukaan dan penipisan serviks.
g) Pastikan talipusat dan atau bagian kecil-kecil janin tidak teraba
pada saat melakukan periksa dalam.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
33
h) Nilai penurunan bagian terbawah janin dan tentukan apakah
bagian tersebut telah masuk kedalam rongga panggul.
i) jika bagian terbawah janin adalah kepala, pastikan petunjuknya.
(ubun-ubun kecil, ubun-ubun besar ) dan celah (sutura)
sagitalis untuk menentukan derajat tumpang tindih tulang
kepala (JNPK-KR, 2008; hal. 45-46).
8. 18 Penapisan dalam kala I
a) Riwayat bedah sesar
b) Perdarahan pervaginam selain bloodi show
c) Persalinan kurang bulan (<37 minggu)
d) Ketuban pecah disertai dengan keluarnya mekonium kental.
e) Ketuban pecah dan air ketuban bercampur dengan sedikit
mekonium disertai tanda-tanda gawat janin.
f) Ketuban pecah > 24 jam. Atau ketuban pecah pada kehamilan
kurang bulan ( < 37 minggu)
g) Tanda gejala infeksi ( demam > 38 C, menggigil, nyeri abdomen,
cairan ketuban berbau )
h) Tekanan darah lebih dari 160/110 mmHg atau terdapat protein
dalam urine.
i) Tinggi fundus 40cm atay lebih (makrosomia, kehamilan ganda,
polihidramnion)
j) Djj kurang dari 100 atau lebih dari 180x/menit.
k) Primipara dalam fase aktif kala satu persalinan dengan penurunan
kepala janin 5/5.
l) Presentasi bukan belakang kepala.
m) Presentasi ganda atau majemuk.
n) Talipusat menumbung.
o) Tanda gejala syok ( nadi cepat lemah > 110x/menit, tekanan darah
menurun sistolik <90mmHg,pucat, berkeringat dingin, cemas atau
tidak sadar,produksi urine sedikit).
p) Tanda gejala kala I fase laten lama. Pembukaan serviks kurang dari
4 cm setelah 8 jam.
q) Partus lama (pembukaan serviks mengarah kesebelah kanan garis
waspada (JNPK-KR, 2008; hal. 48-49).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
34
b. Kala II ( Kala Pengeluaran Janin)
Kala II adalah kala pengeluaran bayi, di mulai dari pembukaan lengkap
sampai bayi lahir. Uterus dengan kekuatan hisnya ditambah dengan
kekuatan menerannya akan mendorong bayi hingga lahir. Proses ini
biasanya terjadi 2 jam, pada primigravida dan 1 jam pada multigravida.
Diagnosis persalinan kala II ditegakan dengan melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap dan kepala janin
tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm (Sulistyawati. A, 2010; hal. 7-
8).
Gejala utama kala II adalah sebagai berikut :
1. His semakin kuat dengan rentan interval 2-3 menit, dengan durasi
50-100 detik.
2. Menjelang akhir kala 1, ketuban pecah yang ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak.
3. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti
keinginan meneran karena tertekannya fleksus frankenhouser.
4. Dua kekuatan, yaitu his dan meneran akan mendorong kepala bayi
sehingga membuka pintu, berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi,
hidung dan muka, serta kepala seluruhnya.
5. Kepala lahir seluruhnya dan di ikuti oleh putaran paksi luar, yaitu
penyesuaian kepala pada punggug.
6. Setelah putaran paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi
ditolong denga jalan berikut:
a. Pegang kepala pada tulang oksiput dan bagian bawah dagu,
kemudian di tarik curam kebawah untuk melahirkan bahu
depan, dan tarik curamkeatas untuk melahirkan bahu belakang.
b. Setelah kedua bahu lahir, ketiak di kait untuk melahirkan sisa
badan bayi.
c. Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.
d. Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan multigravida
30 menit.
7. Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan multigravida 30
menit (Nugraheny. E, 2010; hal. 8).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
35
Dalam kondisi yang normal pada kala ini, kepala janin sudah masuk
dalam rongga panggul, maka pada saat his dirasakan tekanan pada
otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris menimbulkan rasa
mengedan. Wanita merasa adanya tekanan pada rektum dan
seperti akan buang air besar. Kemudian perinium mulai menonjol
dan menjadi lebar kemudian kepala janin tampak dalam vulva pada
saat ada his. Jika dasar panggul sudah berelaksasi, kepala janin
tidak akan masuk lagi diluar his. Dengan kekuatan his dan
mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput
dibawah simfisis dan dahi, muka, dagu melewati perinium. Setelah
his istirahat sebentar, maka his akan mulai lagi untuk mengeluarkan
anggota badan bayi (Sumarah, 2008; hal. 6).
8. Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin Kala II
a. Asuhan yang di perlukan selama kala I.
1) Meningkatkan perasaan aman dengan memberikan
dukungan dan memupuk rasa kepercayaan dan keyakinan
pada diri ibu bahwa dia mampu melahirkan.
2) Membimbing agar ibu bernafas secara rileks.
3) Membantu posisi meneran sesuai pilihan ibu.
4) Meningkatkan peran serta keluarga, menghargai anggota
keluarga atau teman yang mendampingi.
5) Melakukan tindakan-tindakan yangmembuat nyaman ibu
seperti mengusap dahi dan memijat pinggang, libatkan
keluarga.
6) Memperhatikan pemasukan nutrisi dan cairan ibu dengan
memberi makan dan minum.
7) Menjelaskan prinsip pencegahan infeksi.
8) Mengusahakan kandung kencing kosong dengan cara
membantu ibu agar mengosongkan kandung kencing
secara teratur.
d. Pemantauan terhadap kesejahteraan janin.
1) Mengevaluasi HIS (kontraksi uterus) berapa kali terjadi
dalam sepuluh menit (frekuensi his), lamanya his, dan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
36
kekuatan his serta kaitan antara ketiga hal tersebut dengan
kemajuan persalinan.
2) Mengkaji keadaan kandung kencing dengan menanyakan
pada ibu dan melakukan palpasi kandung kencing untuk
memastikan kandung kencing kosong.
3) Mengevaluasi upaya meneran ibu efektif atau tidak.
4) Pengeluaran pervaginam serta penilaian serviks meliputi
effacement (pendataran serviks) dan dilatasi serviks
(pembukaan).
e. Observasi terhadap kesejahteraan janin.
1) Penurunan kepala, presentasi, dan sikap.
2) Mengkaji kepala janin adakah caput atau moulage.
3) Denyut Jantung Janin (DJJ) meliputi frekuensi, ritmenya,
dan kekuatannya.
4) Air ketuban meliputi warna, bau, dan volume (Sumarah,
dkk, 2008; hal. 105-106).
9. Pemberian Air Susu ibu (ASI)
a. Pengertian
IMD adalah bayi harus mendapatkan kontak kulit ibunya segera
setelah lahir selama paling sedikit 1 jam (JNPK-KR, 2008; hal.
13).
b. Manfaat Inisiasi Menyusui Dini
Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 bahwa IMD adalah
bayi yang mulai mendapatkan IMD paling sedikit 1 jam setelah
lahir. jika bayi di berikan IMD 1 jam setelah kelahirannya maka
akan menekan kematian bayi sekitar 22% dari bayi yang
meninggal dalam 28 hari pertama dapat di cegah, atau setara ±
satu juta bayi lahir setiap tahun di dunia, sedangkan jika di
lakukan IMD satu hari setelah lahir maka hanya akan
menekankan kematian bayi sekitar 16% atau setara ± satu juta
bayi lahir setiap tahun di dunia, Dengan di berikannya IMD
pada bayi sesegera setelah lahir maka dapat meningkatkan
kesempatan kehidupan bayi (Riskesdas, 2013; hal. 94).
c. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk bayi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
37
Optimalisasi fungsi hormonal ibu dengan bayi. Kontak kulit ke
kulit akan:
a) Menstabilkan pernafasan
b) Mengendalikan temperatur bayi
c) Meningkatkan kenaikan berat badan bayi (bayi kembali ke
berat lahirnya lebih cepat).
d) Meningkatkan hubungan psikologis antara ibu dan bayi
(JNPK-KR, 2008; hal. 131-132).
d. Keuntungan kontak kulit dengan kulit untuk ibu:
Merangsang produksi ositosin dan prolaktin pada ibu
Oksitosin
a. Stimulasi kontraksi uterus dan menurunkan resiko
perdarahan pasca persalinan.
b. Merangsang pengeluaran kolostrum dan mengkatkan
produksi ASI.
c. Ibu menjadi lebih tenang, memfasilitasi kelahiran plasenta,
dan mengalihkan rasa nyeri.
Prolaktin
a. Meningkatkan prduki ASI
b. Membantu ibu mengatasi stres terhadap berbagai rasa
kurang nyaman
c. Memberikan efek relaksasi pada ibu setelah bayi selesai
menyusu
d. Menunda ovulasi
(JNPK-KR, 2008; hal. 131-132).
e. Keuntungan inisiasi menyusui dini untuk bayi
a) Segera memberikan kekebaan pasif pada bayi.
Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi
b) Meningkatkan kecerdasan
c) Membantu bayi mengkordinasikan kemapuan
mengisap, menelan, dan bernafas
d) Meningkatkan jalinan kasihsayang ibu dan bayi
e) Mencegah kehilangan panas
f) Meningkatkan berat badan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
38
(JNPK-KR, 2008; hal. 131-132).
f. Inisiasi menyusui dini dalam asuhan bayi baru lahir
a) Lahirkan, lakukan penilaian pada bayi, keringkan.
b) Lakukan kontak kulit dengan kulit selama paling sedikit
satu jam.
c) Biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan
mulai menyusu (JNPK-KR, 2008; hal. 131-133).
g. Dampak jika tidak di lakukan IMD
Menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif bagi
ibu maupun bayinya, bayi yang kehangatan saat menyusu
menurunkan resiko kematian karena hypotermia
(kedinginan). Selain itu juga, bayi lebih kebal dari bekteri
lain dilingkungan. Dengan kontak pertama, bayi
memperoleh kolostrum yang baik untuk kelangsungan
hidupnya. Sedangkan manfaat bagi ibu adalah menyusui
dapat mengurangi mordibilitas dan mortalias karena proses
menyusui akan merangsang kontraksi uterus sehingga
mengurangi perdarahan pasca persalinan (postpartum).
Pemerintah mendukung kebijakan WHO dan Unicef yang
merekomendasikan inisiasi menyusui dini sebagai tindakan
“penyelamatan kehidupan”. Maka diharapkan semua
tenaga keehatan di semua tingkatan pelayanan kesehatan
dapat mensosialisasikan program tersebut (Riskesdas,
2013; hal. 94).
10. Komplikasi kala II
a. Kala II memanjang
Tahap ini berawal saat pembukaan serviks telah lengkap dan
berakhir dengan keluarnya janin. Median durasinya adalah 50
menit untuk nulipara dan 20 menit untuk multipara
(Prawiroharjo, 2010; hal 573- 574).
1) Ruptura uteri
Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan
bahaya serius selama pertes lama, terutama pada ibu
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
39
dengan paritas tinggi, dan pada mereka dengan riwayat
seksio sessaria. Apabila disporposi antara kepala janin dan
panggul sedemikian besar sehingga kepala tidak cakup
dan tidak terjadi penurunan, segmen bawah uterus menjadi
sangat teregang kemudia dapat menyebabkna ruptur
(Prawiroharjo, 2010: hal 576).
2) Distosia bahu
Adalah suatu keadaan diperlukannya tambahan manufer
obstetrik, oleh karena dengan tarikan biasanya kearah
belakang kepala bayi tdak berhadil untuk melahirkan bayi.
Komplikasi pada bayi dengan distosia bahu adalah fraktur
tulang klavikula dan humerus, dan hipoksia yang dapat
menyebabkan kerusakan permanen diotak (Prawiroharjo,
2010: hal 574-575).
3) Tanda gawat janin
DJJ kurang dari 120 atau lebih dari 160 x/menit (JNPK-KR,
2008; hal. 94).
4) Prolaps tali pusat
Tekanan ada tali pusat oleh bagian terendah janin dan
jalan lahir akan mengurangi atau menghilangkan sirkulasi
plsaenta, bila tidak dikoreksi, komplikasi ini dapat
menyebabkan kematian janin, karena obstruksi yang
lengkap dari tali pusat menyebabkan dengan segera
berkurangnya detak jantung janin (Prawiroharjo, 2010;
hal.626).
c. Kala III (Kala pengeluaran uri)
Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta.
Setelah kala II yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit, kontraksi
uterus berhenti sekitar 5-10 menit. Dengan lahirnya bayi dan proses
retraksi uterus maka plasenta lepas (Sulistyawati. A, 2010; hal. 8).
Lepasnya plasenta sudah dapat di perkirakan dengan memperhatikan
tanda-tanda sbagai berikut:
1) Uterus menjadi berbentuk bundar
2) Uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke bawah rahim.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
40
3) Tali pusat bertambah panjang.
4) Terjadi perdarahan
Melahirkan plasenta di lakukan dengan dorongan ringan secara
crede pada fundus uterus.
Sebab-sebab terlepasnya plasenta :
1. Saat bayi di lahirkan, rahim sangat mengecil dan setelah bayi
lahir, uterus merupakan organ dengan dinding yang tebal dan
rongganya hampir tidak ada. Posisi fundus uterus turun sedikit
dibawah pusat, karena terjadi pengecilan uterus, maka tempat
perlekatan plasenta juga mengecil. Plasenta harus mengikuti
proses pengecilan ini hingga tebalnya menjadi 2x lipat dari pada
permulaan persalinan, dan karena pengecilan tempat
perlekatannya maka plasenta menjadi berlipat-lipat pada bagian
yang terlepas dari dinding rahim karena tidak dapat mengikuti
pengecilan.jadi faktor yang paling penting dalam pelepasan
plasenta adalah retraksi dan kontraksi uterus setelah bayi lahir.
2. Ditempat pelepasan plasenta yaitu antara plasenta dan desidua
basalis terjadi perdarahan, karena hematom ini membesar jadi
seolah-olah plasenta terangkat dari dasarnya oleh hematom
tersebut sehingga daerah plasenta meluas (Sulistyawati. A,
2010; hal. 8-9).
3. Komplikasi kala III
a. Retensio plasenta adalah plasenta yang tidak lahir dalam
waktu 30 menit setelah bayi lahir.
b. Atonia uteri, adalah uterus yang tidak berkontraksi dengan
segera setelah kelahiran plasenta (JNPK-KR, 2008; hal. 108
dan 118).
d. Kala IV
Kala IV mulai lahirnya plasenta selama 1-2 jam. Pada kala IV ini di
lakukan observasi terhadap perdarahan pasca persalinan, paling sering
terjadi pada 2 jam pertama (Sulistyawati. A, 2010; hal. 9).
1) Observasi yang di lakukan adalah sebagai berikut:
a. Tingkat kesadaran pasien
b. Pemeriksaan vital sign : tekanan darah,suhu, nadi, pernafasan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
41
c. Kontraksi uterus
d. Terjadinya perdarahan. Perdarahan di anggap masih normal
bila jumlah tidak melebihi 400-500cc.
2) Komplikasi kala IV
a) Robekan vagina, perineum, atau serviks
b) Tanda atau gejala syok
c) Tanda atau gejala dehidrasi
d) Tanda atau gejala infeksi
e) Tanda atau gejala preeklamsi ringan
f) Gejala preeklamsi berat
Kandung kemih penuh (JNPK-KR, 2008; hal. 119-121).
11. Kelainan pada persalinan
a) Perdarahan pasca bersalin
Yang paling dikenal sebagai tiga penyebab klasik kematian ibu
disamping infeksi dan pre-eklamsia adalah perdarahan.
Perdarahan pascapersalinan (PPP) adalah perdarahan yang
masih aktif yang berasal dari tempat implantasi plasenta,
robekan pada jalan lahir dan jaringan sekitarnya.
Definisi Perdarahan Pascapersalinan (PPP) adalah perdarahan
yang melebihi 500 ml setelah bayi lahir. Pada praktisnya tidak
perlu mengukur jumlah perdarahan sampai sebanyak itu sebab
menghentikan perdarahan lebih dini akan memberikan
prognosis lebih baik. Pada umumnya bila terdapat perdarahan
yang lebih dari normal, apalagi telah menyebabkan perubahan
tanda vital, seperti kesadaran menurun, pucat, berkeringat
dingin, seak nafas, serta tensi <90 mmHg dan nadi
>100x/menit, maka penanganan harus segera di lakukan. PPP
dapat menyebabkan kematian ibu 45% terjadi pada 24 jam
pertama setelah bayi lahir, 68-73% dalam satuminggu setelah
bayi lahir, 82-88% dalam 2 minggu setelah bayi lahir (Sarwono,
2009; hal. 522-523).
1) Atonia uteri
Adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
42
terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan
plasenta lahir (Sarwono, 2009; hal. 523).
Perdarahan karena atonia uteri dapat dicegah dengan:
a) Melakukan secara rutin manajemen aktif kala III pada
semua wanita yang bersalin karena hal ini dapat
menurunkan insidens perdarahan pascapersalinan
akibat atonia uteri.
b) Pemberian mesoprostol perora 2-3 tablet (400-600 mg)
segera setelah bayi lahir.
2) Robekan jalan lahir.
Pada umumnya robekan jalan lahir terjadi pada persalinan
dengan trauma. Robekan jalan lahir biasanya akibat
episiotomi, robekan spontan perineum, trauma forseps atau
vacum ekstraksi, atau karena versi ekstraksi. Oleh karena itu
pada setiap persalinan hendaklah di lakukan inspeksi yang
teliti untuk mencari kemungkinan adanya robekan ini.
Perdarahan yang terjadi saat kontraksi uterus baik, biasanya
karena ada robekan atau sisa plasenta. Pemeriksaan dapat
di lakukan dengan cara melukan inspeksi pada vulva,
vagina, dan serviks dengan memakai spekulum untuk
mencari sumber perdarahan dengan ciri warna darah merah
segar dan pulastif sesuai dengan denyut nadi (Sarwono,
2009; hal. 526).
3) Retensio plasenta
Plasenta yang sukar dilepas pada saat pertolongan aktif kala
III bisa disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta
dan uterus. Disebut sebagai plasenta akreta bila implantasi
menembus desidua basalis dan nitabuch layer, disebut
sebagai plasenta inkreta bila plasenta sampai menembus
miometrium dan disebut plasenta perkreta bila vili korialis
sampai menembus perimetrium. Sisa plasenta bisa diduga
bila kala uri berlangsung tidak lancar atau setelah
melakukan plasenta manual atau menemukan adanya
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
43
kotiledon yang tidak lengkap pada saat melakukan
pemeriksaan plasenta (Sarwono, 2009; hal. 526).
a. Inversi uterus
Keadaan dimana lapisan dalam uterus (endometrium)
turun dan keluar lewat ostium uteri eksternum, yang
dapat bersifat inkomplit sampai komplit.
Faktor-faktor yang memungkinkan hal itu terjadi adalah
adanya atonia uteri, serviks yang masih terbuka lebar,
an adanya kekuatan yang menarik fundus ke bawah
(misalnya karena plasenta akreta, inkreta, yang tali
pusatnya di tarik keras dari bawah) (Sarwono, 2009; hal.
527).
12. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan yaitu sebagai berikut:
a) Passage (jalan lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat,
dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina)
(Sumarah dkk, 2008; hal. 23).
b) Passenger (janin dan plasenta)
Janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan interaksi
beberapa faktor, yakni ukurab kepala janin, presentasi, letak,
sikap dan posisi janin. Karena plasenta juga melewati jalan
lahir, maka di anggap juga sebagai bagian dari passenger yang
menyertai janin (Sumarah dkk, 2008: hal. 35).
c) Power (kekuatan)
Kekuatan terdiri dari: kekuatan ibu melakukan kontraksi
involunter, secara bersama untuk mengeluarkan kekuatan
primer, menandai dimulainya persalinan (Sumarah dkk (2008:
hal. 42).
13. Asuhan kebidanan pada persalinan normal
Menurut Prawirohardjo (2010: hal. 341-345) mengemukakan bahwa
Asuhan kebidanan pada ibu bersalin normal.
a) Kala I
1) Pemeriksaan detak jantung janin
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
44
2) Pemeriksaan kontraksi uterus
3) Pemeriksaan nadi
4) Pemeriksaan dalam (pembukaan serviks)
5) Pemeriksaan penurunan terbawah janin
6) Pemeriksaan tekanan darah dan temperature tubuh
b) Kala II
1) Melihat tanda dan gejala kala 2
a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
b) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada
rectum atau vaginanya
c) Perineum menonjol
d) Vulva dan vagina membuka
2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan
esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10
IU dan menempatkan tabung kecil steril sekali pakai
didalam partus set.
3) Mengenakan baju penutup atau clemek plastic yang bersih.
4) Melepaskan semua perhiasan yang di pakai dibawah siku,
mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu
kali pakai/pribadi yang bersih.
5) Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua
pemeriksaan dalam.
6) Menghisap oksitosin 10 IU kedalam tabung suntik (dengan
memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril)
dan meletakan kembali di artuset .
7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan
hati hati dari depan kebelakang dengan menggunakan
kapas atau kasa yang sudah dibasahi air desinfeksi tingkat
tinggi. Jika mulut vagina, perineum, atau anus terkontainasi
oleh kotoran ibu, membersihkanya dengan seksama,
dengan cara menyeka dari depan ke belakang.membuang
kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang
benar. Mengganti sarung tangan jika jika terkontaminasi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
45
(meletakan kedua sarung tangan tersebut dengan benar
dalam larutan klorin)
8) Dengan menggunakan tehnik aseptic, melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan
serviks sudah lengakap. Bila selaput ketuban belum pecah,
sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.
9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara
mencelupkan tangan yang masih kotor kedalam larutan
klori 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan
terbalik serta merendamnya didalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit. Mencuci kedua tangan.
10) Memeriksa denyut jantung janin seelah kontraksi berakhir
untuk memastikan bahwa denyut jantung janin itu normal.
Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal,
mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ
dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainya pada
partograf.
11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin baik. Membantu ibu dalam posisi yang nyaman sesuai
dengan keinginanya.
a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk
meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan
kenyamanan ibu serta janin sesuai pedoman
persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-
temuan.
b) Menjelaskan keapada anggota keluarga bagaimana
mereka dapat mendukung dan memberi semangat
kepada ibu saat ibu mulai meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu
dalam meneran. ( Pada saat his, bantu ibu dalam posisi
setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman)
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai
dorongan kuat untuk meneran:
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
46
a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai
keinginan untuk meneran.
b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu
untuk meneran.
c) Membantu ibu untuk mengambil posisi yang nyaman
sesuai dengan pilihanya.
d) Memganjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi.
e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan
memberi semangat pada ibu.
f) Menganjurkan asupan per oral.
g) Menilai DJJ setiap 5 menit.
h) Jika bayi belum lahir dalam waktu 120 menit meneran
untuk ibu primipara dan 60 menit untuk ibu multipara,
merujuk segera jika ibu tidak mempunyai keinginan
untuk meneran.
i) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau
mengambil posisi yang nyaman jika ibu belum ingin
meneran dalam 60 menit, anjurkan ibu untuk meneran
pada punca kontraksi-kontraksi tersebut dan
beristirahat diantara kontraksi.
j) Jika bayi belum lahir atau kelahira bayi belumakan
terjadi segera setelah 60 menitmeneran, merujuk ibu
dengan segera.
14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6
cm, letakan handuk bersih diatas perut ibu untuk
mengeringkn bayi.
15) Meletakan kain bersi dlipat 1/3 bagian, dibawah bokong
ibu.
16) Membuka partus set.
17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua
tangan.
18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain
tadi, letakan tangan yang lain dikepala bayi dan lakukan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
47
tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala
bayi, memiarkan kepala keluar berlahan-lahan.
Menganjurkan ibu meneran berlahan lahan atau bernapas
cepat saat kepala ahir.
19) Dengan lembut menyeka muka, mulut dan hidung bayi
dengan kain atau kasa yang bersih.
20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan
segera proses kelahiran bayi.
a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar,
lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
b) Jika tali pusat melilit janin dengan erat, mengeklem di
dua tempat dan memotongnya.
21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi
luar secara spontan.
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan
kedua tang masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan
ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya dengan
lembut menariknya kearah bawah dan arah luar hingga
bahu anterior muncul dibawah arkus pubis dan kemudian
dengan lmbut menarik kearah atas dan kearah luar untuk
melahirkan bahu posterior.
23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai
kepala bayi yang berada dibagian bawah kearah perineum,
membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan
tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi
saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah
untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan.
Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk
mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat
keduanya lahir.
24) Setelah tubuh dan lengan lahir menelusurkan tangan yang
ada diatas dari punggung kea rah kaki bayi untuk
menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
48
kedua mata kaki bayi dengan hatihati membantu kelahiran
kaki.
25) Menilai bayi dengan cepat, kemudian meletakn bayi diatas
perut iu dengan posisi kepala bayi lebih rendah dari posisi
tubuh ibunya.
26) Segera membungkus kepala dan badan bayi
menggunakan handuk dan biarkan kontak kulit ibu dan
bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin secara IM.
27) Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3cm dari
pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari
klem kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem
yang pertama.
28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi
dari gunting dan memotong tali pusat diantara klem
tersebut.
29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan
menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dn
kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat
terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil
tindakan yang sesuai.
30) Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu
untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika
ibu menghendakinya.
31) Meletakan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi
abdomen untuk memastikan adanya bayi yang ke dua.
c) Kala III
1) Memberitahu ibu bahwa dia akan disuntik.
2) Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan
suntikan oksitosin 10IU secara IM di sepertiga atas paha
kanan ibu bagian luar, sebelumnya diaspirasi terlebih
dahulu.
3) Memindahkan klem pada tali pusat.
4) Meletakan satu tangan diatas kain yang ada diperut ibu,
tepat diatas tulang pubis, dan menggunakan tangan kiri
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
49
untuk palpasi kontraksi dan menstabilkanuterus.
Memegang tali pusat dan klem menggunakan tangan yang
lain.
5) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan
penegangan kearah bawah pada tali pusat dengan lembut.
Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian
bawah uterus dengan cara menekan uterus kearah atas
dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk
membantu mencegah terjadinya inversion uteri. Jika
plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi
berikut mulai. Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu
atau seorang anggota keluarga untuk merangsang putting
susu.
6) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran
sambal menarik tali pusat kearah bawah dan kemudian
kearah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambal
meneruskan tekanan berlawanan pada arah uterus. Jika
talipusat bertambah panjang pindahkan klem berjarak 5-
10cm didepan vulva. Jika plasenta tidak lahir setelah
dilakukan peregangan tali pusat selama 15 menit
a) Mengulangi pemberian oksitosin 10 IU secara IM.
b) Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi
kandung .kemih dengan menggunakan teknik aseptic
jika perlu.
c) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.
d) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit
berikutnya.
e) Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30
menit sejak kelahiran bayi.
7) Jika plasenta terlihat di introitus vagina melanjutkan
kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan.
Memegang plasenta dengan kedua tangan dan dengan
hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
50
Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban
tersebut. Jika selaput ketuban robek, memakai sarung
tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa
vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan
jari-jari tangan atau klem atau forceps desinfeksi tingkat
tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput ketuban
yang tertinggal.
8) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan
massase uterus, meletakan telapak tangan difundus dan
melakukan massase dengan gerakan melingkar dengan
lembut hingga uterus berkontraksi.
9) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu
maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan
bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh.
Meletakan plasenta kedalam kantung plastic atau tempat
khusus. Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan
massase selama 15 detik mengmbil tindakan yang sesuai.
10) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum
dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan
aktif.
d) Kala IV
1) Menilai ulang uterus dan memastikan berkontraksi dengan
baik.
2) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan
kedalam larutan klorin 0,5%, membilas kedua tangan yang
masih bersarung tangan tersebut dengan air desinfeksi
tingkat tinggi dan mengeringkanya dengan kain yang bersih
dan kering.
3) Menempatkan klem tali pusat desinfeksi tingkat tinggi atau
steril atau mengikat tali desinfeksi tingkat tinggi dengan
simpul mati sekeliling tali pusat sekitar sekitar 1cm dari
pusat.
4) Mengikat satu lagi simpul mati bagian pusat yang
berseragaman dengan simpul mati yang pertama.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
51
5) Melepaskan klem bedah dan meletakanya dalam larutan
klorin 0,5%
6) Menyelimuti kembali bayi dan menutupi pada bagian
kepalanya. Memastika handuk atau kain yang kering.
7) Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.
8) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan
pervaginam:
a) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan.
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan.
c) Setiap 20-30 m3nit pada jam 2 pascapersalinan.
d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan
perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia
uteri.
e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan,
lakukan penjahitan dengan anesthesia local dan
menggunakan tehnik yang sesuai.
9) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana cara
melakukan massase uterus dan meriksa kontraksi uterus.
10) Mengevaluasi kehilangan darah.
11) Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung
kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama
pascaresalinan dan setiap 30 menit selama jam ke 2
pascapersalinan. Memeriksa temperature tubuh ibu setiap
jam selama 2jam pertama pascapersalinan.
12) Menempatkan semua peralatan didalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas
peralatan setelah dekontaminasi.
13) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam
tempat sampah yang sesuai.
14) Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi
tingkat tinggi, membersihkan air ketuban, lendir dan darah.
Membantu ibu memaki pakaian bersih dn kering.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
52
15) Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin
0,5%, membalikan bagian dalam ke luar dan merendamnya
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
16) Mencuci tangan dengan menggunakan air mengalir
17) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)
C. Bayi Baru Lahir
1. Pengertian
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang
sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta
harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke
kehidupan ekstrauterin (Dewi. V, 2011; hal. 1-8).
2. Berat badan lahir
Berat bayi baru lahir normal adalah 2.500 – 4000 gram. Sementara
bayi berat lahir rendah ( BBLR) < 2.500 gram dan bayi lahir ekstrim
rendah yaitu BB < 1500gram atau masa gestasi <32 minggu (Dewi. V,
2011; hal. 1).
3. Tahapan bayi baru lahir
Tahap 1 terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama
kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scororing apgar untuk fisik
dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.
Tahap 2 disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap II dilakukan
pengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya perubahan
prilaku.
Tahap 3 disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam
pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh (Dewi. V, 2011; hal.
3).
4. Asuhan kebidanan pada BBL Normal
a. Cara memotong tali pusat.
1) Menjepit tali dengan klem dengan jarak 3 cm dari pusat, lalu
mengurut tali pusat kearah ibu dan memasang klem ke-2
dengan jarak 2cm dari klem.
2) Memegang tali pusat diantara 2 klem dengan menggunakan
tangan kiri ( jari tengah melindungi tubuh bayi) lalu memotong
tali pusat diantara 2 klem.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
53
3) Mengikat tali pusat dengan jarak ± 1 cm dari umbilikus dengan
sampul mati lalu mengikat balik talipusat dengan sampul mati.
Untuk kedua kalinya bungkus dengan kassa steril, lepaskan
klem pada tali pusat, lalu memasukanya kedalam wadah yang
berisi larutan kloron 0.5%
4) Membungkus bayi dengan kain bersih dan memberikannya
kepada klien.
b. Mempertahankan suhu tubuh BBL dan mencegah hipotermia.
1) Mengeringkan tubuh bayi segera setelah lahir.
Kondisi bayi lahir dengan tubuh basah karena air ketuban atau
aliran udara melalui jendela atau pintu yang terbuka akan
mempercepat terjadinya hipotermia dan akan mengakibatkan
serangan dingin (cold stress) yang merupakan gejala awal
hipotermia. Bayi kedinginan biasanya tidak memperlihatkan
gejala menggigil oleh karena kontrol suhunya belum
sempurna.
2) Untuk mencegah terjadinya hipotermia, bayi yang baru lahir
harus segera dikeringkan dan dibungkus dengan kain kering
dan diletakan telungkup diatas dada ibu untuk mendapatkan
kehangatan dari dekapan ibu
3) Menunda memandikan BBL hingga tubuh bayi stabil.
Pada BBL cukup bulan dengan berat badan >2500 gram dan
menangis kuat bisa dimandikan kurang lebih 24 jam setelah
kelahiran dengan tetap menggunakan air hangat.
Pada BBL beresiko yang berat badannya<2500 gram atau
keadaannya sangat lemah sebaiknya jangan dimandikan
sampai suhu tubuhnya stabil dan mampu menghisap asi
dengan baik.
4) Menghindari kehilangan panas pada bayi baru lahir.
Ada 4 cara yang membuat bayi kehilangan panas yaitu melalui
radiasi, evaporasi, konduksi dan konveksi (Dewi. V, 2011; hal. 3-
4).
5. Rawat Gabung
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
54
Definisi rawat gabung adalah suatu perawatan yang menyatukan ibu
beserta bayinya dalam satu ruangan, kamar atau suatu tempat secara
bersama-sama dan tidak dipisahkan selama 24 jam penuh dalam
seharinya (Dewi. V, 2011; hal. 18).
Tujuan dilakukan rawat gabung adalah sebagai berikut :
a. Ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin dan setiap saat atau
kapan saja saat dibutuhkan.
b. Ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi yang benar
seperti yang dilakukan oleh petugas.
c. Ibu mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam merawat
bayinya.
d. Suami dan keluarga dapat dilibatkan secara aktif untuk
mendukung dan membantu ibu dalam menyusui dan merawat
bayinya secara baik dan benar.
e. Ibu dan bayi mendapatkan kehangatan emosional.
Manfaat yang di dapatkan jika dilakukan rawat gabung pada ibu
dan bayi adalah sebagai berikut.
1) Fisik
Bila ibu didekat bayinya, maka ibu akan mudah melakukan
perawatan sendiri. Dengan perawatan sendiri dan pemberian
Asi sedini mungkin, maka akan mengurangi kemungkinan
terjadinya infeksi silang dari pasien lain atau petugas
kesehatan (Dewi. V, 2011; hal. 19).
2) Fisiologis
Bila ibu dekat dengan bayinya, maka bayi akan segera disusui
dan frekuensinya lebih sering. Proses ini merupakan proses
fisiologis yang alami, dimana bayi mendapat nutrisi yang alami
yang paling sesuai dan baik. Bagi ibu yang menyusui akan
timbul reflek oksitosin yang dapat membantu proses fisiologis
involusi rahim (Dewi. V, 2011; hal. 19).
3) Psikologis
Dari segi psikologis akan segera terjadi proses lekat karena
sentuhan badan antara ibu dan bayi. Hal tersebut akan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
55
berpengaruh besar terhadap pertumbuhan psikologis bayi
(Dewi. V, 2011; hal. 19).
6. Ciri bayi baru lahir normal
a. Lahir aterm antara 37-42 minggu
b. Berat badan 2500-4000 gram
c. Panjang badan 48-52 cm
d. Lingkar dada 30-38 cm
e. Lingkar kepala 33-35 cm
f. Lingkar lengan 11-12 cm
g. Frekuensi denyut jantung 120-160x/menit
h. Pernafasan 40-60x/menit
i. Kulit kemerah-merahan
j. Licin, karena jaringan subcutan yang cukup
k. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah
sempurna
l. Kuku agak panjang dan lemas, gerak aktif
m. Bayi lahir langsung menangis kuat
n. Reflek rooting, sucking, moro, grasping sudah terbentuk dengan
baik.
o. Genetalia pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang
berada pada skrotum dan penis yang berlubang. Pada perempuan
kematangan di tandai dengan vagina dan uretra yang berlubang
serta adanya labia mayora dan minora.
Eliminasi yang baik ditandai dengan keluarnya mekonium dalam
24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan (Dewi. V, 2011;
hal. 2).
7. Refleks Pada Bayi baru Lahir.
Refleks pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut:
a. Rafleks kedipan (glabelar reflex)
Merupakan respon terhadap cahaya terang yang mengindikasikan
normalnya syaraf optik (Dewi. V, 2011; hal. 25).
b. Refleks mencari puting susu (Rooting reflex)
Bayi baru lahir akan menoleh kearah dimana terjadi sentuhan
pada pipinya. Bayi akan membuka mulutnya apabila bibirnya
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
56
disentuh dan berusaha untuk menghisap benda yang di sentuhkan
tersebut (JNPK-KR, 2008; hal. 134).
c. Reflek menghisap (Sucking reflex)
Rangsangan puting susu pada langit-langit bayi menimbulkan
refleks menghisap. Isapan ini akan menyebabkan areola dan
puting susu ibu tertekan gusi, lidah dan langit-langit bayi sehingga
sinus laktiferus dibawah areola dan ASI terpancar keluar (Dewi. V,
2011; hal. 2).
d. Refleks menelan (Swallowing reflex)
Kumpulan ASI di dalam mulut bayi mendesak otot-otot di daerah
mulut dan faring untuk mengaktifkan refleks menelan dan
mendorong ASI kedalam lambung bayi (JNPK-KR, 2008; hal. 134).
e. Tonick neck reflex
Letakan bayi dalam posisi terlentang, putar kepala ke satu sisi
dengan badan ditahan, ekstremitas terekstensi pada sisi kepala
yang di putar (Dewi. V, 2011; hal. 25).
f. Grasping reflex
Normalnya bayi akan menggenggam dengan kuat saat pemeriksa
meletakan jari telunjuk pada palmar yang di tekan dengan kuat
(Dewi. V, 2011; hal. 26).
g. Reflex moro
Tangan pemeriksa menyangga pada punggung dengan posisi 45
derajat dalam keadaan rileks kepala di jatuhkan 10 derajat.
Normalnya akan terjadi abduksi endi bahu dan ekstensi
lengan(Dewi. V, 2011; hal. 26).
h. Walking reflex
Bayi akan menunjukan respon berupa gerakan berjalan dan kaki
akan bergantian dari fleksi ke ekstensi (Dewi. V, 2011; hal. 26).
i. Babinsky reflex
Dengan menggores telapak kaki, dimulai dari tumit lalu gores ke
sisi lateral telapak kaki ke arah atas kemudian gerakan jari
sepanjang telapak kaki (Dewi. V, 2011; hal. 26).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
57
8. Tatalaksana bayi baru lahir meliputi:
a. Asuhan bayi baru lahir pada 0-6 jam
1) Asuhan bayi baru lahir normal, dilaksanakan segera setelah
lahirdan diletakan di dekat ibunya dalam ruangan yang sama.
2) Asuhan bayi baru lahir dengan komplikasi dilaksanakan satu
ruangan dengan ibunya atau di ruangan khusus.
3) Pada proses persalinan, ibu dapat di dampingi suami.
b. Asuhan bayi baru lahir pada 2-6 hari
1) Pemberian ASI eksklusif minimal 8 kali dalam 24 jam atau
sesuai kemauan bayi.
c. Asuhan bayi baru lahir pada 6 jam sampai 28 hari
1) Pemeriksaan neonatus pada periode ini dapat dilaksanakan di
puskesmas, pustu, polindes, poskesdes, dan atau melalui
kunjungan rumah, oleh tenaga kesehatan.
Pemeriksaan neonatus dilaksanakan di dekat ibu, bayi di
dampingi ibu atau keluarga pada saat di periksa atau
diberikan pelayanan kesehatan (Dewi. V, 2011; hal. ).
D. Nifas
1. Pengertian
Masa nifas (Puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti saat sebelum
hamil. Masa nifas atau puerperium di mulai sejak 2 jam setelah
lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah itu. Dalam bahasa latin,
waktu mulai tertentu setelah melahirkan anak ini disebut masa
puerperium yaitu kata “puer” yang berarti bayi dan parous yang artinya
melahirkan. Jadi, puerperium artinya melahirkan bayi (Dewi. V, 2011;
hal. 1).
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Mendeteksi adanya perdarahan masa nifas, tujuan perawatan
masa nifas adalah untuk menghindari adanya kemungkinan
postpartum dan infeksi. Oleh karena itu, penolong persalinan harus
tetap wapada, sekurang-kurangnya 1 jam postpartum utuk mengatasi
kemungkinan terjadinya komplikasi persalinan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
58
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya. Menjaga kesehatan ibu dan
bayinya baik fisik maupun psikologis harus diberikan oleh penolong
persalinan. ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan tubuh, pastikan
bahwa Ibu mengerti untuk membersihkan daerah sekitar vulva terlebih
dahulu, dari depan kebelakang dan baru membersihkan daerah sekitar
anus. Sarankan ibu untuk mencuci tangan sesudah dan sbelum
membersihkan alat kelaminnya.
Melaksanakan skrining komperhensif, yaitu dengan mendeteksi
masalah, mengobati, merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan
bayinya.
Memberikan pendidikan kesehatan diri, memberikan pelayanan
kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian
imunisasi kepada bayinya, dan perawatan bayi sehat (Dewi. V, 2011;
hal. 2)
3. Peran dan tanggung jawab bidan dalam asuhan masa nifas
a. Mengidentifikasi dan merespon terhadap kebutuhan dan
komplikasi yang terjadi pada saat-saat penting yaitu 6 jam, 6 hari,
2 minggu, dan 6minggu.
b. Mengadakan kolaburasi antara orang tua dan keluarga.
c. Membuat kebijakan, perencanaan kesehatan dan administrator
(Dewi. V, 2011; hal. 3)
4. Tahapan Masa Nifas
a. Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah di perbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap telah
bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
c. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa
berminggu-minggu, bulanan, dan tahunan (Dewi. V, 2011; hal. 4).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
59
5. Kunjungan Masa Nifas (KF)
a. 6-8 jam setelah persalinan
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena persalinan atonia
uteri
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila
perdarahan berlanjut.
3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri.
4) Pemberian ASI awal
5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
6) Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah
hipotermi.
b. 6 hari setelah persalinan
1) Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal.
2) Evaluasi adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
3) Memastikan ibu cukup makan, minum dan istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada tanda-
tanda adanya penyulit
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai hal-hal berkaitan
dengan asuhan pada bayi.
c. 2 minggu setelah persalinan
1) Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal.
2) Evaluasi adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal.
3) Memastikan ibu cukup makan, minum dan istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada tanda-
tanda adanya penyulit
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai hal-hal berkaitan
dengan asuhan pada bayi.
6) Menanyakan penyulit yang ada
7) Memberikan konseling untuk KB secara dini.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
60
d. 6 minggu setelah persalinan
1) Menanyakan pada ibu tentang pemyulit-penyulit yang dialami
oleh ibu dan bayinya.
2) Member konseling untuk KB secara dini
(Dewi. V, 2011; hal. 4-5).
6. Peran bidan pada masa nifas
Peran bidan pada masa nifas adlah sebagai berikut:
a. Memberi dukungan yang terus menerus selama masa nifas yang
baik dan sesuai dengan kebutuhan ibu agar mengurangi
ketegangan fisik dan psikologis selama persalinan dan nifas.
b. Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara
fisik dan psikologis.
c. Mengondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara
meningkatkan rasa nyaman (Dewi. V, 2011; hal. 3-4).
7. Komplikasi pada masa nifas
a. Perdarahan postpartum sekunder
1) Pengertian
Perdarahan nifas sekunder adalah perdarahan yang terjadi
setelah 24 jam pertama pascapersalinan. Biasanya terjadi
pada minggu kedua masa nifas.
2) Penyebab
Penyebab utama terjadinya perdarahan postpartum sekunder
adalah adanya sisa plasenta atau selaput ketuban, infeksi
pada endometrium, dan sebagian kecil terjadi dalam bentuk
mioma uteri bersamaan dengan kehamilan dan inversion uteri.
3) Gejala klinis
Gejala klinis pada perdarahan postpartum sekunder adalah
terjadinya perdarahan berkepanjangan melebihi partun
pengeluaran lochea normal, terjadi perdarahan yang cukup
banyak, dan dapat di sertai nyeri di daerah uterus. Apabila
dilakukan palpasi fundus masih dapat diraba lebih besar dari
yang seharusnya. Pada pemeriksaan dalam didapatkan
uterus membesar, lunak, dan dari osteum uteri keluar darah
Manuaba, 2010; h. 418).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
61
a. Bendungan ASI
Terjadi karena sumbatan pada saluran ASI, tidak
dikosongkan seluruhnya. Keluhan yang muncul adalah
mamae bengkak, keras dan terasa panas sampai suhu
badan meningkat. Penanganannya dengan
mengosongkan ASI dengan masasse atau pompa
Manuaba, 2010; h. 420).
b. Mastitis dan abses payudara
Pada kondisi ini terjadi bendungan ASI merupakan
permulaan dari kemungkinan infeksi payudara. Bakteri
yang sering menyebabkan infeksi pada payudara adalah
stafilokokusaureus yang sering menyebabkan infeksi
payudara, dan terjadi perubahan warna pada payudara.
Penderita dengan matitis perlu mendapatkan pengobatan
yang baik dengan antibiotika.
Infeksi payudara (mastitis) dapat berkelanjutan menjadi
abses dengan kriteria warna kulit menjadi merah, terdapat
rasa nyeri, dan pada pemeriksaan terdapat
pembengkakan, dibawah kulit teraba cairan. Dalam
keadaan abses payudara perlu dilakukan insisi agar pus
dapat dikeluarkan untuk mempercepat kesembuhan
Manuaba, 2010; h. 420).
8. Perubahan Fisiologi Masa Nifas
a. Perubahan sistem reproduksi
1. Uterus
Involusi uteri adalah proses kembalinya uterus ke ukuran semula
sebelum hamil, sekitar kurang lebih 60 gram. Proses ini dimulai
segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos
uterus (Sulistyawati. A, 2009; hal. 73).
2) Proses Involusi Uteri
Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-
kira 2 cm di bawah umbilicus dengan bagian fundus bersandar
pada promontorium sakralis. Pada saat ini, besar uterus kira-kira
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
62
sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu
dengan berat 1000 gram (Anggraini. Y, 2010; hal. 32).
9. Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum
Tabel. 2.1 Perubahan pada uterus
Involusi Uteri Tinggi Fundus
Uteri
Berat Uterus Diameter
Uterus
Plasenta lahir Setinggi pusat 1000gram 12,5 cm
7 hari (minggu1) Pertengahan
pusat dan
sympisis.
500gram 7,5cm
14 hari (minggu 2) Tidak teraba 350gram 5cm
6 minggu Normal 60gram 2,5cm
(Anggraini. Y, 2010; hal. 33).
a. Serviks
Segera setelah berakhirnya kala IV, serviks menjadi sangat
lembek, kendur, dan terkulai. Serviks tersebut bisa melepuh dan
lecet, terutama dibagian anterior. Serviks akan terlihat padat yang
mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi, lubang serviks lambat
laun mengecil, beberapa hari setelah persalinan dari retak karena
robekan dalam persalinan. Rongga leher serviks bagian luar akan
membentuk seperti keadaan sebelum hamil pada saat empat
minggu post partum (Saleha. S, 2009; hal. 57).
b. Vagina
Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerperium
merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis. Secara
berangsur-angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali kembali
seperti ukuran seorang nulipara. Ruage timbul kembali pada
minggu ke tiga. Himen tampak sebagai tonjolan jaringan yang
kecil, yang dalam proses pembentukan berubah menjadi
karunkulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara (Saleha. S,
2009; hal. 57).
c. Payudara
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
63
Pada semua wanita yang telah melahirkan proses laktasi terjadi
secara alami. Proses menyusui mempunyai dua mekanisme
fisiologis, yaitu sebagai produksi susu dan sekresi susu atau let
down.
Selama sembilan bulan kehamilan, jaringan payudara tumbuh dan
menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi
baru lahir. Setelah melahirkan, keika hormon yang dihasilkan
plasenta tidak ada lagi untuk menghambat kelenjar pituitari akan
mengeluarkan prolaktin pada payudara mulai dirasakan.
Pembuluh darah oayuara menjadi bengkak terisi darah, sehingga
timbul rasa hangat, bengkak dan rasa sakit. Sel-sel acini yang
menghasilkan ASI juga mulai berfungsi. Ketika bayi menghisap
puting, reflek saraf merangsang lobus posterior pituitari untuk
menyekresi hormon oksitosin. Oksitosin merangsang reflek let
down (mengalirkan), sehingga menyebabkan ejeksi ASI melalui
sinus aktiferus payudara ke duktus yang terdapat pada puting.
Ketika ASI dialirkan karena isapan bayi atau dengan dipompa sel-
sel acini terangsang untuk menghasilkan asi lebih banyak. Reflek
ini dapat dijumpai dalam waktu yang lama (Saleha. S, 2009; hal.
57-58).
d. Perinium
Setelah persalinan, perinium menjadi kendur karena tergang oleh
tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pulihnya tonus otot
perinium sekitar 5-6 minggu postpartum. Latihan senam nifas baik
untuk mempertahankan elastisitas otot perinium dan organ-organ
reproduksi lainnya. Luka episiotomi akan sembuh dalam 7 hari
post partum. Bila terjadi infeksi, luka episiotomi akan terasa nyeri,
panas, merah dan bengkak (anggraini. Y, 2010; hal. 40).
10. Lochea dalam masa nifas
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.
Mengandung darah dan sisa jaringan desidua dari dalam uterus.
Mempunyai bau amis/anyir seperti darah menstruasi meskipun tidak
terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita.
Lochea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
64
a. Lochea rubra
Lochea ini muncul pada hari 1 sampai 4 masa postpartum. Cairan
yang keluar bewarna merah karena mengandung darah segar,
jaringan sisa-sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo
(rambut bayi) dan mekonium.
b. Lochea sanguinolenta
Cairan yang keluar berwarna merah kecoklatan dan berlendir.
Berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 postpartum.
c. Lochea serosa
Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum,
leukosit, dan robekan/laserasi plaenta. Muncul pada hari ke-7
sampai hari ke-14 postpartum.
d. Lokhea alba
Lochea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput
lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati. Lochea ini
berlangsung selama 2 minggu sampai ke 6 minggu postpartum.
(Saleha. S, 2009; hal. 56)
11. Penyesuaian psikologi pada masa postpartum
a. Taking-in (1-2 hari postpartum)
Wanita menjadi pasif dan sangat tergantung serta berfokus pada
dirinya, tubuhnya sendiri. Mengulang-ulang menceritakan
pengalaman proses persalinan yang dialami.
Wanita yang baru melahirkan ini perlu istirahat atau tidur untuk
mencegah gejala kurang tidur dengangejala lelah, cepat
tersinggung, campur baur dengan proses pemulihan.
b. Taking-hold (2-4 hari postpartum)
Ibu khawatir akan kemampuannya untuk merawat bayinya dan
khawatir tidak mampu bertanggung jawab untuk merawat bayimya.
Wanita pada masa ini sangat sensitif akan ketidakmampuannya,
cepat tersinggung, dan cenderung menganggap pemberitahuan
bidan atau perawat sebagai teguran.
c. Leting-go
Pada masa ini umumnya ibu sudah mengambil tanggung jawab
untuk merawat bayinya, dia harus menyesuaikan diri denagn
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
65
ketergantungan bayi. Depresi postpartum sering terjadi pada masa
ini (Anggraeni. Y, 2010: hal. 80-98).
E. Metode Kesehatan Reproduksi
1. Pengertian
Keluarga berencana adalah upaya untuk mengatur dan
mengendalikan jumlah anak yang di kandung atau lahir. Kontrasepsi
mengacu pada pencegahan kehamilan temporer yang dicapai lewat
penggunaan spesifik atau metode pengendalian kehamilan (Jan M.
Kriebs, 2007; hal. ).
Keluarga berencana adalah upaya untuk mengatur jarak kelahiran
anak (Purwaningsih, 2010; hal. 75).
Sedangkan pengertian Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah
kehamilan, upaya ini dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat
permanen, penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu variable
yang mempengaruhi fertilita.
2. Jenis KB
a. Metode Amenore Laktasi (MAL)
Merupakan kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu
Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa
tambahan makanan ataupun minuman apapun lainnya.
b. Kondom
Merupakan selubung/sarung karet sebagai salah satu metode
kontrasepsi atau alat untuk mencegah kehamilan dan atau
penularan penyakit kelamin pada saat bersenggama.
c. Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)
Alat Kontrasepsi yang dipasang dalam rahim dengan menjepit
kedua saluran yang menghasilkan indung telur sehingga tidak
terjadi pembuahan, terdiri dari bahan plastik polietilena,ada yang
dililit oleh tembaga dan ada yang tidak
d. Tubektomi (MetodeOperasiWanita/MOW)
Metode kontrasepsi mantap yang bersifat sukarela bagi seorang
wanita bila tidak ingin hamil lagi dengan cara mengoklusi tuba
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
66
falupi (mengikat dan memotong atau memasang cincin),
sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum
e. Vasektomi (Metode Operasi Pria/MOP)
Metode prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi
pria dengan cara mengoklusi vasa deferensia sehingga alur
transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan
dengan ovum) tidak terjadi
f. Hormonal
KB Hormonal dibagi menjadi 2, yaitu ;
1) Hormon Progestin adalah metode kontrasepsi dengan
menggunakan progestin, yaitu bahan tiruan dari progesteron.
Jenisnya seperti ; Pil, Injeksi / Suntikan, Implan
2) Hormon Kombinasi adalah metode kontrasepsi dengan
menggunakan kombinasi hormon mengandung hormon
esterogen dan progesteron. Jenisnya seperti ; Pil, Injeksi /
Suntik.
g. Implan
Alat kontrasepsi bawah kulit yang mengandung progestin yang
dibungkus dalam kapsul silastik silikon polidimetri
3. Waktu yang tepat untuk ber-KB
a. Postpartum : KB Suntik, Norplant (KB Susuk) /Implanon,
AKDR, Pil KB hanya progesteron, Kontap, Metode Sederhana
b. Pasca – Abortus : KB Susuk atau Implanon
c. Saat Menstruasi : AKDR, Kontap, Metode sederhana,KB
Suntik
d. Post – Koitus : KB Darurat
4. Cara Penyimpanan Alat Kontrasepsi berdasarkan jenisnya
Menurut Handayani (2010;h.36-37) Cara penyimpanan alat
kontrasepsi berdasarkan jenisnya berbeda – beda, berikut cara
penyimpanan Alat Kontrasepsi sesuai jenisnya:
Tabel 2.2 Cara penyimpanan alat kontrasepsi
Jenis Kontrasepsi Kondisi Penyimpanan Masa Kadaluwarsa
1. Pil Simpan ditempat kering, dan jauhkan dari
sinar matahari langsung
5 tahun
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
67
2. Kondom Simpan ditempat kering, yaitu suhu >
40°C dan jauhkan dari sinar matahari
langsung, bahan kimia, dan bahan yang
mudah rusak
3 – 5 tahun
3. AKDR Lindungi dari kelembaban, sinar matahari
langsung, suhu 15 - 30°C
7 tahun
4. Spermisida Simpan pada ruangan bersuhu 15 -
30°C, jauhkan dari temperatur tinggi
3 – 5 tahun
5. Implant Simpan ditempat kering, suhu > 30°C 5 tahun
6. Suntik KB Simpan pada suhu 15 - 30°C posisi vials
tegak lurus menghadap ke atas, jauhkan
dari sinar matahari langsung
5 t
a
h
u
n
5. Penapisan calon akseptor KB
Menurut handayani (2010; hal. 37-39) menyebutkan bahwa
penapisan calon akseptor KB berbeda-beda antara KB hormonal,
Nonhormonal, dan Kontrasepsi mantap, berikut adalah penapisan
yang di lakukan untuk akseptor KB:
Tabel 2.3 Penapisan Pada Metode Kontrasepsi Hormonal (Pil, Suntik,
Implant)
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Hari pertama haid terakhir 7 hari atau lebih
2 Menyusui dan kurang dari 6 minggu pasca salin
3 Perdarahan/perdarahan bercak antara haid setelah senggama
4 Ikterus pada kulit atau seklera mata
5 Nyeri kepala hebat atau gangguan visual
6 Nyeri hebat pada betis, paha atau dada, atau tungkai bengkak (oedem)
7 Tekanan darah diatas 160 mmHg (sistolik) atau 90 mmHg (diastolik)
8 Masa atau benjolan pada payudara
9 Sedang minum obat-obatan epilepsi
Tabel 2.4 Penapisan Pada Metode Kontrasepsi AKDR
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
68
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Hari pertama haid terakhir 7 hari atau lebih
2 Klien (atau pasangan) mempunyai seks lain
3 Infeksi menular seksual (IMS)
4 Penyakit radang panggul atau kehamilan ektopik
5 Haid banyak (>1-2 ganti pembalut tiap 4 jam)
6 Haid lama (>8 hari)
7 Dismenorhea yang membutuhkan analgetik dan atau istirahat baring
8 Perdarahan/perdarahan bercak antara haid setelah senggama
9 Gejala penyakit jantung valvuvar atau kongenital
Tabel 2.5 Penapisan Pada Metode Kontrasepsi Tubektomi
No Keadaan Klien Fasilitas Rawat Jalan Fasilitas Rujukan
1 Keadaan umum (anamnesa
dan pemeriksaan fisik)
KU baik, tidak ada tanda
penyakit jantung, paru, ginjal
DM tidak terkontrol,
riwayat gangguan
pembekuan darah, ada
tanda penyakit jantung,
paru atau ginjal
2 Keadaan emosi Tenang Cemas, takut
3 Tekanan darah <160/100 mmHg ≥160/100 mmHg
4 Berat badan 35-83 kg >85 kg, <35 kg
5 Riwayat operasi
abdomen/panggul
Bekas SC (tanpa perlekatan) OP abdomen lainnya,
perlekatan atau terdapat
kelainan pada PX panggul
6 Riwayat radang panggul,
kehamilan ektopik,
apendiksitis
Pemeriksaan dalam batas
normal
Pemeriksaan dalaam ada
kelainan
7 Anamnesa Hb ≥ 8 gr % >8 gr%
Tabel 2.6 Penapisan Pada Metode Kontrasepsi Vasektomi
No Keadaan Klien Fasilitas Rawat Jalan Fasilitas Rujukan
1 Keadaan umum (anamnesa
dan pemeriksaan fisik)
KU baik, tidak ada tanda
penyakit jantung, paru atau
ginjal
DM tidak terkontrol,
riwayat gangguan
pembekuan darah, ada
tanda penyakit jantung,
paru atau ginjal
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
69
2 Keadaan emosi Tenang Cemas, takut
3 Tekanan darah < 160/100 mmHg ≥ 160/100 mmHg
4 Infeksi atau kelainan skrotum
atau inguinal
Normal Tanda-tanda infeksi atau
ada kelainan
5 Anemia Hb ≥ 8 gr% Hb < 8gr%
II. TINJAUAN ASUHAN KEBIDANAN
1. Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode pemberian pelayanan yang utuh dan
menyeluruh dari bidan ke kliennya, yang merupakan suatu proses
manajemen kebidanan yang diselenggarakan untuk memberikan
pelayanan yang berkualitas melalui tahapan dan langkah – langkah yang
disusun secara sistematis untuk mendapatkan data, memberikan
pelayanan yang benar sesuai dengan keputusan klinik yang dilakukan
dengan tepat. Tujuh langkah manajemen kebidanan menurut varney :
Langkah pertama : Pengumpulan data dasar, Melakukan pengkajian
dengan pengumpulan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi
keadaan klien meliputi, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, meninjau
catata terbaru atau catatan sebelumnya, meninjau data laboratorium dan
membandingkannya dengan hasil study.
Langkah kedua : Intepretasi data dasar, menetapkan disgnosis atau
masalah berdasarkan penafsiran data dasar yang telah dikumpulkan.
Langkah ketiga : Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial,
berdasarkan diagnosa mengantisipasi penanganannya atau masalah
yang telah ditetapkan.
Langkah keempat : Identifikasi kebutuhan akan tindakan segera, untuk
melakukan konsultasi kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
berdasarkan kondisi lain.
Langkah kelima : Perencanaan tindakan yang dilakukan, merupakan
kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah
diidentifikasi dan diantisipasi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
70
Langkah keenam : Pelaksanaan, melaksanakan rencana asuhan
komprehensif. Pelaksanaan yang efisien akan berhubungan dengan
waktu dan biaya dapat meningkatkan mutu dan asuhan klien.
Laporan ketujuh : Evaluasi, keefektifkan dan asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan. ( Muslihatun W, 2009; h. 122 -
125 ).
2. Pendokumentasian kebidanan
Metode dalam Pendokumentasian pelayanan kebidanan yang
digunakan antara lain SOAPIER, SOAPIE dan SOAP. Dalam metode
SOAP, S adalah data Subjektif, O adalah data Objektif, A adalah Analisis
/ Assessment, dan P adalah Planning. Merupakan catatan yang bersifat
sederhana, jelas, logis dan singkat. Prinsip dari metode SOAP ini
merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan.
S ( Data Subjektif )
Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Helen Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang
diperoleh dari anamnesis. Data Subjektif ini berhubungan dengan
masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai
kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau
ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis. Data
subyektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun.
O (Data Objektif)
Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut
Helen Varney pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh
dari melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien,
pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan diagnostik lain. Catatan medik
dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data
objektif ini. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta
yang berhubungan dengan diagnosis.
A (Assessment)
Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Analisis / Assessment
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
71
merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen
Varney langkah kedua, ketiga dan keempat sehingga mencakup hal – hal
berikut ini : diagnosis / masalah kebidanan, diagnosis / masalah potensial
serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk
antisipasi diagnosis / masalah potensial dan kebutuhan tindakan segera
harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan, meliputi tindakan mandiri,
tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk klien.
P (Planning)
Planning / perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini
dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil
analisis dan interpretasi data. Planning dalam metode SOAP ini juga
merupakan gambaran pendokumentasian Implementasi dan Evaluasi.
Sehingga P dalam SOAP meliputi pendokumentasian manejemen
kebidanan menurut Helen Varney langkah kelima, keenam dan ketujuh.
Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi
pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya.
Dalam planning juga harus mencantumkan evaluasi yaitu tafsiran
dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai efektivitas asuhan /
hasil pelaksanakan tindakan. Evaluasi berisi analisis hasil yang telah
dicapai dan merupakan fokus ketepatan nilai tindakan / asuhan.
(Muslihatun W, 2009; h. 122 – 125).
3. Landasan Hukum Kewenangan Bidan
Dalam memberikan Asuhan Kebidanan, Bidan sebagai petugas
kesehatan memiliki kewenangan atas tindakan yang dilakukan agar
sesuai dengan kompetensi pada profesi, dengan adanya asuhan
kebidanan komprehensif pada ibu mulai dari kehamilan, persalinan, Bayi
baru lahir, Nifas, dan keluarga berencana dan metode yang akan
digunakan setelah persalinan. Kompetensi yang sesuai dengan asuhan
tersebut menurut keputusan mentri kesehatan Republik Indonesia nomor
369/MENKES/SK/III/2007 adalah :
a. Kompetensi Ke – 1
Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan ketrampilan dari
ilmu – ilmu social, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015
72
dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk
wanita, bayi baru lahir dan keluarganya.
b. Kompetensi Ke – 2
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan
kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh
di masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga
yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua.
c. Kompetensi Ke – 3
Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk
mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi : deteksi
dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu.
d. Kompetensi Ke – 4
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap
terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin
selama persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi
kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita
dan bayinya yang baru lahir.
e. Kompetensi ke- 5
Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang
bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.
f. Kompetensi ke- 6
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif
pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan
g. Kompetensi ke-7
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif
pada bayi dan balita sehat ( 1 bulan- 5 bulan).
h. Kompetensi ke-8
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan komprehensif
pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya
setempat.
i. Kompetensi ke-9
Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita atau ibu dengan
gangguan sistem reproduksi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Fera Nurita Sari, Kebidanan DIII UMP, 2015