48
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang akan dialami oleh semua orang yang diberi umur panjang, dan tidak dapat dihindari oleh siapapun. Proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang dideritanya disebut sebagai menuan = aging (Constantinides, 1994 dalam Darmojo, 2006). Usia lanjut adalah sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008). Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lanjut Usia

1. Definisi

Lanjut usia merupakan kejadian yang akan dialami oleh semua orang yang

diberi umur panjang, dan tidak dapat dihindari oleh siapapun. Proses

menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki

atau mengganti diri serta mempertahankan struktur dan fungsi normalnya

sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki

kerusakan yang dideritanya disebut sebagai menuan = aging (Constantinides,

1994 dalam Darmojo, 2006).

Usia lanjut adalah sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan

manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998

tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah

mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008).

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

12

Batasan umur menurut organisasi kesehatan dunia World Health

Organisation (WHO) dalam Maryam (2008), ada empat tahap lanjutan usia

meliputi :

a. Usia pertengahan (Middle Age) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59

tahun.

b. Lanjut usia (Elderly) yaitu seseorang yang yang berusia antara 60-74

tahun.

c. Lanjut usia tua (Old) yaitu seseorang yang berusia antara 75-90 tahun .

d. Usia sangat tua (Very Old) yatu seseorang yang berusia diatas 90 tahun

Sedangkan batasan lansia menurut Eliopoulus (2010) sebagai berikut.

a. Setengah tua yaitu seseorang yang berusia antara 60 sampai 74 tahun.

b. Tua yaitu seseorang yang berusia antara 75 sampai 100 tahun.

c. Sangat tua yaitu seseorang yang berusia lebih dari 100 tahun.

Pada lansia ada lima klasifikasi, yaitu :

a. Pralansia

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun (Maryam, 2008)

b. Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

c. Lansia resiko tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau seseorang yang berusia 60

tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003)

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

13

d. Lansia potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan yang dapat

menghasilkan barang atau jasa (Depkes RI, 2003). Lansia potensial tidak

tergantung pada umur, karena tidak ada batasan dan kisaran umumnya.

Semua lansia yang memiliki ketrampilan dapat berpotensi menghasilkan

barang dan jasa.

e. Lansia tidak potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung

pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003). Seperti halnya lansia potensial,

lansia tidak potensial juga tidak bergantung pada umur. Diantara mereka

pasti ada yang masih mampu dan tidak mampu mencari nafkah,

ketidakmampuan lansia dalam mencari nafkah bisa disebabkan oleh faktor

fisik dan faktor psikis.

2. Teori Penuaan

Penuaan adalah suatu proses menghilang secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri serta mempertahankan struktur

dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk

infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides, 1994 dalam

Darmojo, 2006). Adapun proses tua ditandai dengan adanya kemunduran

biologis yang terlihat sebagai gejala-gejala kmunduran fisik, antara lain kulit

mulai mengendur, timbul keriput, rambut beruban, gigi mulai ompong,

pendengaran dan penglihatan mulai berkurang, mudah lemah, gerakan menjadi

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

14

lamban dan kurang lincah. Kemunduran lain yang terjadi adalah kemampuan-

kemampuan kognitif seperti suka lupa, kemunduran orientasi terhadap waktu,

ruang, tempat, serta tidak mudah menerima hal atau ide baru.

Hardyminoto (2005) menyatakan teori biologis tentang proses penuaan,

antara lain :

a. Teori Genetika

Teori ini menjelaskan bahwa didalam tubuh terdapat jam biologis

yang mengatur gen dan menentukan jalannya proses penuaan. Teori ini

mengakui adanya mutasi somatik yang mengakibatkan kegagalan

penggandaan DNA.

b. Teori Non Genetik

Teori ini terbagi lagi dalam beberapa teori :

(1) Teori Radikal Bebas

Radikal bebas yang terdapat di lingkungan mangakibatkan terjadinya

perubahan pigmen dan kolagen pada proses penuaan.

(2) Teori Cros Link

Molekul kolagen dan zat kimia mengubah fungsi jaringan dan

mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku pada proses penuaan.

(3) Teori kekebalan (Immunologic Teory)

Perubahan pada jaringan limfoid mengakibatkan tidak adanya

keseimbangan dalam sel T sehingga produksi antibody dan kekebalan

menurun.

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

15

(4) Teori psikologis

Perubahan psikologi yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan

keakuran mental dan keadaan fungsional yang efektif.

3. Perubahan pada lansia

Perubahan yang terjadi pada lansia terdiri dari perubahan fisik,

perubahan mental dan perubahan psikososial.

a. Perubahan fisik

Hutapea (2005) menyatakan perubahan fisik yang dialami oleh lansia

adalah:

(1) Perubahan pada sistem kekebalan atau imunologi yaitu tubuh menjadi

rentan terhadap alergi dan penyakit.

(2) Konsumsi energi turun secara nyata diikuti dengan menurunnya jumlah

energi yang dikeluarkan tubuh.

(3) Air mengalami penurun secara signifikan karena bertambahnya sel- sel

yang mati yang diganti oleh lemak maupun jaringan konektif.

(4) Sistem pencernaan mulai terganggu, gigi mulai tanggal, kemampuan

mencerna makanan serta penyerapan mulai lamban dan kurang efisien,

gerakan peristaltik usus menurun sehingga sering konstipasi.

(5) Perubahan pada sistem metabolik, yang mengakibatkan gangguan

metabolisme glukosa karena sekresi insulin yang menurun. Sekresi

menurun juga karena timbunan lemak.

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

16

(6) Sistem saraf menurun yang menyebabkan munculnya rabun dekat,

kepekaan bau dan rasa berkurang, kepekaan sentuhan berkurang,

pendengaran berkurang, reaksi lambat, fungsi mental menurun, dan

ingatan visual berkurang.

(7) Perubahan pada sistem pernafasan ditandai dengan menurunnya

elastisitas paru-paru yang mempersulit pernafasan sehingga dapat

mengakibatkan munculnya rasa sesak dan tekanan darah meningkat.

(8) Menurunnya elastisitas dan fleksibilitas persendian.

b. Perubahan Mental

Perubahan mental lansia dapat berupa perubahan sikap yang semakin

egosentrik, mudah curiga, dan bertambah pelit atau tamak bila memiliki

sesuatu. Lansia mengharapkan tetap diberi peranan dalam masyarakat.

Sikap umum yang ditemukan pada hamper setiap lansia yaitu keinginan

untuk berumur panjang. Jika meninggal pun, mereka ingin meninggal

secara terhormat dan masuk surga. Faktor yang mempengaruhi perubahan

mental yaitu 13 perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan,

keturunan dan lingkungan (Nugroho, 2008).

c. Perubahan Psikososial

Nilai seseorang sering diukur melalui produktivitasnya dikaitkan dengan

peranan dalam pekerjaan. Bila mengalami pensiun, seseorang akan

mengalami kehilangan, yaitu kehilangan finansial, kehilangan status,

kehilangan teman dan kehilangan pekerjaan (Nugroho, 2008).

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

17

B. Tidur

1. Definisi

Seperti yang telah diketahui, tidur merupakan proses fisiologis yang

amat penting untuk manusia dan merupakan kebutuhan yang mesti dipenuhi

oleh manusia (Burton, 2007). Tidur suatu keadaan dimana ketidaksadaran

natural, ketika aktivitas otak tidak terlihat (selain daripada pertahanan fungsi

tubuh dasar yang berlanjutan, contohnya pernafasan) tetapi bisa dideteksi

dengan penggunaan elektroensefalogram (EEG).

Tidur merupakan kebutuhan dasar yang mutlak harus dipenuhi oleh

semua orang. Dengan tidur yang cukup, tubuh baru dapat berfungsi secara

optimal. (Mubarak, 2007).

2. Pradiasti, M.R. (2012) menyatakan faktor yang mempengaruhi tidur meliputi:

a. Penyakit

Sakit dapat mempengruhi kebutuhan tidur seseorang. Banyak penyakit

yang memperbesar kebutuhan tidur, misalnya: penyakit yang disebabkan

oleh infeksi (infeksi limfe) akan memerlukan lebih banyak waktu tidur

untuk mengatasi keletihan. Banyak juga keadaan sakit yang menjadikan

pasien kurang tidur, bahkan tidak bisa tidur.

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

18

b. Latihan dan kelelahan

Keletihan akibat aktifitas yang tinggi dapat memerlukan lebih banyak

tidur untuk menjaga keseimbangan energy yang telah dikeluarkan. Hal ini

terlihat pada seseorang yag telah melakukan aktifitas dan mencapai

kelelahan maka, orang tersebut akan lebih cepat untuk dapat tidur.

c. Stress psikologis

Kondisi psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan jiwa.

Hal tersebut terlihat ketika seseorang yang memiliki masalah psikologis

mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk tidur.

d. Obat

Obat juga dapat mempengaruhi proses tidur, beberapa jenis obat yang

dapat mempengaruhi proses tidur adalah jenis golongan obat diuretic

(banyak kencing) menyebabkan seseorang menjadi insomnia, anti

depresan dapat menekan REM, kafein dapat meningkatkan saraf simpatis

yang menyebabkan kesulitan untuk tidur.

e. Nutrisi

Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses

tidur. Protein yang tinggi dapat mempercepat proses tidur, karna adanya

tryptophan yang merupakan asam amino dari protein yang dicerna.

Demikian juga sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang juga dapat

mempengaruhi proses tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur.

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

19

f. Lingkungan

Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang juga dapat

mempercepat terjadinya proses tidur, begitu juga sebaliknya apabila

kaadaan lingkungan tidak aman dan nyaman akan mempersulit terjadinya

tidur.

g. Motivasi

Merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur, yang

dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya keinginan untuk

menahan tidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses tidur.

h. Gaya hidup

Seseorang yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitas agar

bisa tidur pada waktu yang tepat.

3. Fisiologi tidur

Fisiologi tidur dapat diterangakan melalui gambaran aktifitaas sel-sel

otak selama tidur. Aktifitas tersebut dapat direkam melalui gelombang otak

pada elektroensefalogram (EEG), gerakan mata dan gerakan otot pencatatan

variabel tersebut dikenal sebagai polisomnografi, pada EEG dapat

tergambarkan fase yang terjadi pada proses tidur. Polisomnografi merupakan

alat yang dapat mendeteksi aktivitas otak selama tidur.

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

20

Tidur terbagi menjadi 2 tipe, yaitu Tipe Non Rapid Eye Movement

(NREM) dan Tipe Rapid Eye Movement (REM). Tidur REM disebut juga

tidur D atau bermimpi karna dihubungkan dengan mimpi atau dengan tidur

paradox karna EEG aktif selama fase ini. Tidur NREM disebut juga tidur

ortodoks atau tidur gelombang lamabat tidur atau tidur S. Fase awal tidur

didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 staduim, lalu diikuti oleh fase

REM. Kebutuhan tidur akan berkurang dari usia bayi sampai usia lanjut. Bayi

baru lahir total tidur 16-20 jam/hari, anak-anak 10-12 jam/hari, kemudian

menurun 9-10 jam perhari pada umur diatas 10 tahun dan kira-kira 7-8

jam/hari pada orang dewasa, pada umur 40-60 tahun 7 jam/hari, pada umur 60

tahun keatas 6 jam/hari. Tipe NREM dibagi dalam 4 stadium yaitu:

a. Tidur Stadium Satu

Fase ini merupakan antara fase terjaga dan fase awal tidur. Fase ini

didapatkan kelopak mata tertutup, tonus otot berkurang dan tampak

gerakan bola mata ke kanan dan ke kiri. Fase ini hanya berlangsung 3-5

menit dan mudah sekali di bangunkan.

b. Tidur Stadium Dua

Pada fase ini didapatkan bola mata berhenti bergerak, tonus otot masih

berkurang, tidur lebih dalam dari fase pertama.

d. Tidur Stadium Tiga

Fase ini tidur lebih dalam dari fase sebelumnya, tonus otot meningkat tetapi

tidak ada gerakan bola mata.

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

21

e. Tidur Stadium Empat

Merupakan tidur yang dalam serta sukar dibangunkan, fase tidur NREM

biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit, setelah itu akan

masuk ke fase REM. Pada awal REM pertama, prosesnya berlangsung

lebih cepat dan panjang saat menjelang pagi atau bangun. Pola tidur REM

ditandai adanya gerakan bola mata yang cepat, tonus otot yang sangat

rendah, denyut nadi bertambah, tonus otot menunjukan relaksasi yang

dalam (Japardi, 2002).

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

22

4. Fisiologi tidur pada lansia menurut Eliopoulos (2010) dapat dilihat pada

Tabel 1.1.

Table 1.1. Fisiologis tidur pada lansia

Tahapan Karakteristik Perbedaan pada dewasa tua

NREM: I

II

III

IV

REM

(TahapV)

Lansia mulai mengantuk dapat

dengan mudah terbangun jika

tidak terganggu, akan mencapai

tahap berikutnya dalam

beberapa menit.

Tahapan yang paling dalam

mencapai relaksasi pada

seseorang, kelopak mata

tertutup, dan dapat dengan

mudah terbangun .

Awal fase tidur nyenyak, suhu

dan denyut jantung bearkurang,

otot-otot rileks, lebih sulit untuk

dibangunkan.

Dalam tidur dan relaksasi

semua fungsi tubuh berkurang,

tahap tidur IV tidak cukup

stimulus, dapat

menyebabkan disfungsi

emosional.

Gerakan yang cepat, terjadi

peningkatan tanda-tanda vital

(kadang-kadang tidak teratur),

akan masuk tidur REM kira-

kira sekali setiap 90 menit tidur

stadium IV, tidak cukup tidur

REM, dapat menyebabkan

disfungsi emosional, termasuk

psikosis.

Lansia lebih banyak menghabiskan

waktu ditahap ini, kemungkinan besar

karna lansia saring terbangun;

peningkatan jumlah aroulsal dan

pergeseran kedalam tidur non REM.

Tidak ada perubahan signifikan pada

lansia pada tahapan yang paling dalam

mencapai relaksasi.

Lansia akan mengalami penurunan pada

fase tidur nyenyak dengan denyut

jantung berkurang, dan otot rileks sulit

dibangunkan.

Mungkin lenyap sama sekali pada usia

yang sangat tua.

Lansia mengalami penurunan karena

jumlah mengurangi waktu tidur pada

umumnya.

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

23

C. Gangguan Tidur

(1) Definisi

Insomnia merupakan gangguan tidur utama dalam memulai dan

mempertahankan tidur di kalangan lansia, sehingga insomnia didefinisikan

sebagai keluhan tentang kurangnya kualitas tidur yang disebabkan dari

sulitnya memasuki tidur, sering terbangun malam hari kemudian sulitan untuk

kembali tidur, bangun terlalu pagi, dan tidur yang tidak nyenyak (Joewana,

2005).

Insomnia adalah ketidakmampuan memperoleh secara cukup kualitas

dan kuantitas tidur. Ada 3 macam insomnia yaitu initial insomnia, intermitten

insomnia, terminal insomnia (Tarwoto & Wartonah, 2006) .

Insomnia diklasifikasikan menjadi beberapa tipe menurut Joewana

(2005), antara lain:

a. Tidak dapat atau sulit tertidur (insomnia initial).

insomnia initial sering ditemui pada ansietas pasien muda, berlangsung

dalam waktu 1-3 jam dan kemudian karena kelelahan, pasien tertidur

juga.

b. Terbangun tengah malam beberapa kali (insomnia i n t e r mi t t en ) .

insomnia intermitten yaitu Pasien dapat tertidur dengan mudah tetapi

setelah 2-3 jam tidur pasien terbangun lagi, dan terulang beberapa kali

dalam satu malam.

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

24

c. Terbangun pada waktu pagi yang sangat dini (insomnia terminal).

insomnia terminal yaitu pasien dapat tidur dengan mudah dan cukup

nyenyak, tetapi pagi buta pasien sudah terbangun lalu tidak dapat tidur

lagi keadaan ini sering dijumpai pada keadaan depresi.

Berdasarkan waktu terjadinya, insomnia dibagi menjadi 4 tipe

(Turana, 2007). Antara lain :

a. Transient insomnia: insomnia yang berlangsung kurang dari 3 minggu dan

biasanya berhubungan dengan kejadian-kejadian tertentu yang

berlangsung sementara dan biasanya menimbulkan stress dan dapat

dikenali dengan mudah oleh pasien sendiri. Adapun faktor yang memicu

antara lain akibat lingkungan tidur yang berbeda, gangguan irama

sirkadian sementara akibat rotasi waktu kerja, stress situasional akibat

lingkungan kerja baru, dan lain-lainnya. Transient insomnia biasanya tidak

memerlukan terapai khusus dan jarang membawanya pasien ke dokter.

b. Short-term insomnia: berlangsung 1-6 bulan dan biasanya disebabkan oleh

kejadian-kejadian stress yang lebih persisten, seperti kematian salah satu

anggota keluarga.

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

25

c. Recurrent insomnia: kondisi ini lebih jarang dari pada transient insomnia.

Kondisi ini terjadi akibat ketidakseimbangan antara tidur dan bangun.

Ketidakseimbangan ini dapat terjadi sementara ataupun seumur hidup.

Kejadian berulang ini bisa terjadi akibat perubahan fisiologi seperti

sirkulasi premenstrual ataupun perubahan psikologik seperti depresi,

kambuhnaya perubahan perilaku tertentu seperti kecanduan obat, dan lain

sebagainya.

d. Persistent insomnia: berlangsung lebih dari 6 bulan

(2) Jenis gangguan tidur, Stanley (2007) :

(a) Insomnia jangka pendek

Berakhir beberapa minggu dan muncul lagi akibat pengalaman

stress yang bersifat sementara seperti kehilangan orang yang

dicintai, tekanan di tempat kerja, atau takut kehilangan pekerjaan.

(b) Insomnia sementara

Gelisah yang tidak sering terjadi yang disebabkan oleh perubahan-

perubahan lingkungan seperti jet lag, konstruksi bangunan yang

bising atau pengalaman yang menimbulkan ansietas.

(c) Insomnia kronis

Berlangsung selama 3 minggu atau seumur hidup. Kondisi ini

dapat disebabkan oleh kebiasaan tidur yang buruk, masalah

psikologis, penggunaan obat tidur berlebihan, gangguan jadwal

tidur bangun, dan masalah kesehatan lainnya.

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

26

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi insomnia

Joewana (2005) menyatakan tidak semua insomnia didasari oleh

adanya suatu kondisi psikopatologik, insomnia dapat pula disebabkan

oleh beberapa hal berikut:

(a) Suara atau bunyi.

Biasanya orang dapat menyesuaikan dengan suara atau bunyi

sehingga tidak mengganggu tidurnya. Hal terpenting bukan

intensitasnya tetapi makna dan suara itu. Misalnya seseorang yang

takut diserang atau dirampok, pada malam hari ia terbangun

berkali-kali hanya karena suara yang halus sekalipun.

(b) Suhu udara.

Kebanyakan orang akan berusaha tidur pada suhu udara yang

menyenagkan bagi dirinya, akan tetapi bila suhu udara rendah

mereka memakai selimut, bila suhu udara tinggi mereka memakai

pakaian tipis, insomnia ini sering dijumpai di daerah tropis.

(c) Tinggi tekanan udara.

Insomnia merupakan gejala yang sering dijumpai pada pendaki

gunug yang lebih dari 3500 meter diatas permukaan laut, hipoksia

dapat mempengaruhi sleep promoling system secara langsung.

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

27

(d) Penggunaan bahan-bahan stimulant susunan saraf pusat.

Bahan-bahan seperti kopi yang mengandung kafein, tembakau

yang mengandung nikotin dan obat pengurus badan yang

mengandung amfetamin atau yang sejenisnya dapat menimbulkan

Insomnia.

(e) Penyakit jasmani tertentu.

Penyakit yang dimaksud antara lain tumor otak, demam,

kehamilan normal trimester ketiga, diabetes militus, penyakit

jantung koroner.

(f) Penyakit psikiatrik.

Penyakit psikiatrik biasanya ditandai dengan adanya insomnia

seperti pada gangguan afektif, gangguan keperibadia dan gangguan

stress pasien trauma.

4. Faktor resiko insomnia.

Turana, (2007) menyatakan beberapa faktor resiko yang dapat

menimbulkan insomnia Antara lain:

a. Emosi.

Transient dan recurrent insomnia biasanya disebabkan oleh gangguan

emosi. Memendam kemarahan, cemas, atau pun depresi bisa

menyebabkan insomnia.

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

28

b. Kebiasaan.

Insomnia disebabkan oleh kebiasaan buruk seperti Penggunaan kafein

berlebih, alkohol yang berlebihan, tidur yang berlebihan, merokok

sebelum tidur dan stress kronik. Faktor lingkungan seperti bising, suhu

yang ekstrim, dan perubahan lingkungan bisa menyebabkan transient dan

recurrent insomnia.

c. Jenis kelamin.

Insomnia lebih banyak menyerang wanita dibanding pria dengan

presentase (20-50% wanita lebih tinggi dari pada pria). Wanita lebih

sering menderita insomnia karna siklus menstruasinya. 50% wanita

dilaporkan menderita kembung yang menggangu tidurnya 2-3 hari disetiap

siklusnya. Peningkatan kadar progesterone menyebabkan rasa lelah pada

awal siklus.

d. Insomnia disebabkan penyakit kronis yang menimbulkan nyeri (misalnya

arthritis), terbatas pergerakan, kesulitan bernafas.

5. Pradiasti, M.R. (2012) menyatakan penyebab insomnia pada lansia, yaitu:

a. Kurangnya kegiatan fisik dan mental sepanjang hari sehingga mereka

masih semangat sepanjang malam,

b. Tertidur sebentar-sebentar sepanjang hari,

c. Gangguan cemas dan depresi,

d. Tempat tidur dan suasana kamar kurang nyaman,

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

29

e. Sering berkemih pada waktu malam karena banyak minum pada malam

hari,

f. Infeksi saluran kemih.

6. Pradiasti, M.R. (2012) menyatakan dampak insomnia, yaitu:

a. Gangguan antesi, memori, mood depresi,

b. Sering terjatuh,

c. Penurunan kualita hidup,

d. Tubuh letih, dan lesu pada saat bangun,

e. Cepat marah, sulit bergaul.

7. Pradiasti, M.R. (2012) menyatakan cara mengatasi insomnia, yaitu :

a. Melakukan pijatan.

Pijatan dapat melakukan masalah dengan gangguan tidur, karna pijatan

punggung dengan usapan yang perlahan (slow stroke back massage)

usapan dengan lotion/balsam memberikan sensasi hangat dengan

mengakibatkan dilatasi pada pembulu darah lokal.

b. Melakukan olah raga secara teratur.

Olah raga teratur dapat membantu masalah dengan tidur, karena sirkulasi

darah dan kerja organ tubuh akan menjadi lebih baik. Olah raga yang

cukup (tidak berlebihan) akan menyebabkan tubuh terutama otak akan

menjadi rileks dan segar. Namun hindari olah raga waktu tidur.

c. Menghindari mengkonsumsi kafein.

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

30

d. Mandi dalam air hangat sebelum tidur.

e. Menghindari alkohol dan obat-obatan.

8. Skala Insomnia

Untuk mengukur derajat insomnia digunakan kuesioner Kelompok

Studi Psikiatri Biologi Jakarta- Insomnia Rating Scala (KSPBJ-IRS). KSPBJ-

IRS digunakan untuk Croos – Check Insomnia pada lansia. Skala ini terdiri

dari 11 butir pertanyaan, adapun cara pengisiannya dengan cara memberi

tanda Contreng ( ) dari masing-masing pertanyaan yang memiliki skor 1

sampai 4. Berikut dari masing-masing skor:

1= tidak ada keluhan insomnia

2= insomnia ringan

3= insomnia sedang

4= insomnia sangat berat

Keterangan jumlah skor

Skor 1: 11-19 = tidak ada keluhan insomnia

Skor 2: 20-27 = insomnia ringan

Skor 3: 28-36 = insomnia sedang

Skor 4: 37-44 = insomnia sangat berat

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

31

D. Nyeri

1. Pengertian

Nyeri merupakan suatu mekanisme proteksi bagi tubuh, timbul ketika

jaringan sedang rusak, dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk

menghilangkan rasa nyeri (Prasetyo, 2010 dalam Andarmoyo, S, 2013).

Nyeri yaitu suatu pengalaman yang tidak menyenangkan, baik sensori

maupun emosional yang berhubungan dengan risiko atau aktualnya kerusakan

jaringan tubuh (Tournaire & Theau-Yonneau, 2007 dalam Judha dkk, 2012).

2. Fisiologi nyeri

Menurut Potter & Perry (2006), munculnya nyeri berkaitan dengan

reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah

nociceptor, nociceptor merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang

memiliki sedikit mielin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya visera,

persendian, dinding arteri, hati, dan kantong empedu.

Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi atau

rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa kimiawi, termal, listrik atau

mekanis. Selanjutnya, stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut

ditransmisikan berupa implus-implus nyeri ke sumsum tulang belakang oleh

dua jenis tersebut, yaitu serabut A (delta) yang bermielin rapat dan serabut

lamban (serabut C).

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

32

Impuls-impuls yang ditransmisikan oleh serabut delta A mempunyai

sifat inhibitor yang ditransmisikan ke serabut C, serabut-serabut aferen masuk

ke spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta sinaps pada dorsal horn

Dorsal horn terdiri dari beberapa lapisan atau lamina yang saling berikatan.

lapisan dua dan tiga diantaranya membentuk substantia gelatinosa yang

merupakan saluran utama implus.

Kemudian, impuls nyeri menyeberangi sumsum tulang belakang pada

interneuron dan bersambung ke jalur spinal asendens yang paling utama, yaitu

jalur spinothalamic tract (STT) atau jalur 19 spinothalamus dan spinoreticular

tract (SRT) yang membawa informasi mengenai sifat dan lokasi nyeri. Proses

transmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya nyeri, yaitu jalur opiate dan

jalur nonopiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuan reseptor pada otak yang

terdiri atas jalur spinal desendens dari talamus, yang melalui otak tengah dan

medula, ke tanduk dorsal sumsum tulang belakang yang berkonduksi dengan

nociceptor impuls supresif.

Serotonin merupakan neurotransmiter dalam impuls supresif. Sistem

supresif lebih mengaktifkan stimulasi nociceptor yang ditansmisikan oleh

serabut A. Jalur non-opiate merupakan jalur desenden yang tidak memberikan

respons terhadap naloxone yang kurang diketahui mekanismenya.

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

33

3. Klasifikasi

Menurut Smeltzer & bare, 2002 dalam Andarmoyo, S, 2013 nyeri

diklasifikasikan menjadi 2 berdasarkan durasinya, yaitu:

a. Nyeri akut

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau

intervensi bedah dan memiliki awitan yang cepat, dengan intensitas yang

bervariasi (ringan sampai berat) dan berlangsung untuk waktu yang singkat

yaitu dari beberapa detik hingga enam bulan.

b. Nyeri kronis

Nyeri kronis adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang

suatu periode waktu. Nyeri kronis sering didefinisikan sebagai nyeri yang

berlangsung selama enam bulan atau lebih.

4. Prasetyo, 2010 dalam Andarmoyo, S, 2013 mengemukakan faktor-faktor yang

mempengaruhi nyeri antara lain:

a. Usia.

Usia merupakan variabel penting dalam mempengaruhi nyeri khususnya

pada anak-anak dan lansia.

b. Jenis kelamin.

Secaara umum, laki-laki dan perempuan tidak berbeda secara bermakna

dalam berespons terhadap nyeri. Diragukan apakah hanya jenis kelamin

saja yang merupakan suatu faktor dalam pengekspresian nyeri (Gil, 1990

dalam Perry & Potter, 2006).

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

34

c. Kebudayaan.

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi

nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima

oleh kebudayaan mereka (Perry & Potter, 2006).

d. Makna nyeri.

Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman

nyerinya dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. (Perry & Potter,

2006) .

e. Perhatian.

Tingkat seseorang pasien memfokuskan perhatianya pada nyeri dapat

mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan

dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan

dengan respon nyeri yang menurun. (Gill, 1990 dalam Potter & Perry,

2006).

f. Keletihan

Keletihan atau kelelahan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan

persepsi nyeri. Rasa kelelahan akan menyebabkan sensasi nyeri semakain

intensif dan menurunkan kemampuan koping. Apabila keletihan disertai

kesulitan tidur, persepsi nyeri bahkan dapat terasa lebih berat lagi. Nyeri

sering kali lebih berkurang setelah individu mengalami suatu periode tidur

yang lelap (Potter & Perry, 2006).

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

35

g. Pengalaman sebelumnya.

Apabila individu sejak lama sering serangkaian episode nyeri tanpa pernah

sembuh atau menderita nyeri yang berat maka ansietas atau bahkan rasa

takut dapat muncul. Sebaliknya, apabila individu mengalami nyeri dengan

jenis yang sama berulang-ulang, tetapi kemudian nyeri tersebut dengan

hasil dihilangkan, akan lebih mudah bagi individu tersebut untuk

menginterprestasikan sensasi nyeri akibatnya, klien akan lebih siap untuk

melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menghilangkan nyeri

(Potter & Perry, 2005)

h. Gaya koping.

Pengalaman nyeri seseorang bisa tidak berarti. Seringkali pasien merasa

kehilangan kontrol dari kemampuan untuk mengontrol lingkungan, Coping

style sering akan mempengaruhi banyaknya nyeri yang diterima. Seseorang

yang bersikap introvert dia akan memiliki control diri yang lebih baik

terhadap lingkungannya dibandingkan dengan oaring yang memiliki sikap

extrovert terhadap nyeri yang dirasakan. Pasien yang memiliki

ketergantungan minimal terhadap penggunaan analgesin akan mempunyai

kontrol yang lebih baik dari pada pasien dengan ketergantungan tinggi

(Perry & Potter, 2006).

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

36

i. Dukungan keluarga dan sosial.

Faktor lain yang berpengaruh cukup signifikan dalam merespon nyeri

adalah kehadiran dan dorongan dari orang lain. Seseorang dengan

kelompok social budaya yang berbeda berharap dapat menyampaikan

keluhan nyerinya sesuai dengan keinginannya. Orang yang mengalami

nyeri seringkali memiliki ketergantungan terhadap anggota keluarganya

untuk memberikan dukungan, bantuan atau pencegahan terhadap nyeri

yang dirasakan. Ketidak hadiran keluarga dan teman dekat seringkali akan

membuat nyeri yang dialami semakin meningkat (Perry & Potter, 2006).

5. Skala intensitas nyeri.

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang

dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan

individu dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat

berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan

objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh

terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan tehnik juga tidak

memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri.

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

37

Intensitas nyeri bisa diukur dengan menggunakan alat yang berupa

Verbal Descriptor Scale (VDS), Numerik Rating Scale (NRS) dan Visual

Analog Scale (VDS).

a. Verbal Descriptor Scale (VDS)

Skala pendeskripsi verbal atau Verbal Descriptor Scale (VDS)

Merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata

pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang garis.

Pendeskripsian ini dirangking dari “tidak tersa nyeri” sampai “nyeri tidak

tertahan”. Perawat menunjukan skala tersebut dan meminta klien untuk

memilih intensitas nyeri terbaru yang di rasakan. Perawat juga menanyakan

kepada klien seberapa jauh nyeri paling menyakitkan dan seberapa jauh

nyeri terasa paling tidak menyakitkan. VDS memungkinkan klien akan

memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan sebuah nyeri yang

dirasakan oleh klien.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak nyeri nyeri ringan nyeri sedang nyeri berat nyeri tidak

terkontrol

Gambar 2.1 Verbal Descriptor Scale (VDS)

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

38

b. Numerik Rating Scale (NRS)

Skala penilaian numerik atau Numerik Rating Scale (NRS) lebih digunakan

sebagai alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan

menggunakan 0-10.

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gambar 2.2 Numerik Rating Scale (NRS)

c. Visual Analog Scale (VAS)

Skala analog visual atau Visual Analog Scalae (VAS) tidak melebel

subdivisi. VAS adalah suatu garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri

terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini

memberikan kebebasan penuh kepada klien untuk mengidentifikasi

keparahan nyeri.VAS dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri yang

lebih sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian

dari pada dipaksa memilih satu kata atau satu kata (Potter & Perry, 2006).

Tidak nyeri nyeri sanagt hebat

Gambar 2.3 Visual Analog Scale (VAS).

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

39

6. Mekanisme Penurunan Nyeri.

Mekanisme penurunan nyeri ini dapat dijelaskan dengan teori gate control

yaitu intensitas nyeri diturunkan dengan memblok transmisi nyeri pada

gerbang (gate) dan teori Endorphin yaitu menurunnya intensitas nyeri

dipengaruhi oleh meningkatnya kadar endorphin dalam tubuh. Dengan

pemberian terapi back massage dapat merangsang serabut A beta yang banyak

terdapat di kulit dan berespon terhadap masase ringan pada kulit sehingga

impuls dihantarkan lebih cepat. Pemberian stimulasi ini membuat masukan

impuls dominan berasal dari serabut A beta sehingga pintu gerbang menutup

dan impuls nyeri tidak dapat diteruskan ke korteks serebral untuk

diinterpretasikan sebagai nyeri (Guyton & Hall, 2007).

E. Tulang Belakang

1. Pengertian

Tulang belakang (columna vertebralis) merupakan pilar yang kuat,

melengkung dan dapat bergerak yang menopang tengkorak, dinding dada, dan

ekstremitas atas, menyalurkan berat badan ke ekstermitas bawah, dan

melindungi medulla spinalis (Gibson, 2002 dalam Baida, 2012).

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

40

2. Anatomi dan fisiologi tulang belakang.

Vertebrae, discus interverralia, ligamen antara spina, spinal cord, saraf,

otot punggung, organ-organ dalam di sekitar pelvis, abdomen dan kulit yang

menutupi daerah punggung ini semua merupakan struktur utama dari tulang

punggung.

Unit struktural tulang belakang lumbal dalam berbagai sikap tubuh dan

gerakan dapat ditinjau dari sudut mekanika. Tulang belakang lumbal yang

menopang badan dapat dipelajari dengan diskus intervertebralis antara L-5

sampai S-1 atau L-4 dan L-5 sebagai titik tumpuan. Bila mengangkat beban

berat, tangan, lengan dan badan dapat dianggap sebagai lengan beban

posterior pendek, yang bergerak dari pusat diskus intervertebralis sampai

prosessus spinosus belakang (Gibson, 2003 dalam Baida, 2012).

Tulang belakang terdiri dari 33 ruas yang merupakan satu kesatuan

fungsi dan bekerja sama melakukan tugas seperti;

a. Memperhatikan posisi tubuh gerak.

b. Menyangga berat badan.

c. Fungsi pergerakan tubuh.

d. Pelindung jaringan tubuh.

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

41

Tulang belakang pada saat berdiri mempunyai fungsi sebagai

penyangga badan, sedangkan pada saat jongkong atau memutar, tulang

belakang berfungsi sebagai penyokong pergerakan tersebut. Struktur dan

peranan yang komplek pada tulang belakang inilah yang seringkali

menyebabkan masalah (Cock, 2008).

Tulang belakang tersusun dari beberapa tulang, antara lain sebagai

berikut:

a. Tulang leher (servikal)

Atlas disebut ruas pertama tulang leher, sedangkan ruas kedua disebut

tulang pemutar. Tulang leher terdiri atas 7 buah tulang yang bertugas

menopang kepala, leher, dan menggerakkan kepala untuk menunduk serta

menengadah kesamping kiri dan kanan.

b. Tulang punggung (dorsalis)

Tulang punggung memiliki 12 buah tulang yang bersifat agak kaku sebab

tulang-tulang dibagian ini hampir semuanya dipersatukan oleh tulang

rusuk.

c. Tulang pinggang (lumbal)

Ada 5 buah tulang yang menyusun tulang pinggang pada daerah ini,

biasanya sering terjadi gangguan, misalnya nyeri atau pegal linu.

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

42

d. Tulang sacral

Penyusun tulang ini adalah tulang kelangkang yang berjumlah 5 buah dan

tulang ekor yang berjumlah 4 buah. Tulang-tulang ini membentuk sebagai

tulang pinggul.

Gambar 2.4 Tulang Belakang

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

43

F. Nyeri Tulang Belakang

1. Pengertian

Low back pain (LBP) adalah nyeri di daerah punggung antara sudut

bawah kosta (tulang rusuk) sampai lumbosakral (sekitar tulang ekor). Nyeri

juga bisa menjalar ke daerah lain seperti punggung bagian atas dan pangkal

paha (Rakel, 2002). LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu

dari gangguan musculoskeletal, gangguan psikologis dan akibat dari

mobilisasi yang salah dan dapat menimbulkan rasa pegal, linu, ngilu atau

tidak enak pada daerah lumbal berikut sakrum (Idyan, 2007 dalam Baida,

2012).

low back pain adalah nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah,

juga merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikal atau keduanya. Nyeri ini

terasa diantara sudut iga terbawah dan lipat bokong bawah yaitu di daerah

lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran nyeri kearah

tukai dan kaki. Nyeri yang berasal dari daerah punggung bawah dapat dirujuk

ke daerah lain atau sebaliknya nyeri yang dari daerah lain dirasakan di daerah

punggung bawah (Mahadewa & Sri, 2009).

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

44

2. Klasifikasi

Bimariotejo (2009) menyatakan perjalanan kliniknya LBP terbagi

menjadi dua jenis, yaitu:

a. Acute Low Back Pain

Acute low back pain ditandai dengan rasa nyeri yang menyerang secara

tiba-tiba dan rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari

sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute

low back pain dapat disebabkan karena luka traumatik seperti kecelakaan

mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian

tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen

dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah

lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini

penatalaksanan awal nyeri pinggang akut terfokus pada istirahat dan

pemakaian analgesik.

b. Chronic Low Back Pain

Rasa nyeri pada chronic low back pain bisa menyerang lebih dari 3 bulan.

Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini

biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang

lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena osteoarthritis,

rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan tumor.

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

45

3. Tanda dan Gejala

Black & Jacob (2005) menyatakan berdasarkan pemeriksaan low back

pain dapat dikategorikan menjadi 3 kelompok, yaitu:

a. Simple back pain (LBP sederhana) dengan karakteristik sebagai berikut:

(1) Nyeri yang terasa pada daerah lumbal atau lumbosakral tanpa

penjalaran atau keterlibatan neurologis.

(2) Nyeri mekanik merupakan derajat nyeri yang bervariasi setiap waktu

dan tergantung dari aktifitas fisik.

(3) Kondisi sederhana pasien secara umum adalah baik.

b. Low back pain dengan keterlibatan neurologis, dibuktikan dengan adanya

satu atau lebih tanda dan gejala yang mengidikasikan adanya keterlibatan

neurologis.

(1) Gejala: nyeri yang menyerang kearea lutut, tukai, kaki ataupun

adanya rasa baal didaerah nyeri

(2) Tanda: terdapat tanda seperti iritasi radikular, gangguan motorik

maupun sensorik atau reflex.

c. Red flag LBP dengan kecurigaan mengenai adanya cedera atau kondisi

patologis yang berat pada spinal. Karakteristik umum:

(1) Trauma fisik berat seperti jatuh dari ketinggian atau kecelakaan

kendaraan motor.

(2) Nyeri non mekanik yang konstan dan progresif.

(3) Ditemukan nyeri abdominal atau torakal.

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

46

(4) Nyeri hebat pada malam hari yang tidak membaik dengan posisi

terlentang.

(5) Riwayat atau ada kecurigaan kanker, HIV atau keadaan patologis

lainnya yang dapat menyebarkan kanker.

(6) Penggunaan kortikosterid jangka panjang.

(7) Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya, menggigil dan

demam.

(8) Fleksi lumbal sangat terbatas dan persisten.

(9) Saddle anesthesia atau adanya inkontinensia urin.

4. Patofisiologi

Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibelitas,

sementara disisi lain tetap dapat memberiakn perlindungan yang maksimal

terhadap sumsum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang akan

menyerap goncangan vertical pada saat berlari atau melompat. Batang tubuh

membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan toraks

sangat penting pada aktivitas menggangkat ini. Menggangkat beban berat

pada posisi membungkuk menyamping menyebabkan otot tidak mampu

mempertahankan posisi tulang belakang thorakal dan lumbal, sehingga pada

saat sendi faset (facet join) lepas dan disertai tarikan dari samping, terjadi

gesekan pada kedua permukaan facet sendi menyebabkan ketegangan otot

didaerah tersebut yang akhirnya menimbulkan keterbatasan gesekan pada

tulang belakang. Obesitas, masalah postur, masalah struktur dan pergerakan

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

47

berlebih dapat menyebabkan tulang dapat berkaitan nyeri punggung

(Dewanto, dkk., 2009).

Diskus intervensi akan mengalami perubahan sifat ketika usia

bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartogo

denagn matriks gelatinus. Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita

stress mekanis paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan

faset dapat mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari

kanalis spinalis, yang menyebabkan nyeri menyebar sepanjang saraf tersebut.

Sekitar 12% orang dengan nyeri punggung bawah yang menderita Hernia

Nukleus Pulposus (HNP) (Dewanto, dkk., 2009).

5. Faktor Risiko

Faktor resiko nyeri pinggang meliputi usia, jenis kelamin, berat badan,

etnis, merokok, pekerjaan, paparan getaran, angkat beban yang berat yang

berulang-ulang, membungkuk, duduk lama, geometri kanal lumbal spinal dan

Universitas Sumatera Utara faktor psikososial (Bimariotejo, 2009).

Faktor resiko yang positif untuk low back pain adalah usia atau

bertambahnya usia, kebugaran yang buruk, kondisi kesehatan yang jelek,

masalah psikologik dan psikososial, merokok, kecanduan obat, nyeri kepala,

skoliosis mayor (kurva lenih dari 80%) serta faktor fisik yang berhubungan

dengan pekerjaan seperti duduk dan mengemudi, mengemudi truk, duduk atau

berdiri jam-jam (posisi tubuh kerja yang statistic), getaran, mengangkat,

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

48

membawa beban, menarik beban, membungkuk dan memutar

(Mahadewa & Sri, 2009).

Irwanashari (2010) menyatakan faktor resiko low back pain bervariasi

diantaranya:

a. Faktor fisiologi

(1) Umur.

Pada usia 30 tahun seseorag akan mengalami degenerasi pada

tulangnya yang berupa kerusakan jaringan, pergantian jaringan parut,

pengurangan cairan. Hal tersebut menyebabkan stailitas pada tulang

dan otot menjadi berkuarang.

(2) Jenis kelamin.

Jenis kelamin seseorang sangat mempengaruhi tingkat resiko

keluhan low back pain. Hal ini terjadi karena secara fisiologis

kemampuan otot wanita lebih rendah dari pada pria. Beberapa peneliti

menunjukan prevalensi beberapa kasus musculoskeletal disorders

lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada wanita (Tarwaka, dkk,

2004).

(3) Obesitas.

Obesitas adalah terjadinya penimbunan lemak berlebih dari

jaringan lemak tubuh. Kondisi ini disebabkan oleh ketidakseimbangan

antara konsumsi kalori dengan kebutuhan energi, dimana konsumsi

terlalu berlebihan dibandingkan dengan keluhan kelebihan tersebut

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

49

disimpan dalam jaringan lemak. Seseorang dikatakan obesitas apabila

mempunyai berat badan lebih dari 20% berat badan ideal. Berat badan

yang berlebihan menyebabkan tonus otot abdomen lemah, sehingga

pusat gravitasi seseorang akan terdorong ke depan dan menyebabkan

lordosis, akan bertambah yang kemudian menimbulkan kelelahan pada

otot paravertebrata, hal ini merupakan resiko low back pain.

(4) Merokok.

Kebiasaan merokok akan mengurangi aliran darah ke punggung

dan dapat memperlemah cakram antar ruas. Nikotin mengakibatkan

aliran darah pada bantalan atara tulang punggung berkurang. Beberapa

penelitian membuktikan bahwa merokok dapat meningkatnya keluhan

otot, itu sangat erat hubungan dengan lama dan tingkat kebiasaan

merokok.

b. Faktor psikologis

(1) Stres.

Stress walapun bukan penyebab langsung, Stress juga dapat

meningkatkan ketegangan otot dan menyebabkan spasme otot.

(2) Neurosis.

Neurosis dapat dikenali dengan gejala-gejala yang menyertainya

dengan kecemasan. Kecemasan akan membuat sakit dan nyeri pada

otot.

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

50

(3) Histeria.

Histeria merupakan bagian dari neurosis, dapat membuat sakit

dan nyeri pada otot.

(4) Reaksi konvensi.

Reaksi konvensi disebabkan dimanaseseorang mengalami

peristiwa yang menimbulkan peningkatan emosi yang tinggi, namun

efeknya tidak dapat dieksresikan dan ingatan tentang peristiwa

tersebut dihilangkan dari ingatan. Karna reaksi konvensi juga dapat

menyebabkan ketegangan pada otot.

c. Faktor lingkungan

(1) Pekerjaan.

Faktor resiko low back pain sangat berpengaruhi terhadap

seseorang yang bekerja terutama untuk jenis pekerjaan yang

menggunakan kekuatan fisik tinggi seperti perawat.

(2) Aktivitas fisik.

Sikap tubuh yang tidak benar merupakan penyebab terjadinya

nyeri tulang belakang yang sering tidak disadari oleh penderitanya.

Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan seseorang seperti

duduk, berdiri, memindah dengan posisi yang salah dapat

menimbulkan nyeri punggung.

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

51

(3) Olahraga.

Aerobic fitnes akan meningkatka kemampuan konstrasi otot 80%

kasus nyeri tulang belakang disebabkan karna buruknya tingkat

kelenturan (tonus) otot atau kurang olahraga. Otot lemah terutama

pada daerah perut tidak mampu menyokongsecara maksimal.

G. Slow-Stroke Back Massage (SSBM)

1. Definisi

Slow-stroke back massage adalah tindakan masase punggung dengan

usapan yang perlahan selama 3-10 menit (Potter & Perry, 2005). Massage

punggung ini dapat menyebabkan timbulnya mekanisme penutupan terhadap

impuls nyeri saat melakukan gosokan punggung pasien dengan lembut. Pesan

yang dihasilkan akan menstimulasi mekanoreseptor. Apabila masukan yang

dominan berasal dari serabut delta-A dan serabut C, maka akan membuka

sistem pertahanan disepanjang urat saraf dan klien mempersepsikan nyeri.

Alur saraf desenden melepaskan opiat endogen yaitu pembunuh nyeri alami

yang berasal dari tubuh. Neuromedulator ini menutup mekanisme pertahanan

dengan menghambat substansi P. Tehnik distraksi, konseling dan pemberian

stimulus kutaneus merupakan upaya untuk melepaskan endrofin (Potter &

Perry, 2005). Usapan dengan lotion/balsem memberikan sensasi hangat

dengan mengakibatkan dilatasi pada pembuluh darah lokal. Vasodilatasi

pembuluh darah akan meningkatkan peredaran darah pada area yang diusap

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

52

sehingga aktivitas sel meningkat dan akan mengurangi rasa akit serta

menunjang proses penyembuhan luka (Kusyati E, 2006).

2. Pengaruh Slow-Stroke Back Massage

Beberapa pengaruh yang ditimbulkan stimulus kutaneus slow-stroke

back massage antara lain:

a. Pelebaran pembuluh darah dan memperbaiki peredaran darah di dalam

jaringan tersebut. Dengan cara ini penyaluran zat asam dan bahan makanan

ke sel-sel diperbesar dan pembuangan dari zat-zat yang tidak terpakai akan

diperbaiki. Jadi akan timbul proses pertukaran zat yang lebih baik. Aktifitas

sel yang meningkat akan mengurangi rasa sakit dan akan menunjang proses

penyembuhan luka, radang setempat seperti abses, bisul-bisul yang besar

dan bernanah, radang empedu, dan juga beberapa radang persendian

(Kusyati E, 2006; Kenworthy, 2002; Stevens, 1999 dalam Shocker, 2008).

b. Pada otot-otot, memiliki efek mengurangi ketegangan (Kusyati E, 2006

dalam Shocker, 2008).

c. Meningkatkan relaksasi fisik dan psikologis (Kusyati E, 2006 dalam

Shocker, 2008).

d. Stimulus kutaneus yang benar dapat mengurangi persepsi nyeri dan

membantu mengurangi ketegangan otot yang dapat meningkatkan nyeri

(Shocker, 2008).

e. Penurunan intensitas nyeri, kecemasan, tekanan darah, dan denyut jantung

secara bermakna (Mook & Chin, 2004).

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

53

3. Petunjuk

Priharjo, 1993 dalam Shocker, 2008 menyatakan ada beberapa hal yang

harus diperhatikan dalam melakukan massage punggung kepada klien, antara

lain:

a. Perawat harus bertanya pertama kali apakah klien menyukai usapan

punggung karena beberapa klien tidak menyukai kontak secara fisik.

b. Perlu diperhatikan kemungkinan adanya alergi atau kulit mudah

terangsang, sebelum memberikan lotion.

c. Hindari untuk melakukan masase pada area kemerah-merahan, kecuali

bila kemerahan tersebut hilang sewaktu dimasase.

d. Masase punggung dapat merupakan kontraindikasi pada pasien imobilitas

tertentu yang dicurigai mempunyai gangguan penggumpalan darah.

e. Identifikasi juga faktor-faktor atau kondisi seperti fraktur tulang rusuk

atau vertebra, luka bakar, daerah kemerahan pada kulit, atau luka terbuka

yang menjadi kontraindikasi untuk masase punggung.

4. Metode

Tehnik untuk slow-stroke back massage dilakukan dengan beberapa

pendekatan, salah satu metode yang dilakukan ialah mengusap kulit klien secara

perlahan dan berirama dengan gerakan sirkular dengan kecepatan 60 kali usapan

per menit selama 3-10 menit (Potter & Perry, 2005). Gerakan dimulai pada

bagian tengah punggung bawah ke mudian ke arah atas area belahan bahu kiri

dan kanan (Ester, 2005). Metode SSBM dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

54

Gambar 2.5 Gerakan Sirkular dalam Slow-Stroke Back Massage

(SSBM)

Gambar 2.6 Area Usapan Slow-Stroke Back Massage (SSBM)

Sumber : Caldwell & Hegner. (2003). Asisten Keperawatan : Suatu Pendekatan

Proses Perawatan. Jakarta : EGC

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

55

Gambar 2.7 Arah Usapan Slow-Stroke Back Massage (SSBM)

Sumber : Ester, M. (2005). Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.

5. Prosedur Pelaksanaan

Prosedur pelaksanaan slow stroke back massage (Shocker, 2008), adalah:

a. Subjek penelitian dipersilahkan untuk memilih posisi yang diinginkan

selama intervensi, bisa tidur miring, telungkup, atau duduk.

b. Buka punggung klien, bahu, dan lengan atas. Tutup sisanya dengan

selimut.

c. Peneliti mencuci tangan dalam air hangat. Hangatkan losion (minyak

kelapa) di telapak tangan atau tempatkan botol losion ke dalam air hangat.

Tuang sedikit losion di tangan. Jelaskan pada responden bahwa losion

akan terasa dingin dan basah. Gunakan losion sesuai kebutuhan.

d. Lakukan usapan pada punggung dengan menggunakan jari-jari dan

telapak tangan sesuai dengan metode di atas selama 3-10 menit. Jika

responden mengeluh tidak nyaman, prosedur langsung dihentikan.

e. Akhiri usapan dengan gerakan memanjang dan beritahu klien bahwa

perawat mengakhiri usapan.

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

56

f. Bersihkan kelebihan dari lubrikan dari punggung klien dengan handuk

mandi.

g. Bantu memakai baju atau piyama.

h. Bantu klien posisi yang nyaman.

i. Rapikan alat dan cuci tangan.

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

57

H. Kerangka Teori

Gambar 2.8 Kerangka Teori

Sumber : dimodifikasi dari Mook & Chin (2004), Joewana (2005),

Darmojo (2006), Kusyati (2006), Shocker (2008), Bimariotejo (2009).

Lansia

Nyeri akut tulang belakang

Acute Low Back Pain

Chronic Low Back Pain

Pengaruh slow stoke back

massage

Pelebaran pembuluh

darah

Mengurangi ketegangan

Meningkatkan relaksasi

fisik dan psikologis

Stimulus kutaneus

Penurunan intensitas

nyeri

Tingkat gangguan tidur

Suara atau bunyi

Suhu udara

Tinggi tekanan udara

Penggunaan bahan-bahan

stimulant susunan saraf pusat

Penyakit jasmani tertentu

Penyakit psikiatrik

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usiarepository.ump.ac.id/5587/3/Rizal Al Fauzi BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi Lanjut usia merupakan kejadian yang

58

I. Kerangka Konsep

Gambar 2.9 Kerangka Konsep

J. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut

Ha : Ada pengaruh slow stroke back massage terhadap tingakat gangguan tidur

pada lansia dengan nyeri akut tulang belakang.

Ho : Tidak ada pengaruh slow stroke back massage terhadap tingkat gangguan

tidur pada lansia dengan nyeri akut tulang belakang.

Gangguan tidur pada lansia

dengan nyeri akut tulang

belakang

Nyeri akut tulang belakang

(LBP)

Slow Stroke Back Massage

(SSBM)

Pengaruh Slow Stroke..., Rizal Al Fauzi, Keperawatan S1 UMP, 2014