24
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep psikososial 1. Definisi psikososial Psikososial adalah suatu kondisi yang terjadi pada individu yang mencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial menunjuk pada hubungan yang dinamis antara faktor psikis dan sosial, yang saling berinteraksi dan memengaruhi satu sama lain. Psikososial sendiri berasal dari kata psiko dan sosial. Kata psiko mengacu pada aspek psikologis dari individu (pikiran, perasaan dan perilaku) sedangkan sosial mengacu pada hubungan eksternal individu dengan orang-orang di sekitarnya (Pusat Krisis Fakultas Psikologi UI). Istilah psikososial berarti menyinggung relasi sosial yang mencakup faktor-faktor psikologis (Chaplin, 2011). Masalah-masalah psikososial menurut (Nanda, 2012) yaitu : a. Berduka b. Keputusasaan c. Ansietas d. Ketidakberdayaan e. Risiko penyimpangan perilaku sehat f. Gangguan citra tubuh g. Koping tidak efektif h. Koping keluarga tidak efektif i. Sindroma post trauma j. Penampilan peran tidak efektif k. HDR situasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep psikososialdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/169/jtptunimus-gdl-oktayuanit-8436-3-babii.pdfmencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep psikososialdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/169/jtptunimus-gdl-oktayuanit-8436-3-babii.pdfmencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep psikososial

1. Definisi psikososial

Psikososial adalah suatu kondisi yang terjadi pada individu yang

mencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial menunjuk

pada hubungan yang dinamis antara faktor psikis dan sosial, yang saling

berinteraksi dan memengaruhi satu sama lain. Psikososial sendiri berasal

dari kata psiko dan sosial. Kata psiko mengacu pada aspek psikologis dari

individu (pikiran, perasaan dan perilaku) sedangkan sosial mengacu pada

hubungan eksternal individu dengan orang-orang di sekitarnya (Pusat Krisis

Fakultas Psikologi UI). Istilah psikososial berarti menyinggung relasi sosial

yang mencakup faktor-faktor psikologis (Chaplin, 2011).

Masalah-masalah psikososial menurut (Nanda, 2012) yaitu :

a. Berduka

b. Keputusasaan

c. Ansietas

d. Ketidakberdayaan

e. Risiko penyimpangan perilaku sehat

f. Gangguan citra tubuh

g. Koping tidak efektif

h. Koping keluarga tidak efektif

i. Sindroma post trauma

j. Penampilan peran tidak efektif

k. HDR situasional

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep psikososialdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/169/jtptunimus-gdl-oktayuanit-8436-3-babii.pdfmencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial

7

2. Kecemasan

a. Pengertian kecemasan

Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar,

yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan

emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Ansietas dialami secara

subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Ansietas berbeda

dengan rasa takut yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu

yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian

tersebut yang penyebabnya tidak diketahui. Sedangkan rasa takut

mempunyai penyebab yang jelas dan dapat dipahami (Stuart, 2007).

Ansietas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung

oleh situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa cemas, individu

merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan

ditimpa malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang

mengancam tersebut terjadi. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi

sebagai stimulus ansietas. Ansietas merupakan alat peringatan internal

yang memberikan tanda bahaya kepada individu (Viedebeck, 2008).

Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang

sama disertai respon autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau

tidak diketahui oleh individu), perasaan takut yang disebabkan oleh

antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang

memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan

individu untuk bertindak menghadapi ancaman (Nurarif & Kusuma,

2013).

b. Penyebab

Penyebab kecemasan menurut (Nurarif & Kusuma, 2013) yaitu :

1) Perubahan dalam (status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, pola

interaksi, fungsi peran, status peran)

2) Pemajanan toksin

3) Terkait keluarga

4) Herediter

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep psikososialdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/169/jtptunimus-gdl-oktayuanit-8436-3-babii.pdfmencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial

8

5) Infeksi/kontaminan interpersonal

6) Penularan penyakit interpersonal

7) Krisis maturasi, krisis situasional

8) Stres, ancaman kematian

9) Penyalahgunaan zat

10) Ancaman pada (status ekonomi, lingkungan, status kesehatan, pola

interaksi, fungsi peran, status peran, konsep diri)

11) Konflik tidak disadari mengenai tujuan penting hidup

12) Konflik tidak disadari menenai nilai yang esensial/penting

13) Kebutuhan tidak dipenuhi

c. Gejala-gejala kecemasan menurut (Nurarif & Kusuma,2013) yaitu :

1) Gejala perilaku dari kecemasan yaitu : penurunan produktivitas,

gerakan yang ireleven, gelisah, melihat sepintas, insomnia, kontak

mata yang buruk, mengekspresikan kekawatiran karena perubahan

dalam peristiwa hidup, agitasi, mengintai dan tampak waspada.

2) Gejala afektif dari kecemasan yaitu : gelisah, distres, kesedihan yang

mendalam, ketakutan, perasaan tidak adekuat, berfokus pada diri

sendiri, peningkatan kewaspadaan, iritabilitas, gugup senang

berlebihan, rasa nyeri yang meningkatkan ketidakberdayaan,

peningkatan rasa ketidakberdayaan yang persisten, bingung,

menyesal, ragu/tidak percaya diri dan khawatir.

3) Gejala fisiologis dari kecemasan yaitu : wajah tenang, tremor tangan,

peningkatan keringat, peningkatan ketegangan, gemetar, tremor, suara

bergetar.

4) Gejala simpatik dari kecemasan yaitu : anoreksia, eksitasi

kardiovaskular, diare, mulut kering, wajah merah, jantung berdebar-

debar, peningkatan tekanan darah, peningkatan denyut nadi,

peningkatan reflek, peningkatan frekuensi pernapasan, pupil melebar,

kesulitan bernafas, vasokontriksi superfisial, lemah dan kedutan pada

otot.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep psikososialdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/169/jtptunimus-gdl-oktayuanit-8436-3-babii.pdfmencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial

9

5) Gejala parasimpatik dari kecemasan yaitu : nyeri abdomen, penurunan

tekanan darah, penurunan denyut nadi, diare, mual, vertigo, letih,

gangguan tidur, kesemutan pada extremitas, sering berkemih, anyang-

anyangan, dorongan segera berkemih

6) Gejala kognitif dari kecemasan yaitu : menyadari gejala fisiologis,

bloking fikiran, konfusi, penurunan lapang persepsi, kesulitan

berkonsentrasi, penurunan kemampuan untuk belajar, penurunan

kemampuan untuk memecahkan masalah, ketakutan terhadap

konsekuensi yang tidak spesifik, lupa, gangguan perhatian, khawatir,

melamun, cenderung menyalahkan orang lain.

d. Tingkat cemas menurut (Stuart, 2007) adalah sebagai berikut :

1) Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan

sehari-hari; ansietas ini menyebabkan individu menjadi waspada dan

meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi

belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

2) Ansietas sedang memungkinkan individu untuk berfokus pada hal

yang penting dan mengesampingkan yang lain. Ansietas ini

mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu

mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada

lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.

3) Ansietas berat sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu

cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak

berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi

ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk

berfokus pada area lain.

4) Tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan terperangah,

ketakutan dan teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena

mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak

mampu melakukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup

disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas

motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep psikososialdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/169/jtptunimus-gdl-oktayuanit-8436-3-babii.pdfmencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial

10

lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang

rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan; jika

berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan

kematian.

e. Rentang respons

Respons adaptif Respon maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Skema 1. Rentang Respon Cemas

(Stuart, 2007)

f. Faktor pendukung

1) Faktor predisposisi

Menurut (Suart, 2007) berbagai teori telah dikembangkan untuk

menjelaskan asal ansietas :

a) Dalam pandangan psikoanalitis, ansietas adalah konflik

emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian: id dan

superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif,

sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan

oleh norma budaya. Ego dan Aku, berfungsi menengahi tuntutan

dari dua elemen yang bertentangan tersebut dan fungsi ansietas

adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

b) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan

takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal.

Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti

perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan

tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama rentan

mengalami ansietas yang berat.

c) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi

yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep psikososialdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/169/jtptunimus-gdl-oktayuanit-8436-3-babii.pdfmencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial

11

untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli teori perilaku lain

menganggap ansietas sebagai suatu dorongan yang dipelajari

berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk menghindari

kepedihan. Ahli teori konflik memandang ansietas sebagai

pertentangan antara dua kepentingan yang berlawanan. Mereka

meyakini adanya hubungan timbal balik antara konflik dan

ansietas: konflik menimbulkan ansietas dan ansietas

menimbulkan perasaan tidak berdaya, yang pada gilirannya

meningkatkan konflik yang dirasakan.

d) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya

terjadi dalam keluarga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih

antara gangguan ansietas dan depresi.

e) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor

khusus untuk benzodiazepin, obat-obatan yang meningkatkan

neuroregulator inhibisi asam gama-aminobutirat (GABA), yang

berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan

dengan ansietas. Selain itu, kesehatan umum individu dan riwayat

ansietas pada keluarga memiliki efek nyata sebagai predisposisi

ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan ganggun fisik dan

selanjutya menurunkan kemampuan individu untuk mengatasi

stressor.

2) Stresor pencetus

Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal dan eksternal, stressor

pencetus dapat diklasifikasikan dalam dua jenis menurut (Riyadi &

Purwanto, 2009):

a) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan

fisiologis yang akan terjadi atau menurunkan kapasitas untuk

melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Pada ancaman ini, stressor

yang berasal dari sumber eksternal adalah faktor-faktor yang dapat

menyebabkan gangguan fisik (misal; infeksi virus, polusi udara).

Sedangkan yang menjadi sumber internalnya adalah kegagalan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep psikososialdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/169/jtptunimus-gdl-oktayuanit-8436-3-babii.pdfmencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial

12

mekanisme fisiologi tubuh (misal; sistem jantung, sistem imun,

pengaturan suhu dan perubahan, fisiologi selama kehamilan).

b) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan

identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

Ancaman yang berasal dari sumber eksternal yaitu kehilangan orang

yang berarti (meninggal, perceraian, pindah kerja) dan ancaman yang

berasal dari sumber internal berupa gangguan hubungan interpersonal

dirumah, tempat kerja atau menerima peran baru.

3) Penilaian stresor

Pemahaman tentang ansietas perlu integrasi banyak faktor, termasuk

pengetahuan dari perspektif psikoanalitis, interpersonal, perilaku, genetik

dan biologis. Penilaian mendorong pengkajian perilaku dan persepsi

pasien dalam mengembangkan intervensi keperawatan yang tepat.

Penilaian juga menunjukkan berbagai faktor penyebab dan menekankan

hubungan timbal balik antara faktor-faktor tersebut dalam menjelaskan

perilaku yang terjadi. Dengan demikian, pemahaman yang benar tentang

ansietas bersifat holistik (Stuart, 2007).

4) Sumber koping

Individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan menggerakkan

sumber koping di lingkungan. Sumber koping tersebut yang berupa

model ekonomi, kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan

keyakinan budaya dapat membantu individu mengintegrasikan

pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping

yang berhasil (Stuart, 2007).

5) Mekanisme koping

Menurut (Stuart, 2007) ketika mengalami ansietas, individu

menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba

mengatasinya; ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif

merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Pola yang

biasa digunakan individu untuk mengatasi ansietas ringan cenderung

tetap domain ketika ansietas menjadi lebih intens. Ansietas ringan sering

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep psikososialdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/169/jtptunimus-gdl-oktayuanit-8436-3-babii.pdfmencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial

13

ditanggulangi tanpa pemikiran yang sadar. Ansietas sedang dan berat

menimbulkan dua jenis mekanisme koping:

a) Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan

berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntutan situasi stress

secara realistis.

Perilaku menyerang digunakan untuk menghilangkan atau

mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan

Perilaku menarik diri digunakan untuk menjauhkan diri dari

sumber ancaman, baik secara fisik maupun psikologis

Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara yang biasa

dilakukan individu, mengganti tujuan atau mengorbankan aspek

kebutuhan personal

b) Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan

sedang. Tetapi karena mekanisme tersebut berlangsung secara relatif

pada tingkat sadar dan mencakup penipuan diri dan distorsi realitas,

mekanisme ini dapat menjadi respons maladaptif terhadap stress.

g. Penatalaksanaan kecemasan

1) Penatalaksanaan farmakologi

Pengobatan untuk anti kecemasan terutama benzodiazepine, obat ini

digunakan untuk jangka pendek dan tidak dianjurkan untuk jangka

panjang karena pengobatan ini menyebabkan toleransi dan

ketergantungan. obat anti kecemasan nonbenzodiazepine, seperti

buspiron (Buspar) dan berbagai antidepresan juga digunakan (Isaacs,

2005)

2) Penatalaksanaan non farmakologi

a) Distraksi

Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan

kecemasan dengan cara mengalihkan perhatian pada hal-hal lain

sehingga pasien akan lupa terhadap cemas yang dialami. Stimulus

sensori yang menyenangkan menyebabkan pelepasan endorfin yang

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep psikososialdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/169/jtptunimus-gdl-oktayuanit-8436-3-babii.pdfmencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial

14

bisa menghambat stimulus cemas yang mengakibatkan lebih sedikit

stimuli cemas yang ditransmisikan ke otak (Potter & Perry, 2005).

Salah satu distraksi yang efektif adalah dengan memberikan

dukungan spiritual (membacakan doa sesuai agama dan

keyakinannya), sehingga dapat menurunkan hormon-hormon

stressor, mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan

perasaan rileks dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas

dan tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan

tekanan darah serta memperlambat pernafasan, detak jantung,

denyut nadi dan aktivitas gelombang otak. Laju pernafasan yang

lebih dalam atau lebih lambat tersebut sangat baik menimbulkan

ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam dan

metabolisme yang lebih baik.

b) Relaksasi

Terapi relaksasi yang dilakukan dapat berupa relaksasi,

meditasi, relaksasi imajinasi dan visualisasi serta relaksasi progresif

(Isaacs, 2005).

c) Pengetahuan

Memberikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien

tentang proses penyakit yang spesifik, menjelaskan patofisiologi

dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi

dan fisiologi dengan cara yang tepat, menggambarkan proses

penyakit dengan cara yang tepat, mengidentifikasi kemungkinan

penyebab dengan cara yang tepat, menyediakan informasi pada

pasien tentang kondisi dengan cara yang tepat, mendiskusikan

perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah

komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan

penyakit, mendiskusikan pilihan terapi atau penanganan,

mendukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second

opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan, merujuk pasien

pada grup atau agensi di komunitas lokal dengan cara yang tepat,

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep psikososialdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/169/jtptunimus-gdl-oktayuanit-8436-3-babii.pdfmencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial

15

menginstruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk

melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan dengan cara yang

tepat (Nurarif & Kusuma,2013).

Pada penelitian (Riyani, 2013) didapatkan hasil 92% dari

seluruh pasien mengalami kecemasan, 5,4 % lainnya mengalami

ketidakberdayaan, 2,7% mengalami berduka dan 2,7% sisanya

mengalami gangguan citra tubuh. Dalam penelitian ini disebutkan

untuk menyelesaikan masalah ansietas, perawat perlu mengetahui

penyebab ansietas klien. Jika penyebabnya merupakan kurangnya

pengetahuan mengenai kondisi kesehatan klien, pemberian

informasi mengenai kondisi klien serta intervensi yang akan

diberikan kepada klien dapat menurunkan ansietas secara

signifikan.

3. Ketidakberdayaan

a. Pengertian

Ketidakberdayaan adalah persepsi seseorang bahwa tindakannya

tidak akan memengaruhi hasil secara bermakna, kurang pengendalian

yang dirasakan terhadap situasi terakhir atau yang baru saja terjadi. Pada

ketidakberdayaan, pasien mungkin mengetahui solusi terhadap

masalahnya, tetapi percaya bahwa hal tersebut diluar kendalinya untuk

mencapai solusi tersebut (Wilkinson, 2007).

Ketidakberdayaan adalah kondisi ketika individu atau kelompok

merasa tidak memiliki kendali personal atas peristiwa atau situasi tertentu

yang memengaruhi cara pandang, tujuan dan gaya hidup. Kebanyakan

individu mengalami perasaan tidak berdaya dalam berbagai tingkatan

disejumlah situasi berbeda. Diagnosis ini dapat digunakan untuk

menggambarkan individu yang berespons terhadap hilangnya kendali

dengan menunjukkan sikap apati, marah atau depresi. Suatu

ketidakberdayan yang berkepanjangan dapat mengarah pada

keputusasaan (Carpenito-Moyet, 2013).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep psikososialdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/169/jtptunimus-gdl-oktayuanit-8436-3-babii.pdfmencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial

16

Faktor yang berhubungan dengan ketidakberdayaan menurut

Walkinson (2007) yaitu :

1) Lingkungan perawatan kesehatan

2) Program yang terkait dengan penyakit (misalnya, jangka panjang, sulit

dan kompleks)

3) Interaksi interpersonal

4) Gaya hidup keputusasaan

5) Penyakit kronis atau terminal

6) Komplikasi yang mengancam kehamilan

b. Batasan karakteristik menurut NANDA (2012) yaitu:

1) Bergantung pada orang lain

2) Depresi karena gangguan fisik

3) Tidak berpatisipasi dalam perawatan

4) Menyatakan asing

5) Menyatakan keraguan tentang kinerja peran

6) Menyatakan frustasi terhadap ketidakmampuan untuk melaksanakan

aktivitas sebelumnya

7) Menyatakan kurang kontrol

8) Menyatakan rasa malu

c. Tindakan keperawatan menurut (Nurarif & Kusuma, 2013) :

Self-eficacy enhancement :

1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat

menimbulkan ketidakberdayaan

2) Diskusikan dengan pasien tentang pilihan yang realistis dalam

perawatan

3) libatkan pasien dalam pengambilan keputusan tentang perawatan

4) Jelaskan alasan setiap perubahan perencanaan terhadap pasien

5) Dukung pengambilan keputusan

6) Kaji kemampuan untuk pengambilan keputusan

7) Beri penjelasan kepada pasien tentang proses penyakit

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep psikososialdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/169/jtptunimus-gdl-oktayuanit-8436-3-babii.pdfmencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial

17

Self Esteem Enhancement

1) Tunjukkan rasa percaya diri terhadap kemampuan pasien untuk

mengatasi situasi

2) Dorong pasien mengidentifikasi kekuatan dirinya

3) Ajarkan keterampilan perilaku yang positif melalui bermain peran,

model peran, diskusi

4) Dukung peningkatan tanggung jawab diri, jika diperlukan

5) Buat statement positif terhadap pasien

6) Monitor frekuensi komunikasi verbal pasien yang negatif

7) Dukung pasien untuk menerima tantangan

8) Kaji alasan untuk mengkritik atau menyalahkan diri sendiri

9) Lakukan kolaborasi dengan sumber-sumber lain (petugas dinas

sosial, perawat spesialis klinis dan layanan keagamaan).

4. Keputuasaan

a. Pengertian

Keputusasaan adalah keadaan emosional subjektif yang

berkepanjangan ketika individu tidak menemukan alternatif atau pilihan

pribadi guna memecahkan masalah yang dihadapi atau mencapai hal

yang diinginkan dan tidak dapat mengerahkan energi demi

kepentingannya sendiri guna menetapkan sejumlah tujuan. Keputuasaan

berbeda dari ketidakberdayaan, yakni ketika seseorang yang putus asa

tidak menemukan solusi atas permasalahannya atau cara untuk mencapai

hal yang diinginkan, sekalipun ia memegang kendali atas kehidupannya.

Seseorang yang tidak berdaya mampu melihat alternatif atau jawaban

atas permasalahannya, namun tidak mampu melakukan upaya apapun

karena kurangnya kendali atau sumber daya yang dimiliki (Carpenito-

Moyet, 2013).

Keputusasaan adalah kondisi subjektif yang ditandai dengan

individu memandang hanya ada sedikit bahkan tidak ada alternatif atau

pilihan pribadi dan tidak mampu memobilisasi energi demi kepentingan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep psikososialdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/169/jtptunimus-gdl-oktayuanit-8436-3-babii.pdfmencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial

18

sendiri (NANDA, 2012). Keputusasaan menggambarkan bahwa

seseorang percaya tidak ada penyelesaian untuk masalahnya (“tidak ada

jalan keluar”). Bagi beberapa pasien, keputusasaan dapat menjadi faktor

resiko bunuh diri (Wilkinson, 2007).

b. Batasan karakteristik menurut NANDA (2012)

1) Menutup mata

2) Penurunan afek

3) Penurunan selera makan

4) Penurunan respons terhadap stimulus

5) Penurunan verbalisasi

6) Kurang inisiatif

7) Kurang keterlibatan dalam asuhan

8) Pasif

9) Mengangkat bahu sebagai respons terhadap orang yang mengajak

bicara

10) Gangguan pola tidur

11) Meninggalkan orang yang mengajak bicara

12) Isyarat verbal (misalnya isi putus asa “saya tidak dapat”, menghela

napas

c. Faktor yang berhubungan dengan keputusasaan menurut Nanda (2012)

yaitu :

1) Diasingkan

2) Penurunan kondisi fisiologis

3) Stres jangka panjang

4) Kehilangan kepercayaan pada kekuatan spiritual

5) Kehilangan kepercayaan pada nilai penting

6) Pembatasan aktivitas jangka panjang

7) Isolasi sosial

d. Tindakan keperawatan menurut Carpenito-Moyet (2013) yaitu :

1) Tunjukkan empati untuk mendorong klien menyampaikan keraguan,

ketakutan dan kekhawatirannya

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep psikososialdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/169/jtptunimus-gdl-oktayuanit-8436-3-babii.pdfmencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial

19

2) Tentukan adanya risiko bunuh diri

3) Dorong klien untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana

harapan menjadi hal yang penting dalam kehidupannya

4) Dorong klien mengungkapkan bagaimana harapan menjadi sesuatu

yang tidak pasti dan harapannya yang tidak terwujud

5) Ajarkan cara mengatasi aspek-aspek keputusasaan dengan

memisahkannya dari aspek-aspek harapan

6) Kaji dan mengerahkan sumber daya dalam diri individu (otonomi,

kemandirian, rasionalitas, pemikiran kognitif, fleksibilitas,

spiritualitas)

7) Bantu klien mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misalnya

hubungan antar-sesama, keyakinan, hal-hal yang ingin dicapai)

8) Ciptakan lingkungan yang mendukung ekspresi spiritual

9) Bantu klien mengembangkan tujuan jangka panjang dan jangka

pendek yang realistis (berkembang dari tujuan yang sederhana ke

tujuan yang lebih kompleks, dapat menggunakan “poster tujuan”

untuk mengindikasikan jenis dan waktu untuk mencapai tujuan yang

spesifik).

10) Ajari klien cara mengantisipasi pengalaman yang menyenangkan

(misalnya berjalan-jalan, membaca buku favorit, menulis surat)

11) Kaji dan mengerahkan sumber daya di luar diri individu (orang

terdekat, tim layanan kesehatan, kelompok pendukung, Tuhan atau

kekuatan yang lebih tinggi)

12) Bantu klien menyadari bahwa ia dicintai, disayangi dan merupakan

sosok penting dalam kehidupan orang lain, terlepas dari kondisi

kesehatannya yang menurun

13) Dorong klien untuk menceritakan kekhawatirannya pada orang lain

yang pernah mempunyai masalah atau penyakit yang sama dan telah

memiliki pengalaman positif dalam mengatasi masalah tersebut

dengan koping yang efektif

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep psikososialdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/169/jtptunimus-gdl-oktayuanit-8436-3-babii.pdfmencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial

20

14) Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, aktivitas keagamaan,

hubungan dengan Tuhan, makna dan tujuan berdoa)

15) Beri klien waktu dan kesempatan untuk becermin pada makna

penderitaan, kematian dan menjelang ajal

16) Lakukan perujukan sesuai indikasi (misalnya konseling, pemuka

agama)

B. Pengetahuan

1. Definisi pengetahuan

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Wawan, 2010).

Pengetahuan psikososial adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu yaitu masalah

psikososial. Pengindraan terhadap kecemasan tersebut terjadi melalui panca

indera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga (Notoatmodjo, 2007).

Dalam Notoatmodjo (2007) pengetahuan atau kognitif merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt

behavior). Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang

didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa

sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), dalam diri

orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

a. Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus masalah psikososial.

b. Interest (merasa tertarik), terhadap stimulus atau masalah psikososial

tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep psikososialdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/169/jtptunimus-gdl-oktayuanit-8436-3-babii.pdfmencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial

21

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik

lagi.

d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan

apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses

sepert ini, di mana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang

positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting).

Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan

kesadaran akan tidak berlangsung lama.

2. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoadmodjo (2007), pengetahuan perawat terhadap psikososial

memiliki 6 tingkat, yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab

itu, „tahu‟ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata

kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan

sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori

dan protein pada anak balita.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi

tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau

materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep psikososialdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/169/jtptunimus-gdl-oktayuanit-8436-3-babii.pdfmencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial

22

meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya

dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut

secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus

dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan

dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat

menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan

analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat

menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat

menyesuaikan dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan-

rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan

kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya: dapat membandingkan antara

anak-anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep psikososialdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/169/jtptunimus-gdl-oktayuanit-8436-3-babii.pdfmencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial

23

menanggapi terjadinya wabah diare di suatu tempat, dapat menafsirkan

sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB dan sebagainya.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan perawat terhadap

psikososial, yaitu :

a. Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah upaya untuk memberikan pengetahuan

sehingga terjadi perubahan perilaku positif. Makin tinggi pendidikan

seseorang, semakin mudah menerima informasi sehingga semakin

banyak pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan kurang akan

menghambat perkembangan terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan

(Mubarak, 2006).

b. Massa media/informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non

formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate inpact)

sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.

Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang

dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,

radio, surat kabar, majalah, penyuluhan dan lain-lain mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.

Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa

membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan

opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal

memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan

terhadap hal tersebut (Budiman & Riyanto, 2014).

c. Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian

seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.

Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep psikososialdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/169/jtptunimus-gdl-oktayuanit-8436-3-babii.pdfmencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial

24

fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial

ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang (Budiman &

Riyanto, 2014).

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis maupun sosial. Lingkungan berpengaruh

terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada

dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal

balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap

individu (Budiman & Riyanto, 2014).

e. Pengalaman

Pengalaman yang lebih banyak akan mempunyai pengetahuan yang lebih

luas. Banyaknya informasi yang didapatkan dari pelatihan serta

pendidikan akan menambah pengetahuan menyebabkan kesadara

seseorang untuk merubah perilaku yang baik dan benar sesuai dengan

pengetahuan yang didapatkan (Suliha, 2002).

f. Usia

Menurut (Budiman & Riyanto, 2014) Usia memepengaruhi terhadap

daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambahnya usia akan

semakin berkembangnya pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga

pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya,

individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan

sosial, serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya

menyesuaikan diri menuju usia tua. Selain itu, orang usia madya akan

lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan

intelektual, pemecahan masalah dan kemampuan verbal dilaporkan

hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional

mengenai jalannya perkembangan selama hidup sebagai berikut :

1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang di

jumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah

pengetahuannya.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep psikososialdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/169/jtptunimus-gdl-oktayuanit-8436-3-babii.pdfmencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial

25

2) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah

tua karena mengalami kemunduran fisik maupun mental. Dapat

diperkirakan bahwa IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya

usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain seperti misalnya

kosa kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat

ternyata IQ seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan

bertambahnya usia.

4. Pengukuran pengetahuan

Menurut Arikunto (2006) dalam Budiman & Riyanto (2014) membuat

kategori tingkat pengetahuan seseorang menjadi tiga tingkatan yang

didasarkan pada nilai persentase yaitu sebagai berikut :

1) Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya ≥ 75%

2) Tingkat pengetahuan kategori Cukup jika nilainya 56 – 74%

3) Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilainya < 55%

Namun, jika yang diteliti respondennya petugas kesehatan, maka

persentasenya akan berbeda.

1) Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya > 75%

2) Tingkat pengetahuan kategori Kurang Baik jika nilainya ≤ 75%

C. Ilmu penyakit dalam

Sebagai salah satu cabang ilmu kedokteran, ilmu penyakit dalam

mempunyai nilai dan ciri yang merupakan jati dirinya. Sudah tentu ilmu

penyakit dalam memiliki nilai bersama yang merupakan nilai inti ilmu

kedokteran yang serat dengan nilai-nilai kemanusiaan, bebas dari diskriminasi

serta melaksanakan praktek kedokteran dengan penuh rasa tanggung jawab.

Nilai tersebut diamalkan dalam melaksanakan profesi penyakit dalam. Namun

karena ilmu penyakit dalam mendukung layanan spesialis penyakit dalam yang

menyediakan layanan spesialis untuk orang dewasa secara berkesinambungan

maka salah satu nilai penting yang dijunjung dalam layanan spesialis penyakit

dalam adalah nilai yang mewarnai layanan yang komprehensif berupa

penyuluhan, pencegahan, diagnosis, terapi dan rehabilitasi. Layanan yang

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep psikososialdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/169/jtptunimus-gdl-oktayuanit-8436-3-babii.pdfmencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial

26

komprehensif ini memungkinkan seorang dokter spesialis penyakit dalam

untuk menatalaksana baik penyakit akut maupun penyakit kronis. Selain itu

penatalaksanaan penyakit dengan pendekatan holistik yang berarti memandang

pasien secara utuh dari segi fisik, psikologis dan sosial yang pada

kenyataannnya semua sistem organ tubuh (menjadi obyek ilmu penyakit

dalam), karena fungsinya terkait saling berpengaruh satu sama lain dan

pandangan ini adalah tumpuan pokok dari profesi ilmu penyakit dalam untuk

memberikan pelayanan medis yang optimal pada pasien dewasa.

Demikianlah lahirnya profesi dalam pelayanan ilmu penyakit dalam yang

bermula dengan pelayanan klinis yang paling sederhana secara holistik, yang

lambat laun pelayanan medis klinis tersebut berkembang secara integratif

dengan tetap berdasar pada keterkaitannya secara holistik dalam penanggulan

pasien dewasa. Adapun pengelolaan tiap sistem organ, masing-masing menjadi

pendukung pada pelayanan yang holistik yang harus dikuasai oleh seorang ahli

IPD. Ilmu penyakit dalam mempunyai sasaran sebagai obyek materi yaitu “si

pasien dewasa” dengan keterkaitan seluruh sistem organ tubuh yang

mengalami gangguan.

Sejarah ilmu kedokteran klinik, sejak awalnya menggambarkan bahwa

IPD adalah induk atau pokok batang dari semua cabang subspesialisasinya

yang mencakup pulmonologi, kardiologi, endokrinologi, hematologi, nefrologi,

alergi-imunologi, reumatologi, hepato-gastroenterologi, ilmu penyakit tropik,

geriatri dan ilmu psikosomatik. Memang pada dasarnya setiap cabang

subspesialisasi tersebut lahir dari pelayanan internis, sehingga wajar seorang

internis tidak dapat melepaskan salah satu cabangnya itu dari keilmuannya

secara integral.

Eksistensi ilmu penyakit dalam adalah suatu disiplin ilmu yang

memenuhi kriteria keberadaan ilmu pengetahuan itu dengan obyek materi dan

obyek formanya tersendiri. Dalam memelihara keberadaan serta integritas dan

pengembangan disiplin ilmu penyakit dalam (IPD) terutama visi dan misi harus

dijaga dan dipelihara keutuhannya. Semua subspesialisasi dari IPD menjadi

komponen atau unsur cabang ilmu penyakit dalam, yang satu sama lain terkait

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep psikososialdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/169/jtptunimus-gdl-oktayuanit-8436-3-babii.pdfmencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial

27

dan tidak dapat dipisahkan baik dalam disiplin keilmuan, pendidikan maupun

dalam praktek pelayanan medis/klinis pada orang dewasa dengan penekanan

pada pandangan holistik dan sikap humanistis (Sudoyo, Setiyohadi, Alwi,

Simadibrata K, & Setiati, 2006).

Menurut hasil stastistika dari bidang staff rekam medis RS Islam Sultan

Agung Semarang penyakit dalam tertinggi di RS Islam Sultan Agung

Semarang adalah hipertensi esensial (primer) sebesar 3137 kasus kemudian

gastritis sebesar 1473 kasus dan penyakit ginjal tahap akhir sebesar 290 kasus.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep psikososialdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/169/jtptunimus-gdl-oktayuanit-8436-3-babii.pdfmencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial

28

D. Kerangka teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : (Notoadmodjo (2007), Budiman & Riyanto (2014))

Faktor-faktor yang

mempengaruhi

pengetahuan :

1. Pendidikan

2. Media massa

3. Sosial budaya, ekonomi

4. Lingkungan

5. Pengalaman

6. Usia

Pengetahuan perawat

dalam aspek psikososial

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep psikososialdigilib.unimus.ac.id/files//disk1/169/jtptunimus-gdl-oktayuanit-8436-3-babii.pdfmencakup aspek psikis dan sosial atau sebaliknya. Psikososial

29

E. Kerangka konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

F. Variabel penelitian

Variabel penelitian ini adalah variabel tunggal yaitu pengetahuan perawat

dalam aspek psikososial di ruang rawat inap penyakit dalam RS Islam Sultan

Agung Semarang.

Pengetahuan Perawat dalam Aspek Psikososial