Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Diri
2.1 Komunikasi dan Konsep Diri
Konsep diri muncul dalam proses Komunikasi dengan orang lain. Bayi tidak
lahir dengan dengan pemahaman utuh mengenai siapa diri mereka, hal yang
sebenarnya terjadi kita mengenmbangkan pemahaman mengenai diri sebagai
bagian dari proses berkomunikasi dengan orang lain. Saat berinteraksi dengan
orang lain, kita mengambil atu menginternalisasikan perspektif mereka, sehingga
kita berbagi perspektif dengan orang lain sama banyaknya dengan perpsepsi yang
mereka dapatkan mengenai diri kita.
Sejak lahir kedunia, kita selalu berinteraksi dengan orang lain. Kita belajar
dari pandangan dan perspektif orang lain. Proses ini terjadi biasanya dimulai dalam
keluarga, dimana kita belajar bagaimana orangtua, saudara kandung, dan anggota
keluarga lainya memandang kita. Kemudian ketika kita berinteraksi dengan guru
dan teman sebaya, kita akan menambahkan perspektif mengenai diri sendiri.
George Hearbet Mead (1934) menghabiskan karirnya untuk memahami
bagaimana konsep tentang diri berkembang melalui komunikasi. Mengembangkan
konsep diri dengan cara menginternalisasikan dua tipe perspektif dari orang
terdekat dan perspektif dari orang lain pada umumnya. Ada dua perspektif yang
dapat membantu diri kita dan mengarahkan bagaimana kita berpikir, berbuat dan
merasakan sesuatu yaitu.
10
Orang terdekat
Orang terdekat adalah orang-orang yang memberikan makna
tersendiri dan punya arti khusus dalam kehidupan kita. Bagi bayi
dan anak-anak, orang terdekat mencakup anggota keluarga dan
pengasuh anak. Dalam fase kehidupan selanjutnya, orang-orang
terdekat mencakup teman sebaya, guru, sahabat, pacar, rekan kerja
dan orang lainya yang punya peranan penting dalam hidup kita.
Sebagaimana bayi berinteraksi dengan orang terdekatnya, ia belajar
bagaimana pandangan orang lain terhadapnya. Inilah awal mula
terbentuknya konsep diri. Perlu diingat konsep tentang diri berawal
dari bagaimana cara orang lain memandang kita. Orang terdekat
memberikan penilaian secara langsung, penilaian secara langsung
adalah pola komunikasi dari orang lain yang menjelaskan siapa kita
dengan cara memberikan label langsung terhadap perilaku kita.
Anggota keluarga, teman sebaya memberikan penilaian dari apa
yang mereka katakana terhadap diri kita.
Masayarakat umum
Perspektif masyarakat umum adalah refleksi dari pandangan orang
lain secara umum dalam kelompok sosial. Setiap kelompok sosial
memiliki pandangan yang merefleksikan nilai, keyakinan,
pengalaman, dan pemahaman dalam kelompok tersebut. Perspektif
dari oeang lain diungkapkan pada diri kita dengan tiga cara, yang
pertama kita mempelajarinya ketika berinteraksi dengan orang lain,
11
yang kedua kita belajar perpsektif sosial melalui media massa, yang
ketiga adalah lembaga pemerintahan.
Adanya hubungan timbal balik yang terjalin diantara konsep diri dengan
bagaimana cara kita berkomunikasi, komunikasi berdampak kepada konsep diri,
dan konsep diri berdampak bagaiamana dan apa yang akan di komunikasikan.
Mengambarkan hubungan antara konsep diri dengan komunikasi. John W. Kinch
dalam bukunya Communication Making Connection (2008 : 63)
a. Hubungan antara komunikasi dengan konsep diri
Apa yang dijelaskan dari bagan di atas adalah membahas bagaimana
persepsi kita tentang orang lain menanggapi dirikita di dalam hubungan berinteraksi
P berdampak pada konsep diri kita. S konsep diri kita mempengaruhi bagaimana
kita bersikap. B kepribadian kita terkait langsung bagaimana reaksi orang lain
kepada kepribadian kita. A respon yang lansung dari orang lain yang terkait dengan
persepsi orang lain . dan saling berhungan antara Asampai P. Tidak hanya itu
Respon langsung dari
orang lain
(A)
Persepsi dari respon orang
lain
(P)
Konsep diri
(S)
Kelakuan
(B)
12
hubungan antara komunikasi dengan konsep diri sangatlah erat bahkan tidak bisa
di pisahkan.
Komunikasi itu sendiri adalah suatu proses yang dinamik mengapa hal ini
di sebut dengan proses yang dinamik karena di dalam berkomunikasi tidak adanya
kapan di mulai ataupun berakhir namun selalu berubah. Di dalam arti yang sama
konsep diri juga adalah suatu proses, konsep diri di katakan suatu proses di
karenakan akan berubah sesuai pengalaman yang di dapat oleh seseorang individu
itu sendiri. Pengalaman yang di dapat melalui berinteraksi dengan lingkungan
sosialnya akan berdampak pada persepsi diri dan akan berimbas kepada konsep diri
di dalam kehidupan sehari-hari.
Seperti yang telah disampaikan oleh Rom Harre mengenai konsep diri
sendiri pada Stephen W.Littlejohn (2012) dengan cara-cara interaksi intrapersonal
dan interpersonal, maka seseorang dapat membentuk dirinya sendiri dan
menghadirkan dirinya kepada orang lain sebagai sebuah identitas yang saling
berhubungan.
Pertama, terdapat pemahaman tentang kesadaran. Ini menjelaskan bahwa
seseorang memiliki kemampuan untuk “melakukan obyektifitas” terhadap diri
sendiri untuk keluar dan memikirkan diri sendiri seperti yang diamati oleh orang
lain.
Anda merupakan yang “mengetahui” dan juga apa yang “diketahui”. Pikiran
sebuah pernyataan : “ saya mengetahui bahwa saya takut ”. saya menggambarkan
pemahaman akan keadaan sadar – diketahui – dan saya mengambarkan akan
keadaan “yang mengetahui” – orang yang merasa takut. Kesadaran merupakan
13
dimensi diri sendiri yang sangat berhubungan dengan keadaan saat ini karena ketika
kita menyadari diri kita bergerak melalui ruang dan waktu, kita menggunakan
persepsi, pengalaman, dan interaksi kita untuk menjalani tempat kita didunia.
Dimensi kedua adalah riwayat hidup. Riwayat hidup terdiri atas ingatan,
keyakinan, atau pemahaman mengenai apa yang terjadi dimasa lalu yang terbiasa
menafsirkan pengalaman – pengalaman saat ini dan masa depan.
Pada dimensi ketiga adalah perantara. Perantara lebih terlihat ketika kita
bermaksud untuk melakukan sesuatu. Hal ini melibatkan sebuah susunan atau
hipotesis mengenai kemapuan seseorang, kemungkinan apa yang ada untuk masa
depan. Kita mengeluarkan susunan – susunan dimasa lalu untuk menunjang ketika
kita membuat pemahaman mengenai apa yang kita pikirkan dan rasakan pada saat
ini serta kedua hal tersebut memandu pemahaman kita tentang perantara masa
depan.
Dengan memperhatikan semua dimensi bahwa ketiga dimensi tersebut
adalah susunan yang diciptakan, dipertahankan, serta diubah dalam interaksi
dengan diri sendiri dan orang lain.
Konsep diri bersifat multidimensional terdapat banyak dimensi atau aspek
terkait konsep diri pada manusia. Anda memiliki gambaran mengenai kondisi fisik,
seperti seberapa besar tubuh anda, seberapa menariknya anda dan seberapa kuat
tubuh anda, ada juga gambaran mengenai kemampuan intelektual yang anda miliki,
termasuk gambaran mengenai minat dan bakat. Anda juga memiliki konsep diri
mengenai kondisi emosional, kemudian ada juga lingkungan sosial dimana anda
terlibat interaksi didalamnya
14
Konsep diri dalam lingkungan sosial juga mencakup peran sosial yang kita
jalan kan, misalkan peran sebagai anak, sebagai siswa, sebagai pekerja, sebagai
orang tua atau sebagai pasangan suami istri. Berbagai dimensi mengenai konsep
diri dibentuk oleh definisi langsung, penilaian reflektif oleh orang lain.
2.2 Komunikasi Mengenai Diri Sendiri (Komunikasi Intrapersonal)
Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi di dalam diri
sendiri disetiap pribadi masing-masing. Komunikasi Intrapersonal melibatkan
pemikiran, perasaan dan bagaimana seseorang individu melihat diri mereka sendiri.
Karena komunikasi intrapersonal hanya melibatkan pada diri sendiri maka dara itu
pengirim pesan (sender) dan penerima pesan (receiver) adalah seseorang individu
itu sendiri. Pesan yang di buat di dalam komunikasi intrapersonal di buat melalui
dari model pemikiran dan perasaan dari komunikator itu sendiri. Pada komunikasi
intrapersonal proses komunikasi di dalam diri sendiri di pengaruhi oleh cara
berpikir dan pengalaman hidup melalui interaksi dengan lingkungan sosialnya
masing-masing. Untuk lebih mengetahui bagaimana proses komunikasi
intrapersonal seseorang terjadi sebagai berikut :
15
2.3 Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah suatu proses. Kata lain dari proses, ada
yang menyebut sebagai sebuah transaksi dan interaksi. Transaksi mengenai apa?
Mengenai gagasan, ide, pesan, symbol, dan informasi. Sedangkan istilah interaksi
mengesankan adanya suatu tindakan yang berbalasan. Dengan kata lain suatu
proses hubungan yang saling pengaruh mempengaruhi
2.4 Aspek Komunikasi Interpersonal
Aspek-aspek Komunikasi Interpersonal Menurut Devito (1997) komunikasi
interpersonal dapat berjalan efektif, apabila memiliki lima aspek efektifitas
komunikasi, yaitu:
a. Keterbukaan
Keterbukaan merupakan hal yang penting dalam berkomunikasi. Keterbukaan
yang dimaksudkan adalah kesediaan untuk mengakui perasaan dan pikiran
sebagai milik setiap orang dan harus bertanggung jawab atasnya. Kualitas
keterbukaan mengacu pada tiga hal yakni: (a) komunikator antarpribadi yang
efektif harus terbuka kepada orang yang diajaknya berinteraksi, tetapi harus
ada kesediaan untuk membuka diri dalam arti mengungkapkan informasi yang
biasanya disembunyikan, asalhkan pengungkapan diri tersebut masih batas-
batas kewajaran, (b) mengacu pada kesetiaan komunikator untuk bereaksi
secara jujur terhadap stimulus yang datang, dan (c) menyangkut kepemilikan
perasaan dan pikiran. Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa
perasaan dan pikiran yang dilontarkan adalah milik kita dan kita bertanggung
jawab atasnya.
16
b. Empati
Empati merupakan kemampuan seseorang untuk mengetahui hal yang sedang
dialami oleh orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain,
melalui kacamata orang lain. Berempati adalah merasakan sesuatu seperti yang
mengalaminya. Orang yang berempati mampu memahami motivasi dan
pengalaman orang lain, perasaan dan sikap orang lain. Langkah pertama dalam
mencapai empati adalah menahan godaan untuk mengevaluasi, menilai,
menafsirkan, dan mengkritik. Reaksi tersebut dapat menghambat pemahaman.
Langkah kedua, makin banyak seseorang mengenal orang lain (keinginan,
pengalaman, kemampuan, dan ketakutan) maka makin mampu melihat dan
merasakan hal-hal yang dialami orang lain. Langkah ketiga, mencoba
merasakan hal yang sedang dirasakan orang lain dari sudut pandangnya.
c. Dukungan
Dukungan dimaksudkan suatu sikap yang menunjukkan perasaan mendukung
terhadap suatu hal. Sikap mendukung dapat dilihat dalam tiga hal yakni: (a)
deskriptif, bukan evaluatif. Dalam komunikasi yang bernada menilai seringkali
membuat seseorang bersikap defensif, namun bukan berarti semua komunikasi
evaluatif menimbulkan reaksi defensif. Orang seringkali bereaksi terhadap
evaluasi positif tanpa sikap defensif, namun evaluasi negatif tidak selalu
menimbulkan reaksi defensif, (b) spontanitas, gaya spontanitas dapat
menciptakan suasana mendukung. Orang spontan dalam komunikasi dan terus
terang serta terbuka dalam mengutarakan pikirannyabiasanya bereaksi dengan
cara yang sama (terus terang dan terbuka). Sebaliknya, seseorang merasa
bahwa orang lain menyembunyikan perasaan yang sebenarnya dan mempunyai
17
rencana atau strategi tersembunyi, maka seseorang akan berekasi secara
defensif, dan (c) provisionalisme, artinya bersikap tentatif dan berpikiran
terbuka serta bersedia mendengar pandangannya yang berlawanan dan bersedia
mengubah posisi jika keadaan mengharuskan. Bila seseorang bertindak secara
provisional yaitu dengan pikiran terbuka, dengan keasadaran penuh bahwa
orang lain mungkin saja keliru, dan dengan kesediaan untuk mengubah sikap
dan pendapatnya, maka orang tersebut dapat didorong atau didukung.
d. Sikap positif
Komunikasi interpersonal terbina jika orang memiliki sikap positif terhadap
mereka sendiri dan perasaan positif untuk situasi komunikasi yang pada
umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Sikap positif dalam
komunikasi antarapribadi dapat dikomunikasikan melalui sikap dan dorongan.
Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari komunikasi antarpribadi
yakni: (a) komunikasi antarpribadi terbina jika orang memiliki sikap positif
terhadap diri mereka sendiri, (b) perasaan positif untuk situasi komunikasi pada
umumnya sangat penting untuk interaktif yang efektif. Dorongan dipandang
sangat penting dalam analisis transaksional dan dalam interaksi antara manusia
secara umum. Perilaku mendorong menghargai keberadaan dan pentingnya
orang lain, perilaku ini bertentangan dengan ketidakacuhan.
e. Kesetaraan
Komunikasi interpersonal akan efektif bila dalam suasananya ada kesetaraan.
Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa keduanya sama-sama
bernilai dan berharga, kedua belah pihak memiliki sesuatu yang bernilai untuk
disumbangkan. Kesetaraan tidak berarti mengharuskan seseorang menerima
18
dan menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain.
Kesetaraan berarti menerima pihak lain sebagai lawan bicara, atau kesetaraan
meminta seseorang untuk memberikan penghargaan positif tak bersyarat
kepada orang lain. Berdasarkan penjelasan di atas, aspek-aspek komunikasi
yang efektif terdiri dari keterbukaan, empati, dukungan, sikap positif, dan
kesetaraan.
2.5 Tujuan Komunikasi Interpersonal
a. Menemukan Diri Sendiri
Seseorang melakukan komunikasi interpersonal karena ingin mengetahui
dan mengenali karakteristik diri pribadi berdasarkan informasi dari orang
lain
b. Menemukan dunia luar
Dengan komunikasi interpersonal diperoleh kesempatan untuk
mendapatkan berbagai informasi dari orang lain, termasuk informasi
penting dan actual
c. Membangun dan memelihara hubungan yang harmonis
Sebagai mahluk sosial, salah satu kebutuhan setiap orang yang paling besar
adalah membentuk dan memelihara hubungan baik dengan orang lain
d. Menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi
Komunikasi interpersonal dapat menghilangkan kerugian akibat salah
komunikasi dan salah interpretasi yang terjadi antara sumber dan penerima
pesan
19
e. Mempengaruhi sikap dan tingkah laku
Setiap pengalaman akan memberi makna pada situasi kehidupan manusia
termasuk memberi makna tertentu terhadap kemungkinan terjadinya
perubahan sikap
2.6 Kontak Sosial
kontak sosial berasal dari bahasa latin con atau com (bersama-sama) dan
tango (menyentuh), jadi, artinya secara harfiah adalah bersama-sama menyentuh.
Secara fisikal, sebagai gejala sosial hal itu bukan semata-mata hubungan badaniah,
karena hubungan sosial tidak terjadi saja secara menyentuh seseorang, namun orang
dapat berhubungan dengan orang lain tanpa harus menyentuhnya. Soeryono
Soekanto (2002: 65),
Bentuk-bentuk kontak sosial sebagai berikut:
1. Dalam bentuk proses sosialisasi yang berlangsung antara pribadi orang per
orang. Proses sosialisasi ini memungkinkan seseorang mempelajari norma-
norma yang terjadi di masyarakat. Berger dan Luckmann (Bungin, 2001:
14), mengatakan proses ini terjadi melalui proses objektivitas, yaitu
interaksi sosial yang terjadi dalam dunia intersubjektif yang dilambangkan
atau mengalami proses institusionalisasi.
2. Antara orang per orang dengan suatu kelompok masyarakat atau sebaliknya.
3. Antara kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya dalam
sebuah komunitas.
4. Antara orang per orang dengan masyarakat global di dunia internasional.
5. Antara orang per orang, kelompok, masyarakat dan dunia global, di mana
kontak sosial terjadi secara simultan di antara mereka.
20
2.7 Pengertian Konsep Diri
Pengertian konsep diri menurut William D. Brooks mendefinisikan bahwa
Konsep Diri Sebagai “those physical, social, and psychological perception of
ourself that we have derived from experiences and our interactionwith others”
(1974:40). Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita.
Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologi, sosial dan fisis. Konsep diri bukan
hanya sekedar gambaran deskriptif, tetapi juga penilaian anda tentang diri anda.
Jadi konsep diri meliputi apa yang anda pikirkan dan apa yang anda rasakan tentang
diri anda. Rakhmat, Jalaludin. Psikologi Komunikasi (2007:99)
Sedangkan menurut Rogers, konsep diri adalah bagian sadar dari ruang
fenomenal yang disadari disimbolisasikan,yaitu ‘’aku’’ merupakan pusat refrensi
setiap pengalaman. Jadi konsep diri adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai
pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan
aku. (Budiharjo, ed. 1997)
Bagaimana ini terjadi, kita menjadi subjek dan objek pesepsi sekaligus?
Menurut Charles Horton Cooley, kita melakukanya dengan membayangkan diri
kita sebagai orang lain, dalam bentuk kita. Cooley menyebut gejala ini looking-
glass self (diri cermin) seakan-akan kita menaruh cermin di depan kita. Pertama,
kita membayangkan bagaimana kita tampak pada orang lain kita melihat sekilas
diri kita seperti dalam cermin. Misalnya, kita merasa wajah kita jelek. Kedua, kita
membayangkan bagaimana orang lain menilai penampilan kita. Kita pikir mereka
menganggap kita tidak menarik. Ketiga, kita mengalami perasaan bangga atau
kecewa orang mungkin merasa sedih atau malu (Vander Zenden, 1975:79)
21
Konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep
diri seseorang merupakan kerangka acuan (frame of refrence) dalam berinteraksi
dengan lingkngan. Fitts Konsep diri secara fenomenologis, dan mengatakan bahwa
ketika individu mepersepsikan dirinya, bereaksi terhadap dirinya, memberikan arti
dan penilaian serta membentuk abstraksi tentang dirinya berarti ia menunjukan
suatu kesadaran diri (self awareness) dan kemampuan untuk keluar dari dirinya
sendiri untuk melihat dirinya seperti yang ia lakukan terhadap dunia diluar dirinya.
William H. Fitts (1971)
Fits juga mengatakan bahwa konsep diri berpengaruh kuat terhadap tingkah
laku seseorang. Dengan mengetahui konsep dir seseorang, kita akan lebih mudah
meramalkan dan memahami tingkah laku orang tersebut. Pada umumnya tingkah
laku individu berkaitan dengan gagsan-gagasan tentang dirinya sendiri. Jika
seseorang mepersepsikan dirinya sebagai orang yang inferior dibandingkan dengan
orang lain, walaupun belum tentu bena, biasanya tingkah laku yang ia tampilkan
akan berhubungan dengan kekurangan yang dipersepsinya secara subjektif tersebut
Berikut adalah factor-faktor yang dapat mempengaruhi konsep diri (Fitts,
1971):
Pengalaman, terutama pengalaman interpersonal, yang
memunculkan perasaan positif dan perasaan berharga
Kompetensi dalam area yang dihargai oleh individu dan orang lain
Aktualisasi diri, atau implementasi dan realisasi dari potensi pribadi
yang sebenarnya.
22
2.8 Perkembangan Konsep Diri
Pekembangan konsep diri merupakan proses yang terus berlanjut
disepanjang kehidupan manusia. bahwa persepsi tentang diri tidak langsung muncul
pada saat dilahirkan, tetapi mulai brekembang secara bertahap dengan munculnya
kemampuan perseftif. Diri (self) berkembang ketika individu merasakan bahwa
dirinya terpisah dan berbeda dari orang lain. Ketika ibu dikenali sebagai orang yang
terpisah dari dirinya dan ia mulai mengenali wajah-wajah orang lain, seorang bayi
membentuk pandangan yang masih kabur tentang dirinya sebagai seorang individu.
Symonds (1951, dalam Fitts, 1971)
Pada usia 6-7 tahun, batas-batas dari diri individu mulai menjadi lebih jelas
sebagai hsil dari eksplorasi dan pengalaman dengan tubuhnya sendiri, konsep diri
individu sepenuhnya didasari oleh persepsi tentang diri sendiri. Dengan mulai
bertambahnya usia pandangan tentang diri sendiri menjadi lebih beragam didasari
oleh nilai-nilai yang diperoleh dari interaksi dengan orang lain (Taylor, 1953; Comb
& Snygg, 1959)
Selama masa anak pertengahan dan akhir. Kelompok teman sebaya akan
mulai memainkan peran yang mendominasi, mulai menggantikan peran orang tua
sebagai orang yang turut berpengaruh pada perkembangan konsep diri mereka.
Anak semakin mengidentifikasikan diri dengan anak-anak yang usianya sama dan
mulia mengadopsi bentuk-bentuk dan tingkah laku dari sekelompok teman sebaya
dari jenis kelamin yang sama.
Selama masa anak peridoe akhir konsep diri yang terbentuk sudah mulai
agak stabil. Tetapi dengan mulainya masa pubertas mulai terjadi perubahan secara
23
drastic pada konsep diri. Remaja yang masi muda mulai persepsikan dirinya sebgai
orang yang sudah dewasa dalam banyak cara, walaupun ketidak tergantungan dari
orang dewasa msih mungkin belium terjadi dalam bebrapa tahun kedepan, remaja
mulai terarah pada tingkah laku untuk mengatur diri sendiri.
2.9 Aspek-aspek Konsep Diri
Menurut Harlock, konsep diri mempunyai beberapa aspek,
a. Aspek fisik, meliputi penilaian individu terhadap segala sesuatu yang
dimilikinya,seperti tubuh, pakaian, benda miliknya dan lain sebagainya.
b. Aspek psikis, meliputi pikiran, perasaan, dan sikap yang dimiliki individu
terhadap dirinya sendiri.
c. Aspek social, meliputi peranan social yang dimainkan individu dan
penilaian individu terhadap peran tersebut
Widjajanti (1996) menggunakan teori kebutuhan Maslow sebagai landasan
penyusunan angket konsep diri. Seperti yang dikutip oleh Widjajanti, sesuai dengan
teori kebutuhan dari Maslow tersebut, dalam konsep diri terdapat beberapa aspek,
yang meliputi ;
a. aspek fisik, meliputi penilaian individu terhadap segala sesuatu yang
dimilikinya, seperti tubuh, pakaian, benda miliknya, dan lain
sebagainya,
b. aspek psikis, meliputi pikiran, perasaan, dan sikap yang dimiliki
individu terhadap dirinya sendiri,
c. aspek sosial, meliputi peranan sosial yang dimainkan individu dan
penilaian individu terhadap peran tersebut, dan
24
d. aspek moral, meliputi nilai dan prinsip yang memberi arti serta arah
bagi kehidupan seseorang.
Bisa dikatakan bahwa konsep diri bukan merupakan suatu kesatuan ataupun
generalisasi dari pikiran-pikiran tetapi mencakup bermacam-macam gambaran
tentang diri, mulai dari bidang kognitif sampai dengan moral.
Sedangkan bila disimpulkan, aspek-aspek yang terkandung dalam konsep diri yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ;
a. aspek fisik, meliputi penilaian individu terhadap segala sesuatu yang
dimilikinya, seperti kondisi tubuh, penampilan fisik, keahlian,
pakaian,
b. aspek kognitif, meliputi gambaran yang menyangkut daya ingat,
kemampuan mengolah data, kemampuan matematika, verbal, dan
akademik secara umum,
c. aspek emosi, meliputi ketrampilan individu terhadap pengelolaan
impuls dan irama perubahan emosinya,
d. aspek sosial, meliputi kemampuan dalam berhubungan dengan
dunia di luar dirinya, perasaan mampu dan berharga dalam lingkup
interaksi sosial dengan orang lain secara umum,
e. aspek moral etik yang aspek moral, meliputi nilai dan prinsip yang
memberi arti serta arah bagi kehidupan seseorang, arti dan nilai
moral, hubungan dengan Tuhan, perasaan menjadi orang “baik atau
berdosa”, dan kepuasan atau ketidakpuasan terhadap agama yang
dianut,
25
f. aspek seksual, meliputi pikiran dan perasaan individu terhadap
perilaku dan pasangannya dalam hal seksualitas,
g. aspek keluarga, meliputi arti keberadaan diri di dalam keluarga,
hubungan dengan dan dalam keluarga, dan
h. aspek diri secara keseluruhan, meliputi pikiran, perasaan, dan sikap
yang dimiliki individu terhadap dirinya sendiri.
Kombinasi dari keseluruhan aspek tersebut adalah gambaran mengenai diri
seseorang, baik persepsi terhadap diri nyatanya maupun penilaian berdasarkan
harapannya.
2.1.0 Dimensi-Dimensi Dalam Konsep Diri
a. Dimensi Internal
Dimensi internal atau yang disebut juga kerangka acuan internal (internal
frame of rfrence) adalah penilaian yang dilakukan individu yakni penilaian yang
dilakukan individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia di dalam dirinya.
Dimensi ini terdiri dari tiga bentuk
Diri Identitas (identity self)
Bagian ini merupakan aspek yang paling mendasar pada konsep diri
dan mengacu pada pertanyaan, “siapakah saya?” dalam pertanyaan
tersebut trecakup label-label dan symbol-simbol yang diberikan
pada diri (self) oleh individu-individu yang bersangkutan untuk
menggambarkan dirinya dan membangun identitas.
Diri Pelaku (behavioral self)
26
Merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya, yang
berisikan segala kesadaran mengenai “apa yang dilakukan oleh diri”.
Selain itu bagian ini berkaitan erat diri identitas. Diri yang yang
adekuat akan menunjukan adanya keserasian antara diri identitas
dengan diri perilakunya, sehingga ia dapat mengenali dan menerima,
baik diri sebagai identitas maupun diri sebagai pelaku. Kaitan
keduanya dapat dilihat pada diri sebagai penilai
Diri Penerima/Penilai (judging self)
Diri Penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar, dan
evaluator. Kedudukanya adalah sebagai perantara (mediator) antara
diri identitas dan diri pelaku. Manusia cenderung memberikan
penilaian terhadap apa yang dipersepsikanya, oleh karena itu, label-
label yang diberikan pada dirinya bukanlah semata mata
menggambarkan dirinya, tetapi juga syarat dengan nilai-nilai.
Penilaian ini lebih berperan dalam menentukan tindakan yang akan
ditampilkanya.
Diri penilai menentukan kepuasan seseorang akan dirinya. Atau seberapa
jauh seseorang menerima dirinya. Kepuasan yang rendah akan menimbulkan harga
diri (slef esteem) yang rendah dan akan mengembangkan ketidak percayaan yang
mendasar pada dirinya. Begitupun sebaliknya bagi individu yang memiliki
kepuasan diri yang tinggi, kesadaran dirinya lebih realistis.
b. Dimensi Eksternal
27
Pada dimensi Eksternal. Individu menilai dirinya melalui hubungan dan
aktivitas sosialnya, nilai-nilai yang dianutnya, serta hal-hal lain di luarnya. Dimensi
ini merupakan suatu hal yang luas, misalnya diri yang berkaitan dengan sekolah,
organisasi, agama, dan sebagainya, dimesi ini dibedakan satas lima bentuk
Diri Fisik (physical self)
Menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya secara
fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang mengenai kesehatan
dirinya, penampilan dirinya (cantik, jelek, menarik dan tidak
menarik), dan keadaan tubuhnya (tinggi, pendek, gemuk dan kurus).
Diri Etik-moral (moral-ethical self)
Merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya terlihat dari standar
pertimbangan nilai moral dan etika. Menyangkut persepsi seseorang
mengenai hubunganya dengan Tuhan, kepuasan seseorang akan
kehidupan keagamaanya dan nilai-nilai moral yang dipegangnya,
yang meliputi batasan baik dan buruk.
Diri Pribadi (personal self)
Merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang keadaan
pribadinya. Hal ini tidak dipengaruhi oleh keadaan fisik atau
hubungan dengan orang lai, dipengaruhi oleh sejauh mana individu
merasa puas terhadap pribadinya.
Diri Keluarga (family self)
Menunjukan perasaan dan harga diri seseorang dalam kedudukanya
sebagai anggota keluarga. Bagian ini menunjukan seberapa jauh
seseorang merasa kuat terhadap dirinya sebagai anggota keluarga.
28
Diri Sosial (social self)
Merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan
orang lain maupun lingkungan sekitarnya. Pembentukan penialaian
individu terhadap bagian-bagian dirinya dalam dimensi eksternal ini
dapat dipengaruhi oleh penilaian dan interaksinya dengan orang lain.
Pembentukan penilaian individu terhadap bagian-bagian dari dirinya dalam
dimensi eksternal dapat dipengaruhi oleh penilaian dan interkasi dengn orang lain.
Seseorang tidak dapat begitu saja menilai bahwa ia memiliki fisik yang baik tanpa
danya reaksi dari orang lain bahwa secara fisik ia memang menarik. Begitu juga
seseorang tidak dapat mengatakan bahwa ia memiliki pribadi yang baik tanpa
adanya tanggapan atau reaksi dari dari orang lain disekitarnya yang meperlihatkan
bahwa ia memang pribadi yang baik
Seluruh bagian dari ini, baik internal maupun eksternal, saling berinteraksi
dan membentuk suatu kesatuan yang utuh, Fitts mengemukakan suatu analogi
dengan mngumpamakan diri secara keseluruhan sebagai sebuah jeruk, yang dapat
dipotong secara horizontal akan keliatan berbeda dari jeruk yang dipotong secara
vertical, walaupun keduanya merupakan bagian dari suatu keseluruhan yang sama.
Jika bagian-bagian internal dianggap sebagai lapisan-lapisan yang
membentuk jeruk tersebut, maka diri identitas adalah bagian yang paling dalam,
diri tingkah laku adalah kulit luar. Dan diri penerimaan adalah bagian yang
mengantarai kedua bagian lainya itu. Sedangkan bagian diri eksternal dapat
diumpamakan sebagai bagian-bagian vertical dari jeruk itu. Masing-masing
29
merupakan bagian lain, dan semua bagian ini turut menentukan bentuk dan struktur
jeruk tersebut secara keseluruhan.
2.1.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Diri
Gabriel Marcel, filusuf eksistensialis, mencoba menjawab misteri
keberadaan, The mystery of Being, menulis tentang peranan orang lain dalam
memahami diri kita, kita mengenal orang lain lebih dulu. Bagaimana anda menilai
diri saya, akan membentuk konsep diri saya. Tidak semua orang lain mempunyai
pengaruh yang sama terhadap diri kita.ada yang paling berpengaruh, yaitu orang
yang paling dekat dengan kita.
George Herbert Mead (1934) meneyebut mereka significant others orang
lainyang sangat penting ketika kita masih keci, mereka adalah orang tua kita,
saudara-saudara kita dan orang yang tinggal satu rumah dengan kita
affective others orang lain yang dengan mereka kita mempunyai ikatan
emosional. Dari merekalah, secara perlahan lahan kita membentuk konsep diri kita.
Senyuman, pujian, penghargaan, pelukan mereka, menyebabkan kita menilai
dirikita secara positif. Ejekan, cemoohan, dan hardikan membuat kita memandang
diri kita negative. Dewey dan W.J. humber (1966: 105)
pada masa remaja terdapat delapan kondisi yang mempengaruhi konsep diri yaitu
Usia kematangan
Remaja yang matang lebih awal dan diperlakukan hamper seperti
orang dewasa akan mengembangkan konsep diri yang
menyenangkan sehingga dapat menyesuiakan diri dengan baik.
30
Tetapi apabila remaja matang terlambat dan diperlakukan seperti
ank-anak akan merasa bernasib kurang baik sehingga kurang bisa
menyesuaikan diri.
Penampilan diri
Penampilan diri yang berbeda bisa membuat remaja merasa rendah
diri. Daya tarik fisik yang dimiliki sangat mempengaruhi dalam
pembuatan penilaian tentang ciri kepribadian seorang remaja
Kepatutan seks
Kepatutan seks dalam penampilan diri, minat dan perilaku
membantu remaja mencapai konsep diri yang baik. Ketidak patutan
seks membuat remaja sadar dari dan hal ini memberikan akibat
buruk pada perilakunya.
Nama dan julukan
Remaja peka dan merasa malu apabila teman-teman sekelompoknya
menilai namnya buruk atau bila mereka memberi nama dan julukan
yang bernada ejekan.
Hubungan keluarga
Seorang remaja yang memiliki hubungan yang dekat dengan salah
satu anggota keluarga akan mengidentifikasikan dirinya dengan
orang tersebut dan juga ingin mengembangkan pola kepribadian
yang sama
Teman-teman sebaya
Teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua
cara. Pertama, konsep diri remaja merupakan cerminan dari
31
anggapan tentang konsep teman-teman tentang dirinya yang kedua,
seorang remaja berada dalam tekanan untung mengembangkan ciri-
ciri kepribadian yang diakui oleh kelompok.
Kreativitas
Remaja yang semasa kanak-kanak didorong untuk kreatif dalam
bermain dan dalam tugas-tugas akademis, mengembangkan
perasaan individualitas dan identitas memberi pengaruh yang baik
pada konsep dirinya. Sebaliknya, remaja yang sejak awal masa
kanak-kanak didorong untuk mengikuti pola yang sudah diakui akan
kurang mempunyai perasaan identitas dan individualitas.
Cita-cita
Bila seorang remaja tidak memiliki cita-cita yang realitik, maka
akan mengalami kegagalan. Hal ini akan menimbulkan perasaan
tidak mampu dan reaksi-reaksi bertahan dimana remaja tersebut
akan menyalahkan orang lain atas kegagalanya. Remaja yang
realitas dalam kemampuanya akan lebih banyak mengalami
keberhasilan daripada kegagalan. Hal ini akan menimbulkan
kepercayaan diri dan kepuasan diri yang lebih besar yang
memberikan konsep diri yang lebih baik
2.1.2 Sumber dari Konsep Diri
Terdapat 3 teori utama untuk menjelaskan bagaimana faktor tertentu
membentuk setiap konsep diri terhadap masing-masing individu.
Pantulan Penilaian
32
Pantulan penilaian menyatakan bahwa pandangan mengenai diri kita sendiri
akan tercemin sama dan konsisten dengan pandangan orang lain terhadap diri kita,
sehingga kita juga berperilaku sesuai kehendak diri kita karena di pengaruhi oleh
cara pandang dari orang lain juga, maksudnya adalah apabila kita memiliki sifat
yang humoris maka tanpa sadar apabila kita sedang berkomunikasi dengan
seseorang atau teman sekelas kita maka akan tercemin kepada rekan kita bahwa kita
adalah seseorang yang humoris dan menyenangka dan kita juga mengetahui
perilaku kita bahwa kita seseorang yang humoris dari hasil feedback para rekan
yang telah kita ajak berkomunikasi.
Pantulan penilaian meliputi apa yang kita pikir umum di dalam kehidupan
bermasyarakat atau dengan kata lain penilaian terhadap diri kita mudah di
pengaruhi oleh sesuatu yang di anggap umum (keputusan mayoritas) sehingga kita
mengikuti apa yang di anggap benar dan wajar di dalam kehidupan masyarakat.
Pembanding Sosial
Kemudian faktor kedua adalah pembanding Sosial menurut prinsip
pembanding sosial (social comparison) di dalam buku Connecting (1994 : 47)
setiap individu membandingkan dirinya sendiri terhadap orang lain yang bertujuan
untuk memperlajari dirinya sendiri dan mengevaluasi bagaiaman menghitung
standar yang sudah ada di dalam masyarakat.
Self perceiption
Persepsi diri adalah proses dimana seseorang mempersepsi dirinya melalui
perilaku-perilaku yang ditunjukkan dalam kehidupan kesehariannya. Misalnya
orang akan mengatakan dirinya termasuk yang dermawan apabila dalam
33
kesehariannya dia suka memberikan pertolongan pada orang lain, rendah hati, tidak
pemarah, lemah lembut dalam bertutur kata, dan sebagainya. Persepsi diri datang
dari suatu pengalaman yang didapat.
2.1.3 Perkembangan Diri
Sebagaimana pikiran berkembang, begitu juga “diri” (self), sejalan dengan
sosialisasi individu dalam masyarakat. Diri merujuk kepada kapasitas dan
pengalaman yang memungkinkan manusia menjadi objek bagi diri mereka sendiri.
Kemunculan bergantung kepada kemampuan individu untuk mengambil peran
orang lain dalam lingkungan sosialnya. Melalui proses pengambilan peran ini,
individu menginternalisasikan norma-norma kelompoknya, mulai dari keluarga,
kelompok sebaya, kelompok masyarakat, hingga bangsanya. Individu bergaul
dengan orang lain ini berdasarkan norma-norma tersebut yang memungkinkan
individu tersosialisasikan.
Perkembangan diri secara jelas dapat diamati pada anak-anak. Menurut
Mead, perkembangan diri terdiri dua tahap umum yang ia sebut tahap permainan
(play stage) dan tahap pertandingan (game stage). Tahap permainan adalah
perkembangan pengambilan peran bersifat elementer yang memungkinkan anak-
anak melihat diri mereka sendiri dari perspektif orang lain yang dianggap penting
(significant others), khususnya orangtua mereka. Tahap ini ditandai dengan
keaslian dan spontanitas pada perilaku anak-anak.
Tahap pertandingan berasal dari proses pengambilan peran dan sikap orang
lain secara umum (generalized others), yaitu masyarakat umumnya. Pada tahap
kedua inilah, ketika anak memasuki komunitaasnya, individu menjadi suatu objek
34
dalam arti yang sesungguhnya. Dengan cara demikian ia dapat memainkan
sebanyak mungkin peran dan dapat melihat dirinya sendiri dari begbagai perspektif,
bergantung dari perspektif yang digunakan orang-orang yang dijumpai dalam
hidupnya. Pada tahap ini orang tersebut berusaha memenuhi berbagai harapan
orang-orang lain pada saat yang sama.
Mead menggunakan metaphor pertandingan baseball sebagai situasi yang
memungkinkan anaka-anak mengalami tahap pertandingan mereka dengan
membayangakn dan mengantisipasi maksud dan harapan individu-individu secara
keseluruhan, bukan sebagai orang-orang yang terpisah. Hanya bila orang-orang
mencapai tahap ini, mereka memperoleh konsep diri yang ajeg, meskipun mereka
memasuki aneka ragam lingkungan sosial. Suatu diri yang lengkap berkembang
ketika individu mengambil peran atau sikap kelompok terorganisasikan dimana ia
atau perangkat akivitas yang melibatkan kelompok tersebut.
2.1.4 Presentasi Diri
Diri dari Mead diinterpretasikan dan dikembangkan oleh Goffman dalam
bukunya, The Prsentation of Self In Eveyday life (1959) bagi Goffan, individu tidak
sekedar mengambil peran oranglain melainkan berhantung pada oramg lain untuk
melengkapkan citra diri tersebut. Kontras diri dari Mead, yang stabil dan sinambung
selagi membentuk dan dibentuk Masyarakat berdasarkan basis jangka panjang, diri
dari Goffan bersifat temporer dalam arti bahwa diri tersebut berjangka pendek,
bermain peran karena selalu dituntut oleh peran-peran sosial yang berlainan yang
interaksinya dengan masyarakat berlangsung dalam episode-episode pendek. Orang
lain dalam interaksi itulah yang turut mengisi dan terkadang membentuk gambaran-
35
diri melalui perlakuan mereka terhadap individu. Bagi Goffan, diri bukanlah
sesuatu yang dimiliki individu, melainkan yang dipinjamkan orang lain kepadanya.
(Mulyana, Deddy. 2006 : 110)
2.1.5 Jenis-jenis Konsep Diri
bahwa dalam menilai dirinya seseorang ada yang menilai positif dan ada yang
menilai negatif. Maksudnya individu tersebut ada yang mempunyai konsep diri
yang positif dan ada yang mempunyai konsep diri yang negatif. William D.Brooks
(dalam Rahkmat, 2005:105)
1. konsep diri yang positif adalah
Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Orang ini
mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin
untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan
percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri, tidak
sombong, mencela atau meremehkan siapapun, selalu menghargai
orang lain.
Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa
malu tanpa menghilangkan rasa merendah diri, jadi meskipun ia
menerima pujian ia tidak membanggakan dirinya apalagi
meremehkan orang lain.
Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan
keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh
masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan
36
menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak di setujui
oleh masyarakat.
Mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-
aspek kepribadian tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia
mampu untuk mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum
menginstrospeksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya
menjadi lebih baik agar diterima di lingkungannya.
Dasar konsep diri positif adalah penerimaan diri. Kualitas ini lebih mengarah
kekerendahan hati dan kekedermawanan dari pada keangkuhan dan keegoisan.
Orang yang mengenal dirinya dengan baik merupakan orang yang mempunyai
konsep diri yang positif.
2. konsep diri negatif adalah
Peka terhadap kritik. Orang ini sangat tidak tahan kritik yang
diterimanya dan mudah marah atau naik pitam, hal ini berarti dilihat
dari faktor yang mempengaruhi dari individu tersebut belum dapat
mengendalikan emosinya, sehingga kritikan dianggap sebagi hal
yang salah. Bagi orang seperti ini koreksi sering dipersepsi sebagai
usaha untuk menjatuhkan harga dirinya. Dalam berkomunikasi
orang yang memiliki konsep diri negatif cenderung menghindari
dialog yang terbuka, dan bersikeras mempertahankan pendapatnya
dengan berbagai logika yang keliru.
Responsif sekali terhadap pujian. Walaupun ia mungkin berpura-
pura menghindari pujian, ia tidak dapat menyembunyikan
antusiasmenya pada waktu menerima pujian. Buat orang seperti ini,
37
segala macam embel-embel yang menjunjung harga dirinya menjadi
pusat perhatian. Bersamaan dengan kesenangannya terhadap pujian,
merekapun hiperkritis terhadap orang lain.
Cenderung bersikap hiperkritis. Ia selalu mengeluh, mencela atau
meremehkan apapun dan siapapun. Mereka tidak pandai dan tidak
sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada
kelebihan orang lain.
Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain. Ia merasa tidak
diperhatikan, karena itulah ia bereaksi pada orang lain sebagai
musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban
persahabatan, berarti individu tersebut merasa rendah diri atau
bahkan berperilaku yang tidak disenangi, misalkan membenci,
mencela atau bahkan yang melibatkan fisik yaitu mengajak
berkelahi (bermusuhan).
Bersikap psimis terhadap kompetisi. Hal ini terungkap dalam
keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat
prestasi. Ia akan menganggap tidak akan berdaya melawan
persaingan yang merugikan dirinya
konsep diri negatif meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak
berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak
menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Individu ini akan
cenderung bersikap psimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang
dihadapinya. Ia tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai
halangan. Individu yang memiliki konsep diri negatif akan mudah menyerah
38
sebelum berperang dan jika ia mengalami kegagalan akan menyalahkan diri sendiri
maupun menyalahkan orang lain.
Isi dari konsep diri merupakan keseluruhan dari elemen-elemen kognitif.
Konsepsi kognitif tentang individu adalah tentang dirinya. Pada konteks ini perlu
memberi perhatian pada berbagai konsepsi, tetapi juga perlu diperhatikan cara
dimana terjadi saling berhubunganya yang terorganisasikan secara sistematis.
Terdapat indikasi yang memadai bahwa representasi kognitif dari individu tidak
berbeda didalam dirinya tapi sebagai unit yang terpisah dari informasi luar tetapi
secara menyeluruh saling berhubungan.
Terdapapat tiga komponen dari self
2.1.6 Penyesuaian Diri
Pada dasarnya manusia adalah mahluk sosial yang pasti selalu menjadi
bagin dari suatu lingkungan yang ditempatunya. Di lingkukan manapun individu
berada, ia akan berhadapan dengan harapan dan tuntutan tertentu dari suatu
lingkungan yang harus dipenuhi. Individu juga memiliki kebutuhan, harapan, dan
tuntutan dalam dirinya, yang harus disesuaikan dengan tuntutan dari lingkungan
sekitarnya. Bila individu mampu menyesuaikan kedua hal tersebut, maka bisa
dikatakan bahwa individu tersebut mampu menyesuaikan diri.
Penyesuaian diri merupakan suatu proses yang mencakup respon-respon
mental dan tingkah laku yang merupakan usaha individu agar berhasil mengatasi
kebutuhan, ketegangan, konflik dan frustasi yang dialami dalam dirinya
(Schneiders 1964)
39
2.1.7 Cosplay
Budaya pop Jepang memang sepertinya tak akan pernah mati untuk diulas,
Anda yang sudah menjadi penggemar budaya Jepang kebanyakan pasti akan
tertarik untuk belajar bahasa Jepang dan juga trend masa kininya. Diantara budya
pop yang paling populer adalah manga serta anime. Dari dua hal tersebut mulai
muncul hasrat dari para otaku atau anime lovers untuk memperagakan adegan
didalam anime atau manga serta memakai kostum-kostum tokohnya. Kita mengenal
peragaan kostum tersebut sebagai cosplay. Apa itu cosplay?
Cosplay itu berasal dari budaya barat yang masuk ke Jepang, istilah tersebut
berasal dari kata costume dan play dimana seseorang akan memakai riasan serta
pakaian seperti tokoh kartun, komik, dongeng, atau artis. Ketika mulai merebak di
Jepang, kata-kata cosplay ditulis dengan katakana dan ejaannya menjadi kosupure
(karena orang Jepang sulit melafalkan konsonan). Orang yang melakukan aktivitas
cosplay disebut sebagai cosplayer. Jadi singkatnya arti cosplay adalah permainan
kostum (custome play) dimana orang-orang akan menggunakan baju dan kostum
seperti tokoh game, anime, film kartun, dan juga musisi atau artis idola.
2.1.8 Perkembangan cosplay di Indoensia
Walaupun anime dan manga sudah lebih dulu dikenal dan populer di
Indonesia sejak tahun 80 dan 90-an, cosplay masih menjadi hal yang terdengar
asing di telinga warga Indonesia. Cosplay mulai dilirik di awal tahun 2000 setelah
Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan event yang bertajuk Gelar Jepang UI
dengan event cosplay dan pada saat itupun peminat cosplay masih sangat minim.
Lalu merebaknya fashion ala Jepang yang dikenal Harajuku Style turut mendorong
40
para anak muda mulai berdandan ala cosplay hingga makin terkenal dan memiliki
banyak komunitas dibanyak kota besar. Sekarang sudah mudah sekali ditemui
lomba cosplay di Jakarta, Bandung atau Surabaya.
2.1.9 Jenis-jenis copslay
Cosplay juga memiliki macam jenis, bagi Anda yang tertarik ingin sesekali
mencoba atau hanya ingin lebih mengenal apa saja ragam cosplay bisa
memperhatikan beberapa jenis cosplay berikut ini:
Cosplay anime atau manga
Cosplay anime naruto borutoCosplay jenis ini biasanya lebih memiliki
banyak penggemar, kartun Jepang atau anime memang selalu menyajikan kualitas
cerita yang apik serta kostum tokohnya yang khas. Anda akan mudah mengenali
seorang cosplayer berdandan ala Naruto dilihat dari baju warna oranye dan rambut
jigrak warna kuningnya, tak lupa dengan ikat kepala berlambang Desa Konoha.
Semua tokoh ninja di anime Naruto tersebut memakai ikat kepala sesuai dengan
daerah masing-masing desa. Seorang cosplayer (anime cosplay) bahkan rela
mempermak wajah atau rambut demi mendapat penampilan yang mirip dengan
anime atau manga yang ia perankan.
Cosplay dari game
Anime cosplay game Cosplay game ini tak hanya terkenal di Jepang tetapi
juga di Amerika Serikat. Negeri paman sam terkenal dengan kepopuleran game
yang menyedot banyak fans sehingga melahirkan banyak cosplayer yang ingin
berdandan ala tokoh game favorit mereka. Beberapa tahun lalu game-game terkenal
41
seperti Final Fantasy dan juga Ragnarok menjadi inspirasi banyak cosplayer. Tiap
tahun akan ada game-game menarik yang menjadi inspirasi untuk tema cosplay
game.
Cosplay tokoh tokusatsu
Arti cosplay tokusatsu japanese cosplay Tokusatsu adalah istilah Jepang
untuk film atau serial yang bernuansa fiksi ilmiah atau fantasi. Contoh tokusatsu
adalah serial Power Ranger, Ultraman dan Kamen Rider. Serialnya bercerita
tentang musuh-musuh dari luar angkasa (alien) dan pahlawan berkekuatan super
yang melindungi bumi serta manusia dari invasi makhluk jahat planet lain.
Cosplayer juga cukup sering berdandan ala tokusatsu untuk mendapatkan efek yang
lebih heboh. Pengerjaan kostumnya pun cenderung lebih rumit.
Itulah sejarah singkat dan jenis-jenis cosplay yang ada, kalau Anda tertarik lebih
dalam untuk mengenal cosplay, maka coba saja kunjungi beberapa event Jepang
yang ada disekitar kota Anda, pastinya Anda akan bertemu dengan para cosplayer
yang memakai kostum-kostum unik.