23
17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian kepuasan Perkawinan Alasan utama yang mendasari seseorang untuk melakukan perkawinan adalah untuk mendapatkan dan memiliki teman hidup dan mendapatkan kepuasan psikologis dari perkawinan tersebut (Widyarini, 2009). Kepuasan perkawinan adalah evaluasi subjektif seseorang mengenai kualitas keseluruhan dari perkawinan yang dijalankan. Kepuasan perkawinan tersebut dapat dilihat dari sejauh mana kebutuhan, harapan, dan keinginan dari pasangan suami istri terpenuhi dalam perkawinan yang dijalani. ( Bahr, Chappell, & Leigh, 1983). Emily & Todd (2007) menyatakan bahwa kepuasan perkawinan adalah kondisi mental yang mencerminkan kebaikan atau manfaat dan penghargaan yang dirasakan oleh sebagian orang dalam sebuah perkawinan. Menurut Roach dkk (1981) kepuasan perkawinan adalah persepsi seseorang terhadap kehidupan perkawinan yang diukur berdasarkan kesenangan yang dirasakan dalam jangka waktu tertentu. Lebih lanjut menurut Mitchell & Boster (1998) kepuasan perkawinan adalah tingkat perasaan positif yang dirasakan oleh individu yang menikah berkaitan dengan tingkat komunikasi pasangan, seberapa baik konflik diselesaikan dan bagaimana masalah diuraikan. Jadi dapat disimpulkan bahwa kepuasan perkawinan adalah perasaan positif yang dirasakan oleh individu yang sudah menikah terhadap perkawinan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2651/2/BAB II.pdf · 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian kepuasan Perkawinan

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2651/2/BAB II.pdf · 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian kepuasan Perkawinan

17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepuasan Perkawinan

1. Pengertian kepuasan Perkawinan

Alasan utama yang mendasari seseorang untuk melakukan perkawinan

adalah untuk mendapatkan dan memiliki teman hidup dan mendapatkan kepuasan

psikologis dari perkawinan tersebut (Widyarini, 2009). Kepuasan perkawinan

adalah evaluasi subjektif seseorang mengenai kualitas keseluruhan dari

perkawinan yang dijalankan. Kepuasan perkawinan tersebut dapat dilihat dari

sejauh mana kebutuhan, harapan, dan keinginan dari pasangan suami istri

terpenuhi dalam perkawinan yang dijalani. ( Bahr, Chappell, & Leigh, 1983).

Emily & Todd (2007) menyatakan bahwa kepuasan perkawinan adalah

kondisi mental yang mencerminkan kebaikan atau manfaat dan penghargaan yang

dirasakan oleh sebagian orang dalam sebuah perkawinan. Menurut Roach dkk

(1981) kepuasan perkawinan adalah persepsi seseorang terhadap kehidupan

perkawinan yang diukur berdasarkan kesenangan yang dirasakan dalam jangka

waktu tertentu. Lebih lanjut menurut Mitchell & Boster (1998) kepuasan

perkawinan adalah tingkat perasaan positif yang dirasakan oleh individu yang

menikah berkaitan dengan tingkat komunikasi pasangan, seberapa baik konflik

diselesaikan dan bagaimana masalah diuraikan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kepuasan perkawinan adalah perasaan

positif yang dirasakan oleh individu yang sudah menikah terhadap perkawinan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2651/2/BAB II.pdf · 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian kepuasan Perkawinan

18

yang berkaitan dengan kebaikan atau manfaat, penghargaan, kesenangan yang

dirasakan, tingkat komunikasi pasangan, seberapa baik konflik diselesaikan dan

bagaimana masalah diuraikan.

2. Aspek-aspek Kepuasan Perkawinan

Snyder (1979) mengemukakan bahwa ada beberapa aspek yang bisa

dijadikan tolok ukur kepuasan perkawinan yaitu:

a. Kelaziman (conventionalization / CNV)

Aspek Kelaziman mencerminkan kecenderungan seseorang untuk

menilai perkawinan menurut kriteria yang diidealkan oleh masyarakat.

b. Penderitaan secara umum (Global Distress / GDS)

Penderitaan secara umum yang dimaksud adalah mencerminkan

ketidakpuasan individu terhadap perkawinan secara umum.

c. Komunikasi Afektif (Affective Communication / AFC)

Komunikasi Afektif meliputi ketidakpuasan individu secara

menyeluruh terhadap afeksi dan pengertian yang diberikan oleh pasangan.

d. Komunikasi dalam Pemecahan Masalah (Problem-Solving

Communication / PSC)

Komunikasi dalam Pemecahan Masalah dalam hal ini adalah

ketidakcakapan komunikasi untuk memecahkan masalah dan

ketidakkemampuan untuk menyelesaikan perbedaan pendapat atau

perselisihan yang dialami oleh pasangan suami istri.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2651/2/BAB II.pdf · 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian kepuasan Perkawinan

19

e. Jadwal kebersamaan (Time Together / TTO)

Aspek ini mencerminkan kurangnya minat kebersamaan kesediaan

dan ketidakpuasan terhadap kualitas dan kuantitas dalam pengunaan waktu

bersama pasangan.

f. Kesepakatan mengenai Pengelolaan Keuangan (Disagreement About

Finances / FIN)

Aspek ini melaporkan tentang adanya ketidaksepakatan dalam

pengelolaan keuangan keluarga.

g. Kepuasan Seksual (Sexual Disatisfaction / SEX)

Aspek ini menilai tentang ketidakpuasan mengenai frekuensi dan

kualitas dari hubungan dan aktivitas seksual lainnya.

h. Orientasi Peran (Role- Orientation / ROR)

Aspek ini adalah tentang orientasi peran yang dipakai dalam

perkawinan maupun fungsi sebagai orangtua, termasuk di dalamnya peran

jenis.

i. Sejarah atau pengalaman Keluarga mengenai kesedihan atau

penderitaan (Family History of Distress / FAM)

Aspek ini adalah tentang masa kecil yang tidak bahagia dan

ketidakharmonisan perkawinan yang dialami oleh orang tua dari pasangan

suami istri dan keluarga besar yang lain.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2651/2/BAB II.pdf · 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian kepuasan Perkawinan

20

j. Ketidakpuasan terhadap anak (Dissatisfaction With Children / DSC)

Aspek ini adalah tentang ketidakpuasan dalam hal peran sebagai

orang tua dan kekecewaan terhadap anak hasil perkawinan; dan

k. konflik perbedaan cara mendidik anak (Conflict Over Childrearing /

CCR)

Aspek ini mengenai perhatian pasangan suami istri yang

berhubungan dengan konflik kebiasaan mengasuh anak.

Sepuluh tahun setelah Snyder melakukan penelitian mengenai aspek-aspek

di atas, Fowers & Olson (1989) mencoba merumuskan kembali aspek-aspek

kepuasan perkawinan yakni menjadi:

a. Kepribadian

Aspek ini berhubungan dengan persepsi seseorang terhadap

pasangan melalui pengamatan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan

kepribadian dan tingkatan perasaan memuaskan pada aspek kepribadian

tersebut. Perasaan memuaskan disini adalah pasangan suami istri dapat

saling menerima, mengerti dan memahami faktor-faktor kepribadian

seperti sifat, sikap, dan perilaku pasangan yang berbeda dengan sifat,

sikap, dan perilaku individu yang bersangkutan dan sulit untuk diubah

seperti hobi dan sifat pribadi (Lestari, 2012).

b. Komunikasi

Aspek ini berhubungan dengan perasaan dan sikap individu

mengenai komunikasi dalam hubungan perkawinan yang dijalani. Aspek

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2651/2/BAB II.pdf · 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian kepuasan Perkawinan

21

ini fokus terhadap tingkat perasaan senang terhadap kedekatan dengan

pasangan dalam berbagi dan menerima pesan emosional dan kognitif.

Komunikasi merupakan aspek terpenting dalam perkawinan,

karena berkaitan dengan hampir semua aspek dalam hubungan suami istri

(Lestari, 2012). Hasil dari semua diskusi dan pengambilan keputusan

dalam keluarga,yang mencakup masalah kepribadian, penanganan

konflik, menejemen keuangan keluarga, aktivitas di waktu luang,

hubungan seksual, anak, orang tua, keluarga dan teman, kesetaraan peran,

dan orientasi religius serta pengungkapan perasaan, hasrat, dan kebutuhan

semua akan bergantung pada gaya, pola, dan ketrampilan komunikasi yang

digunakan anggota keluarga. Laswell (1991) membagi komunikasi

perkawinan menjadi lima elemen dasar, yaitu: keterbukaan diantara

pasangan (opennes), kejujuran terhadap pasangan (honesty), kemampuan

untuk mempercayai satu sama lain (ability to trust), sikap empati terhadap

pasangan (empathy) dan kemampuan menjadi pendengar yang baik

(listening skill).

Jadi pada poin ini, aspek komunikasi pasangan bisa diasumsikan

terpenuhi apabila pasangan dapat menggunakan gaya, pola, dan

keterampilan berkomunikasi yang baik dan efektif serta menjadikan

keterbukaan, kejujuran, kepercayaan, empati, dan keterampilan mendengar

yang baik sebagai landasan atau dasar dari komunikasi dalam keluarga

sehingga pesan yang disampaikan baik berupa pesan emosional maupun

kognitif dapat tersampaikan dengan baik pada pasangan yang akan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2651/2/BAB II.pdf · 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian kepuasan Perkawinan

22

memberikan perasaan senang pada kedua belah pihak yang berkomunikasi

(Lestari, 2012).

c. Penanganan Konflik

Aspek ini merupakan persepsi pasangan suami istri terhadap suatu

masalah yang timbul dalam hubungan perkawinan yang dijalani dan

bagaimana suami istri tersebut menyelesaikan masalah tersebut. Aspek ini

fokus pada keterbukaan dari pasangan suami istri untuk memahami dan

menyelesaikan masalah yang terjadi dalam perkawinan dan strategi yang

digunakan serta proses untuk menyelesaikan perdebatan yang terjadi

karena masalah tersebut.

d. Pengelolaan Keuangan

Aspek ini fokus pada sikap dan pemahaman mengenai cara

mengelola masalah ekonomi dalam perkawinan. Aspek ini menilai tentang

pola pengeluaran dan perhatian pada bagaimana keputusan keuangan

dibuat.

Pengelolaan keuangan dalam keluarga merupakan pokok dari

persoalan ekonomi dalam keluarga seperti perbedaan pasangan suami istri

dalam hal pembelanjaan dan penghematan uang, perbedaan pandangan

pasangan suami istri tentang makna uang, serta perencanaan dalam

berinvestasi (Lestari, 2012). Keseimbangan antara pemasukan dan

pengeluaran dalam rumah tangga harus menjadi tanggungjawab bersama

antara suami dan istri.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2651/2/BAB II.pdf · 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian kepuasan Perkawinan

23

e. Aktifitas di Waktu Luang

Aspek ini menilai tentang pemilihan kegiatan yang dipilih untuk

menghabiskan waktu luang, pilihan kegiatan yang lebih disukai oleh

pasangan suami istri dalam menghabiskan waktu luang. Aspek ini

merefleksikan pilihan kegiatan yang diambil oleh pasangan suami istri

seperti ; melibatkan orang lain atau bersifat personal, pilihan yang disukai

bersama atau pilihan masing-masing, dan harapan-harapan dalam mengisi

waktu luang bersama pasangan.

f. Hubungan seksual

Aspek ini meneliti bagaimana perasaan pasangan suami istri

mengenai hubungan seksual dan kasih sayang dalam perkawinan. Aspek

ini merefleksikan cara berpikir pasangan suami istri mengenai masalah

seksual, perilaku seksual, kontrol kelahiran, dan kesetiaan dalam

berhubungan seksual.

Kualitas hubungan seksual dalam perkawinan merupakan kekuatan

penting bagi kebahagiaan atau kepuasan pasangan, maka kualitas tersebut

perlu dijaga dan ditingkatkan melalui komunikasi seksualitas yang baik

antara pasangan suami istri (Lestari, 2012). Komunikasi seksualitas yang

baik akan membantu pasangan untuk saling memahami perspektif masing-

masing terhadap kebutuhan dan ketertarikan seksual.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2651/2/BAB II.pdf · 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian kepuasan Perkawinan

24

g. Anak dan Orang tua

Aspek ini menilai sikap dan perasaan suami istri tentang memiliki

anak dan konsep pendidikan yang akan dipilih untuk mendidik anak.

Aspek ini fokus pada bagaimana orang tua memutuskan peraturan untuk

anak, harapan-harapan, atau cita-cita orang tua terhadap anak dan

pengaruh kehadiran anak pada hubungan pasangan suami istri.

h. Keluarga dan Teman

Aspek ini menilai tentang perasaan dan perhatian pasangan

terhadap sanak saudara, saudara ipar, dan teman-teman. Aspek ini

merefleksikan harapan untuk merasa nyaman dengan melewatkan waktu

bersama keluarga dan teman.

Keluarga sebagai family of origin banyak mempengaruhi

kepribadian individu, selain itu adanya keterlibatan orang tua dalam

kehidupan perkawinan dapat memperkuat atau memperlemah kualitas

hubungan pasangan suami istri. Sedangkan teman, sering kali menjadi

penyangga bagi pasangan suami istri ketika sedang menghadapi sebuah

masalah, yakni sebagai tempat mencurahkan isi hati terkait permasalahan

yang sedang terjadi, meminta pertimbangan dalam mencari alternatif

solusi, dan tempat meminta bantuan (Lestari, 2012).

i. Kesetaraan Peran

Aspek ini menilai perasaan dan sikap individu terhadap peran

dalam perkawinan dan keluarga. Aspek ini fokus pada pembagian tugas,

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2651/2/BAB II.pdf · 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian kepuasan Perkawinan

25

hal-hal yang berkaitan dengan rumahtangga, seks, dan peran sebagai

orangtua.

Pada aspek ini kepuasan dikatakan tinggi apabila dalam

perkawinan tersebut menggunakan pembagian tugas dan peran yang

mengidentifikasikan persamaan derajat. Persamaan derajat yang dimaksud

adalah adanya pembagian tugas dan peran yang tidak bersifat kaku dan

dapat disesuaikan melalui kesepakatan yang dibuat bersama berdasarkan

situasi yang sedang dihadapi oleh pasangan yakni bertukar tanggungjawab

dan mengubah peran pada saat-saat yang diperlukan seperti apabila istri

sedang sakit, suami dapat menggantikan tugas untuk memasak atau

membantu istri membersihkan rumah (Lestari, 2012).

j. Orientasi Religius

aspek ini adalah tentang kepercayaan beragama dan praktek dalam

kehidupan perkawinan. Kepuasan ibu dapat dinilai tinggi apabila

menunjukkan bahwa agama adalah bagian yang penting dalam

perkawinan. Hal tersebut diwujudkan dalam keterlibatan suami istri secara

rutin dalam kegiatan keagamaan baik suami istri secara rutin dalam

kegiatan keagamaan baik yang bersifat individu maupun kemasyarakatan

(Lestari, 2012). Menjadikan keimanan sebagai tempat berlindung ketika

berada dalam situasi tidak berdaya, terpuruk, atau menderita setelah

mengalami suatu tragedi atau masalah (Lestari, 2012).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2651/2/BAB II.pdf · 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian kepuasan Perkawinan

26

Berdasarkan kedua teori mengenai Aspek-aspek kepuasan perkawinan di

atas, dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek kepuasan perkawinan meliputi:

meliputi kepribadian, komunikasi, penanganan konflik, menejemen keuangan

keluarga, aktivitas di waktu luang, hubungan seksual, anak dan orang tua,

keluarga dan teman, kesetaraan peran, dan orientasi religious, kelaziman,

penderitaan secara umum, komunikasi afektif, komunikasi dalam pemecahan

masalah, jadwal kebersamaan, ketidaksepakatan mengenai keuangan,

ketidakpuasan seksual, orientasi peran, sejarah atau pengalaman keluarga

mengenai kesedihan atau penderitaan, ketidakpuasan terhadap anak, dan konflik

perbedaan cara mendidik anak. Penelitian ini menggunakan aspek-aspek kepuasan

perkawinan dari Olson dan Fower (1989) yaitu meliputi kepribadian, komunikasi,

penanganan konflik, menejemen keuangan keluarga, aktivitas di waktu luang,

hubungan seksual, anak dan orang tua, keluarga dan teman, kesetaraan peran, dan

orientasi religius untuk mengukur kepuasan perkawinan pada ibu. Hal ini

dikarenakan aspek-aspek tersebut sering digunakan dalam penelitian-penelitian

lain dan lebih mudah dipahami oleh peneliti. Selain itu aspek-aspek kepuasan

perkawinan dari Olson dan Fower (1989) lebih baru dari pada aspek-aspek

kepuasan perkawinan dari Snyder (1979).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Perkawinan

Berk (2012) menuliskan faktor-faktor yang mempengaruhi Kepuasan

perkawinan. Faktor-faktor tersebut yaitu:

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2651/2/BAB II.pdf · 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian kepuasan Perkawinan

27

a. Latar Belakang Keluarga

Latar belakang keluarga yang berbeda akan mempengaruhi

kepuasan perkawinan baik suami atau istri. Pasangan suami istri yang

mirip dari sisi SES (Sosioeconomic Status), pendidikan, agama, dan usia

cenderung akan memiliki kepauasan perkawinan dibanding pasangan

suami istri yang berbeda dari sisi SES (Sosioeconomic Status),

pendidikan, agama, dan usia.

b. Usia Saat Menikah

Dalam Berk (2012) pasangan yang menikah pada saat berusia 23

tahun atau lebih akan cenderung lebih memiliki kepuasan perkawinan

lebih tinggi dibanding pasangan yang menikah pada saat berusia kurang

dari 23 tahun saat menikah. Sedangkan dalam Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menyatakan bahwa

perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19

(sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam

belas) tahun dan untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum

mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun harus mendapat izin kedua

orang tua. Pendapat tentang usia ideal untuk menikah memang

bermacam-macam, namun dapat disimpulkan dari beberapa pendapat

yang muncul usia ideal saat menikah adalah antara usia 20 tahun sampai

30 tahun.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2651/2/BAB II.pdf · 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian kepuasan Perkawinan

28

c. Lama Pacaran

Lama pacaran minimal tujuh bulan menurut Berk (2012) dapat

mempengaruhi kepuasan perkawinan seseorang. Lama pacaran kurang

dari tujuh bulan kemungkinan dapat memprediksikan suatu perkawinan

akan tidak bahagia. Namun dalam agama islam pacaran hukumnya haram,

jadi menurut islam lama pacaran tidak mempengaruhi tingginya kepuasan

perkawinan.

d. Waktu Kehamilan Pertama

Waktu kehamilan pertama yang ideal menurut Berk (2012) adalah

setelah tahun pertama perkawinan. Sedangkan yang kurang ideal adalah

sebelum tahun pertama perkawinan atau setelah tahun pertama

perkawinan. Hal tersebut dikarenakan pasangan suami istri yang telah

menikah selama satu tahun diharapkan telah mengerti satu sama lain

sehingga lebih siap menghadapi masa kehamilan.

e. Hubungan dengan Keluarga Besar

Hubungan dengan keluarga besar yang hangat dan positif akan

membuat kepuasan suami maupun istri meningkat. Sedangkan hubungan

dengan keluarga besar yang negatif dan adanya keinginan untuk menjaga

jarak dengan keluarga besar pasangan akan membuat rumah tangga

menjadi tidak bahagia.

f. Pola Pernikahan dalam Keluarga Besar

Apabila pola perkawinan dalam keluarga besar cenderung stabil

dan tidak ada keluarga besar yang bercerai khususnya orangtua kedua

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2651/2/BAB II.pdf · 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian kepuasan Perkawinan

29

pasangan suami istri, maka kemungkinan keduanya juga akan memiliki

pola perkawinan yang stabil. Sehingga kemungkinan juga akan memiliki

kepuasan yang tinggi terhadap perkawinan.

g. Status Keuangan dan Kerja

Tidak dapat dipungkiri lagi status keuangan dan pekerjaan

seseorang akan berpengaruh pada keluarga, terlebih status keuangan dan

pekerjaan suami yang notabene bertugas sebagai pencari nafkah. Apabila

status keuangan keluarga aman, maka kemungkinan perkawinan keluarga

tersebut akan bahagia.

h. Tanggungjawab Keluarga

Tanggungjawab keluarga adalah meliputi peran serta tugas masing-

masing anggota keluarga. Perkawinan yang bahagia atau memuaskan

akan terdapat keadilan dalam pembagian tugas rumahtangga, pembagian

tugas dilaksanakan dengan musyawarah, tanggungjawab dalam keluarga

dipikul bersama-sama.

Tanggungjawab keluarga meliputi banyak hal salah satunya adalah

tanggungjawab dalam pengasuhan anak. Menurut penelitian Falslev

(2010) keterlibatan suami dalam pengasuhan anak dapat mempengaruhi

kepuasan perkawinan istri. Keterlibatan suami dalam pengasuhan anak

dapat menekan tingkat depresi pada istri saat memiliki anak sehingga

dapat meningkatkan kepuasan perkawinan istri.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2651/2/BAB II.pdf · 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian kepuasan Perkawinan

30

i. Karakter Kepribadian

Karakter kepribadian yang baik adalah emosi yang positif dan

memiliki keterampilan dalam menyelesaikan masalah dengan baik.

Apabila emosi pasangan suami istri negatif dan meledak-ledak serta

buruk dalam menyelesaikan masalah tentu akan menjadi tekanan bagi

pasangan tersebut sehingga akan menurunkan kepuasan perkawinan

pasangan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa faktor – faktor

yang mempengaruhi kepuasan perkawinan adalah latar belakang keluarga, usia

saat menikah, lama pacaran, waktu kehamilan pertama, hubungan dengan

keluarga besar, pola perkawinan dalam keluarga besar, status keuangan dan kerja,

tanggungjawab keluarga, dan karakter kepribadian. Penulis memilih salah satu

faktor yaitu faktor tanggungjawab keluarga. Tanggung jawab dalam pengasuhan

anak merupakan salah satu bagian dari faktor tersebut. Berdasarkan faktor

tanggung jawab keluarga yang mempengaruhi kepuasan perkawinan tersebut,

peneliti tertarik untuk faktor persepsi istri terhadap keterlibatan suami dalam

pengasuhan anak yang mempengaruhi kepuasan perkawinan pada istri.

Alasan pemilihan faktor persepsi istri terhadap keterlibatan suami dalam

pengasuhan anak adalah didasarkan pada penelitian Falslev (2010) yang

menyatakan bahwa keterlibatan suami dalam tanggungjawab pengasuhan anak

dikaitkan dengan stres istri dalam tugas-tugas sebagai orangtua. Stres seorang istri

dalam tugas-tugas orangtua sangat erat kaitannya dengan kepuasan

perkawinannya. Sehingga keterlibatan seorang suami dalam tanggung jawab

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2651/2/BAB II.pdf · 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian kepuasan Perkawinan

31

pengasuhan anak juga berkaitan erat dengan kepuasan perkawinan istri. Jadi

semakin tinggi keterlibatan suami dalam pengasuhan anak maka semakin tinggi

kepuasan perkawinan pada istri.

B. Persepsi Istri terhadap Keterlibatan Suami dalam Pengasuhan Anak

1. Pengertian Persepsi Istri terhadap Keterlibatan Suami dalam

Pengasuhan Anak

Ketertarikan terhadap peran ayah sebagai orang tua yang aktif,

merawat, dan perhatian mulai muncul pada tahun 1970-an. Peran ayah tidak

lagi sebatas bertanggungjawab terhadap disiplin dan pengendalian anak dan

menyediakan kebutuhan ekonomi keluarga, peran ayah sekarang juga dinilai

dalam hal keterlibatan aktif dalam merawat anak-anak (McBride, dalam

Santrock 2003).

Pada penelitian ini keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak yang

diteliti tidak secara langsung dilakukan dengan mengambil ayah sebagai

subyek penelitian, tetapi diwakilkan oleh ibu sebagai istri dengan meneliti

persepsi istri terhadap keterlibatan suami dalam pengasuhan anak.

Persepsi merupakan pengorganisasian, penginterpretasian terhadap

stimulus yang diindera oleh seorang individu sehingga menjadi sesuatu yang

berarti bagi individu yang bersangkutan tersebut (Walgito, 2004). Menurut

kamus psikologi, persepsi adalah proses mengetahui atau mengenali objek dan

kejadian objektif dengan bantuan indera (Chaplin, 2011). Keterlibatan suami

dalam pengasuhan anak di sini merupakan stimulus yang diindera oleh istri

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2651/2/BAB II.pdf · 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian kepuasan Perkawinan

32

sehingga persepsi istri terhadap keterlibatan suami dalam pengasuhan anak

ialah hasil penilaian istri dari proses istri menganalisa keterlibatan suami

dalam pengasuhan anak melalui indera yang dimiliki istri.

Pengertian keterlibatan suami dalam pengasuhan anak diadaptasi dari

pengertian keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak yang menurut Palkovits

(2002) adalah seberapa besar usaha atau peran suami dalam berpikir,

merencanakan, merasakan, memperhatikan, memantau, mengevaluasi,

mengkhawatirkan, serta berdoa bagi anak. Menurut Palkovits (2002),

keterlibatan suami dalam pengasuhan anak adalah suami terlibat pada seluruh

aktivitas yang dilakukan oleh anak seperti mandi, makan, belajar, bermain,

dan sebagainya baik yang dilakukan langsung bersama anak atau hanya

dengan memantau aktivitas yang dilakukan anak baik dengan hadir langsung

pada lingkungan tempat anak beraktivitas atau secara tidak langsung, seperti

memantau lewat telepon dan sebagainya, suami melakukan kontak dengan

anak baik langsung maupun tidak langsung, suami mendukung kebutuhan

anak baik dengan dukungan finansial maupun dukungan moril. Dukungan

finansial di sini dapat berupa biaya pendidikan, kesehatan, tabungan, dan lain-

lain, sedangkan dukungan moril dapat berupa doa, pujian, semangat, dan lain-

lain (Palkovitz, 2002).

Lebih lanjut, menurut Lamb, dkk (dalam Palkovits, 2002) keterlibatan

ayah, dalam pengasuhan anak dapat disebut dengan istilah Paternal

Involvement. Menurut Lamb, dkk (dalam Palkovits, 2002) Paternal

Involvement adalah keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak yang meliputi 3

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2651/2/BAB II.pdf · 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian kepuasan Perkawinan

33

komponen dasar yaitu paternal engagement, aksesbilitas, dan tanggungjawab

dan peran dalam hal menyusun rencana pengasuhan bagi anak.

Selanjutnya, pengertian keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak

tersebut penulis gunakan sebagai acuan menyusun pengertian persepsi istri

terhadap keterlibatan suami dalam pengasuhan anak. Jadi dapat disimpulkan

bahwa persepsi istri terhadap keterlibatan suami dalam pengasuhan anak

adalah hasil penilaian istri terhadap seberapa besar usaha atau peran suami

terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam seluruh aktivitas

yang dilakukan oleh anak, melakukan kontak dengan anak, dukungan

finansial, dukungan moril, aktivitas bermain anak, tanggungjawab & peran

dalam hal menyusun rencana pengasuhan bagi anak, berpikir, merencanakan,

merasakan, memperhatikan, memantau, mengevaluasi, mengkhawatirkan,

serta berdoa bagi anak.

2. Aspek-Aspek Persepsi Istri terhadap Keterlibatan Suami dalam

Pengasuhan Anak

Lamb,dkk (dalam Palkovits, 2002) membagi keterlibatan ayah dalam

3 komponen yaitu ;

a. Paternal engagement: pengasuhan yang melibatkan adanya interaksi

langsung antara ayah dan anak. Ayah dan anak berinteraksi secara

langsung, terlibat dalam suatu kejadian suatu kegiatan secara bersama-

sama. Terjadi kontak dua arah antara ayah dan anak misalnya lewat

bermain, mengajari sesuatu, atau aktivitas santai lainnya.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2651/2/BAB II.pdf · 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian kepuasan Perkawinan

34

b. Aksesibilitas atau bentuk keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak yg

lebih rendah dari paternal engagement. Keterlibatan pada dimensi ini,

ayah berada di dekat anak atau anak masih dalam area yang

terjangkau oleh ayah baik secara langsung maupun tidak langsung,

tetapi ayah tidak melakukan interaksi secara langsung dengan anak.

Jadi interaksi dengan anak dilakukan pada saat dibutuhkan saja.

Seperti ayah menelepon anak dari kantor saat jam makan siang,

memastikan bahwa anak telah makan dengan baik, ayah menemani

anak bermain diruang keluarga tetapi ayah tidak ikut bermain dengan

anak ayah hanya mengawasi anak bermain sambil membaca koran dan

apabila tiba-tiba anak memerlukan bantuan ayah, ayah akan berhenti

membaca koran dan membantu anak.

c. Tanggung jawab dan peran dalam hal menyusun rencana pengasuhan

bagi anak. Bentuk keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak

ditunjukkan dalam hal perencanaan, pengambilan keputusan, dan

pengaturan. Contohnya dalam hal merencanakan keuangan untuk

kebutuhan dan pendidikan anak, merencanakan dan mengambil

keputusan untuk cara mendidik anak, merencanakan dan mengambil

keputusan untuk menentukan aturan-aturan yang harus ditaati anak

dalam keluarga, dan sebagainya.

Selanjutnya aspek keterlibatan ayah dalam pengasuhan anak menurut

Lamb (dalam Palkovits, 2002) penulis gunakan sebagai aspek-aspek persepsi istri

terhadap keterlibatan suami dalam pengasuhan anak.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2651/2/BAB II.pdf · 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian kepuasan Perkawinan

35

A. Hubungan Antara Persepsi Istri terhadap Keterlibatan Suami dalam

Pengasuhan Anak dengan Kepuasan Pernikahan Istri

Keterlibatan suami dalam pengasuhan anak seperti telah dijelaskan

sebelumnya terdiri atas tiga komponen, yang pertama adalah paternal engagement.

paternal engagement yang dimaksud disini menurut Lamb, dkk (dalam Palkovits,

2002) adalah istri mempersepsi adanya interaksi langsung antara suami dan anak.

suami dan anak berinteraksi secara langsung, terlibat dalam suatu kejadian suatu

kegiatan secara bersama-sama. Terjadi kontak dua arah antara suami dan anak.

Kegiatan tersebut misalnya dapat berupa bermain bersama dengan anak, seperti

mengelitik anak, bermain sepak bola pada anak laki-laki, atau bermain boneka

pada anak perempuan, dan permainan-permainan lain yang dapat dilakukan

bersama. Kegiatan bermain tersebut dapat dilakukan dengan melibatkan

partisipasi istri ataupun tidak. Dengan adanya partisipasi istri dalam kegiatan

bermain suami dan anak dan kegiatan tersebut dibuat dan direncanakan bersama

dalam rangka menghabiskan waktu luang, berarti dapat istri merasa puas dengan

pemilihan kegiatan bersama pasangan di waktu luang yang termasuk dalam aspek

aktifitas di waktu luang (Fowers & Olson, 1989). Aspek ini menilai tentang

pemilihan kegiatan yang dipilih untuk menghabiskan waktu luang, pilihan

kegiatan yang lebih disukai oleh pasangan suami istri dalam menghabiskan waktu

luang. Aspek ini merefleksikan pilihan kegiatan yang diambil oleh pasangan

suami istri seperti ; melibatkan orang lain atau bersifat personal, pilihan yang

disukai bersama atau pilihan masing-masing, dan harapan-harapan dalam mengisi

waktu luang bersama pasangan (Fowers & Olson, 1989).

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2651/2/BAB II.pdf · 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian kepuasan Perkawinan

36

Selain bermain bersama, suami mengajarkan anak tentang agama dan

beribadah bersama anak secara langsung seperti mengajarkan tata cara sholat pada

anak dan kemudian mengimami anak dan istri ketika melaksanakan sholat

berjamaah juga termasuk dalam paternal engagement dan hal tersebut

diasumsikan dapat meningkatkan kepuasan perkawinan istri pada aspek Orientasi

Religius (Olson&Fower, 1989). Kepuasan istri dapat dinilai tinggi apabila

menunjukkan bahwa agama adalah bagian yang penting dalam perkawinan. Hal

tersebut diwujudkan dalam keterlibatan suami istri secara rutin dalam kegiatan

keagamaan baik suami istri secara rutin dalam kegiatan keagamaan baik yang

bersifat individu maupun kemasyarakatan (Lestari, 2012).

Aksesibilitas, yaitu suami berada di dekat anak atau anak masih dalam

area yang terjangkau oleh suami baik secara langsung maupun tidak langsung,

tetapi suami tidak melakukan interaksi secara langsung dengan anak. Jadi

interaksi dengan anak dilakukan pada saat dibutuhkan saja (Palkovitz, 2002).

Contohnya suami menelepon anak dari kantor saat jam makan siang, memastikan

bahwa anak telah makan dengan baik, suami menemani anak bermain diruang

keluarga tetapi suami tidak ikut bermain dengan anak. Suami hanya mengawasi

anak bermain sambil membaca koran misalnya dan apabila tiba-tiba anak

memerlukan bantuan ayah, suami akan berhenti membaca koran dan membantu

anak. Kesediaan suami terlibat dalam pengasuhan anak pada dimensi aksesibilitas

menunjukkan sikap positif ayah sebagai suami yang menyadari dan bersedia ikut

memenuhi tugas sehari-hari istri terkait pengasuhan anak dapat memprediksikan

kestabilan atau meningkatkan kepuasan perkawinan istri khususnya pada aspek

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2651/2/BAB II.pdf · 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian kepuasan Perkawinan

37

kesetaraan peran (Berk, 2012). Pada aspek ini kepuasan dikatakan tinggi apabila

dalam perkawinan tersebut menggunakan pembagian tugas dan peran yang

mengidentifikasikan persamaan derajat. Persamaan derajat yang dimaksud adalah

adanya pembagian tugas dan peran yang tidak bersifat kaku dan dapat disesuaikan

melalui kesepakatan yang dibuat bersama berdasarkan situasi yang sedang

dihadapi oleh pasangan yakni bertukar tanggungjawab dan mengubah peran pada

saat-saat yang diperlukan seperti apabila istri sedang sakit, suami dapat

menggantikan tugas untuk memasak atau membantu istri membersihkan rumah

(Lestari, 2012).

Pada dimensi tanggungjawab dan peran dalam menyusun rencana

pengasuhan bagi anak bentuk keterlibatan suami dalam pengasuhan anak

ditunjukkan dalam hal perencanaan, pengambilan keputusan, dan pengaturan

(Palkovitz, 2002). Contohnya dalam hal merencanakan keuangan untuk kebutuhan

dan pendidikan anak, merencanakan dan mengambil keputusan untuk cara

mendidik anak, merencanakan dan mengambil keputusan untuk menentukan

aturan-aturan yang harus ditaati anak dalam keluarga, dan sebagainya. Pada

dimensi ini dimungkinkan adanya peran serta istri didalamnya, adanya kerjasama,

dan kesepakatan antara suami istri bahkan dengan anak. Sehingga pada proses

pembuatan keputusan pasti melibatkan komunikasi dalam berdiskusi baik antara

suami istri maupun orangtua dengan anak. Apabila dalam komunikasi tersebut

pasangan dapat menggunakan gaya, pola, dan keterampilan berkomunikasi yang

baik dan efektif serta menjadikan keterbukaan, kejujuran, kepercayaan, empati,

dan keterampilan mendengar yang baik sebagai landasan atau dasar dari

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2651/2/BAB II.pdf · 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian kepuasan Perkawinan

38

komunikasi yang dilakukan sehingga pesan yang disampaikan baik berupa pesan

emosional maupun kognitif dapat tersampaikan dengan baik pada pasangan dan

memberikan perasaan senang pada kedua belah pihak yang berkomunikasi maka

dapat dinyatakan bahwa aspek komunikasi dalam kepuasan perkawinan terpenuhi

(Lestari, 2012).

Selanjutnya jika dalam diskusi tersebut pasangan suami istri dapat saling

menerima, mengerti dan memahami faktor-faktor kepribadian seperti sifat, sikap,

dan perilaku pasangan yang berbeda dengan sifat, sikap, dan perilaku individu

yang bersangkutan maka secara tidak langsung kepuasan perkawinan pada aspek

kepribadian juga terpenuhi (Fowers & Olson, 1989).

Lebih lanjut, apabila dalam proses pengambilan keputusan tersebut terjadi

sebuah konflik dan terdapat keterbukaan dari pasangan suami istri untuk

memahami dan menyelesaikan masalah yang terjadi tersebut dengan strategi yang

disepakati oleh pihak-pihak yang terlibat khususnya pasangan suami istri yang

bersangkutan, maka aspek penanganan konflik terpenuhi (Fowers & Olson, 1989).

Apabila yang didiskusikan mengenai biaya kebutuhan dan pendidikan

anak maka aspek menejemen keuangan juga dapat terpenuhi. Menurut Fowers &

Olson (1989) aspek ini fokus pada sikap dan pemahaman mengenai cara

mengelola masalah ekonomi dalam perkawinan. Biaya kebutuhan dan pendidikan

anak merupakan salah satu masalah ekonomi dalam perkawinan. Lebih lanjut

menurut Lestari (2012) keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran dalam

rumah tangga harus menjadi tanggungjawab bersama antara suami dan istri

Lestari (2012).

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1 ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/2651/2/BAB II.pdf · 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Perkawinan 1. Pengertian kepuasan Perkawinan

39

Bersumber dari berbagai uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

dengan adanya persepsi istri terhadap keterlibatan suami dalam pengasuhan anak

yang tinggi dapat mengurangi stres dan emosi negatif yang dirasakan istri akibat

beban pengasuhan anak sehingga dapat meningkatkan kepuasan perkawinan pada

istri. Dalam penelitian ini dapat dinyatakan bahwa persepsi istri terhadap

keterlibatan suami dalam pengasuhan anak memiliki hubungan positif dengan

kepuasan perkawinan pada istri.

B. Hipotesis

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis

dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara persepsi istri terhadap

keterlibatan suami dalam pengasuhan anak dengan kepuasan perkawinan pada

istri. Semakin tinggi persepsi istri terhadap keterlibatan suami dalam pengasuhan

anak maka semakin tinggi kepuasan perkawinan pada istri. Sebaliknya semakin

rendah persepsi istri terhadap keterlibatan suami dalam pengasuhan anak maka

semakin rendah kepuasan perkawinan pada istri.