25
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian terhadap analisis makna pada lirik lagu tentu saja sudah ada yang meneliti pada waktu sebelumnya, namun mereka menggunakan objek dan fokus penelitian yang berbeda dengan penelitian yang diambil oleh peneliti. Pada penelitian ini peneliti mengambil judul Analisis Makna Asosiatif pada Lirik Lagu Muhammad Tulus Rusyidi dalam Album Tulus, Gajah, dan Monokrom sebagai kajiannya. Sedangkan penelitian sebelumnya membahas tentang Makna Konseptual dan Makna Asosiatif dalam Teks Lagu Sheila On 7, Aspek-Aspek Makna dalam Lirik Lagu Suporter Persibangga Tahun 2015, dan Analisis Makna Kias pada Kumpulan Lirik Lagu Underground sebagai Kajian Problem Sosial dan Budaya. Berikut sekilas penjelasannya. 1. Penelitian dengan Judul Makna Konseptual dan Makna Asosiatif dalam Teks Lagu Sheila On 7 oleh Anang Widijayanto Mahasiswa Universitas Negeri Semarang Tahun 2015 Penelitian tersebut membahas tentang perwujudan makna konseptual dan makna asosiatif dalam teks lagu Sheila On 7. Jenis penelitian berupa deskriptif kualitatif dengan pendekatan semantik. Objek dalam penelitian ini berupa kata, frasa dan kalimat yang mengandung makna konseptual dan makna asosiatif. Hasil penelitian ini adalah perwujudan makna konseptual dan makna asosiatif dalam teks lagu Sheila On 7 di album kisah klasik untuk masa depan. Jumlah total lagu yang dianalisis dalam 7 Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulurepository.ump.ac.id/4147/3/BAB II_NINING DWI DARWATI_PBSI'17.pdf · Asosiatif dalam Teks Lagu Sheila On 7, Aspek-Aspek Makna

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terhadap analisis makna pada lirik lagu tentu saja sudah ada yang

meneliti pada waktu sebelumnya, namun mereka menggunakan objek dan fokus

penelitian yang berbeda dengan penelitian yang diambil oleh peneliti. Pada penelitian

ini peneliti mengambil judul Analisis Makna Asosiatif pada Lirik Lagu Muhammad

Tulus Rusyidi dalam Album Tulus, Gajah, dan Monokrom sebagai kajiannya.

Sedangkan penelitian sebelumnya membahas tentang Makna Konseptual dan Makna

Asosiatif dalam Teks Lagu Sheila On 7, Aspek-Aspek Makna dalam Lirik Lagu

Suporter Persibangga Tahun 2015, dan Analisis Makna Kias pada Kumpulan Lirik

Lagu Underground sebagai Kajian Problem Sosial dan Budaya. Berikut sekilas

penjelasannya.

1. Penelitian dengan Judul Makna Konseptual dan Makna Asosiatif dalam Teks

Lagu Sheila On 7 oleh Anang Widijayanto Mahasiswa Universitas Negeri

Semarang Tahun 2015

Penelitian tersebut membahas tentang perwujudan makna konseptual dan makna

asosiatif dalam teks lagu Sheila On 7. Jenis penelitian berupa deskriptif kualitatif

dengan pendekatan semantik. Objek dalam penelitian ini berupa kata, frasa dan

kalimat yang mengandung makna konseptual dan makna asosiatif. Hasil penelitian ini

adalah perwujudan makna konseptual dan makna asosiatif dalam teks lagu Sheila On

7 di album kisah klasik untuk masa depan. Jumlah total lagu yang dianalisis dalam

7

Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017

8

album tersebut ada 12 lagu. Dari 12 lagu tersebut masing-masing lagu memiliki

makna konseptual dan makna asosiatif di dalamnya. Namun, lebih banyak ditemukan

data yang menunjukkan makna konseptual dibandingkan data yang menunjukkan

makna asosiatif.

Persamaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan penelitian

sebelumnya terletak pada jenis penelitian dan pendekatan yang digunakan yaitu

penelitian deskriptif kualitatif dan menganalisis lirik lagu dengan menggunakan

pendekatan semantik. Selain itu metode yang digunakan dalam penyediaan data juga

sama yaitu metode simak dengan teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC) dan teknik

catat. Sedangkan perbedaannya dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti

terletak pada topik pembahasan dan sumber data yang digunakan dalam penelitian.

Sumber data yang digunakan oleh peneliti berupa lirik lagu Muhammad Tulus Rusyidi

dalam album Tulus, Gajah, dan Monokrom, sedangkan peneliti sebelumnya

menggunakan lirik lagu Sheila On 7. Topik pembahasan pada penelitian sebelumnya

membahas mengenai perwujudan makna konspetual dan makna asosiatif dalam lirik

lagu Sheila On 7. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yakni

mengenai jenis makna asosiatif yang terdapat pada lirik lagu Muhammad Tulus

Rusyidi dalam album Tulus, Gajah, dan Monokrom.

2. Penelitian dengan Judul Aspek-Aspek Makna dalam Lirik Lagu Suporter

Persibangga Tahun 2015 oleh Aji Dwi Pratikno Mahasiswa Universitas

Muhammadiyah Purwokerto Tahun 2016

Penelitian tersebut membahas tentang aspek-aspek makna yang terdapat dalam

lirik lagu suporter Persibangga. Objek penelitian ini berupa kata ataupun frasa yang

Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017

9

mengandung aspek-aspek makna. Jenis penelitian yaitu deskriptif kualitatif. Hasil

analisis ditemukan aspek pengertian (sense) yang terdapat pada kumpulan lirik lagu

suporter Persibangga yang memiliki tema, ide ataupun pesan mendukung. Nilai rasa

(feeling) dan nada (tone) yang terdapat pada kumpulan lirik lagu suporter Persibangga

memiliki nilai rasa semangat dan gembira bernada tinggi, tekanan keras dan

kesenyapan satu mora. Pada aspek maksud (intension) dalam lirik lagu bersifat

deklaratif, persuasif, imperatif, naratif, dan politis.

Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti dengan

penelitian sebelumnya terletak pada jenis penelitian dan pendekatan penelitian yang

digunakan, berupa jenis penelitian deskriptif kualitatif dan menganalisis lirik lagu

dengan pendekatan semantik. Sedangkan perbedaan penelitian dengan penelitian

sebelumnya terletak pada sumber data dan kajian yang digunakan dalam penelitian.

Peneliti menggunakan lirik lagu Muhammad Tulus Rusyidi dalam album Tulus,

Gajah, dan Monokrom sebagai sumber, sedangkan penelitian sebelumnya

menggunakan lirik lagu Suporter Persibangga sebagai sumber data penelitiannya.

Selain itu, teori dan kajian yang digunakan dalam penelitian juga berbeda dengan

peneliti sebelumnya. Peneliti menggunakan kajian semantik jenis/ tipe makna asosiatif

untuk menganalisis jenis/ tipe makna asosiatif yang terdapat dalam lirik lagu

Muhammad Tulus Rusyidi dalam album Tulus, Gajah, dan Monokrom. Sedangkan

peneliti sebelumnya menggunakan teori dan kajian semantik untuk menganalisis

aspek-aspek makna dalam lirik lagu suporter Persibangga sebagai kajian

penelitiannya.

Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017

10

3. Penelitian dengan Judul Analisis Makna Kias Pada Kumpulan Lirik Lagu

Underground Sebagai Kajian Problem Sosial Dan Budaya oleh Achmad

Nurrohman Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto Tahun

2007

Penelitian ini mendeskripsikan tentang makna kias yang terdapat dalam

kumpulan lagu Underground. Jenis penelitian berupa deskriptif kualitatif dengan

pendekatan semantik. Data dalam penelitian berupa kata, frasa dan kalimat yang

mengandung makna kias. Hasil penelitian menunjukkan jenis bahasa kias

perbandingan terbatas pada : metafora dan personifikasi. Sedangkan menurut jenis

makna terbatas pada : denotatif, konotatif, makna kias, dan afektif. Untuk kajian

problem sosial budaya meliputi : kekuasaan, kejahatan, pelanggaran norma moral dan

agama, dan sikap keagamaan yang menyimpang.

Persamaan penelitian antara penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan

penelitian sebelumnya terletak pada jenis penelitian dan pendekatan yang berupa jenis

penelitian deskriptif kualitatif untuk menganalisis lirik lagu dengan menggunakan

pendekatan semantik. Selain itu metode yang digunakan dalam penyediaan data juga

sama yakni metode simak dengan teknik Simak Bebas Libat Cakap (SBLC) dan

teknik catat. Sedangkan perbedaan penelitian terletak pada sumber data, teori dan

kajian yang digunakan dalam penelitian. Peneliti menggunakan lirik lagu Muhammad

Tulus Rasyidi dalam album Tulus, Gajah, dan Monokrom sebagai sumber data,

sedangkan peneliti sebelumnya menggunakan kumpulan lirik lagu Underground

sebagai sumber datanya. Selain itu, teori dan kajian yang digunakan juga berbeda

dengan peneliti sebelumnya. Peneliti menggunakan teori dan kajian semantik untuk

menganalisis jenis makna asosiatif dalam lirik lagu Muhammad Tulus Rasyidi dalam

album Tulus, Gajah, dan Monokrom. Sedangkan pada penelitian sebelumnya

Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017

11

menggunakan teori semantik untuk menganalisis jenis makna kias pada kumpulan

lirik lagu Underground dengan mengkaji problem sosial dan budaya yang terdapat

dalam kumpulan lirik lagu tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas maka penelitian yang akan dilakukan oleh

peneliti kali ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang sudah ada. Hal itu

dibuktikan dengan sumber data, teori dan analisis kajian yang digunakan dalam

penelitian. Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti hanya berfokus pada

permasalahan tipe/ jenis makna asosiatif yang terdapat pada lirik lagu Muhammad

Tulus Rusyidi dalam album Tulus, Gajah, dan Monokrom.

B. Makna

1. Pengertian Makna

Pateda (2010 : 79) menjelaskan bahwa makna (meaning) merupakan kata dan

istilah yang membingungkan karena makna tidak pernah dikenali secara cermat.

Makna yang dimaksud adalah makna dalam setiap unsur bahasa, baik dalam wujud

morfem, kata atau kalimat. Semua wujud morfem, kata dan kalimat didalamnya

memiliki makna sendiri-sendiri. Setiap makna dapat bergeser artinya apabila letak

kata tersebut berada di kalimat yang berbeda. Hal itu terjadi karena makna memiliki

arti yang sangat luas. Selain itu pada suatu kata mengandung arti atau berarti dan

mengandung arti yang penting.

Menurut Ullman (2014: 65-67) mengemukakan bahwa makna adalah hubungan

antara makna dengan pengertian. Selain itu, makna merupakan istilah yang paling

ambigu dan paling konvensional dalam teori tentang bahasa. Hal itu karena makna

setiap kata dipisahkan sesuai dengan bentuk dan unsur kebahasaannya. Dalam buku

Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017

12

ini disebutkan bahwa adanya hubungan timbal balik (resiprokal) antara nama dan

makna. Jika seseorang mendengar sesuatu kata maka ia akan berpikir tentang sesuatu

dan jika seseorang berpikir tentang sesuatu maka ia akan berpikir mengucapkan

sesuatu kata. Hubungan timbal balik itulah yang digunakan untuk menyebut makna

kata itu.

Chaer (2013: 33) berpendapat bahwa makna adalah unsur dari sebuah kata atau

lebih tepat sebagai gejala-gejala ujaran. Mempelajari makna pada hakikatnya berarti

belajar bagaimana setiap pemakai bahasa dalam suatu masyarakat bahasa saling

mengerti yang diucapkan satu sama lain. Selain itu, teori mengenai makna juga

dikembangkan oleh Ferdinand de Sausure (dalam Chaer, 2012 : 287) bahwa makna

adalah „pengertian‟ atau „konsep‟ yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda-

linguistik.

Menurut Djajasudarma (2009: 5) makna adalah pertautan yang ada di antara

unsur-unsur bahasa itu sendiri terutama kata. Makna sebagai penghubung bahasa

dengan dunia luar sesuai dengan kesepakatan para pemakainya sehingga dapat saling

mengerti. Sedangkan menurut Aminudin (2008: 52-53) menjelaskan bahwa makna

ialah hubungan antara bahasa dengan dunia di luar bahasa yang telah disepakati

bersama oleh para pemakai bahasa sehingga dapat saling mengerti. Batasan pengertian

ini dapat diketahui tiga unsur pokok yang tercakup didalamnya, yaitu (1) makna

adalah hasil hubungan antara bahasa dengan alam di luar bahasa, (2) penentuan

hubungan terjadi karena kesepakatan para pemakai bahasa, serta (3) perwujudan

makna itu dapat digunakan untuk menyampaikan informasi sehingga dapatt saling

dimengerti.

Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017

13

Kridalaksana (2008: 148) menjelaskan pengertian makna dibagi menjadi empat

yaitu: 1) maksud pembicaraan agar mudah dimengerti oleh lawan bicara, 2) pengaruh

satuan bahasa dalam pemahaman persepsi atau perilaku manusia atau kelompok

manusia, 3) hubungan, dalam arti kesepadanan atau ketidaksepadanan antara bahasa

dan alam di luar bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkan, dan 4)

cara menggunakan lambang-lambang bahasa.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa makna adalah

sebuah bahasa yang mengandung arti dan tujuan dari bahasa itu sendiri. Dalam makna

mengandung arti, tujuan, pikiran, dan maksud yang dimaksudkan oleh pemakai

bahasa. Karena semua hal yang ditunjuk oleh pemakai bahasa mengandung makna

sehingga mereka dapat saling mengerti dan memaham arti, maksud dan ujaran

tersebut. Dengan adanya makna tersebut maksud dan tujuan yang dimaksudkan oleh

penutur akan dipahami dan dapat dimengerti oleh lawan tutur. Sehingga terjalin

komunikasi yang komunikatif.

2. Komponen Makna

Menurut Leech (1997 : 104) analisis makna kata seringkali dilihat sebagai suatu

proses memilah-milahkan pengertian suatu kata ke dalam ciri-ciri khusus. Ciri khusus

tersebut digunakan untuk membedakan masing-masing dari makna kata tersebut

dengan menggunakan analisis komponen makna. Di dalam analisis komponen makna

digunakan sistem label yang ditempelkan pada penandaan itu, yaitu „+‟ digunakan

untuk menyatakan sesuatu yang penting atau positif, sedangkan „-„ digunakan untuk

menyatakan sesuatu yang tidak penting atau negatif. Komponen makna atau

komponen semantik mengajarkan bahwa pada setiap kata atau unsur leksikal terdiri

Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017

14

dari satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk makna kata atau unsur

leksikal tersebut. Oleh karena itu setiap kata memiliki komponen (yang disebut

komponen makna) untuk membentuk keseluruhan makna itu.

Pateda (2010 : 261) mengatakan bahwa setiap kata-kata ada yang berdekatan

makna, ada yang berjauhan, ada yang mirip, ada yang sama, bahkan ada yang

bertentangan. Untuk mengetahui seberapa jauh kedekatan, kemiripan, kesamaan, dan

ketidaksamaan makna peneliti harus mengetahui komponen makna terdahulu. Untuk

mengetahui makna sampai sekecil-kecilnya, perlu analisis karena yang dianalisis

adalah makna yang tercermin dari komponen-komponennya, dibutuhkan analisis

komponen makna. Dengan adanya komponen makna sebagai pembeda makna kita

dapat mengetahui perbedaan makna kata tersebut. Perbedaan makna muncul sebagai

akibat perubahan bentuk. Selain itu, analisis komponen makna pada suatu kata juga

dapat digunakan untuk menemukan kandungan makna kata atau komposisi makna

pada kata tersebut (Parera, 2004 : 158-159).

Palmer (dalam Aminudin, 2008 : 128) menyatakan bahwa komponen makna

ialah keseluruhan makna dari suatu kata terdiri atas sejumlah elemen, yang antara

elemen yang satu dengan yang lain memiliki ciri berbeda-beda. Komponen makna ini

berguna untuk membedakan makna kata yang satu dengan makna yang lainnya.

Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Wijana (2011 : 71) bahwa setiap kata

memiliki makna yang berbeda, tidak pernah ditemui dua buah kata memiliki makna

yang persis sama. Jika sebuah kata terbentuk dari beberapa atau sejumlah elemen

makna, maka setiap kata memiliki elemen-elemen makna yang berbeda dengan kata

lain. Oleh karena itu, elemen makna yang menyusun sebuah kata dalam semantik

disebut komponen makna.

Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017

15

Seperti yang sudah dijelaskan di atas dalam komponen makna memiliki ciri-ciri

yang berbeda-beda. Keberadaan ciri pembeda dalam suatu makna diberi tanda +, tidak

adanya ciri diberi tanda -, dan kemungkinan ada tidaknya ciri dalam setiap fitur

ditandai dengan ±. Misalnya kata „jantan‟ dalam bahasa Indonesia memiliki

komponen + laki-laki, - betina, + manusia, + binatang, + benda atau sesuatu. Untuk

manusia „jantan‟ berkaitan dengan sifat, untuk binatang berkaitan dengan ciri faktual

yang dimiliki, sedangkan untuk benda atau sesuatu berkaitan dengan sifat serta

keadaan yang dimiliki sesuai dengan ciri faktual yang diacu oleh kata „jantan‟. Arti

semantik leksem dalam kamus menentukan definisi leksem tersebut. Jika leksem

didefinisikan masuk ke dalam domain yang sama, komponen makna yang

mendefinisikan leksem tertentu akan memiliki keduanya (Yanti, 2017 : 2).

Jadi, komponen makna dalah makna yang dimiliki oleh setiap kata yang terdiri

atas sejumlah elemen makna yang membentuk keseluruhan makna kata itu. Analisis

komponen makna ini dapat dimanfaatkan untuk mencari perbedaan dari bentuk-

bentuk yang bersinonim maknanya tidak persis sama.

3. Jenis Makna

Menurut Chaer (2013 : 59) jenis atau tipe makna dapat dibedakan berdasarkan

beberapa kriteria dan sudut pandang. Bedasarkan jenis semantiknya dapat dibedakan

antara makna leksikal dan gramatikal, berdasarkan ada tidaknya referen pada sebuah

kata/ leksem dapat dibedakan adanya makna referensial dan nonreferensial,

berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata/ leksem dapat dibedakan adanya

makna denotatif dan konotatif, berdasarkan ketepatan maknanya dikenal adanya

makna kata dan makna istilah atau makna umum dan makna khusus. Lalu berdasarkan

Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017

16

kriteria lain atau sudut pandang lain dapat disebutkan adanya makna-makna asosiatif,

kolokatif, reflektif, idiomatik, dan sebagainya.

Pateda (2010 : 96-132) memaparkan jenis makna antara lain makna afektif,

makna denotatif, makna deskriptif, makna ekstensi, makna emotif, makna gereflekter,

makna gramatikal, makna ideasional, makna intensi, makna khusus, makna kiasan,

makna kognitif, makna kolokasi, makna konotatif, makna konseptual, makna

kontruksi, makna kontekstual, makna leksiakl, makna lokusi, makna luas, makna

piktorial, makna proposisional, makna pusat, makna referensial, makna sempit, makna

stilistik, makna tekstual, makna tematis, dan makna umum.

Sedangkan Leech (1997 : 12-30) dalam bukunya membagi makna menjadi tujuh

yaitu makna konseptual, makna konotatif, makna stilistik, makna afektif, makna

reflektif, makna kolokatif, dan makna thematik. Namun dari ke tujuh makna tersebut

terdapat satu kategori makna besar yaitu makna asosiatif. Di dalam makna asosiatif

tersebut terdapat lima tipe makna di dalamnya, yaitu makna konotatif, makna stilistik,

makna afektif, makna kolokatif, dan makna reflektif. Karena makna asosiatif

berhubungan dengan nilai-nilai moral dan pandangan hidup yang berlaku dalam suatu

masyarakat bahasa yang juga berhubungan dengan nilai rasa bahasa.

Berdasarkan jenis makna yang dipaparkan oleh para ahli di atas, makna

disimpulkan bahwa jenis makna dalam semantik banyak sekali jenisnya dan

dibedakan berdasarkan kategorinya masing-masing. Kategori atau pengelompokan

jenis makna tersebut digunakan untuk membedakan jenis makna dan tipe makna pada

kata atau bahasa. Namun, penelitian kali ini, fokus penelitian berpusat pada makna

Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017

17

asosiatif yang terdapat dalam kata, frasa dan kalimat di dalam lirik lagu Muhammad

Tulus Rusyidi dalam album Tulus, Gajah, dan Monokrom. Dengan demikian,

penelitian ini akan menggunakan teori tentang tipe makna dari Leech (1997 : 23),

yang menyatakan bahwa makna asosiatif memiliki makna yang lebih tersirat dari

makna konseptual dan lebih berhubungan dengan tingkat kepahaman mental

seseorang.

C. Makna Asosiatif

1. Pengertian Makna Asosiatif

Menurut Tarigan (2015 : 90) asosiasi merupakan perubahan makna yang terjadi

sebagai akibat persamaan sifat. Dengan demikian asosiasi berhubungan dengan

perubahan makna akibat adanya persamaan sifat pada suatu kata. Sedangkan

pengertian makna asosiatif menurut Chaer (2013:72) adalah makna yang dimiliki

sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan keadaan di luar

bahasa. Dengan kata lain, makna asosiatif merupakan perlambang-perlambang yang

sering digunakan di suatu masyarakat bahasa untuk menyataan suatu konsep lain.

Makna asosiatif sudah bergeser dari makna sebenarnya, namun jika dipikir secara

mendalam ada kaitannya dengan makna sebenarnya. Oleh karena itu, makna asosiatif

memiliki hubungan dengan nilai-nilai moral dan pandangan hidup yang berlaku di

dalam suatu masyarakat bahasa yang juga berhubungan dengan nilai-nilai rasa bahasa.

Misalnya, kata kursi berasosiasi dengan makna „jabatan‟ atau „kedudukan‟; sedangkan

kata garuda berasosiasi dengan makna „pesawat udara‟.

Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017

18

Menurut Leech (1997 : 23) makna asosiatif merupakan sebuah makna yang

kurang stabil dan bervariasi menurut pengalaman individu. Makna asosiatif adalah

makna yang dimiliki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan

keadaan di luar bahasa. Makna asosiatif ini sesungguhnya perlambangan-

perlambangan yang digunakan oleh suatu masyarakat untuk menyatakan suatu konsep.

Makna asosiatif merupakan makna yang mengandung perumpamaan untuk

menyebutkan suatu kata. Perbedaan makna konseptual dan makna asosiatif didasarkan

pada ada tidak adanya hubungan (asosiasi, refleksi) makna sebuah kata dengan makna

kata lain. Misalnya, kata babi berasosiasi dengan kata „jijik, haram (di dalam Islam),

dan kotor.

Jadi dapat disimpulkan bahwa makna asosiatif adalah perubahan makna kata

akibat adanya persamaan sifat (makna yang dapat dihubungkan dengan benda lain

yang dianggap mempunyai kesamaan sifat). Makna asosiatif dapat juga dikatakan

sebagai makna kias.

2. Jenis Makna Asosiatif

Leech (1997 : 23) menyatakan bahwa dalam makna asosiatif merupakan suatu

kategori makna besar yang didalamnya meliputi makna konotatif, makna stilistik,

makna afektif, makna kolokatif, dan makna reflektif. Hal itu karena makna asosiatif

berhubungan dengan nilai-nilai moral dan pandangan hidup yang berlaku dalam suatu

masyarakat bahasa yang juga berhubungan dengan nilai rasa bahasa. Sehingga ke lima

makna tersebut masuk ke dalam makna asosiatif. Berikut penjelasannya.

a. Makna Konotatif (Connotative Meaning)

Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017

19

Untuk memahami makna konotatif, lebih dahulu diketahui pengertian makna

konotatif. Leech (1997 : 16) makna konotatif merupakan nilai komunikatif dari

sebuah ungkapan menurut apa yang diacu, melebihi dari makna konseptualnya.

Misalnya, kata woman/ wanita dalam makna konseptualnya hanya berarti manusia,

bukan laki-laki, dan dewasa. Namun, dalam makna konotatif terdapat sifat tambahan

yang diacu baik sifat fisik, psikis, atau sosial, seperti contohnya konotasi sifat psikis

lemah, gampang menangis, penakut, dan sebagainya yang melekat pada kata „wanita‟.

Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap kata yang

diucapkan atau didengar. Makna konotatif juga digunakan untuk mengacu bentuk atau

makna lain yang terdapat di luar makna leksikalnya.

Leech (1997: 17) menyatakan bahwa pertama makna konotatif bukan

merupakan hal yang spesifik di dalam bahasa, tetapi bersama-sama dengan sistem

komunikatif, seperti halnya seni visual dan musik, kedua konotasi itu relatif tidak

stabil, artinya konotasi itu banyak berubah-ubah menurut budayanya, masanya, dan

pengalaman individu, ketiga makna konotatif itu terbuka seperti halnya pengetahuan

dan kepercayaan kita terhadap alam semesta yang juga terbuka; setiap karakteristik

acuan yang ditandai secara subjektif atau secara objektif mungkin mendukung makna

konotatif dari ungkapan yang menandainya.

Menurut Chaer (2013 : 65) makna konotatif didasarkan pada ada tidaknya “nilai

rasa” pada sebuah kata baik positif maupun negatif. Makna konotasi yakni apabila

kata tersebut tidak memiliki nilai rasa maka dikatakan tidak memiliki konotasi, tetapi

disebut juga berkonotasi netral. Misalnya, kata bunga kamboja dan buaya, kedua kata

tersebut mengandung nilai rasa negarif karena kata “bunga kamboja” dijadikan

sebagai lambang kematian/ kuburan dan “buaya” dijadikan lambang kejahatan. Oleh

Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017

20

karena itu, kedua kata termasuk bermakna konotasi dengan nilai rasa negatif.

Perbedaan makna denotatif dan konotatif didasarkan pada ada atau tidak adanya ”nilai

rasa” pada sebuah kata.

Sedangkan menurut Pateda (2010 : 112) makna konotatif (conotative meaning)

muncul sebagai akibat asosiasi pemakai bahasa terhadpa kata yang didengar atau kata

yang dibaca. Menurut Harimurti (dalam Pateda, 2010 : 112) berpendapat aspek makna

sebuah atau sekelompok kata yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul

atau ditimbulkan pada pembicaraan (penulis) dan pendengar (pembaca). Dengan kata

lain, makna konotatif merupakan makna leksikal + X. Misalnya, kata amplop. Kata

tersebut bermakna sampul yang berfungsi sebagai tempat untuk mengirim surat yang

akan disampaikan kepada orang lain. Kata tersebut mengandung makna denotasi

(makna sebenarnya). Tetapi pada kalimat “Berilah ia amplop agar urusanmu segera

selesai.” Makna kata amplop kata kalimat tersebut sudah bermakna konotatif, yakni

berilah ia uang. Kata amplop dan uang masih berhubungan karena uang dapat

ditemukan di dalam amplop dan kata amplop mengacu pada uang.

Jadi dapat disimpulkan bahwa makna konotatif adalah sebuah makna kata yang

muncul sebagai akibat adanya asosiasi perasaan kita terhadap kata yang diucapkan

atau didengar. Makna konotatif didasarkan pada ada atau tidaknya „nilai rasa‟ dalam

penggunaannya. Makna konotatif pada sebuah kata pengertiannya dapat berbeda

antara satu kelompok masyarakat yang satu dengan kelompok masyarakat lainnya.

Selain itu, makna konotatif sering juga disebut sebagai makna kias atau bukan makna

sebenarnya (makna tambahan).

Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017

21

b. Makna Stilistik

Leech (1997 : 18) menyatakan bahwa makna stilistik sering disebut dengan

aspek komunikasi yang berhubungan dengan situasi terjadinya ucapan. Makna

stilistik merupakan makna sebuah kata yang menunjukkan lingkungan sosial

penggunanya. Kita „mendekode‟ makna stilistik dari suatu teks melalui

pengenalan kita terhadap berbagai dimensi dan tingkat penggunaannya di dalam

lingkup satu bahasa. Adanya beberapa ucapan atau kata sebagai dialek,

menunjukkan tentang asal-usul penutur menurut lingkungan geografis atau

sosialnya. Makna ini juga menunjukkan sesuatu mengenai hubungan sosial antara

penutur dan pendengarnya, misalnya bahasa sehari-hari, kekeluargaan, bahasa,

dan sebagainya yang menunjukkan suatu hubungan tertentu di antara keduanya.

Selain itu, makna stilistik berkenaan dengan gaya pemilihan kata sehubungan

dengan adanya perbedaan sosial dan bidang kegiatan di dalam masyarakat.

Sedangkan menurut Pateda (2010 : 127) makna stilistik berasal (Belanda :

stilistische betekenis) adalah makna yang timbul akibat pemakaian bahasa. Makna

stilistik dapat dijelaskan dengan berbagai dimensi dan tingkat pemakaian bahasa.

Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal beberapa pemakaian bahasa,

misalnya dialek, pemakain bahasa di dalam situasi resmi, pemakaian bahasa di

dalam karya sastra, dan pemakain bahasa di pasar. Makna stilistika menimbulkan

efek terutama kepada para pembaca. Itu sebabnya makna stilistika sering ditemui

di dalam karya sastra.

Jadi dapat disimpulkan bahwa makna stilistik merupakan makna pada

sebuah kata atau bahasa yang menunjukkan lingkungan sosial penggunanya atau

menunjukkan hubungan sosial penggunanya. Makna stilistik juga berhubungan

Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017

22

dengan situasi terjadinya ucapan dan menimbulkan efek pada pembaca atau

pendengar yang berhubungan dengan emosi dan perasaan.

c. Makna Afektif

Makna afektif berkenaan dengan perasaan pembicara pemakai bahasa

secara pribadi, baik terhadap lawan bicara maupun terhadap objek yang

dibicarakan. Leech (1997 : 18) menyatakan bahwa makna afektif adalah makna

yang menggambarkan atau mencerminkan perasaan pribadi penutur termasuk

sikapnya terhadap pendengar atau sikapnya terhadap sesuatu yang dikatakannya.

Misalnya seseorang yang ditegur dengan kata “dasar anak bodoh”, orang yang

ditegur tersebut akan berreaksi marah atau mungkin jengkel dengan perkataan

tersebut yang dianggapnya tidak sopan karena intonasi suara yang tajam atau

keras. Faktor-faktor seperti intonasi dan gema suara yang sering diistilahkan

dengan „tone of voice’ (warna suara) juga penting disini. Pada contoh kalimat

“dasar anak bodoh” dapat diubah menjadi kalimat santai apabila intonasi suara

lembut.

Makna afektif seringkali secara eksplisit diwujudkan dengan kandungan

konseptual atau konotatif dari kata-kata yang digunakannya. Di dalam makna

afektif untuk mengungkapkan emosi kita menggunakan perantara kategori makna

yang lain, seperti konseptual, konotatif dan stilistik. Ungkapan emosional melalui

gaya misalnya saja terlontar jika kita menggunakan nada tidak sopan untuk

mengungkapkan ketidaksenangan atau jika menggunakan nada santai untuk

mengungkapkan keramahan.

Menurut Pateda (2010 : 97) makna afektif (Inggris : affective meaning,

Belanda : affective betekenis) merupakan makna yang muncul akibat reaksi

Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017

23

pendengar atau pembaca terhadap penggunaan kata atau kalimat. Dengan

demikian makna afektif berhubungan dengan reaksi pendengar atau pembaca

dalam dimensi rasa, maka dengan sendirinya makna afektif berhubungan pula

dengan gaya bahasa. Misalnya pada kalimat “Datang-datanglah ke pondok buruk

kami”, kata pondok mengandung makna afektif, yakni merendahkan diri. Dalam

makna afektif terlihat adanya reaksi yang berhubungan dengan perasaan

pendengar atau pembaca setelah mendengarkan atau membaca sesuatu.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli mengenai makna afektif, maka

dapat disimpulkan bahwa makna afektif merupakan sebuah makna kata yang

menggambarkan perasaan pribadi atau sikap penutur terhadap kata yang

diucapkan oleh lawan tutur. Pada makna afektif, intonasi, nada dan gema suara

atau keras lembutnya suara penutur juga mempengaruhi lawan tutur pada saat

terjadinya komunikasi. Selain itu, makna yang muncul akibat adanya reaksi

pembaca atau pendengar terhadap penggunaan kata atau kalimat oleh penutur.

d. Makna Kolokatif

Untuk mengetahui makna kolokatif, lebih dahulu mengetahui pengertian

makna kolokatif. Leech (1997 :22) makna kolokatif mengandung asosiasi-

asosiasi dari suatu kata yang disebabkan oleh makna kata yang muncul dalam

lingkungannya. Kata yang berkolokasi telah memiliki pasangannya sendiri.

Makna ini juga biasa disebut makna yang berhubungan dengan penggunaan

beberapa kata di dalam lingkungan yang sama. Misalnya, kata pretty dan

handsome memiliki arti kata dasar yang sama dalam arti sedap dipandang atau

enak dipandang, namun kedua kata itu dapat dibedakan menurut beberapa kata

benda lain yang menyertainya atau menjadi kata sandingnya.

Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017

24

Melihat dari contoh kata di atas sudah barang tentu susunan kata benda itu

dapat saja tertukar misalnya handsome woman dan pretty woman. Kedua bentuk

itu sama-sama bisa diterima meskipun kata-kata itu mengisyaratkan daya tarik

yang berbeda yang disebabkan oleh asosiasi kolokatif dari kedua sifat di atas.

Contoh lain, yakni kata ikan, gurami, sayur, tomat tentunya kata-kata tersebut

akan muncul di lingkungan dapur.

Menurut Pateda (2010 : 110) makna kolokasi atau kolokatif (Belanda

:collocative betekenis) biasanya berhubungan dengan penggunaan beberapa kata

di dalam lingkungan yang sama. Seperti contoh di atas kata gergaji, kurdi, pahat,

parang, kata tersebut berhubungan dengan lingkungan tukang kayu. Karena

benda-benda tersebut digunakan oleh tukang kayu untuk bekerja. Selain itu, ada

juga kata yang sama maknanya namun tidak cocok untuk lingkungan tertentu.

Misalnya, kata berpulang ke rahmatullah, kembali ke alam baka, tewas, mati,

mampus, meninggal, wafat. Kata tersebut pemakaiannya tidak cocok untuk semua

manusia. Contohnya penggunaan kata mampus pada kalimat “Guru agama itu

mampus kemarin siang”, kata mampus tidak sesuai dikatakan kepada guru agama

yang sifat-sifatnya alim, ramah, dan sopan santun. Kata mampus hanya cocok

digunakan untuk lingkungan hewan atau orang yang berkelakuan buruk/ durhaka.

Berdasarkan contoh di atas sudah sangat jelas, bahwa beberapa kata memiliki

makna yang sama atau mirip, namun penggunaannya harus sesuai dengan objek

dan situasi. Dengan demikian kata memiliki keterbatasan di dalam

penggunaannya. Palmer dalam (Pateda, 2010 : 110) menyebut tiga keterbatasan

kata jika dihubungkan dengan makna kolokasi, yakni : (i) makna dibatasi oleh

Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017

25

unsur yang membentuk kata atau urutan kata, (ii) makna kolokasi dibatasi oleh

tingkat kecocokan kata, dan (iii) makna kolokasi dibatasi oleh ketepatan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa makna kolokatif merupakan makna sebuah

kata yang berhubungan dengan penggunaan beberapa kata di dalam lingkungan

yang sama atau kata yang muncul dalam suatu lingkungan. Penggunaan kata

harus disesuaikan dengan objek dan situasi. Selain itu, makna juga dibatasi oleh

tingkat kecocokan dan ketepatan kata.

e. Makna Reflektif

Menurut Leech (1997 : 21) makna reflektif adalah makna yang muncul

dalam makna konseptual ganda, dimana pengertian suatu kata pada pemakainya

secara otomatis memunculkan sebagian respon kita membentuk pengertian lain.

Makna ini juga sering dipahami sebagai sugesti yang terdapat pada suatu

pemakaian bahasa. Misalnya dalam sebuah upacara di gereja mendengar kata The

Comforter (Sang Penghibur) dan The Holy Ghost (Roh Kudus), reaksi pendengar

yang bukan beragam katolik akan terbentuk makna non-religius dari comfort

(penghiburan) dan ghost (roh/ setan). Kata „sang penghibur‟ kedengarannya

hangat dan seperti seseorang yang „memberikan hiburan‟ (meski di dalam konteks

religius yang beragama Katolik berarti „yang memperkuat atau yang

mendukung‟), sedangkan Roh Kudus kedengarannya menakutkan. Dari kedua

contoh tersebut menunjukkan sebuah pengertian kata yang secara langsung

memunculkan sebagian respon pendengar sehingga dapat membentuk pengertian

lain.

Berdasarkan pengertian makna di atas maka dapat disimpulkan bahwa,

makna reflektif merupakan suatu pengertian kata yang memunculkan pengertian

Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017

26

kata baru dan dapat menyugesti pendengar atau pembaca. Makna reflektif muncul

karena adanya respon dan pikiran dari si pendengar sehingga memunculkan

pengertian kata baru.

D. Lirik Lagu

Depdiknas (2007: 647) lirik merupakan susunan kata yang indah pada sebuah

lagu atau nyanyian. Oleh karena itu, lirik sering dikatakan sebagai rangkaian pesan

yang ditulis dengan sistematika penulisan tertentu dengan memperhatikan pilihan kata

yang digunakan untuk menimbulkan kesan tertentu kepada pembaca, isinya mewakili

perasaan atau gagasan penulis yang muncul dari lingkungan fisik manusia. Lirik lagu

diciptakan dengan bahasa yang lugas tetapi mengandung makna tertentu. Lirik di

dalamnya juga mengandung pesan-pesan moral, informasi maupun nasihat yang ingin

disampaikan kepada para pendengar. Bahasa yang digunakan pada lirik lagu hampir

sama dengan puisi dalam bahasa emosional serta berirama, misal dengan kiasan,

artistik, dan penuh perasaan (Amiyati, 2016 : 2).

Lirik sendiri merupakan sebuah pesan simbolik dari manusia atas segala sesuatu

yang terjadi di lingkungan yang muncul akibat adanya sebuah respon. Kondisi

lingkungan ini ditangkap oleh pikiran yang kemudian menghasilkan ide gagasan yang

dituangkan ke dalam sebuah lirik melalui bahasa. Maka tak sedikit lagu yang

diciptakan berdasarkan fenomena lingkungan yang didalamnya mengandung sebuah

makna dan pesan yang ingin disampaikan kepada para pendengar. Makna dalam lirik

lagu merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh penulis berdasarkan semua respon

yang mereka peroleh dari lingkunganya. Lagu dapat dikatakan sebagai sebuah

penyampaian ulasan perasaan, cerita atau paparan yang disampaikan dengan

Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017

27

menggunakan bahasa yang indah untuk mempengaruhi hati dan pikiran seseorang agar

setuju dan ikut serta hanyut dalam paparan pencipta lagu. Lagu sangat berpengaruh di

dunia masyarakat karena lagu sendiri merupakan seni yang lahir dari masyarakat.

Menurut Supriatna (2006 : 1-2) manusia selalu membutuhkan seni karena dalam hidup

manusia selalu membutuhkan sesuatu yang menyenangkan, membahagiakan dan

membutuhkan hal-hal yang berhubungan dengan keindahan estetik.

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa lirik lagu adalah sebuah

kata-kata simbolik dari si penulis sebagai respon lingkungan tempat tinggal dengan

segala sesuatu yang terjadi dan dirasakan di dalam lingkungannya. Kondisi

lingkungan ini tangkap oleh pikiran yang kemudian menghasilkan ide gagasan yang

dituangkan ke dalam sebuah lirik melalui bahasa.

E. Muhammad Tulus Rusydi

Muhammad Tulus Rusydi atau kerap dipanggil Tulus lahir di Bukittinggi,

Sumatera Barat, pada 20 Agustus 1987. Tulus adalah penyanyi dan pencipta lagu asal

Indonesia. Dia menempuh S-1 di Universitas Katolik Parahyangan jurusan arsitektur

dan sekarang bekerja sebagai penyanyi dan arsitek. Tulus bernyanyi sejak kecil, dia

mulai dikenal ketika dia bernyanyi di acara-acara komunitas klab jazz di kota

Bandung. Kemudian ia mulai masuk ke dalam dunia seni musik bersama dengan

kakaknya bernama Riri Muktamar. Tulus bersama kakaknya membuat sebuah

perusahaan label musik independen pada tahun 2010 bernama TULUS Company

(TULUS Co.). Saat ini TULUS Co. memiliki dua divisi usaha utama yaitu TULUS

Management (TULUS Man.) dan TULUS Production (TULUS Pro.).

Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017

28

Kehadiran Tulus di ajang musik Indonesia memberikan kontribusi cukup banyak

terutama dari sisi kualitas musiknya. Tulus dalam setiap albumnya mengangkat tema

yang unik dan menarik. Tema yang diangkat oleh Tulus berbeda dengan tema-tema

yang diangkat oleh musisi pop Indonesia karena dia ingin memberikan kesan lagu

yang berbeda kepada pendengar. Dia memiliki vokal unik, berkarakter, dan mulus

sehingga enak didengar oleh telinga masyarakat. Tata bahasa dalam lirik yang unik

juga salah satu kekuatan yang dimiliki Tulus, seperti pada lagu Gajah yang sekilas

seperti sebuah ungkapan diri yang digambarkan secara analogis. Setiap lagu Tulus

dalam ke tiga albumnya, ia menciptakan sendiri lirik-lirik lagu dan menyampaikannya

dengan caranya sendiri. Hal itu yang membedakan Tulus dengan musisi lainnya. Oleh

karena itu, kebanyak lagu yang ada di dalam album-album Tulus merupakan hasil

karyanya sendiri.

F. Album Tulus, Gajah, dan Monokrom

Album merupakan sebuah buku tempat untuk menyimpan foto, perangko, dan

sebagainya. Album juga dapat diartikan sebagai kumpulan piringan hitam, kaset lagu-

lagu, dan kumpulan lagu dalam rekaman kaset. Album dalam musik berisi kumpulan

dari beberapa lagu yang di distribusikan untuk publik. Secara umum, suatu rangkaian

lagu dianggap sebagai suatu album jika memiliki susunan daftar lagu yang konsisten.

Lagu dalam suatu album dapat memiliki subjek, suasana atau suara yang senada

bahkan dirancang untuk menyampaikan suatu pesan. Album biasanya dimiliki oleh

penyanyi-penyanyi papan atas yang sudah memiliki banyak lagu.

Salah satunya adalah Muhammad Tulus Rusydi, dia memiliki tiga album yaitu

album Tulus, Gajah, dan Monokrom. Album pertama yang berjudul Tulus dirilis pada

Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017

29

tahun 2011 dengan Label Tulus Record/ Demajors dan musik dalam album ini

bergenre jazz, pop. Album ini dirilis melalui perusahaan rekamannya sendiri. Ini

merupakan album Tulus yang pertama, meskipun album pertama namun banyak

masyarakat yang menyukainya. Kehadiran Tulus dalam album pertamanya

memberikan nuansa musik baru dan unik karena lirik dan tema yang diangkat Tulus

dalam albumnya unik dan aneh. Dalam album Tulus terdapat beberapa lagu, yaitu

Merdu Untukmu, Teman Pesta, Kisah Sebentar, Sewindu, Diorama, Tuan Nona

Kesepian, Jatuh Cinta, Teman Hidup, Sewindu (Rhodes Version), Dan Merdu

Untukmu (Outro).

Album Tulus yang ke dua yaitu Gajah yang dirilis pada tanggal 19 Februari

2014 oleh Demajors. Alasan Tulus menamakan album keduanya berjudul Gajah

karena di dalam album tersebut ada satu lagu berjudul Gajah yang menceritakan diri

Tulus sendiri semasa ia kecil dan lagu tersebut merupakan balasan untuk orang-orang

yang dulu pernah mencela Tulus dan memanggil dirinya gajah. Selain itu juga ada

lagu berjudul Baru, dalam lagu tersebut seolah-olah Tulus ingin mengatakan “liat ini

aku yang sekarang, yang dulu kamu tidak pernah melihat atau memperhatikan aku”.

Album ini menampilkan nuansa unik, aneh, dan menarik yang berbeda dengan album

sebelumnya. Lagu Muhammad Tulus Rusyidi pada album Gajah terdapat 9 lagu,

yaitu Baru, Bumerang, Sepatu, Bunga Tidur, Tanggal Merah, Gajah, Lagu untuk

Matahari, Satu Hari di Bulan Juni, dan Jangan Cintai Aku Apa Adanya.

Album Tulus yang ketiga berjudul Monokrom dirilis pada tanggal 3 Agustus

2016. Musik dalam album ini bergenre jazz, pop dan orchestra. Album Monokrom

adalah bentuk ucapan terima kasih Tulus untuk semua orang atau fans yang sudah

mewarnai perjalanan musiknya selama ini. Dia juga berharap melalui album ini orang-

Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017

30

orang disekitarnya dapat merasakan rasa terima kasihnya melalui lagu-lagu yang ada

di dalam album tersebut. Lagu Muhammad Tulus Rusyidi dalam album Monokrom

terdapat 10 lagu, yaitu Manusia Kuat, Pamit, Ruang Sendiri, Tukar Jiwa, Tergila-

Gila, Cahaya, Langit Abu-Abu, Mahakarya, Lekas, dan Monokrom.

Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017

31

G. Kerangka Pemikiran

Analisis Makna Asosiatif pada Lirik Lagu Muhammad Tulus Rusyidi dalam Album

Tulus, Gajah dan Monokrom

Semantik makna

Lirik Lagu Muhammad Tulus

Rasyidi dalam AlbumTulus,

Gajah dan Monokrom

Pengertian

makna

Makna

Asosiatif

Pengertian lirik lagu

Muhammad Tulus

Rusydi

Album Tulus, Gajah,

dan Monokrom

Hasil analisis menunjukkan terdapat jenis makna

asosiatif yang terdapat dalam lirik lagu Muhammad

Tulus Rusydi dalam album Tulus, Gajah dan

Monokrom.

Komponen

Makna

Jenis

makna

Pengertian

makna

asosiatif

Jenis makna

asosiatif menurut

Geoffrey Leech

(1997 :23) yaitu :

1. Makna

konotatif

2. Makna stilistik

3. Makna afektif

4. Makna

kolokatif

5. Makna reflektif

Analisis Makna Asosiatif..., Nining Dwi Darwati, FKIP UMP, 2017