Upload
dangnga
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diare
Diare atau penyakit diare (Diarrheal disease) berasal dari bahasa
Yunani yaitu “diarrai” yang berarti mengalir terus, merupakan keadaan
abnormal dari pengeluaran tinja terlalu frekuen. Diare didefiniskan
sebagau pasase feses cair lebih dari tiga kali dalam sehari disrtai
kehilangan bayak cairan elektrolit melalui feses (Watson, dikutip Jones &
Irving, 1996; Behrman, kligman, & Arvin, 1996).Diare adalah keadaan
diama tubuh kehilangan banyak cairan dan elektrolit melaui
feses.Kelainan yang mengganggu penyerapan di usus halus cenderung
lebih banyak menyebabkan diare, sedangkan kelainan penyerapan di
kolon lebih sedikit menyebabkan diare.
Epidemiologik biasanya diare didefinisikan dengan keluarnya feses
lunak atau cair tiga kali atau lebih dalam satu hari, namun para ibu
mungkin menggunakan istilah yang berbeda untuk menggambarkan
diare. Depkes RI & DITJEN PPM & PLP (1999), lebih praktis
mendefinisikan diare sebagai meningkatnya frekuensi feses atau
konsistensinya menjadi lebih lunak sehingga dianggap abnormal oleh
ibunya. Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air besarnya
lebh dari 3-4 kali per hari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi
masih bersifat fisiologi atau normal.
Selama berat badan bayi meningkat normal, hal tersebut tidak
tergolong diare, tetapi merupakan intoleransi laktosa sementara akibat
belum sempurnanya perkembangan saluran cerna. Untuk bayi yang
minum ASI secara eksklusif definisi diare yang praktis adalah
Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014
meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistensinya menjadi cair
menurut ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya. Kadang – kadang
pada seorang anak buang air besar kurang dari 3 kali perhari, tetpai
konsistensinya cair, keadaan inii sudah dapat disebut diare.
Patogenesis dari kebanyakan episode diare mungkin dari kelainan
sekretorik, osmotik, motilitas, atau kombinasi dari ketiganya.Diare
sekretorik umumnya menetap waaupun anak tidak diberi makanan per
oral (dipuasakan).
Beberapa asam lemak interalumen dan garam empedu menyebabkan
sekresi mukosa kolon melalui mekanisme ini.Diare tidak disertai dengan
zat pemicu sekresi eksogen juga mempunyai komponen sekretorik
(seperti penyakit inklusi mikrovili kongenital).Diare sekretorik cenderung
menjadi diare cair yang volumenya banyak, osmolalitas dapat dihitung
dengan adanya elektrolit.
1. Macam – Macam Diare
Secara klinik, diare dibedakan menjadi tiga macam sindrom,
masing – masing mencerminkan patogenesis berbeda dan
memerlukan pendekatan yang berlainan dalam pengobatannya.
a. Diare akut (gastroenteritis)
Diare akut ialah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi
dan anak yang sebelumnya sehat (Noerasid, Suratmadja & Asnil,
dikutip Suharyono, Boediarso & Halimun, 1998).Diare berangsung
kurang dari 14 hari (bahkan kebanyakan kurang dari tujuh hari)
dengan disertai pengeluaran feses lunak atau cair, sering tanpa
darah, mungkin disertai muntah dan panas (Depkes RI &DITJEN
PPM & PLP, 1999). Diare akut (berlangsung kurang dari tiga
minggu), penyebabnya infeksi dan bukti penyebabnya harus
Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014
dicari(perjalanan ke luar negri, memakan makanan mentah, diare
serentak dalam anggota keluarga dan kontak dekat), Wetson,
dikutip Jones & Irving, 1996; Behram, Kliegman, & Arvin, 1996.
Diare akut lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak yang
lebih besar.Penyebab terpenting diare cair akut pada anak-anak di
negara berkembang adalah rotavirus, Escherichia coli
enterotoksigenik, Shigella, Campylobacter jejuni dan
Crytosporidium (Depkes RI & DITJEN PPM & PLP, 1999).
Penyakit diare akut dapat ditularkan dengan cara fekal-oral
melalui makanan dan minuman yang tercemar. Peuang
mengalami diare akut antara anak laki-laki dan perempuan hampir
sama. Diare cair akut menyebabkan dehidrasi dan apabila
masukan makanan berkurang, juga mengakibatkan kurang gizi,
bahkan kematian yang disebabkan oleh dehidrasi.
b. Disentri
Disentri didefinisikan dengan diare yang disertai darah dalam
feses, menyebabkan anoreksia, penurunan berat badan dengan
cepat, dang kerusakan mukosa usus karena bakteri invasif.
Peyebab utama disentri akut yaitu Shigella, penyebab lain adala
Campylobacter jejuni, dan penyebab yang jarang ditemuai adalah
E. Coli enteroinvasife atau Salmonela. Pada orang dewasa muda,
disentri yang serius disebabkan oleh Entamoeba histolytica, tetapi
jarang menjadi penyebab disentri pada anak-anak.
c. Diare persisten
Diare persisten adalah yang pada mulanya bersifat akut tetapi
berlangsung lebih dari 14 hari, kejadian dapat dimulai sebagai
diare cair atau disentri.Diare jenis ini mengakibatkan kehilangan
Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014
berat badan yang nyata, denngan volume feses dalam jumlah
yang banyak sehingga beresiko mengalami dehidrasi.Diare
persisten tidak bole dikacaukan dengan diare kronik, yaitu diare
intermitten atau diare yang hilang timbul, atau berlangsung lama
dengan penyebab noninfeksi-seperti penyakit sensitif terhadap
gluten atau gangguan metabolisme yang menurun.
2. Cara Penularan dan Faktor Resiko
Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal-oral yaitu
melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh enteropatogen,
aau kontak langsung tangan dengan penderita atau barang-barang
yang tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat.
Faktor resiko dapat meningkatkan penularan eteropatogen antara
lain : tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama
kehidupan bayi , tidak memadainya persediaan air bersih,
pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan (MCK),
kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan
penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yag
tidak baik. Selama hal-hal tersebut, beberapa faktor pada penderita
dapat meningkatkan kecenderunfan untuk dijangkiti diare antara lain:
gizi buruk, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambung,
menurunnya motilitas usus, menderita capak dalam 4 minggu terakhir
dan faktor genetik.
a. Faktor umur
Sebagian besar episode diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan.Insidensi terjadi pada kelompok umur 6 – 11 bulan
pada saat diberikan makanan pendamping ASI. Pola ini
menggambarkn kombinasi efek penurunan kadar antibodi ibu,
Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014
kurangnya kekebalan aktif bayi, pengenalan makanan yang
mungkin terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung dengan
tinja manusia atau binatang pada saat bayi mulai merangkak.
Kebanyakan enteropatogen merangsang paling tidak sebagai
kekebalan melawan infeksi atau penyakit yang berulang, yang
membantu menjelaskan menurunnya insiden penyakit pada anak
yang lebih besar dan pada orang dewasa.
b. Infeksi asimtomatik
Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik pada
proporsi asimtomatik ini meningkat setelah umur 2 tahun
dikarenakan pembentukan imunitas aktif.Pada infeksi asimtomatik
yang mungkin berulang beberapa hati atau minggu, tinja penderita
mengandung virus, bakteri atau kista protozoa yang infeksius.
Orang dengan infeksi asimtomatik berperan penting dalam
penyebaran banyak enteropatogen terutama bila mereka tidak
menyadari adanya infeksi, tidak menjga kebersihan dan
berpindah-pindah dari satu tempat ketempat yang lain.
c. Faktor musim
Variasi pola musiman diare dapat terjadi menurut letak
geografis. Didaerah sub tropik, diare karena bakteri lebih sering
terjadi pada musim panas., sedangkan diare karena virus
terutama rotavirus puncaknya terjadi paa musim dingin. Didaerah
tropik (termasuk Indonesia), diare yang disebabkan oleh retrovirus
dapat terjadi sepanjang tahun dengan peningkatan sepanjang
musim kemarau, sedangkan diare karena bakteri cenderung
meningkat pada musim hujan.
Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014
d. Epidemi dan pandemi
Vibrio cholera 0.1 dan Shigella dysentriae 1 dapat
menyebabkan epidemi dan pandemi yang mengakibatkan
tngginya angka kesakitan dan kematian pada semua golongan
usia. Sejak rahun 1961, kolera yang disebabkan oleh V. Cholera
0.1 biotipe Eltor telah menyebar ke negara-negara di Afrika,
Amerika Latin, Asia, Timur Tengah dan di beberapa daerah di
Amerika Utara dan Eropa. Dalam kurun waktu yang samaShigella
dysentriae tipe 1 menjadi penyebab wabah yang besar di Amerika
Tengah dan terakhir di Afrika Tengah dan Asia Selatan. Pada
akhir tahun 1922, dikenal strain baruvibrio cholera 0139 yang
menyebabkan epidemi di Asia dan lebih dari 11 negara
mengalami wabah.
3. Etiologi
Penyebab infeksi utama timbulnya diare umumnya adalah
golongan virus, bakteri dan parasit. Dua tipe dasar dari diareakut oleh
kareana infeksi adalah non inflammatory dan infflammatory.
Di negara berkembang kuman patogen penyebab penting diare
akut pada anak-anak yaitu: rotavirus, escherichia coli
enterotoksigenik, shigella, champylobacter jejuni dan cryptosporidium.
Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus
yang menyebabkan diare pada manusia secara selekif dan
menghancurkan sel-sell ujung-ujung villus pada usus halus.Biopsi
usus halus menunjukkan berbagai tingkat penumpulan villus dan
infiltrasi dengan keparahan gejala-gejala klinis dan biasanya sembuh
sebelum penyembuhan diare.Mukosa lambung tidak terkena
walaupun biasanya digunakan isitilah “gastroenteritis”, walaupun
Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014
pengosongan lambung tertunda telah didokumentasi selama infeksi
virus Norwalk.
Virus akan menginfeksi lapisan epithelium di usus halus dan
menyerang villus di usus halus. Hal ini menyebabakna fungsi absorbsi
usus halus tergantung.Sel-sell epitel usus halus yang rusak diganti
oleh enterosit yang baru, berbentuk kuboid yang belum matang
sehingga funfsinya beum baik.Villus mengalami atrofi dan tidak dapat
mengabsorbsi cairan dan makanan dengan baik. Selanjutnya, cairan
dan makanan yang tidak terserap/tercerna akan meningkatkan
tekanan koloid osmotik usus dan terjadi hiperperistaltik usus sehingga
cairan beserta makanan yang tidak terserap tertodong keluar usus
melalui anus, menimbulkan diare osmotik dari penyerapan air dan
nutrien yang tidak sempurna..
Pada hospes normal, infeksi ekstra-intestinal sangat jarang,
walaupun penderita terganggu imin dapat mengalami keterlibatan hati
dan ginjal. Kenaikan kerentanan bayi (dibanding dengan anak yang
ebih tua dan rang dewasa) sampai morbiditas berat dab mortalitas
gastroenteritis virus dapat berkaitan dengan sejumlah faktor termasuk
penurnan fungsi cadangan usus, tidak ada imunitas spesifik, dan
penurunan meknisme pertahanan hospes nonspesifik seperti asam
lambung dan mukus. Enteritis virus sangat memperbesar
permeambilitas usus terhadap makromolekul lumen dan telah
dirumuskan menaikkan resiko alergi makanan.
Patogenesis terjadinya diare oleh salmonella, E.coli agak berbeda
dengan patogenesis diare oleh virus, tetapi prinsipnya hampir sama.
Bedanya bakteri ini dapat menembus (invasi) sel mukosa usus halus
sehingga dapat menyebabkan reaksi sistemik.Toksin shigella juga
Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014
dapat masuk ke dalam serabut saraf otak sehingga menimbulkan
kejang.Diare oleh kedua bakteri ini dapat menyebabkan adanya darah
dalam tinja yang disebut dengan disentri.
4. Patofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi:
a. Kehilangan air (dehidrasi).
Dehidrasi terjadi karena jehilangan air (output) lebih banyak dari
pada pemasukan air (input), merupakan penyebab terjadinya
kematian pada diare.
b. Gangguan keseimbangan asam-basa (Metabolik asidosis).
Metabolik asidosis ini terjadi karena:
1) Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja
2) Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak tidak sempurna
sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh.
3) Terjadi penimbunan ama laktat karena adanya anoksia
jaringan.
4) Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena
tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria).
5) Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan
intraseluler.
Menurut penelitian sutoto (1974), kehilangan komponen basa ini
(base defisit) pada penderita dehidrasi berat mencapai 17,7
mEq/L.
c. Hipoglekimia
Hipoglekimia terjadi pada 2-3% dari anak-anak yang
menderita diare. Pada anak-anak dengan gizi cukup/ baik,
Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014
hipoglikemia ini jarang terjadi, sering terjadi pada anak yang
sebelumya sudah menderita KKP. Hal ini terjadi karena :
1) Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hari terganggu.
2) Adanya gangguan absobsi glukosa (walaupun jarang terjadi).
Gejala hipoglekimia akan muncul jika kadar glukosa darah
menurun sampai 40 mg5 pada bayi dan 50 mg% pada anak-anak.
Gejala: lemah, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat,
syok, kejang sampai koma. Terjadinya hipoglikemia ini perlu
dipertimbangkan jika terjadi kejang yang tiba-tiba tanpa adanya
panas atau penyakit lain yang disertai kejang, atau penderita
dipuaskan dalam waktu yang lama.
d. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi
dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu
yang singkat.
Hal ini disebabkan:
1) Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare
dan/atau muntahnya akan bertambah hebat. Orang tua sering
hanya memberikan air teh saja (teh diit).
2) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan
pengeceran dan susu tang encer ini diberikan terlalu lama.
3) Makanan yang diberikan sering tidak dicerna dengan baik.
e. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/disertai muntah, dapat terjadi
gangguan sirkulasi darah berupa rejatan (syok)
hipovolemik.Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi
hipoksia, asidosis bertambah hebat, dapat mengakibatkan
Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014
perdarahan dalam otak, kesadaran menurun (soporokomaterus)
dan bila tidak segera ditolong penderita dapat meninggal.
5. Mekanisme Diare
Secara umum diare disebabkan 2 hal yaitu gangguan pada proses
absorbsi atau sekresi. Terdapat beberapapembagian diare:
a. Pembagian diare menurut etiologi
b. Pembagian diare menurut mekanismenya yaitu gangguan.
c. Absorbsi
d. Gangguan sekresi
e. Pembagian diare menurut lamanya diare
1) Diare akut yang berlangsung kurang dari 14 hari.
2) Diare kronik yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan
etiologi non-infeksi.
3) Diare peristen yang berlangsung lebh dari 14 hari dengan
etologi infeksi.
Kejadian diare secara umum terjadi dari satu atau
beberapa mekanisme yang saling tumpang tindih.Menurut
mekanisme diare maka dikenal.
Diare akibat gangguan absorbsi yaitu voleume cairan yang
berada di kolon lebih besar dari oada kapasitas
absorpsi.Disisni diare dapat terjadi akibat kelainan di ususu
halus, mengakibatkan absorpsi menurun atua sekresi yeng
bertambah.Apabila fungsi usus halus normal, diare dapat
terjadi akibat absopsi di kolon menurun atau sekresi di kolon
meningkat.Diare dapat juga dikaitkan dengan gangguan
mortalitas, inflamasi dan imunologi.
Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014
a) Gangguan absorpsi atau diare osmotik.
Secara umum terjadi penurunan fungsi absorpsi oleh
berbagai sebab seperti celiac spurue, atau karena:
(1) Mengonsumsi magnesium hidroksida.
(2) Difesiensi sukrase-isomaltase adanya laktase defisien
pada anak yang lebih besar.
Adanya bahan yang tidak diserap, menyebabakan bahan
intraluminal pada usus halus bagian proksimal tersebut
bersifat hipertonis dan menyebabkan hiperosmolaritas.
b) Malabsopsi umum.
Gangguan atau kegagalan ekskresi pankreas
menyebabkan kegagalan pemecahan kompleks protein,
karbohidrat, trigliserid, selanjutnya menyebabkan
maldigesti, malabsorbsi dan akhirnya menyebabkan diare
osmotik.
c) Gangguan sekresi atau diare sekretorik
(1) Hiperlasia kapita
Teoritis adanya hiperlasia kapita akibat pentyakit
apapun, dapat menyebabkan sekresi intestinal dan
diare. Pada umumnya penyakit ni menyebabkan atrofi
villi.
(2) Luminal secretagogues
Dikenal 2 bahan yang menstimulasi sekresi lumen
yaitu enterotoksin bakteri dan bahan kimia yang dapat
enstimulasi seperti laksansia, garam empedu bentuk
dihydroxy, serta asam lemak rantai panjang.
Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014
Penyakit malabsopsi seperti reseksi ileum dan
penyakit chon dapat menyebabkan kelainan sekresi
seperti menyebabkan peningkatan konsentrasi garam
empedu, lemak.
(3) Blood-Borne Secretagogues.
Diare sekretorik pada anak-anak di negara
berkembang, umumnya disebabkan enteretoksin E coli
atau Cholera.Berbeda dengan negara berkembang, di
negara maju, diare sekretotik jarang ditemukan,
apabila ada kemungkinan disebabkan obat atau tumor
seperti ganglioneuroma atau neuroblastoma yang
menghasilkan hormon seperti VIP.Pada orang dewasa,
diare sekretorik berat disebabkan neoplasma
pankreas, sel non-beta yang menghasilkan VIP,
Polipeptida pankreas, hormon sekretorik lainnya
(sindroma watery diarrhe hypokalemia achlorhydria
(WDHA). Diare yang disebabkan oleh tumor ini
termasuk jarang.5 Semua kelainan mukosa usus,
berakibat sekresi air dan mineral berlebihan pada virus
dan kripta serta semua enterosit terlibat dan dapat
terjadi mukosa usus dalam keadaan normal.
4) Diare akibat peristaltik
Meskipun motilitas jarang menjadi penyebab utama
malabsorbsi, tetapi perubahan motilitas mempunyai pengaruh
terhadap absorbsi.Baik peningkatan ataupun penurunan
motilitas, keduanya dapat menyebabkan diare.Penurunan
motilitas dapat mengakibatkan bakteri tumbuh lampau yang
Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014
menyebabkan diare. Perlambatan transit obat-obatan atau
nutrisi akan meningkatkan absorbsi. Kegagalan motilitas usus
yang berat mnyebabkan stasis intestinal berakibat inflamasi,
dekonjugasi garam empedu dan malabsorbsi.Diare akibat
hiperperistaltik pada anak jarang terjadi.Watery diare dapat
disebabkan karena hipermotilitas pada kasus kolon iritable
pada bayi. Gangguan motilitas mungkin merupakan penyebab
diare pada thyrotoksikosis, malabsorbsi asam empedu dan
berbagai penyakit lain.
5) Diare inflamasi
Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan
diare pada beberapa keadaan. Akibat kehilangan sel epitel
dan kerusakan tight junction, tekanan hidrostatik dalam
pembuluh darah dan limphatic menyediakan air, elektrolik ,
mukus, protein dan seringkali sel darah merah dan sel darah
putih menumpuk dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi
ini berhubungan dengan tipe diare lain seperti diare osmotik
dan diare sekretorik.
6) Diare terkait imunologi
Diare terkait imunologi dihubungkan dengan reaksi
hipersensitifitas tipe I, III, dan IV.Reaksi tipe I yaitu terjadi
reaksi antara sel mast dengan IgE dan elergen makanan.
Reaksi tipe III misalnya pada penyakit gastroenteropati,
sedangkan reaksi tipe IV terdapat pada Coeliac disease dan
protein loss enteropaties. Pada reaksi tipe I, elergen yang
masuk tubuh menimbulkan respon imun dengan dibentuknya
IgE yang selanjutnya akan diikat oleh reseptor spesifik pada
Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014
permukaan sel mast dan basofil. Bila terjadi aktifasi akibat
pajanan berulang dengan antigen yang spesifik, sel mast akan
melepaskan mediator seperti histamin, ECF-A, PAF, SRA-A
dan prostaglandin. Pada reaksi tipe III terjadi reaksi komplek
antigen-antibodi dalam jaringan atau pembuluh darah yang
mengaktifkan komplemen. Komplemen yang diaktifkan
kemudian melepaskan Macrophage Chemotactic Factor yang
akan merangsang sel mast dan basofil melepas berbagai
mediator. Pada reaksi tipe IV terjadi respon imun seluler,
disisni tidak terdapat peran antibodi.Antigen dari luar
dipresentasikan sel APC (Antigen Presenting Cell) ke sel Th1
yang MHC-II dependen. Terjadi pelepasan berbagai sitokin
seperti MIF, MAF dan IFN-y oleh Th1. Sitokin tersebut akan
mengaktifasi makrofag dan menimbulkan kerusakan jaringan.
Berbagai mediator diatas aan menyebabkan luas permukaan
mukosa berkurang akibat kerusakan jaringan, merangsang
sekresi klorida diikuti oleh natrium dan air.
6. Gambaran Klinis
Gambaran awal dimulai dengan bayi atau anak menjadi cengeng,
gelisah, suhu ban mungkin meningkat, nafsu makn berkurang atau
tidak ada, kemudian timbul diare.Feses makin cair, mungkin
mengandung darah dan atau lendir, dan warna feses berubah
menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.Akibat seringnya
defekasi, anus dan area sekitarnya menjadi lecet karena sifat feses
makin lama menjadi asam, hal ini terjadi akibat banyaknya asalm
laktat yang dihasilkan dari pemecahan laktosa yang tidak dapat
diabsorpsi oleh anus.
Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014
Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.Apabila
penderita telah banyak mengalami kehilangan air dan elektrolit, maka
terjadilah gejala dehidrasi.Berat badan menurun, ubun-ubun besar
cekung pada bayi, tonus otot dan turgor kulit berkurang, dan selaput
lendir pada mulut dan bibir terlihat kering.Gejala klinis menyesuaikan
dengan drajat atau banyaknya kehilangan cairan. Apabila dilihat dari
banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi
berdasarkan kehilangan berat badan dan skor Maurice King
(Noerrasid, Suraatmadja & Asnil , 1988).
Berdasarkan kehilngan berat badan, dehidrasi terbagi menjadi
empat kategori yaitu tidak ada dehidrasi ( bila terjadi penurunan berat
badan 2,5%), dehidrasi ringan (bila terjadi pnurunan berat badan 2,5-
5%), dehidrasi sedang (bila terjadi penurunan berat badan 5-10%),
dan dehidrasi berat (bila terjadi penurunan berat badan 10%);
sedangkan menurut skor Maurice King dapat dijelaskan dalam Tabel
12-2 sebagai berikut.
TABEL 2.1 Skor Maurice King
Bagan yang Diperiksa Nilai untuk Gejala yang ditemukan
0 1 2
Keadaan Umum
Kekenyalan kulit
Mata
Ubun-ubun besar
Mulut
Denyut nadi/menit
Sehat
Normal
Normal
Normal
Normal
Kuat<12
0x/menit
Gelisah,cengeng,apatis,
ngantuk
Sedikit kurang
Sedikit cekung
Sedikit cekung
Kering
Sedang(120-
140)x/menit
Mengigau, koma, atau
syok
Sangat kurang
Sangat cekung
Sangat cekung
Kering dan sianosis
Lemah>140x/menit.
Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat menentukan derajat
dehidrasi degan menggunakan Skor Maurice King.
a. Menentukan kekenyalan kulit, kulit perut “dijepit” antara ibu jari
dan telunjuk selama 30-60 detik, kemudian dilepas kembali.
Apabila kulit menjadi normal dalam waktu 1 detik (turgor agak
kurang/dehidrasi ringan), 1-2 detik (turgor kurang/dehidrasi
sedang), dan 2 detik (turgor sangat kurang/dehidrasi berat).
b. Berdasarkan skror yang terdapat pada seorang penderita maka
dapat ditentukan derajat dehidrasinya, bila mendapat nilai 0-2
(dehidrasi ringan), 3-6 (dehidrasi sedang), dan 7-12 (dehidrasi
berat). Niali atau gejala tersebut adalah nilai atau gejala yang
terlihat pada dehidrasi isotonik dan hipotonik, yang keadaan
dehidrasnya paling banyak, masing-masing 77,8% atau 9,5%.
c. Pada anak-anak dengan ubun-ubun besar sudah menutup, niai
untuk ubun-ubun besar diganti dengan banyaknya atau frekuensi
buang air kecil.
Tabel 2.2 Gejala Klinis
Gejala klinis Gejala klinis Ringan Sedang Berat
Keadaan umum Kesadaran Rasa haus Sirkulasi Nadi (x/menit) Respirasi Pernapasan Kulit Ubun-ubun besar Mata Turgor atau tonus Diuresis Selaput lendir
Compos mentis + Normal(120) Biasa Agak cekung Agak cekung Biasa Normal Normal
Gelisah ++ Cepat Agak cepat Cekung Cekung Agak cekung Oliguria Agak kering
Apatis-koma +++ Cepat sekali Kusmaull(cepat&dalam) Cekung sekali Cekung sekali Kurang sekali Anuri Kering/asidosis
Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014
Menurut tonisitas darah, dehidrasi dapat dibagi atas tiga macam,
yaitu dehodrasi isotonik (bila kadar Na dalam plasma 131-150
mEq/L), dehidrasi hipotonik (bila kadar Na plasma <131 mEq/L), dan
dehidrasi hipertonik (bila kadar Na plasma >150 mEq/L).
Tabel 2.3 Gejala-Gejala Dehidrasi
Gejala Hipotonik Isotonik Hipertonik
Rasa haus
Berat badan
Turgor kulit
Kulit/selaput lendir
Gejala SSP
Sirkulasi
Nadi
Tekanan darah
Banyaknya kasus
-
Menurun sekali
Menurun sekali
Basah
Apatis
Jelek sekali
Sangat lemah
Sangat rendah
20-30%
+
Menurun
Menurun
Kering
Koma
Jelek
Cepat&lemah
Rendah
70%
+
Menurun
Tidak jelas
Kering sekali
Irritabel, kejang-
kejang, hiperfleksi.
Relatif masih baik.
Cepat dan keras
Rendah
10-20%
7. Penyebaran Kuman Penyebab Diare
Kuman penyebab diare menyebar melalui mulut (orofecal) antara
lain melalui makanan atau minuman akibat tercemar oleh feses
dan/atau kontak langsung dengan feses penderita, akan tetapi ada
beberapa perilaku khusus yang dapat menyebabkan penyebaran
kuman enterik dan meningkatkan resiko terjadinya diare, pelaku yang
dimaksud adalah :
a. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk waktu 4-6 bulan
pertama kehidupan. Risiko untuk penderita diare berat beberapa
kali lebih besar pada bayi yang tidak diberi ASI dibandingkan
dengan bayi yang diberi ASI penuh, risiko kematian karena diare,
juga lebih besar;
Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014
b. Penggunaan botol susu yang tidak bersih. Penggunaan botol ini
memudahkan pencemaran oleh kuman yang berasal dari feses
dan sukar dibersihkan. Sewaktu susu dimasukkan kedlam botol
yang tidak bersih, maka akan terjadi kontaminasi kuman dan bila
tidak segera diminum kuman akan tumbuh.
c. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar. Kalau makanan
dimasak dan disimpan untuk digunakan kemudian, keadaan ini
memudahkan terjadinya pencemaran, seperti kontak dengan
permukaan alat-alat yang terpapar, karena makanan yang
disimpan beberapa jam pada suhu kamar, kuman dapat
berkembang biak;
d. Penggunaan air minum yang tercemar bakteri dari feses. Air
mungkin terpapar dari sumbernya atau pada saat disimpan
dirumah. Pencemaran dirumah dapat terjadi kalau tempat
penyimpanan tidak tertutup, atau apabila tangan yang tercemar
kuman mengenai iar sewaktu mengambilnya dari tempat
pengmbilan;
e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah
membuang feses, atau sebelum memasak makanan;
f. Membuang feses (termasuk feses bayi) dengan tidak benar. Ada
anggapan dimasyarakat bahwa feses bayi tidak membahayakan
kesehatan, padahal sebenarnya feses bayi mengandung virus
atau bakteri dalam jumlah besar. Feses binatang dapat pula
menyebabkan infeksi pada manusia.
8. Diagnosis atau Masalah Keperawatan
Diagnosis atau masalah keperawatan yang terjadi pada anak
dengan diare antara lain :
Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014
a. Kurang volume cairan
b. Kurang nutrisi (kurang dari kebuuhan)
c. Gangguan integritas kulit
d. Kurang pengetahuan (keluarga)
e. Kecemasan atau ketakutan
9. Penatalaksanaan
Rencana Tindakan Keperawatan
a. Kurang Volume Cairan
Kurang volume cairan ini disebabkan hilangnya cairan dala tubuh
atau juga masukan cairan yang kurang. Rencana yang diharapkan
adalah volume cairan yang dapat teratasi dengan kriteria turgor
kulit membaik, berat badan kembali dalam batas normal, frekuensi
buang air besar menurun sesuai dengan kebiasaan (normal),
jumlah cairan yang masuk seimbang dengan yang keluar,
membran mukosa nasah. Tanda vital dalam batas normal.
1) Tindakan:
a) Lakukan rehidrasi pada pasien. Tindakan rehidrasi
dilakukan berdasarkan tingkat atau derajat dehidrasi.
Apabila terjadi dehidrasi ringan sampai sedang dapat
dilakukan rehidrasi secaraoral dengan memberikan cairan
pedialyte, ricelite kemudian meningkatkan ke makanan
bias untuk aknak yang mudah dicerna seperti pisang nasi,
roti bakar, biji-bijian kering dan ASI. Pada dasarnya
arehidrasi dilakukan berdasarkan derajat dehidrasinya
dengan ketentuan pemberian sebagai berikut:
Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014
(1) Dehidrasi ringan
1 jam pertama 25-50 ml/kg bb selanjutnya 125 ml/kg
bb/hari.
(2) Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50-100 ml/kg bb selanjutnya 125 ml/kg
bb/hari.
(3) Dehidrasi berat
• Bayi baru lahir (berat badan 2-3 kg).
Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml: 250
ml/kg bb/24 jam dengan pemberian cairan 4:1 (4
glukosa 5% + 1 NaHCO3 11/2%) dengan pemberian 4
jam pertama 25 ml/kg bb/jam, 20 jam berikutnya
150ml/kg bb/20 jam.
• Bayi berat badan lahir rendah (berat badan <2 kg).
Kebutuhan cairan: 25o ml/kg bb/24 jam, pemberian
cairan dalah 4 glukosa 10% + 1 NaHCO3 11/2%,
dengan pemberian 4 jam pertama 25 ml/kg bb/jam,
20 jam berikutnya 150 ml/kg bb/20 jam.
• Umur 1 bulan-2 tahun (berat badan 3-10kg).
Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 40ml/kg
bb/jam kemudian dilanjutkan 7 jam berikutnya 12
ml/kg bb/menit dan 16 jam kemudian 125 ml/kg bb.
• Umur 2-5 tahun (berat badan 10-15kg)
Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 30 ml/kg
bb/jam kemudian dilanjutkan 7 jam berikutnya 10
ml/kg bb/Menit dan 16 jam kemudian 125 ml/kg bb.
Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014
• Umur 5-10 tahun (berat badan 15-25 kg).
Cara pemberiannya dalah 1 jam pertama 20 ml/kg
bb/jam kemudian dilanjutkan 7 jam berikutnya
10mlkg bb/menit dan 16 jam kemudian 105 ml/kg
bb (FKUI, 1985).
b) Lakukan monitoring atau observasi terhadap jumlah cairan
yang masuk dan keluar (mengukur status dehidrasi)
seperti turgor kulit, muntahan, membran mukosa, berat
badan, mata, dan uun-ubun besar.
c) Monitr adanya tanda renjatan hipovolemik seperti denyut
jantung cepa nadai kecil, tekaan darah menurun, dan
kesadaran menurun.
d) Monitor adanya tanda asidosis metabolik.
e) Berikan penjelasan kepada keluarga tentang hal-hal yang
menyebabkan terjadinya diare, dan lain-lain.
f) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian:
1) Antibiotik hanya diberikan apabila ada penyebab yang
jelas seperti kolera maka diberikan tetrisiklin 25-50
mg/kg bb/hari atau antibiotik lainnya yang sesuai
dengan jenis penyebabnya.
2) Obat spasmolitik seperti papaverin.
3) Obat antisekresi seperti asetosal, klorpromazin.
b. Kurang Nutrisi (kurang dari kebutuhan).
Kekurangan nutrisi daat disebabkan karena menurunnya nafsu
makan dan kurangnya asupan, gangguan absopsi, dan lain-lain.
Rencana yang dapat dilakukan adalah terpenuhinya kebutuhan
nutrisis sehingga perubahan nutrisi dapat teratasi dengan kriteria
Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014
sebagai berikut: perubahan atau peningkatan berat badan dari
penurunan selama nutrisis kurang (20% atau lebih), adanya
asupan yang cukup, perbaikan turgor kulit, tidak dijumpai
kelemahan otot dalam menelan atau mengunyah, status gizi
membaik sesuai standar, bising usus dalambatas normal, tanda-
tanda vial (tekanan darah, pernapasan, denyut nadi dan suhu)
dalam batas normal .
Tindakan:
1) Berikan nutrisi (makanan) setelah dehidrasi teratasi yang
mengandung cukup kalori, protein, mineral, dan vitamin atau
selama diare perlu ditambahkan umlah kalori sebanyak 30%
protein 3-5 g/kg bb/hari yang pada umumnya adalah 2,5 g/kg
bb/hari.
2) Pada bayi pertahankan pemberian ASI atau lakukan
pemberian pengganti air susu ibu (bagi yang tidak minum ASI)
akan tetapi lakukan pengenceran seperi pada pemberian PASI
pada hari perama diencerkan 1/3, hari kedua 2/3, apabila
efekasi membaik maka berikan penuh sesuai dengan
ketenuan PASI. Adapun suus formula yang dianjurkan
mengandung kadar laktosa rendah, asam lemak tidak jenuh
seperti LLM, almiron, dan lain-lain.
3) Berikan makanan dengan mepertimbangkan usia, berat
badan, dan kemampuan menerima anak seperti pada anak
usia 1 tahun. Dan apabila anak sudah akan biasa, dianjurkan
makan bubur tanpa sayuran dan hindari atau kurangi makanan
yang mengandung banyak lemak dengan ketentuan
pemberian: pada hari pertama seteah dehidrasi berikan makan
Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014
peroral dengan selang-seling menggunakan oralit, pada hari
ke 2-4 berikan susu formula rendah laktosa penuh. Dan
apabila defekasi membaik makanan biasa disesuaikan dengan
usia.
4) Lakukan mentoring dan pengukuran status gizi atau tanda
perubahan nutrisi seperti berat badan, tugor kulit, bising usus,
kemampuan menelan, dan jumah asupan.
5) Berikan penjelasan kepada keluarga dalam mencegah
makanan yang dapat menyebabkan diare, cara mensterilkan
botol susu, dan higiene lingkungan.
c. Gangguan integritas kulit
Gangguan integritas kuit ini disebabkan oleh karena terlalu
seringnya defekasi, kotoran yang bersifat asam yang berasal dari
laktosa yang tidak mampu diserap oleh usus selama
diare.Rencana yang dapat dilakukan adalah mengatasi segera
agar tidak terjadi gangguan integritas pada kulut dengan
ketentuan keadaan kulit membaik yaitu tidak ditemukan
kemerahan (lecet), hidrasi baik, dan tidak lembap.
Tindakan :
1) Lakukan penggantian popok dengan sering dan mengkajinya
setiap saat setelah buang air besar atau kecil.
2) Berikan salep peluma atau bedak pada daerah rektum dan
perineum.
3) Ajarkan kepada keluarga untuk menjaga kebersihan atau
higiene pada daerah sekitar rektum dan perineum, serta cara
mengganti popok, memberikan bedak, dan salep pelumas.
Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014
d. Kurang pengetahuan (Keluarga)
Masalah kurang pengetahuan (keluarga) pada anak dengan diare
ini dapat disebabkan oleh karena informasi yang kurang atau
budaya yang menyebabkan tidak mementngkan pola hidup yang
sehat.Sehingga rasa ingin tahu masih kurang, khususnya dalam
penanganan atau pencegahan diare. Untuk itu rencana yang
dapat dilakukan mengatasi pengetahuan agar keluarga
memahami atau mengetahui cara mengatasi masalah diare.
Tindakan :
1) Berikan penjelasan tentang masalah yang kurang dipahami
untuk tidak dimengerti khususnya masalah diare.
2) Ajarkan dengan cara mendemonstrasikan upaya mengatasi
diare khususnya alam penanganan dare serta cara
mencegahnya.
e. Kecemasan atau ketakutan
Masalah kecemasan atau ketakuan pada anak sering dijumpai
karena dampak dari hospitalisasi (rawat inap).Rencana
keperawatan yang ingin dicapai adalah meminimalkan kecemasan
atau ketakutan sebagai dampak dari hspitalisasi.
Tindakan:
1) Sediakan mainan sesuai dengan usia tumbuh kembang serta
dalam melakukakn tindakan pengobatan dengan menjelaskan
dan mengizinkan untuk memegang alat-alat selama alat dalam
kategori dapat dipegang.
2) Monitor terhadap perubahan tanda kecemasan seperti
ungkapan perasaan, gelisah, diaforesis, frekuensi jantung, dan
pernafasan serta ketegangan otot.
Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014
3) Berikan dorongan untuk mengungkapkan perasaan.
4) Berikan dukungan pada keluarga untuk mengekspresikan
perasaannya.
B. Asi Eksklusif
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, lactose dan
garam-garaman organic yang disekresi oleh kedua belah kelenjar
payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi.
Komposisi ASI ini ternyata tidak konstan dan tidak sama dari waktu ke
waktu.
1. Faktor-faktor yang memepengaruhi komposisi air susu ibu adalah :
a. Stadium laktasi
b. Ras
c. Keadaan nutrisi
d. Diit ibu
2. Jenis ASI
a. Kolostrum
Merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar
payudara, menggunakan tissue debris dan residual material yang
terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara sebelum
dan setelah masa puerperium.disekresi oleh kelenjar payudara
dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat, merupakan
cairan viscous kental dengan warna kekuning-kuningan, lebih
kuning dibandingkan dengan susu yang matur.
b. Air Susu Masa Peralihan
Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang
matur.Disekresi dari hari keempat sampai dengan hari kesepuluh
Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014
dari masa laktasi, tetapi ada pula pendapat yang mengatakan
bahwa ASI matur baru terjadi pada minggu ketiga sampai minggu
kelima.
c. Air Susu Matur
Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya,
komposisi relatif konstan (ada pula yang menyatakn bahwa
komposisi ASI relatife konstan baru mulai minggu ke-3 sampai
minggu ke-5).Pada ibu yang sehat dimana produksi ASI cukup,
ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan
cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan.
Laktoferin merupakan suatu iron binding protein yang bersifat
bakteriostatik kuat terhadap Escherchia coli dan juga menghambat
pertumbuhan candida albican.
Laktobasilus bifidus merupakan koloni kuman yang memetabolisir
laktosa menjadi asam laktat yang menyebabkan rendahnya Ph
sehingga pertumbuhan kuman pathogen akan dihambat.
Imunoglonulin memberikan mekanisme pertahanan yang efektif
terhadap bakteri dan virus (terutama IgA) dan bila bergabung dengan
komplemen dan lisozim dan komplemen ini adalah suatu antibacterial
yang langsung terhadap E. Coli.faktor lisozim dan komplemen ini
adalah suatu antibacterial non spesifik yang mengatur pertumbuhan
flora usus. Factor lekosit dan Ph ASI mempunyai pengaruh mencegah
pertumbuhan kuman pathogen (efek bakteriostatis dicapai pada Ph
sekitar 7,20).
Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014
Komposisi ASI
a. Protein di dalam ASI
ASI mengandung protein yang lebih rendah dari Air Susu Sapi
(ASS), tetapi ASI ini mempunyai nilai nutrisi yang tinggi (lebih
mudah dicerna).
b. Karbohidrat dalam ASI
ASI mengandung karbohidrat relative lebih tinggi dibandingkan
dengan ASS.Karbihidrat yang paling utama dalam ASI adalah
laktosa. Kadar laktosa yang yang tinggi ini sangat menguntungkan
karena laktosa ini oleh fermentasi akan diubah menjadi asam
laktat. Adanya asam laktat ini memberikan suasana asam di
dalam usus bayi. Dengan suasana asam diusus bayi ini
memberikan beberpa keuntungan :
1) Penghambat pertumbuhan bakteri yang patologis.
2) Memacu pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi
asam organic dan mensintesis vitamin.
3) Memudahkan terjadinya pengendapan dari Ca-caseinat.
4) Memudahkan absorpsi dan mineral misalnya kalsium, fosfor
dan magnesium.
c. Lemak dalam ASI
Kadar lemak dalam ASI dan ASS relative sama, merupakan
sumber kalori yang utama bagi bayi dan sumber vitamin yang larut
cdalam lemak (A,D,E dan K) dan sumber asam lemakyang
esensial.
d. Mineral dalam ASI
ASI mengandung mineral yang lengkap.Walaupun kadarnya
relative rendah tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Total
Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014
mineral selama masa laktasi adalah konstan tetapi beberapa
mineral yang spesifik kadarnya tergantung dari diit dan stadium
laktasi.
e. Air dalam ASI
Kira-kira 80% dari ASI terdiri dari air.Air ini berguna untuk
melarutkan zat-zat yang terdapat di dalamnya. ASI merupakan
sumber air yang secara metabolic adalah aman. Air yang relative
tinggi dalam ASI ini akan meredakan rangsangan haus dari bayi.
f. Vitamin dalam ASI
Vitamin dalam ASI dapat dikatakan lengkap.Vitamin A, D dan C
cukup, sedangkan golkongan vitamin B, kecuali flavindan asam
pantothenic adalah kurang.
g. Kalori dalam ASI
Kalori ASI relative rendah, hanya 77 kalori/100 ml ASI.Sembilan
puluh persen berasal dari karbohidrat dan lemak, sedangkan 105
berasal dari protein.
3. Komponen Imunologik dan Anti-Infeksi Pada ASI
Pada waktu lahir samapi beberapa bulan sesudahnya, bayi belum
dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna.ASI
merupakan substansi bahan yang hidup dengan kompleksitas biologis
yang luas yang merupakan memberikan daya perlindungan, baik
secara aktif maupun melalui pengaturan imunologis.ASI tidak hanya
menyediakan perlindungan yang unik terhadap infeksi dan alergi,
tetapi juga menstimuli perkembangan yang menandai dari system
imunologi bayi sendiri.ASI memberikan zat-zat kekebalan yang belum
dibuat oleh bayi tersebut.Selain itu ASI juga mengandung beberapa
komponen antiinflamasi, yang berfungsi belum banyak yang
Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014
diketahui.Sehingga bayi yang minum ASI lebih jarang sakit, terutama
pada awal dari kehidupannya.
Dari penelitian di Meksiko, menunjukkan bahwa ASI melindungi
bayi terhadap infeksi Giardia lamblia pada umur 18 bulan pertama
kehidupan.Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan di
Bangladesh, ternyata ASI dapat mencegah infeksi Shigela pada 3
tahun pertama kehidupan.
4. Anti Alergi dalam ASI
SIgA pada kolostrum dan ASI matur selain bekerja sebagai
antibakteri juga mencegah terabsorbpsinya makromolekul asing ,
sementara system imun pada bayi belum sempurna dan usus bayi
masih bersifat permeabel. Sehingga bayi-bayi yang mendapat
kolostrum dan ASI jarang terkena alergi.
5. Imunoglobulin dalam ASI
Immunoglobulin yang utama pada ASI adalah SIgA.Selama 4
bulan pertama kehidupan, bayi yang minum ASI menerima 500-
600mg IgA setiap hari darai ASI.IgA ibu yang ditransfer melalui ASI
melindungi bayi dari mikroorganisme petogen yang berasal dari
sekitarnya, misalnya mikroba pathogen yang berasal dari flora
intestinal ibunya dan saluran pernapasan antara lain virus, V.Kolera,
E.Coli pathogen, Steptokokus, Stafilokokus, dan Kandida albikan.Di
samping itu SIgA juga melindungi bayi dari protein asing, sehingga
bayi tidak mudah terjadi alergi.SIgA adalah molekul yang resisten
terhadap enzim proteolitik dari saluran pencernaan dan Ph lambung,
dan masih menunjukkan antibody yang aktif pada tinja bayi yang
minum ASI.
Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014
6. Kelebihan ASI
Sudah tidak terbantahkan lagi bahwapemberian ASI memberikan
berbagai keuntungan bagi semua pihak, pemberian ASI dini dan
Eksklusif memberikan keuntungan –keuntungan sebagai berikut.
a. ASI mengandung zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
dan perkembangan bayi.
b. ASI mudah dicernadan digunakan secara efisiensi oleh tubuh
bayi.
c. ASI mencegah berbagai serangan infeksi terhadap bayi.
d. Pemberian ASI dapat digunakan sebagai metode keluarga
berencana (metode amenore laktasi).
e. ASI mendekatkan hubungan kasih sayang ibu dan anak
(bounding).
Keuntungan menyusui meningkat sejalan dengan lama menyusui
eksklusif sampai 6 Bulan. Setelah usia bayi lebih dari enam bulan,
maka pemberian makanan tambahan pendamping ASI dapat
diberikan. Keuntungan menyusui meningkatkan seiring dengan
meningkatnya lama pemberian ASI sampai 2 tahun atau lebih
(Roesli,2008).
Menyusui bayi selalu dianjurkan apabila bayi dan ibunya dalam
keadaan sehat dan tidak terhadap kelainan – kelainan yang
menghambat untuk menyusui, sekurang – kurangnya selama bebrapa
hari setelah bayilahir. Pemberian ASI diberikan sedini mungkin atau
disebut dengan inisiasi menyusui dini. Inisiasi menyusui dini adalah
bayi muali menyusu sedari segera setelah lahir.
Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014
7. Status Gizi
Seperti halnya gizi pada umumnya, ASI mengandung komponen
mikro dan makro nutrien. yang termasuk makro nutrien adalah
karbohidrat, protein dan lemak. sedangkan mikronutrien adalh vitamin
dan mineral. ASI hampir 90%nya terdiri dari air. volume dan
komposisi gizi ASI berbeda untuk setiap ibu, setiap ibu bergantung
pada setiap kebutuhan bayi. perbedaan volume dan komposisi diatas
juga terlihat pada masa menyusui (kolostrum, ASI transisi, ASI
matang dan ASI pada saat penyapihan). kandungan zat gizi ASI awal
dan akhir pada setiap ibu yang menyusui juga berbeda. kolostrum
yang diproduksi antara hari 1-5 menyusui kaya akan zat gizi terutama
protein.
ASI transisi mengandung banyak lemak dan gula susu (laktosa).
ASI yang berasal dari ibu yang melahirkan bayi kurang bulan
mengandung tinggi lemak dan protein, serta rendah laktosa dibanding
ASI yang berasal dari ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. pada
saat penyapihan kadar lemak dan protein meningkat seiring
bertambah banyaknya kelenjar payudara. walaupun kadar protein,
laktosa dan nutrien yang larut dalam air sama pada setiap kali periode
menyusui, tetapi kadar lemak meningkat.
jumlah total produksi ASI dan asupan ke bayi berfariasi untuk
setiap waktu menyusui, dengan jumlah berkisar antara 450-1200 ml
dengan rata-rata antara 750-850 ml/hari. banyaknya ASI yang berasal
dari ibu yang mempunyai status gizi buruk dapat menurun samapi
jumlah 100-200 ml/hari. (Hendarto dan Pringgadini, 2008).
Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014
C. Hubungan antara Pemberian Asi Ekslusif dengan Kejadian Diare
Pada waktu bayi lahir secara alami mendapat zat kekebalan tubuh
dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat turun
setelah kelahiran bayi, padahal dari waktu bayi lahir sampai bayi berusia
beberapa bulan, bayi belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara
sempurna. Sehingga kemampuan bayi membantu daya tahan tubuhnya
sendiri menjadi lambat selanjutnya akan terjadi lambat selanjutnya akan
terjadi kesenjangan daya tahan tubuh. Kesenjangan daya tahan tubuh
dapat diatasi apabila bayi diberi ASI. (Roesli, 2005).
Menurut Soekirman (1991) Pemberian makanan berupa ASI sampai
bayi berusia 6 bulan, akan memberikan kekebalan kepada bayi terhadap
berbagai macam penyakit karena ASI adalah cairan yang mengandung
kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit
infeksi bakteri, virus, jamur dan parasit. Oleh karen aitu, dengan adanya
zat anti infeksi dari ASI, maka bayi ASI ekslusif akan dilindungi dari
berbagai macam infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur
dan parasit. Ada perbedaan yang signifikan antara bayi yang mendapat
ASI ekslkusif minimal 4 bulan dengan bayi hanya diberi susu formula.
Bayi yang diberikan susu formula biasanya mudah sakit dan sering
mengalami problem kesehatan seperti sakit diare dan lain-lain yang
memerlukan pengobatan sedangkan bayi yang diberikan ASI ekslusif
biasanya jarang sakit dan kalaupun sakit biasanya ringan dan jarang
perawatan.
Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian di Filipina yang
menegaskan tentang manfaat pemberian ASI esklusif serta dampak
negatif pemberian cairan tambahan tanpa nilai gizi terhadap timbilnya
penyakit diare. Seorang bayi yang diberi air putih atau minuman herbal,
Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014
lainnya beresiko terkena diare 2-3 kali lebih banyak dibandingkan bayi
yang diberi ASI eksklusif (BKKBN, 2004).
Penelitian lain juga menyimpilkan ada hubungan yang signifikan
antara pemberian ASI Eksklusif terhadap kejadian diare paba bayi 0-6.
Hal ini menunjukkan bahwa kejadian diare pada bayi dipengaruhi oleh
pemberian ASI Eksklusif kepada bayi. (Nabila).
D. Kerangka Teori
Faktor yang mempengaruhi komposisi ASI :
- Stadium Laktasi - Ras - Keadaan Nutrisi - Diit Ibu
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Pemberian ASI Eksklusif
Laktosa
Status Gizi
Diare
Hubungan Pemberian Asi..., Okiana Nurul Hikmah, Kebidanan DIII UMP, 2014