Upload
trananh
View
215
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kedisiplinan
Kedisiplinan merupakan fungsi operatif MSDM (Manajeman Sumber
Daya Manusia) yang terpenting karena semakin baik disiplin karyawan,
semakin tinggi prestasi kerja yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin
karyawan yang baik, sulit bagi organisasi perusahaan mencapai hasil yang
optimal (Hasibuan, 2008).
Disiplin merupakan bentuk pelatihan yang menegakkan peraturan-
peraturan permasalahan. Masalah disiplin yang umum yang ditimbulkan
oleh para karyawan bermasalah antara lain terlambat datang, pulang cepat,
tidak masuk kerja, defisiensi produktivitas, alkoholisme, dan ketidak
patuhan sedangkan alasan pendisiplin adalah untuk meningkatkan kinerja
(Mathis, 2000).
Kedisiplinan adalah kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua
peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Kesadaran
adalah sikap seseorang yang secara sukarela mentaati semua peraturan dan
sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Jadi dia akan
mematuhi/mengerjakan semua tugasnya dengan baik, bukan atas paksaan.
Kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku, dan perbuatan seseorang yang
sesuai dengan peraturan perusahaan, baik yang tertulis maupun tidak
(Hasibuan, 2008).
Disiplin dapat didefinisikan sebagai suatu sikap menghormati,
menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturan yang berlaku baik yang
tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankan dan tidak
9
mengelak untuk menerima sanksi apabila ia melanggar atas tugas dan
wewenang yang diberikan kepadanya (Lisnawati, 2001).
Hukuman diperlukan dalam meningkatkan kedisiplinan dan mendidik
karyawan supaya mentaati semua peraturan perusahaan. Pemberian
hukuman harus adil dan tegas terhadap semua karyawan. Dengan keadilan
dan ketegasan, sasaran pemberian hukuman akan tercapai. Peraturan tanpa
dibarengi pemberian hukuman yang tegas bagi pelanggarnya bukan
menjadi alat pendidik bagi karyawan (Hasibuan, 2008).
Handoko (2001) menyebutkan bahwa disiplin adalah kegiatan manajemen
untuk menjalankan standar-standar organisasi. Ada dua tipe kegiatan
pendisiplinan, yaitu :
1) Disiplin preventif adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk
mendorong para karyawan agar mengikuti berbagai standar-standar
dan aturan, sehingga penyelewengan-penyelewengan dapat dicegah.
Sasaran pokok adalah untuk mendorong disiplin diri diantara
karyawan. Denga cara ini para karyawan menjaga disiplin diri mereka
bukan semata-mata karena dipaksa manajemen.
2) Disiplin korektif adalah kegiatan yang diambil menangani pelanggar
terhadap aturan-aturan dan mencoba untuk menghindari pelanggaran-
palanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif sering berupa bentuk
hukuman dan disebut tindakan pendisiplinan bisa berupa peringatan
atau skoring. Maksud pendisiplinan adalah untuk memperbaiki
kegiatan diwaktu yang akan datang bukan menghukum kegiatan
dimasa lalu.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan
Menurut Hasibuan (2008) pada dasarnya banyak indikator yang
mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan suatu organisasi,
diantaranya tujuan dan kemampuan, teladan pimpinan, balas jasa,
10
keadilan, waskat (pengawasan melekat), sanksi hukuman, ketegasan,
dan hubungan kemanusiaan :
a. Tujuan dan kemampuan
Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan
karyawan. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan
secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan.
Hal ini berarti bahwa tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada
karyawan harus sesuai dengan kemampuan karyawan yang
bersangkutan, agar dia bekerja sungguh-sungguh dan disiplin
dalam mengerjakannya.
b. Teladan Pimpinan
Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan
karyawan karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para
bawahannya. Pimpinan harus memberi contoh yang baik,
berdisiplin baik, jujur, adil, serta sesuai kata dengan perbuatan.
Dengan teladan pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahan pun
akan ikut baik. Jika teladan pimpinan kurang baik (kurang
berdisiplin), para bawahan pun akan kurang disiplin.
c. Balas Jasa
Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan
karyawan karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan
kecintaan karyawan terhadap perusahaan/pekerjaannya. Jika
kecintaan karyawan semakin baik terhadap pekerjaan, kedisiplinan
mereka akan semakin baik pula.
d. Keadilan
Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksaan dalam pemberian balas
jasa (pengakuan) atau hukuman akan merangsang terciptanya
kedisiplinan karyawan yang baik. Manajer yang cakap dalam
memimpin selalu berusaha bersikap adil terhadap semua
bawahannya. Keadilan yang baik akan menciptakan kedisiplinan
yang baik pula. Jadi, keadilan harus diterapkan dengan baik pada
11
setiap perusahaan supaya kedisiplinan karyawan perusahaan baik
pula.
e. Waskat (Pengawasan Melekat)
Waskat adalah tindakan nyata dan efektif untuk
mencegah/mengetahui kesalahan, membetulkan kesalahan,
memelihara kedisiplinan, meningkatkan prestasi kerja,
mengaktifkan peranan atasan dan bawahan, menggali sistem-sistem
kerja yang paling efektif, serta menciptakan sistem internal kontrol
yang terbaik dalam mendukung terwujudnya tujuan perusahaan,
karyawan, dan masyarakat.
f. Sanksi Hukuman
Berat/ringannya sanksi hukuman yang akan diterapkan ikut
mempengaruhi baik/buruknya kedisiplinan karyawan. Sanksi
hukuman harus ditetapkan berdasarkan pertimbangan logis, masuk
akal, dan diinformasikan secara jelas kepada semua karyawan.
Sanksi hukuman seharusnya tidak terlalu ringan atau terlalu berat
supaya hukuman itu tetap mendidik karyawan untuk mengubah
perilakunya. Sanksi hukuman hendaknya cukup wajar untuk setiap
tingkatan yang indisipliner, bersifat mendidik, dan menjadi alat
motivasi untuk memelihara kedisiplinan dalam perusahaan.
g. Ketegasan
Ketegasan pimpinan menegur dan menghukum setiap karyawan
yang indisipliner akan mewujudkan kedisiplinan yang baik pada
perusahaan tersebut.
h. Hubungan kemanusiaan
Manajer harus berusaha menciptakan suasana hubungan
kemanusiaan yang serasi serta mengikat, vertikal maupun
horizontal diantara semua karyawannya. Terciptanya human
relationship yang serasi akan mewujudkan lingkungan dan suasana
kerja yang nyaman. Hal ini akan memotivasi kedisiplinan yang
12
baik pada perusahaan. Jadi, kedisiplinan karyawan akan tercipta
apabila hubungan kemanusiaan dalam organisasi tersebut baik.
2. Indikator Kedisiplinan
Dari pendapat Sedarmayanti (2009) dapat disebutkan bahwa indikator
yang mempengaruhi tingkat disiplin karyawan suatu organisasi
diantaranya : tingkat kehadiran, ketepatan waktu kerja, dan ketaatan
terhadap peraturan sedangkan Marwansyah (2010) menyimpulkan
beberapa pedoman tolak ukur untuk mengukur kerja karyawan yaitu :
a. Ketaatan karyawan pada jam-jam kerja, seperti ketepatan waktu
pada saat masuk dan pada saat pulang kerja
b. Kepatuhan karyawan pada instruktur atau perintah atasan serta taat
pada peraturan dan tata tertib yang ada dan berlaku
c. Kepatuhan karyawan dalam melakukan pekerjaan dengan
mengikuti cara-cara bekerja, seperti yang telah ditentukan oleh
perusahaan
d. Keputusan karyawan menggunakan bahan-bahan dan peralatan
serta perlengkapan kerja yang ada telah ditentukan oleh
perusahaan
e. Kesanggupan karyawan untuk menerima sanksi-sanksi dari
perusahaan jika ternyata pada suatu saat ia melakukan kesalahan
atau pelanggaran atas aturan dan peraturan umum perusahaan
3. Macam-macam Kedisiplinan
Ada empat macam disiplin kerja yaitu disiplin dalam menggunakan
waktu, disiplin diri pribadi, disiplin sosial dan disiplin dalam
mengikuti aturan yang telah ditetapkan (Nitisemito, 2001) :
a. Disiplin dalam menggunakan waktu
Maksudnya bisa menggunakan dan membagi waktu dengan baik
karena waktu amat berharga dan salah satu kunci kesuksesan
13
adalah dengan bisa menggunakan waktu dengan baik dan
melakukan tugasnya tepat waktu.
b. Disiplin diri pribadi
Apabila dianalisis maka disiplin mengandung beberapa unsur
yaitu adanya sesuatu yang harus ditaati atau ditinggalkan dan
adanya proses sikap seseorang terhadap hal tersebut. Disiplin diri
merupakan kunci bagi kedisiplinan pada lingkungan yang lebih
luas lagi. Contoh disiplin diri pribadi adalah tidak pernah
meninggalkan ibadah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
c. Disiplin sosial
Pada hakekatnya disiplin sosial adalah disiplin dari dalam
kaitannya dengan masyarakat atau dalam hubungannya, dengan
contoh perilaku disiplin sosial adalah melaksanakan siskamling,
kerja bakti, senantiasa menjaga nama baik masyarakat dan
sebagainya.
d. Disiplin dalam mengikuti aturan yang telah ditetapkan
Taat dengan penuh kesadaran terhadap peraturan-peraturan yang
ditetapkan oleh institusi tempat bekerja.
4. Prinsip-prinsip Kedisiplinan
Menurut Marwansyah, 2001 prinsip-prinsip kedisiplinan yaitu :
a. Pemimpin mempunyai perilaku positif
Menjalankan disiplin yang baik dan benar, seorang pemimpin
harus dapat menjadi role model/panutan bagi bawahannya. Oleh
karena itu seorang pimpinan harus dapat mempertahankan
perilaku yang positif sesuai dengan harapan staf.
b. Penelitian yang cermat
Dampak dari tindakan indisipliner cukup serius, pimpinan harus
memahami akibatnya. Data dikumpulkan secara faktual, dapatkan
informasi dari staf yang lain, tanyakan secara pribadi rangkaian
14
pelanggaran yang telah dilakukan, analisa, dan bila perlu minta
pendapat dari pimpinan lainnya.
c. Kesegeraan
Pimpinan harus peka terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh
bawahan, sesegera mungkin dan harus diatasi dengan cara yang
bijaksana, karena bila dibiarkan menjadi kronis. Pelaksnaan
disiplin yang akan ditegakkan dapat dianggap lemah, tidak jelas,
dan akan mempengaruhi hubungan kerja dalam organisasi
tersebut.
d. Lindungi kerahasiaan (privacy)
Tindakan indisipliner akan mempengaruhi ego staf, oleh karena itu
akan lebih baik apabila permasalahan didiskusikan secara pribadi
pada ruangan tersendiri dengan suasana yang rileks dan tenang.
Kerahasiaan harus tetap dijaga karena mungkin dapat
mempengaruhi masa depannya.
e. Fokus pada masalah
Pimpina harus dapat melakukan penekanan pada kesalahan yang
dilakukan bawahan dan bukan pada pribadinya, kemukakan bahwa
kesalahan yang dilakukan tidak dapat dibenarkan.
f. Peraturan dijalankan secara konsisten
Peraturan dijalankan secara konsisten, tanpa pilih kasih. Setiap
pegawai yang bermasalah harus dibina sehingga mereka tidak
merasa dihukum dan dapat menerima sanksi yang dilakukan
secara wajar.
g. Fleksibel
Tindakan disipliner ditetapkan apabila seluruh informasi tentang
pegawai telah dianalisa dan dipertimbangkan. Hal yang menjadi
pertimbangan antara lain adalah tingkat kesalahannya, prestasi
pekerjaan yang lalu, tingkat kemampuannya dan pengaruhnya
terhadap orgaisasi.
15
h. Mengandung nasehat
Jelaskan secara bijaksana bahwa pelanggaran yang dilakukan tidak
dapat diterima. File pegawai yang berisi catatan khusus dapat
memahami kesalahannya.
i. Tindakan konstruktif
Pimpinan harus yakin bahwa bawahan telah memahami
perilakunya bertentangan dengan tujuan organisasi dan jelaskan
kembali pentingnya peraturan untuk staf maupun organisasi.
Upayakan agar staf dapat merubah perilakunya sehingga tindakan
indisipliner tidak terulang lagi.
j. Follow Up (Evaluasi)
Pimpinan harus secara cermat mengawasi dan menetapkan apakah
perilaku bawahan sudah berubah. Apabila perilaku bawahan tidak
berubah, pimpinan harus melihat kembali penyebabnya dan
mengevaluasi kembali batasan akhir tindakan indisipliner.
5. Dimensi Disiplin Karyawan
Disiplin merupakan arahan untuk melatih dan membentuk seseorang
melakukan sesuatu menjadi lebih baik. Disiplin adalah suatu proses
yang dapat menumbuhkan perasaan seseorang untuk mempertahankan
dan meningkatkan tujuan organisasi secara obyektif, melalui
kepatuhannya menjalankan peraturan organisasi (Kurnianingsih,
2000)
Pelanggaran dimensi disiplin adalah pelanggaran yang dilakukan
terhadap standar profesional yang ditetapkan termasuk aturan pada
institusi tempat kerja. Praktik keperawatan adalah tindakan perawat
melalui kolaborasi dengan klien dan atau tenaga kesehatan lain dalam
memberikan asuhan keperawatan pada berbagai tatanan pelayanan
kesehatan yang dilandasi dengan substansi keilmuan khusus,
pengambilan keputusan dan keterampilan perawat berdasarkan
16
aplikasi prinsip-prinsip ilmu biologis, psikologi, sosial, kultural dan
spiritual. Penilaian benar salah dilakukan oleh majelis disiplin. Sanksi
yang dikenakan berupa kewenangan bekerja sampai pemberhentian
sebagai profesi (Kurnianingsih, 2000).
B. Sistem Penghargaan
Sistem penghargaan dan pengakuan atas kinerja karyawan merupakan
sarana untuk mengarahkan perilaku karyawan keperilaku yang dihargai
dan diakui oleh organisasi. Upah didefinisikan sebagai balas jasa yang adil
dan layak diberika kepada para pekerja atas jasa-jasanya dalam mencapai
tujuan organisasi (Hasibuan, 2008).
Kompensasi meliputi imbalan finansial dan jasa nirwujud serta tunjangan
yang diterima oleh para karyawan sebagai bagian dari hubungan
kepegawaian. Kompensasi merupakan apa yang diterima oleh para
karyawan mereka kepada organisasi (Henry, 2001).
Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang
langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan
atas jasa yang diterima kepada perusahaan (Hasibuan, 2008).
Menurut Undang-undang Kecelakaan Tahun 1974 No. 33 Pasal 7 ayat a
dan b adalah :
a. Tiap-tiap pembayaran berupa uang yang diterima oleh buruh sebagai
ganti pekerjaan
b. Perumahan, makan, bahan makanan, dan pakaian dengan percuma
yang nilainya ditaksir menurut harga umum ditempat itu.
Penghargaan menarik perhatian karyawan dan memberi informasi atau
mengingatkan akan pentingnya sesuatu yang diberi penghargaan
dibandingkan dengan yang lain, penghargaan juga meningkatkan motivasi
17
karyawan terhadap ukuran kinerja, sehingga membantu karyawan
mengalokasikan waktu dan usaha karyawan. Penghargaan berbasis kinerja
mendorong karyawan dapat mengubah kecenderungan semangat untuk
memenuhi kepentingan diri sendiri ke semangat untuk memenuhi tujuan
organisasi (Mulyadi dan Johny, 2000).
Kesejahteraan karyawan yang juga dikenal benefit mencakup semua jenis
penghargaan berupa uang yang tidak dibayarkan secara langsung kepada
karyawan (Penggabean, 2004).
Jadi penghargaan atau kompensasi adalah semua bentuk return baik
finansial maupun non-finansial yang diterima karyawan karena jasa yang
disumbangkan ke perusahaan. Kompensasi dapat berupa finansial yaitu
berbentuk gaji, upah, bonus, komisi, asuransi karyawan, bantuan sosial
karyawan, tunjangan, libur atau cuti tetapi tetap dibayar, dan sebagainya.
Kompensasi non-finansial seperti tugas yang menarik, tantangan tugas,
tanggungjawab tugas, peluang kenaikan pangkat, pengakuan, dan lain-lain.
1. Tujuan Sistem Penghargaan
Menurut Marwansyah (2010) pemberian penghargaan dalam suatu
organisasi harus diatur sedemikian rupa sehingga merupakan sistem
yang baik dalam organisasi. Dengan sistem yang baik ini akan dicapai
tujuan-tujuan, antara lain ikatan kerja sama, kepuasan kerja, pengadaan
efektif, motivasi, stabilitas karyawan, disiplin, pengaruh serikat buruh
dan pengaruh pemerintah :
a. Ikatan kerja sama
Pemberian kompensasi terjalinlah ikatan kerja sama formal antara
majikan dengan karyawan. Karyawan harus mengerjakan tugas-
tugasnya dengan baik, sedangkan pengusaha atau majikan wajib
membayar kompensasi sesuai dengan perjanjian yang disepakati.
18
b. Kepuasan kerja
Balas jasa karyawan akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
fisik, status sosial, dan egoistiknya sehingga memperoleh kepuasan
kerja dari jabatannya.
c. Pengadaan efektif
Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, pengadaan
karyawan yang qualified untuk perusahaan akan lebih mudah.
d. Motivasi
Jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan mudah
memotivasi bawahannya.
e. Stabilitas karyawan
Program kompensasi atas prinsip adil dan layak serta eksternal
konsistensi yang kompentatif maka stabilitas karyawan lebih
terjamin karena turnover relatif kecil.
f. Disiplin
Pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin karyawan
semakin baik. Mereka akan menyadari serta mentaati peraturan-
peraturan yang berlaku.
g. Pengaruh serikat buruh
Program kompensasi yang baik pengaruh serikat buruh dapat
dihindarkan dan karyawan akan berkonsentrasi pada pekerjaannya.
h. Pengaruh pemerintah
Jika program kompensasi sesuai dengan undang-undang
perburuhan yang berlaku (seperti batas upah minimum) maka
intervensi pemerintah dapat dihindarkan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi sitem penghargaan
Menurut Isak (2003) faktor-faktor ini merupakan tantangan setiap
organisasi untuk menentukan kebijaksanaan penghargaan untuk
karyawannya. Faktor-faktor tersebut antara lain penawaran dan
permintaan tenaga kerja, kemampuan dan kesediaan perusahaan,
19
produktivitas karyawan, organisasi karyawan, berbagai peraturan dan
perundang-undangan, kedisiplinan kerja karyawan, biaya hidup, posisi
jabatan, pendidikan dan pengalaman kerja, kondisi perekonomian
nasional, jenis dan sifat pekerjaan :
a. Penawaran dan permintaan tenaga kerja
Jika pencarian kerja (penawaran) lebih banyak dari pada lowongan
pekerjaan (permintaan) maka sistem penghargaan semakin kecil.
Sebaliknya jika pencarian pekerjaan lebih sedikit daripada
lowongan pekerjaan maka sistem penghargaan relatif semakin
besar.
b. Kemampuan dan kesediaan perusahaan
Apabila kemampuan dan kesediaan perusahaan untuk membayar
semakin baik maka tingkat sistem penghargaan akan semakin
besar.
c. Produktivitas karyawan
Organisasi apapun berkeinginan untuk memperoleh keuntungan.
Keuntunga ini dapat berupa material, maupun keuntungan non-
material. Untuk itu maka organisasi harus mempertimbangkan
produktivitas karyawannya dalam konstribusinya terhadap
keuntungan organisasi tersebut. Dari itu organisasi tidak akan
membayar atau memberikan kompensasi melebihi kontribusi
karyawan kepada organisasi melalui produktivitas mereka.
d. Organisasi karyawan
Adanya organisasi-organisasi karyawan akan mempengaruhi
kebijakan memberikan kompensasi. Organisasi karyawan ini
biasanya memperjuangkan para anggotanya untuk memperoleh
kompensasi yang tidak sepadan, maka organisasi karyawan ini
akan menuntut.
e. Berbagai peraturan dan perundang-undangan
Semakin baik sistem pemerintahan, maka makin baik pula sistem
perundang-undangan, termasuk dibidang perburuhan (karyawan)
20
atau ketenagakerjaan. Berbagai peraturan dan undang-undang ini
jelas akan mempengaruhi sistem pemberian kompensasi karyawan
oleh setiap organisasi, baik pemerintah maupun swasta.
f. Kedisiplinan kerja karyawan
Apabila sistem penghargaan relatif rendah maka kedisiplinan kerja
karyawan akan semakin berkurang. Sebaliknya jika sistem
penghargaan tinggi maka kedisiplinan karyawan semakin
meningkat.
g. Biaya hidup
Apabila biaya hidup didaerah itu tinggi maka kompensasi atau
upah semakin besar. Seperti upah di jakarta lebih besar dari di
bandung karena tingkat biaya hidup di jakarta lebih besar dari
pada di bandung.
h. Posisi jabatan
Karyawan yang menduduki jabatan lebih tinggi akan menerima
gaji/kompensasi lebih besar. Sebaliknya karyawan yang
menduduki jabatan yang lebih rendah akan memperoleh
gaji/kompensasi yang kecil. Hal ini wajar karena seseorang yang
mendapatkan kewenangan dan tanggungjawab yang besar harus
mendapatkan gaji/kompensasi yang lebih besar pula.
i. Pendidikan dan pengalaman kerja
Jika pendidikan lebih tinggi dan pengalaman kerja lebih lama
maka gaji/balas jasanya akan semakin besar, karena kecakapan
serta keterampilannya lebih baik.
j. Kondisi perekonomian nasional
Apabila kondisi perekonomian nasional sedang maju (boom) maka
tingkat upah/kompensasi akan semakin besar, karena akan
mendekati kondisi fuul employment.
k. Jenis dan sifat pekerjaan
Kalau jenis dan sifat pekerjaan yang sulit dan mempunyai resiko
(finansial, keselamatan) yang besar maka tingkat upah/balas
21
jasanya akan semakin besar karena membutuhkan kecakapan serta
ketelitian untuk mengerjakannya. Tetapi jika jenis dan sifat
pekerjaannya mudah dan risiko (finansial, kecelakaannya) kecil,
tingkat upah/balas jasanya relatif rendah.
3. Komponen dalam pemberian sistem penghargaan
Menurut Notoadmojo (2009) dalam program pemberian sistem
penghargaan ini mencakup sekurang-kurangnya 8 komponen, antara
lain sebagai berikut organisasi administrasi pemberian kompensasi,
metode pemberian kompensasi, struktur kompensasi, program
pemberian kompensasi, tambahan sumber pendapatan bagi karyawan,
terjaminnya sumber pendapatan dan peningkatan jumlah imbalan jasa,
kompensasi bagi kelompok manajerial, dan prospek di masa depan :
a. Organisasi administrasi pemberian kompensasi
Suatu organisasi, terutama organisasi yang sudah besar,
pengorganisasian dan administrasi pemberian kompensasi ini
sangat diperlukan. Sebab pemberian kompensasi bukanlah sekadar
memberikan upah atau gaji kepada karyawan saja, melainkan
harus memperhitungkan kemampuan organisasi serta produktivitas
karyawan, serta aspek-aspek lainnya yang berhubungan dengan
itu.
b. Metode pemberian kompensasi
Pada umumnya ada tiga cara atau metode pemberian kompensasi
yakni :
1) Pemberian kompensasi berdasarkan satu jangka waktu tertentu
2) Pembayaran upah dan gaji berdasarkan satuan produksi yang
dihasilkan
3) Kombinasi dan kedua cara tersebut
Pimpinan organisasi harus menganalisis secara mendalam
cara-cara pemberian kompensasi ini, agar dapat menentukan
cara pemberian kompensasi setepat-tepatnya.
22
c. Struktur kompensasi
Struktur kompensasi yang baik adalah menganut paham keadilan.
Dalam paham keadilan ini bukan berarti kompensasi sama rata
bagi setiap karyawan, tetapi setiap karyawan akan memperoleh
kompensasi sesuai dengan tanggung jawab pekerjaannya.
Tanggung jawab pekerjaan bukan berarti besar kecil atau berat
ringannya pekerjaan dilihat dari segi fisik, melainkan tanggung
jawab terhadap untung ruginya organisasi, atau hidup matinya
organisasi.
d. Program pemberian kompensasi sebagai perangsang kerja
Suatu program pemberian kompensasi bukan semata-mata
didasarkan sebagai imbalan atas pengorbanan waktu, tenaga dan
fikiran karyawan terhadap organisasi, melainkan juga merupakan
cara untuk merangsang dan meningkatkan kegairahan kerja.
Dengan kompensasi itu setiap karyawan akan sadar bahwa
kegairahan kerja akan mendatangkan keuntungan, bukan saja
untuk organisasi, melainkan juga untuk dirinya sendiri dan
keluarganya.
e. Tambahan sumber pendapatan bagi karyawan
Program kompensasi yang baik, bukan saja memperoleh upah atau
gaji yang rutin, melainkan juga memperoleh tambahan sumber
pendapatan selain upah atau gaji tersebut. Yang dimaksud di sini
antara lain : pembagian keuntungan organisasi bukan hanya
kepada pemilik modal, tetapi juga kepada karyawan, misalnya
pembagian bonus, pemberian uang cuti, dan sebagainya.
f. Terjaminnya sumber pendapatan dan peningkatan jumlah imbalan
jasa.
Setiap karyawan suatu organisasi mengharapkan bahwa
kompensasi yang diterima tidak akan menurun, dan bahkan setiap
waktu dapat naik. Demikian juga mereka tidak ingin terjadinya
pemutusan hubungan kerja (PHK) dengan organisasi dimana
23
mereka bekerja. Oleh sebab itu program pemberian kompensasi
harus menjamin bahwa organisasinya adalah merupakan sumber
pendapatan bagi karyawannya, dan selalu memikirkan adanya
peningkatan jumlah kompensasi.
g. Kompensasi bagi kelompok manajerial
Pimpinan atau manajer pada setiap organisasi adalah merupakan
kelompok yang bertanggung jawab mati hidupnya organisasi, atau
berkembang tidaknya organisasi. Oleh sebab itu wajarlah apabila
kompensasi yang mereka terima itu lebih besar daripada karyawan
biasa.
h. Prospek di masa depan
Dalam program pemberian kompensasi, prospek di masa depan
harus diutamakan juga. Untuk memperhitungkan prospek yang
akan datang ini perlu memperhitungkan tiga dimensi waktu. Hal
ini berarti bahwa dalam menyusun program pemberian
kompensasi harus memperhitungkan keadaan organisasi saat ini,
prospek organisasi pada waktu mendatang.
4. Kriteria pemberian sitem penghargaan
Kebijakan tentang pemberian kompensasi suatu organisasi terhadap
karyawan bukan sesuatu yang statis, melainkan bersifat dinamis. Agar
perubahan ketentuan tersebut tidak menimbulkan kegoncangan, ada
beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam penentuan kebijakan
pemberikan kompensasi. Menurut Heidjrachman (2005) antara lain
biaya hidup, produktivitas, skala upah atau gaji yang umum berlaku,
kemampuan membayar, dan upah atau gaji sebagai alat untuk
mempertahankan, memberikan motivasi kepada karyawan :
a. Biaya hidup
Kriteria biaya hidup ini sebenarnya berorientasi kepada karyawan,
atau kebutuhan karyawanlah yang dipentingkan. Dengan
mempergunakan kriteria biaya hidup ini dimaksudkan agar
24
karyawan suatu organisasi dapat tetap mempunyai produktivitas
yang optimal, maka mereka harus memperoleh kompensasi
sebesar biaya hidup pada saat ini. Kriteria biaya hidup untuk
pemberian kompensasi ini dasarnya adalah terjadinya inflasi di
masyarakat. Artinya meskipun ada inflasi yang berarti biaya hidup
naik, maka kompensasipun harus juga mengikutinya.
b. Produktivitas
Meningkatnya produktivitas karyawan, sudah barang tentu akan
berpengaruh terhadap meningkatnya penghasilan dari organisasi
yang bersangkutan. Hal ini berarti biaya satuan produksi lebih
rendah, dan mengakibatkan penghematan dalam keseluruhan biaya
produksi. Dengan kata lain keuntungan organisasi ini para
karyawan juga mempunyai andil. Maka wajarlah apabila hal ini
perlu dijadikan kriteria untuk pemberian kompensasi kepada
karyawan.
c. Skala upah atau gaji yang umum berlaku
Memang sulit untuk mengambil skala pemberian kompensasi
(gaji/upah) yang umum berlaku, karena bervariasi jenis organisasi,
baik dilihat dari sifat maupun besar kecilnya organisasi. Akan
tetapi secara umum organisasi yang bersangkutan dapat mengacu
kepada organisasi yang sederajat dan sejenis yang sudah
mempunyai skala pemberian kompensasi, sebagai kriteria
pemberian kompensasi bagi karyawan.
d. Kemampuan membayar
Semua organisasi selalu memperhitungkan besarnya biaya yang
harus dikeluarkan untuk membayar upah atau kompensasi
karyawannya, dikaitkan dengan biaya keseluruhan organisasi. Dari
sini selalu terlihat bahwa komponen biaya yang paling besar
adalah biaya untuk membayar kompensasi para karyawan. Namun
demikian, biaya-biaya operasional yang lainnya tidak berarti
diabaikan, agar organisasi itu tetap berjalan. Oleh sebab itu dalam
25
membuat kriteria pemberian kompensasi ini, kemampuan
membayar dari organisasi yang bersangkutan perlu
diperhitungkan.
e. Upah atau gaji sebagai alat untuk mempertahankan, memberikan
motivasi kepada karyawan
Organisasi yang baik akan selalu menarik calon karyawan untuk
bekerja di dalamnya. Disamping itu organisasi yang baik akan
memberikan motivasi kerja bagi karyawannya. Kompensasi
(upah/gaji) yang diberikan oleh organisasi kepada karyawannya
akan dapat menarik dan mempertahankan serta memberikan
motivasi kerja kepada mereka (karyawan) apabila diberikan secara
tepat dan sesuai dengan jasa yang diberikan.
5. Bentuk dan jenis sistem penghargaan
Saydam (2002), mengemukakan bahwa bentuk dan jenis sistem
penghargaan yang dapat diberikan kepada karyawan adalah : gaji,
upah, tunjangan, dan intensif atau bonus. Selain program sistem
penghargaan berupa uang dapat pula diberikan berupa tunjangan.
Tunjangan ini dapat berupa : tunjangan keluarga, tunjangan
pembangunan dan sebagainya yang kesemuanya dapat menambah
penghasilan karyawan.
Hasibuan (2009) menyebutkan berdasarkan bentuk kesejahteraan
secara garis besar kompensasi terdiri dari dua jenis, yaitu kompensasi
langsung dan kompensasi tidak langsung :
a. Kompensasi langsung
Kompensasi langsung adalah penghargaan yang berupa gaji atau
upah yag dibayar secara tetap berdasar tanggung jawab yang tetap,
dan intensif adalah penghargaan yang diberikan untuk memotivasi
agar produktivitas kerja tinggi, sifatnya tidak tetap dan sewaktu-
waktu.
26
b. Kompensasi tidak langsung
Kompensasi tidak langsung adalah pemberian bagian keuntungan
atau manfaat lainnya bagi pekerja diluar gaji atau upah dan bonus
yang dapat berupa barang dan tunjangan. Tunjangan yang diterima
berupa :
1) Tunjangan hari raya (THR) yang diberikan kepada karyawan
dalam bentuk uang menjelang hari raya keagamaan
2) Dana pensiun, yaitu dana yang diberikan kepada karyawan
berupa uang sebagai bentuk terima kasih perusahaan karena
telah ikut serta menjalankan kesuksesan perusahaan
3) Uang duka kematian, yaitu sebagai bentuk kepedulian
perusahaan kepada karyawan yang sedang mengalami duka
atau musibah kematian
4) Pakaian dinas, yaitu seragam yang digunakan karyawan sehari-
hari dalam bekerja
5) Jaminan kesehatan, yaitu jaminan kesehatan atau keselamatan
jiwa bagi karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya.
Jenis kesejahteraan secara garis besar dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Ekonomis, yaitu terdiri dari uang pensiun, uang makan, uang
transport, tunjangan hari raya, bonus, uang duka, pakaian dinas,
dan uang pengobatan
2. Fasilitas, yang terdiri dari tempat ibadah, kafetaria, olah raga,
kesenian, pendidikan, cuti, koperasi, dan ijin
3. Pelayanan, yang terdiri kesehatan, mobil jemputan, penitipan
bayi, bantuan hukum, penasehat keuangan, asuransi, kredit
rumah
27
C. Hubungan Sistem Penghargaan terhadap Tingkat Kedisiplinan Kerja
Perkembangan organisasi dari waktu ke waktu baik dilihat dari sudut
beban tugas, pekembangan teknologi dan metode kerja, perlu mendapat
perhatian dan respon dari organisasi. Oleh sebab itu sistem penghargaan
merupakan aspek penting dalam penelitian tentang kedisiplinan yang akan
meningkatkan kinerja organisasi. Program sistem penghargaan dapat
meningkatkan kedisiplinan untuk melaksanakan dan menyelesaikan
pekerjaan dengan lebih baik dan akhirnya akan menghasilkan kinerja yang
diharapkan oleh organisasi (Bown, 2009).
Pemberian sistem penghargaan, terjadi proses umpan balik dari tingkat
kedisiplinan kerja karyawan. Proses ini terjadi karena adanya keyakinan
perusahaan atas pemberian sistem penghargaan terhadap tingkat
kedisiplina kerja karyawan. Dengan adanya peningkatan sistem
penghargaan akan meningkatkan tingkat kedisplina kerja karyawan akan
memberikan umpan balik untuk perusahaan (Cahayani, 2010).
28
D. Kerangka Teori
Adapun yang mendasari kerangka teori ini adalah macam-macam
kedisiplinan kerja, dimana kedisiplinan tersebut digambarkan dalam
sistem penghargaan yang berhubungan dengan tingkat kedisiplinan
perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Semarang adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber : Hasibuan, 2009, Nitisemito, 2001
Keterangan :
: Saling mempengaruhi
: Proses (Mediator)
: Dimensi dari masing-asing variabel
Sistem Penghargaan
Beban tugas kerja Perkembangan Teknologi Metode kerja
Tingkat Kedisiplinan Kerja Perawat
1. Langsung : gaji/upah
2. Tidak Langsung : a. THR b. Dana pensiun c. Uang duka
kematian d. Pakaian dinas e. Jaminan
kesehatan
1. Disiplin dalam menggunakan waktu
2. Disiplin diri pribadi 3. Disiplin sosial 4. Displin dalam
mengikuti aturan yang telah ditetapkan
29
E. Kerangka Konsep
Berdasarkan dari kerangka teori tersebut diatas, dikaitkan dengan
permasalahan penelitian maka dirumuskan kerangka konsep senbagai
berikut :
Variabel bebas Variabal terikat
Gambar 2.2
Kerangka Konsep
F. Variabel Penelitian
Variebel penelitian yang digunakan dalam penelitian yang berhubungan
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan kerja Perawat di
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang :
Variabel bebas : Sistem Penghargaan (X)
Variabel terikat : Tingkat Kedisiplinan Kerja Perawat (Y)
G. Hipotesis
Hipotesis yang ingin dibuktikan kebenarannya dalam penelitian ini adalah
“ada hubungan antara sistem penghargaan dengan tingkat kedisiplinan
kerja parawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kota
Semarang”.
Sistem Penghargaan Tingkat Kedisiplinan Kerja Perawat