Upload
william-louis
View
301
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
5/13/2018 BAB II Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-55a74defa5c38 1/24
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,
atau kedua-duanya. Akibatnyaialah glukosa bertumpuk di dalam darah (hiperglikemia)
dan akhirnya diekskresikan lewat kemih tanpa digunakan ( glycosuria). Oleh karena
itu, produksi kemih sangat meningkat dan pasien harus sering kencing, merasa sangat
haus, berat badan menurun, dan merasa lelah (5).
Gambar 2.1. Kerja hormon insulin (6)
B. Klasifikasi
Klasifikasi DM yang dianjurkan oleh PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia) adalah yang sesuai dengan anjuran klasifikasi DM menurut American
Diabetes Association (ADA) 1997, sebagai berikut :
1. Diabetes Melitus tipe 1
Umumnya timbul pada anak-anak dan dewasa muda. DM tipe I terjadi
karena destruksi sel-sel pembuat insulin (sel beta Langerhans pancreas) melalui
mekanisme imunologik dan idiopatik sehingga menyebabkan hilangnya hampir
5/13/2018 BAB II Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-55a74defa5c38 2/24
4
seluruh insulin endogen. Penderita DM tipe I mengalami ketergantungan terhadap
insulin eksogen untuk menurunkan kadar glukosa plasma dan menghindari
ketoasidosis (KAD) serta untuk mempertahankan hidupnya.
2. Diabetes Melitus tipe 2
Jenis diabetes melitus ini bervariasi mulai dari yang terutama dominan
resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang terutama defek
sekresi insulin disertai resistensi insulin. Biasanya timbul pada usia lebih dari 40
tahun. Pada DM tipe II sel β pankreas tidak rusak tetapi terjadi resistensi terhadap
kerja insulin.
3. Diabetes Melitus tipe lain :
A. Defek genetik fungsi sel beta :
Maturity Onset Diabetes of the Young (MODY) 1,2,3.
DNA mitokondria
B. Defek genetik kerja insulin
C. Penyakit endokrin pankreas :
pankreatitis
tumor pankreas /pankreatektomi
pankreatopati fibrokalkulus
D. Endokrinopati : akromegali
sindrom Cushing
feokromositoma
hipertiroidisme
E. Karena obat/zat kimia :
vacor, pentamidin, asam nikotinat
glukokortikoid, hormon tiroid
tiazid, dilantin, interferon alfa dan lain-lain
F. Infeksi :
Rubella kongenital, Cytomegalovirus (CMV)
G. Sebab imunologi yang jarang :
antibodi anti insulin
5/13/2018 BAB II Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-55a74defa5c38 3/24
5
H. Sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM :
sindrom Down, sindrom Kleinfelter, sindrom Turner, dan lain-
lain.
4. Diabetes Melitus Gestasional (DMG)
Diabetes melitus tipe gestasional yaitu diabetes yang timbul selama
kehamilan, artinya kondisi diabetes atau intoleransi glukosa yang didapati selama
masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga. Diabetes mellitus
gestasional berhubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal (di sekitar
waktu melahirkan), dan sang ibu memiliki resiko untuk dapat menderita penyakit
diabetes mellitus yang lebih besar dalam jangka waktu 5 sampai 10 tahun setelah
melahirkan.
C. Patogenesis
1. Diabetes Melitus tipe 1
Diabetes mellitus tipe 1 (DM) adalah suatu kelainan katabolik dimana
insulin yang beredar sangat rendah atau tidak ada, glukagon plasma meningkat,
dan sel-sel beta pankreas gagal untuk menanggapi semua rangsangan sekresi
insulin.
(7)
Dalam diabetes tipe 1, pankreas tidak membuat sebagai insulin sebanyak
tubuh memerlukan. Disarankan oleh patofisiologi diabetes mellitus tipe 1 bahwa
sebenarnya penyakit autoimun dimana sistem kekebalan penderita itu
mengeluarkan zat yang menyerang dan menghancurkan sel-sel dalam pankreas
yang seharusnya untuk memproduksi insulin. Akibatnya, pankreas mulai
memproduksi insulin sedikit atau tidak ada. Diabetes tipe 1 terjadi ketika pankreas
memproduksi jumlah normal hormon insulin, tetapi sel-sel tubuh tidak menyerap
dengan benar dan tidak menanggapinya. Seperti diabetes tipe 1, ini juga
menyebabkan kelebihan glukosa untuk membangun dalam aliran darah. Pankreas
menunjukkan infiltrasi limfositik dan kerusakan sel-pensekresi insulin dari pulau
Langerhans, menyebabkan kekurangan insulin. Pasien perlu insulin eksogen
5/13/2018 BAB II Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-55a74defa5c38 4/24
6
untuk membalikkan kondisi katabolik, mencegah ketosis, menurunkan
hyperglucagonemia, dan menormalkan metabolisme lemak dan protein. (8)
Salah satu teori mengenai etiologi DM tipe 1 adalah hasil dari kerusakan
sel beta pankreas dari agen infeksi atau lingkungan. Dalam individu yang rentan
secara genetik, sistem kekebalan tubuh memicu untuk mengembangkan suatu
respon autoimun terhadap antigen sel beta pankreas atau molekul dalam sel beta
yang menyerupai protein virus. Sekitar 85% dari pasien DM tipe 1 memiliki
antibodi sel islet, dan kebanyakan dapat dideteksi antibodi anti-insulin sebelum
menerima terapi insulin. Kebanyakan antibodi sel islet secara langsung melawan
dekarboksilase asam glutamat (GAD) dalam sel beta pankreas.(7,8)
Gambar 2.2 Patogenesis DM tipe 1(9)
Saat ini, autoimunitas dianggap sebagai faktor utama dalam patofisiologi
DM tipe 1. Prevalensi meningkat pada pasien dengan penyakit autoimun lainnya,
seperti penyakit Graves, Hashimoto tiroiditis, dan penyakit Addison. Sekitar 95%
dari pasien dengan DM tipe 1 memiliki antigen leukosit manusia (HLA)-DR3
maupun HLA-DR4. HLA-DQS dianggap penanda khusus kecurigaan DM. tipe 1.
(7)
5/13/2018 BAB II Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-55a74defa5c38 5/24
7
Metabolisme asam amino juga memainkan peran penting dalam
patogenesis diabetes. Profil asam amino bisa membantu menilai risiko diabetes.
Hal ini dapat membantu menjelaskan lebih lanjut bagaimana diabetes
berkembang.(7)
Bukti terbaru menunjukkan peran vitamin D dalam patogenesis dan
pencegahan diabetes mellitus. Kekurangan vitamin D juga merupakan prediktor
independen penting dari pengembangan kalsifikasi arteri koroner pada individu
dengan DM tipe 1.(7)
2. Diabetes Melitus tipe 2
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yaitu yang berhubungan
dengan insulin, yaitu : resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya
insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel, sebagai akibat
terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam
metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai
dengan penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif
untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.(10)
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa
dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin
yang berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal
atau sedikit meningkat. Namun untuk mengimbangi peningkatan kebutuhan akan
insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II.(11)
Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas
diabtes tipe II, namun terdapat jumlah insulin yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton. Oleh karena itu, ketoasidosis
diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun demikan, diabetes tipe II
yang tidak terkontrol dapat menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan
sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik. Akibat intoleransi glukosa yang
berlangsung lambat dan progresif, maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan
tanpa terdeteksi, gejalanya sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan,
5/13/2018 BAB II Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-55a74defa5c38 6/24
8
iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang tidak sembuh-sembuh,
infeksi dan pandangan yang kabur.
Pada DM Tipe 2 jumlah insulin normal, bahkan mungkin lebih banyak
tetapi reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel kurang. Reseptor insulin
ini diibaratkan sebagai lubang kunci pintu masuk ke dalam sel. Pada keadaan tadi
jumlah lubang kuncinya yang kurang, hingga meskipun anak kuncinya (insulin)
banyak, tetapi karena lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang
masuk sel akan sedikit, sehingga sel akan kekurangan glukosa dan glukosa di
dalam darah akan meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan pada
DM Tipe 1. Perbedaanya adalah DM Tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi,juga
kadar insulin tinggi atau normal. Keadaan ini disebut resistensi insulin.(11)
Gambar 2.3 Patogenesis DM tipe 2. (10)
3. Diabetes Melitus tipe lain
Beberapa kasus diabetes disebabkan oleh reseptor jaringan tubuh tidak
merespon insulin, namun ini sangat jarang. Mutasi genetik (autosomal atau
5/13/2018 BAB II Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-55a74defa5c38 7/24
9
mitokondria) dapat mengakibatkan abnormalitas pada fungsi sel beta. Abnormal
fungsi insulin mungkin juga telah ditentukan secara genetis dalam beberapa
kasus. Setiap penyakit yang menyebabkan kerusakan luas pankreas dapat
menyebabkan diabetes, misalnya pankreatitis kronis dan fibrosis kistik. Selain itu,
penyakit yang berhubungan dengan sekresi berlebihan dari hormon antagonis
insulin dapat menyebabkan diabetes. Banyak obat yang merusak sel sekresi
insulin dan beberapa kerusakan racun beta pankreas. (12)
4. Diabetes Melitus tipe Gestasional
Kehamilan adalah suatu kondisi diabetogenic ditandai dengan resistensi
insulin dengan peningkatan kompensasi respon sel β dan hiperinsulinemia.
Resistensi insulin biasanya dimulai pada trimester kedua dan kemajuan seluruh
sisa dari kehamilan. Sensitivitas insulin berkurang sebanyak 80%. Plasenta
mensekresi hormon, seperti progesteron, kortisol laktogen, plasenta, prolaktin,
dan hormon pertumbuhan, merupakan penyebab utama resisten insulin terlihat
dalam kehamilan.
Wanita dengan DM gestasional memiliki keparahan yang lebih besar
dalam resistensi insulin dibandingkan dengan kehamilan normal. Mereka juga
memiliki penurunan dari peningkatan kompensasi dalam sekresi insulin,khususnya fase pertama sekresi insulin. Penurunan dalam fase pertama rilis
insulin mungkin penanda untuk kerusakan fungsi sel β. Xiang et al menemukan
bahwa pada wanita Latin dengan DM gestasional meningkatkan resistensi
terhadap pengaruh insulin pada clearance glukosa dan produksi dibandingkan
dengan wanita hamil normal. Selain itu, mereka menemukan bahwa wanita
dengan DM gestasional mengalami penurunan 67% untuk kompensasi sel β
mereka dibandingkan dengan normal peserta kontrol hamil.
Ada subset dari wanita dengan DM gestasional yang memiliki bukti
autoimun sel islet. Prevalensi dilaporkan antibodi sel islet pada wanita dengan
DM gestasional berkisar 1,6-38%. Prevalensi autoantibodi islet, termasuk
autoantibodi insulin dan antibodi asam glutamat dekarboksilase, juga berbeda.
Para wanita mungkin menghadapi risiko untuk mengembangkan bentuk autoimun
5/13/2018 BAB II Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-55a74defa5c38 8/24
10
diabetes kemudian di hidupnya. Akhirnya, pada 5% dari semua kasus DM
Gestasional, ketidakmampuan sel β untuk mengkompensasi resistensi insulin
adalah hasil dari cacat di sel β, seperti mutasi pada glukokinase. (13)
D. Gejala Klinis
Gejala penyakit DM dapat dibagi menjadi 2 yaitu gejala klasik dan tidak klasik. (14)
1. Gejala Klasik
Gejala khas (klasik) berupa:
• Poliuria
• Polidipsia
• Polifagia
• Lemah
• Penurunan berat badan tanpa sebab yang diketahui
2. Gejala Tidak Klasik
Gejala tidak khas berupa:
• Kesemutan
• Gatal-gatal di daerah genital
• Penglihatan kabur
• Impotensi
• Keputihan
• Infeksi sulit sembuh
• Bisul yang hilang timbul
• Cepat lelah
• Mudah mengantuk
5/13/2018 BAB II Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-55a74defa5c38 9/24
11
Gambar 2.4 Gejala-gejala DM
E. Diagnosa
Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah, tidak
dapat ditegakkan hanya atas dasar adanya glukosuria saja. Dalam menegakkan
diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara pemeriksaan
yang dipakai. Untuk diagnosis DM, pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan
glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan glukosa darah plasma vena. Untuk
memantau kadar glukosa darah dapat dipakai bahan darah kapiler. Saat ini banyak
dipasarkan alat pengukur kadar glukosa darah cara reagen kering yang umumnya
sederhana dan mudah dipakai. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah memakai alat-
alat tersebut dapat dipercaya sejauh kalibrasi dilakukan dengan baik dan cara
pemeriksaan sesuai dengan cara standar yang dianjurkan. Secara berkala, hasil
pemantauan dengan cara reagen kering perlu dibandingkan dengan cara konvensional.
(15)
5/13/2018 BAB II Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-55a74defa5c38 10/24
12
1. Pemeriksaan Penyaring
Pemeriksaan penyaring yang khusus ditujukan untuk DM pada penduduk
umumnya (mass-screening = pemeriksaan penyaring) tidak dianjurkan karena
disamping biaya yang mahal, rencana tindak lanjut bagi mereka yang positif
belum ada. Bagi mereka yang mendapat kesempatan untuk pemeriksaan
penyaring bersama penyakit lain (general check up), adanya pemeriksaan
penyaring untuk DM dalam rangkaian pemeriksaan tersebut sangat dianjurkan.
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan salah satu
faktor risiko untuk DM, yaitu :
• kelompok usia dewasa tua ( > 45 tahun )
• kegemukan {BB (kg) > 120% BB idaman atau IMT > 27 (kg/m2)}
• tekanan darah tinggi (> 140/90 mmHg)
• riwayat keluarga DM
• riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gram
• riwayat DM pada kehamilan
• dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan atau Trigliserida > 250 mg/dl
• pernah TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa
Darah Puasa Terganggu)
Tabel 2.1. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring
dan diagnosis DM (mg/dl)
2. Langkah-langkah penegakan diagnosa
Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas DM
berupa poliuria, polidipsia, polifagia, lemah, dan penurunan berat badan yang
5/13/2018 BAB II Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-55a74defa5c38 11/24
13
tidak dapat dijelaskan sebabnya. Keluhan lain yang mungkin dikemukakan pasien
adalah kesemutan, gatal, mata kabur dan impotensia pada pasien pria, serta
pruritus vulvae pada pasien wanita. Jika keluhan khas, pemeriksaan glukosa darah
sewaktu > 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Hasil
pemeriksaan kadar glukosa darah puasa > 126 mg/dl juga digunakan untuk
patokan diagnosis DM. Untuk kelompok tanpa keluhan khas DM, hasil
pemeriksaan glukosa darah yang baru satu kali saja abnormal , belum cukup kuat
untuk menegakkan diagnosis klinis DM. Diperlukan pemastian lebih lanjut
dengan menddapatkan sekali lagi angka abnormal, baik kadar glukosa darah
puasa > 126 mg/dl, kadar glukosa darah sewaktu > 200 mg/dl pada hari yang lain,
atau dari hasil tes toleransi glukosa oral (TTGO) yang abnormal. (15)
Cara pelaksanaan TTGO (WHO 1985)
• 3 (tiga) hari sebelumnya makan seperti biasa
• kegiatan jasmani secukupnya, seperti yang biasa dilakukan
• puasa semalam, selama 10-12 jam
• kadar glukosa darah puasa diperiksa
• diberikan glukosa 75 gram atau 1,75 gram/kgBB, dilarutkan dalam
air 250 ml dan diminum selama/dalam waktu 5 menit
• diperiksa kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa;
selama pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak
merokok.
• Dikatakan DM bila kadar glukosa plasma > 200 mg/dl pada 2 jam
sesudah beban glukosa 75 gram pada TTGO.
F. Penatalaksanaan DM Tipe 2
Pada hakikatnya penatalaksanaan diabetes mellitus pada umumnya mempunyai
tujuan yaitu :
1. Menghilangkan keluhan/gejala DM dan mempertahankan rasa nyaman
dan enak.
2. Mencegah penyulit baik makroangiopati, mikroangiopati maupun
neuropati dengan tujuan akhir menurunkan morbiditas dan mortalitas.
5/13/2018 BAB II Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-55a74defa5c38 12/24
14
Ada 4 pilar dalam penatalaksanaan diabetes mellitus, yaitu edukasi, terapi gizi
medis, latihan jasmani, dan intervensi farmakologis. (16)
1. Edukasi
Edukasi tersebut meliputi pemahaman tentang :
a. Penyakit DM
b. Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM
c. Penyulit DM
d. Intervensi farmakologis dan non-farmakologis
e. Hipoglikemia
f. Masalah khusus yang dihadapi
g. Cara mengembangkan sistem pendukung dan mengajarkan keterampilan
h. Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan
2. Terapi Gizi Medis
Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain (16):
- Jenis kelamin
Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria. Kebutuhan kalori
wanita sebesar 25kal/kg BB dan untuk pria sebesar 30kal/kg BB.
- Umur Untuk pasien usia diatas 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 5% untuk
dekade antara 40 dan 59 tahun, dikurangi 10% untuk usia 60 sampai dengan
69 tahun, dan dikurangi 20% diatas 70 tahun.
- Aktivitas fisik atau pekerjaan
Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan intensitas aktivitas fisik.
Penambahan sejumlah 10% dari kebutuhan basal diberikan pada keadaan
istirahat, 20% pada pasien dengan aktivitas ringan, 30% dengan aktivitas
sedang, dan 50% dengan aktivitas sangat berat.
- Berat badan
Bila kegemukan dikurangi sekitar 20-30% bergantung kepada tingkat
kegemukan. Bila kurus ditambah sekitar 20-30% sesuatu dengan kebutuhan
untuk meningkatkan BB. Untuk tujuan penurunan berat badan jumlah kalori
5/13/2018 BAB II Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-55a74defa5c38 13/24
15
yang diberikan paling sedikit 1000-1200 kkal untuk wanita dan 1200-1600
kkal untuk pria.
Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut di atas
dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%)
serta 2-3 porsi makanan ringan (10-15%) diantaranya. Untuk meningkatkan
kepatuhan pasien, sejauh mungkin perubahan dilakukan sesuai dengan kebiasaan.
Untuk penyandang diabetes yang mengidap penyakit lain, pola pengaturan makan
disesuaikan dengan penyakit penyertanya.
Pilihan makanan untuk penyandang diabetes dapat dijelaskan melalui
piramida makanan untuk penyandang diabetes, yaitu :
I. Sumber karbohidrat dikonsumsi 3-7 porsi/penukar sehari (tergantung status
gizi).
II. Sumber vitamin dan mineral : sayuran 2-3 porsi/penukar, buah 2-4
porsi/penukar sehari.
III. Sumber protein : lauk hewani 3 porsi/penukar, lauk nabati 2-3 porsi/penukar
sehari. Batasi konsumsi gula, lemak/minyak dan garam.
Gambar 2.5 Piramida Makanan
3. Latihan Jasmani
5/13/2018 BAB II Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-55a74defa5c38 14/24
16
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam
pengelolaan DM tipe 2. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke pasar,
menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan. Latihan jasmani selain
untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki
kendali glukosa darah. Latihanja jasmani yang bersifat aerobik seperti : jalan kaki,
bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan
dengan umur dan status kesegaran jasmani. Untuk mereka yang relatif sehat,
intensitas latihan jasmani bias ditingkatkan, sementara yang sudah mendapat
komplikasi DM dapat dikurangi. HIndarkan kebiasaan hidup yang kurang gerak
atau bermalas-malasan.(17)
4. Intervensi Farmakologis
Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum
tercapai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani. (18)
1. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Berdasarkan cara kerjanya, OHO (Obat Hipoglikemik Oral) dibagi
menjadi 4 golongan:
A. pemicu sekresi insulin ( insulin secretagogue): sulfonilurea dan glinidB. penambah sensitivitas terhadap insulin: metformin, tiazolidindion
C. penghambat glukoneogenesis (metformin)
D. penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa
5/13/2018 BAB II Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-55a74defa5c38 15/24
17
Tabel 2.2 Mekanisme Kerja, efek samping utama, dan pengaruh
terhadap HbA1c
2. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
• Penurunan berat badan yang cepat
• Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
• Ketoasidosis diabetik
• Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
• Hiperglikemia dengan asidosis laktat
• Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal
• Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
• Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang
tidak terkendali dengan perencanaan makan
• Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
5/13/2018 BAB II Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-55a74defa5c38 16/24
18
• Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
Berdasar lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yaitu :
a. insulin kerja cepat (rapid acting insulin)
b. insulin kerja pendek ( short acting insulin)
c . insulin kerja menengah ( intermediate acting insulin)
d. insulin kerja panjang (long acting insulin)
Tabel 2.3 Farmakokinetik insulin eksogen
Efek samping terapi insulin adalah terjadinya hipoglikemia. Efek
samping yang lain berupa reaksi imunologi terhadap insulin yang dapat
menimbulkan alergi insulin atau resistensi insulin
3. Terapi Kombinasi
5/13/2018 BAB II Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-55a74defa5c38 17/24
19
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk
kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah.
Bersamaan dengan pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila diperlukan
dapat dilakukan pemberian OHO tunggal atau kombinasi OHO sejak dini.
Terapi dengan OHO kombinasi, harus dipilih dua macam obat dari kelompok
yang mempunyai mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah
belum tercapai, dapat pula diberikan kombinasi tiga OHO dari kelompok
yang berbeda atau kombinasi OHO dengan insulin. Pada pasien yang disertai
dengan alasan klinik di mana insulin tidak memungkinkan untuk dipakai dipilih
terapi dengan kombinasi tiga OHO. (lihat bagan 2 tentang algoritma pengelolaan
DM tipe-2).
Untuk kombinasi OHO dan insulin, yang banyak dipergunakan adalah
kombinasi OHO dan insulin basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja
panjang) yang diberikan pada malam hari menjelang tidur. Dengan pendekatan
terapi tersebut pada umumnya dapat diperoleh kendali glukosa darah yang baik
dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal insulin kerja menengah adalah
6-10 unit yang diberikan sekitar jam 22.00, kemudian dilakukan evaluasi dosis
tersebut dengan menilai kadar glukosa darah puasa keesokan harinya.
Bila dengan cara seperti di atas kadar glukosa darah sepanjang hari masihtidak terkendali, maka obat hipoglikemik oral dihentikan dan diberikan insulin
saja.(20)
G. Penatalaksanaan DM tipe 1
Perbedaan utama antara penatalaksanaan DM tipe 1 yang mayoritas diderita
anak dibanding DM tipe 2 adalah kebutuhan mutlak insulin. Terapi DM tipe 1 lebih
tertuju pada pemberian injeksi insulin.
Penatalaksanaan DM tipe 1 menurut Sperling dibagi dalam 3 fase yaitu :
1. Fase akut/ketoasidosis
Pada keadaan koma dan dehidrasi, dengan pemberian cairan, memperbaiki
keseimbangan asam basa, elektrolit dan pemakaian insulin.
2. Fase subakut/transisi
5/13/2018 BAB II Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-55a74defa5c38 18/24
20
Bertujuan mengobati faktor-faktor pencetus, misalnya infeksi. Stabilisasi
penyakit dengan insulin, menyusun pola diet, dan penyuluhan kepada
penyandang DM/keluarga mengenai pentignya pemantauan penyakitnya secara
teratur dengan pemantauan glukosa darah, urin, pemakaian insulin dan
komplikasinya serta perencanaan diet dan latihan jasmani.
3. Fase pemeliharaan
Pada fase ini tujuan utamanya ialah untuk mempertahankan status metabolik
dalam batas normal serta mencegah terjadinya komplikasi.
Untuk itu WHO mengemukakan beberapa sasaran yang ingin dicapai dalam
penatalaksanaan penyandang DM tipe 1, diantaranya :
1. Bebas dari gejala penyakit
2. Dapat menikmati kehidupan sosial sepenuhmya
3. Dapat terhindar dari komplikasi penyakitnya
Pada anak, ada beberapa tujuan khusus dalam penatalaksanaannya, yaitu
diusahakan supaya anak-anak :
1. Dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
2. Mengalami perkembangan emosional yang normal
3. Mampu mempertahankan kadar glukosuria atau kadar glukosa darah
serendah mungkin tanpa menimbulkan gejala hipoglikemia4. Tidak absen dari sekolah akibat penyakit dan mampu berpartisipasi dalam
kegiatan fisik maupun sosial yang ada
5. Penyakitnya tidak dimanipulasi oleh penyandang DM, keluarga, maupun
oleh lingkungan
6. Mampu memberikan tanggung jawab kepada penyandang DM untuk
mengurus dirinya sendiri sesuai dengan taraf usia dan intelegensinya
Untuk mencapai tujuan ini penatalaksanaan dibagi menjadi :
1. Pemberian insulin
2. Penatalaksanaan dietetik
3. Latihan jasmani
4. Edukasi
5. Home monitoring (pemantauan mandiri). (19-20)
5/13/2018 BAB II Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-55a74defa5c38 19/24
21
H. Penatalaksanaan DM tipe Gestasional
1. Penatalaksanaan Metabolik Antepartum
Penatalaksanaan antepartum wanita Diabetes Mellitus Gestasional (DMG)
harus difokuskan pada pencegahan komplikasi fetus. Tampaknya semua
pendekatan mempunyai landasan program edukasi nutrisi dan penatalaksanaan
diet. The American Diabetes Association (ADA) menganjurkan pemberian jumlah
kalori dan nutrien (zat gizi) yang cukup untuk memenuhi kebutuhan kehamilan
dan meminimalkan hiperglikemia maternal. Keperluan harian pada wanita dengan
berat badan normal pada kehamilan trimester kedua adalah 30-32 kkal/kgBB.
Pendekatan diet yang dapat menurunkan konsentrasi glukosa serum maternal
meliputi pembatasan asupan (intake) karbohidrat sampai 40 persen dari total
kalori, penyediaan karbohidrat yang mempunyai indeks glikemia yang rendah dan
penurunan intake total untuk wanita yang kelebihan berat badan sampai 25
kkal/kgBB. Satu studi menunjukkan bahwa wanita yang mendapatkan kurang dari
40% total kalori dari karbohidrat mempunyai bayi dengan berat lahir yang lebih
rendah dan frekuensi persalinan sectio secarea yang lebih sedikit daripada wanita
dengan asupan yang besar.
(22)
Menurut Konsensus pengelelolaan diabetes mellitus yang diterbitkan oleh
PERKENI tahun 2006, penatalaksanaan DMG sebaiknya dilaksanakan secara
terpadu oleh spesialis penyakit dalam, spesialis obstetri ginekologi, ahli gizi dan
spesialis anak. Tujuan penatalaksanaan adalah menurunkan angka kesakitan dan
kematian ibu, kesakitan dan kematian perinatal. Ini hanya dapat dicapai apabila
keadaan normoglikemia dapat dipertahankan selama kehamilan sampai
persalinan. Oleh karena itu penting sekali penatalaksanaan medis untuk mencapai
sasaran normoglikemia. Sasaran normoglikemia DMG adalah kadar glukosa darah
puasa ≤ 95 mg/dl dan 2 jam sesudah makan ≤ 120 mg/dl.(16)
Sekali terapi nutrisi dimulai, dua pendekatan umum dapat digunakan
untuk mengidentifikasi wanita yang mempunyai fetus berada dalam risiko tinggi
untuk mendapat penatalaksanaan yang lebih intensif lagi, yaitu pengukuran
5/13/2018 BAB II Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-55a74defa5c38 20/24
22
konsentrasi gula darah maternal secara teratur dan penilaian perkembangan fetus.
Pendekatan yang paling sering dilakukan pada pengalaman klinis adalah
pemantauan konsentrasi gula darah yang intensif yang merupakan indikasi pada
fetus-fetus risiko tinggi. Karena tidak terdapat ambang glikemik maternal untuk
risiko fetus, ajuran difokuskan pada mempertahankan konsentrasi gula darah pada
kisaran nornal untuk semua wanita hamil. Hiperglikemia postprandial lebih dekat
berhubungan dengan makrosomia fetus daripada hiperglikemia preprandial pada
kehamilan yang perberat oleh diabetes yang sudah ada. Hal itu merupakan alasan
untuk pemantauan gula darah pada wanita DMG.(23)
Sekalipun demikian, The Fourth International Workshop-Conference on
Gestational Diabetes Mellitus, menganjurkan mempertahankan konsentrasi gula
arah pada kurang dari 95 mg/dL (5.3 mmol per liter) sebelum makan dan kurang
dari 140 dan 120 mg/dL (7.8 dan 6.7 mmol per liter) pada saat satu dan dua jam
setelah makan. Beberapa klinis menggunakan target glikemia yang lebih ketat
lagi, walaupun penatalaksanaan yang terlalu agresif tanpa preseleksi ibu dengan
janin besar, dapat meningkatkan angka kelahiran bayi kecil sesuai masa
kehamilan.(24)
Pemantauan glukosa darah di rumah dengan memory-capable meters
tampaknya lebih unggul daripada pemantauan dengan strip baca (read strips)dalam mengidentidikasi konsentrasi gula darah yang tetap meningkat ketika
mereka menjalani terapi diet. Penatalaksanaan berdasarkan hiperglikemia
maternal sendiri telah dihitung mempunyai biaya yang efektif.(25)
Karena hanya sebagian kecil kasus janin yang dilahirkan dari ibu penderita
DMG berada pada risiko morbiditas yang disebabkan hiperglikemia, beberapa
peneliti telah mengkombinasikan pemeriksaan glikemia maternal dengan
pemeriksaan fetus untuk mengidentifikasi kehamilan yang berada dalam risiko
morbiditas perinatal. Satu pendekatan tersebut menggunakan pemeriksaan
konsentrasi fruktosamin serum untuk mengidentifikasi wanita dengan kehamilan
risiko renda. Selanjutnya, pengukuran insulin dalam cairan amnion dapat
mengidentifikasi janin dengan hiperinsulinisme. Pendekatan lain menggunakan
pengukuran glukosa serum puasa yang didapatkan setiap satu sampai dua minggu
5/13/2018 BAB II Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-55a74defa5c38 21/24
23
untuk mengidentifikasi wanita yang mempertahankan konsentrasi glukosa kurang
dari 105 mg/dL (5.8 mmol per liter) ketika mendapatkan terapi diet. Pengukuran
sirkumferensia abdomen janis pada awal trimester ketiga digunakan untuk
mengidentifikasi sebagian kecil fetus yang berada pada risiko makrosomia pada
masa aterm. Besarnya kasus makrosomia dan komplikasi perinatal menurun
dengan dilakukannya pendekatan ini.(26)
Wanita yang pada dirinya terdapat tanda morbiditas janin (menurut
pendekatan yang berdasarkan pada karakteristik fetus) atau yang pada dirinya
terdapat konsentrasi gula dara melebihi sasaran) dapat ditangani dengan lebih
intensif, biasanya menggunakan insulin. Terapi insulin menurunkan frekuensi
makrosomia fetus dan morbiditas perinatal. Pada pertimbangan ini, terapi insulin
untuk mencapai konsentrasi glukosa darah post prandial kurang dari 140 mg/dL
memberikan kadar gula darah rata-rata yang lebih rendah dan keadaan klinis
perinatal yang lebih baik dari pada terapi untuk mempertahankan konsentrasi gula
darah preprandial kurang dari 105 mg/dL.(26) Lebih jauh dari itu, kasus
makrosomia telah menurun dengan pemberian insulin dengan cara mengurangi
konsentrasi gula darah preprandial kira-kira sebesar 80 mg/dL (.4 mmol per liter)
pada wanita yang janinnya telah teridentifikasi berada pada risiko makrosomia
dengan pemeriksaan USG janin. Dengan demikian, waktu pengukuran glukosadarah, sasaran glukosa darah yang hendak dicapai dan karakteristik pertumbuhan
janin semuanya harus dipertimbangkan dalam merencakanan terapi insulin.(27)
Pilihan lain untuk mengintensifkan penatalaksanaan meliputi modifikasi diet yang
telah disebutkan di atas dan latihan aerobik.(28)
2. Rute dan Waktu Kelahiran
Diabetes mellitus gestasional bukan merupakan indikasi persalinan sectio
secarea. Sekalipun demikian, besarnya persalinan sectio secarea di antara wanita
penderita DMG lebih besar dua kali lipat daripada wanita bukan penderita DMG.
Peningkatan tersebut mungkin disebabkan oleh peningkatan jumlah janin dengan
makrosomia. Namun, pengetahuan bahwa ibunya menderita DMG atau telah
ditangani dengan insulin, dapat meningkatkan kesempatan sectio secarea. Untuk
mengurangi morbiditas iatrogenik tersebut, rute persalinan pada wanita yang
5/13/2018 BAB II Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-55a74defa5c38 22/24
24
ditangani secara baik seharusnya berdasarkan pertimbangan yang sama antara ibu
dan janin yang dapat diterapkan pada wanita hamil bukan penderita diabetes.(29)
Waktu persalinan, pada ketiadaan masalah pada ibu dan janin, seharusnya
berdasarkan pola pertumbuhan janin dan risiko yang berhubungan dengan induksi
persalinan dan kelahiran prematur. Pada salah satu studi, induksi persalinan rutin
pada masa gestasi 38 minggu lengkap menyebabkan kelahiran yang lebih awal
dan proporsi bayi yang lebih kecil lebih masa kehamilan daripada menunggu
persalinan secara spontan menjelas masa gestasi 41 minggu lengkap. Di antara
wanita yang persalinannya diinduksi, tidak ada satu pun jumlah sectio secarea (25
persen vs 31 persen di antara wanita yang persalinannya tidak diinduksi), maupun
frekuensi distosia bahu yang jumlahnya besar.(30)
Surfactant-deficient respiratory distress syndrome jarang pada bayi cukup
umur yang dilahirkan dari ibu DMG. Uji maturasi paru janin tidak dianjurkan
setelah masa kehamilan 38 minggu pada kasus di mana terdapat perhitungan masa
kehamilan yang dapat dipercaya dan kontrol gula darah maternal yang baik.(31)
3. Pasca Kelahiran
Terdapat bukti epidemiologi bahwa seorang janin yang terpajan DMG
intra uterin memiliki risiko yang tinggi terkena obesitas dan tolerasi glukosa
terganggu pada saat anak-anak dan dewasa. Hubungan yang dilaporkan tidak hanya pada wanita penderita diabetes tipe 1 atau 2 namun juga pada wanita
penderita DMG. Tidak terdapat intervensi yang dapat dilakukan untuk mencegah
komplikasi jangka panjang. Anjuran untuk perawatan anak-anak meliputi evaluasi
teratur tinggi badan, berat badan, konsentrasi glukosa darah, pemberian diet yang
tepat dan aktivitas fisik yang benar untuk mengurangi kecenderungan munculnya
obesitas.
Wanita penderita DMG mempunyai risiko diabetes melitus non
gestasional (DMNG) sebesar 17-63% dalam waktu 5-16 tahun setelah kehamilan.
Risiko diabetes terutama tinggi pada wanita yang menderita hiperglikemia yang
nyata selama atau segera seteralah kehamilan, wanita yang gemuk dan wanita
yang menderita DMG yang didiagnosis sebelum masa kehamilan 24 minggu.(32)
5/13/2018 BAB II Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-55a74defa5c38 23/24
25
Pemeriksaan fisiologik pada wanita penderita DMG menunjukkan
kapasitas yang terbatas pada sel beta pankreas untuk meningkatkan sekresi insulin
dalam mengkompensasi resistensi insulin. Sekresi insulin yang buruk selama
kehamilan bernilai prediktif selama persalinan. Defek sel beta dapat disebabkan
otoimunitas terhadap pankreas pada sejumlah kecil kasus, kebanyakan
penyebabnya masih tidak diketahui.(33)
Pertambahan berat badan dan jumlah kehamilan dalam meningkatkan
risiko diabetes setelah DMG, mengisyaratkan bahwa resistensi insulin dapat
mempercepat penurunan fungsi sel beta yang cenderung menyebabkan diabetes.
Penanganan wanita yang mempunyai riwayat DMG harus meliputi usaha untuk
mengurangi resistensi insulin (olahraga, mempertahankan berat badan normal dan
menghindari obat-obat yang menginduksi resistensi insulin). Konsentrasi glukosa
darah harus dinilai kembali setelah persalinan dan sedikitnya setiap tiga tahun
setelah persalinan sesuai anjuran American Diabetes Association untuk
mendeteksi diabetes pada subjek yang berisiko tinggi. Pemeriksaan harus
dilakukan lebih sering pada wanita yang mempunyai gangguan gula darah puasa
atau konsentrasi gula darah setelah pembebanan.
Akhirnya, wanita dengan riwayat DMG harus menggunakan kontrasepsi
yang efektif untuk mengurangi kemungkinan kehamilan yang disertaihiperglikemia yang tidak ditangani dengan baik, yang akan meningkatkan risiko
defek lahir pada janin mereka. Penatalaksanaan jangka panjang dengan
kontrasepsi oral kombinasi dosis rendah tampaknya tidak meningkatan risiko
diabetes setelah DMG. Intra uterin device (IUD) merupakan kontrasepsi yang
paling efektif yang secara metabolik bersifat netral. Sebaliknya penggunaan
kontrasepsi yang mengandung progestin selama masa menyusui dapat
meningkatkan risiko diabetes.(34)
4. Prognosis
Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur
hidup. Dalam pengelolaan penyakit tersebut selain dokter, perawat, ahli gizi serta
tenaga kesehatan lain, peran pasien dan keluarga menjadi sangat penting. Edukasi
kepada pasien dan keluarganya guna memahami lebih jauh tentang perjalanan
5/13/2018 BAB II Tinjauan Pustaka - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/bab-ii-tinjauan-pustaka-55a74defa5c38 24/24
26
penyakit DM, pencegahan, penyulit DM, dan penatalaksanaannya akan sangat
membantu meningkatkan keikutsertaan mereka dalam usaha memperbaiki hasil
pengelolaan.
Diabetes melitus memang merupakan penyakit metabolik yang dapat
menimbulkan berbagai komplikasi yang tentunya akan mempengaruhi kualitas hidup
penyandangnya sehingga perlu mendapatkan perhatian serius dari semua pihak.
Sampai saat ini memang belum ditemukan cara atau pengobatan yang dapat
menyembuhkannya diabetes secara total. Namun harus diingat Diabetes dapat
dikendalikan, dengan cara: diet, olahraga dan dengan menggunakan obat
antidiabetik. Pengobatan Diabetes ini sangat spesifik dan individual untuk masing-
masing pasien. Modifikasi gaya hidup sangat penting untuk dilakukan, tidak hanya
untuk mengontrol kadar glukosa darah namun bila diterapkan secara umum
diharapkan dapat menurunkan prevalensi Diabetes melitus baik di Indonesia
maupun di dunia di masa yang akan datang.(16, 17)