42
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Inventarisasi Echinodermata Inventarisasi adalah kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan fakta mengenai sumber daya alam untuk perencanaan pengelolaan sumber daya tersebut. Kegiatan inventarisasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang jenis-jenis hewan yang ada di suatu daerah. Kegiatan inventarisasi meliputi kegiatan eksplorasi dan identifikasi (Yuniarti, 2011). Echinodermata berasal dari bahasa Yunani Echinos artinya duri, derma artinya kulit. Secara umum Echinodermata berarti hewan yang berkulit duri. Hewan ini memiliki kemampuan autotomi serta regenerasi bagian tubuh yang hilang, putus atau rusak. Semua hewan yang termasuk dalam kelas ini bentuk tubuhnya simetri radial dan kebanyakan mempunyai endoskeleton dari zat kapur dengan memiliki tonjolan berupa duri (Jasin. 1984). Echinodermata dapat dijumpai hampir di seluruh perairan pantai, mulai dari daerah pasang surut sampai perairan dalam dengan kedalaman antara 0,5 sampai 40 meter. Menurut Radjab (2014) Echinodermata lebih menyukai perairan yang jernih dan relatif tenang. Pada umumnya setiap jenis memiliki habitat yang spesifik, seperti misalnya Holothuria scabra yang sering dijumpai di daerah berpasir atau pasir berlumpur yang banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Inventarisasi ...eprints.umm.ac.id/35039/3/jiptummpp-gdl-desitriwah-47421-3-babii.pdf · data tentang jenis-jenis hewan yang ada di suatu

Embed Size (px)

Citation preview

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Inventarisasi Echinodermata

Inventarisasi adalah kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan

fakta mengenai sumber daya alam untuk perencanaan pengelolaan sumber

daya tersebut. Kegiatan inventarisasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan

data tentang jenis-jenis hewan yang ada di suatu daerah. Kegiatan

inventarisasi meliputi kegiatan eksplorasi dan identifikasi (Yuniarti, 2011).

Echinodermata berasal dari bahasa Yunani Echinos artinya duri,

derma artinya kulit. Secara umum Echinodermata berarti hewan yang

berkulit duri. Hewan ini memiliki kemampuan autotomi serta regenerasi

bagian tubuh yang hilang, putus atau rusak. Semua hewan yang termasuk

dalam kelas ini bentuk tubuhnya simetri radial dan kebanyakan mempunyai

endoskeleton dari zat kapur dengan memiliki tonjolan berupa duri (Jasin.

1984).

Echinodermata dapat dijumpai hampir di seluruh perairan pantai,

mulai dari daerah pasang surut sampai perairan dalam dengan kedalaman

antara 0,5 sampai 40 meter. Menurut Radjab (2014) Echinodermata lebih

menyukai perairan yang jernih dan relatif tenang. Pada umumnya setiap

jenis memiliki habitat yang spesifik, seperti misalnya Holothuria scabra

yang sering dijumpai di daerah berpasir atau pasir berlumpur yang banyak

9

ditumbuhi lamun. Padang lamun, pasir dan ekosistem terumbu karang

merupakan habitat tempat hidup berbagai jenis biota laut.

Echinodermata menempati berbagai zona di daerah padang lamun,

zona pertumbuhan alge, zona tubir dan lereng terumbu karang. Faktor

fisik kimia laut meliputi salinitas, pH, arus, suhu, dan kecerahan yang

selalu berubah-ubah sangat berpengaruh terhadap kehidupan organisme di

daerah pasang surut. Faktor penting lain yang mempengaruhi sebaran

Echinodermata adalah topografi rataan suatu pulau di samping pakan dan

cara makan. Selanjutnya dikatakan bahwa densitas hewan laut bergantung

pada temperatur, salinitas, arus, kondisi substrat dan habitat sangat

menentukan sebaran echinodermata (Aziz, 1996)

Habitat Echinodermata dapat ditemui hampir semua ekosistem laut.

Namun ekosistem yang paling tinggi terdapat pada terumbu karang di zona

pasang sururt. Hal ini dipengaruhi oleh faktor fisik dan kimia pada

masing-masing daerah. Menurut Nybakken (1987) mengemukakan bahwa,

dari semua pantai pasang surut, pantai berbatu yang tersusun dari bahan

keras merupakan daerah yang paling padat mikroorganismenya dan

mempunyai keanekaragaman terbesar baik untuk spesies hewan maupun

tumbuhan. Diketahui bahwa komunitas hewan Echinodermata di alam bebas

memiliki ukuran populasi yang tidak sama karena dalam komunitas itu

terjadi interaksi spesies yang tinggi.

Echinodermata merupakan salah satu hewan yang sangat penting

dalam ekosistem laut dan bermanfaat sebagai salah satu komponen dalam

10

rantai makanan, pemakan sampah organik dan hewan kecil lainnya.

Menurut Dahuri (2003) jenis-jenis Echinodermata dapat bersifat pemakan

seston atau pemakan destritus, sehingga peranannya dalam suatu ekosistem

untuk merombak sisa-sisa bahan organik yang tidak terpakai oleh spesies

lain namun dapat dimanfaatkan oleh beberapa jenis Echinodermata. Selain

itu Echinodermata mengandung unsur-unsur kimia yang memiliki nilai

tinggi di bidang pangan, obat-obatan dan sering dijadikan barang koleksi

hiasan yang indah.

2.2 Sistematika Phylum Echinodermata

Berdasarkan pengelompokannya Phylum Ecinodermata masih sangat

beragam. Terbukti dengan banyaknya perbedaan pendapat dari beberapa

pakar yang ditulis dalam beberapa buku.

Menurut Campbell (2012) Echinodermata yang masih ada terbagi

menjadi lima kelas yaitu Asteroidea (bintang laut), Ophiuroidea (bintang

mengular), Echinoidea ( bulu babi dan dolar pasir), Crinoidea ( lilia laut dan

bintang bulu), Holothuroidea (teripang) dan Concentrycycloidea (aster laut).

Menurut Kastawi (2005) Echinodermata yang masih ada terbagi

menjadi lima kelas yaitu Asteroidea (bintang laut), Ophiuroidea (bintang

mengular), Echinoidea ( landak laut), Crinoidea ( lilia laut dan bintang bulu),

Holothuroidea (teripang).

Menurut Jasin (1984) Kelompok utama Echinodermata terdiri dari

lima kelas, yaitu kelas Asteroidea (bintang laut) contoh: Archaster typicus,

11

kelas Ophiuroidea (Bintang Ular) contoh: Amphiodiaurtica, kelas

Echinoidea (Landak Laut) contoh: Diademasetosium, kelas Crinoidea (lilia

laut) contoh: Antedon-rosacea, dan kelas Holothuroidea (Tripang Laut)

contoh: Holothuriascabra.

2.3 Morfologi dan Anatomi Phylum Echinodermata

Menurut Kastawi (2005) Echinodermata yang masih ada terbagi

menjadi lima kelas yaitu Asteroidea (bintang laut), Ophiuroidea (bintang

mengular), Echinoidea ( landak laut), Crinoidea ( lilia laut), Holothuroidea

(teripang). Adapun susunan anatomi dan morfologi dapat dijelaskan menurut

beberapa ahli yaitu sebagai berikut :

2.3.1 Morfologi dan Anatomi Asteroidea (Bintang Laut)

Bintang laut mempunyai kulit yang ditutupi oleh duri-duri halus

sehingga tergolong ke dalam filum Echinodermata (echinos = duri, derma

= kulit). Menurut Fitriana (2010) seringkali bintang laut ditemukan

mempunyai lima lengan, kadang juga terlihat hanya empat bahkan enam

lengan. Jika salah satu lengan terputus maka lengan baru akan terbentuk

dengan segera karena adanya daya regenerasi hewan ini. Secara umum,

hewan ini mempunyai badan relatif tipis. Jika pada bagian dorsal ditemukan

madreporit dan anus maka pada ventral ditemukan mulut serta kaki

tabung (kaki ambulakral) pada setiap lengannya. Madreporit adalah

sejenis lubang yang mempunyai saringan dalam menghubungkan air laut

dengan sistem pembuluh air dan lubang kelamin. Kondisi lengan yang

12

kaku serta menyukai habitat dengan substrat yang berpasir membuatnya

mudah dibedakan dengan bintang ular laut. Hewan ini sering ditemukan

hidup dalam kelompok kecil dengan membenamkan diri di dalam pasir.

Jika air laut surut, seringkali biota ini terjebak di genangan air yang

dangkal.

Bintang laut adalah hewan yang mempunyai rongga tubuh

sebenarnya dan sistem pencernaan yang lengkap. Makanan berupa bahan

organik dan plankton masuk melalui mulut menuju esofagus dan lambung

yang bercabang menuju setiap lengan. Sisa pencernaan akan dikeluarkan

melalui anus yang terdapat pada aboral (bagian dorsal) tubuh (Gambar

2.1 dan 2.2)

Gambar 2.1 Kelas Asteroidea Gambar 2.2 Kelas Asteroidea

(Sumber : Fitriana. 2010) (Sumber : http: //Asteroidea)

Bintang laut termasuk hewan yang mempunyai daya regenerasi yang

tinggi. Bila satu lengan terpotong maka bagian yang hilang akan segera

dibentuk kembali dalam beberapa waktu. Mereka biasa hidup membentuk

kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari beberapa individu. Hewan

ini kadang tidak terlihat dari permukaan air karena bersembunyi dengan

cara membenamkan diri dalam timbunan pasir (Fitriana, 2010).

13

Berikut ini adalah tiga contoh Genus dari kelas Asteroidea:

1. Archaster typicus

Gambar 2.3 Archaster typicus

(Sumber : http://Archaster+typicus)

Archaster typicus memiliki sisi aboral yang terdiri atas madreporit

sebagai sistem sirkulasi air dan anus. Pada bagian oral dapat

ditemukan mulut, bukaan ambulakral dan kaki tabung berbentuk

silinder. Warna dari Bintang laut ini yaitu abu-abu dan cokelat

bintik-bintik. Tubuh A.typicus ditutupi oleh duri-duri pada bagian

inferolateral. Bintang laut ini biasanya memiliki lima buah lengan

dengan tubuh yang pipih. Lengan A.typicus berbentuk runcing dan

umumnya terdapat belang cokelat yang melintang. Spesies ini

memiliki warna duri putih, berbentuk tumpul dan pipih. Klasifikasi dari

biota laut ini yaitu:

Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Asteroidea Ordo : Valvatida Famili : Archasteridae Genus : Archaster Spesies : A.typicus (Clark dan Rowe 1971).

14

Distribusi dari spesies ini terdapat di selatan Samudera Hindia,

Mascarene, timur Afrika (Madagaskar) Maldive, Teluk Bengal, timur

India, utara Australia, Filipina, Cina, Jepang, selatan Pasifik dan Hawai

(Clark dan Rowe 1971).

2. Culcita novaeguineae

Gambar 2.4 Culcita novaeguineae

(Sumber : Radjab. 2014)

Bintang laut ini berbentuk seperti bantal pentagonal yang tebal

dan berat. C. novaeguineae memiliki lengan yang pendek dan warna

tubuh yang beragam. Bintang laut ini memiliki warna tubuh hijau

kecokelatan dan dipenuhi oleh granul-granul. Pada bagian oral terdapat

mulut, bukaan ambulakral dan kaki tabung sedangkan pada bagian aboral

terdapat anus dan madreporit. Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu:

Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata, Kelas : Asteroidea Ordo : Valvatida Famili : Oreasteridae, Genus : Culcita, Spesies : C.novaeguineae

Distribusi dari C.novaeguineae yaitu terdapat di Micronesia (Chuuk,

Kosrae, Yap), selatan Jepang, selatan Cina, Filipina, Guam, Palau,

15

Pulau Marshall, Hawai, utara Australia, Teluk Bengal, Indo-Wedt

Pasifik, dan timur Afrika (Madagaskar) (Lee dan Shin 2014).

3. Linckia laevigata

Gambar 2.5 Linckia laevigata

(Sumber : Radjab. 2014)

Linckia laevigata merupakan salah satu Asteroidea yang termasuk

dalam famili Ophidiasteridae. Bintang laut ini memiliki lima buah

lengan berbentuk silindris dan tumpul pada ujungnya. Pada bagian

aboral, L.laevigata memiliki madreporit sedangkan bukaan ambulaklar

dan mulut terdapat di bagian oral. Bintang laut ini memiliki granul-

granul kecil yang menutupi cakramnya. Pada umumnya L.laevigata

memiliki warna biru pada bagian aboral. Klasifikasi dari biota laut

ini, yaitu :

Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Asteroidea Ordo : Valvatida Famili : Ophidiasteridae Genus : Linckia Spesies : L.laevigata (Lee dan Shin 2014).

16

Distribusi dari L.laevigata yaitu terdapat di Micronesia (Chuuk,

Kosrae, Yap), Korea (Pulau Jeju), Taiwan, selatan Cina, Hongkong,

Guam, Australia, Indo-West Pasifik, timur Afrika (Madagaskar,

Mauritius), dan Laut Merah (Lee dan Shin 2014).

2.3.2 Morfologi dan Anatomi Ophiuroidea (Bintang Mengular)

Bintang mengular memiliki cakram pusat yang jelas serta lengan-

lengan yang panjang dan fleksibel. Mereka terutama bergerak dengan

mencambukkan lengan-lengannya dengan gerakan yang mirip ular. Dasar

kaki tubuh dari bintang mengular tidak memiliki cakram pipih seperti yang

ditemukan pada bintang laut namun menyekresikan zat-zat kimia yang

adhesif. Oleh karena itu, seperti bintang laut dan Echinodermata yang lain,

bintang mengular dapat menggunakan kaki tabungnya untuk

mencengkeram substrat. Beberapa spesies merupakan pemakan suspensi;

sedangkan yang lain merupakan predator atau pemakan bangkai

(Campbell. 2012)

Gambar 2.6 Kelas Ophiuroidea Gambar 2.7 Kelas Ophiuroidea

(Sumber :http://anatomi-tubuh-bintang-ular) (Sumber : http://Ophiuroidea)

17

Berikut ini adalah tiga contoh Genus dari kelas Ophiuroidea:

1. Ophiactis savignyi

Gambar 2.8 Ophiactis savignyi (Sumber : http:// Ophiactis+ savignyi)

Ophiactis savignyi termasuk dalam famili Ophiactidae dengan

karakteristik memiliki gigi yang luas berbentuk persegi. Bintang

mengular tidak memiliki anus sehingga pada bagian aboral hanya

terdapat kulit bergranul yang membungkus cakram. Pada bagian oral

terdapat mulut yang bertindak sebagai organ pencernaan dan organ

ekskresi. Bintang mengular ini memiliki enam buah lengan dan warna

tubuh hijau keputihan. Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu:

Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Ophiuroidea Ordo : Ophiurida Famili : Ophiactidae Genus : Ophiactis Spesies : O.savignyi (Clark dan Rowe 1971).

Distribusi dari O.savignyi terdapat di Tropikal Indo-Pasifik,

Pakistan, Maldive, timur India, utara Australia, Filipina, Cina, Selatan

18

Jepang, Atlantik Tropikal, India, dan Samudera Pasifik (Clark dan Rowe

1971).

2. Ophiocoma erinaceus

Gambar 2.9 O. erinaceus

(Sumber : http://Ophiochoma+erinaceus)

Bintang mengular ini memiliki karakteristik cakram yang ditutupi

oleh granul berwarna hitam pada bagian aboral, terdapat tooth papillae

dan seri oral papillae pada bagian mulutnya. Memiliki lengan sederhana

sebanyak lima buah dengan arm spines teratas berbentuk cigarshaped.

O. erinaceus memiliki dua buah tentacle scales pada bagian ventral.

Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu:

Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Ophiuroidea Ordo : Ophiurida Famili : Ophiocomidae Genus : Ophiocoma Spesies : O.erinaceus (Clark dan Rowe 1971).

Distribusi dari O.erinaceus terdapat di Saipan, Maldive, timur India,

Samudera India, Mascarene, Madagaskar, Arabia, utara Australia,

Filipina, Cina, selatan Jepang, selatan Pasifik, Hawai, Samudera Indo-

Pasifik, dan Laut Merah (Clark dan Rowe 1971).

19

3. Amphiura sp.

Gambar 2.10 Amphiura sp (Sumber : http://Amphiura)

Bintang mengular ini termasuk dalam famili Amphiuridae dengan

karakteristik memiliki infradental papillae pada setiap rahangnya. Bintang

mengular ini memiliki warna putih transparan dengan 6 buah arms spine

yang sederhana. Tubuh bintang mengular ini ditemukan dengan ukuran

yang sangat kecil dan memiliki satu buah tentacle scale pada bagian

arm spine. Adapun klasifikasi dari bintang mengular ini yaitu:

Kingdom : Animalia, Filum : Echinodermata, Kelas : Ophiuroidea, Ordo : Ophiurida, Famili : Amphiuridae, Genus : Amphiura (Clark dan Rowe 1971).

Distribusi dari genus Amphiura terdapat di Persian Gulf, barat

Samudera India, Arabia, Teluk Bengal, timur India, utara Australia,

Filipina, Samudera Indo-Pasifik, Cina, Jepang, selatan Pasifik, timur

Afrika (Madagaskar) dan Laut Merah (Clark dan Rowe 1971).

20

2.3.3 Morfologi dan Anatomi Echinoidea ( Bulu Babi)

Bulu babi merupakan biota laut penghuni ekosistem terumbu karang

dan padang lamun yang sangat umum dijumpai di perairan dangkal. Biota

ini tersebar luas mengikuti penyebaran terumbu karang. Bulu babi

mempunyai ciri lainnya adalah mulutnya yang terdapat di permukaan

oral dilengkapi dengan 5 buah gigi sebagai alat untuk mengambil

makanan. Hewan ini pada umumnya merupakan herbivora, yang

memakan alga dan lamun. Namun, pada kondisi perairan yang berbeda

hewan ini dapat bersifat omnivora (Aziz 1987).

Tubuh bulu babi berbentuk agak bulat seperti bola dengan cangkang

yang keras berkapur dan dipenuhi duri-duri. Duri-duri terletak berderet

dalam garis-garis membujur dan dapat di gerakkan. Mulut terletak di

bawah menghadap ke bawah dan anus terletak diatas menghadap ke

atas di puncak cangkang yang membulat (Sugiarto & Supardi 1995).

Tubuh bulu babi sendiri terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian oral,

aboral, dan bagian diantara oral dan aboral. Pada bagian tengah sisi aboral

terdapat sistem apikal dan pada bagian tengah sisi oral terdapat sistem

peristomial (Birkeland 1989). Lempeng-lempeng ambulakral dan

interambulakral berada diantara sistem apikal dan sistem peristomial. Di

tengah-tengah sistem apikal dan sistem peristomial termasuk lubang

anus yang dikelilingi oleh sejumlah keping anal (periproct) termasuk

diantaranya adalah keping-keping genital. Salah satu diantara keping

genital yang berukuran paling besar merupakan tempat bermuaranya

21

sistem pembuluh air (waste vascular system). Sistem ini menjadi ciri khas

Filum Echinodermata, berfungsi dalam pergerakan, makan, respirasi, dan

ekskresi (Aziz 1987).

Sedangkan pada sistem peristomial terdapat pada selaput kulit

tempat menempelnya organ “lentera aristoteles”, yakni semacam rahang

yang berfungsi sebagai alat pemotong dan penghancur makanan. Organ ini

juga mampu memotong cangkang teritip, molusca ataupun jenis bulu babi

lainnya. Di sekitar mulut bulu babi beraturan kecuali ordo Cidaroidea

terdapat lima pasang insang yang kecil dan berdinding tipis (Aziz. 1987)

Tubuh bulu babi memiliki satu rongga utama yang berisi lentera

aristoteles dan organ pencernaan. Lentera aristoteles terdiri dari lima

buah gigi yang disatukan oleh suatu substansi berkampur dan dikelilingi

oleh otot pengulur dan penarik. Otot ini berperan mengatur pergerakan

gigi (Sugiarto & Supardi1995). Lentera aristoteles berfungsi seperti

mulut dan gigi yang bertugas mengambil, memotong dan menghaluskan

makanan, Esophagus, usus halus, usus besar dan anus tersusun

melingkari lentera aristoteles membentuk suatu sistem pencernaan

(Thamrin 2011). Pada bulu babi D. setosum kaki tabung memiliki

banyak fungsi. Selain untuk bergerak, kaki tabung juga digunakan sebagai

indera peraba, organ respirasi dan tempat pengeluaran air dari tubuh (Aziz

& Sugiarto 1994).

22

Gambar 2.11 Kelas Echinoidea Gambar 2.12 Kelas Echinoidea

(Sumber :http://anatomi-tubuh-bulu-babi) (Sumber :http://Echinoidea)

Berikut ini adalah contoh Genus dari kelas Echinoidea:

1. Diadema setosum

Gambar 2.13 Diadema sitosum

(Sumber : Radjab. 2014)

Diadema setosum merupakan salah satu Echinoidae yang termasuk

dalam famili Diadematidae. Bulu babi ini memiliki dua sisi, yaitu aboral

dan oral. Pada bagian aboral terdapat anal ring berwarna jingga dan terdapat

warna biru atau hijau pada bagian genital, sedangkan pada bagian oral

terdapat mulut. Diadema setosum ini memiliki warna hitam di seluruh

tubuhnya dengan duri-duri primer yang panjang dan meruncing.

23

D.setosum merupakan bulu babi regularia karena memiliki tubuh yang

membulat secara horizontal. Klasifikasi dari biota laut ini yaitu :

Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Echinoidea Ordo : Diadematoida Famili : Diadematidae Genus : Diadema Spesies : Diadema setosum (Clark dan Rowe 1971).

Distribusi spesies ini meliputi Laut Mediterania, Samudra India

(Aldabra, Selatan India), Kenya, Madagaskar, Mozambique, Laut Merah,

Turki, Republik Mauritius, Tanzania dan Timur Afrika, Cina, selatan

Jepang, selatan Pasifik. Australia, Filipina, dan timur India (Clark dan

Rowe 1971).

2. Laganum laganum

Gambar 2.14 Laganum laganum

(Sumber : http://Laganum+laganum)

Laganum laganum atau yang biasa dikenal dengan sebutan Sand

Dollar merupakan salah satu spesies yang termasuk ke dalam famili

Laganidae. Echinoidea ini berbeda dengan yang lainnya karena memiliki

tubuh yang pipih, duri yang pendek dan termasuk dalam bulu babi

24

irregularia. Pada sisi aboral, bulu babi ini memiliki struktur tubuh yang

menyerupai asteroidea. Pada sisi oral terdapat mulut yang terletak pada

bagian tengah. L.laganum memiliki warna tubuh hijau kecoklatan.

Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu:

Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Echinoidea Ordo : Clypeasteroida Famili : Laganidae Genus : Laganum Spesies : L. laganum (Lee dan Shin 2014).

Distribusi spesies L.laganum meliputi Teluk Bengal, timur India,

Filipina dan selatan Australia (Clark dan Rowe 1971), Micronesia

(Chuuk), selatan Jepang, selatan Cina, Hawai, selatan Pasifik, utara

Australia, Indo-West Pasifik, selatan Samudra India (Lee dan Shin 2014).

3. Mespilia globulus

Gambar 2.15 Mespilia globulus

(Sumber : http://Mespilia+globulus)

Mespilia globulus salah satu bulu babi regularia yang memiliki

tubuh yang membulat. Mespilia globulus memiliki warna hitam pada

lempengnya dan cokelat pada duri. Duri-duri primer yang dimiliki bulu babi

ini pendek, keras dan dituutpi oleh kulit yang tipis. Memiliki sisi aboral

25

yang terdapat anus sedangkan sisi oral yang terdapat mulut. Klasifikasi dari

biota laut ini, yaitu:

Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Echinoidea Ordo : Camarodonta Famili : Temnopleuridae Genus : Mespilia Spesies : M.globulus (Lee dan Shin 2014).

Distribusi dari M.globulus meliputi dari Teluk Bengal, timur India,

utara Australia, selatan Pasifik (Clark dan Rowe 1971), Micronesia

(Chuuk, Kosrae, Yap), Korea (Pulau Jeju), selatan Jepang, stlatan Cina,

Filipina, Guam, Hawai, IndoWest Pasifik, Timur Afrika, dan Laut Merah

(Lee dan Shin 2014).

2.3.4 Morfologi dan Anatomi Crinoidea ( Lilia Laut dan Bintang Bulu)

Lilia Laut biasa dinamakan demikian karena bentuknya mirip dengan

bunga lili, sedangkan yang tidak bertangkai dinamakan bintang bulu atau

feather star karena bentuk tangan-tangannya seperti bulu unggas. Crinoid

merupakan satu-satunya Echinodermata yang masih memiliki bentuk tubuh

mirip dengan nenek moyangnya, yaitu bagian oral menghadap ke atas.

Tubuhnya terdiri atas calyx, semacam mangkuk kecil yang tersusun dari

pelat-pelat kapur dan buah tangan yang panjang dan lentur. Pada

kebanyakan Crinoid, tangan tersebut bercabang-cabang pada pangkalnya

sehingga seolah-olah Crinoid tersebut memiliki 10 tangan, bahkan beberapa

memiliki percabangan lebih dari dua (Suwigyo, dkk. 1998).

26

Pada tiap tangan dan percabangannya terdapat apendiks beruas-ruas

yang disebut pinnule. Lekuk amburakral terdapat baik pada tangan cabang

maupun pinnul. Mulut Crinoid terletak di tengah bagian oral dan dikelilingi

oleh tangan-tangan. Makanan berupa palankton dan detritus. Sistem

pembuluh air sederhana, tidak ada madeprodit maupun ampula, saluran

cincin mengelilingi mulut, saluran batu pendek dan banyak dan

berhubungan dengan rongga tubuh.Reproduksi secara seksual, dioceus.

Gonad terletak pada pangkal beberapa pinnule atau pangkal tangan serta

pembuahan di air laut atau dierami (Suwigyo. 1998)

Gambar 2.16 Kelas Crinoidea Gambar 2.17 Kelas Crinoidea

(Sumber :http://anatomi+crinoidea) (Sumber :http://Crinoidea)

Berikut ini adalah contoh Genus dari kelas Crinoidea:

1. Antendon sp

Gambar 2.18 Antendon sp

(Sumber : http://Antendon)

27

Antedon sp. warna hewan ini sangat bervariasi, misalnya putih

seperti berlian, kuning, hijau dan cokelat. Biasanya hewan ini hidup melekat

pada batu karang dengan tangkai atau menggunakan alat pencengkram (siri)

apabila tidak mempunyai tangkai. Bentuk tubuhnya bisa menyerupai bunga

lili, bunga bakung atau bulu burung. Tubuhnya tersusun dari lempeng kapur

dan berbentuk cangkir (kaliks), dari kaliks ini tersembul lima lengan lentur.

Hewan ini memiliki bagian tentakel pendek dan masing-masing memiliki

pinula sehingga seperti bulu burung (daun bersirip).

Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu:

Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Crinoidea Ordo : Comatulida Famili : Antedonidae Genus : Antedon Spesies : Antedon mediterranea (Nofiani. 2011)

2. Metacrinus interruptus

Gambar 2.19 Metacrinus interuptus

(Sumber : http:// Metacrinus interruptus)

28

Metacrinus interruptus memiliki stalk atau tangkai yang berfungsi

untuk melekat pada dasar laut atau substrat. Mulut terletak pada daerh oral,

sedangkan anus pada daerah aboral. Pada bagaian oral terdapat lekukan

amburakral yang berisi tentakel seperti kaki bulu, fertilisasi berlangsung

secara internal, bahkan zigot berkembang didalam tubuh (Jasin, 1992)

Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu:

Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Crinoidea Ordo : Isocrinidia Famili : Isselicrinidae Genus : Metacrinus Spesies : Metacrinus interruptus (Nofiani. 2011)

2.3.5 Morfologi dan Anatomi Holothuroidea (Teripang)

Holothuroidea merupakan hewan bersimetri bilateral saat larva dan

simetri radial saat dewasa. Tubuhnya seperti timun dengan bagian ventral

berfungsi untuk pergerakan dan dibagaian dorsal terdapat papila sebagai alat

sensor. Tubuh holothuroidea memiliki otot melingkar dan otot memanjang.

Saluran pencernaan memanjang dalam rongga tubuh dan terdapat saluran

respirasi (respiratory tree) (Jasin. 1992)

Gambar 2.20 Kelas Holothuroidea Gambar 2.21 Kelas Holothuroidea

(Sumber : http://anatomi+holothuroidea) (Sumber : http:// holothuroidea)

29

Menurut Kastawi (2005) Holothuroidea biasanya berebentuk

memanjang atau dengan mulut terletak satu ujung dan anus terletak pada

ujung yang lain. Permukaan tubuh kesat. Endoskeleton tereduksi berupa

spikula berukuran mikroskopois atau lempeng-lempeng tertanam didalam

dinding tubuh. Mulut dikelilingi oleh sekumpulan tentakel. Podia atau kaki

tabung biasanya ada dan berfungsi untuk pergerakan. Saluran pencernaan

makanan berbentuk panjang dan berliku-liku dan kloaka biasanya dengan

pohon respirasi. Jenis kelamin terpisah dan kelenjar kelamin berupa berkas

tubulus tunggal atau berpasangan.

Berikut ini adalah contoh Genus dari kelas Holothuroidea:

1. Holothuria scabra

Gambar 2.22 Holothuria scabra

(Sumber : Jaeger dalam Paulay. 2014)

Holothuria scabra disebut juga teripang pasir atau teripang putih

adalah spesies teripang dalam Famili Holothuriidae. Semua teripang

cenderung memiliki tubuh simetri radial dan memiliki sistem vaskular air

yang beroperasi dengan tekanan hidrostatik, yang memungkinkan untuk

bergerak dengan menggunakan banyak pengisap yang dikenal sebagai kaki

30

tabung. H. scabra memiliki tubuh abu-abu hitam di sisi atas dengan

kerutan berwarna gelap tapi lebih pucat di bagian bawah. H. scabra

dapat tumbuh mencapai panjang empat sentimeter atau lebih. Tubuh ditutupi

oleh spikula berkapur dalam bentuk tablet dan tombol. Spesies ini tersebar

luar di perairan dangkal dengan dasar atau substrat lunak di Wilayah

IndoPasifik. Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu :

Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Holothuroidea Ordo : Aspidochirotida Famili : Holothuriidae Genus : Holothuria Spesies : H. scabra (Lee dan Shin 2014).

2. Holothuria impatiens

Gambar 2.23 Holothuria impatiens

(Sumber : Elfidasari. 2012)

Jenis Holothuria impatiens memiliki penampang tubuh bulat, sisi

ventral cenderung datar, dan lubang anus bulat. Warna tubuh adalah abu-

abu dengan belang berwarna hitam di punggungnya. Tubuhnya lunak dan

tipis. Tipe spikula yang ditemukan di bagian dorsal adalah tipe meja

dan kancing. Teripang ini biasanya ditemukan di sela pipa besar yang

permukaannya seperti batu. Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu :

31

Filum : Echinodermata Subfilum : Echinozoa Kelas : Holothuroidea Subkelas : Aspidochirotacea Ordo : Aspidochirotida Famili : Holothuriidae Genus : Holothuria Spesies : Holothuria impatiens (Elfidasari. 2012)

3. Holothuria atra.

Gambar 2.24 Holothuria atra

(Sumber : Elfidasari. 2012)

Holothuria atra Secara morfologi, teripang ini memiliki penampang

tubuh bulat, sisi ventral yang cenderung datar, dan lubang anus yang bulat.

Warna tubuh hitam kulit tubuhnya lembut dan tebal. Tipe spikula yang

ditemukan di bagian dorsal adalah tipe meja, roset, dan lempeng. Biasanya

sering ditemukan di daerah bersubstrat pasir kasar dan tubuhnya diselimuti

oleh pasir halus. Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu :

Filum : Echinodermata Subfilum : Echinozoa Kelas : Holothuroidea Subkelas : Aspidochirotacea Ordo : Aspidochirotida Famili : Holothuriidae Genus : Holothuria Spesies : Holothuria atra (Elfidasari. 2012)

32

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adaptasi

2.4.1 Pasang Surut

Pasang surut (intertidal) merupakan daerah laut yang dipengaruhi

oleh daratan. Zona ini memiliki faktor fisik maupun faktor kimia yang

mendukung semua organisme di dalamnya untuk dapat tumbuh dapat

berkembang dengan baik. Menurut Nyabakken (1988) mengemukakan

bahwa pasang surut adalah daerah pantai yang terletak antara pasang tinggi

dan surut terendah, daerah ini mewakili peralihan dari kondisi lautan ke

kondisi daratan. Zona ini luasnya sangat terbatas, tetapi banyak terdapat

variasi faktor lingkungan yang terbesar dibandingkan dengan daerah lautan

lainnya. karena itu keragaman organismenya sangat besar. Salah satu

hewan yang terdapat di zona intertidal adalah hewan yang termasuk dalam

filum Echinodermata.

Daerah pantai yang terpapar oleh sinar matahari pada saat pasang surut

menyebabkan daerah tersebut akan mengalami peningkatan air laut yang

maksimum dan pada saat pasang turun daerah tersebut akan mengalami

penurunan air laut sampai batas terendah (Smith, 1980).

Laut akan terjadi pasang dimana bumi terletak dekat dengan matahari

dan bulan, dan laut akan terjadi surut pada bagian itu letaknya jauh dari

matahari dan bulan. Pengaruh bulan lebih banyak dibandingkan dengan

matahari dalam aliran pasang surut ini, sebab kekuatan grafitasi kira-kira dua

seperempat kali dibandingkan dengan matahari (McNaughton dan Wolf,

1990).

33

Laut didominasi oleh berbagai macam gelombang dan oleh pasang surut

yang terjadi karena gaya tarik bulan dan matahari. Pasang surut terjadi di

kawasan pantai yang beragam dan padat. Pasang surut menyebabkan

keberkalaan (periodicity) dalam komunitas ini dan menimbulkan jam biologi

menurut ”hari bulan”, karena pasang surut berlangsung sekitar 12 ½ jam,

pasang surut terjadi 2 kali sehari dengan waktu keterlambatan sekitar 50 menit

pada hari berikutnya (Odum, 1993).

Pasang surut yang terjadi di bumi ini tidak hanya dipengaruhi oleh bulan

dan matahari, tetapi ada faktor lain yang memperumit keadaan pasut di bumi

kita. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah :

a. Tingkah laku gerakan air

b. Kecondongan bulan dan matahari yang berubah-ubah mengakibatkan

perbedaan tingginya paras air saat pasang disaat siang dan malam hari.

Kecondongan luar biasa menyebabkan terjadinya ketidaksamaan jarak

waktu, baik antara air pasang dan air surut berikutnya maupun antara air

surut dengan air pasang berikutnya.

c. Berubah-ubah jarak bulan dan bumi selama perputaran bulan mengelilingi

bumi menyebabkan gaya tariknya berubah-ubah juga.

d. Susunan dan letak antara daratan dan lautan juga mempengaruhi pasut.

e. Perbedaan tinggi rendahnya paras laut pada saat pasang dan surut

berikutnya yang dinamakan amplitudo.

34

Dalam kenyatannya berbagai lokasi bisa mempunyai ciri pasang surut

yang berbeda. Dua lokasi pantai yang terpisah sejauh 50 Km terkadang sudah

dapat menimbulkan ciri pasang surut yang berlainan (Nontji, 2005).

Menurut Nontji (2005) dilihat dari pola gerakan muka lautnya, pasang

surut di Indonesia dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu :

1. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide), pada jenis ini hanya terjadi satu

kali pasang dan satu kali surut setiap hari, hal ini misalnya terjadi pada

perairan selat Karimata, antara Sumatera dan Kalimantan.

2. Pasang surut harian ganda (semidiurnal tide), pada jenis ini setiap hari

terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya masing-masing

hampir sama, contohnya di perairan selat Malaka – laut andaman.

3. Pasang surut jenis campurancondong ke harian ganda (mixed tide prevailing

semidiurnal), sedangkan jenis ini setiap hari dua kali pasang dan dua kali

surut tetapi berbeda tinggi dan waktunya. Contohnya di Indonesia bagian

timur.

4. Pasang surut jenis campuran condong ke harian tunggal (mixed tide

prevailing diurnal), jenis ini setiap hari mengalami satu kali pasang dan dua

kali surut yang sangat berbeda tinggi dan waktunya. Contohnya pantai

selatan Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat.

Pertumbuhan biota laut di zona pasang surut sangat tinggi, disebabkan

karena daerah ini merupakan tempat berlindung dan tempat mencari makan.

Selain itu, kondisi lingkungan pada daerah ini sangat menguntungkan bagi

pertumbuhan laut karena adanya dukungan dari faktor fisik, kimia, dan

35

biologis laut. Menurut Soemodhiharjo (1990) faktor fisika-kimia laut meliputi

salinitas, pH, arus, suhu, dan kecerahan yang selalu berubuah-ubah sangat

berpengaruh terhadap kehidupan organisme di daerah pasang surut.

2.4.2 Suhu

Suhu udara mempunyai batas letal, sehingga organisme intertidal dapat

mati baik karena kedinginan maupun kepanasan. Sinar matahari kadang-

kadang kurang menguntungkan, sehingga membatasi organisme di pantai.

Sinar matahari yang mengandung panjang ultraviolet dapat membahayakan

jaringan hidup. Air akan dengan cepat menyerap panjang gelombang ini

sehingga dapat melindungi kebanyakan hewan laut, akan tetapi bagi hewan

intertidal mengalami keterbukaan yang langsung dengan sinar pada waktu

pasang-turun, sehingga makin tinggi letak organisme di intertidal, maka

semakin besar pula keterbukaan terhadap sinar (Nybakken, 1992).

2.4.3 Salinitas

Salinitas dipengaruhi oleh penguapan, air hujan, pergerakan dan

perpindahan massa air laut, dan terjadinya difussi. Ikan dan invertebrata

merupakan habitat laut estuarin dan merupakan habitat wilayah pasang surut

dan pasang naik yang mengatur tekanan osmotik di bawah kondisi salinitas

yang sering berubah. Kebanyakan spesies laut beradaptasi di dalam

lingkungan salinitas yang tinggi maupun salinitas yang rendah (Smith 1980).

Salinitas atau kadar garam dipengaruhi oleh curah hujan, tekanan air di dasar

dan evaporasi dipermukaan pantaiyang dipengaruhi oleh suhu dan angin

(Venberg & Venberg, 1972).

36

Sebaran salinitas air laut dipengaruhi oleh berbagai factor seperti pola

sirkulasi air, penguapan, curah hujan, aliran sungai, serta pengaruh

pengadukan. Beberapa kemungkinan yang mempengaruhi salinitas

diantarnya adalah 1) Perairan dengan salinitas kuat merupakan permukaan

air tawar tipis yang berada di atas sedangkan dibawahnya adalah air laut. Hal

seperti ini biasa ditemukan di muara dimana pengaruh pasang- surut kecil. 2)

Perairan dengan salinitas sedang, hal ini disebabkan adanya gerak pasang

surut yang menyebabkan terjadinya pengadukan sehingga terjadi pertukaran

air secara vertical. 3) Perairan dengan pengadukan vertical yang kuat

disebabkan oleh gerak pasang-surut sehingga mengakibatkan perairan

menjadi homogen secara vertical. Dikarenakan kendali pasang surut maka

salinitas disemua titik dapat berubah dengan drastis, bergatung pada

kedudukan pasang surut. Pada saat surut, salinitas di dominasi oleh air tawar

yang datang dari sungai, sedangkan pada saat pasang air lautlah yang paling

banyak mempengaruhi.

2.4.4 pH (Tingkat Keasaman dan Kebasaan)

Air laut memiliki sifat fisiko kimia yang khas. Air laut tersusun atas

kurang lebih 80% unsur, dengan pH antara 7,5-8,5. Unsur terbesar konsentrasi

ionnya adalah Na & Cl. Kedua unsur ini menentukan tingkat salinitas air laut,

yang biasa diukur dengan satuan per mill (0/oo). Konsentrasi seluruh bahan

padat terlarut dalam air laut disebut salinitas. Air laut permukaan memiliki

salinitas sebesar 32-38 0/oo, dan apabila daerah pantai akibat masuknya air

sungai / buangan limbah, salinitasnya sering menjadi lebih rendah (10-32

37

0/oo). Naik turunnya air laut dipengaruhi oleh penguapan, peleburan, dan

pembentukan es dikutub (Sidharta, 2000).

2.4.5 Cahaya (Intensitas Cahaya)

Banyaknya cahaya yang menembus permukaan laut dan menerangi

lapisan permukaan laut setiap hari dan perubahan intensitas dengan

bertambahnya kejelukan memegang peranan penting dalam menentukan

pertumbuhan fitoplankton. Menurut Romimohtarto (2001) cahaya mempunya

pengaruh besar secara tidak langsung, yakni sebagai sumber energi untuk

proses fotosintesis dan juga merupakan faktor penting dalam hubungannya

dengan perpindahan populasi hewan laut.

2.4.6 Jenis Substrat

Menurut Romimohtarto (2001), jenis substrat dasar perairan juga

mempengaruhi jenis hewan laut yang dapat hidup pada atau di dalam laut.

Berdasarkan atas tipe dasar atau substrat tersebut, maka klasifikasi

mintakat/zonasi pantai sebagai berikut:

a. Mintakat lumpur

Mintakat ini terjadi karena adanya aliran air yang mengandung lumpur

dari darat. Lumpur yang terbawa tersebut mengendap di perairan teluk yang

tenang atau estuari.

Kandungan oksigen di lingkungan ini rendah, karena partikel lumpur

ini padat dan tidak meninggalkan rongga untuk oksigen. Zat-zat organik yang

membusuk juga menghabiskan keberadaan oksigen dan kebanyakan yang

hidup di mintakat ini adalah bakteri.

38

b. Mintakat pasir

Pasir mempunyai ukuran yang lebih besar daripada partikel lumpur.

Dasar pasir ini memungkinkan air mengalir melalui partikel-partikel pasir

sehingga ada pertukaran oksigen sampai lapisan bawah dasar air. Gelombang

laut dapat memindahkan pasir saat menuju pantai. Perpindahan pasir ini

cenderung untuk bertindak sebagai pengerus. Oleh sebab itu hewan yang

hidup di lingkungan ini harus dilengkapi dengan cangkang yang kuat, mampu

bergerak bersama butiran pasir, atau memendam dalam bawah permukaan

pasir.

c. Mintakat cadas/batu

Pantai bercadas atau berbatu merupakan lingkungan yang mudah bagi

banyak biota laut untuk menyesuaikan diri. Daerah cadas ini memperoleh

oksigen yang bagus, banyak makanan dan tempat perlindungan yang bagus.

Jenis yang hidup disini umumnya jenis melekat. Melekat dengan alat lekat

yang kuat sperti alga, melekat dengan kaki hisapnya seperti beberapa keong

atau bersembunyi di sela-sela alat pelekat alga sperti jenis-jenis cacing.

d. Mintakat timbunan

Mintakat timbunan disini adalah tumpukan-tumpukan kayu dermaga,

galangan kapal dan bangunan-bangunan lain buatan manusia. Lingkungan ini

dianggap terpisah karena lingkungan ini tidak menunjang jenis kehidupan

yang terdapat di lingkungan lain. Contohnya adalah tiram pengebor, Teredo.

39

2.5 Lokasi Penelitian

Pantai Dadabong merupakan pantai berkarang dan berpasir yang

memiliki daerah pasang surut yang relatif panjang dari bibir pantai sampai batas

surut terjauh kurang lebih 150 m. Pantai Dadabong terletak di desa Hadiwarno

Kabupaten Pacitan yang masih terjaga kelestariannya dengan kondisi ekologi

Invertebrata yang relatif banyak. Selain itu, letak pantai Dadabong yang berada

dibalik tebing dan sulitnya akses menuju pantai menjadi penyebab terjaganya

pantai tersebut. Pantai Dadabong memiliki ekologi yang hampir mirip dengan

pantai-pantai diselatan Pulau Jawa. Ciri khas pantai dadabong adalah sepanjang

bibir pantai sampia batas terjauh zonasi terdiri dari batuan karang dan pasir

putih bersih serta ditumbuhi lamun.

Gambar 2.26 : Lokasi Penelitian Gambar 2.27 : Zonasi Pantai Dadabong

(sumber: Dokumentasi pribadi)

Area pengambilan sampel dalam kegiatan penelitian sebagian besar

merupakan perairan pantai jernih dengan substrat dominan pasir putih yang

ditumbuhi lamun dengan sedikit batuan karang. Menurut Nontji (1993)

Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem khas yang terdapat diperairan

40

tropis yang keanekaragaman biotanya sangat tinggi termasuk Echinoderamata.

Jenis Echinodermata yang banyak menghuni terumbu karang ialah teripang.

2.6 Sumber Belajar

2.6.1 Pengertian Sumber Belajar

Belajar-mengajar sebagai suatu proses merupakan suatu sistem yang

tidak terlepas dari komponen-komponen lain yang saling berinteraksi di

dalamnya. Salah satu komponen dalam proses tersebut adalah sumber belajar.

Sumber belajar itu tidak lain adalah daya yang bisa dimanfaatkan guna

kepentingan belajar-mengajar, baik secara langsung maupun secara tidak

langsung, sebagian atau secara keseluruhan. Menurut AECT (1977)

mengartikan sumber belajar sebagai semua sumber (data, manusia, dan

barang) yang dapat dipakai oleh pelajar sebagai suatu sumber tersendiri atau

dalam kombinasi untuk memperlancar belajar dan meliputi pesan, orang,

material, alat, teknik, dan lingkungan. Sumber belajar bahkan berubah

menjadi komponen sistem instruksional apabila sumber belajar itu diatur

sebelumnya (prestructured), didesain dan dipilih lalu dikombinasikan

menjadi suatu sistem instruksional yang lengkap sehingga mengakibatkan

belajar yang bertujuan dan terkontrol.

2.6.2 Jenis-jenis Sumber Belajar

Sumber belajar adalah semua sumber (baik berupa data, orang atau

benda) yang dapat digunakan untuk memberi fasilitas (kemudahan) belajar

bagi siswa. Sumber belajar ini bermanfaat dalam memberikan sumbangan

41

yang positif untuk peningkatan mutu pendidikan dan pembelajaran. Menurut

AECT dalam Asyhar (2012) terdapat enam macam sumber belajar yaitu

pesan, orang, bahan, alat, teknik dan latar /lingkungan.

1. Pesan, adalah pelajaran/informasi yang diteruskan oleh komponen lain

dalam bentuk ide, fakta, arti, dan data.

2. Orang, mengandung pengertian manusia yang bertindak sebagai

penyimpan, pengolah, dan penyaji pesan. Tidak termasuk mereka yang

menjalankan funsgi pengembangan dan pengelolaan sumber belajar.

3. Bahan, merupakan sesuatu (bisa pula disebut program atau software) yang

mengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat ataupun oleh

dirinya sendiri.

4. Alat, adalah sesuatu (biasa pula disebut hardware) yang digunakan untuk

menyampaikan pesan yang tersimpan di dalam bahan.

5. Teknik, berhubungan dengan prosedur rutin atau acuan yang disiapkan

untuk menggunakan bahan, peralatan, orang, dan lingkungan untuk

menyampaikan pesan.

6. Lingkungan (Latar), merupakan situasi sekitar di mana pesan diterima

Keenam sumber belajar tersebut juga merupakan komponen system

dalam pembelajaran, artinya dalam setiap kegiatan pembelajaran selalu

terdapat keenam komponen tersebut.

Bahan-bahan yang merupakan sumber belajar tersebut perlu

dikembangkan dan dikelola dengan sebaik-baiknya oleh sebuah badan/wadah

yang disebut Pusat Sumber Belajar agar dapat memberikan kemudahan dan

42

berfungsi secara optimal untuk proses pembelajaran. Ditinjau dari asal

usulnya, sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: sumber belajar

yang dirancang (Learning resource by Design)yaitu sumber belajar yang

memang sengaja dibuat untuk tujuan pembelajaran. Contohnya adalah : buku

pelajaran, modul, program audio, transparansi (OHT). Jenis sumber belajar

yang kedua adalah sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal

dimanfaatkan (Learning Resource by Utilization )yaitu sumber belajar yang

tidak secara khusus dirancang untuk keperluan pembelajaran, namun dapat

ditemukan, dipilih dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Jadi,

begitu banyaknya sumber belajar yang ada di seputar kita yang semua itu

dapat kita manfaatkan untuk keperluan belajar. Sekali lagi, guru hanya

merupakan salah satu dari sekian banyak sumber belajar yang ada. Bahkan

guru hanya salah satu sumber belajar yang berupa orang, selain petugas

perpustakaan, petugas laboratorium, tokoh-tokoh masyarakat, tenaga

ahli/terampil, tokoh agama, dll. Dilihat dari segi fungsi dan perannya,

terutama kemampuannya dalam melakukan interaksi dan komunikasi dengan

para peserta didik, sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:

alat peraga (teaching aids) atau alat audio visual (audio-visual aids) dan media

pembelajaran (Sudjarwo,1989).

Sumber belajar dapat berfungsi sebagai saluran komunikasi dan mampu

berinteraksi dengan peserta belajar dalam suatu kegiatan pendidikan dan

pembelajaran. Oleh sebab itu sumber belajar harus dikembangkan dan

dirancang secara sistematis berdasarkan kebutuhan kegiatan pembelajaran

43

yang akan dilaksanakan dan juga berdasarkan pada karakteristik para peserta

didik yang akan mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut.

2.6.3 Fungsi Sumber Belajar

Sumber belajar mempunyai fungsi yang penting dalam proses

pembelajaran. Menurut Sudono (2000) pada pendidikan anak usia dini, fungsi

sumber belajar lebih cenderung memberikan kesempatan proses berasosiasi

kepada anak untuk mendapatkan dan memperkaya pengetahuan dengan

menggunakan berbagai alat, buku, narasumber, atau tempat.

Penggunaan sumber belajar disesuaikan dengan tingkat kebutuhan anak,

misalnya ada seorang anak yang hanya menghendaki bahan dari sumber

belajar yang sama. Hal ini dikarenakan adanya kebutuhan anak pengulangan-

pengulangan untuk menguasai kemampuan maupun keterampilan tertentu.

Pengulangan itu pun dapat menjadi suatu kebiasaan yang dibutuhkan anak

dalam kehidupan dan pendidikan selanjutnya. Selanjutnya Sudono (2000)

mengatakan bahwa fungsi sumber belajar yang lain adalah meningkatkan

perkembangan anak dalam berbahasa melalui berkomunikasi dengan mereka

tentang hal-hal yang berhubungan dengan sumber belajar atau hal lain.

Sedapat mungkin anak dilatih untuk bercerita tentang kejadian yang ia lihat,

dengar, atau hal -hal lain yang ia rasakan.

Depdikbud (Soschan, 1994) mengemukakan bahwa penggunaan sumber

belajar dalam pembelajaran pada umumnya mempunyai berbagai fungsi, di

antaranya (1) untuk meningkatkan produktivitas pendidikan, (2) memberikan

kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual dengan jalan

44

mengurangi kontrol yang kaku dan tradisional, serta memberikan kesempatan

bagi peserta didik untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya, (3)

memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran, (4) lebih

memantapkan pembelajaran, dengan jalan meningkatkan kemampuan peserta

didik dengan berbagai media komunikasi serta penyajian informasi dan data

secara lebih konkrit, (5) memungkinkan belajar secara seketika, karena dapat

mengurangi jurang pemisah antara pengajaran yang bersifat verbal dan

abstrak dengan realitas yang sifatnya konkrit, serta memberikan pengetahuan

yang sifatnya langsung, (6) memungkinkan penyajian pendidikan yang lebih

luas, terutama dengan adanya media massa.

Sejalan dengan pendapat di atas, Djahiri (1992) mengemukakan pula

fungsi sumber belajar, yaitu sebagai sumber kajian yang secara lengkap dan

lebih jauh, juga berperan sebagai media pengembangan kepenasaranan

(curiousity) pembakuan proses dan kemampuan serta kegemaran membaca

(reading, reading ability and culture), serta latihan pengembangan

kemampuan belajar (learning skill) khususnya kemampuan akademik,

pembentukan sikap (concept formation= self concept) dan daya pikir yang

nalar (thinking/critical/analysing/evaluate skill). Dengan kata lain, sumber

belajar berfungsi memperkuat upaya men-CBSA-kan peserta didik dengan

kadar yang lebih tinggi, di samping memperluas dan meningkatkan hasil

belajar secara kuantitatif maupun kualitatif.

45

2.6.4 Pemilihan Sumber Belajar

Telah kita ketahui bersama bahwa upaya untuk mengoptimalkan

sumber belajar merupakan sesuatu yang penting. Karena dengan penggunaan

sumber belajar akan dihasilkan proses pembelajaran yang berkualitas,

menarik dan menyenangkan bagi para siswa. Ada sejumlah pertimbangan

yang harus diperhatikan, ketika akan memilih sumber belajar, yaitu :

1. Bersifat ekonomis dan praktis (kesesuaian antara hasil dan biaya).

2. Praktis dan sederhana artinya mudah dalam pengaturannya.

3. Fleksibel dan luwes, maksudnya tidak kaku dalam perencanaan sekaligus

pelaksanaannya.

4. Sumber sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan waktu yang tersedia.

5. Sumber sesuai dengan taraf berfikir dan kemampuan siswa.

6. Guru memiliki kemampuan dan terampil dalam pengelolaannya.

Berbagai kriteria tersebut tidak kaku, tetapi penting untuk

diperhatikan demi terwujudnya efektifitas dan efisiensi dari sumber belajar

yang dipilih, sehingga betul-betul berdayaguna (Sudjarwo, 1989).

2.6.5 Kriteria Memilih Sumber Belajar

Agar pemilihan sumber dan media belajat tepat sasaran, maka perlu

diperhatikan berbagai faktor yang menjadi dasar pertimbangan dalam

pemilihan sumber media pembelajaran. Kriteria sumber media pembelajran

yang baik perlu diperhatikan menurut Asyhar (2012) adalah sebagai berikut:

1. Jelas dan rapi. Sumber media belajar yang baik harus jelas dan rapi dalam

penyajianya

46

2. Bersih dan Menarik. Bersih di sini berarti tidak ada gangguan yang tak

perlu pada teks, gambar, suara dan video.

3. Cocok dengan sasaran. Sumber media belajar yang efektif untuk

kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada

kelompok kecil atau perorangan.

4. Relevan dengan topik yang diajarkan. Harus sesuaidegan karakteristik isi

berupa fakta, konsep, prinsip dan prosedural.

5. Sesuai dengan tujuan pembelajaran. Sumber media belajar yang baik

adalah sesuai tujuan instruksional yang telah ditetapkan secara umum.

6. Praktis, luwes dan tahan. Kriteria ini menuntut para guru/instruktur untuk

memilih sumber media yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat

sendiri oleh guru

7. Berkualitas baik. Kriteria sumber belajar dan media secara teknis harus

berkualitas baik

8. Ukuran sesuai dengan lingkungan belajar. Sumber belajar dan media yang

terlalu besar sulit digunakan dalam suatu kelas yang berukuran terbatas

dan pat menyebabkan kegiatan pembelajaran kurang kondusif.

2.6.6 Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar

Kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien

tanpa pemanfaatan sumber belajar. Menurut Djohar (1984) menyatakan

bahwa objek apapun dan dimanapun yang dapat memberikan pengalaman

belajar sesuatu tertentu termasuk sumber belajar. Segala sesuatu baik benda,

47

makhluk hidup, peristiwa ataupun bentuk ungkapannya secara simbolik yang

mengandung masalah tertentu dinamakan sumber belajar (Prawoto, 1984).

Pada hakekatnya sumber belajar itu terdapat dimana-mana, sebab

dimana-mana manusia itu dapat belajar dari alam sekitar maupun

laingkungan hidupnya. Menurut Suthardi (1981) mengatakan bahwa

penggunaan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar memiliki beberapa

kelebihan antara lain:

1. Lingkungan merupakan sumber belajar yang mudah di jangkau.

2. Objek permasalahannya banyak dan beragam.

3. Siswa lebih mengenal lingkungan.

4. Siswa dapat memperoleh pengetahuan yang nyata dan otentik.

5. Siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan observasi dan eksperimen.

2.6.7 Media Belajar Atlas Biologi

Media pendidikan atau media pembelajaran dapat diartikan sebagai

segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari

pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,

perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses

belajar terjadi (Sadiman. 2008). Hamalik (dalam Arsyad, 2009)

mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar

mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,

membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan

membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

48

Media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar yang merupakan

hasil pertimbangan pada kajian ciri-ciri umum yang dimilikinya, bahasa yang

dipakai menyampaikan pesan dan dampak yang ditimbulkan. Karakteristik

umum media adalah kemampuan untuk merekam, menyimpan, melestarikan,

merekonstruksi dan mentransportasikan suatu peristiwa atau objek (Munadi,

2015).

Guru memerlukan sarana untuk membimbing siswa dalam

pembelajaran materi Invertebrata, alternatif solusi yang dapat diberikan

adalah Atlas. Menurut (Nurdin) Atlas merupakan suatu kumpulan gambar

yang disusun sedemikian rupa dan memiliki maksud dan tujuan tertentu.

Atlas dapat berbentuk lembaran maupun buku. Jika ditinjau darai penggunaan

atlas, maka dapat dibedakan menjadi beberapa yaitu:

1. Atlas Sekolah : Merupakan buku peraga pada proses pembelajaran

biasanya dapat ditemui pada jenjang pendidikan menengah dan atas.

2. Atlas Nasional : Merupakan atlas yang digunakan secara umum oleh

pengguna data dan informasi, atlas ini dapat digunakan oleh barbagai

kalangan dari mahasiswa, peneliti, masyarakat sampai pemerintah dan

swasta.

Berdasarkan silabus SMA kelas X materi Invertebrata pada KD 3.8 dan 4.8.

Penyajian data penelitian dapat dituangkan dalam media visual, hal ini

dimaksudkan untuk mempermudah penyampaian materi invertebrate

khususnya Echinodermata berupa Atlas.

49

2.7 Kerangka Konseptual

2.28 : Gambar Peta Konsep Penelitian

Inventarisasi Echinodermata di Pantai

Dadabong Kabupaten Pacitan untuk

memperoleh data

Selain daratan, Keanekaragaman hayati potensial berada ada di Laut

Sumber belajar dan data yang diperoleh dapat menjadi rujukan bagi

peneliti lanjutan.

Sumber belajar

berupa Atlas Biologi

Indonesia memiliki potensi Keanekaragaman hayati melimpah

Salah satunya Echinodermata di Pantai Dadabong Kabupaten Pacitan

Akses sulit Pasang surut Belum ada data penelitian

sebelumnya