Upload
nguyennhi
View
236
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Inventarisasi Echinodermata
Inventarisasi adalah kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan
fakta mengenai sumber daya alam untuk perencanaan pengelolaan sumber
daya tersebut. Kegiatan inventarisasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan
data tentang jenis-jenis hewan yang ada di suatu daerah. Kegiatan
inventarisasi meliputi kegiatan eksplorasi dan identifikasi (Yuniarti, 2011).
Echinodermata berasal dari bahasa Yunani Echinos artinya duri,
derma artinya kulit. Secara umum Echinodermata berarti hewan yang
berkulit duri. Hewan ini memiliki kemampuan autotomi serta regenerasi
bagian tubuh yang hilang, putus atau rusak. Semua hewan yang termasuk
dalam kelas ini bentuk tubuhnya simetri radial dan kebanyakan mempunyai
endoskeleton dari zat kapur dengan memiliki tonjolan berupa duri (Jasin.
1984).
Echinodermata dapat dijumpai hampir di seluruh perairan pantai,
mulai dari daerah pasang surut sampai perairan dalam dengan kedalaman
antara 0,5 sampai 40 meter. Menurut Radjab (2014) Echinodermata lebih
menyukai perairan yang jernih dan relatif tenang. Pada umumnya setiap
jenis memiliki habitat yang spesifik, seperti misalnya Holothuria scabra
yang sering dijumpai di daerah berpasir atau pasir berlumpur yang banyak
9
ditumbuhi lamun. Padang lamun, pasir dan ekosistem terumbu karang
merupakan habitat tempat hidup berbagai jenis biota laut.
Echinodermata menempati berbagai zona di daerah padang lamun,
zona pertumbuhan alge, zona tubir dan lereng terumbu karang. Faktor
fisik kimia laut meliputi salinitas, pH, arus, suhu, dan kecerahan yang
selalu berubah-ubah sangat berpengaruh terhadap kehidupan organisme di
daerah pasang surut. Faktor penting lain yang mempengaruhi sebaran
Echinodermata adalah topografi rataan suatu pulau di samping pakan dan
cara makan. Selanjutnya dikatakan bahwa densitas hewan laut bergantung
pada temperatur, salinitas, arus, kondisi substrat dan habitat sangat
menentukan sebaran echinodermata (Aziz, 1996)
Habitat Echinodermata dapat ditemui hampir semua ekosistem laut.
Namun ekosistem yang paling tinggi terdapat pada terumbu karang di zona
pasang sururt. Hal ini dipengaruhi oleh faktor fisik dan kimia pada
masing-masing daerah. Menurut Nybakken (1987) mengemukakan bahwa,
dari semua pantai pasang surut, pantai berbatu yang tersusun dari bahan
keras merupakan daerah yang paling padat mikroorganismenya dan
mempunyai keanekaragaman terbesar baik untuk spesies hewan maupun
tumbuhan. Diketahui bahwa komunitas hewan Echinodermata di alam bebas
memiliki ukuran populasi yang tidak sama karena dalam komunitas itu
terjadi interaksi spesies yang tinggi.
Echinodermata merupakan salah satu hewan yang sangat penting
dalam ekosistem laut dan bermanfaat sebagai salah satu komponen dalam
10
rantai makanan, pemakan sampah organik dan hewan kecil lainnya.
Menurut Dahuri (2003) jenis-jenis Echinodermata dapat bersifat pemakan
seston atau pemakan destritus, sehingga peranannya dalam suatu ekosistem
untuk merombak sisa-sisa bahan organik yang tidak terpakai oleh spesies
lain namun dapat dimanfaatkan oleh beberapa jenis Echinodermata. Selain
itu Echinodermata mengandung unsur-unsur kimia yang memiliki nilai
tinggi di bidang pangan, obat-obatan dan sering dijadikan barang koleksi
hiasan yang indah.
2.2 Sistematika Phylum Echinodermata
Berdasarkan pengelompokannya Phylum Ecinodermata masih sangat
beragam. Terbukti dengan banyaknya perbedaan pendapat dari beberapa
pakar yang ditulis dalam beberapa buku.
Menurut Campbell (2012) Echinodermata yang masih ada terbagi
menjadi lima kelas yaitu Asteroidea (bintang laut), Ophiuroidea (bintang
mengular), Echinoidea ( bulu babi dan dolar pasir), Crinoidea ( lilia laut dan
bintang bulu), Holothuroidea (teripang) dan Concentrycycloidea (aster laut).
Menurut Kastawi (2005) Echinodermata yang masih ada terbagi
menjadi lima kelas yaitu Asteroidea (bintang laut), Ophiuroidea (bintang
mengular), Echinoidea ( landak laut), Crinoidea ( lilia laut dan bintang bulu),
Holothuroidea (teripang).
Menurut Jasin (1984) Kelompok utama Echinodermata terdiri dari
lima kelas, yaitu kelas Asteroidea (bintang laut) contoh: Archaster typicus,
11
kelas Ophiuroidea (Bintang Ular) contoh: Amphiodiaurtica, kelas
Echinoidea (Landak Laut) contoh: Diademasetosium, kelas Crinoidea (lilia
laut) contoh: Antedon-rosacea, dan kelas Holothuroidea (Tripang Laut)
contoh: Holothuriascabra.
2.3 Morfologi dan Anatomi Phylum Echinodermata
Menurut Kastawi (2005) Echinodermata yang masih ada terbagi
menjadi lima kelas yaitu Asteroidea (bintang laut), Ophiuroidea (bintang
mengular), Echinoidea ( landak laut), Crinoidea ( lilia laut), Holothuroidea
(teripang). Adapun susunan anatomi dan morfologi dapat dijelaskan menurut
beberapa ahli yaitu sebagai berikut :
2.3.1 Morfologi dan Anatomi Asteroidea (Bintang Laut)
Bintang laut mempunyai kulit yang ditutupi oleh duri-duri halus
sehingga tergolong ke dalam filum Echinodermata (echinos = duri, derma
= kulit). Menurut Fitriana (2010) seringkali bintang laut ditemukan
mempunyai lima lengan, kadang juga terlihat hanya empat bahkan enam
lengan. Jika salah satu lengan terputus maka lengan baru akan terbentuk
dengan segera karena adanya daya regenerasi hewan ini. Secara umum,
hewan ini mempunyai badan relatif tipis. Jika pada bagian dorsal ditemukan
madreporit dan anus maka pada ventral ditemukan mulut serta kaki
tabung (kaki ambulakral) pada setiap lengannya. Madreporit adalah
sejenis lubang yang mempunyai saringan dalam menghubungkan air laut
dengan sistem pembuluh air dan lubang kelamin. Kondisi lengan yang
12
kaku serta menyukai habitat dengan substrat yang berpasir membuatnya
mudah dibedakan dengan bintang ular laut. Hewan ini sering ditemukan
hidup dalam kelompok kecil dengan membenamkan diri di dalam pasir.
Jika air laut surut, seringkali biota ini terjebak di genangan air yang
dangkal.
Bintang laut adalah hewan yang mempunyai rongga tubuh
sebenarnya dan sistem pencernaan yang lengkap. Makanan berupa bahan
organik dan plankton masuk melalui mulut menuju esofagus dan lambung
yang bercabang menuju setiap lengan. Sisa pencernaan akan dikeluarkan
melalui anus yang terdapat pada aboral (bagian dorsal) tubuh (Gambar
2.1 dan 2.2)
Gambar 2.1 Kelas Asteroidea Gambar 2.2 Kelas Asteroidea
(Sumber : Fitriana. 2010) (Sumber : http: //Asteroidea)
Bintang laut termasuk hewan yang mempunyai daya regenerasi yang
tinggi. Bila satu lengan terpotong maka bagian yang hilang akan segera
dibentuk kembali dalam beberapa waktu. Mereka biasa hidup membentuk
kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari beberapa individu. Hewan
ini kadang tidak terlihat dari permukaan air karena bersembunyi dengan
cara membenamkan diri dalam timbunan pasir (Fitriana, 2010).
13
Berikut ini adalah tiga contoh Genus dari kelas Asteroidea:
1. Archaster typicus
Gambar 2.3 Archaster typicus
(Sumber : http://Archaster+typicus)
Archaster typicus memiliki sisi aboral yang terdiri atas madreporit
sebagai sistem sirkulasi air dan anus. Pada bagian oral dapat
ditemukan mulut, bukaan ambulakral dan kaki tabung berbentuk
silinder. Warna dari Bintang laut ini yaitu abu-abu dan cokelat
bintik-bintik. Tubuh A.typicus ditutupi oleh duri-duri pada bagian
inferolateral. Bintang laut ini biasanya memiliki lima buah lengan
dengan tubuh yang pipih. Lengan A.typicus berbentuk runcing dan
umumnya terdapat belang cokelat yang melintang. Spesies ini
memiliki warna duri putih, berbentuk tumpul dan pipih. Klasifikasi dari
biota laut ini yaitu:
Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Asteroidea Ordo : Valvatida Famili : Archasteridae Genus : Archaster Spesies : A.typicus (Clark dan Rowe 1971).
14
Distribusi dari spesies ini terdapat di selatan Samudera Hindia,
Mascarene, timur Afrika (Madagaskar) Maldive, Teluk Bengal, timur
India, utara Australia, Filipina, Cina, Jepang, selatan Pasifik dan Hawai
(Clark dan Rowe 1971).
2. Culcita novaeguineae
Gambar 2.4 Culcita novaeguineae
(Sumber : Radjab. 2014)
Bintang laut ini berbentuk seperti bantal pentagonal yang tebal
dan berat. C. novaeguineae memiliki lengan yang pendek dan warna
tubuh yang beragam. Bintang laut ini memiliki warna tubuh hijau
kecokelatan dan dipenuhi oleh granul-granul. Pada bagian oral terdapat
mulut, bukaan ambulakral dan kaki tabung sedangkan pada bagian aboral
terdapat anus dan madreporit. Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu:
Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata, Kelas : Asteroidea Ordo : Valvatida Famili : Oreasteridae, Genus : Culcita, Spesies : C.novaeguineae
Distribusi dari C.novaeguineae yaitu terdapat di Micronesia (Chuuk,
Kosrae, Yap), selatan Jepang, selatan Cina, Filipina, Guam, Palau,
15
Pulau Marshall, Hawai, utara Australia, Teluk Bengal, Indo-Wedt
Pasifik, dan timur Afrika (Madagaskar) (Lee dan Shin 2014).
3. Linckia laevigata
Gambar 2.5 Linckia laevigata
(Sumber : Radjab. 2014)
Linckia laevigata merupakan salah satu Asteroidea yang termasuk
dalam famili Ophidiasteridae. Bintang laut ini memiliki lima buah
lengan berbentuk silindris dan tumpul pada ujungnya. Pada bagian
aboral, L.laevigata memiliki madreporit sedangkan bukaan ambulaklar
dan mulut terdapat di bagian oral. Bintang laut ini memiliki granul-
granul kecil yang menutupi cakramnya. Pada umumnya L.laevigata
memiliki warna biru pada bagian aboral. Klasifikasi dari biota laut
ini, yaitu :
Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Asteroidea Ordo : Valvatida Famili : Ophidiasteridae Genus : Linckia Spesies : L.laevigata (Lee dan Shin 2014).
16
Distribusi dari L.laevigata yaitu terdapat di Micronesia (Chuuk,
Kosrae, Yap), Korea (Pulau Jeju), Taiwan, selatan Cina, Hongkong,
Guam, Australia, Indo-West Pasifik, timur Afrika (Madagaskar,
Mauritius), dan Laut Merah (Lee dan Shin 2014).
2.3.2 Morfologi dan Anatomi Ophiuroidea (Bintang Mengular)
Bintang mengular memiliki cakram pusat yang jelas serta lengan-
lengan yang panjang dan fleksibel. Mereka terutama bergerak dengan
mencambukkan lengan-lengannya dengan gerakan yang mirip ular. Dasar
kaki tubuh dari bintang mengular tidak memiliki cakram pipih seperti yang
ditemukan pada bintang laut namun menyekresikan zat-zat kimia yang
adhesif. Oleh karena itu, seperti bintang laut dan Echinodermata yang lain,
bintang mengular dapat menggunakan kaki tabungnya untuk
mencengkeram substrat. Beberapa spesies merupakan pemakan suspensi;
sedangkan yang lain merupakan predator atau pemakan bangkai
(Campbell. 2012)
Gambar 2.6 Kelas Ophiuroidea Gambar 2.7 Kelas Ophiuroidea
(Sumber :http://anatomi-tubuh-bintang-ular) (Sumber : http://Ophiuroidea)
17
Berikut ini adalah tiga contoh Genus dari kelas Ophiuroidea:
1. Ophiactis savignyi
Gambar 2.8 Ophiactis savignyi (Sumber : http:// Ophiactis+ savignyi)
Ophiactis savignyi termasuk dalam famili Ophiactidae dengan
karakteristik memiliki gigi yang luas berbentuk persegi. Bintang
mengular tidak memiliki anus sehingga pada bagian aboral hanya
terdapat kulit bergranul yang membungkus cakram. Pada bagian oral
terdapat mulut yang bertindak sebagai organ pencernaan dan organ
ekskresi. Bintang mengular ini memiliki enam buah lengan dan warna
tubuh hijau keputihan. Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu:
Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Ophiuroidea Ordo : Ophiurida Famili : Ophiactidae Genus : Ophiactis Spesies : O.savignyi (Clark dan Rowe 1971).
Distribusi dari O.savignyi terdapat di Tropikal Indo-Pasifik,
Pakistan, Maldive, timur India, utara Australia, Filipina, Cina, Selatan
18
Jepang, Atlantik Tropikal, India, dan Samudera Pasifik (Clark dan Rowe
1971).
2. Ophiocoma erinaceus
Gambar 2.9 O. erinaceus
(Sumber : http://Ophiochoma+erinaceus)
Bintang mengular ini memiliki karakteristik cakram yang ditutupi
oleh granul berwarna hitam pada bagian aboral, terdapat tooth papillae
dan seri oral papillae pada bagian mulutnya. Memiliki lengan sederhana
sebanyak lima buah dengan arm spines teratas berbentuk cigarshaped.
O. erinaceus memiliki dua buah tentacle scales pada bagian ventral.
Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu:
Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Ophiuroidea Ordo : Ophiurida Famili : Ophiocomidae Genus : Ophiocoma Spesies : O.erinaceus (Clark dan Rowe 1971).
Distribusi dari O.erinaceus terdapat di Saipan, Maldive, timur India,
Samudera India, Mascarene, Madagaskar, Arabia, utara Australia,
Filipina, Cina, selatan Jepang, selatan Pasifik, Hawai, Samudera Indo-
Pasifik, dan Laut Merah (Clark dan Rowe 1971).
19
3. Amphiura sp.
Gambar 2.10 Amphiura sp (Sumber : http://Amphiura)
Bintang mengular ini termasuk dalam famili Amphiuridae dengan
karakteristik memiliki infradental papillae pada setiap rahangnya. Bintang
mengular ini memiliki warna putih transparan dengan 6 buah arms spine
yang sederhana. Tubuh bintang mengular ini ditemukan dengan ukuran
yang sangat kecil dan memiliki satu buah tentacle scale pada bagian
arm spine. Adapun klasifikasi dari bintang mengular ini yaitu:
Kingdom : Animalia, Filum : Echinodermata, Kelas : Ophiuroidea, Ordo : Ophiurida, Famili : Amphiuridae, Genus : Amphiura (Clark dan Rowe 1971).
Distribusi dari genus Amphiura terdapat di Persian Gulf, barat
Samudera India, Arabia, Teluk Bengal, timur India, utara Australia,
Filipina, Samudera Indo-Pasifik, Cina, Jepang, selatan Pasifik, timur
Afrika (Madagaskar) dan Laut Merah (Clark dan Rowe 1971).
20
2.3.3 Morfologi dan Anatomi Echinoidea ( Bulu Babi)
Bulu babi merupakan biota laut penghuni ekosistem terumbu karang
dan padang lamun yang sangat umum dijumpai di perairan dangkal. Biota
ini tersebar luas mengikuti penyebaran terumbu karang. Bulu babi
mempunyai ciri lainnya adalah mulutnya yang terdapat di permukaan
oral dilengkapi dengan 5 buah gigi sebagai alat untuk mengambil
makanan. Hewan ini pada umumnya merupakan herbivora, yang
memakan alga dan lamun. Namun, pada kondisi perairan yang berbeda
hewan ini dapat bersifat omnivora (Aziz 1987).
Tubuh bulu babi berbentuk agak bulat seperti bola dengan cangkang
yang keras berkapur dan dipenuhi duri-duri. Duri-duri terletak berderet
dalam garis-garis membujur dan dapat di gerakkan. Mulut terletak di
bawah menghadap ke bawah dan anus terletak diatas menghadap ke
atas di puncak cangkang yang membulat (Sugiarto & Supardi 1995).
Tubuh bulu babi sendiri terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian oral,
aboral, dan bagian diantara oral dan aboral. Pada bagian tengah sisi aboral
terdapat sistem apikal dan pada bagian tengah sisi oral terdapat sistem
peristomial (Birkeland 1989). Lempeng-lempeng ambulakral dan
interambulakral berada diantara sistem apikal dan sistem peristomial. Di
tengah-tengah sistem apikal dan sistem peristomial termasuk lubang
anus yang dikelilingi oleh sejumlah keping anal (periproct) termasuk
diantaranya adalah keping-keping genital. Salah satu diantara keping
genital yang berukuran paling besar merupakan tempat bermuaranya
21
sistem pembuluh air (waste vascular system). Sistem ini menjadi ciri khas
Filum Echinodermata, berfungsi dalam pergerakan, makan, respirasi, dan
ekskresi (Aziz 1987).
Sedangkan pada sistem peristomial terdapat pada selaput kulit
tempat menempelnya organ “lentera aristoteles”, yakni semacam rahang
yang berfungsi sebagai alat pemotong dan penghancur makanan. Organ ini
juga mampu memotong cangkang teritip, molusca ataupun jenis bulu babi
lainnya. Di sekitar mulut bulu babi beraturan kecuali ordo Cidaroidea
terdapat lima pasang insang yang kecil dan berdinding tipis (Aziz. 1987)
Tubuh bulu babi memiliki satu rongga utama yang berisi lentera
aristoteles dan organ pencernaan. Lentera aristoteles terdiri dari lima
buah gigi yang disatukan oleh suatu substansi berkampur dan dikelilingi
oleh otot pengulur dan penarik. Otot ini berperan mengatur pergerakan
gigi (Sugiarto & Supardi1995). Lentera aristoteles berfungsi seperti
mulut dan gigi yang bertugas mengambil, memotong dan menghaluskan
makanan, Esophagus, usus halus, usus besar dan anus tersusun
melingkari lentera aristoteles membentuk suatu sistem pencernaan
(Thamrin 2011). Pada bulu babi D. setosum kaki tabung memiliki
banyak fungsi. Selain untuk bergerak, kaki tabung juga digunakan sebagai
indera peraba, organ respirasi dan tempat pengeluaran air dari tubuh (Aziz
& Sugiarto 1994).
22
Gambar 2.11 Kelas Echinoidea Gambar 2.12 Kelas Echinoidea
(Sumber :http://anatomi-tubuh-bulu-babi) (Sumber :http://Echinoidea)
Berikut ini adalah contoh Genus dari kelas Echinoidea:
1. Diadema setosum
Gambar 2.13 Diadema sitosum
(Sumber : Radjab. 2014)
Diadema setosum merupakan salah satu Echinoidae yang termasuk
dalam famili Diadematidae. Bulu babi ini memiliki dua sisi, yaitu aboral
dan oral. Pada bagian aboral terdapat anal ring berwarna jingga dan terdapat
warna biru atau hijau pada bagian genital, sedangkan pada bagian oral
terdapat mulut. Diadema setosum ini memiliki warna hitam di seluruh
tubuhnya dengan duri-duri primer yang panjang dan meruncing.
23
D.setosum merupakan bulu babi regularia karena memiliki tubuh yang
membulat secara horizontal. Klasifikasi dari biota laut ini yaitu :
Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Echinoidea Ordo : Diadematoida Famili : Diadematidae Genus : Diadema Spesies : Diadema setosum (Clark dan Rowe 1971).
Distribusi spesies ini meliputi Laut Mediterania, Samudra India
(Aldabra, Selatan India), Kenya, Madagaskar, Mozambique, Laut Merah,
Turki, Republik Mauritius, Tanzania dan Timur Afrika, Cina, selatan
Jepang, selatan Pasifik. Australia, Filipina, dan timur India (Clark dan
Rowe 1971).
2. Laganum laganum
Gambar 2.14 Laganum laganum
(Sumber : http://Laganum+laganum)
Laganum laganum atau yang biasa dikenal dengan sebutan Sand
Dollar merupakan salah satu spesies yang termasuk ke dalam famili
Laganidae. Echinoidea ini berbeda dengan yang lainnya karena memiliki
tubuh yang pipih, duri yang pendek dan termasuk dalam bulu babi
24
irregularia. Pada sisi aboral, bulu babi ini memiliki struktur tubuh yang
menyerupai asteroidea. Pada sisi oral terdapat mulut yang terletak pada
bagian tengah. L.laganum memiliki warna tubuh hijau kecoklatan.
Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu:
Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Echinoidea Ordo : Clypeasteroida Famili : Laganidae Genus : Laganum Spesies : L. laganum (Lee dan Shin 2014).
Distribusi spesies L.laganum meliputi Teluk Bengal, timur India,
Filipina dan selatan Australia (Clark dan Rowe 1971), Micronesia
(Chuuk), selatan Jepang, selatan Cina, Hawai, selatan Pasifik, utara
Australia, Indo-West Pasifik, selatan Samudra India (Lee dan Shin 2014).
3. Mespilia globulus
Gambar 2.15 Mespilia globulus
(Sumber : http://Mespilia+globulus)
Mespilia globulus salah satu bulu babi regularia yang memiliki
tubuh yang membulat. Mespilia globulus memiliki warna hitam pada
lempengnya dan cokelat pada duri. Duri-duri primer yang dimiliki bulu babi
ini pendek, keras dan dituutpi oleh kulit yang tipis. Memiliki sisi aboral
25
yang terdapat anus sedangkan sisi oral yang terdapat mulut. Klasifikasi dari
biota laut ini, yaitu:
Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Echinoidea Ordo : Camarodonta Famili : Temnopleuridae Genus : Mespilia Spesies : M.globulus (Lee dan Shin 2014).
Distribusi dari M.globulus meliputi dari Teluk Bengal, timur India,
utara Australia, selatan Pasifik (Clark dan Rowe 1971), Micronesia
(Chuuk, Kosrae, Yap), Korea (Pulau Jeju), selatan Jepang, stlatan Cina,
Filipina, Guam, Hawai, IndoWest Pasifik, Timur Afrika, dan Laut Merah
(Lee dan Shin 2014).
2.3.4 Morfologi dan Anatomi Crinoidea ( Lilia Laut dan Bintang Bulu)
Lilia Laut biasa dinamakan demikian karena bentuknya mirip dengan
bunga lili, sedangkan yang tidak bertangkai dinamakan bintang bulu atau
feather star karena bentuk tangan-tangannya seperti bulu unggas. Crinoid
merupakan satu-satunya Echinodermata yang masih memiliki bentuk tubuh
mirip dengan nenek moyangnya, yaitu bagian oral menghadap ke atas.
Tubuhnya terdiri atas calyx, semacam mangkuk kecil yang tersusun dari
pelat-pelat kapur dan buah tangan yang panjang dan lentur. Pada
kebanyakan Crinoid, tangan tersebut bercabang-cabang pada pangkalnya
sehingga seolah-olah Crinoid tersebut memiliki 10 tangan, bahkan beberapa
memiliki percabangan lebih dari dua (Suwigyo, dkk. 1998).
26
Pada tiap tangan dan percabangannya terdapat apendiks beruas-ruas
yang disebut pinnule. Lekuk amburakral terdapat baik pada tangan cabang
maupun pinnul. Mulut Crinoid terletak di tengah bagian oral dan dikelilingi
oleh tangan-tangan. Makanan berupa palankton dan detritus. Sistem
pembuluh air sederhana, tidak ada madeprodit maupun ampula, saluran
cincin mengelilingi mulut, saluran batu pendek dan banyak dan
berhubungan dengan rongga tubuh.Reproduksi secara seksual, dioceus.
Gonad terletak pada pangkal beberapa pinnule atau pangkal tangan serta
pembuahan di air laut atau dierami (Suwigyo. 1998)
Gambar 2.16 Kelas Crinoidea Gambar 2.17 Kelas Crinoidea
(Sumber :http://anatomi+crinoidea) (Sumber :http://Crinoidea)
Berikut ini adalah contoh Genus dari kelas Crinoidea:
1. Antendon sp
Gambar 2.18 Antendon sp
(Sumber : http://Antendon)
27
Antedon sp. warna hewan ini sangat bervariasi, misalnya putih
seperti berlian, kuning, hijau dan cokelat. Biasanya hewan ini hidup melekat
pada batu karang dengan tangkai atau menggunakan alat pencengkram (siri)
apabila tidak mempunyai tangkai. Bentuk tubuhnya bisa menyerupai bunga
lili, bunga bakung atau bulu burung. Tubuhnya tersusun dari lempeng kapur
dan berbentuk cangkir (kaliks), dari kaliks ini tersembul lima lengan lentur.
Hewan ini memiliki bagian tentakel pendek dan masing-masing memiliki
pinula sehingga seperti bulu burung (daun bersirip).
Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu:
Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Crinoidea Ordo : Comatulida Famili : Antedonidae Genus : Antedon Spesies : Antedon mediterranea (Nofiani. 2011)
2. Metacrinus interruptus
Gambar 2.19 Metacrinus interuptus
(Sumber : http:// Metacrinus interruptus)
28
Metacrinus interruptus memiliki stalk atau tangkai yang berfungsi
untuk melekat pada dasar laut atau substrat. Mulut terletak pada daerh oral,
sedangkan anus pada daerah aboral. Pada bagaian oral terdapat lekukan
amburakral yang berisi tentakel seperti kaki bulu, fertilisasi berlangsung
secara internal, bahkan zigot berkembang didalam tubuh (Jasin, 1992)
Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu:
Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Crinoidea Ordo : Isocrinidia Famili : Isselicrinidae Genus : Metacrinus Spesies : Metacrinus interruptus (Nofiani. 2011)
2.3.5 Morfologi dan Anatomi Holothuroidea (Teripang)
Holothuroidea merupakan hewan bersimetri bilateral saat larva dan
simetri radial saat dewasa. Tubuhnya seperti timun dengan bagian ventral
berfungsi untuk pergerakan dan dibagaian dorsal terdapat papila sebagai alat
sensor. Tubuh holothuroidea memiliki otot melingkar dan otot memanjang.
Saluran pencernaan memanjang dalam rongga tubuh dan terdapat saluran
respirasi (respiratory tree) (Jasin. 1992)
Gambar 2.20 Kelas Holothuroidea Gambar 2.21 Kelas Holothuroidea
(Sumber : http://anatomi+holothuroidea) (Sumber : http:// holothuroidea)
29
Menurut Kastawi (2005) Holothuroidea biasanya berebentuk
memanjang atau dengan mulut terletak satu ujung dan anus terletak pada
ujung yang lain. Permukaan tubuh kesat. Endoskeleton tereduksi berupa
spikula berukuran mikroskopois atau lempeng-lempeng tertanam didalam
dinding tubuh. Mulut dikelilingi oleh sekumpulan tentakel. Podia atau kaki
tabung biasanya ada dan berfungsi untuk pergerakan. Saluran pencernaan
makanan berbentuk panjang dan berliku-liku dan kloaka biasanya dengan
pohon respirasi. Jenis kelamin terpisah dan kelenjar kelamin berupa berkas
tubulus tunggal atau berpasangan.
Berikut ini adalah contoh Genus dari kelas Holothuroidea:
1. Holothuria scabra
Gambar 2.22 Holothuria scabra
(Sumber : Jaeger dalam Paulay. 2014)
Holothuria scabra disebut juga teripang pasir atau teripang putih
adalah spesies teripang dalam Famili Holothuriidae. Semua teripang
cenderung memiliki tubuh simetri radial dan memiliki sistem vaskular air
yang beroperasi dengan tekanan hidrostatik, yang memungkinkan untuk
bergerak dengan menggunakan banyak pengisap yang dikenal sebagai kaki
30
tabung. H. scabra memiliki tubuh abu-abu hitam di sisi atas dengan
kerutan berwarna gelap tapi lebih pucat di bagian bawah. H. scabra
dapat tumbuh mencapai panjang empat sentimeter atau lebih. Tubuh ditutupi
oleh spikula berkapur dalam bentuk tablet dan tombol. Spesies ini tersebar
luar di perairan dangkal dengan dasar atau substrat lunak di Wilayah
IndoPasifik. Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu :
Kingdom : Animalia Filum : Echinodermata Kelas : Holothuroidea Ordo : Aspidochirotida Famili : Holothuriidae Genus : Holothuria Spesies : H. scabra (Lee dan Shin 2014).
2. Holothuria impatiens
Gambar 2.23 Holothuria impatiens
(Sumber : Elfidasari. 2012)
Jenis Holothuria impatiens memiliki penampang tubuh bulat, sisi
ventral cenderung datar, dan lubang anus bulat. Warna tubuh adalah abu-
abu dengan belang berwarna hitam di punggungnya. Tubuhnya lunak dan
tipis. Tipe spikula yang ditemukan di bagian dorsal adalah tipe meja
dan kancing. Teripang ini biasanya ditemukan di sela pipa besar yang
permukaannya seperti batu. Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu :
31
Filum : Echinodermata Subfilum : Echinozoa Kelas : Holothuroidea Subkelas : Aspidochirotacea Ordo : Aspidochirotida Famili : Holothuriidae Genus : Holothuria Spesies : Holothuria impatiens (Elfidasari. 2012)
3. Holothuria atra.
Gambar 2.24 Holothuria atra
(Sumber : Elfidasari. 2012)
Holothuria atra Secara morfologi, teripang ini memiliki penampang
tubuh bulat, sisi ventral yang cenderung datar, dan lubang anus yang bulat.
Warna tubuh hitam kulit tubuhnya lembut dan tebal. Tipe spikula yang
ditemukan di bagian dorsal adalah tipe meja, roset, dan lempeng. Biasanya
sering ditemukan di daerah bersubstrat pasir kasar dan tubuhnya diselimuti
oleh pasir halus. Klasifikasi dari biota laut ini, yaitu :
Filum : Echinodermata Subfilum : Echinozoa Kelas : Holothuroidea Subkelas : Aspidochirotacea Ordo : Aspidochirotida Famili : Holothuriidae Genus : Holothuria Spesies : Holothuria atra (Elfidasari. 2012)
32
2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adaptasi
2.4.1 Pasang Surut
Pasang surut (intertidal) merupakan daerah laut yang dipengaruhi
oleh daratan. Zona ini memiliki faktor fisik maupun faktor kimia yang
mendukung semua organisme di dalamnya untuk dapat tumbuh dapat
berkembang dengan baik. Menurut Nyabakken (1988) mengemukakan
bahwa pasang surut adalah daerah pantai yang terletak antara pasang tinggi
dan surut terendah, daerah ini mewakili peralihan dari kondisi lautan ke
kondisi daratan. Zona ini luasnya sangat terbatas, tetapi banyak terdapat
variasi faktor lingkungan yang terbesar dibandingkan dengan daerah lautan
lainnya. karena itu keragaman organismenya sangat besar. Salah satu
hewan yang terdapat di zona intertidal adalah hewan yang termasuk dalam
filum Echinodermata.
Daerah pantai yang terpapar oleh sinar matahari pada saat pasang surut
menyebabkan daerah tersebut akan mengalami peningkatan air laut yang
maksimum dan pada saat pasang turun daerah tersebut akan mengalami
penurunan air laut sampai batas terendah (Smith, 1980).
Laut akan terjadi pasang dimana bumi terletak dekat dengan matahari
dan bulan, dan laut akan terjadi surut pada bagian itu letaknya jauh dari
matahari dan bulan. Pengaruh bulan lebih banyak dibandingkan dengan
matahari dalam aliran pasang surut ini, sebab kekuatan grafitasi kira-kira dua
seperempat kali dibandingkan dengan matahari (McNaughton dan Wolf,
1990).
33
Laut didominasi oleh berbagai macam gelombang dan oleh pasang surut
yang terjadi karena gaya tarik bulan dan matahari. Pasang surut terjadi di
kawasan pantai yang beragam dan padat. Pasang surut menyebabkan
keberkalaan (periodicity) dalam komunitas ini dan menimbulkan jam biologi
menurut ”hari bulan”, karena pasang surut berlangsung sekitar 12 ½ jam,
pasang surut terjadi 2 kali sehari dengan waktu keterlambatan sekitar 50 menit
pada hari berikutnya (Odum, 1993).
Pasang surut yang terjadi di bumi ini tidak hanya dipengaruhi oleh bulan
dan matahari, tetapi ada faktor lain yang memperumit keadaan pasut di bumi
kita. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah :
a. Tingkah laku gerakan air
b. Kecondongan bulan dan matahari yang berubah-ubah mengakibatkan
perbedaan tingginya paras air saat pasang disaat siang dan malam hari.
Kecondongan luar biasa menyebabkan terjadinya ketidaksamaan jarak
waktu, baik antara air pasang dan air surut berikutnya maupun antara air
surut dengan air pasang berikutnya.
c. Berubah-ubah jarak bulan dan bumi selama perputaran bulan mengelilingi
bumi menyebabkan gaya tariknya berubah-ubah juga.
d. Susunan dan letak antara daratan dan lautan juga mempengaruhi pasut.
e. Perbedaan tinggi rendahnya paras laut pada saat pasang dan surut
berikutnya yang dinamakan amplitudo.
34
Dalam kenyatannya berbagai lokasi bisa mempunyai ciri pasang surut
yang berbeda. Dua lokasi pantai yang terpisah sejauh 50 Km terkadang sudah
dapat menimbulkan ciri pasang surut yang berlainan (Nontji, 2005).
Menurut Nontji (2005) dilihat dari pola gerakan muka lautnya, pasang
surut di Indonesia dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu :
1. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide), pada jenis ini hanya terjadi satu
kali pasang dan satu kali surut setiap hari, hal ini misalnya terjadi pada
perairan selat Karimata, antara Sumatera dan Kalimantan.
2. Pasang surut harian ganda (semidiurnal tide), pada jenis ini setiap hari
terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya masing-masing
hampir sama, contohnya di perairan selat Malaka – laut andaman.
3. Pasang surut jenis campurancondong ke harian ganda (mixed tide prevailing
semidiurnal), sedangkan jenis ini setiap hari dua kali pasang dan dua kali
surut tetapi berbeda tinggi dan waktunya. Contohnya di Indonesia bagian
timur.
4. Pasang surut jenis campuran condong ke harian tunggal (mixed tide
prevailing diurnal), jenis ini setiap hari mengalami satu kali pasang dan dua
kali surut yang sangat berbeda tinggi dan waktunya. Contohnya pantai
selatan Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat.
Pertumbuhan biota laut di zona pasang surut sangat tinggi, disebabkan
karena daerah ini merupakan tempat berlindung dan tempat mencari makan.
Selain itu, kondisi lingkungan pada daerah ini sangat menguntungkan bagi
pertumbuhan laut karena adanya dukungan dari faktor fisik, kimia, dan
35
biologis laut. Menurut Soemodhiharjo (1990) faktor fisika-kimia laut meliputi
salinitas, pH, arus, suhu, dan kecerahan yang selalu berubuah-ubah sangat
berpengaruh terhadap kehidupan organisme di daerah pasang surut.
2.4.2 Suhu
Suhu udara mempunyai batas letal, sehingga organisme intertidal dapat
mati baik karena kedinginan maupun kepanasan. Sinar matahari kadang-
kadang kurang menguntungkan, sehingga membatasi organisme di pantai.
Sinar matahari yang mengandung panjang ultraviolet dapat membahayakan
jaringan hidup. Air akan dengan cepat menyerap panjang gelombang ini
sehingga dapat melindungi kebanyakan hewan laut, akan tetapi bagi hewan
intertidal mengalami keterbukaan yang langsung dengan sinar pada waktu
pasang-turun, sehingga makin tinggi letak organisme di intertidal, maka
semakin besar pula keterbukaan terhadap sinar (Nybakken, 1992).
2.4.3 Salinitas
Salinitas dipengaruhi oleh penguapan, air hujan, pergerakan dan
perpindahan massa air laut, dan terjadinya difussi. Ikan dan invertebrata
merupakan habitat laut estuarin dan merupakan habitat wilayah pasang surut
dan pasang naik yang mengatur tekanan osmotik di bawah kondisi salinitas
yang sering berubah. Kebanyakan spesies laut beradaptasi di dalam
lingkungan salinitas yang tinggi maupun salinitas yang rendah (Smith 1980).
Salinitas atau kadar garam dipengaruhi oleh curah hujan, tekanan air di dasar
dan evaporasi dipermukaan pantaiyang dipengaruhi oleh suhu dan angin
(Venberg & Venberg, 1972).
36
Sebaran salinitas air laut dipengaruhi oleh berbagai factor seperti pola
sirkulasi air, penguapan, curah hujan, aliran sungai, serta pengaruh
pengadukan. Beberapa kemungkinan yang mempengaruhi salinitas
diantarnya adalah 1) Perairan dengan salinitas kuat merupakan permukaan
air tawar tipis yang berada di atas sedangkan dibawahnya adalah air laut. Hal
seperti ini biasa ditemukan di muara dimana pengaruh pasang- surut kecil. 2)
Perairan dengan salinitas sedang, hal ini disebabkan adanya gerak pasang
surut yang menyebabkan terjadinya pengadukan sehingga terjadi pertukaran
air secara vertical. 3) Perairan dengan pengadukan vertical yang kuat
disebabkan oleh gerak pasang-surut sehingga mengakibatkan perairan
menjadi homogen secara vertical. Dikarenakan kendali pasang surut maka
salinitas disemua titik dapat berubah dengan drastis, bergatung pada
kedudukan pasang surut. Pada saat surut, salinitas di dominasi oleh air tawar
yang datang dari sungai, sedangkan pada saat pasang air lautlah yang paling
banyak mempengaruhi.
2.4.4 pH (Tingkat Keasaman dan Kebasaan)
Air laut memiliki sifat fisiko kimia yang khas. Air laut tersusun atas
kurang lebih 80% unsur, dengan pH antara 7,5-8,5. Unsur terbesar konsentrasi
ionnya adalah Na & Cl. Kedua unsur ini menentukan tingkat salinitas air laut,
yang biasa diukur dengan satuan per mill (0/oo). Konsentrasi seluruh bahan
padat terlarut dalam air laut disebut salinitas. Air laut permukaan memiliki
salinitas sebesar 32-38 0/oo, dan apabila daerah pantai akibat masuknya air
sungai / buangan limbah, salinitasnya sering menjadi lebih rendah (10-32
37
0/oo). Naik turunnya air laut dipengaruhi oleh penguapan, peleburan, dan
pembentukan es dikutub (Sidharta, 2000).
2.4.5 Cahaya (Intensitas Cahaya)
Banyaknya cahaya yang menembus permukaan laut dan menerangi
lapisan permukaan laut setiap hari dan perubahan intensitas dengan
bertambahnya kejelukan memegang peranan penting dalam menentukan
pertumbuhan fitoplankton. Menurut Romimohtarto (2001) cahaya mempunya
pengaruh besar secara tidak langsung, yakni sebagai sumber energi untuk
proses fotosintesis dan juga merupakan faktor penting dalam hubungannya
dengan perpindahan populasi hewan laut.
2.4.6 Jenis Substrat
Menurut Romimohtarto (2001), jenis substrat dasar perairan juga
mempengaruhi jenis hewan laut yang dapat hidup pada atau di dalam laut.
Berdasarkan atas tipe dasar atau substrat tersebut, maka klasifikasi
mintakat/zonasi pantai sebagai berikut:
a. Mintakat lumpur
Mintakat ini terjadi karena adanya aliran air yang mengandung lumpur
dari darat. Lumpur yang terbawa tersebut mengendap di perairan teluk yang
tenang atau estuari.
Kandungan oksigen di lingkungan ini rendah, karena partikel lumpur
ini padat dan tidak meninggalkan rongga untuk oksigen. Zat-zat organik yang
membusuk juga menghabiskan keberadaan oksigen dan kebanyakan yang
hidup di mintakat ini adalah bakteri.
38
b. Mintakat pasir
Pasir mempunyai ukuran yang lebih besar daripada partikel lumpur.
Dasar pasir ini memungkinkan air mengalir melalui partikel-partikel pasir
sehingga ada pertukaran oksigen sampai lapisan bawah dasar air. Gelombang
laut dapat memindahkan pasir saat menuju pantai. Perpindahan pasir ini
cenderung untuk bertindak sebagai pengerus. Oleh sebab itu hewan yang
hidup di lingkungan ini harus dilengkapi dengan cangkang yang kuat, mampu
bergerak bersama butiran pasir, atau memendam dalam bawah permukaan
pasir.
c. Mintakat cadas/batu
Pantai bercadas atau berbatu merupakan lingkungan yang mudah bagi
banyak biota laut untuk menyesuaikan diri. Daerah cadas ini memperoleh
oksigen yang bagus, banyak makanan dan tempat perlindungan yang bagus.
Jenis yang hidup disini umumnya jenis melekat. Melekat dengan alat lekat
yang kuat sperti alga, melekat dengan kaki hisapnya seperti beberapa keong
atau bersembunyi di sela-sela alat pelekat alga sperti jenis-jenis cacing.
d. Mintakat timbunan
Mintakat timbunan disini adalah tumpukan-tumpukan kayu dermaga,
galangan kapal dan bangunan-bangunan lain buatan manusia. Lingkungan ini
dianggap terpisah karena lingkungan ini tidak menunjang jenis kehidupan
yang terdapat di lingkungan lain. Contohnya adalah tiram pengebor, Teredo.
39
2.5 Lokasi Penelitian
Pantai Dadabong merupakan pantai berkarang dan berpasir yang
memiliki daerah pasang surut yang relatif panjang dari bibir pantai sampai batas
surut terjauh kurang lebih 150 m. Pantai Dadabong terletak di desa Hadiwarno
Kabupaten Pacitan yang masih terjaga kelestariannya dengan kondisi ekologi
Invertebrata yang relatif banyak. Selain itu, letak pantai Dadabong yang berada
dibalik tebing dan sulitnya akses menuju pantai menjadi penyebab terjaganya
pantai tersebut. Pantai Dadabong memiliki ekologi yang hampir mirip dengan
pantai-pantai diselatan Pulau Jawa. Ciri khas pantai dadabong adalah sepanjang
bibir pantai sampia batas terjauh zonasi terdiri dari batuan karang dan pasir
putih bersih serta ditumbuhi lamun.
Gambar 2.26 : Lokasi Penelitian Gambar 2.27 : Zonasi Pantai Dadabong
(sumber: Dokumentasi pribadi)
Area pengambilan sampel dalam kegiatan penelitian sebagian besar
merupakan perairan pantai jernih dengan substrat dominan pasir putih yang
ditumbuhi lamun dengan sedikit batuan karang. Menurut Nontji (1993)
Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem khas yang terdapat diperairan
40
tropis yang keanekaragaman biotanya sangat tinggi termasuk Echinoderamata.
Jenis Echinodermata yang banyak menghuni terumbu karang ialah teripang.
2.6 Sumber Belajar
2.6.1 Pengertian Sumber Belajar
Belajar-mengajar sebagai suatu proses merupakan suatu sistem yang
tidak terlepas dari komponen-komponen lain yang saling berinteraksi di
dalamnya. Salah satu komponen dalam proses tersebut adalah sumber belajar.
Sumber belajar itu tidak lain adalah daya yang bisa dimanfaatkan guna
kepentingan belajar-mengajar, baik secara langsung maupun secara tidak
langsung, sebagian atau secara keseluruhan. Menurut AECT (1977)
mengartikan sumber belajar sebagai semua sumber (data, manusia, dan
barang) yang dapat dipakai oleh pelajar sebagai suatu sumber tersendiri atau
dalam kombinasi untuk memperlancar belajar dan meliputi pesan, orang,
material, alat, teknik, dan lingkungan. Sumber belajar bahkan berubah
menjadi komponen sistem instruksional apabila sumber belajar itu diatur
sebelumnya (prestructured), didesain dan dipilih lalu dikombinasikan
menjadi suatu sistem instruksional yang lengkap sehingga mengakibatkan
belajar yang bertujuan dan terkontrol.
2.6.2 Jenis-jenis Sumber Belajar
Sumber belajar adalah semua sumber (baik berupa data, orang atau
benda) yang dapat digunakan untuk memberi fasilitas (kemudahan) belajar
bagi siswa. Sumber belajar ini bermanfaat dalam memberikan sumbangan
41
yang positif untuk peningkatan mutu pendidikan dan pembelajaran. Menurut
AECT dalam Asyhar (2012) terdapat enam macam sumber belajar yaitu
pesan, orang, bahan, alat, teknik dan latar /lingkungan.
1. Pesan, adalah pelajaran/informasi yang diteruskan oleh komponen lain
dalam bentuk ide, fakta, arti, dan data.
2. Orang, mengandung pengertian manusia yang bertindak sebagai
penyimpan, pengolah, dan penyaji pesan. Tidak termasuk mereka yang
menjalankan funsgi pengembangan dan pengelolaan sumber belajar.
3. Bahan, merupakan sesuatu (bisa pula disebut program atau software) yang
mengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat ataupun oleh
dirinya sendiri.
4. Alat, adalah sesuatu (biasa pula disebut hardware) yang digunakan untuk
menyampaikan pesan yang tersimpan di dalam bahan.
5. Teknik, berhubungan dengan prosedur rutin atau acuan yang disiapkan
untuk menggunakan bahan, peralatan, orang, dan lingkungan untuk
menyampaikan pesan.
6. Lingkungan (Latar), merupakan situasi sekitar di mana pesan diterima
Keenam sumber belajar tersebut juga merupakan komponen system
dalam pembelajaran, artinya dalam setiap kegiatan pembelajaran selalu
terdapat keenam komponen tersebut.
Bahan-bahan yang merupakan sumber belajar tersebut perlu
dikembangkan dan dikelola dengan sebaik-baiknya oleh sebuah badan/wadah
yang disebut Pusat Sumber Belajar agar dapat memberikan kemudahan dan
42
berfungsi secara optimal untuk proses pembelajaran. Ditinjau dari asal
usulnya, sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: sumber belajar
yang dirancang (Learning resource by Design)yaitu sumber belajar yang
memang sengaja dibuat untuk tujuan pembelajaran. Contohnya adalah : buku
pelajaran, modul, program audio, transparansi (OHT). Jenis sumber belajar
yang kedua adalah sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal
dimanfaatkan (Learning Resource by Utilization )yaitu sumber belajar yang
tidak secara khusus dirancang untuk keperluan pembelajaran, namun dapat
ditemukan, dipilih dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Jadi,
begitu banyaknya sumber belajar yang ada di seputar kita yang semua itu
dapat kita manfaatkan untuk keperluan belajar. Sekali lagi, guru hanya
merupakan salah satu dari sekian banyak sumber belajar yang ada. Bahkan
guru hanya salah satu sumber belajar yang berupa orang, selain petugas
perpustakaan, petugas laboratorium, tokoh-tokoh masyarakat, tenaga
ahli/terampil, tokoh agama, dll. Dilihat dari segi fungsi dan perannya,
terutama kemampuannya dalam melakukan interaksi dan komunikasi dengan
para peserta didik, sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
alat peraga (teaching aids) atau alat audio visual (audio-visual aids) dan media
pembelajaran (Sudjarwo,1989).
Sumber belajar dapat berfungsi sebagai saluran komunikasi dan mampu
berinteraksi dengan peserta belajar dalam suatu kegiatan pendidikan dan
pembelajaran. Oleh sebab itu sumber belajar harus dikembangkan dan
dirancang secara sistematis berdasarkan kebutuhan kegiatan pembelajaran
43
yang akan dilaksanakan dan juga berdasarkan pada karakteristik para peserta
didik yang akan mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut.
2.6.3 Fungsi Sumber Belajar
Sumber belajar mempunyai fungsi yang penting dalam proses
pembelajaran. Menurut Sudono (2000) pada pendidikan anak usia dini, fungsi
sumber belajar lebih cenderung memberikan kesempatan proses berasosiasi
kepada anak untuk mendapatkan dan memperkaya pengetahuan dengan
menggunakan berbagai alat, buku, narasumber, atau tempat.
Penggunaan sumber belajar disesuaikan dengan tingkat kebutuhan anak,
misalnya ada seorang anak yang hanya menghendaki bahan dari sumber
belajar yang sama. Hal ini dikarenakan adanya kebutuhan anak pengulangan-
pengulangan untuk menguasai kemampuan maupun keterampilan tertentu.
Pengulangan itu pun dapat menjadi suatu kebiasaan yang dibutuhkan anak
dalam kehidupan dan pendidikan selanjutnya. Selanjutnya Sudono (2000)
mengatakan bahwa fungsi sumber belajar yang lain adalah meningkatkan
perkembangan anak dalam berbahasa melalui berkomunikasi dengan mereka
tentang hal-hal yang berhubungan dengan sumber belajar atau hal lain.
Sedapat mungkin anak dilatih untuk bercerita tentang kejadian yang ia lihat,
dengar, atau hal -hal lain yang ia rasakan.
Depdikbud (Soschan, 1994) mengemukakan bahwa penggunaan sumber
belajar dalam pembelajaran pada umumnya mempunyai berbagai fungsi, di
antaranya (1) untuk meningkatkan produktivitas pendidikan, (2) memberikan
kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual dengan jalan
44
mengurangi kontrol yang kaku dan tradisional, serta memberikan kesempatan
bagi peserta didik untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya, (3)
memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran, (4) lebih
memantapkan pembelajaran, dengan jalan meningkatkan kemampuan peserta
didik dengan berbagai media komunikasi serta penyajian informasi dan data
secara lebih konkrit, (5) memungkinkan belajar secara seketika, karena dapat
mengurangi jurang pemisah antara pengajaran yang bersifat verbal dan
abstrak dengan realitas yang sifatnya konkrit, serta memberikan pengetahuan
yang sifatnya langsung, (6) memungkinkan penyajian pendidikan yang lebih
luas, terutama dengan adanya media massa.
Sejalan dengan pendapat di atas, Djahiri (1992) mengemukakan pula
fungsi sumber belajar, yaitu sebagai sumber kajian yang secara lengkap dan
lebih jauh, juga berperan sebagai media pengembangan kepenasaranan
(curiousity) pembakuan proses dan kemampuan serta kegemaran membaca
(reading, reading ability and culture), serta latihan pengembangan
kemampuan belajar (learning skill) khususnya kemampuan akademik,
pembentukan sikap (concept formation= self concept) dan daya pikir yang
nalar (thinking/critical/analysing/evaluate skill). Dengan kata lain, sumber
belajar berfungsi memperkuat upaya men-CBSA-kan peserta didik dengan
kadar yang lebih tinggi, di samping memperluas dan meningkatkan hasil
belajar secara kuantitatif maupun kualitatif.
45
2.6.4 Pemilihan Sumber Belajar
Telah kita ketahui bersama bahwa upaya untuk mengoptimalkan
sumber belajar merupakan sesuatu yang penting. Karena dengan penggunaan
sumber belajar akan dihasilkan proses pembelajaran yang berkualitas,
menarik dan menyenangkan bagi para siswa. Ada sejumlah pertimbangan
yang harus diperhatikan, ketika akan memilih sumber belajar, yaitu :
1. Bersifat ekonomis dan praktis (kesesuaian antara hasil dan biaya).
2. Praktis dan sederhana artinya mudah dalam pengaturannya.
3. Fleksibel dan luwes, maksudnya tidak kaku dalam perencanaan sekaligus
pelaksanaannya.
4. Sumber sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan waktu yang tersedia.
5. Sumber sesuai dengan taraf berfikir dan kemampuan siswa.
6. Guru memiliki kemampuan dan terampil dalam pengelolaannya.
Berbagai kriteria tersebut tidak kaku, tetapi penting untuk
diperhatikan demi terwujudnya efektifitas dan efisiensi dari sumber belajar
yang dipilih, sehingga betul-betul berdayaguna (Sudjarwo, 1989).
2.6.5 Kriteria Memilih Sumber Belajar
Agar pemilihan sumber dan media belajat tepat sasaran, maka perlu
diperhatikan berbagai faktor yang menjadi dasar pertimbangan dalam
pemilihan sumber media pembelajaran. Kriteria sumber media pembelajran
yang baik perlu diperhatikan menurut Asyhar (2012) adalah sebagai berikut:
1. Jelas dan rapi. Sumber media belajar yang baik harus jelas dan rapi dalam
penyajianya
46
2. Bersih dan Menarik. Bersih di sini berarti tidak ada gangguan yang tak
perlu pada teks, gambar, suara dan video.
3. Cocok dengan sasaran. Sumber media belajar yang efektif untuk
kelompok besar belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada
kelompok kecil atau perorangan.
4. Relevan dengan topik yang diajarkan. Harus sesuaidegan karakteristik isi
berupa fakta, konsep, prinsip dan prosedural.
5. Sesuai dengan tujuan pembelajaran. Sumber media belajar yang baik
adalah sesuai tujuan instruksional yang telah ditetapkan secara umum.
6. Praktis, luwes dan tahan. Kriteria ini menuntut para guru/instruktur untuk
memilih sumber media yang ada, mudah diperoleh, atau mudah dibuat
sendiri oleh guru
7. Berkualitas baik. Kriteria sumber belajar dan media secara teknis harus
berkualitas baik
8. Ukuran sesuai dengan lingkungan belajar. Sumber belajar dan media yang
terlalu besar sulit digunakan dalam suatu kelas yang berukuran terbatas
dan pat menyebabkan kegiatan pembelajaran kurang kondusif.
2.6.6 Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien
tanpa pemanfaatan sumber belajar. Menurut Djohar (1984) menyatakan
bahwa objek apapun dan dimanapun yang dapat memberikan pengalaman
belajar sesuatu tertentu termasuk sumber belajar. Segala sesuatu baik benda,
47
makhluk hidup, peristiwa ataupun bentuk ungkapannya secara simbolik yang
mengandung masalah tertentu dinamakan sumber belajar (Prawoto, 1984).
Pada hakekatnya sumber belajar itu terdapat dimana-mana, sebab
dimana-mana manusia itu dapat belajar dari alam sekitar maupun
laingkungan hidupnya. Menurut Suthardi (1981) mengatakan bahwa
penggunaan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar memiliki beberapa
kelebihan antara lain:
1. Lingkungan merupakan sumber belajar yang mudah di jangkau.
2. Objek permasalahannya banyak dan beragam.
3. Siswa lebih mengenal lingkungan.
4. Siswa dapat memperoleh pengetahuan yang nyata dan otentik.
5. Siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan observasi dan eksperimen.
2.6.7 Media Belajar Atlas Biologi
Media pendidikan atau media pembelajaran dapat diartikan sebagai
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses
belajar terjadi (Sadiman. 2008). Hamalik (dalam Arsyad, 2009)
mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar
mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan
membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
48
Media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar yang merupakan
hasil pertimbangan pada kajian ciri-ciri umum yang dimilikinya, bahasa yang
dipakai menyampaikan pesan dan dampak yang ditimbulkan. Karakteristik
umum media adalah kemampuan untuk merekam, menyimpan, melestarikan,
merekonstruksi dan mentransportasikan suatu peristiwa atau objek (Munadi,
2015).
Guru memerlukan sarana untuk membimbing siswa dalam
pembelajaran materi Invertebrata, alternatif solusi yang dapat diberikan
adalah Atlas. Menurut (Nurdin) Atlas merupakan suatu kumpulan gambar
yang disusun sedemikian rupa dan memiliki maksud dan tujuan tertentu.
Atlas dapat berbentuk lembaran maupun buku. Jika ditinjau darai penggunaan
atlas, maka dapat dibedakan menjadi beberapa yaitu:
1. Atlas Sekolah : Merupakan buku peraga pada proses pembelajaran
biasanya dapat ditemui pada jenjang pendidikan menengah dan atas.
2. Atlas Nasional : Merupakan atlas yang digunakan secara umum oleh
pengguna data dan informasi, atlas ini dapat digunakan oleh barbagai
kalangan dari mahasiswa, peneliti, masyarakat sampai pemerintah dan
swasta.
Berdasarkan silabus SMA kelas X materi Invertebrata pada KD 3.8 dan 4.8.
Penyajian data penelitian dapat dituangkan dalam media visual, hal ini
dimaksudkan untuk mempermudah penyampaian materi invertebrate
khususnya Echinodermata berupa Atlas.
49
2.7 Kerangka Konseptual
2.28 : Gambar Peta Konsep Penelitian
Inventarisasi Echinodermata di Pantai
Dadabong Kabupaten Pacitan untuk
memperoleh data
Selain daratan, Keanekaragaman hayati potensial berada ada di Laut
Sumber belajar dan data yang diperoleh dapat menjadi rujukan bagi
peneliti lanjutan.
Sumber belajar
berupa Atlas Biologi
Indonesia memiliki potensi Keanekaragaman hayati melimpah
Salah satunya Echinodermata di Pantai Dadabong Kabupaten Pacitan
Akses sulit Pasang surut Belum ada data penelitian
sebelumnya