17
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Katuk Tanaman katuk atau Sauropus androgynous L merupakan tanaman sayuran yang banyak terdapat di Asia Tenggara. Tumbuhan ini dalam beberapa daerah dikenali sebagai di Inggris star gooseberry atau sweet leaf, di China mani cai dan di Vietman rau ngot, di Malaysia cekur manis atau sayur manis. Di Minangkabau disebut simani, dan di Jawa katuk, katukan atau babing. Di madura disebut kerakur dan Bali lebih mengenalnya dengan kayumanis (Agoes, 2010). Klasifikasi Daun katuk (Sauropus androgynus L.) menurut Rukmana (2003) sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Bangsa : Geramales Suku : Euphorbiaceae Genus : Sauropus Spesies : Sauropus androgynus Katuk termasuk tanaman jenis perdu berumpun dengan ketinggian 2,5-5 m. Batangnya tumbuh tegak dan berkayu. Jika ujung batang dipangkas, akan tumbuh tunas-tunas baru yang membentuk percabangan. Daunnya kecil- kecil mirip daun kelor, berwarna hijau. Katuk termasuk tanaman yang rajin berbunga. Bunganya kecil-kecil, berwarna merah gelap sampai kekuning- kuningan, dengan bintik-bintik merah. Bunga tersebut akan menghasilkan buah berwarna putih yang di dalamya terdapat biji berwarna hitam (Rukmana, 2003). Tanaman Katuk dapat dilihat pada gambar 2.1. Gambar 2.1 Tanaman Katuk (Subekti, 2007)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Katukeprints.umm.ac.id/58354/3/BAB II.pdf · 2020. 1. 17. · Katuk daunnya mengandung 7% protein kadar tinggi betakarotein, vitamin C,

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Katukeprints.umm.ac.id/58354/3/BAB II.pdf · 2020. 1. 17. · Katuk daunnya mengandung 7% protein kadar tinggi betakarotein, vitamin C,

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tanaman Katuk

Tanaman katuk atau Sauropus androgynous L merupakan tanaman sayuran

yang banyak terdapat di Asia Tenggara. Tumbuhan ini dalam beberapa daerah

dikenali sebagai di Inggris star gooseberry atau sweet leaf, di China mani cai dan

di Vietman rau ngot, di Malaysia cekur manis atau sayur manis. Di Minangkabau

disebut simani, dan di Jawa katuk, katukan atau babing. Di madura disebut

kerakur dan Bali lebih mengenalnya dengan kayumanis (Agoes, 2010).

Klasifikasi Daun katuk (Sauropus androgynus L.) menurut Rukmana

(2003) sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Geramales

Suku : Euphorbiaceae

Genus : Sauropus

Spesies : Sauropus androgynus

Katuk termasuk tanaman jenis perdu berumpun dengan ketinggian

2,5-5 m. Batangnya tumbuh tegak dan berkayu. Jika ujung batang dipangkas,

akan tumbuh tunas-tunas baru yang membentuk percabangan. Daunnya kecil-

kecil mirip daun kelor, berwarna hijau. Katuk termasuk tanaman yang rajin

berbunga. Bunganya kecil-kecil, berwarna merah gelap sampai kekuning-

kuningan, dengan bintik-bintik merah. Bunga tersebut akan menghasilkan buah

berwarna putih yang di dalamya terdapat biji berwarna hitam (Rukmana, 2003).

Tanaman Katuk dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Tanaman Katuk (Subekti, 2007)

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Katukeprints.umm.ac.id/58354/3/BAB II.pdf · 2020. 1. 17. · Katuk daunnya mengandung 7% protein kadar tinggi betakarotein, vitamin C,

5

2.1.1 Kandungan Zat Aktif

Katuk daunnya mengandung 7% protein kadar tinggi betakarotein, vitamin

C, kalsium, besi, dan magnesium. Termasuk tanaman langka yang mengandung

vitamin K. Setiap 100 g zat daun katuk mengandung sekitar 2,7 mg zat besi.

Sementara kandungan kalsium daun katuk sebanyak 204 mg atau empat kali lebih

tinggi dibandingkan kandungan mineral dari daun kol. Selain itu, kaya akan

vitamin A, vitamin B, dan vitamin C, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Daun

katuk juga memiliki kandungan tanin, saponin falvanoid,dan alkaloid papaverin,

sehingga sangat potensial untuk dijadikan bahan pengobatan alami (Agoes, 2010).

Pada penelitian Subekti (2007) melakukan pengujian GC-SM untuk memperoleh

kandungan senyawa aktif ekstrak daun katuk dengan etanol 70%. dapat dilihat

pada tabel II.1.

Tabel II.1 Kandungan Senyawa ekstrak daun katuk (etanol 70%) (Subekti, 2007 )

Golongan Nama Senyawa Kadar(%)

Asam lemak 9,12,15-asam oktadekatrienoat etil ester 9,36

Asam lemak Asam palmitat 5,30

Klorofil Phytol 4,92

Asam lemak 11,14,17-asam eikosatrienoat metil ester 3,70

Vitamin Tokoferol (vitamin E) 1,20

Stigmasterol Stigmasta -5,22-dien-3β-ol 1,10

Asam lemak Asam tetradekanoat etil ester 0,69

Sitosterol Stigmasta-5-en-3β-ol 0,69

Fukosterol Stigmasta-5,24-dien-3β-ol 0,64

Asam lemak Asam oktadekanoat 0,39

Kandungan senyawa dalam daun katuk yang meningkatkan produksi ASI

adalah alkaloid dan sterol (Rahmanisa, 2016). Suprayogi (2000) menemukan 7

senyawa aktif yang ikut berperan dalam peningkatan produksi air susu yaitu 5

senyawa kelompok asam lemak tak jenuh (Octadecanoic acid; 9-Eicosine; 5, 8,

11-Heptadecatrienoic acid; 9, 12, 15-Octadecatrienoic acid; dan 11, 14, 17-

Eicosatrienoic acid), 1 senyawa aktif yang termasuk senyawa steroid yaitu

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Katukeprints.umm.ac.id/58354/3/BAB II.pdf · 2020. 1. 17. · Katuk daunnya mengandung 7% protein kadar tinggi betakarotein, vitamin C,

6

Androstan-17-one,3-ethyl-3-hydroxy-5 alpha, dan senyawa aktif lain yang tersisa

adalah 3,4-dimethyl-2-oxocyclopent-3-enylacetic acid.

Komponen sterol yaitu Stigmasta-5,24-dien-3β-ol (gambar 2.2) terdapat

pada tanaman katuk cara kerjanya sama seperti kolesterol yang memiliki fungsi

pada proses steroidogenesis (Miharti, 2019). Kolesterol bebas ini diubah ke

pregnenolon. Pregnenolon merupakan prekursor untuk semua hormon steroid.

Melalui serangkaian reaksi akhirnya terbentuklah estradiol serta hormon steroid

lainnya. Proses pembentukan hormon steroid utama terdiri atas tiga bagian, yaitu

sintesis kolesterol dari asetat, konversi kolesterol menjadi progesteron, dan

pembentukan androgen, estrogen, dan kortikoid dari progesteron (Subekti, 2007).

Hormon steroid yaitu khususnya hormon estrogen merupakan hormon yang

berfungsi dalam memacu sintesis dan pelepasan prolactin oleh hipofisa.

Kandungan tersebut dalam dosis tinggi menimbulkan rangsangan reseptor

prolaktin pada sel laktotrof untuk memacu neuro hormon yang akan merangsang

pengeluran Prolactin Releasing Faktor (PRF). Sehingga terjadinya peningkatan

ASI pada saat menyusui (Miharti, 2019).

Gambar 2.2 Struktur Kimia Monomer Stigmasta-5,24-dien-3β-ol(Anonim, 2019).

2.1.2 Khasiat Daun Katuk

Daun katuk merupakan salah satu tanaman obat Indonesia yang sangat

dikenal sebagai tanaman obat palancar ASI. Daun katuk merupakan alternatif

pengobatan yang potensial karena memiliki kandungan senyawa yaitu tanin,

saponin, flavonoid, alkaloid, protein, kalsium, fosfor, vitamin dan nutrisi

(Rukmana, 2003). Selain sebagai penambah ASI daun katuk dapat digunakan

pengobatan tradisional antara lain mengobati demam, borok dan bisul sehingga

berpotensi digunakan untuk pengobatan alami (Wiradimadja, 2006). Selain itu

digunakan untuk menanggulangi penyakit kurang darah atau anemia daun katuk

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Katukeprints.umm.ac.id/58354/3/BAB II.pdf · 2020. 1. 17. · Katuk daunnya mengandung 7% protein kadar tinggi betakarotein, vitamin C,

7

mempunyai kandungan zat besi tinggi. Manfaat lainnya untuk pengobatan lokal

frambusia, sembelit, dan pewarna alami. Mencegah dan memperbaiki gangguan

reproduksi pada wanita dan pria (Agoes,2010).

Saroni et al (2004) menemukan bahwa pemberian ekstrak daun katuk pada

kelompok ibu menyusui dan melahirkan dengan dosis 3 x 300mg/hari selama 15

hari secara terus-menerus mulai hari ke-2 atau hari ke-3 setelah melahirkan dapat

meningkatkan produksi ASI 50,7% lebih banyak dibandingkan dengan kelompok

ibu melahirkan dan menyusui bayinya yang tidak diberi ekstrak daun katuk.

Pemberian ekstrak daun katuk tersebut dapat mengurangi jumlah subyek kurang

ASI sebesar 12,5%. Pemberian ekstrak daun katuk tidak menurunkan kualitas

ASI, karena tidak menurunkan kadar protein dan kadar lemak ASI.

2.2 Penggolongan Obat Tradisional

Penggolongan obat tradisonal berasal dari simplisia hewani, mineral dan

nabati. Bahan obat alam yang berasal dari simplisia nabati jumlahnya lebih besar

dibandingkan yang berasal dari simplisia hewani ataupun mineral (DepKes RI,

2008). Dalam Permenkes RI tahun 2016 tentang Formularium Obat Herbal

Asli Indonesia, produk bahan alam dikelompokkan menjadi Jamu, Obat Herbal

Terstandar, dan Fitorfarmaka.

1.2.1 Jamu

Jamu adalah sediaan obat dari bahan alam, khasiat dan status keamanannya

dibuktikan secara empiris.

2.2.2 Obat Herbal Terstandar

Obat Herbal Terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah

distandarisasi bahan baku yang digunakan dalam produk jadi. Obat herbal ini

sudah terspesifikasi telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah atau

uji praklinik.

2.2.3 Fitofarmaka

Fitofarmaka merupakan sediaan obat bahan alam yang telah distandarisasi,

status keamanan dan khasiatnya telah dibuktikan secara ilmiah melalui uji

klinik. Logo dan Penandaan dapat dilihat pada gambar 2.3.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Katukeprints.umm.ac.id/58354/3/BAB II.pdf · 2020. 1. 17. · Katuk daunnya mengandung 7% protein kadar tinggi betakarotein, vitamin C,

8

Gambar 2.3 Logo dan Penandaan A Jamu; B Obat Herbal Terstandar; C

Fitorfarmaka

2.3 Tinjauan Simplisia

Simplisia merupakan bahan awal pembuatan sediaan herbal. Mutu sediaan

herbal sangat dipengaruhi oleh mutu simplisia yang digunakan. Oleh karena itu,

sumber simplisia, cara pengolahan, dan penyimpanan harus dapat dilakukan

dengan cara yang baik. Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai

bahan herbal yang belum mengalami pengolahan apapun kecuali dinyatakan lain

simplisia merupakan bahan yang telah dikeringkan (DepKes RI, 2000).

Menurut (DepKes RI, 2000) Simplisia dibagi menjadi 3 yaitu: Simplisia

mineral, Simplisia Hewani dan Simplisia nabati. (1) Simplisia mineral merupakan

simplisia berupa dari bahan mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan

cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni. (2) Simplisia hewani

merupakan simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh

hewan dan belum berupa bahan kimia murni. (3) Simplisia nabati merupakan

simplisia yang berupa tamanan utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman atau

gabungan antara ketiganya. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan

keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya.

Eksudat tanaman dapat berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang

dengan cara tertentu diisolasi/dipisahkan dari tanamannya.

2.4 Tinjauan Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati maupun hewani dan menggunakan pelarut yang sesuai,

kemudian hampir semua atau semua pelarut diuapkan dan massa serbuk yang

tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang telah

ditetapkan. Sebagian besar pembuatan ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan

baku obat secara perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan dengan cara

destilasi dengan pengurangan tekanan, bahan utama obat sesedikit mungkin

A B C

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Katukeprints.umm.ac.id/58354/3/BAB II.pdf · 2020. 1. 17. · Katuk daunnya mengandung 7% protein kadar tinggi betakarotein, vitamin C,

9

terkena panas. Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati, yang mengandung

etanol sebagai pelarut atau sebagai pengawet. Jika tidak dinyatakan lain pada

masing-masing monografi, tiap ml ekstrak mengandung bahan aktif dari 1 g

simplisia yang memenuhi syarat. Ekstrak cair yang cenderung membentuk

endapan dapat didiamkan dan disaring atau bagian yang bening dituangkan.

Beningan yang diperoleh memenuhi persyaratan. Ekstrak cair dapat dibuat dari

ekstrak yang sesuai (DepKes RI, 2014). Pembuatan sediaan ekstrak dimaksudkan

agar zat berkhasiat pada simplisia terdapat dalam bentuk yang mempunyai kadar

tinggi, dan hal ini memudahkan zat berkhasiat dapat diatur dosisnya (Anief,

2000).

2.4.1. Metode Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia

yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang

tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Senyawa aktif

yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan

minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Struktur kimia yang berbeda-beda

akan mempengaruhi kelarutan dari senyawa terhadap pemanasan, udara, cahaya,

logam berat, dan derajat keasaman. Dengan diketahuinya senyawa aktif yang

dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi

yang tepat (DepKes RI, 2000).

2.4.1.1 Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan

pelarut dengan pengadukan pada suhu ruangan (kamar). Maserasi kinetik yaitu

dilakukan dengan pengadukan secara terus–menerus. Remarasi yaitu dilakukan

pengulangan dengan penambahan pelarut setelah itu dilakukan penyaringan

maseri pertama dan seterusnya (DepKes RI, 2000).

Pada metode ini serbuk simplisia dan pelarut yang sesuai dimasukkan ke

dalam wadah yang tertutup rapat pada suhu kamar. Proses ekstraksi dihentikan

ketika tercapainya kesetimbangan antara kadar senyawa dalam pelarut dengan

kadar dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Katukeprints.umm.ac.id/58354/3/BAB II.pdf · 2020. 1. 17. · Katuk daunnya mengandung 7% protein kadar tinggi betakarotein, vitamin C,

10

dengan menggunakan penyaringan. Keuntungan dari maserasi ini yaitu bagian

tanaman yang diekstraksi tidak harus berbentuk serbuk halus, tidak memerlukan

keahlian khusus, serta dapat menghindari rusaknya senyawa yang bersifat

termolabil (Mukhriani, 2014).

2.4.1.2 Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi yang dilakukan pada suhu ruang dengan

menggunakan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction).

(DepKes RI, 2000). Pada metode perkolasi, serbuk sampel dibasahi secara

perlahan dalam sebuah perkolator (wadah silinder yang dilengkapi dengan kran

pada bagian bawahnya). Ditambahkan pelarut pada bagian atas serbuk sampel

dibiarkan menetes perlahan pada bagian bawah. Kerugian dalam metode ini

adalah jika sampel dalam perkolator tidak homogen maka pelarut akan sulit

menjangkau seluruh area. Sedangkan kelebihannya adalah sampel senantiasa

dialiri oleh pelarut baru (Mukhriani, 2014).

2.5 Tinjauan Granul

Granul merupakan penggabungan partikel-partikel kecil menjadi agregat

granul. Umumnya berbentuk tidak merata dan menjadi seperti partikel tunggal

yang lebih besar. Rentang ukuran berkisar antara ayakan mesh 4 sampai 12,

walaupun demikian granula dari macam-macam ukuran lubang ayakan mungkin

dapat dibuat tergantung pada tujuan pemakaiannya (Ansel, 2011).

2.5.1 Metode Granulasi basah

Granulasi adalah proses dimana partikel serbuk primer dibuat untuk melekat

sehingga membentuk multipartikel yang lebih besar yang disebut granul. Granul

biasanya memiliki rentang ukuran antara 0,2 dan 4,0 mm. Setelah granulasi dapat

digunakan sebagai bahan campuran tambahan lainnya sebelum dikempa menjadi

tablet (Solanki, 2010). Salah satu dasar pembuatan granul dari metode granulasi

basah adalah dengan membasahi serbuk atau campuran serbuk, kemudian pasta

yang dihasilkan dilewatkan melalui pengayak dengan ukuran mesh tertentu untuk

menghasilkan granul dengan ukuran yang diinginkan. Kemudian granul

dikeringkan melalui udara atau dibawah panas pada nampan pengeringan (sesuai

dengan sifat obat). Nampan pengeringan digerakkan secara berkala untuk

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Katukeprints.umm.ac.id/58354/3/BAB II.pdf · 2020. 1. 17. · Katuk daunnya mengandung 7% protein kadar tinggi betakarotein, vitamin C,

11

mencegah granul menjadi massa besar atau gumpalan. Tambahkan bahan

lubrikan, kemudian tablet dicetak dengan cara kompresi (Ansel, 2011).

Keuntungan dari metode granulasi basah adalah pengempaan baik, distribusi zat

pewarna merata, pemadatan dan sifat-sifat mengalir lebih baik (Siregar dan

Wikarsa, 2010).

2.5.2 Mutu fisik Granul

2.5.2.1 Kecepatan Alir dan Sudut Diam

Sifat aliran serbuk sangat penting untuk pembuatan tablet yang efisien.

Aliran serbuk atau granul yaitu baik untuk dikempa sangat penting untuk

memastikan pencampuran yang efisien dan keseragaman bobot untuk tablet

kempa. Jika suatu zat aktif pada tahap formulasi diidentifikasi mempunyai sifat

aliran yang buruk, masalah ini dapat diatasi dengan memilih eksipien yang tepat

(Siregar dan wikarsa, 2010).

Bobot tablet yang seragam dapat dihasilkan dari keseragaman dan

keteraturan aliran granul ke pencetak tablet. Oleh karena itu dilakukan

pengukuran kecepatan alir dan sudut diam granul. Kecepatan alir granul yang baik

jika lebih besar dari 10 g/detik, dengan sudut diam antara 20– 30º (Aulton, 2002).

( )

( )

Sudut diam adalah teknik yang retatif sederhana untuk memperkirakan sifat

alir serbuk. Sifat alir serbuk dapat ditentukan dengan mengalirkan serbuk melalui

corong dan jatuh bebas pada permukaan. Tinggi dan diameter kerucut yang

dihasilkan diukur dan sudut diam dihitung. Serbuk dengan sudut diam yang tinggi

memiliki sifat alir yang buruk, sedangkan serbuk yang memiliki sudut diam

rendah dapat bebas mengalir. Sejumlah faktor, termasuk bentuk dan ukuran,

menentukan sifat alir serbuk (Ansel, 2011). Nilai sudut diam kurang dari 30o

umumnya menunjukkan granul bebas mengalir, dan sudut diam lebih dari 40o

menunjukkan granul memiliki aliran yang buruk (Aulton, 2002). Hubungan sudut

diam dan daya alir dilihat pada tabel II.2.

Sudut Diam (tgα) ( )

( )

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Katukeprints.umm.ac.id/58354/3/BAB II.pdf · 2020. 1. 17. · Katuk daunnya mengandung 7% protein kadar tinggi betakarotein, vitamin C,

12

Tabel II.2 Hubungan Sudut Diam dan Daya Alir (Aulton, 2002)

Sudut Diam Daya Alir

<20 Sangat Baik

20-30 Baik

30-34 Cukup Baik

>40 Sangat Buruk

2.5.2.2 Kandungan Lengas

Pemeriksaan kandungan lengas granul sangat penting dilakukan pada

proses granulasi basah karena akan berpengaruh pada produk akhir. Kelembaban

dapat mempengaruhi waktu hancur tablet, stabilitas kimia, aliran granul,

kompresi tablet, dan habit kristal. Kandungan lengas diukur dengan

menggunakan alat moisture balance (Parikh, 2005). Kandungan lengas yang

terlalu rendah meningkatkan kemungkinan terjadinya capping yaitu permukaan

tablet pecah atau retak atau timbul garis pada tablet. Sedangkan kandungan

lengas yang terlalu tinggi meningkatkan kemungkinan terjadinya picking

yaitu terjadi penempelan massa cetak pada dinding die punch. Persyaratan

granul yang baik memiliki kandungan lengas 1-2% (Aulton, 2002).

2.5.2.3 Kadar Fines

Metode yang digunakan dalam menentukan kadar fines ini adalah

pengayakan dengan menggunakan alat mesh 100 dan pan. Ukuran partikel serbuk

memiliki beberapa karakteristik ukuran dari yang kasar hingga yang halus. Fines

adalah partikel halus yang berukuran kurang dari mesh 100 . Untuk serbuk sangat

kasar jumlah fines tidak boleh terlalu banyak (<20%) yang melewati mesh 100

agar tidak terjadi masalah saat mencetak tablet (Ansel, 2011). Uji kadar fines

dapat dilakukan dengan menimbang 25 g granul dan dimasukkan kedalam ayakan.

Pengayakan dilakukan selama 15 menit (DepKes RI, 2014).

2.5.2.4 % Kompresibilitas

Kompresibilitas adalah ukuran kecenderungan dari serbuk yang akan

dikompres, hal ini dapat dilihat dari perbandingan antara kerapatan serbuk

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Katukeprints.umm.ac.id/58354/3/BAB II.pdf · 2020. 1. 17. · Katuk daunnya mengandung 7% protein kadar tinggi betakarotein, vitamin C,

13

mampat dan kerapatan serbuk ruahan. Kerapatan granul dapat dihitung dari

perbandingan massa serbuk yang belum dimampatkan terhadap volume.

Pengukuran menggunakan gelas ukur sehingga kerapatan granul dinyatakan

dalam gram per ml (g/ml). Indeks kompresibilitas dapat dihitung dengan rumus :

nd a ( o

)

Volume sebelum dimampatkan (V0) diukur dengan menimbang 100g

granul di masukkan ke dalam gelas ukur 100 ml (untuk volume antar 50 ml–100

ml). Diratakan permukaan serbuk dengan hati-hati tanpa dimampatkan jika perlu,

dan bacalah volume yang terlihat (V0) ke skala terdekat. Dihitung kerapatan

ruahan dalam g/ml dengan rumus M/V0.

Volume setelah pengetukkan (VF)diukur dengan cara pengetukan pada

gelas ukur sebanyak 10, 500, dan 1250. Baca volume yang terlihat V10, V500, dan

V1250 ke skala terdekat. Apabila tidak ada penambahan volume yang lebih besar

dari 2 ml atau didapat volume yang konstan, maka volume langsung dibaca.

Dihitung kerapatan ruahan dalam g/ml dengan rumus M/VF. VF adalah volume

setelah pengetukan akhir (DepKes RI, 2014). Dari nilai Bobot Jenis Mampat dan

Bobot Jenis Nyata dapat diihat hubungan indeks kompresibilitas dan kemampuan

alir dapat dilihat pada tabel II.3

Tabel II.3 Hubungan Indeks Kompresibilitas dan Kemampuan Alir (Aulton,2002)

% Kompresibilitas Kemampuan Alir

5-10

12-16

18-21

23-28

28-35

35-38

>40

Sangat baik

Baik

Cukup baik

Cukup

Jelek

Sangat jelek

Sangat jelek sekali

2.5.2.5 Kompaktibilitas

Uji kompaktibilitas dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan bahan

serbuk yang dikempa untuk membentuk masa yang kompak setelah diberikan

tekanan tertentu. Beberapa petunjuk karakteristik kompaktbilitas suatu zat aktif

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Katukeprints.umm.ac.id/58354/3/BAB II.pdf · 2020. 1. 17. · Katuk daunnya mengandung 7% protein kadar tinggi betakarotein, vitamin C,

14

tunggal dan dalam kombinasi dengan beberapa eksipien yang umum dapat

diperoleh sebagai bagian dari evaluasi praformulasi. Penggunaan tekanan hidrolik

memberikan salah satu cara yang sederhana untuk memperoleh data tersebut.

Kompaktibilitas merupakan parameter untuk mengetahui kekerasan dan

kerapuhan suatu tablet. Serbuk yang dapat membentuk tablet yang keras dibawah

tekanan yang diberikan tanpa menunjukkan kecenderungan "capping” dapat

dianggap kompaktibel dengan mudah (Siregar dan Wikarsa, 2010).

2.6 Tinjauan Tablet

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa

bahan pengisi. Berdasarkan Metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet

kempa dan tablet cetak. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan

merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet kempa dibuat

dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul menggunakan cetakan

baja. Pada umumnya tablet kempa mengandung zat aktif dan bahan pengisi, bahan

pengikat, disintegran dan lubrikan, dapat juga mengandung bahan warna dan lak

(bahan warna yang diadsorpsikan pada alumunium hidroksida yang tidak larut)

yang diizinkan, bahan pengaroma dan bahan pemanis. Bahan pengisi ditambahkan

jika jumlah zat aktif sedikit atau sulit dikempa. Bahan pengisi yang umum adalah

laktosa, pati, kalsium fosfat dibasa dan selulosa mikrokristal (DepKes RI, 2014).

Tablet terdapat dalam berbagai ragam, bentuk, kekerasan, ketebalan, sifat

disolusi disintegrasi dan dalam aspek lain, tergantung dalam penggunaan yang

dimaksudkan dan metode pembuataannya. Tablet biasanya berbentuk bundar,

dengan permukaan datar, atau konveks. Bentuk khusus seperti kaplet, segitiga,

lonjong, segi empat, segi enam yang telah dikembangkan oleh beberapa pabrik

untuk membedakan produknya dengan produk dari pabrik lainnya (Siregar dan

Wikarsa, 2010).

2.6.1 Bahan Pembawa Tablet

Bahan Tambahan adalah komponen Obat Tradisional yang dimaksudkan

sebagai zat, pelarut, pelapis, pembantu, dan zat yang dimaksudkan untuk

mempertinggi kegunaan, kemantapan, keawetan, atau sebagai zat warna dan tidak

mempunyai efek farmakologis (BPOM RI, 2014).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Katukeprints.umm.ac.id/58354/3/BAB II.pdf · 2020. 1. 17. · Katuk daunnya mengandung 7% protein kadar tinggi betakarotein, vitamin C,

15

2.6.1.1 Bahan Pengisi

Bahan pengisi ditambahkan jika sulit dikempa atau jumlah bahan aktif

yang sedikit. Jika kandungan zat aktif kecil, maka sifat tablet secara keseluruhan

ditentukan oleh bahan pengisi yang jumlahnya besar. Karena masalah

ketersediaan hayati obat hidrofobik yang kelarutannya dalam air kecil, digunakan

bahan pengisi yang larut dalam air. Bahan pengisi tablet antara lain laktosa, pati,

kalsium fosfat dibasa dan selulosa mikrokristal (DepKes RI, 2014).

2.6.1.2 Bahan Pengikat

Bahan pengikat dapat memberikan daya adhesi pada massa serbuk

sewaktu granulasi dan pada tablet kempa serta menambah daya kohesi yang telah

ada pada bahan pengisi. Zat pengikat dapat ditambahkandalam bentuk kering,

tetapi lebih efektif jika ditambahkan dalam larutan. Bahan pengikat antara lain,

gelatin, gom akasia, dan metilselulosa (DepKes RI, 2014).

2.6.1.3 Bahan Penghangcur

Bahan penghancur membantu hancurnya tablet setelah ditelan.

Disintegran tablet yang paling banyak digunakan adalah pati. Selulosa dan pati

yang termodifikasi secara kimia yaitu asam alginat, povidon dan selulose

mikrokristal. Campuran efervesen digunakan sebagai disintegran dalam sistem

tablet larut. Kandungan disintegran cara penambahan dan derajat kepadatan

berperan dalam efektivitas daya hancur tablet (DepKes RI, 2014 ). Bahan

penghancur antara lain amilum, Metilselulosa, Avicel (Mikrokristalin selulosa),

solka floc, asam alginat, Explotab (sodium starch glicolate), gom guar, Policlar

AT (Crosslinked PVP), Amberlite IPR 88, Metilselulosa, CMC, HPMC (Siregar

dan Wikarsa, 2010).

2.6.1.4 Bahan Lubrikan

Lubrikan bertujuan untuk mengurangi gesekan selama proses pengempaan

tablet dan mencegah massa tablet melekat pada cetakan. Senyawa asam stearat,

minyak nabati terhidrogenasi dan talk digunakan sebagai lubrikan. Lubrikan

bersifat hidrofobik, sehingga cenderung menurunkan kecepatan disintegrasi dan

disolusi tablet. Oleh karena itu kadar lubrikan yang berlebihan harus dihindarkan.

Polietilen glikol dan beberapa garam lauril sulfat digunakan sebagai lubrikan yang

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Katukeprints.umm.ac.id/58354/3/BAB II.pdf · 2020. 1. 17. · Katuk daunnya mengandung 7% protein kadar tinggi betakarotein, vitamin C,

16

larut, tetapi lubrikan seperti ini umumnya tidak memberikan sifar lubrikasi yang

optimal, dan diperlukan dengan kadar yang lebih tinggi (DepKes RI, 2014).

2.6.2 Tinjauan Mutu Fisik Tablet

2.6.2.1 Kekerasan Tablet

Dalam formulasi tablet, perlu dilakukan uji kekerasan untuk menjamin

tablet tidak patah selama proses distribusi dan cukup lunak untuk dapat hancur

tepat setelah ditelan. Kekerasan tablet dapat dipengaruhi oleh tekanan yang

diberikan selama proses pencetakan. Semakin besar tekanan yang diberikan, maka

tablet yang dihasilkan pun semakin keras. Dalam mengukur kekerasan tablet,

biasanya digunakan alat bernama hardness tester. Kekerasan sekitar 4-8 kg

merupakan persyaratan minimal untuk tablet yang baik (Ansel, 2011).

2.6.2.2 Kerapuhan Tablet

Pemeriksaan kerapuhan tablet menggunakan alat uji kerapuhan dan

dilakukan sebanyak 3 kali. Untuk tablet dengan bobot kurang dari sama dengan

650 mg diambil keseluruhan tablet yang sesuai dan memiliki bobot 6,5g.

Sedangkan, untuk tablet dengan bobot lebih dari 650 mg dilakukan prosedur

dengan cara ditimbang 10 tablet yang akan diuji kerapuhannya. Selanjutnya,

seluruh tablet dimasukkan ke dalam alat uji kerapuhan, di nyalakan alat dengan

kecepatan 25 rpm dengan 100 kali putaran (USP, 2012). Persyaratan kerapuhan

tablet adalah bobot kurang dari 1% (Ansel, 2011).

( )

Keterangan: W1 = bobot mula-mula dari 10 tablet

W2 = bobot setelah pengujian

2.6.2.3 Waktu Hancur Tablet

Pada uji ini dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian batas waktu hancur

yang telah ditetapkan dalam masing-masing monografi. Uji waktu hancur tidak

menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna. Pengujian

waktu hancur, tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal

di atas kasa, kecuali bagian yang berasal dari zat penyalut (DepKes RI, 2014).

Persyaratan waktu hancur sekitar 15 menit untuk tablet tidak bersalut (USP,

2016).

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Katukeprints.umm.ac.id/58354/3/BAB II.pdf · 2020. 1. 17. · Katuk daunnya mengandung 7% protein kadar tinggi betakarotein, vitamin C,

17

2.7 Tinjauan Bahan Penelitian

2.7.1 Laktosa

Laktosa (C12H22O12.H2O) merupakan pengisi yang paling luas digunakan

dalam formulasi sediaan tablet. Laktosa merupakan eksipien yang baik sekali

digunakan dalam tablet yang mengandung zat aktif berkonsentrasi kecil karena

mudah melakukan pencampuran yang homogen. Selain itu harga laktosa juga

relatif murah dari pada kebanyakan pengisi tablet yang lain (Siregar dan Wikarsa,

2010). Laktosa merupakan serbuk putih mengalir bebas. Mudah larut dalam air

secara perlahan-lahan, praktis tidak larut dalam etanol (Depkes RI, 2014).

Struktur kimia monomer laktosa dapat dilihat pada gambar 2.4.

Gambar 2.4 Struktur Kimia Monomer Laktosa (Rowe et al, 2009)

2.7.2 Selulosa Mikrokristalin101

Selulosa mikrokristalin 101 adalah nama dagang dari Avicel 101. Selulosa

mikrokristalin dibuat dari hidrolisis terkontrol α-selulosa dengan larutan asam

mineral encer. Selulosa mikrokristalin 101 memiliki kompresibilitas yang sangat

baik, digunakan sebagai bahan pengisi tablet yang dibuat secara granulasi

maupun cetak langsung. Selulosa mikrokristalin 101 sebagai bahan pengisi

tablet umumnya digunakan dalam rentang 20-90% (Rowe et al., 2009). Sifat

alirnya yang kurang baik dan harganya yang relatif mahal membuat avicel jarang

diguna an bagai bahan p ngi i tunggal (Sa’adah dan Fudholi, 2 ).Struktur

Kimia Polimer Selulosa Mikrokristalin 101 dapat dilihat pada gambar 2.5.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Katukeprints.umm.ac.id/58354/3/BAB II.pdf · 2020. 1. 17. · Katuk daunnya mengandung 7% protein kadar tinggi betakarotein, vitamin C,

18

Gambar 2.5 Struktur Kimia Polimer Selulosa Mikrokristalin 101

(Rowe et al.,2009)

2.7.3 Gelatin

Gelatin adalah suatu zat yang diperoleh dari hidrolisa partial kolagen dari

kulit, tulang hewan dan jaringan ikan putih. Pemerian berupa lembaran, kepingan,

potongan, atau serbuk kasar sampai halus, kuning lemah atau coklat terang.

Warna gelatin berragam tergantung ukuran partikelnya, berbau lemah seperti

kaldu, jika kering stabil di udara, tapi mudah terurai oleh mikroba jika lembab

atau dalam bentuk larutan. Dalam air mengembang dan lunak bila dicelup,

menyerap air secara bertahap sebanyak 5-10 kali beratnya, larut dalam air panas,

asam asetat 6 N dan campuran panas gliserin dan air, tidak larut dalam air dingin,

etanol, kloroform, eter, minyak lemak dan minyak penguap (DepKes RI, 2014).

Kadar gelatin sebagai zat pengikat ialah 2-10% (Siregar dan Wikarsa, 2010)

Gambar 2.6 Struktur Kimia Polimer Gelatin (Poppe, 1992)

Gelatin diekstraksi dari jaringan hewan yang kaya akan kolagen seperti

kulit, otot, dan tulang. Gelatin yang diperoleh dari proses asam disebut tipe A,

sedangkan gelatin yang diperoleh dari proses basa disebut tipe B. Pada proses

pembuatan gelatin Tipe A melalui proses asam, bahan baku diberi perlakuan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Katukeprints.umm.ac.id/58354/3/BAB II.pdf · 2020. 1. 17. · Katuk daunnya mengandung 7% protein kadar tinggi betakarotein, vitamin C,

19

perendaman dalam larutan asam organic seperti klorida, asam sulfat, asam sulfit

atau asam fosfat, sedangkan proses produksi gelatin Tipe B melalui proses basa,

perlakuan yang diberikan adalah perendaman dalam air kapur, proses ini sering

dikenal sebagai proses alkali (Rowe, 2009).

2.7.4 Primogel

Primogel adalah derivat amilum kentang yang memiliki sifat seperti

carboxymethyl cellulose. Nama lain dari primogel yaitu sodium carboxymethyl

starch atau sodium starch glycolate, merupakan serbuk putih atau hampir putih,

serbuk higroskopis dan mudah mengalir. Bahan ini stabil meskipun sangat

higroskopis, harus disimpan dalam wadah tertutup baik untuk melindungi

dari kelembaban agar tidak menyebabkan penggumpalan (Rowe et al., 2009).

Struktur Kimia Polimer Primogel dapat dilihat pada gambar 2.7.

Gambar 2.7 Struktur Kimia Polimer Primogel (Rowe et al., 2009)

Primogel merupakan salah satu dari superdisintegrant yang efektif

digunakan dalam pembuatan tablet secara granulasi basah maupun cetak

langsung. Efektif pada kadar 2-8% dan kadar diatas 8% umumnya menambah

waktu hancur tablet. Kemampuan Primogel sangat baik karena kemampuan

mengembangnya yang cukup besar dengan tetap mempertahankan keutuhan

tabletnya sehingga pengembangan tersebut dapat memberikan dorongan ke daerah

sekitarnya sehingga membantu proses pecahnya tablet. Kekurangan primogel

yaitu tidak dapat digunakan dengan kadar yang tinggi atau lebih dari 8%. Hal ini

dikarenakan pada penggunaan kadar tinggi dapat menyebabkan desintegrasi

meningkat sehingga efek viskositas juga akan meningkat. Keuntungan

penggunaan primogel adalah dapat dengan cepat terjadi penyerapan air. Primogel

menyebabkan waktu hancur cepat yaitu sekitar 2 menit, efektif dalam hal

ketersediaan serta ekonomis dan murah (Priyanka dan Vandana, 2013).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tanaman Katukeprints.umm.ac.id/58354/3/BAB II.pdf · 2020. 1. 17. · Katuk daunnya mengandung 7% protein kadar tinggi betakarotein, vitamin C,

20

2.7.5 Magnesium Stearat

Magnesium stearat merupakan campuran asam-asam organik padat

yang diperoleh dari lemak, terutama terdiri dari magnesium stearate dan

magnesium palmitat dalam berbagai perbandingan. Magnesium stearat memiliki

rumus molekul C36H70MgO4 dengan bobot molekul 591,24 Mengandung setara

dengan tidak kurang dari 6,8% dan tidak lebih dari 8,3% MgO (DepKes RI,

2014). Magnesium stearat berupa serbuk yang sangat halus, berwarna putih,

memiliki densitas rendah, bau samar dan rasa yang khas. Kelarutan praktis tidak

larut dalam air, etanol, dan eter, sedikit larut dalam benzene hangat. Stabilitasnya

baik, dan harus disimpan dalam wadah tertutup, ditempat sejuk dan kering.

Secara umum magnesium stearate digunakan pada pembuatan kosmetik, makanan

dan formulasi sediaan farmasi (Rowe et al., 2009). Struktur Kimia Polimer

Magnesium Stearat dapat dilihat pada gambar 2.8.

Gambar 2.8 Struktur Kimia Polimer Magnesium Stearat (Rowe et al.,2009).