Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengertian Ekspor dan Impor
1. Pengertian Ekspor
Ekspor adalah aktivitas mengirimkan barang dari dalam negeri (penjual) ke luar negeri ke
Negara pembeli. (Maryanto Supriyono, 2010 ).
Ekspor adalah pengiriman barang ke luar daerah Pabean Indonesia. (Daud Kobi, 2011).
Ekspor adalah perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dari dalam keluar wilayah
pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. (Andri Feriyanto, 2015).
Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean Indonesia dengan
memenuhi ketentuan yang berlaku. (Tjarsim Adisasmita, 2007).
Impor adalah kegiatan memasukkan barang dari suatu negara (luar negeri) kedalam
wilayah pabean negara lain. (Andi Susilo, 2008).
Dari beberapa pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ekspor adalah
mengeluarkan barang dari dalam negeri (wilayah pabean Indonesia) ke luar negeri (luar
wilayah pabean Indonesia) dengan memenuhi ketentuan yang berlaku yang menyangkut dua
Negara yaitu Negara pengirim barang (Negara eksportir) dan Negara penerima barang
(Negara importir). Ekspor hanya dapat dilakukan oleh perusahaan yang berbadan hukum
yang telah mendapat ijin dari Departemen Perdagangan Republik Indonesia.
2.1.2 Pengertian Eksportir dan Importir
1. Pengertian Eksportir
Eksportir adalah Orang/Pengusaha yang memperoleh izin untuk
menjual/mengirim hasil produksinya kepada pembeli di luar negeri. (Daud Kobi,
2011)
2. Pengertian Importir
Importir adalah Orang/Pengusaha yang memperoleh izin untuk memasukkan
barang dari luar negeri ke dalam negeri. (Daud Kobi, 2011).
Dalam melakukan kegiatan ekspor ada tiga pengelompokan barang ekspor
(Maryanto Supriyono, 2011)yaitu :
a. Barang yang diatur
Adalah barang ekspor yang hanya dapat di ekspor oleh eksportir terdaftar.
Contohnya sebagai berikut :
1) Tekstil dan produk tekstil (ke Amerika Serikat, Uni Eropa, Norwegia, dan
Turki)
2) Kopi dan manioc (ke Uni Eropa)
3) Kayu, produk kayu, dan rotan
Ekspor tersebut hanya dapat dilakuan oleh eksportir yang terdaftar atas
persetujuan MENPERINDAG.
b. Barang yang diawasi
Adalah barang yang ekspornya hanya dapat dilakukan dengan persetujuan Mentri
Perindustrian dan Perdagangan atau pejabat yang ditunjuk. Contohnya sebagai
berikut :
1) Bibit sapi, sapi, kerbau, anak ikan Napoleon Wrase dan ikan Napoleon, benih
ikan bandeng / nener, labi – labi.
2) Inti kelapa sawit, minyak dan gas bumi, pupuk urea
Kulit buaya dalam bentuk wet blue.
3) Binatang liar dan tumbuhan alam yang tidak dilindungi termasuk dalam
Appendix II Cities.
4) Perak tidak ditempa, atau dalam bentuk setengah jadi, atau dalam bentuk
bubuk, bubuk keempaan setengah jadi.
5) Emas bukan tempa atau dalam bentuk bubuk, serbuk, bentuk gumpalan, ingot
atau atang tuaan.
6) Limbah dan skrap fero, ingot hasil peleburan skrap besi atau baja (khusus
yang berasal dari wilayah pulau Batam).
7) Limbah dan skrap dari baja stainless, tembaga, kuningan, dan aluminium
tuangan
Ekspor produk tersebut hanya dapat dilakukan dengan persetujuan
MENPERINDAG dan instansi teknis lainnya.
c. Barang yang dilarang
Adalah barang yang tidak boleh diekspor. Contohnya sebagai berikut :
1) Anak ikan Arwana, ikan Arwana, benih ikan sidat ukuran 5 mm.
2) Ikan hias air tawar jenis botia machrancanthus ukuran 15 cm ke atas.
3) Udang galah dibawah ukuran 8 cm dan udang penacidae (induk dan calon
induk).
4) Biji timah dan pekatannya, biji timah hitam dan pekatannya.
Binatang liar dan tumbuhan alam yang dilindungi termasuk dalam Appendix I
dan II Cities
Kulit mentah, pickled, dan wet blue dari binatang melata kecuali kulit buaya
dalam bentuk wet blue.
5) Kayu bulat yaitu bagian dari pohon yang dipotong menjadi batang atau batang
– batang bebas cabang dan ranting mempunyai diameter minimal 30 cm dan
panjang tdak dibatasi dari semua jenis kayu.
6) Karet bongkah / karet yang tidak memenuhi standar mutu SIR.
Bahan – bahan remiling dari rumah asap berupa : slabs, lumps, scrap, karet
tanah, blanked sheet, smoked, unsmoked sheet, lebih rendah dari kualitas IV,
blanked D off, cutting C, remilled 4, flat bark crepe.
7) Limbah skrap fero, ingot hasil peleburan besi atau baja (keuali yang berasal
dari pulau Batam)
Bahan baku seripih (BBS) yaitu kayu yang mempunyai ukuran 29 cm ke
bawah dan panjang tidak dibatasi dari semua jenis kayu.
8) Barang kuno yang bernilai kebudayaan, pasir laut.
Barang – barang yang dilarang untuk diekspor ini bertujuan antara lain agar
komoditas tersebut dapat diproses menjadi barang setengah jadi atau barang jadi
untuk meningkatkan nilai tambah, menjaga pengadaan bahan baku, melindungi
kelestarian alam / hutan, melindungi jenis tanaman dan binatang langka.
Dalam hal ini pengelompokan tersebut akan memengaruhi proses pengiriman atau
pengeluaran barang dari wilayah pabean dari setiap barang yang akan melewati
daerah pabean akan diperiksa sesuai pengelompokan dan sesuai peundangan yang
berlaku oleh petugas Bea dan Cukai dmana pemeriksaan tersebut memengaruhi
sistem dan proses pengiriman bak dari segi dokumen, pengawasan, pengemasan,
dan perawatan selama proses pengiriman tersebut keluar dari daerah pebean ke
Negara atau tepat tujuan yang dimaksud pembeli atau konsumen yang berada di
Negara lain.
2.1.3 Dokumen–dokumen Ekspor
Dokumen–dokumen ekspor yang dibutuhkan dalam proses ekspor adalah sebagai
berikut :
1. Shipping Instruction (S/I)
Shipping Instruction adalah dokumen untuk memesan ruangan kapal / memesan
kontainer maupun ruangan pada kontainer.Data yang ada pada Shipping Instruction /
Shipping Order merupakan data yang diperlukan dalam pembuatan Bill of Lading
(B/L).S/I atau S/O juga dapat diartikan seagai dokumen yang menjadi sumber dari
semua jenis dokumen pengapalan.
2. Commercial Invoice / Invoice
Commercial Invoice / Invoice adalah dokumen yang berisi mengenai nilai barang
yang akan diekspor. Data-data yang dapat diambil dari invoice yaitu:
1) Jenis barang
2) Harga barang
3) Nama dan alamat pengirim / Shipper
4) Nama dan alamat penerima / Consignee
5) Nomor Invoice
6) Tanggal dikeluarkan Invoice
3. Packing List
Packing List adalah dokumen yang berisi daftar barang (kemasan, jumlah, berat
kotor, berat bersih, volume) yang akan di ekspor. Data – data yang dapat diambil dari
packing list yaitu :
1) Jenis barang
2) Berat kotor dan Berat bersih
3) Jumlah barang
4) Jenis kemasan barang
5) Volume barang
4. Certificate of Origin (COO) / Surat Keterangan Asal (SKA)
Certificate of Origin adalah dokumen yang diterbitkan oleh Departemen
Perdagangan yang menyatakan keterangan asal barang yang akan diekspor. Data –
data yang dapat diambil COO yaitu :
1) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
2) Invoice / Commercial Invoice
3) Packing List
4) PEB + Nota Pembetulan (jika ada)
5) NPE
6) Struktur Biaya
5. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)
Pemberitahuan Ekspor Barang adalah dokumen yang dibuat oleh eksportir atau
Perusahaan Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK) yang kemudian dibetitahukan
kepada Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC).
6. Nota Pelayanan Ekspor (NPE)
NPE diterbitkan oleh Dirjen Bea dan Cukai sebagai balasan atas PEB yang diajukan
ke Dirjen Bea dan Cukai. NPE menerangkan bahwa barang yang akan dikirim
mendapat izin ekspor dari Dirjen Bea dan Cukai.
7. Bill of Lading (B/L)
Bill of Lading adalah tanda terima penyerahan barang yang dikeluarkan oleh
perusahaan pelayaran atau freight forwarding sebagai tanda bukti kepemilikan atas
barang yang dimuat di atas kapal.B/L yang diterbitkan oleh perusahaan pelayaran
pada umumnya disebut dengan istilah Master B/L, sedangkan B/L yang diterbitkan
oleh perusahaan Freight Forwarding pada umumnya disebut dengan istilah House
B/L. Perbedaan antara House B/L dengan Master B/L yaitu terletak pada nama
pengirim atau shipper, nama penerima atau consignee, dan nama pihak yang
diberitahukan atau notify party. Pada Master B/L, namashipper diisi dengan nama
perusahaan Freight Forwarding di Negara asal barang dan nama consignee dan
notify party diisi dengan nama agen perusahaan Freight Forwarding di Negara
tujuan. Sedangkan pada House B/L, namashipper diisi dengan nama pengirim barang
yang sebenarnya (real shipper) dan pada nama consignee dan notify party diisi
dengan nama penerima barang yang sebenarnya (real consignee).
B/L yang diterbitkan oleh freight forwardingdisebut denganHouse B/L (HBL). Pada
House B/L berisi informasi tentang:
1) Nomor dokumen
2) Nama dan alamat pengirim / Shipper
3) Nama dan alamat penerima / Consignee
4) Pihak yang diberitahukan / Notify Party
5) Nama sarana pengangkut
6) Pelabuhan muat
7) Pelabuhan bongkar
8) Nomor dan seal peti kemas
9) Uraian data barang
10) Berat kotor, berat bersih, volume barang
11) Term of Freight Payment
12) Tanggal loaded on board barang
13) Tempat dan tanggal dokumen diterbitkan
B/L yang diterbitkan oleh perusahaan pelayaran disebut dengan Master B/L (MBL).
Pada Master B/L berisi informasi tentang :
1) Nomor dokumen
2) Nama dan alamat pengirim / Shipper
3) Nama dan alamat penerima / Consignee
4) Pihak yang diberitahukan / Notify Party
5) Nama sarana pengangkut
6) Pelabuhan muat
7) Pelabuhan bongkar
8) Nomor dan seal peti kemas
9) Uraian data barang
10) Berat kotor, berat bersih, volume barang
11) Term of Freight Payment
12) Tanggal loaded on board barang
13) Tempat dan tanggal dokumen diterbitkan
8. Forwarders Certificate of Receipt / FCR
Forwarders certificate of receipt adalah dokumen yang berisi tentang pengakuan
resmi dari freight forwarder bahwa barang sudah diterima dan menyatakan
bertanggung jawab atas pengiriman barang tersebut. FCR berisi tentang :
1) Nomor referensi dan tanggal pembuatan dokumen
2) Nama dan alamat pengirim / Shipper
3) Nama dan alamat penerima / Consignee
4) Pihak yang diberitahukan / Notify party
5) Final Agent
6) Nama sarana pengangkut
7) Pelabuhan muat, pelabuhan transit, dan pelabuhan bongkar
8) Rencana keberangkatan dan kedatangan kapal
9) Term of Shipment
10) Data barang yang dikirim
9. Delivery Order (D/O) / Booking Confirmation (B/C)
Delivery Order / Booking Confirmation adalah dokumen yang digunakan untuk
mengambil peti kemas di depo maupun mengirimkan barang ke gudang
konsolidasi.B/C berisi informasi tentang :
1) Nama dan alamat pengirim / Shipper
2) Nama dan alamat penerima / Consignee
3) Pihak yang diberitahukan / Notify Party
4) Delivery Agent
5) Term of Shipment
6) Pelabuhan muat, pelabuhan transit, dan pelabuhan bongkar
7) Data barang yang akan dikirim
8) Rencana jadwal pengiriman
10. Booking Note
Booking Note berfungsi sebagai dokumen yang digunakan oleh Freight Forwarding
untuk memesan peti kemas yang ditujukan kepada perusahaan pelayaran. Pada
Booking Note berisi informasi tentang :
1) Perusahaan Pelayaran yang dituju
2) Nama dan alamat pengirim / Shipper
3) Nama dan alamat penerima / Consignee
4) Pihak yang diberitahukan / Notify Party
5) Nama sarana pengangkut
6) Pelabuhan muat dan pelabuhan bongkar
7) Rencana jadwal pengiriman
8) Ukuran dan jenis peti kemas yang dipesan
11. Container Load Plan (CLP)
Container Load Plan adalah dokumen sejenis Tally Sheet yang menerangkan tentang
barang muatan yang akan dimuat dalam satu peti kemas. Informasi yang terdapat
pada Container Load Plan adalah sebagai berikut :
1) Kode pengangkut
2) Nomor peti kemas dan nomor seal
3) Nama sarana pengangkut dan voyage
4) Pelabuhan muat dan pelabuhan bongkar
5) Estimasi keberangkatan dan kedatangan sarana pengangkut
6) Tanggal Stuffing
7) Closing Time
8) File number
9) Nama pengirim / Shipper
10) Nama penerima / Consignee
11) Nomor Purchase Order (PO)
12) Jumlah dan jenis kemasan barang
13) Volume barang, aktual jumlah kemasan, dan aktual volume.
14) Nomor dan tanggal PEB dan HS code
12. Pemberitahuan Konsolidasi Barang Ekspor (PKBE)
Dalam kasus ini PT. KN SIGMA TRANS cabang Semarang belum mempunyai
gudang konsolidasi sendiri dan masih menyewa ruang pada gudang millik PT. Dhana
Persada Manunggal sehingga pemilik gudang yang melakukan penerbitan PKBE
untuk ditujukan kepada Dirjen Bea dan Cukai. PEB dari masing – masing eksportir
menjadi dasar untuk pembuatan PKBE.
2.1.4 Sistem angkutan menggunakan peti kemas / container
1. Pengertian peti kemas / container
Peti kemas / container yang dipergunakan dalam kegiatan ekspor maupun impor
yaitu sebuah peti yang terbuat dari besi baja tahan karat, aluminium ekstrusi, fibre
glass, dan kayu lapis / plywood serta tahan dengan cuaca yang berubah – ubah.
2. Jenis – jenis peti kemas
a. Dry Cargo Container/ General Purpose Container, peti kemas jenis ini
digunakan untuk memuat muatan umum (semua jenis barang dagangan kering
dalam berbagai macam kemasan yang tidak memerlukan penanganan khusus).
b. Reefer Container, jenis peti kemas ini digunakan untuk muatan yang memerlukan
suhu khusus dalam proses pengirimannya, misalnya : ikan segar, daging, buah,
dan sayuran.
c. Open Top Container, peti kemas jenis ini terbuka di bagian atasnya bertujuan
untuk muatan yang tidak dapat dimuat melalui pintu peti kemas pada umunya.
d. Flat Rack Container, peti kemas jenis hanya platform saja yang penggunaannya
untuk barang yang memiliki ukuran melibihi ukuran peti kemas pada umunya.
e. Tank Container, peti kemas jenis ini berupa tangki baja yang dibangun di dalam
kerangka peti kemas yang digunakan untuk muatan cair atau bahan kimia.
3. Ukuran peti kemas
Peti kemas dalam kegiatan ekspor impor memiliki beberapa ukuran, yaitu 20 feet
(40G), 40 feet (40G), 40 feet high cube (40HC), dan 45 feet high cube (45HC). Detail
dari masing – masing ukuran adalah sebagai berikut :
a. 20 feet, peti kemas berukuran 20 feet mempunyai spesifikasi :
1) dimensi luar p x l x t = 6,058m x 2,438m x 2,591m
2) dmensi dalam p x l x t = 5,898m x 2,352m x 2,280m
3) bukaan pintu lebar x tinggi = 2,340 x 2,274
4) maksimum volume muat = 33,1 m3
5) berat kotor / gross weight = 30.480 kg
6) berat kosong / tare wight = 2.280 kgs
7) maksimum berat muatan / max payload = 28,200 kg
b. 40 feet, peti kemas berukuran 40 feet mempunyai spesifikasi :
1) dimensi dalam p x l x t = 12,032m x 2,352m x 2,280m
2) dimensi luar p x l x t = 12,192m x 2,438m x 2,591m
3) bukaan pintu lebar x tinggi = 2,340 x 2,274
4) maksimum volume muat = 67,5 m3
5) berat kotor / gross weight = 32.500 kg
6) berat kosong / tare weight = 3.700 kgs
7) maksimum berat muatan / max payload = 28,800 kg
c. 40 feet high cube, peti kemas 40HC memiliki spesifikasi :
1) dimensi luar p x l x t = 12,192m x 2,438m x 2,896m
2) dmensi dalam p x l x t = 12,032m x 2,352m x 2,697m
3) bukaan pintu lebar x tinggi = 2,340m x 2,584m
4) maksimum volume muat = 76,1 m3
5) berat kotor / gross weight = 32.500 kg
6) berat kosong / tare weight = 3.880 kgs
7) maksimum berat muatan / max payload = 28,620 kg
d. 45 feet high cube, peti kemas 45HC memiliki spesifikasi :
1) dimensi luar p x l x t = 13,716m x 2,438m x 2,896m
2) dimensi dalam p x l x t = 13,556m x 2,352m x 2,697m
3) bukaan pintu lebar x tinggi = 2,340m x 2,584m
4) maksimum volume muat = 86,1 m3
5) berat kotor / gross weight = 32.500 kg
6) berat kosong / tare weight = 4.900 kgs
7) maksimum berat muatan / max payload = 27,600 kg
4. Status peti kemas
a. Full Container Load (FCL) Shipment
Yang dimaksud dengan FCL Shipment yaitu jenis pengiriman barang dengan
menggunakan container.Walaupun quantity barang tersebut lebih pantas dengan
mode LCL, tetapi jika shipper mengirimkan barangnya dengan menggunakan
container maka jenis pengiriman ini disebut dengan FCL. Pengiriman barang
dengan mode FCL maka kita harus mendatangkan container ke gudang kita untuk
proses stuffing (proses pemuatan barang). Setelah stuffing selesai, container itu
kita segel dan kita kirimkan ke tempat penumpukan peti kemas di pelabuhan.
Prosedur secara umum pengapalan FCL adalah sebagai berikut :
a) Eksportir melakukan booking space / memesan ruangan muatan ke
Perusahaan Pelayaran atau melalui Freight Forwarding / FF.
b) Eksportir atau dengan perwakilan perusahan Ekspedisi Muatan Kapal Laut
(EMKL) mengambil peti kemas kosong di depo peti kemas yang sudah
dtentukan dari Perusahan Pelayaran atau FF, kemudian peti kemas kosong
dibawa ke gudang eksportir untuk selanjutnya dilakukan stuffing
(memasukkan barang ke dalam peti kemas) dengan diperiksa dan disegel
oleh pihak Bea dan Cukai.
c) Peti kemas yang sudah disegel kemudian dibawa ke terminal penumpukan
peti kemas atau container yard (CY) untuk selanjutnya dimuat di atas kapal.
d) Di pelabuhan tujuan, pihak pengangkut akan mengurus transport peti kemas
yang sudah dibongkar dari kapal ke CY.
e) Selanjutnya setelah peti kemas dibongkar importir atau melaui Freight
Forwarder / Custom Broker mengurus custom clearance dan kemudian
membawa peti kemas kegudangnya untuk dilakukan stripping (mengeluarkan
barang dari dalam peti kemas).
b. Less than Container Load (LCL) Shipment
LCL shipment adalah jenis pengiriman barang tanpa menggunakan container
dengan kata lain parsial.Jika kita menggunakan jenis pengiriman LCL, maka
barang yang kita kirim itu di tujukan ke gudang penumpukan dari shipping agent.
Lalu dari pihak gudang tersebut akan mengumpulkan barang – barang kiriman
LCL lain hingga memenuhi kuota untuk di loading / dimuat ke dalam container.
Prosedur secara umum pengapalan LCL sebagai berikut :
a) Eksportir melakukan booking space / memesan ruangan muatan kepada
pengangkut atau konsolidator, kemudian eksportir mengirimkan barang yang
akan dikirim ke CFS (Container Freight Station) yang telah ditentukan oleh
pengangkut atau konsolidator.
b) Pengangkut atau konsolidator mengalokasikan muatan dari beberapa
eksportir untuk kemudian menentukan ukuran peti kemas yang akan
digunakan selanjutnya melakukan stuffing muatan kedalam peti kemas.
c) Peti kemas yang sudah berisi muatan dari beberapa eksportir selanjutnya
dimuat di atas kapal.
d) Di pelabuhan tujuan, setelah peti kemas dibongkar dari kapal, kemudian peti
kemas dibawa ke CFS untuk dilakukan stripping.
e) Setelah dilakukan stripping, muatan yang terdiri dari beberapa penerima
diambil / diserahkan kepada masing – masing penerima
/ importer.
2.1.5 Kegiatan Operasional Di Dalam Freight Forwarder
Tata cara pelaksanaan operasional dari perusahaan Freight Forwarding itu ada
beberapa macam tindakan para forwarder dalam hal mereka mengelola usaha jasa
forwarding tersebut. Secara singkat beberapa langkah yang biasanya akan diambil oleh
perusahaan Forwarding itu adalah sebagai berikut ini :
a) Mencari calon pengguna jasa, bila mungkin untuk dijadikan langganan (client)
tetap dengan cara : menjelaskan jasa-jasa yang akan di tawarkan melalui
system dari pintu ke pintu dengan kunjungan ke lapangan.
b) Melakukan negosiasi atau perundingan lain, sehingga calon pemakai jasa
setuju untuk menggunakan jasa forwarding yang ditawarkan.
c) Melaksanakan persiapan-persiapan yang di perlukan untuk memberikan
pelayanan yang sebaik-baiknya terhadap barang-barang yang telah diterima
dari pemilik barang.
d) Meneliti segala sesuatunya yang diperlukan agar barang dimaksud dapat
segera di kirim.
e) Proses pengurusan dokumen, pemeriksaan barang oleh petugas pabean, dan
sebagainya.
f) Melaksanakan negosiasi mengenai tarif angkutan, baik dengan pihak
pengangkut, maupun pemilik barang.
g) Apabila segala sesuatunya telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku , segera
menghubungi pihak pengangkut yang akan melaksanakan pengiriman barang
yang dimaksud.
h) Apabila proses pengiriman barang berjalan dengan lancar dan barang jasa
Forwarding secara lengkap kepada pihak yang terkait (penerima dan
pengirim)
2.1.6 Pihak – pihak yang terkait dalam kegiatan pengiriman barang ekspor
Dalam melaksanakan kegiatan pengiriman barangekspor selalu berhubungan dengan
Instansi-instansi pemerintah maupun yang lainnya.Adapun instansi tersebut antara lain :
1. Eksportir
Eksportir adalah seorang atau suatu badan usaha yang melakukan kegiatan
mengeluarkan barang dari wilayah pabean suatu Negara ke wilayah pabean Negara
lain. (Daud S.T Kobi, 2011).
2. Perusahaan Jasa Pengurusan Transportasi / Freght Forwarding (FF)
Perusahaan Jasa Pengurusan Muatan adalah usaha yang ditujukan untuk mewakili
kepentingan pemilik barang untuk mengurus semua kegiatan yang diperlukan bagi
terlaksananya pengiriman dan penerimaan barang melalui transportasi darat, laut,
maupun udara yang mencakup kegiatan : penerimaan, penyimpanan, sortasi,
pengepakan, penandaan, pengukuran, penimbangan, pengurusan penyelesaian
dokumen, penerbitan dokumen angkutan, perhitungan biaya angkutan, klaim,
asuransi atas pengiriman barang serta penyelesaian tagihan dan biaya – biaya
lainnya berkenaan dengan pengiriman baran – barang tersebut sampai dengan
diterimanya barang oleh yang berhak menerimanya. (Andi Susilo, 2008).
3. Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL)
Ekspedisi Muatan Kapal Laut adalah Perusahaan yang menangani masalah
pengurusan dokumen muatan kapal laut dan memberikan jasa pelayanan dan
transportasi darat yang diinginkan oleh eksportir sampai mengeluarkan barang dari
gudang eksportir sampai gudang pelabuhan. (Andri Feriyanto, S.E., 2015)
4. Perusahaan Pelayaran
Perusahaan Pelayaran adalah Perusahaan yang bergerak dibidang penyelenggaraan
angkutan melalui laut dengan menggunakan kapal sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.(Daud S.T. Kobi, 2011).
5. Direktorat Jendral bea dan Cukai
Direktorat Jendral Bea dan Cukai adalah suatu instansi pemerintah dibawah kendali
departemen keuangan yang mempunyai fungsi memberikan pelayanan kepada
masyarakat, sehubungan dengan kewajiban masyarakat negara yang berkaitan
dengan devisa/fiskal dalam kegiatan ekspor maupunimpor barang berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.(MaryantoSupriyono, 2011).
6. Departemen Perindustrian dan Perdagangan
Departemen Perindustrian dan Perdagangan adalah instansi pemerintah dibidang
teknis yang mengatur dan menentukan kebijaksanaan tentang perdagangan dan
menerbitkan izin ekspor bagi perorangan maupun badan usaha yang melakukan
kegiatan ekspor.(Daud S.T Kobi, 2011).
7. Perusahaan Depo Container
Perusahaan Depo Container adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang
penyediaan lapangan penimbunan peti kemas kosong (empty container), bisa terletak
dalam pelabuhan maupun diluar pelabuhan yang disediakan untuk pemilik peti
kemas.(Andi Susilo, 2008).
8. Gudang CFS (Container Freight Station)
Perusahaan Pergudangan adalah perusahaan yang menyediakan tempat untuk
melakukan konsolidasi barang ekspor yang di dalamnya terdapat petugas dari Bea
dan Cukai untuk melakukan pengawasan pada saat melakukan stuffing barang
konsolidasi ekspor.(Andi Susilo, 2008).
9. PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia / Tempat Penumpukan Sementara (TPKS)
Adalah merupakan salah satu badan usaha yang berbentuk persero yang mengelola
aset pelabuhan yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna jasa pelabuhan. Aset itu
meliputi: rambu – rambu, kolam pelabuhan, dermaga, gudang penumpukan, alat
mekanik, air tawar, listrik dan kapal tunda.(Andi Susilo, 2008).
2.2 Gambaran Umum Obyek Penulisan
2.2.1 Sejarah Berdirinya PT. KN SIGMA TRANS SEMARANG
Branch
Tahun 1890, berlokasi di kota Bremen, Jerman, August Kuehne dan Friedrich
Nagel mendirikan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang transportasi logistik
yang diberi nama KUEHNE+NAGEL. Seiring dengan berkembangnya industri
dibidang transportasi logistik, KUEHNE+NAGEL bertumbuh menjadi satu dari
beberapa perusahaan penyedia jasa pengurusan transportasi / freight forwarding
yang berpengaruh di dunia. Sampai saat ini, KUEHNE+NAGEL Group
mempunyai lebih dari 1.000 kantor di lebih dari 100 negara dengan lebih dari
63.000 karyawan serta prestasi dibidang transportasi logistik yang diakui dunia,
seperti : number one global seafreight forwarder, number two global air cargo
forwarder, dan number two global contract logistics provider.
Dalam perkembangannya perusahaan sendiri termasuk perusahaan freight
forwarding teerbesar kedua didunia. Tentunya tidak perlu diragukan lagi soal
pelayan yang dilakukan. Dikarenakan karyawan yang diseleksipun melalui
berbagai macam tahap.
Karena dalam perkembangannya sendiri semakin pesat permintaan dari
shipper untuk melakukan pengiriman baik ekspor maupun impor tentunya
perusahaan sendiri harus menambah fasilitas layanan tersendiri untuk para shipper.
Yang bertujuan untuk memudahkan proses pengiriman barang.
Oleh karena itu perusahaan sendiri telah memiliki banyak cabang diseluruh
dunia seperti yang telah disebutkan diatas. Untuk karyawannya sendiri perusahaan
telah memberikan beberapa fasilitas seperti tunjangan kesehatan, tunjangan hari
raya, dan lain-lain.
Di Indonesia, KUEHNE+NAGEL memulai membuka cabang pada tahun 1999
dengan nama PT. KN SIGMA TRANS yang berkantor pusat di Graha BIP 4th
Floor, Jl. Jendral Gatot Subroto Kav. 23, Jakarta – Indonesia 10260, serta memiliki
tujuh kantor cabang yang berada di beberapa kota di Indonesia, yaitu : Balikpapan,
Bandung, Batam, Cirebon, Medan, Surabaya, dan Semarang, dengan melayani
pengurusan transportasi pada bidang international seafreight and airfreight,
contract logistics, supply chain management solution oil and gas logistics, dan
project logistics.
PT. KN SIGMA SEMARANG BRANCH sendiri memulai kegiatan dalam
kegiatan logistik pada tahun 1999 yang dimulai dengan menempati kantor di Jl.
Puri Anjasmoro H5 No. 49, Semarang, dan pada tahun 2014 sampai sekarang PT.
KN SIGMA TRANS SEMARANG BRANCH berlokasi di Jl. Mayjen. Sutoyo
952B, Semarang. Untuk bergerak di bidang penyedia jasa pengurusan transportasi /
freight forwarding, PT. KN SIGMA TRANS
SEMARANG BRANCH harus berbadan hukum dengan memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Akta Notaris Chufran Hamal, SH, No. 6 tanggal 9 Juni 1999
b. Nomor Pokok Wajib Pajak 01.936.249.0-058.000
c. SIUPJPT dengan No. 552.1/21.730
d. Modal sebesar US$ 200,000.00
e. Memiliki kantor atau tempat usaha, dimana PT. KN SIGMA TRANS
SEMARANG BRANCH memiliki tempat usaha yang beralamat di Jl.
Mayjend. Sutoyo No. 952B, Semarang – Jawa Tengah, Indonesia 50134.
2.2.2 Visi dan Misi PT. KN SIGMA TRANS SEMARANG BRANCH
Visi dan misi PT. KN SIGMA TRANS SEMARANG BRANCH mengikuti visi
dan misi KUEHNE+NAGEL pusat, yaitu :
“ The Extension of Your Business ”
“ The global logistics network is our strongest asset. Dedication, integration, and
innovation are at the heart of our business philosophy. Focused on our customers’
needs we provide integrated logistics solution of outstanding quality and
operational excellence – we are extension of your business. “
2.2.3 Struktur Organisasi PT. KN SIGMA TRANS SEMARANG
BRANCH
Gambar : C.1
Struktur Organisasi KUEHNE +NAGEL Internasional
Sumber : PT. KN SIGMA TRANS
Gambar : C.2
Struktur organisasi PT. KN SIGMA TRANS SEMARANG BRANCH
BRANCH MANAGER
Handi Prasetyo
OPERATIONAL MANAGER
MARKETING / SALES
ACCOUNTING & CASHIER
Director
Manager H.R.D &
Legal
CFO
Manager Treasury
Manager Accounting & Finance
Senior Technical Advisor
Assistant Manager
Administration
Technical Administrati
on Advisor
Technical
Advisor Project
General Manage
r
Technical
Advisor Quality Logistic
Technical Advisor Sales &
Marketing
General Manager
Air Freight
General Manager
Sea Freight
National Branch Office
Branch Office
Sumber : PT. KN SIGMA TRANS
Berdasarkan struktur organisasi di PT. KN SIGMA TRANS SEMARANG BRANCH,
kekuasaan tertinggi dipegang oleh seorang kepala cabang yang merupakan pimpinan dari tiga
departemen di bawahnya, yaitu :
1. Departemen Penjualan (Marketing and Sales Department)
Departemen ini bertugas mencari konsumen, membuat penawaran kepada
konsumen, menjaga hubungan baik dengan konsumen, mencari harga sewa terhadap
direct transporter termasuk di dalamnya airline, shipping line, dan trucker serta
melakukan analisa pasar. Secara administrasi juga harus menyiapkan SOP (Standard
Operating Procedure) dan menyiapkan laporan secaara periodik.
2. Departemen Operasional (Operational Department)
Departemen operasional meliputi beberapa divisi, yaitu :
a. Divsi Air Freight Ekspor – Impor
Divisi ini melakukan pengurusan pengiriman muatan melalui armada pesawat
terbang.Tugas yang dikerjakan meliputi pemrosesan dokumen ekspor maupun
impor, pengawasan terhadap barang yang dikirim sampai menerbitkan tagihan
biaya kepada konsumen.
b. Divisi Sea Freight Ekspor – Impor
Divisi ini melakukan pengurusan pengiriman muatan melalui armada kapal laut.
Pekerjaannya meliputi pengurusan dokumen ekspor maupun impor, pengawasan
terhadap barang yang akan dikirim, dampai menerbitkan tagihan biaya kepada
konsumen.
c. Divisi Pergudangan (Warehouse Division)
Divisi pergudangan dalam aktifitasnya memanajemen seluruh kegiatan
konsolidasi barang ekspor yang dilaksanakan di gudang CFS.
Di dalam departemen operasional, setiap divisi bertanggung jawab langsung kepada
Manajer Operasional (Operational Manager).Tugas dari Supervisor Operasional
yaitu mengontrol kelancaran kegiatan operasional di setiap divisi serta memberikan
laporan kepada Manajer Operasional. Manajer Operasional juga melakukan kontrol
dan bertanggung jawab penuh terhadap divisi yang berada dibawahnya untuk
selanjutnya menyampaikan laporan kepada Pimpinan Cabang (Branch Manager)
secara periodik.
3. Departemen Keuangan (Marketing and Cashier Department)
Departemen ini bertugas membuat laporan keuangan, mengatur cash flow,
mengontrol pembayaran tagihan biaya dari konsumen, melakukan penagihan kepada
konsumen atas tagihan biaya.