38
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Operasional Didalam melakukan proses produksi sangat diperlukan manajemen yang baik, hal ini bertujuan untuk melakukan pengaturan ataupun pengawasan proses produksi agar sesuai dengan standar yang telah dibuat, baik kesesuaian standar proses produksi maupun kesesuaian standar dari produk yang telah dihasilkan. Proses produksi ini merupakan suatu proses perubahan atau transformasi dari input menjadi output, dengan menggunakan sumberdaya yang dimilki. Hal ini kemudian dikenal dengan manajemen operasional. Menurut Jay Heizer dan Render (2001) mengatakan bahwa : “Manajemen Operasi (Operations Management) adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output”. Itulah mengapa rata-rata perusahaan besar di dunia ini banyak menerapkan teknik Manajemen Operasi dikarenakan kesadaran akan pentingnya perhatian dalam proses produksi guna meningkatkan nilai produksi dan mendapatkan laba. Bidang ilmu manajemen operasional merupakan bidang ilmu yang mencakup banyak hal dalam berbagai aspek. Jay Heizer dan Render (2005) menyebutkan bahwa terdapat sepuluh keputusan strategis yang berkaitan manajemen operasional. Kesepuluh hal tersebut adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

  • Upload
    vukhanh

  • View
    217

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Manajemen Operasional

Didalam melakukan proses produksi sangat diperlukan manajemen yang

baik, hal ini bertujuan untuk melakukan pengaturan ataupun pengawasan

proses produksi agar sesuai dengan standar yang telah dibuat, baik kesesuaian

standar proses produksi maupun kesesuaian standar dari produk yang telah

dihasilkan. Proses produksi ini merupakan suatu proses perubahan atau

transformasi dari input menjadi output, dengan menggunakan sumberdaya

yang dimilki. Hal ini kemudian dikenal dengan manajemen operasional.

Menurut Jay Heizer dan Render (2001) mengatakan bahwa :

“Manajemen Operasi (Operations Management) adalah serangkaian

aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan

mengubah input menjadi output”.

Itulah mengapa rata-rata perusahaan besar di dunia ini banyak menerapkan

teknik Manajemen Operasi dikarenakan kesadaran akan pentingnya perhatian

dalam proses produksi guna meningkatkan nilai produksi dan mendapatkan

laba.

Bidang ilmu manajemen operasional merupakan bidang ilmu yang

mencakup banyak hal dalam berbagai aspek. Jay Heizer dan Render (2005)

menyebutkan bahwa terdapat sepuluh keputusan strategis yang berkaitan

manajemen operasional. Kesepuluh hal tersebut adalah :

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

16

1. Perancangan produk dan jasa

2. Pengelolaan kualitas

3. Perancangan proses kapasitas

4. Strategi lokasi

5. Strategi tata letak

6. Sumber daya manusia dan rancangan pekerjaan

7. Manejemn rantai pasokan (Suplly Chain Management)

8. Persediaan, perencanaan, kebutuhan bahan baku, dan JIT (Just In Time)

9. Penjadwalan jangka menengah dan jangka pendek

10. Perawatan (Maintenance)

2.2. Pengertian Manajemen Persediaan

Manajemen persediaan (inventory management) yang baik merupakan

kunci keberhasilan setiap perusahaan, baik perusahaan manufaktur maupun

perusahaan dagang. Pengelolaan persediaan secara baik memungkinkan

penggunaan sumber daya dan penjadwalan produksi secara efesien.

Perusahaan harus memelihara persediaan barang dalam proses dalam jumlah

tertentu selama proses produksi. Ada sejumlah aspek yang memerlukan

pertimbangan mendalam tentang persediaan yaitu berapa macam jenis

persediaan, berapa jumlah persediaan yang dianggap tepat, dan hubungan

antara persediaan dengan piutang. Begitu pentingnya manajemen persediaan,

sehingga semua level manajer akan terlibat dalam pengelolaan persediaan

untuk menjaga besarnya persediaan guna mencapai tujuan perusahaan secara

efektif dan efesien.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

17

Persediaan dalam proses atau persediaan dalam perpindahan, yaitu

persediaan antara berbagai tahap produksi atau penyimpanan. Kebijakan

persediaan perlu dilakukan oleh manajer agar dapat menjamin kelancaran

proses produksi, dapat dijangkau oleh dana yang tersedia dan dapat mencapai

jumlah pembelian optimal.

Pada perusahaan dagang, faktor-faktor yang menentukan besarnya biaya

persediaan adalah :

1. Frekuensi pembeliaan persediaan.

2. Lead time, yaitu lamanya masa tunggu barang yang dipesan.

3. Daya tahan barang dagangan.

4. Pendistribusian persediaan.

Sedangkan menurut Sofyan Assauri (2004) manajemen persediaan dapat

diartikan sebagai berikut :

“Manajemen persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan, parts yang

disediakan dan bahan-bahan dalam proses yang terdapat dalam

perusahaan untuk proses produksi, serta barang-barang jadi atau produk

yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari komponen atau

langganan setiap waktu”.

2.3 Persediaan

2.3.1 Pengertian Persediaan

Persediaan didefinisikan sebagai barang jadi yang disimpan atau

digunakan untuk dijual pada periode mendatang, yang dapat berbentuk bahan

baku yang disimpan untuk diproses, barang dalam proses manufaktur dan

barang jadi yang disimpan untuk dijual maupun diproses.

Persediaan diterjemahkan dari kata “inventory” yang merupakan timbunan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

18

barang (bahan baku, komponen, produk setengah jadi, atau produk akhir, dll)

yang secara sengaja disimpan sebagai cadangan (safety atau buffer-stock)

untuk manghadapi kelangkaan pada saat proses produksi sedang berlangsung.

Untuk lebih jelasnya mengenai persediaan, maka akan dipaparkan

pengertian persediaan. Pengertian persediaan akan dijelaskan dari beberapa

defenisi berikut :

Rangkuti (2007) menyatakan bahwa :

“Persediaan adalah bahan-bahan, bagian yang disediakan, dan bahan-

bahan dalam proses yang terdapat dalam perusahaan untuk proses

produksi, serta barang-barang jadi atau produk yang disediakan untuk

memenuhi permintaan dari konsumen atau pelanggan setiap waktu.”

M. Syamsul Ma’Arif dan Hendri Tanjung (2006) menyatakan bahwa :

“Suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan

maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal atau

barang-barang yang masih dalam proses produksi ataupun persediaan

bahan baku yang masih menunggu untuk digunakan dalam suatu proses

produksi”

Menurut Suyadi Prawirosentono (2001), persediaan adalah kekayaan

lancar yang terdapat dalam perusahaan dalam bentuk persediaan mentah

(bahan baku/material), barang setengah jadi dan barang dalam proses.

Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah material

yang berupa bahan baku, barang setengah jadi, atau barang jadi yang disimpan

dalam suatu tempat atau gudang dimana barang tersebut menunggu untuk

diproses atau diproduksi lebih lanjut.

2.3.2 Penyebab Persediaan

Persediaan merupakan suatu hal yang tak terhindarkan. Menurut Baroto

(2002) mengatakan bahwa penyebab timbulnya persediaan adalah sebagai

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

19

berikut:

1. Mekanisme pemenuhan atas permintaan

Permintaan terhadap suatu barang tidak dapat dipenuhi seketika bila

barang tersebut tidak tersedia sebelummya. Untuk menyiapkan barang

ini diperlukan waktu untuk pembuatan dan pengiriman, maka adanya

persediaan merupakan hal yang sulit dihindarkan.

2. Keinginan untuk meredam ketidakpastian

Ketidakpastian terjadi akibat: permintaan yang bervariasi dan tidak

pasti dalam jumlah maupun waktu kedatangan, waktu pembuatan yang

cenderung tidak konstan antara satu produk dengan produk berikutnya,

waktu tenggang (lead time) yang cenderung tidak pasti karena banyak

faktor yang tidak dapat dikendalikan. Ketidakpastian ini dapat diredam

dengan mengadakan persediaan.

3. Keinginan melakukan spekulasi yang bertujuan mendapatkan

keuntungan besar dari kenaikan harga di masa mendatang.

2.3.3 Jenis Persediaan

Setiap persediaan memiliki karakteristik tersendiri dan cara pengelolaan

yang berbeda. Rangkuti (2007) memaparkan persediaan dapat dibedakan

menjadi beberapa jenis yaitu :

1. Persediaan bahan mentah (raw material) yaitu persediaan barang-

barang berwujud, seperti besi, kayu, serta komponen-komponen lain

yang digunakan dalam proses produksi.

2. Persediaan komponen-komponen rakitan (Purchased parts/

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

20

components) yaitu, persediaan barang-barang yang terdiri dari

komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain yang secara

langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.

3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu persediaan

barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi bukan

merupakan bagian atau komponen barang jadi.

4. Persediaan barang dalam proses (work in process), yaitu persediaan

barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam

proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi

masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi.

5. Persediaaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang-

barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap

dijual atau dikirim kepada pelanggan.

2.3.4 Fungsi Persediaan

Pada prinsipnya persediaan mempermudah atau memperlancar jalannya

operasi perusahaan/pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk

memproduksi barang-barang yang akan dijual kepada para pelanggan atau

konsumen. Rangkuti (2007) menjelaskan adapun fungsi-fungsi persediaan

oleh suatu perusahaan/pabrik adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Decoupling

Adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat memenuhi

permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier. Persediaan

bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan sepenuhnya

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

21

tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas dan waktu

pengiriman. Persediaan barang dalam proses diadakan agar

departemen-departemen dan proses-proses individual perusahaan

terjaga “kebebasannya”. Persediaan barang jadi diperlukan untuk

memenuhi permintaan produk yang tidak pasti dari para pelanggan.

Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan

konsumen yang tidak dapat diperkirakan atau diramalkan disebut

fluctuation stock.

2. Fungsi Economic Lot Sizing

Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan atau

potongan pembeliaan, biaya pengangkutan per unit menjadi lebih

murah dan sebagainya. Hal ini disebabkan perusahaan melakukan

pembelian dalam kuantitas yang lebih besar dibandingkan biaya- biaya

yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang, investasi,

resiko, dan sebagainya).

3. Fungsi Antisipasi

Apabila perusahan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat

diperkirakan dan diramalkan berdasar pengalaman atau data-data masa

lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan dapat

mengadakan persediaan musiman (seasional inventories).

2.3.5 Komponen Biaya Persediaan

Salah satu tujuan persediaan adalah mendapatkan biaya yang minimum.

Oleh karena itu, menurut Nasution dan Prasetyawan (2008) dalam

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

22

menentukan biaya persediaaan perlu diketahui bahwa biaya-biaya yang

mencakup dalam persediaan sebagai berikut :

1. Biaya penyimpanan (holding costs atau carrying costs)

Yaitu terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan

kuantitas persediaan seperti biaya fasilitas penyimpanan, biaya pajak

persediaan dan biaya asuransi persediaan. Biaya penyimpanan per

periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan

semakin banyak atau rata- rata persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya

tersebut merupakan variabel apabila bervariasi dengan tingkat

persediaan. Apabila biaya fasilitas penyimpanan (gudang) tidak

variabel, tetapi tetap, maka tidak dimasukkan dalam biaya

penyimpanan per unit. Biaya penyimpanan persediaan berkisar antara

12 sampai 40 persen dari biaya atau harga barang. Untuk perusahaaan

manufakturing biasanya, biaya penyimpanan rata-rata secara konsisten

sekitar 25 persen.

2. Biaya pemesanan atau pembelian (ordering costs atau procurement

costs)

Biaya-biaya ini meliputi biaya pemrosesan, biaya ekspedisi, upah,

biaya telepon, biaya pengepakan, biaya pengiriman ke gudang dan

sebagainya. Pada umumnya, biaya pemesanan (di luar biaya bahan dan

potongan kuantitas) tidak naik apabila kuantitas pemesanan bertambah

besar. Tetapi, apabila semakin banyak komponen yang dipesan setiap

kali pesan, jumlah pesanan per-periode turun, maka biaya pemesanan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

23

total akan turun. Ini berarti, biaya pemesanan total per-periode

(tahunan) sama dengan jumlah pesanan yang dilakukan setiap periode

dikalikan biaya yang harus dikeluarkan setiap kali pesan.

3. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage costs)

Adalah biaya yang timbul apabila persiapan tidak mencukupi adanya

permintaan bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan bahan

adalah kehilangan penjualan, kehilangan pelanggan, terganggunya

operasi dan tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan sebagainya.

Biaya kekurangan bahan sulit diukur dalam praktiknya, terutama

karena kenyataannya biaya ini sering merupakan opportunity costs

yang sulit diperkirakan secara objektif.

Perhitungan total biaya persediaan menurut Render (2005) :

TC = 𝐷

𝑄∗ 𝑥 𝑆 +

𝑄∗

𝐷 𝑥 𝐻

Keterangan :

TC : Total Cost

Q* : Jumlah barang setiap pemesanan

D : Permintaan tahunan barang persediaan, dalam unit

S : Biaya pemesanan untuk setiap pemesanan

H : Biaya penyimpanan per unit per tahun

2.3.6 Pengendalian Persediaan

Pengendalian persediaan (Inventory Control) adalah penentuan suatu

kebijakan pemesanan dalam antrian, kapan bahan itu dipesan dan berapa

banyak yang dipesan secara optimal untuk dapat memenuhi permintaan, atau

dengan kata lain, pengendalian persediaan adalah suatu usaha atau kegiatan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

24

untuk menentukan tingkat optimal dengan biaya persediaan yang minimum

sehingga perusahaan dapat berjalan lancar.

Handoko (1984) menyatakan bahwa pengendalian persediaan merupakan

fungsi manajerial yang sangat penting. Karena persediaan fisik, banyak

perusahaan melibatkan investasi rupiah terbesar dalam pos aktiva lancar. Bila

perusahaan menanamkan terlalu banyak dananya dalam persediaan,

menyebabkan biaya penyimpanan yang berlebihan dan mungkin mempunyai

“opportunity cost” (dana dapat ditanamkan dalam investasi yang lebih

menguntungkan). Demikian pula, bila perusahaan tidak mempunyai

persediaan yang mencukupi dapat mengakibatkan pembelian meningkat dari

terjadinya kekurangan bahan.

Pengertian pengendalian persediaan menurut Sofyan Assauri (2008)

menyatakan bahwa :

“Pengendalian persediaan dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan untuk

menentukan tingkat dan komposisi dari persediaan parts, bahan baku,

dan barang hasil produksi, sehingga perusahaan dapat melindungi

kelancaran produksi dan penjualan serta kebutuhan-kebutuhan

pembelajaran perusahaan dengan efektif dan efesien”.

Masalah penentuan besarnya persediaan merupakan masalah yang penting

bagi perusahaan. Karena persediaan mempunyai efek yang langsung terhadap

keuntungan perusahaan. Adanya persediaan bahan baku yang terlalu besar

dibandingkan kebutuhan perusahaan akan menambah beban bunga, biaya

penyimpanan dan pemeliharaan dalam gudang, serta kemungkinan penyusutan

dan kualitas yang tidak bisa dipertahankan, sehingga akan mengurangi

keuntungan perusahaan. Sebaliknya persediaan bahan baku yang terlalu kecil

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

25

akan mengakibatkan kemacetan dalam produksi, sehingga perusahaan akan

mengalami kerugian juga.

Untuk dapat mencapai persediaan yang optimun, harus memenuhi

beberapa syarat pengendalian persediaan, syarat-syarat tersedianya persediaan

yang optimun menurut Sofyan Assauri dalam bukunya Manajemen Produksi

dan Operasi (2008) sebagai berikut :

1. Terdapatnya gudang yang cukup luas dan teratur dengan pengaturan

tempat/barang yang tetap dan identifikasi bahan/barang tertentu.

2. Sentralisasi kekuasaan dan tanggung jawab pada satu orang yang dapat

dipercaya terutama penjaga gudang.

3. Suatu system pencatatan dan pemeriksaan atas penerimaan barang.

4. Pengawasan mutlak atas pengeluaran bahan/barang.

5. Pencatatan yang cukup teliti yang menunjukkan jumlah yang dipesan

dibagikan atau dikeluarkan dari yang tersedia di dalam gudang.

6. Pemeriksaan fisik bahan/barang yang ada dalam persediaan secara

langsung.

7. Perencanaan untuk menggunakan barang-barang yang lebih dulu

dikeluarkan, barang-barang yang telah lama dalam gudang dan barang-

barang yang sudah usang dari keunggulan zaman.

2.3.7 Fungsi Pengendalian Persediaan

Fungsi utama dari suatu pengawasan persediaan yang efektif menurut

Sofyan Assauri (2008) adalah sebagai berikut :

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

26

1. Memperoleh bahan-bahan, yaitu menetapkan prosedur untuk memperoleh

suatu supply yang cukup dan bahan-bahan yang dibutuhkan baik kuantitas

maupun kualitas.

2. Menyimpan dan memlihara bahan-bahan dalam persediaan, yaitu

mengadakan suatu sistem penyimpanan untuk memelihara dan melindungi

bahan-bahan yang telah dimasukan ke dalam persediaan.

3. Pengeluaran bahan-bahan, yaitu mendapatkan suatu pengaturan atas

pengeluaran dan penyimpanan bahan-bahan dengan tepat saat dimana

bahan-bahan tersebut dibutuhkan.

4. Meminimalkan investasi dalam bentuk bahan atau barang

(mempertahankan persediaan dalam jumlah optimum setiap waktu).

2.3.8 Tujuan Pengendalian Persediaan

Divisi yang berbeda dalam industri manufaktur maupun perusahaan

dagang akan memiliki tujuan pengendalian persediaan yang berbeda pula.

Menurut Ginting (2007) menjelaskan bahwa tujuan dari pengendalian

persediaan adalah:

1. Pemasaran ingin melayani konsumen secepat mungkin sehingga

menginginkan persediaan dalam jumlah yang banyak.

2. Produksi ingin beroperasi secara efisien.

Hal ini mengimplikasikan order produksi yang tinggi akan menghasilkan

persediaan yang besar (untuk mengurangi setup mesin). Di samping itu

juga produk menginginkan persediaan bahan baku, setengah jadi atau

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

27

komponen yang cukup sehingga proses produksi tidak terganggu karena

kekurangan bahan.

3. Personalia (personel and industrial relationship) menginginkan adanya

persediaan untuk mengantisipasi fluktuasi kebutuhan tenaga kerja dan

PHK tidak perlu dilakukan.

2.3.9 Sistem Pengendalian Persediaan Dengan Sistem Q

Satu model stokastik sediaan yang paling banyak dilakukan adalah sistem

Q yang juga disebut sistem pemeriksaan terus-menerus, sistem titik

pemesanan kembali dan sistem jumlah pemesanan tetap. Pada sistem Q,

permintaan berubah-ubah dan tidak dapat dipastikan sebelumnya. Permintaan

ini berubah-ubah secara sembarang sehingga yang dapat ditentukan adalah

permintaan rata-rata. Ini berarti bahwa selama masa tunggu pun permintaan

tersebut berubah-ubah.

Dikatakan sistem Q karena persediaan dengan jumlah pemesanan tetap.

Pada sistem ini pemesanan kembali dilakukan pada saat dimana persediaan

mencapai suatu titik pemesanan kembali (reorder point) dengan

memperhitungkan kebutuhan yang berfluktuasi selama waktu ancang-ancang

(lead time), Persediaan untuk meredam fluktuasi selama lead time disebut

persediaan keamanan (safety stock). Menurut Baroto (2002) beberapa hal

yang perlu diperhatikan dalam pengendalian persediaan dengan sistem Q

adalah sebagai berikut:

1. persediaan keamanan (safety stock) adalah sejumlah bahan sebagai

persediaan cadangan jika perusahaan berproduksi melebihi rencana

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

28

tidak

Penerimaan pesanan

ya

yang telah ditetapkan,

2. waktu ancang-ancang (lead time) adalah waktu yang dibutuhkan untuk

memesan bahan sampai bahan tersebut tiba,

3. jumlah barang yang dipesan untuk setiap pemesanan adalah tetap,

4. pemesanan kembali dilakukan, apabila persediaan telah mencapai titik

pemesanan kembali (reorder point),

5. besarnya reorder point sama dengan jumlah permintaan rata-rata

selama waktu ancang-ancang ditambah dengan besarnya persediaan

keamanan.

Tipe sistem Q dapat digambarkan (Yamit, 1999) sebagai berikut :

Persediaan yang ada

Permintaan (unit)

Menentukan Posisi Persediaan

(on hand + on order – back order)

Posisi Persediaan ≤ ROP

Pergantian Pemesanan

Gambar 2.1

Sistem Q

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

29

2.3.10 Sistem Pengendalian Persediaan Just In Time (JIT)

Secara harfiah Just In Time artinya tepat waktu. Secara umum Istilah Just

In-Time (JIT) adalah usaha-usaha untuk meniadakan pemborosan dalam

segala bidang produksi, sehingga dapat menghasilkan dan mengirimkan

produk akhir tepat waktu untuk dijual (Yamit, 2005).

Pada saat ini banyak perhatian telah diberikan kepada manajemen Jepang

dengan sistem Just In-Time atau Sistem Kanban. Kanban mengacu kepada

kartu yang mengizinkan satu departemen dari satu organisasi untuk

menghasilkan jumlah minimum dari suatu jenis barang, dalam menjawab

reaksi dari persyaratan departemen lain. Idenya adalah dengan menggunakan

relatif sangat kecil order (atau produksi), dengan relatif Low Order Points,

sehingga pemenuhan persediaan dapat datang just in- time (Rangkuti, 2002).

Konsep just in-time memiliki tujuan yaitu untuk meminimumkan tingkat

persediaan yang dapat meminimalkan biaya penyimpanan. Apabila tingkat

persediaan lebih rendah dari tingkat EOQ, maka ordering cost akan meningkat

dan total biaya akan lebih tinggi daripada optimal. Dengan demikian, untuk

mengimplementasikan konsep Just In-Time, sangat penting untuk biaya

pemesanan atau set-up lebih rendah dari pada nilai sebelumnya.

2.3.11 Model Persediaan Untuk Independent Demand

Menurut Render dan Heizer (2006), tujuan dari kebanyakan model

persediaan adalah untuk meminimalkan biaya total. Terdapat tiga model

persediaan yang digunakan untuk menentukan kapan pemesanan dilakukan

dan berapa banyak yang akan dipesan. Model-model permintaan independen

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

30

ini adalah Economic Order Quantity (EOQ), Production Order Quantity

(POQ), dan Quantity Discount. EOQ (Economic Order Quantity) merupakan

salah satu tehnik pengendalian persediaan tertua dan paling dikenal.

Beberapa Asumsi yang dipakai dalam EOQ (Render dan Heizer, 2006)

adalah:

1. Tingkat permintaan diketahui dan bersifat konstan.

2. Lead time, yaitu waktu antara pemesanan dan penerimaan pesanan,

diketahui, dan bersifat konstan.

3. Persediaan diterima dengan segera. Dengan kata lain, persediaan yang

dipesan tiba dalam bentuk kumpulan produk, pada satu waktu.

4. Tidak mungkin diberikan diskon.

5. Biaya variabel yang muncul hanya biaya pemasangan atau pemesanan dan

biaya penahan atau penyimpanan persediaan sepanjang waktu.

6. Keadaan kehabisan stok dapat dihindari sama sekali bila pemesanan

dilakukan pada waktu yang tepat.

Dalam lingkungan produksi, ada waktu tertentu dimana sebuah perusahaan

dapat menerima persediaannya sepanjang suatu periode. Keadaan seperti ini

mengharuskan pemakaian model yang berbeda, yaitu model yang tidak

memerlukan asumsi penerimaan pesanan seketika. Model ini diterapkan ketika

persediaan secara terus menerus mengalir atau terbentuk sepanjang suatu

periode waktu setelah dilakukan pemesanan atau ketika produk diproduksi dan

dijual pada saat bersamaan. Production Order Quantity (POQ) merupakan

modifikasi dari teknik EOQ akan tetapi perbedaannya adalah teknik ini

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

31

mempunyai besar ukuran lot yang berbeda tiap pesanannya. Model ini disebut

Production Order Quantity (POQ) dengan asumsi EOQ tradisionalnya valid

(Render dan Heizer, 2006).

POQ = Q*P = 2 𝐷𝑆

𝐻 1 – 𝑑

𝑝

Keterangan :

Q* = Jumlah optimal barang per pesanan

D = Permintaan tahunan barang persediaan

S = Biaya pemasangan atau pemesanan untuk setiap pemesanan

H = Biaya penyimpanan per unit per tahun

p = Tingkat produksi harian

d = Tingkat permintaan harian

N = 𝐷

𝑃𝑂𝑄

Keterangan :

N = Jumlah pemesanan

D = Permintaan tahunan barang persediaan

POQ = Jumlah unit yang dipesan.

Menurut Render dan Heizer (2006), model-model persediaan

mengasumsikan bahwa suatu perusahaan akan menunggu sampai tingkat

persediaannya mencapai nol. Sebelum perusahaan memesan lagi, dan dengan

seketika kiriman yang dipesan akan diterima. Akan tetapi, waktu antara

dilakukannya pemesanan, disebut Lead Time atau waktu pengiriman, bisa

cepat, beberapa jam atau lambat, beberapa bulan. Maka, keputusan kapan akan

EOQ = Q* = 2𝐷𝑆

𝐻

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

32

memesan biasanya diungkapkan dalam konteks Reorder Point (ROP), tingkat

persediaan dimana harus dilakukan pemesanan.

ROP = ss + dL

Keterangan :

ss = Safety Stock

L = Lead time untuk pemesanan baru dalam hari

d = Rata-rata permintaan

Persamaan diatas mengasumsikan bahwa permintaannya sama dan bersifat

konstan. Bila tidak demikian halnya, harus ditambahkan stok tambahan,

seringkali disebut stok pengaman (safety stock). Penambahan safety stock

menyebabkan perubahan persamaan menjadi :

Safety Stock = Z x SD x √L

ROP = dL + Safety Stock

Keterangan :

Z = Distribusi normal

L = Lead time untuk pemesanan baru dalam hari

SD = Standar Deviasi

2.4 Manajemen Rantai Pasok

2.4.1 Pengertian Rantai Pasok (Supply Chain)

Rantai pasok adalah sebuah proses bisnis dan informasi yang berulang

yang menyediakan produk atau layanan dari pemasok melalui proses

pembuatan dan pendistribusian kepada konsumen (Schroeder, 2007). Rantai

pasok adalah sejaringan mitra yang secara kolektif mengubah komoditas dasar

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

33

(dihulu) kedalam produk jadi (dihilir) yang bernilai bagi pelanggan akhir, dan

yang mengelola kembali di masing-masing tahap.

2.4.2 Pengertian Manajemen Rantai Pasok (SCM)

Manajemen rantai pasok adalah perancangan, desain, dan kontrol arus

material dan informasi sepanjang rantai pasokan dengan tujuan kepuasan

konsumen sekarang dan dimasa depan (Schroeder, 2007).

Sedangkan menurut (Simchi-Levi dan Kaminsky, 2004) Manajemen

rantai pasok adalah suatu pendekatan untuk mengintegrasikan berbagai

organisasi yang menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang, yaitu

supplier, manufacture, warehouse dan stores sehingga barang-barang tersebut

dapat diproduksi dan didistribusikan dalam jumlah yang tepat, lokasi yang

tepat, waktu yang tepat dengan biaya seminimal mungkin.

Dari defini para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen rantai

pasokan adalah sebuah pendekatan total untuk mengantarkan produk ke

konsumen akhir dengan menggunakan teknologi informasi untuk

mengkoordinasikan semua elemen supply chain dari mulai pemasok ke

pengecer.

2.4.3 Tujuan Manajemen Rantai Pasok

Tujuan Manajemen rantai pasok adalah untuk membangun sebuah rantai

yang terdiri dari pemasok yang memusatkan perhatian untuk memaksimalkan

nilai bagi pelanggan (Heizer dan Render, 2005).

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

34

2.4.4 Keuntungan dalam Sistem Manajemen Rantai Pasok

Dengan menerapkan sistem Supply Chain Management (SCM) yang tepat

perusahaan tentu akan memiliki keuntungan-keuntungan yang tidak dimiliki

oleh perusahaan lain. Keuntungan-keuntungan tersebut dijelaskan sebagai

berikut sesuai dengan yang dikemukan oleh Indrajit dan Djokopranoto

(2003) :

1. Mengurangi inventory barang, inventory merupakan asset perusahaan yang

berkisar antara 30%-40%, dan biaya penyimpanan barang (inventory

carrying cost) bisa berkisar 20%-40% dari nilai barang yang disimpan.

2. Menjalin kelancaran arus barang, rangkaian perjalanan bahan baku sampai

menjadi barang jadi dan diterima oleh pemakai akhir/konsumen

merupakan suatu mata rantai yang panjang (chain) yang perlu dikelola

dengan baik.

3. Menjamin mutu, jaminan mutu juga merupakan serangkaian mata rantai

panjang yang harus dikelola dengan baik karena mutu barang jadi

ditentukan tidak hanya oleh proses produksi tetapi juga oleh mutu bahan

mentahnya dan mutu keamanan dalam pengiriman.

2.4.5 Sistem Distribusi Dorong (Push) dan Tarik (Pull)

Ada dua perbedaan penting bila kita berbicara tentang penimbunan

persediaan, yaitu sistem Pull dan sistem Push. Kedua sistem ini dapat

didefinisikan sebagai berikut :

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

35

1. Sistem Tarik (Pull)

Adalah suatu sistem di mana operasi (produksi, pengadaan,

pemindahan material, distribusi, produk, dan sebagainya) terjadi

sebagai respon atas tanda atau isyarat yang diberikan oleh pemakai

pada eselon yang lebih rendah dari sistem (distribusi). Tujuan sistem

adalah untuk membeli, menerima, memindahkan, membuat dengan

tepat apa yang dibutuhkan, dan agar tidak terjadi penyimpanan atas

item yang tidak dibutuhkan.

2. Sistem Dorong (Push)

Adalah suatu sistem dimana operasi-operasi di atas terjadi sebagai

respon atas jadwal yang telah dibuat sebelumnya harus

mempertimbangkan status nyata dari operasi tersebut. Tujuan seperti

ini adalah untuk menjaga konsisten jadwal yang telah dibuat.

Salah satu keunggulan sistem Push adalah pengurangan persediaan pada

gudang pusat karena MPS dan pengiriman bisa diselaraskan. Jumlah yang

direncanakan dikirim akan segera dikirim begitu proses produksinya selesai.

Sistem Push hanya akan memberikan keunggulan apabila perusahaan bisa

membuat produk berdasarkan ramalan permintaan yang akurat. Perusahaan

yang tidak bisa membuat ramalan permintaan yang akurat dan rasional tidak

akan bisa berharap lebih banyak untuk memperoleh kelebihan dari sistem

Push dibandingkan dengan sistem Pull (Nasution, Arman Hakim, 2006).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

36

2.5 Ritel

2.5.1 Pengertian Ritel

Salah satu perantara dalam saluran pemasaran adalah pengecer. Eceran

(reatiling) mempunyai peranan penting dalam perekonomian dengan

menyediakan banyak jenis dan keragaman barang maupun pelayanan.

Kegiatan retailing (usaha eceran) dan retailer (pengecer) dilakukan oleh

manufacture dan wholesaler, dan dapat juga dilakukan oleh wiraniaga melalui

surat dan telepon yang bisa dilakukan di rumah, toko, dan jalan.

Ritel (retail) adalah salah satu cara pemasaran produk. Dalam cara

pemasaran ritel, sebuah toko menjual banyak pilihan produk pada pengunjung

dalam jumlah satuan. Harga Ritel adalah harga yang berlaku untuk siapapun

yang datang membeli dalam jumlah berapapun.

Eceran (ritel) meliputi semua aktivitas yang meliputi penjualan barang

secara langsung ke konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan

bisnis. Organisasi ataupun seseorang yang menjalankan bsinis ini disebut pula

sebagai pengecer. Pada prakteknya pengecer melakukan pembelian barang

ataupun produk dalam jumlah besar dari produsen, ataupun pengimport baik

secara langsung maupun melalui grosir, untuk kemudian dijual kembali dalam

jumlah kecil. Adapun beberapa definisi menurut para ahli sebagai berikut :

Menurut Levy dan Weitz (2007) menjelaskan pengertian retailing yaitu:

“Retailing is the set of business activities that addss value to the

product and services sold to consumers for their personal or family

use”

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

37

Menurut Gilbert (2003) Retail adalah semua usaha bisnis yang secara

langsung mengarahkan kemampuan pemasarannya untuk memuaskan

konsumen akhir berdasarkan organisasi penjualan barang dan jasa sebagai inti

dari distribusi.

Menurut Kotler dan Amstrong (2011) Retail adalah semua kegiatan

pemasaran yang dilibatkan dalam penjualan barang atau jasa langsung ke

konsumen akhir untuk penggunaaan pribadi non-bisnis.

Dari beberapa definisi para ahli diatas, penyusun dapat menyimpulkan

bahwa retail adalah salah satu cara pemasaran produk meliputi semua

aktivitas yang melibatkan penjualan barang atau jasa secara langsung ke

konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan bisnis.

2.5.2 Karaktersitik Dan Fungsi Ritel

Menurut Berman dan Evans (2001) pada intinya karakteristik retailing

ada tiga, yaitu :

1. Small Average Sale

Tingkat penjualan retailing pada toko tersebut relatif kecil,

dikarenakan targetnya merupakan konsumen akhir yang membeli

dalam jumlah kecil.

2. Impulse Purchase

Pembelian yang terjadi dalam retailing sebagian besar merupakan

pembelian yang tidak direncanakan. Hal ini yang harus dicermati

pengecer, yaitu bagaimana mencari strategi yang tepat untuk

memaksimalkan pembelian untuk mengoptimalkan pendapatan.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

38

3. Popularity Of Stores

Keberhasilan dari retailing sangat tergantung akan popularitas dan

image dari toko atau perusahaan. Semakin terkenal toko atau

perusahaan maka semakin tinggi pula tingkat kunjungan yang pada

akhirnya berdampak pada pendapatan.

Menurut Lamba (2003) fungsi-fungsi retailing sebagai berikut:

1. Menentukan penyediaan barang dan jasa yang beragam

2. Mengubah jumlah pembelian yang besar menjadi pembelian individu

3. Menguasai persediaan

4. Melengkapi display dan pelayanan tambahan

Seorang pengecer berusaha memuaskan pemasok dengan cara membeli

beberapa jenis produk mereka yang jumlahnya terbatas akan tetapi dalam

jumlah yang lebih besar. Pengecer memuaskan konsumen mereka dengan cara

menawarkan berbagai macam jenis barang dan jasa, yang dikumpulkan dari

sejumlah sumber, kemudian dijual dalam jumlah yang kecil-kecil.

2.6 Peramalan

2.6.1 Pengertian Peramalan

Peramalan (Forecasting) adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan

terjadi pada masa yang akan datang. Peramalan diperlukan karena adanya

perbedaan kesenjangan waktu (Time lag) antara kesadaran akan

dibutuhkannya suatu kebijakan baru dengan waktu pelaksanaan kebijakan

tersebut. Apabila perbedaan waktu tersebut panjang maka peran peramalan

begitu penting dan sangat dibutuhkan, terutama dalam penentuan kapan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

39

terjadinya suatu sehingga dapat dipersiapkan tindakan yang perlu dilakukan.

Berikut defini peramalan (forecasting) menurut beberapa ahli :

Menurut Arman Hakim Nasution (2006), Peramalan adalah proses untuk

memperkirakan beberapa kebutuhan di masa datang yang meliputi kebutuhan

dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu, dan lokasi yang dibutuhkan dalam

rangka memenuhi permintaan barang dan jasa.

Menurut Jay Heizer dan Barry render (2006),

“Forcasting is the art and science of predicing future events it may

invol vetaking historical data and projecting them into the future will

some sort of matematical”.

Menurut Djarwanto dan Pangestu Subagyo (2000),

“Peramalan adalah memperkirakan sesuatu yang akan terjadi.”

Dari beberapa defini para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa peramalan

adalah suatu perkiraan tingkat permintaan yang diharapkan untuk suatu

produk atau beberapa produk dalam periode waktu tertentu di masa yang akan

datang.

2.6.2 Klasifikasi Peramalan Berdasarkan Waktu

Peramalan biasanya diklasifikasikan berdasarkan horizon waktu masa

depan yang dilingkupinya. Heizer dan Render (2009) membagi horizon

waktu peramalan menjadi beberapa kategori, yaitu:

1. Peramalan jangka pendek. Peramalan ini meliputi jangka waktu hingga

satu tahun, tetapi umumnya kurang dari 3 bulan. Peramalan ini

digunakan untuk merencanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah

tenaga kerja, penugasan kerja, dan tingkat produksi.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

40

2. Peramalan jangka menengah. Peramalan jangka menengah atau

intermediate, umumnya mencakup hitungan bulanan hingga 3 tahun.

Peramalan ini berguna untuk merencanakan penjualan, perencanaan dan

anggaran produksi, anggaran kas, serta menganalisis bermacam-macam

rencana operasi.

3. Peramalan jangka panjang. Umumnya untuk perencanaan masa 3 tahun

atau lebih. Peramalan jangka panjang digunakan untuk merencanakan

produk baru, pembelanjaan, modal, lokasi atau pembangunan fasilitas,

serta penelitian dan pengembangan (litbang).

2.6.3 Jenis-jenis Peramalan

Menurut Heizer dan Render (2009), organisasi pada umumnya

menggunakan tiga tipe peramalan yang utama dalam perencanaan operasi,

yaitu :

1. Peramalan ekonomi (economic forecast) menjelaskan siklus bisnis

dengan memprediksikan tingkat inflasi, ketersediaan uang, dana yang

dibutuhkan untuk membangun perumahan, dan indikator perencanaan

lainnya.

2. Peramalan teknologi (technological forecast) memperhatikan tingkat

kemajuan teknologi yang dapat meluncurkan produk baru yang

menarik, yang membutuhkan pabrik dan peralatan baru.

3. Peramalan permintaan (demand forecast) adalah proyeksi permintaan

untuk produk atau layanan suatu perusahaan. Peramalan ini disebut

peramalan penjualan yang mengendalikan produksi, kapasitas, serta

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

41

sistem penjadwalan dan menjadi input bagi perencanaan keuangan,

pemasaran, dan sumber daya manusia.

2.6.4 Langkah-Langkah Peramalan

Peramalan terdiri atas tujuh langkah dasar (Heizer dan Render, 2009).

Tujuh langkah peramalan tersebut, yaitu:

1. Menetapkan tujuan peramalan,

2. Memilih unsur yang akan diramalkan,

3. Menentukan horizon waktu peramalan,

4. Memilih jenis model peramalan,

5. Mengumpulkan data yang diperlukan untuk melakukan peramalan,

6. Membuat peramalan,

7. Memvalidasi dan menerapkan hasil peramalan.

2.6.5. Metode Peramalan Kuantitatif

Yaitu metode yang menggunakan model matematis yang beragam dengan

berdasarkan data masa lalu untuk meramalkan permintaan dimasa yang akan

datang. Ada tiga kondisi yang diterapkan pada metode ini (Heizer dan

Render, 2009) yaitu :

1. Informasi mengenai keadaan pada waktu yang tersedia.

2. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numeric

(angka).

3. Waktu yang akan datang (disebut asumsi kontinuitas).

Metode peramalan kuantitatif dibagi menjadi dua, yaitu:

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

42

a. Model deret waktu (Time-Series)

Model deret waktu membuat prediksi dengan asumsi bahwa masa

depan merupakan fungsi dari masa lalu. Dengan kata lain, mereka

melihat apa yang terjadi selama kurun waktu tertentu dan

menggunakan data masa lalu tersebut untuk melakukan peramalan.

Menganalisis time series berarti membagi data masa lau menjadi

komponen-komponen, dan kemudian memproyeksikannya kemasa

depan. Time Series mempunyai empat pola/komponen:

1. Tren merupakan pergerakan data sedikit demi sedikit meningkat

atau menurun.

2. Musim adalah pola data yang berulang pada kurun waktu tertentu

seperti hari, minggu, bulan, kwartal.

3. Siklus adalah pola dalam data yang terjadi beberapa tahun. Siklus

ini biasanya terkait pada siklus bisnis dan merupakan satu hal

penting dalam analisis dan perencanaan bisnis jangka pendek.

4. Variasi acak merupakaan satu titik khusus dalam data yang

disebabkan oleh peluang dan situasi yang tidak biasa. Variasi acak

tidak mempunyai pola khusus jadi tidak dapat diprediksi.

Menurut John. E Hanke dan W.Wichren (2005) menyatakan ada 2

model matematika yang digunakan untuk memperoleh hasil peramalan, yaitu :

1. Addictive Decomposition

Model ini menganggap hasil peramalan sebagai pejumlahan dari setiap

komponen.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

43

2. Multiplicative Decomposition

Model ini menganggap hasil peramalan sebagai perkalian dari setiap

komponen.

b. Model Asosiatif (Hubungan Sebab Akibat)

Model asosiatif (atau hubungan sebab akibat), seperti regresi linear,

menggabungkan banyak variabel atau faktor yang mungkin

mempengaruhi kuantitas yang sedang diramalkan. Dengan mengolah

data yang sudah ada sebelumnya melalui deret waktu dan metode

sebab akibat, maka akan diperoleh hasil peramalan.

2.6.6 Alat Ukur Untuk Menghitung Forecast Error

Menurut Nachrowi D dan Haridius Usman (2005) menyatakan bahwa

sebenarnya membandingkan kesalahan peramalan adalah suatu cara

sederhana, apakah suatu teknik peramalan tersebut patut dipilih untuk

digunakan membuat peramalan data yang sedang kita analisa atau tidak.

Minimal prosedur ini dapat digunakan sebagai indikator apakah suatu teknik

peramalan cocok digunakan atau tidak. Dan teknik yang mempunyai MSE

terkecil merupakan ramalan yang terbaik.

Sedangkan menurut Freddy Rangkuti (2002) menyatakan keharusan

untuk membandingkan perhitungan yang memiliki nilai MAD paling kecil,

karena semakin kecil MAD. Berarti semakin kecil pula perbedaan antara hasil

forecasting dan nilai aktual.

Menurut Vincent Gaspersz (2004) terdapat empat alat ukur untuk

menghitung forecast Error yaitu :

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

44

1. Mean Absolute Deviation = (MAD)

MAD merupakan ukuran pertama kesalahan peramalan keseluruhan untuk

sebuah model. Nilai ini dihitung dengan mengambil jumlah nilai absolut

dari tiap kesalahan peramalan dibagi dengan jumlah periode data (n).

MAD= ∑ |Aktual – Peramalan|

n

2. Mean Square Error = (MSE)

MSE merupakan cara kedua untuk mengukur kesalahan peramalan

keseluruhan. MSE merupakan rata-rata selisih kuardrat antara nilai yang

diramalkan dan yang diamati. Kekurangan penggunaan MSE adalah

bahwa ia cenderung menonjolkan deviasi yang besar karena adanya

pengkuadratan.

MSE = ∑ (Kesalahan peramalan)

2

n

3. Mean Absolute Percent Error = (MAPE)

MAPE adalah perbedaan nilai rata-rata absolut antara nilai peramalan

dengan nilai aktual yang digunakan sebagai presentasi dari nilai aktual.

4. Standard Error = (SE)

Standard deviasi dari nilai rata-rata.

Vincent Gaspersz (2004) mengatakan dalam buku Production Planning

and Inventory Control bahwa akurasi peramalan akan semakin tinggi apabila

nilai-nilai MAD dan MSE semakin kecil. Ketepatan dari sebuah ramalan

merupakan hal yang sangat penting. Namun, hal yang perlu disadari bahwa

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

45

suatu ramalan adalah tetap ramalan, yang selalu ada unsur kesalahannya.

Sehingga yang penting diperhatikan adalah usaha untuk memperkecil

kemungkinan kesalahannya tersebut. Akhirnya, baik tidaknya suatu ramalan

yang disusun sangat tergantung pada orang yang melakukannya, langkah-

langkah peramalan yang dilakukannya dan metode yang dipergunakannya.

2.7 Distribution Resource Planning (DRP)

2.7.1 Pengertian DRP

Awal berkembangannya Distribution Resource Planning (DRP) adalah

sebagai sebuah metode teknik untuk perencanaan pendistribusian perusahaan

manufaktur. Metode ini dihasilkan dari pengalaman perusahaan manufaktur.

DRP telah diperluas pada pendistribusian proses di dalam manufaktur. Selain

itu DRP dapat mengkoordinasikan logistik antar organisasi atau antara pusat –

pusat distribusi yang berbeda tempat secara geografis. Bahkan konsep dari

DRP memungkinkan suatu integrasi dari proses supply chain. Konsep ini akan

menyelesaikan masalah dalam menyeimbangkan penggunaan assset dan

ongkos operasi yang bertujuan untuk kepuasan pelanggan. Selain itu DRP

dapat meningkatkan kegiatan customer service, inventory management,

purchasing, manufacturing effectiveness, dan profit maximation. Berikut

definisi DRP menurut para ahli :

Menurut Gaspersz, Vincent (2001), Distribution Resource Planning

(DRP) memberikan kerangka kerja untuk menerapkan centralized push system

dalam manajemen distribusi inventori. Istilah DRP memiliki dua pengertian

yang berbeda, yaitu: distribution requirement planning dan distribution

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

46

resource planning. Distributon requirement planning berfungsi menentukan

kebutuhan – kebutuhan untuk mengisi kembali inventori pada branch

warehouse (synonym; distribution center). Sedangkan Distribution Resource

Planning merupakan perluasan dari Distribution Requirement Planning yang

mencakup lebih dari sekedar sistem perencanaan dan pengendalian pengisian

kembali inventori, tetapi ditambah dengan perencanaan dan pengendalian dari

sumber – sumber yang terkait dalam sistem seperti ; warehouse space, tenaga

kerja, uang, dan fasilitas transportasi. Termasuk disini adalah keterkaitan dari

replenishment system ke financial system dan penggunaan simulasi sebagai

alat untuk meningkatkan performansi sistem.

Sedangkan menurut (Andrew J Martin, 1995) :

“DRP is management process that determines the needs of inventory

stocking locations and ansures that supply sources will be able to meet

the demand”

Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa DRP adalah

suatu sistem pengendalian inventori dan teknik penjadwalan yang menerapkan

prinsip MRP pada distribusi inventori dan memastikan bahwa pengadaan

bahan baku dapat memenuhi permintaan.

DRP menggunakan teknik time –phased planning seperti pada MRP dalam

manufaktur, dengan menggunakan teknik yang sama time–phased planning

dalam distribusi dan manufaktur. Beberapa permasalahan tradisional yang

ditemukan dalam distribusi dan manufaktur yaitu permasalahan pengurangan

ongkos atau penghapusan dari beberapa tahap dalam manufaktur. Filosofi dari

manajemen DRP adalah untuk mengatur pendistribusian yang mengalami

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

47

perluasan dalam supply chain, biasanya dalam perusahaan antara manufaktur

dan distribusi dipisahkan, pemisahaan ini akan berakibat pada timbulnya

masalah pada perusahaan, seperti inefficiencies, cost penalties dari perbedaan

proses, sistem dan bahkan pada conflicting goals.

DRP mengerjakan perencanaan pergerakan material ke dalam dan ke luar

dari suatu jaringan distribusi. DRP membuat material yang tersedia

sedemikian rupa sehingga inventori dapat ditarik melalui jaringan distribusi

untuk menyediakan material secara "just in time" yang akan menjawab

permintaan pelanggan.

2.7.2 Tujuan DRP

“DRP provides the information needed for distribution an

manufacturing management to effectively allocate inventory and

productive capacity, to increase customer service, and to reduce

inventory investment.” (Fogarty dkk, 1991).

Pengertian dari definisi diatas adalah DRP menyediakan informasi yang

diperlukan untuk distribusi manajemen manufaktur secara efektif untuk

mengalokasikan persediaan dan kapasitas produktif, meningkatkan layanan

pelanggan, dan untuk mengurangi investasi persediaan.

Tujuan utama DRP tentu saja mendapatkan hasil yang sebaik mungkin

dalam pendistribusian suatu produk tertentu, yang dimaksudkan dalam proses

ini adalah; produk tersebut dapat sampai pada tempat, kuantitas, serta waktu

yang tepat. Informasi DRP ini akan dapat digunakan sebagai input untuk

menentukan :

1. Kapasitas transportasi yang dibutuhkan dalam pendistribusian produk.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

48

2. Investasi untuk persediaan yang dibutuhkan oleh setiap DC (Distribution

Center).

3. Tingkat produksi minimum yang dibutuhkan oleh tiap–tiap produk dari

DC.

DRP mempunyai cakupan yang lebih luas tidak hanya melakukan

perencanaan saja. Perkembangan DRP ini sejalan dengan perkembangan MRP

2 (Material Resource Planning) yang kemudian membentuk konsep SCM

(Supply Chain Management), konsep SCM yang merupakan keterkaitan antar

DRP dan MRP. Konsep DRP juga sebenarnya sangat dekat dengan istilah

quick response (QR) dengan Continous Replenishment (CR) dari pabrik,

distributor, pengecer, sampai konsumen.

2.7.3 Manfaat DRP

Distribution Resource Planning merupakan metode yang handal untuk

sistem distribusi manufaktur yang integrasi maupun sistem distribusi murni.

Dengan kebutuhan time phasing pada setiap tingkat dalam jaringan distribusi,

DRP memiliki kemampuan untuk memprediksi suatu permasalahan yang akan

terjadi. Sistem DRP bekerja berdasarkan penjadwalan yang telah dibuat untuk

permintaan di masa yang akan datang sehingga mampu mengantisipasi

perencanaan masa depan perencanaan yang lebih dini pada setiap tingkat

distribusi. Untuk organisasi manufaktur, yang memproduksi untuk memenuhi

persediaan serta untuk dijual melalui jaringan distribusinya sendiri.

Keuntungan yang didapatkan dari penerapan DRP adalah (Andre J. Martin,

1995) :

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

49

1. Melihat saling ketergantungan antara persediaan distribusi dan

manufaktur.

2. Sebuah jaringan distribusi yang lengkap dapat disusun, yang memberikan

gambaran yang jelas dari atas maupun dari bawah jaringan.

3. DRP menyusun kerangka kerja untuk pengendalian logistik total dari

distribusi ke manufaktur untuk pembelian.

4. DRP menyediakan masukan atau informasi untuk perencanaan

penjadwalan distribusi dari sumber penawaaran ke titik distribusi.

2.7.4 Konsep DRP

Menurut Richard J. Tersine (1994:465) Distribution Resource Planning

adalah suatu metode untuk menangani pengadaan persediaan dalam suatu

jaringan distribusi multi eselon. Metode ini menggunakan demand

independent, dimana dilakukan peramalan untuk memenuhi struktur

pengadaannya. Berapapun banyaknya level yang ada dalam jaringan

distribusi, semuanya merupakan variabel yang dependent kecuali level yang

langsung memenuhi consumer.

Distribution Resource Planning lebih menekankan pada aktivitas

pengendalian dari pada kegiatan pemesanan. DRP mengantisipasi kebutuhan

mendatang dengan perencanaan pada setiap level pada jaringan distribusi.

Metode ini dapat memprediksi masalah-masalah sebelum masalah-masalah

tersebut benar-benar terjadi memberikan titik pandang terhadap jaringan

distribusi.

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

50

2.7.5 Prosedur Perhitungan DRP

Perhitungan perencanaan kebutuhan distribusi dimulai dari peramalan

permintaan, ukuran lot pemesanan, persediaan pengaman, kemudian dihitung

kebutuhan bersih, sampai penentuan perencanaan pesanan dikirim. Tabel 2.1

merupakan contoh tabel perhitungan DRP:

Safety stock : Periode

Ukuran Lot :

Lead Time : PD 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Gross requirment

Scheduled Receipt

Projected On Hand

Net Requirement

Planned Order Receipt

Planned Order Release

Logika dasar DRP adalah sebagai berikut (Richard J. Tersine, 1994) :

1. Gross Requirement/Forecast Demand diperoleh dari hasil forecasting.

2. Dari hasil peramalan distribusi lokal, hitung Time Phased Net

Requirement. Net Requirement tersebut mengindentifikasikan kapan level

persediaan (Scheduled Receipt - Projected On Hand periode sebelumnya)

dipenuhi oleh Gross Requirement. Untuk sebuah periode Net Requirement

= (Gross Requirement + Safety stock) – (Scheduled Receipt + Projected

On Hand) Periode Sebelumnya. Nilai Net Requirement yang dicatat adalah

nilai yang bernilai positif.

Tabel 2.1

Tabel perhitungan DRP

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

51

3. Setelah itu dihasilkan sebuah Planned Order Receipt sejumlah Net

Requirement tersebut (ukuran lot tertentu) pada periode tersebut.

4. Ditentukan hari dimana harus melakukan pemesanan tersebut (Planned

Order Release) dengan mengurangkan hari terjadwalnya Planned Order

Receipt dengan Lead Time.

5. Di hitung Projected On Hand pada periode tersebut : Projected On Hand

= (Projected On Hand periode sebelumnya + Schedule Receipt + Planned

Order Receipt) – (Gross Requirement).

6. Besarnya Planned Order Release menjadi Gross Requirement pada

periode yang sama untuk level berikutnya dari jaringan distribusi.

2.8 Kajian Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Variabel dan Objek

yang diteliti

No Judul Penelitian Dan

Nama Peneliti Variabel Hasil Penelitian

1 Analisis Pengendalian

Persediaan dengan Metode

Distribution Resource Planning

(DRP) untuk Mengatasi

Overstock Di Surya Toserba

Cirebon, Marco Gunawan

(2011).

Persediaan

barang dagang

yang termasuk

ke dalam

produk fast

moving.

Metode DRP terbukti

mampu mengurangi

overstock produk fast

moving di Surya Toserba

Cirebon. Metode DRP

memberikan perhitungan

untuk safety stock, ROP,

EOQ dan jadwal

pendistribusian barang

dagang sehingga

Tabel 2.2

Hasil penelitian terdahulu yang berhunbungan dengan

Variabel dan Objek

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen

52

persediaan barang dapat

selalu memenuhi

permintaan konsumen

yang berfluktuasi.

2. Pengendalian Persediaan yang

Optimal dengan Metode

Distribution Resource Planning

(DRP) untuk Mengatasi

Understock pada Produk

Klasifikasi A di PT.”X”. Hartato

(2012)

Persediaan

bahan dagang

klasifikasi A.

Produk-produk yang

termasuk klasifikasi A

pada PT.”X” yang telah

dihitung SS, ROP dan

EOQ kemudian dibuatkan

tabel DRP. Dari hasil

DRP, perusahaan dapat

meminimalisasi loss sales

pada produk-produk

klasifikasi A.

3. Perencanaan Pengendalian

Persediaan Bahan Baku Dengan

Menggunakan Economic Order

Quantity (EOQ) Studi Kasus

PT. XYZ, Parapat Gultom,

Esther S Nababan (2013)

Persediaan

bahan baku

Pengendalian persediaan

bahan baku dengan metode

Economic Order Quantity

(EOQ) lebih efesien