15
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Fraktur Mandibula Fraktur mandibula adalah putusnya kontinuitas tulang mandibular. Hilang nya kontinuitas pada bagian rahang bawah (mandibula), dapat berakibat fatal bila penanganan nya tidak benar. Mandibula adalah tulang rahang bawah pada tubuh manusia dan berfungsi sebagai tempat menempelnya gigi geligi. Klarifikasi fraktur mandibula dapat terjadi pada letak anatomi pada daerah daerah deto alveolar, kondius, koronoideus, ramus, sudut mandibula , korpus mandibula, simfisis, dan parasimfisis (Hakim, 2016). Fraktur terjadi akibat adanya trauma atau keadaan patoogis. Fraktur merupakan suatu kondisi terputus kontiuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya di sebabkan oleh rudapaksa (Sagaran,dkk 2017). Fraktur mandibula merupakan kondisi diskontinuitas tulang mandibula yang di sebabkan oleh trauma wajah ataupun keadaan patologis. Pukulan keras pada wajah dapat mengakibatkan terjadinya suatu fraktur pada mandibula (Reksoputro & Aldino, 2017). 2.2 Etiologi Menurut Hakim (2016) etiologi insiden fraktur adalah sebagai berikut: a. Terjadi pada laki-laki yaitu sebanyak 52 kasus (74,1%) b. Terjadi perempuan sebanyak 19 kasus (25,9%) c. Terjadi pada usia produktif 11-30 tahun (64,1% d. Terjadi pada lokasi simfisis sebanyak 27 kasus (38,1%). e. Terjadi karena kecelakaan sepeda motor sebanyak 47 orang (78,4%) Fraktur yang tidak sempurna merupakan fraktur yang tidak terjadi di sepanjang tulang sedangkan fraktur lengkap adalah yang terjadi di seluruh tulang yang patah (Digiulio, 2014). Menurut (Reksodiputro & Aldino,2017) mengatakan bahwa faktor utama etiologi fraktur mandibula di berbagai negara sangat bervariasi. Di negara berkembang penyebab utama fraktur mandibula adalah kecelakaan lalu lintas. Selain itu penyebab lainnya adalah kecelakaan industri, kecelakaan rumah tangga, kekerasan fisik dan perkelahian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Fraktur Mandibula

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Fraktur Mandibula

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Fraktur Mandibula

Fraktur mandibula adalah putusnya kontinuitas tulang mandibular. Hilang

nya kontinuitas pada bagian rahang bawah (mandibula), dapat berakibat fatal

bila penanganan nya tidak benar. Mandibula adalah tulang rahang bawah pada

tubuh manusia dan berfungsi sebagai tempat menempelnya gigi geligi.

Klarifikasi fraktur mandibula dapat terjadi pada letak anatomi pada daerah –

daerah deto alveolar, kondius, koronoideus, ramus, sudut mandibula , korpus

mandibula, simfisis, dan parasimfisis (Hakim, 2016).

Fraktur terjadi akibat adanya trauma atau keadaan patoogis. Fraktur

merupakan suatu kondisi terputus kontiuitas jaringan tulang atau tulang rawan

yang umumnya di sebabkan oleh rudapaksa (Sagaran,dkk 2017). Fraktur

mandibula merupakan kondisi diskontinuitas tulang mandibula yang di

sebabkan oleh trauma wajah ataupun keadaan patologis. Pukulan keras pada

wajah dapat mengakibatkan terjadinya suatu fraktur pada mandibula

(Reksoputro & Aldino, 2017).

2.2 Etiologi

Menurut Hakim (2016) etiologi insiden fraktur adalah sebagai berikut:

a. Terjadi pada laki-laki yaitu sebanyak 52 kasus (74,1%)

b. Terjadi perempuan sebanyak 19 kasus (25,9%)

c. Terjadi pada usia produktif 11-30 tahun (64,1%

d. Terjadi pada lokasi simfisis sebanyak 27 kasus (38,1%).

e. Terjadi karena kecelakaan sepeda motor sebanyak 47 orang (78,4%)

Fraktur yang tidak sempurna merupakan fraktur yang tidak terjadi di

sepanjang tulang sedangkan fraktur lengkap adalah yang terjadi di seluruh tulang

yang patah (Digiulio, 2014). Menurut (Reksodiputro & Aldino,2017)

mengatakan bahwa faktor utama etiologi fraktur mandibula di berbagai negara

sangat bervariasi. Di negara berkembang penyebab utama fraktur mandibula

adalah kecelakaan lalu lintas. Selain itu penyebab lainnya adalah kecelakaan

industri, kecelakaan rumah tangga, kekerasan fisik dan perkelahian.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Fraktur Mandibula

6

Penyebab fraktur menurut (Jitowiyono, 2018) dibedakan menjadi:

a. Cedera traumatik

Cedera traumatik disebabkan oleh:

1) Cedera langsung yaitu hantaman langsung pada tulang sehingga

tulang patah secara langsung.

2) Cedera tidak langsung yaitu hantaman langsung yang jauh dari

lokasi benturan.

3) Fraktur yang dikarenakan kontraksi keras yang mendadak.

b. Fraktur Patologik

Tulang yang rusak dikarenakan proses penyakit dengan trauma minor

mengakibatkan:

1) Tumor tulang merupakan jaringan yang tumbuh tidak teratasi

2) Infeksi semacam ostemielitis bisa terjadi sebagai dampak infeksi

akut atau bisa muncul proses yang progresif

3) Rakhitis

4) Secara langsung dikarenakan oleh stres tulang yang berkelanjutan.

2.3 Klasifikasi Fraktur

Fraktur dapat diklasifikasikan secara etiologis, klinis dan radiologis

a. Etiologis

1) Fraktur traumatik yang terjadi karena trauma mendadak

2) Fraktur patologis karena kelainan patologis pada tulang

3) Fraktur stres trauma terus menerus di tempat tertentu

b. Klinis

1) Fraktur tertutup : fraktur yang tidak sampai ke permukaan kulit

2) Fraktur terbuka : fraktur yang menghasilkan luka hingga keluar

3) Fraktur Komplikasi : fraktur dengan komplikasi

c. Radiologis

a. Lokasi

b. Konfigurasi

c. Ekstensi

d. Hubungan antar fragmen

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Fraktur Mandibula

7

Menurut Manalu (2018, sebagaimana dikutip dalam Cahyani, L.N, 2019)

klasifikasi fraktur mandibula sebagai berikut:

a. Menunjukkan regio-regio pada mandibula antara lain: simfisis, corpus,

sudut, proseus koronoid, raus, proseus kondilar, proseus alveolar.

Fraktur dapatterjadi pada satu atau lebih pada region mandibula.

b. Berdasarkan ada tidaknya gigi. Klasifikasi berdasarkan ada tidaknya

gigi penting untuk menentukan pilihan terapi yang akan diberikan.

Berikut derajat fraktur mandibula berdasarkan ada tidaknya gigi:

1) Kelas 1 : gigi terdapat di 2 sisi fraktur, dapat ditangani dengan

interdental wiring (pemasangan kawat pada gigi)

2) Kelas 2 : gigi hanya ada di salah satu fraktur

3) Kelas 3 : tidak terdapat gigi di kedua fraktur, penanganan di kelas

ini dapat melalui open reduction, kemudian dipasangkan plate and

screw, atau bisa juga dengan cara intermaxillary fixation.

c. Dengan cara perawatan fraktur mandibula dapat dibedakan menjadi:

1) Fraktur unilateral merupakan fraktur yang terjadi tunggal atau lebih

dari satu fraktur pada sisi mandibula.

2) Fraktur bilateral merupakan fraktur yang terjadi akibat kondisi yang

menyangkut angulus serta bagian leher kondilar yang berlawanan.

3) Multiple fracture merupakan pola fraktur yang terjadi karena

kombinasi kecelakaan langsung dan tidak langsung, trauma pada

dagu menyebabkan fraktur pada simpisis.

4) Fraktur kominutif merupakan fraktur yang diakibatkan karena

kecelakaan langsung. Fraktur ini terjadi pada simfisis dan

parasimpisis

2.4 Patofisiologi

Tingkat keseriusan fraktur bergantung pada penyebab fraktur. Jika hanya

sedikit melewati ambang fraktur maka kemungkinan hanya menyebabkan

keretakan tulang. Jika penyebab fraktur sangat ekstrem seperti kecelakaan

motor yang parah sehingga dapat menyebabkan tulang pecah. Otot yang

menempel pada tulang dapat terganggu saat terjadi fraktur. Otot bisa

mengalami spasme dan menarik fragmen fraktur keluar. Otot yang besar bisa

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Fraktur Mandibula

8

membuat spasme yang kuat terlebih menggeser tulang yang besar seperti femur

meskipun bagian proksimal tulang yang patah tetap pada posisinya. Fragmen

fraktur dapat berotasi dan berpindah atau dapat menimpa segmen tulang

lainnya. Fraktur terbuka atau tertutup dapat menyebabkan rasa nyeri pada

penderita. Fraktur terbuka bisa mengenai jaringan lunak di sekitarnya

kemudian dapat menyebabkan infeksi karena terkontaminasi dengan udara

luar. Infeksi dengan udara luar dapat mengakibatkan kerusakan kulit. Pada

saluran medula, hematoma berlangsung di antara fragmen-fragmen tulang dan

di bawah periostetum. Peradangan akan terjadi di sekitar jaringan tulang yang

terjadi fraktur hingga menyebabkan vasodilatasi, nyeri, edema, kehilangan

fungsi, eksudasi leukosit dan plasma. Salah satu tahap penyembuhan tulang

adalah respon patofisiologis (Widodo, 2016).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Fraktur Mandibula

9

Pathway

Diskontinuitas tulang Nyeri Pergeseran

frakmen tulang

Trauma langsung

patologis

Trauma langsung

patologis

kondisi Trauma tidak

langsung

FRAKTUR MANDIBULA

Perubahan

jaringan sekitar Kerusakan

frakmen tulang

Spesme otot Laserasi kulit Pergeseran frag

tulang

Gangguan

fungsi

Defisit

perawatan

diri : makan

Deformita

s

Gangguan

komunikasi

verbal

Syok

hipovolemik

Pendarahan

Putusnya

arteri/vena

Kerusakan

intergritas

kulit dan

jaringan

Edema

Protein

plasma

hilang

Pelepasan

histamin

Tekanan

kapiler

meningkat

Penurunan perfusi

jaringan

Penekanan

pembuluh darah

Memobilisasi asam

lemak

Melepaskan

katekolamin

Reaksi stres

klien

Tekanan sesama tulang >

tinggi dr kapiler

emboli

Bergabung dengan

trombosit

Menyumbat

pembuluh darah

Gangguan perfusi

jaringan

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Fraktur Mandibula

10

2.5 Komplikasi

Menurut Ermawan (2019) mengatakan bawah komplikasi yang terjadi

setelah terjadi fraktur meliputi kerusakan pembuluh darah, nekrosis avaskular

tulang, , kerusakan saraf osifikasi heterotopic, osteoarthritis sekunder, dan

kaku sendi. Sedangkan menurut Helmi (2019) secara umum komplikasi fraktur

terdiri atas komplikasi awal dan lama yaitu sebagai berikut:

2.5.1 Komplikasi awal

a. Syok

Meningkatnya permeabilitas kapiler dan kehilangan banyak darah dapat

menyebabkan turunnya kadar oktigen dalam tubuh sehingga

mengakibatkan terjadinya syok. Pada kejadian tertentu syok neurogenik

berlangsung pada fraktur femur yang disebabkan oleh rasa sakit yang

hebat.

b. Kerusakan arteri

Arteri dapat pecah atau rusak ditandai oleh: CRT (Cappilary Refil Time)

menurun, nadi tidak ada, bagian distal mengalami sianosis, hematoma

lebar serta dingin di ekstremitas disebabkan oleh tindakan pembidaian,

tindakan reduksi, perubahan posisi orang dakit dan pembedahan.

c. Sindrom kompartemen

Sindrom kompartemen merupakan suatu keadaan terjebaknya otot,

syaraf, tulang dan pembuluh darah pada jaringan parut akibat edema

atau pendarahan yang menekan otot, syaraf dan pembuluh darah.

Keadaan sindorm kompartemen yang diakibatkan oleh komplikasi

fraktur terjadi pada fraktur yang terletak dekat dengan persendian.

Tanda yang menjadi ciri khas sindrom kompartemen adalah 5P, yaitu

pain (nyeri lokal), pallor (pucat pada bagian distal), paralysis

(kelumpuhan tungkai), parestesia (tidak ada sensasi) dan pulsessness

(tidak ada perubahan nadi, denyut nadi, perfusi tidak baik, dan

CRT>3detik).

d. Infeksi

Trauma pada jaringan menyebabkan sistem jaringan tubuh rusak.

Infeksi berawal pada kulit kemudian masuk ke dalam pada trauma

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Fraktur Mandibula

11

ortopedik. Kasus ini terjadi pada kejadian fraktur terbuka, namun juga

bisa disebabkan oleh penggunaan ORIF dan OREF atau plat.

e. Avaskular nerkosis

Rusaknya aliran darah ke tulang dapat menyebabkan nerkosis tulang

yang diawali oleh adanya Volkman’s Ischemia.

f. Sindrom emboli lemak

Sidrom emboli lemak FES merupakan komplikasi yang biasa terjadi

pada tulang panjang, FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan

sumsum tulang kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat

oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan,

hipertensi, takikardi, takipnea, dan demam.

2.5.2 Komplikasi Lama

Menurut Helmi (2019) secara umum komplikasi lama sebagai berikut:

a. Delayed Union

Delayed union adalah kegagalan fraktur dalam berkonsolidasi sesuai

dengan waktu yang diperlukan tulang agar sembuh atau tersambung.

Hal ini disebabkan oleh penurunan pasokan darah ke tulang. Delayed

Union merupakan fraktur yang tidak sembuh selama 3-5 bulan.

b. Non-union

Non-union adalah fraktur yang sembuh dalam 6-8 bulan serta tidak

terjadi konsolidasi hingga terdapat preudoartrotis (sendi palsu).

Pseudoartrotis dapat berlangsung dengan infeksi maupun tanpa infeksi.

c. Mal-union

Mal-union merupakan kejadian dimana fraktur sembuh pada saatnya,

tetapi terjadi deformitas yang berbentuk varus, angulasi, pemendekan,

dan penyilangan.

2.6. Manefistasi Klinis

Menurut Black dan Hawks dalam Widyawati, A (2018) gejala dan tanda

fraktur adalah sebagai berikut:

a. Deformitas

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Fraktur Mandibula

12

Deformitas terjadi karena pembengkakan pada pendarahan lokal di lokasi

fraktur. Spasme otot dapat mengakibatkan deformitas rotasional,

pemendekan tungkai dan angulasi. Deformitas yang nyata terjadi di lokasi

fraktur.

b. Pembengkakan

Edema atau pembengkakan segera terjadi dikarenakan akumulasi cairan

serosa pada lokasi fraktur.

c. Memar

Memar diakibatkan oleh pendarahan pada subkutan di lokasi fraktur

d. Spasme otot

Spasme otot involuntar berguna sebagai bidai alami agar dapat mengurangi

pergerakan fragmen fraktur.

e. Nyeri

Nyeri akan menyertai fraktur serta ketajaman nyeri akan berbeda pada tiap

klien atau pasien yang mengalami fraktur. Nyeri akan semakin meningkat

apabila fraktur bergeser karena spasme otot serta fragmen pada fraktur yang

saling tindih.

f. Kategangan

Cedera pada lokasi klien menyebabkan ketegangan di atas fraktur.

g. Kehilangan fungsi

Nyeri akibat fraktur menyebabkan hilangnya fungsi. Cedera saraf juga dapat

menyebabkan kelumpuhan.

h. Gerakan abnormal dan krepitasi

Gesekan antar fragmen atau gerakan pada posisi tengah tulang

menyebabkan gerakan abnormal dan krepitasi.

i. Perubahan neurovaskular

Kerusakan saraf periferyang terkait menyebabkan cedera neurovaskuler.

Pasien dapat menderita kesemutan di sekitar distal dari fraktur.

j. Syok

Syok disebabkan oleh pendarahan besar atau yang tersembunyi.

Menurut (Hakim, et.al, 2016) gejala fraktur mandibula secara umum

biasanya timbul rasa nyeri terus menerus pendarahan oral, fungsi berubah,

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Fraktur Mandibula

13

terjadi pembengkakan, kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, dan deformitas.

Jika fraktur ini mengenai korpus mandibula, akan terlihat gerakan yang

abnormal pada tempat fraktur sehingga gerakan mandibula menjadi terbatas

dan susunan gigi menjadi tidak teratur. Sebagian besar fraktur mandibula

terjadi tanpa terbukanya tulang dan tanpa kerusakan jaringan keras atau lunak.

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Hadira, dkk (2016) adapun pemeriksaan penunjang fraktur

mandibula, yaitu :

a. Pemeriksaan labolatorium darah

b. Foto toraks

c. Foto polos kepala

d. Cervikal

e. CT scan kepala dan panoramik

2.8 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan fraktur dilakukan untuk memperbaiki posisi fragmen dan

splintage agar fragmen menyatu dengan baik. Penatalaksanaan pada fraktur

meliputi reduksi, imobilisasi dan reposisi (Ermawan, dkk :2019). Terdapat 8

penatalaksanaan fraktur menurut Sjamsuhidayat, dkk (2019) sebagai berikut:

a. Pertama : proteksi tanpa imobilisasi atau reposisi

b. Kedua : imobilisasi tanpa reposisi, biasa untuk cedera pada tulang tungkai

bawah

c. Ketiga : reposisi dengan manipulasi dan di ikuti oleh mobilisasi, biasa

diterapkan pada patah tulang radius distal

d. Keempat : reposisi dengan traksi secara terus menerus, untuk patah tulang

yang akan terjadi dislokasi dalam gips.

e. Kelima : reposisi kemudian dilanjutkan dengan imobilisasai dengan fiksasi

luar

f. Keenam : reposisi non-operatif dilanjutkan dengan fiksator tulang secara

operatif

g. Ketujuh : reposisi operatif dilanjutkan dengan fiksasi interna atau biasa

disebut ORIF (Open Reduction Internal Fixation)

h. Kedelapan : eksisi fragmen patahan tulang dengan prostesis.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Fraktur Mandibula

14

Menurut Istianah, U (2017) menyebutkan beberapa penatalaksanaan

medis pada fraktur sebagai berikut:

a. Diagnosa serta penilaian fraktur

Anamnesis pemeriksaan klinis serta radiologi dilaksanakan guna

mengetahui keadaan fraktur. Pada awal perlu diperiksa bentuk

fraktur dan lokasi fraktur guna menentukan tindakan yang perlu

untuk melakukan pengobatan.

b. Reduksi

Reduksi bertujuan untuk mengembalikan ukuran dan kesejajaran

garis tulang dengan reduksi terbuka atau reduksi tertutup. Reduksi

tertutup dilaksanakan dengan traksi manual guna menarik fraktur,

agar tulang menjadi sejajar dengan normal. Reduksi terbuka dapat

dilakukan jika reduksi tertutup kurang memuaskan atau gagal.

Reduksi terbuka menggunakan alat fiksasi internal guna

mempertahankan lokasi hingga penyembuhan tulang solid. Alat

fiksasi internal antara lain kawat, pen, plat dan skrup. Alat-alat

fiksasi internal dimasukkan ke dalam fraktur melalui ORIF.

Pembedahan ORIF ini akan membuat tulang yang patah dapat

tersambung lagi.

c. Retensi

Pemasangan plat berguna untuk mempertahankan reduksi

ekstremitas yang menderita fraktur.

d. Rehabilitasi

Mengembalikan fungsi bagian yang mengalami fraktur berfungsi

secara normal.

2.9 Konsep Asuhan Keperawatan

2.9.1 Pengkajian Fokus

a. Pengkajian primer :

1) Airway

Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya

penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Fraktur Mandibula

15

2) Breathing

Kelemahan menelan/batuk/melindungi jalan napas, timbulnya

pernapasan yang sulit dan/atau tak teratur, suara napas

terdengar ronchi/aspirasi

3) Circulation

TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap

lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini,

disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis

pada tahap lanjut

b. Pengkajian sekunder

1) Aktivitas/istirahat

- Kehilangan fungsi pada bagian yang terkena

- Keterbatasan mobilitas

2) Sirkulasi

- Hipertensi (kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)

- Hipotensi (respon terhadap kehilangan darah)

- Tachikardi

- Penurunan nadi pada bagian distal yang cidera

- Cavilary refil melambat

- Pucat pada bagian yang terkena

- Masa hematoma pada sisi cedera

3) Neurosensori

- Kesemutan

- Deformitas, krepitasi, pemendekan

- Kelemahan

4) Kenyamanan

- Nyeri tiba-tiba saat cidera

- Spasme/kram otot

5) Keamanan

- Laserasi kulit

- Perdarahan

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Fraktur Mandibula

16

- Perubahan warna

- Pembengkakan lokal

-

2.9.2 Diagnosa Keperawatan yang Sering Muncul

Menurut (Cahyani, 2019) berikut merupakan diagnosis keperawatan

pada pasien fraktur:

1. Nyeri akut b.d agen pencendera fisik di buktikan dengan pasien tampak

meringis, pasien tampak gelisah, sulit tidur, tekanan darah meningkat,

nafsu makan berubah.

2. Kerusakan intergeritas kulit b.d faktor mekanis dibuktikan dengan

kerusakan jaringan atau lapisan kulit, nyeri, pendarahan, kemerahan.

3. Gangguan komunikasi verbal b.d hambatan fisik (fraktur mandibula) di

buktikan dengan pasien tidak mampu berbicara, sulit mempertahankan

komunikasi,sulit menggunkan espresi wajah atau tubuh

2.9.3 Rencana Keperawatan

No. Diagnosa

Keperawatan

Tujuan Intervensi Rasional

1 nyeri akut b.d

agen

pencendera

fisik di

buktikan

dengan pasien

tampak

meringis,

pasien

tampak

gelisah, sulit

tidur, tekanan

darah

meningkat,

nafsu makan

berubah.

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 1x24 jam

diharapkan

tingkat nyeri

menurun

Manajemen nyeri (I.08238)

Observasi

1. Identifikasi lokasi,

karakteristik, durasi,

frekuensi, kualitas,

intensitas nyeri

2. Identifikasi skala nyeri

3. Identifikasi respon

nyeri non verbal

4. Identifikasi faktor

yang memperberat dan

memperingan nyeri

5. Identifikasi

pengetahuan dan

keyakinan tentang

nyeri

6. Monitor efek samping

pengunaan analgentik

Terapeutik

1. Berikan teknik

nonfarmakologi untuk

mengurangi rasa nyeri

1. Keluhan nyeri 5

(menurun)

2. Meringis 5

(menurun)

3. Gelisah

5(menurun)

4. Kesulitan tidur 5

(menurun)

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Fraktur Mandibula

17

( missal : terapi musik,

aromaterapi, ternik

imajinasi terbimbing,

kompres air hangat/

dingin )

2. Kontrol lingkungan

yang memperberat

nyeri

3. Fasilitasi istirahat dan

tidur

4. Pertimbangkan jenis

dan sumber nyeri

dalam pemilihan

strategi merdakan

nyeri

Edukasi

1. Jelaskan penyebab,

priode, dan pemicu

nyeri

2. Jelaskan strategi

meredakan nyeri

3. Anjurkan memonitor

nyeri secara mandiri

4. Ajarkan teknik

nonfarmakologi untuk

mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian

analgetik, jika perlu

2 Kerusakan

intergeritas

kulit b.d

faktor

mekanis

dibuktikan

dengan

kerusakan

jaringan atau

lapisan kulit,

nyeri,

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 2x24 jam

di harapkan

intergitas kulit

dengan kriteria

hasil sebagai

berikut

perawatan luka (I.14564)

observasi

1. Monior karakteristik

luka (mis,drainase,

warna, ukuran, bau)

2. Monitor tanda-tanda

infeksi

Terapeutik

1. Lepaskan balutan dan

plester secara perlahan

1.Kerusakan jaringan 5

(menurun)

2.Nyeri 5 (menurun)

3.Pendarahan 5 (menurun)

4.Suhu kulit 5 (membaik)

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Fraktur Mandibula

18

pendarahan,

kemerahan.

2. Cukur rambut di

sekitar daerah luka,

jika perlu

3. Bersikan dengan

cairan NaCI atau

pembersian nontoksik,

sesuai kebutuhan

4. Bersikan jaringan

nekrotik

5. Pasang balutan sesuai

jenis luka

6. Pertahankan teknik

steril saat melakukan

perawatan luka

7. Ganti balutan sesuai

jumlah edukat dan

drainase

8. Jadwalkan perubahan

posisi setiap 2 jam

atau sesuai kondisi

pasien

9. Berikan suplemen

vitamin dan mineral

(mis. Vitamin A,

vitamin C, zinc, asam

amino ), sesuai

indikasi

Edukasi

1. Jelaskan tanda dan

gejala infeksi

2. Anjurkan

mengkomsumsi

makanan tinggi kalori

dan protein

3. Ajarkan prosedur

perawatan luka secara

mandiri

Kolaborasi

1. Pemberian anti biotik, jika

perlu

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Fraktur Mandibula

19

3. Gangguan

komunikasi

verbal b.d

hambatan

fisik (fraktur

mandibula) di

buktikan

dengan pasien

tidak mampu

berbicara,

sulit

mempertahan

kan

komunikasi,s

ulit

menggunkan

espresi wajah

atau tubuh

Setelah dilakukan

tindakan

keperawatan

selama 3x24 jam

diharapkan

komunikasi dapat

teratasi dengan

kretria hasil

sebagai berikut :

Promosi komunikasi :

deficit bicara (I.134992)

Observasi

1. Monitor kecepatan

tekanan, kualitas,

volume,dan diksi

bicara

2. Monitor proses

kognitif , anatomis,

fisiologis yang

berkaitan dengan

bicara

3. Monitor frustasi,

marah, depresi, atau

hal lain yang

menganggu bicara

4. Identifikasi prilaku

emosional dan fisik

sebagai bentuk

komunikasi

Terapeutik

1. Gunakan metode

komunikasi alternative

(mis. Menulis, mata

berkedip, papan

komunikasi dengan

gambar dan huruf,

isyarat tangan)

2. Modifikasi lingkungan

untuk meminimalkan

bantuan

3. Ulangi apa yang di

sampaikan pasien

4. Berikan dukungan

psikologis

Edukasi

1. Anjurkan berbicara

perlahan

Ajarkan pasien dan keluarga

proses kognitif, anatomis, dan

fisiologis yang berhubungan

dengan kemampuan berbicara

1. Kemampuan

berbicara 5

(meningkat)

2. Kesesuaian kontak

mata dengan tubuh

5 (meningkat)

3. Kontak mata 5

(meningkat)