44
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan Profitabilitas 2.1.1 Modal Kerja Modal kerja merupakan salah satu unsur yang paling penting dalam aktivitas yang akan dilakukan oleh suatu perusahaan, sehingga hal ini dapat menentukan tinggi rendahnya profitabilitas perusahaan karena baik laba bersih operasional atau laba usaha, penjualan maupun aktivitas operasional ditentukan oleh besarnya modal kerja. 2.1.1.1 Pengertian Modal Kerja Kegiatan operasional suatu perusahaan, modal kerja memiliki peranan yang sangat utama sehingga kegiatan dan kehidupan perusahaan tetap berlangsung. Modal kerja menunjukan tingkat keamanan atau margin of safety para kreditur terutama kreditur jangka pendek. Menurut Soediyono (2005:160) “Modal kerja merupakan sumber pembiayaan jangka panjang yang khusus membiayai kegiatan perusahaan sehari- hari”, Sedangkan menurut Munawir (2014:115) “Modal kerja adalah kelebihan nilai aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya". Menurut K.R. Subramanyam dan John J.Wild (2014:241) “Modal kerja adalah selisih aset lancar setelah dikurangi kewajiban lancar” . Modal Kerja = Aset Lancar Utang lancar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Modal Kerja, Piutang dan Profitabilitas

2.1.1 Modal Kerja

Modal kerja merupakan salah satu unsur yang paling penting dalam

aktivitas yang akan dilakukan oleh suatu perusahaan, sehingga hal ini dapat

menentukan tinggi rendahnya profitabilitas perusahaan karena baik laba bersih

operasional atau laba usaha, penjualan maupun aktivitas operasional ditentukan

oleh besarnya modal kerja.

2.1.1.1 Pengertian Modal Kerja

Kegiatan operasional suatu perusahaan, modal kerja memiliki peranan

yang sangat utama sehingga kegiatan dan kehidupan perusahaan tetap

berlangsung. Modal kerja menunjukan tingkat keamanan atau margin of safety

para kreditur terutama kreditur jangka pendek.

Menurut Soediyono (2005:160) “Modal kerja merupakan sumber

pembiayaan jangka panjang yang khusus membiayai kegiatan perusahaan sehari-

hari”, Sedangkan menurut Munawir (2014:115) “Modal kerja adalah kelebihan

nilai aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya".

Menurut K.R. Subramanyam dan John J.Wild (2014:241) “Modal kerja adalah

selisih aset lancar setelah dikurangi kewajiban lancar”.

Modal Kerja = Aset Lancar – Utang lancar

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

15

Dapat disimpulkan bahwa modal kerja merupakan sejumlah dana baik dari

eksternal maupun dari kegiatan internal untuk membiayai kegiatan operasional

perusahaan.

Munawir (2014:115) menjelaskan bahwa dikenal 3 konsep modal kerja yaitu :

1. Konsep kuantitatif

2. Konsep kualitatif

3. Konsep Fungsional

Ketiga konsep-konsep diatas dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Konsep kuantitatif

Konsep ini menitik beratkan pada jumlah aktiva lancar (gross working

capital) yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam

membiayai kegiatan operasional yang bersifat rutin atau kebutuhan dana yang

tersedia untuk kegiatan operasional jangka pendek . Dalam konsep ini tidak

mementingkan kualitas modal kerja terkait, dimana modal kerja berasal

apakah berasal dari pemilik ataukah utang jangka panajang / pendek,

sehingga menurut konsep ini modal kerja tidak menjamin kelangsungan

operasi yang akan datang dan tidak menggambarkan likuiditas perusahaan.

2. Konsep kualitatif

Konsep ini menitik beratkan pada kualitas modal kerja, dimana modal kerja

ini merupakan jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka

pendek/ panjang maupun pinjaman dari pemilik perusahaan. Modal kerja

bersifat kualitatif adalah modal kerja yang menunjukkan tersedianya aktiva

lancar yang lebih besar daripada utang lancar, sehingga dapat menunjukan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

16

tingkat keamanan atau margin of protection bagi kreditur jangka pendek dan

dapat menjamin kelangsungan operasi usaha dimasa mendatang serta

perusahaan harus menunjukan kemampuannya untuk mendapatkan tambahan

pinjaman jangka pendek dengan jaminan aktiva lancar.

3. Konsep fungsional

Konsep ini menitik beratkan dana yang dimiliki perusahaan dalam

menghasilkan pendapatan atau laba dari usaha kegiatan operasional

perusahaan, namun tidak semua dana yang digunakan untuk memperoleh laba

untuk periode ini ( current income ) dan ada sebagian dana yang akan

digunakan untuk memperoleh laba yang akan datang.

2.1.1.2 Jenis-jenis Modal Kerja

Modal kerja menurut jenisnya yang dikutip oleh Bambang Riyanto (2008:60)

menggolongkan modal kerja adalah :

1. Modal kerja permanen ( Permanent Working Capital )

Modal kerja permanen adalah modal kerja yang harus tetap ada pada

perusahaan untuk dapat menjalani fungsinya atau dengan kata lain modal kerja

yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Modal kerja

permanen dibedakan menjadi

a. Modal kerja primer (Primary Working Capital )

Modal kerja primer adalah modal kerja minimal yang harus ada dalam

perusahaan untuk menjaga kontinuitas usahanya.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

17

b. Modal kerja normal ( Normal Working Capital )

Modal kerja normal adalah modal kerja yang diperlukan untuk

menyelenggarakan proses produksi yang normal.

2. Modal kerja Variabel ( Variable Working Capital )

Modal kerja variabel merupakan modal kerja yang jumlahnya selalu

berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja variabel dapat

dipilah menjadi :

a. Modal kerja musiman (Seasonal Working Capital )

Modal kerja musiman adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah

karena adanya fluktuasi musiman.

b. Modal kerja siklus (Cyclical Working Capital )

Modal kerja siklus adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena

fluktuasi konjungtur.

c. Modal kerja darurat (Emergency Working Capital)

Modal kerja darurat adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah

karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya, misalnya

adanya pemogokan kerja karyawan.

2.1.1.3 Pentingnya Modal Kerja

Modal kerja sangat diperlukan untuk dipergunakan dalam kegiatan

operasional secara efektif dan efisien, sehingga perusahaan tidak mengalami

kesulitan keuangan. Modal kerja yang dapat segera dipergunakan dalam kegiatan

operasional tergantung dari sifat dari aktiva lancar yang dimiliki yaitu seperti Kas,

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

18

Effek. Piutang dan Persediaan, dimana modal kerja tersebut harus cukup

jumlahnya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran operasi perusahaan sehari-

hari secara ekonomis atau efisien, sehingga perusahaan tidak mengalami kesulitan

keuangan.

Menurut S.Munawir (2014:116) modal kerja akan memberikan keuntungan lain,

antara lain adalah :

1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari

aktiva lancar.

2. Memungkinkan untuk dapat membayar kewajiban-kewajiban tepat pada

waktunya.

3. Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan

memungkinkan bagi perusahaan untuk menghadapi bahaya atau kesulitan

keuangan yang terjadi.

4. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk

melayani konsumen.

5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi yang lebih efisien

karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang

dibutuhkan.

6. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih

menguntungkan bagi pelanggan.

Modal kerja sangat penting dibutuhkan perusahaan karena fungsinya sumber

pembiayaan kegiatan operasional sehari-hari itu memiliki peranan yang paling

dominan dalam suatu perusahaan.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

19

2.1.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Modal Kerja

Modal kerja harus mampu membiayai kegiatan operasional perusahaan

sehari-hari, menurut Munawir ( 2014 : 117 ) modal kerja tersebut dipengaruhi

oleh beberapa faktor adalah sebagai berikut :

1. Sifat atau tipe dari perusahaan

Sifat dari perusahaan jasa biasanya memiliki atau harus menginvestasikan

modal-modalnya sebagian besar pada aktiva tetap , bila dibandingkan pada

perusahaan industri karena perusahaan industri harus menginvestasikan

yang cukup besar dalam aktiva lancar agar perusahaannya tidak mengalami

kesulitan dalam kegiatan operasional sehari-harinya.

2. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang

akan dijual serta harga persatuan dari barang tersebut.

Makin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi barang, maka

makin besar modal kerja yang dibutuhkan.

3. Syarat pembelian bahan atau barang dagangan

Syarat pembelian menguntungkan, maka makin sedikit uang kas yang harus

diinvestasikan dalam persediaan bahan atau barang dagangan.

4. Syarat Penjualan

Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepda pembeli akan

mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang harus

diinvestasikan.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

20

5. Tingkat Perputaran Persediaan

Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan, maka jumlah modal kerja

yang dibutuhkan ( terutama yang harus diinvestasikan dalam persediaan )

semakin rendah.

2.1.1.5 Sumber Modal Kerja

Menurut S.Munawir (2014:119), pada dasarnya modal kerja terdiri dari

dua bagian pokok yaitu :

1. Bagian yang tetap atau bagian yang permanen yaitu jumlah minimum yang

harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar tanpa kesulitan

keuangan, dan

2. Jumlah modal kerja variabel yang jumlahnya tergantung pada aktivitas

musiman dan kebutuhan-kebutuhan diluar aktivitas yang biasa.

Menurut Munawir (2014:119) pada umunya sumber modal kerja suatu

perusahaan terdiri dari :

1. Hasil Operasi Perusahaan

Modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat dihitung dengan

menganalisa laporan penghitungan laba rugi perusahaan.

2. Keuntungan dari Penjualan Surat-surat berharga (investasi jangka pendek)

Surat berharga ini menyebabkan perubahan dalam unsur modal kerja yaitu

dari bentuk surat berharga berubah bentuknya menjadi uang kas. Keuntungan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

21

yang diperoleh dari penghitungan surat berharga ini merupakan suatu sumber

bertambahnya modal kerja.

3. Penjualan Aktiva Tidak Lancar

Untuk menambah modal kerja adalah melakukan penjualan aset tetap,

investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya. Perubahan dari

aktiva ini menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal

kerja.

4. Penjualan Saham atau Obligasi

Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan perusahaan dapat

pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik

perushaan untuk menambah modalnya atau dengan menerbitkan obligasi.

2.1.1.6 Penggunaan Modal Kerja

Penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk maupun

penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan, tetapi penggunan

aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau turunnya jumlah modal

kerja yang dimiliki perusahaan. Menurut Munawir (2014:124) Pengunaan aktiva

lancar yang menyebabkan turunnya aktiva lancar adalah sebagi berikut :

1. Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan karena adanya

penjualan surat berharga atau efek maupun kerugian yang insidentil lainnya.

2. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan-tujuan

tertentu dalam jangka panjang, misalnya dana pelunasan obligasi, dana

pensiun pegawai, dan ekspansi ataupun dana-dana lainya.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

22

3. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang,

atau aktiva tidak lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva

lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja.

4. Pembayaran hutang-hutang jangka panjang.

5. Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk

kepentingan pribadi atau prive.

2.1.1.7 Efisiensi Modal Kerja

Menurut Hanafi ( 2005:125 ) menyatakan bahwa manajemen atau

pengelolaan modal kerja merupakan hal yang sangat penting agar kelangsungan

usaha sebuah perusahaan dapat dipertahankan. Kesalahan pengelolaan modal

kerja akan mengakibatkan buruknya kondisi keuangan perusahaan.

Menurut Agnes Sawir ( 2005: 16 ) “Modal kerja bersih adalah aktiva

lancar dikurangi dengan utang lancar. Rasio ini mengukur aktivitas bisnis

terhadap kelebihan aktiva lancar atas kewajiban lancar”.

Penghitungan Rasio Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover), rasio

ini menunjukkan banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat diperoleh

perusahaan untuk tiap rupiah modal kerja.

Perputaran Modal Kerja

=

Penjualan

Modal Kerja Bersih

Sumber : Agnes Sawir ( 2005:16)

2.1.2 Piutang

Perusahaan menggunakan piutang untuk menyimpan sementara dana

perusahaan dan sekaligus digunakan untuk menarik konsumen dalam

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

23

meningkatkan penjualan. Piutang timbul akibat dari kegiatan perusahaan

melakukan penjualan secara kredit. Perusahaan meningkatkan penjualan dengan

melakukan penjual barang dagangan atau jasa secara kredit karena penjualan

secara kredit tersebut merupakan suatu upaya untuk meningkatkan (atau untuk

mencegah penurunan) penjualan. Dengan melakukan penjualan secara kredit

maka piutangpun meningkat dan diharapkan laba juga meningkat.

2.1.2.1 Definisi Piutang

Menurut Munandar (2006; 77) yang dimaksud dengan piutang adalah

“Piutang (Receivables) adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang

nantinya akan dimintakan pembayarannya bilamana telah sampai jatuh tempo”.

Sedangkan menurut Soemarso (2004:338) yang dimaksud dengan piutang adalah :

“Piutang merupakan kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan

kelonggaran-kelonggaran kepada para pelanggan pada waktu melakukan

penjualan. Kelonggaran-kelonggaran – kelonggaran yang diberikan

biasanya dalam bentuk memperbolehkan para pelanggan tersebut membayar

kemudian atas penjualan barang atau jasa yang dilakukan”.

Menurut Gitosudarmo (2002:81) menyatakan bahwa “ Piutang merupakan

aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya

kebijakan penjualan kredit”.

Pos piutang yang terdapat pada laporan posisi keuangan biasanya

merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva lancar, oleh karena itu perlu

mendapat perhatian yang cukup serius agar piutang ini dapat dikelola dengan cara

yang seefisien mungkin.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

24

Menurut Warren (2005:392) menyatakan bahwa “ Piutang (receivables)

meliputi semua klain dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk

individu, perusahaan, atau organisasi lainnya”.

Transaksi paling umum yang menyebabkan munculnya piutang adalah

penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit.

Menurut Smith (2005:286) menyatakan bahwa “Piutang dapat didefinisikan

dalam arti luas sebagai hak atau klaim atas uang, barang dan jasa”.

Namun untuk tujuan akuntansi, istilah ini umumnya diterapkan sebagai

klaim yang diharapkan dapat diselesaikan melalui penerimaan kas. Selain itu “

Setiap penjualan yang terjadi secara kredit, maka secara langsung akan

menyebabkan munculnya piutang bagi perusahaan”.

Secara umum piutang dapat didefinisikan sebagai tagihan yang timbul sebagai

akibat dari penjualan barang atau jasa secara kredit. Piutang juga dapat timbul

ketika perusahaan memberikan pinjaman kepada perusahaan lain dan menerima

promes/wesel, melakukan suatu jasa atau beberapa tipe transaksi lainnya yang

menciptakan hubungan antara pihak yang memberi pinjaman dengan pihak yang

terhutang. Dapat disimpulkan bahwa piutang adalah tuntutan kepada pihak lain

untuk memperoleh uang, barang, dan jasa (aktiva) tertentu pada masa yang akan

datang sebagai akibat penyerahan barang atau jasa yang dilakukan saat ini.

2.1.2.2 Jenis – jenis Piutang

Banyak perusahaan untuk meningkatkan pendapatannya dengan cara

memberikan fasilitas berupa penjualan secara kredit. Tujuan klasifikasi ini

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

25

dilakukan untuk mempermudah pembukuan transaksi yang mempengaruhinya.

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia ( 2007: 451 ) piutang digolongkan ke dalam

dua kategori yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang usaha timbul

karena penjualan produk atau jasa dalam rangka kegiatan normal usaha, sementara

piutang yang timbul di luar kegiatan normal usaha digolongkan sebagai piutang

lain-lain.

Menurut Earl K. Stice et al ( 2004:479 ) piutang dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Piutang Dagang ( trade receivable )

Piutang dagang adalah jumlah piutang dari pelanggan yang terjadi karena

transaksi penjualan barang dan jasa.

2. Piutang Lain ( other receivable )

Piutang lainnya adalah piutang selain piutang dari kegiatan operasiol

3. Piutang Wesel (notes rceivable )

Piutang wesel yaitu surat pernyataan berhutang atau janji pelunasan secara

tertulis.

Klasifikasi piutang menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam buku PSAK

No. 9 paragaf 07e adalah :

“ Menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan dalam dua kategori

yaitu piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang usaha meliputi piutang yang

timbul karena penjualan produk atau penyerahan jasa dalam rangka kegiatan

usaha normal perusahaan. Piutang yang timbul dari transaksi di luar kegiatan

usaha normal perusahaan digolongkan sebagai piutang lain-lain. Piutang usaha

dan piutang lain-lain yang diharapkan dapat tertagih dalam satu tahun atau siklus

usaha normal, diklasifikasikan sebagai aktiva lancar”

Piutang usaha merupakan piutang akibat penjualan hasil bidang usaha

utama perusahaan dan sedangkan piutang lain-lain merupakan piutang yang

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

26

tidak berasal dari hasil bisang usaha utama perusahaan seperti piutang bunga,

piutang dividen, uang muka pegawai dan uang muka perusahaan cabang/ anak.

Piutang usaha dan piutang lain-lain diharapkan dapat tertagih dalam satu

tahun atau siklus usaha normal diklasifikasikan sebagai aktiva lancar kadang-

kadang seluruh piutang usaha digolongkan sebagai aktiva lancar tanpa

memandang jangka waktu tertagihnya. Dalam kasus demikian jumlah piutang

usaha yang jangka waktu penagihannya lebih dari satu tahun atau siklus usaha

normal harus diungkap dalam catatan laporan keuangan.

Menurut IAI melalui PSAK No. 7 yang disebut pihak yang memiliki

hubungan istimewa adalah :

1. “Perusahaan yang melalui satu atau lebih perantara (intermediaries),

mengendalikan atau dikendalikan oleh atau berada dibawah pengendalian

bersama dengan perusahaan pelapor ( termasuk holding companies,

subsidiaries and fellow subsidiaries ).

2. Perusahaan asosiasi (associatied company )

3. Perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung,

suatu kepentingan hak suara diperusahaan pelapor yang berpengaruh secara

signifikan dan anggota keluarga dekat dari perorangan tersebut (yang

dimaksud anggota keluarga dekat adalah mereka yang dapat diharapkan

mempengaruhi atau dipengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya

dengan perusahaan pelapor).

4. Karyawan kunci adalah orang-orang yang mempunyai wewenang dan

tanggungjawab untuk merencanakan, memimpin dan mengendalikan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

27

kegiatan perusahaan pelapor yang meliputi anggota dewan komisaris,

direksi dan manajer dari perusahaan serta anggota keluarga dekat orang-

orang tersebut.

5. Perusahaan, bilamana suatu kepentingan substansial dalam suara dimiliki

bank secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap yang diuraikan

dalam penjelasan butir (3) atau butir (4), atau setiap orang tersebut

mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut. Ini mencakup

perusahaan-perusahaan yang mempunyai anggota manajemen kunci yang

sama dengan perusahaan pelapor.

2.1.2.3 Kebijakan Kredit

Untuk meningkatkan volume penjualan, tiap perusahaan menjual

produknya secara kredit, sehingga menimbulkan piutang bagi perusahaan.

Penjualan secara kedit akan mengakibatkan piutang bagi pihak perusahaan.

Banyak faktor yang mempengaruhi atas kebijakan kredit yang diberikan oleh

perusahaan.

2.1.2.3.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Piutang

Perputaran piutang yang ada pada suatu perusahaan mempunyai

hubungan yang erat dengan jumlah penjualan kredit, sehingga didalam usaha

pengendalian piutang dilakukan oleh perusahaan adalah melalui kebijakan kredit

yaitu harus memperhatikan tentang besarnya kebijakan penjualan kredit yang

dilakukan oleh perusahaan terhadap hasil pproduksinya. Menurut Riyanto

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

28

(2002:85) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya piutang

adalah :

1. Volume Penjualan Kredit

Makin besar volume penjualan kredit yang dilakukan, makin besar pula

investasi yang ditanamkan dalam piutang. Semakin besarnya volume

penjualan kredit tiap tahunnya berarti perusahaan itu harus menyediakan

investasi lebih besar lagi dalam piutang. Makin besar jumlah piutang berarti

makin besar resikonya, tetapi bersamaan dengan itu juga memperbesar

profitabilitasnya.

2. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit

Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila

perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti perusahaan

lebih mengutamakan keselamatan kredit daripada profitabilitasnya. Semakin

besar panjang batas waktu pembayaran kredit berarti semakin besar jumlah

piutangnya.

3. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit

Pembatasan kredit juga harus ditetapkan oleh perusahaan dalam memberikan

kredit. Makin tinggi pembatasan kredit yang ditetapkan oleh perusahaan bagi

masing-masing langganan, berarti semakin besar pula dana yang

diinvestasikan dalam piutang.

4. Kebijakan Dalam Mengumpulkan Piutang

Kebijakan pengumpulan piutang oleh perusahaan dapat dilakukan secara aktif

maupun pasif. Apabila perusahaan menerapkan kebijakan pengumpulan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

29

piutang secara aktif, artinya perusahaan melakukan penagihan sendiri, maka

perusahaan akan mengeluarkan biaya yang lebih besar. Namun hal ini

berbeda jika perusahaan menerapkan pengumpulan piutang secara pasif,

maka investasi yang ditanamkan dalam piutang akan lebih besar.

5. Kebiasaan Membayar dari Para Pelanggan

Kebiasaan membayar ini menyangkut pemanfaat discount period oleh

pelanggan, artinya semakin langganan ini memanfaatkan discount period,

semakin kecil investasi yang ditanamkan dalam piutang.

2.1.2.3.2 Variabel-variabel Penting Dalam Piutang

Ada beberapa variabel penting yang terkait dengan piutang. Beberapa

variabel penting tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Standar Kredit

Standar kredit adalah salah satu kriteria yang dipakai perusahaan untuk

menyeleksi para langganan yang diberi kredit dan beberapa jumlah yang

dapat diberikan. Standar kredit sangat berhubungan dengan angka kredit,

menurut Sundjaja dan Barlian (2006:239) angka kredit adalah “prosedur yang

dihasilkan dalam bentuk angka untuk mengukur keseluruhan kemampuan si

peminjam dalam membayar kredit, yaitu dengan pembobotan rata-rata data

keuangan dan karakteristik”.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

30

Menurut Agnes Sawir (2005:200) ada lima kriteria yang diperhatikan dalam

mengadakan penilaian resiko atas pemberian kredit yaitu :

a. Karakter, menunjukkan kemungkinan dari langganan untuk secara

jujur berusaha memenuhi kewajiban-kewajibannya.

b. Kapasitas, adalah pendapat subyektif mengenai kemampuan dari

langganan, diukur dari catatan masa lalu dan observasi fisik pada

pabrik atau langganan

c. Kapital, diukur dari posisi keuangan perusahaan secara umum

d. Kolateral, ditunjukkan oleh aktiva langganan yang dijadikan jaminan

bagi keamanan kredit yang diberikan.

e. Kondisi, menunjukkan pengaruh langsung dari keadaan ekonomi pada

umumnya terhadap perusahaan yang bersangkutan atau perkembangan

khusus khusus dalam suatu bidang ekonomi tertentu yang mungkin

mempunyai efek terhadap kemampuan langganan untuk memenuhi

kewajibannya.

2. Persyaratan Kredit

Adapun yang dimaksud dengan persyaratan kredit adalah kondisi yang

diisyaratkan untuk pembayaran yang dibutuhkan bagi pelanggan. Persyaratan

kredit ( terms of credit) mencantukan jangka waktu kredit (credit period) dan

potongan kas ( cash discount ).

3. Kebijakan Kredit dan Pengumpulan Piutang

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

31

Kebijakan kredit ditentukan oleh perusahaan yang bersangkutan dan

pengumpulan piutang berdasarkan pada umur piutang yang telah ditetapkan

sebelumnya. Kebijakan penagihan (collection policy) piutang suatu

perusahaan menurut Agnes Sawir ( 2005: 201 ) adalah “ prosedur yang

ditempuh untuk memperoleh pembayaran dari rekening-rekening piutang

dagang pada saat jatuh tempo”. Prosedur penagihan yang umum adalah

mengirim surat-surat teguran dan menyerahkan kepada badan-badan penagih

(debt collector) dan tahap akhir adalah mengajukan tuntutan perdata.

Menurut Brigham dan Houston (2011:282), kebijakan kredit memiliki arti

yang sangat penting karena tiga alasan utama yaitu :

1. Memiliki dampak yang signifikan pada penjual

2. Mempengaruhi jumlah modal yang terikat dalam piutang

3. Memengaruhi kerugian piutang tak tertagih

Perusahaan harus efektif dalam menerapakn kebijakan kredit, sehingga

mampu meningkatkan penjualan disatu sisi dan dapat mengkonversikan

piutang menjadi kas untuk menopang kelancaran operasional perusahaan

disisi lainnya.

2.1.2.4 Prosedur Pencatatan Piutang

Piutang jangka pendek dinilai dan dilaporkan pada nilai realisasi bersih

dikurangkan dengan jumlah bersih yang diperkirakan akan diterima dalam bentuk

kas. Penentuan nilai realisasi bersih (net realizable value) memerlukan estimasi

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

32

baik atas piutang yang tak tertagih maupun retur penjualan dan pengurangan harga

yang diberikan.

Pencatatan piutang yang mungkin tak tertagih merupakan pembebanan

kemungkinan rugi karena tidak tertagihnya piutang. Jumlah yang tercantum

didalamnya merupakan suatu taksiran.

Penjualan kredit selain penjualan tunai akan berisiko menimbulkan

kegagalan untuk menagih piutang. Piutang usaha tak tertagih adalah kerugian

perusahaan, sehingga mengakibatkan penurunan laba. Kerugian dan penurunan

laba diakui dengan mencatat beban piutang ragu-ragu ( atau beban piutang tak

tertagih).

Menurut Kieso, Weygandt dan Warfield (2007:350) pencatatan transaksi

terhadap piutang tak tertagih memiliki dua pilihan metode yaitu :

1. Metode Penghapusan Langsung ( direct write-off method )

Metode penghapusan langsung mengakui beban piutang tak tertagih pada saat

terjadinya, sehingga jumlah besar piutang tak tertagih menyebabkan

penurunan laba bersih yang signifikan pada saat periode tertentu. Menurut

metode penghapusan langsung, ketika keterangan laporan dianggap tidak

tertagih, kerugian dijurnal ke akun beban. Perusahaan memilih metode ini

karena menggambarkan piutang benar tidak tertagih. Kerugian perusahaan

akibat dari piutang tak tertagih berpengaruh terhadap laba rugi komprehensif

lainnya. Metode penghapusan langsung memiliki kelemahan karena biasanya

gagal menandingkan biaya dengan pendapatan pada periode bersangkutan,

atau menghasilkan piutang yang ditetapkan pada estimasi nilai yang dapat

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

33

direalisasi dineraca. Oleh karena itu pemakaian metode penghapusan

langsung tidak dipandang tepat, kecuali kalau jumlah piutang tak tertagih

tidak material.

2. Metode Penyisihan ( allowance methode )

Metode penyisihan mengakui beban penyisihan piutang tak tertagih setiap

akhir periode agar tidak mengganggu laba bersih secara signifikan. Metode

penyisihan menuntut perusahaan menghitung jumlah kemungkinan piutang

tak tertagih pada setiap akhir periode. Agar tidak mencolok atas beban yang

diakibatkan kerugian atas piutang tak tertagih, maka perusahaan

mencadangkan piutang tersebut, meskipun belum tentu tidak tertagih.

Perlakuan cadangan yang dilakukan disebut sebagai Metode Penyisihan.Hal

ini menyediakan laporan piutang yang seolah menjamin berapa kas yang

dapat diterima dari piutang yang dilaporkan. Metode penyisihan memiliki 3

hal yang perlu diperhatikan :

a. Piutang tak tertagih adalah perkiraan. Perkiraan ini dianggap sebai beban

dikaitkan dengan penjualan pada periode akuntansi yang sama ketika

penjualan terjadi sesuai dengan prinsip perbandingan.

b. Perkiraan piutang tak tertagih mendebet beban dan mengkredit akumulasi

penyisihan

c. Ketika piutang yang spesifik dihapuskan karena piutang tak tertagih

mendebet Akumulasi penyisihan piutang dan mengkredit Piutang.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

34

2.1.2.5 Penilaian Piutang Usaha

Menurut Van Horne, James C dan J.M Wachowics , 2005 menyatakan

bahwa Piutang adalah sejumlah uang yang dialihkan kepemilikannya kepada suatu

perusahaan oleh para pelanggan yang telah membeli barang atau jasa secara

kredit.

Piutang bergantung terhadap penilaian atas piutang itu sendiri yaitu :

1. Pengakuan piutang mula-mula

Ada tiga cara melakukan pengakuan penjualan yang berpengaruh terhadap

pengakuan jumlah piutang mula-mula yaitu :

a. Metode Kotor

Metode Kotor, mengakui jumlah piutang sebesar penjualan tanpa

dipengaruhi oleh potongan yang akan diberikan. Apabila debitur

ternyata mengambil potongan, maka akan diakui sebagai pengurang

jumlah penjualan.

b. Metode Bersih

Metode bersih, mengakui jumlah piutang setelah dikurangi dengan

potongan penjualan. Apabila ternyata debitur tidak memanfaatkan

potongan, maka akan mengakibatkan timbulnya kelebihan pembayaran

atas piutang. Kelebihan ini diakui sebagai penghasilan lain-lain diluar

operasi.

c. Metode Cadangan

Metode cadangan, mengakui jumlah piutang sebasar jumlah sebelum

dikurangi potongan, tapi penjualan diakui sebesar jumlah setelah

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

35

dikurangi potongan. Selisihnya dicatat sebagai “ Cadangan Potongan

Penjualan”

2. Taksiran Jumlah Kerugian piutang

3. Piutang yang tidak sepenuhnya dikuasai perusahaan atau piutang yang

digunakan untuk mencari dana

2.1.2.6 Pengertian Perputaran Piutang

Piutang merupakan bagian penerimaan perusahaan yang sangat penting

timbul sebagai akibat dari adanya kebijakan penjualan barang atau jasa dengan

kredit, dimana debitur tidak memberikan suatu jaminan yang secara resmi. Tiap

perusahaan memiliki misi tersendiri, dimana salah satunya adalah dengan

melakukan penjualan secara kredit. Hasil dari penjualan kredit akan berdampak

tidak langsung atas meningkatkan profitabilitas suatu perusahaan, walaupun hal

ini akan mengakibatkan adanya piutang. Semakin besar jumlah penjualan kredit ,

maka semakin besar pula piutang yang dimiliki oleh perusahaan, dan akan

memunculkan seberapa jauh tingkat pengembalian piutang.

Secara umum piutang adalah merupakan harta perusahaan atau koperasi

yang timbul karena terjadinya transaksi penjualan secara kredit atas barang dan

jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.

Menurut Bambang Riyanto (2008 : 85) mengemukakan bahwa

“Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi

menimbulkan piutang langganan. Piutang merupakan hak untuk menagih

sejumlah uang dari sipenjual kepada sipembeli yang timbul karena adanya suatu

transaksi” dan (2009:90) menyatakan bahwa “Perputaran piutang adalah rasio

yang memperlihatkan lamanya waktu untuk mengubah piutang menjadi kas”.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

36

Salah satu cara untuk menilai berhasil tidaknya kebijakan penjualan kre

dit yang dilaksanakan oleh perusahaan dapt dilakukan dengan melihat perputaran

piutang. Perputaran piutang merupakan rasio aktivitas yaitu rasio yang mengukur

kemampuan perusahaan dalam menggunakan dana yang tersedia yang tercermin

dalam perputaran modal. Rasio perputaran piutang memberikan pandangan

mengenai kualitas piutang perusahaan dan seberapa berhasilnya perusahaan dalam

penagihannya. Semakin cepat perputaran piutang menandakan bahwa modal kerja

dapat digunakan secara efisien. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang

dikemukakan oleh Munawir (2014:75) yaitu

“Semakin tinggi (turn over) menunjukkan modal kerja yang ditanamkan

dalam piutang rendah, sebaliknya apabila rasio semakin rendah berarti ada over

investment dalam piutang sehingga memerlukan analisa lebih lanjut, mungkin

karena bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin ada

perubahan dalam kebijakan pemberian kredit”.

Perputaran piutang ini menunjukkan berapa kali sejumlah modal kerja

yang tertanam dalam piutang yang berasal dari penjualan kredit berputar dalam

suatu periode. Dengan kata lain, rasio perputaran piutang bisa diartikan berapa

kali suatu perusahaan dalam setahun mampu “membalikkan atau menerima

kembali kas dari piutangnya. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang berarti

semakin cepat dana yang diinvestasikan pada piutang dagang dapat ditagih

menjadi uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang tertanam dalam piutang

rendah. Sebaliknya jika tingkat perputaran piutang rendah berarti piutang dagang

membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat ditagih dalam bentuk uang

tunai. Hal ini dimungkinkan karena over investment dalam piutang sehingga

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

37

memerlukan analisa lebih lanjut, dimana bagian kredit dan penagihan bekerja

tidak efektif atau mungkin ada perubahan dalam kebijakan pemberian kredit.

Menurut Kasmir (2011:176) yang menyatakan bahwa “Perputaran piutang

merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang

selama satu periode atau berapa kali dana yang ditanam dalam piutang berputar

dalam satu periode”.

Suatu analisa rasio terhadap perputaran piutang sangat penting bagi

perusahaan untuk menetapan kebijakan penjualan kreditnya. Semakin cepat

piutang itu tertagih maka semakin baik bagi perusahaan. Piutang yang dimiliki

oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan volume penjualan

kredit. Posisi piutang dan taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan

menghitung tingkat perputaran piutang yaitu dengan membagi total penjualan

kredit (neto) dengan piutang rata-rata .

Penerapan kebijakan kredit yang ketat dan tindak penagihan yang agresif,

berimplikasi langsung terhadap penjualan yang pada akhirnya akan berpengaruh

terhadap pendapatan dan laba rugi diakhir periode.

Tata kelola piutang yang efektif , adalah pengaturan piutang yang

menyeimbangkan antara :

1. usaha-uasaha untuk mencegah piutang tak tertagih dan piutang yang

lewat jatuh tempo

2. usaha-usaha untuk meningkatkan penjualan dengan memberikan

pengalaman yang baik bagi pelanggan dan menyediakan termjn

pembayaran yang competitive dilingkungan usaha.

Untuk mengukur efektifitas atas tata kelola piutang suatu perusahaan,

maka ada 3 metode pengujian yang umum digunakan yaitu rasio perputaran

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

38

piutang (Receivable Turnover) sebagai tingkat pengembalian piutang dan rasio

periode penagihan rata-rata (Average Collection Period).

Menurut Subramayam dan Wild (2014:251) tingkat perputaran piutang

merupakan indikator umur piutang. Indikator ini terutama berguna saat

membandingkan taksiran tingkat perputaran yang dihitung dengan perjanjian

kredit yang telah ditentukan dan mengacu pada kecepatan piutang menjadi

kas.Tingkat perputaran piutang dihitung dengan rumus yaitu :

Sumber : Subramayam dan Wild (2014:251)

Piutang merupakan elemen modal kerja yang selalu dalam keadaan

berputar, artinya piutang akan tertagih pada saat tertentu dan akan timbul lagi

akibat penjualan. Perode perputaran piutang tergantung pada panjang pendeknya

ketentuan waktu yang dipersyaratkan dalam pembayaran kredit. Syarat

pembayaran kredit juga akan mempengaruhi tingkat perputaran piutang, dimana

tingkat perputaran piutang menggambarkan berapa kali modal kerja yang

dibutuhkan dalam perputaran piutang dalam periode tertentu. Semakin cepat

perputaran piutang menandakan bahwa modal yang digunakan semakin efisien.

Perputaran Piutang Usaha = Penjualan Kredit

Rata-rata Piutang Usaha

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

39

Rasio untuk mengukur efisiensi pengelolaan piutang perusahaan, rata-rata jangka

waktu penagihan adalah rata-rata jangka waktu lamanya perusahaan harus

menunggu pembayaran setelah melakukan penjualan.

Average Collection Period = Receivables

Sales per day

Sumber : Agnes Sawir (2005:16)

Piutang merupakan hak untuk menagih sejumlah uang dari si penjual

kepasa si pembeli yang timbul karena adanya suatu transaksi, dengan kata lain

piutang menunjukkan tuntutan-tuntutan pada pihak luar perusahaan yang

diharapkan akan diselesaikan dengan penerimaan jumlah uang tunai setelah

tanggal transaksi penjualan sesuai dengan syarat yang telah disepakati

sebelumnya. Piutang usaha umumnya berjangka waktu kurang dari satu tahun.

Menurut Agnes Sawir (2005:16) dijelaskan bahwa rasio Average

Collection Period ini mengukur efisiensi pengelolaan piutang perusahaan, rata-

rata jangka waktu penagihan adalah rata-rata jangka waktu lamanya perusahaan

harus menunggu pembayaran setelah melakukan penjualan.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Average

Collection Period adalah jangka waktu rata-rata perusahaan menerima pelunasan

piutang dari konsumen setelah melakukan penjualan secara kredit yang

dinyatakan dalam satuan hari. Besar kecilnya rasio Average Collection Period

berdampak pada modal perusahaan yang tertanam dalam piutang.

Jangka penagihan piutang yang rendah pada tingkat penjualan tertentu

mengakibatkan semakin besar dana kelebihan yang tertanam pada piutang usaha,

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

40

karena itu lebih baik ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif yang

dinilai dapat menambah laba perusahaan.

2.1.3 Profitabilitas

Perusahaan selalu berkeinginan untuk mendapatkan keuntungan, dari

keuntungan tersebutlah perusahaan dapat menarik modal dari luar. Pemilik dan

pihak manjemen perusahaan berupaya untuk meningkatkan keuntungan, karena

sangat disadari bahwa begitu pentingnya arti keuntungan bagi masa depan

keberlangsungan perusahaan.

2.1.3.1 Pengertian Profitabilitas

Kemampuan profitabilitas merupakan kemampuan yang dicapai oleh

perusahaan dalam memperoleh laba suatu periode tertentu. Dasar penilaian

profitabilitas adalah laporan keuangan yang terdiri dari laporan neraca dan laba

rugi perusahaan.

2.1.3.2 Analisis Rasio Profitabilitas

Analisa ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

memperoleh laba, baik dalam hubungan dengan pendapatan/ penjualan, assets

maupun modal sendiri. Nilai profitabilitas merupakan nilai pengukuran atas

kesehatan perusahaan. Rasio kemampulabaan akan memberikan jawaban tentang

tingkat efektivitas pengelolaan manajemen perusahaan.

Menurut Munawir (2014:64) mengatakan bahwa “Profitabilitas

merupakan salah satu tujuan perusahaan dalam menganalisa laporan

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

41

keuangannya”. Selain itu profitabilitas memiliki pengertian menurut Kasmir

(2011:196) yang menyatakan bahwa “Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk

menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan”.

Sedangkan menurut Susan Irawati (2006:58), yang menyatakan bahwa “

Rasio keuntungan atau profitability ratios adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan atau merupakan kemampuan

suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu untuk melihat

kemampuan perusahaan dalam beroperasi secara efisien.

Pada dasarnya tujuan utama suatu perusahaan adalah menghasilkan laba

yang optimal dari penggunaan aktiva (kekayaan) suatu perusahaan, dimana

dikaitkan dengan penjualan yang berhasil diciptakan suatu perusahaan sehingga

dapat menghasilkan laba. Laba dapat menjamin eksistensi perusahaan baik dalam

operasi maupun dalam kemampuan untuk memberikan deviden yang memuaskan

kepada para pemegang sahamnya.

Rasio profitabilitas adalah rasio untuk mengukur tingkat efektifitas

pengelolaan (manajemen) perusahaan yang ditunjukkan oleh jumlah keuntungan

yang dihasilkan dari penjualan dan investasi, dimana intinya ditujukan untuk

efisiensi perusahaan.

Rasio profitabilitas memiliki tujuan dan manfaat, tidak hanya untuk

pemilik usaha atau manjemen saja, tetapi juga bagi pihak diluar perusahaan,

terutama pihak-pihak yang memiliki hubungan atau kepentingan dengan

perusahaan. Menurut Kasmir (2011:197) tujuan penggunaan rasio profitabilitas

bagi perusahaan maupun pihak lain adalah :

1. Mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam periode

tertentu.

2. Menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

42

3. Menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

4. Menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

5. Mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal

pinjaman maupun modal sendiri.

6. Mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik

modal sendiri.

Sedangkan, manfaat menggunakan rasio profitabilitas menurut Kasmir

(2011:198) adalah :

1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu

periode.

2. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.

3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.

4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik

modal pinjaman maupun modal sendiri.

Profitabilitas dapat diukur dengan menggunakan analisis rasio

profitabilitas. Jenis-jenis rasio profitabilitas yang umum digunakan menurut Irham

Fahmi (2011:137) adalah :

1. Gross Profit Margin (GPM)

2. Net Profit Margin (NPM)

3. Return on Investment ( ROI )

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

43

4. Return on Assets (ROA)

5. Return on Equity ( ROE )

Dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Gross Profit Margin (GPM)

Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya

produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi

secara efisien. Secara matematis rasio ini dapat diukur dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

Gross Profit Margin

=

Sales – Cost of Good Sold

Sales

2. Net Profit Margin (NPM)

Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang menghitung sejauh mana

kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan

tertentu. Rasio ini diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan

menekan biaya-biaya perusahaan pada periode tertentu. Net Profit Margin

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Net Profit Margin

=

Net Income

Operating Income

3. Return on Investment (ROI)

Rasio return on investment (ROI) atau pengembalian investasi, atau ditulis

juga dengan return on total asset (ROA). Rasio ini melihat sejauh mana

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

44

investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian

keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Investasi tersebut sebenarnya

sama dengan asset perusahaan yang ditanamkan atau ditempatkan.

Return on Investment

=

Laba setelah Pajak

Total Assets

4. Return on Assets (ROA)

Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas. Dalam

analisis laporan keuangan, rasio ini paling sering disoroti, karena mampu

menunjukkan keberhasilan perusahaan menghasilkan keuntungan. ROA

mampu mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada

masa lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang akan datang.

Return on Assets (ROA) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Return on Assets

=

Net Income

Total Assets

5. Return on Equity (ROE)

Menurut Irham Fahmi (2011:137), rasio return on equity (ROE) disebut

juga laba atas equity. Dalam beberapa referensi disebut juga dengan rasio

total asset turnover atau perputaran total asset. Rasio ini menilai sejauh

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

45

mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk

mampu memberikan laba atas ekuitas.

Return on Equity (ROE) dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai

berikut :

Return on Equity

=

Net Income

Equity

2.1.3.3 Return On Assets

Return on Assets (ROA) mengukur kemampuan manajemen dalam

menghasilkan pendapatan dari pengelolaan aset perusahaan. Selain itu rasio ini

digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan perusahaan dalam menghasilkan

laba dari seluruh assets yang dimiliki perusahaan.

Menurut Dwi Prastowo dan Rifka Julianty (2005:91), digunakan untuk :

“Mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk

memperoleh laba, kemudian rasio ini juga dapat digunakan untuk

mengukur tingkat kembalian investasi yang dilakukan oleh perusahaan

dengan menggunakan seluruh dana (aktiva ) yang dimilikinya”.

Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2004:74) Return on Assets (ROA)

adalah “Rasio yang menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa dipoles

dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. Karena itu dipergunakan angka

laba bersih setelah pajak dan total aktiva perusahaan”.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

46

Return on Assets (ROA) didasarkan pada pendapat bahwa karena aktiva didanai

oleh para pemegang saham dan kreditor, maka rasio ini-pun harus dapat

memberikan ukuran produktivitas aktiva dalam pengembalian kepada para

penanam modal tersebut. Oleh karena itu rasio Return on Assets (ROA) sering

disamamakan dengan rasio Return on Investment atau ROI ( Agnes Sawir,

2000;20 ). Dalam penelitian ini rasio yang digunakan adalah rasio Return on

Assets (ROA) dihitung dengan mengunakan rumus :

Return On Assets = Net Income x 100%

Total Assets

Sumber : Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2004;74)

Keterangan

Net Income = Laba Bersih

Total Assets = Total aktiva

Rasio Return On Assets (ROA) meruapakan indikator keberhasilan

perusahaan atas pengelolaan kekayaan (aset) yang dimiliki perusahaan, sehingga

dengan meningkatnya rasio Return On Assets (ROA) mencerminkan kinerja

perusahaaan baik dalam mengelola kekayaan yang dimilikinya, sehingga dapat

menghasilkan keuntungan atau laba.

2.1.4 Hubungan Modal Kerja Terhadap Profitabilitas

Aktiva lancar dan utang lancar memiliki pengaruh langsung terhadap

profitabilitas, dan modal kerja juga memiliki pengaruh langsung terhadap

profitabilitas, sedangkan modal kerja merupakan selisih antara aktiva lancar dan

utang lancar. Menurut Sutrisno (2007:56) mengatakan bahwa :

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

47

“Masalah yang cukup penting dalam pengelolaan modal kerja adalah

menentukan seberapa besar kebutuhan modal kerja perusahaan. Hal ini

penting karena bila modal kerja perusahaan terlalu besar berarti ada

sebagian dana yang menganggur dan ini akan menurunkan tingkat

profitabilitas dan rentabilitas perusahaan”.

Dari uraian diatas, maka disimpulkan bahwa modal kerja merupakan

modal yang paling penting di dalam suatu perusahaan untuk kegiatan operasional,

sehingga manajemen dapat memprediksi dana yang dibutuhkan dalam membiayai

kegiatan operasi perusahaannya. Modal kerja harus digunakan secara efisien,

artinya semakin cepat masa perputaran modal kerja akan semakin efisien

penggunaan modal kerja dan tetntunya investasi pada modal kerja akan semakin

kecil, sehingga profitabilitas yang diharapkan akan ikut meningkat.

Hubungan modal kerja dengan profitabilitas perusahaan, pada dasarnya

bagaimana meningkatkan keuntungan dengan kebutuhan dana pada modal kerja

seefisien mungkin dalam menjalankan kegiatan operasinya secara efektif .

2.1.5 Hubungan Piutang Terhadap Profitabilitas

Piutang merupakan salah satu komponen dari aktiva lancar perusahaan.

Piutang merupakan aktiva lancar yang paling likuid setelah kas dan setara kas

dibandingkan dengan komponen aktiva lancar yang lainnya, karena piutang dapat

mengubah piutang menjadi kas memerlukan waktu yang lebih pendek.

Semakin lambat dalam melakukan penagihan piutang maka dapat

mempengaruhi perputaran piutang yang akan dapat memperkecil cash ratio

perusahaan dan akan dapat memperlambat perusahaan dalam memenuhi jangka

pendeknya.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

48

Banyak perusahaan menjual secara kredit agar dapat menjual lebih banyak

produk atau jasa. Dari penjualan kredit tersebut maka munculah piutang.Piutang

dalam neraca biasanya merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva lancar dan

oleh karena itu perusahaan perlu memberikan perhatian yang cukup serius agar

perkiraan piutang ini dapat diatur dengan cara yang seefisien mungkin, sehingga

dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan.

Adapaun teori penghubung yang dikemukakan Bambang Riyanto

(2008:85), menyebutkan bahwa: “Makin besarnya jumlah piutang berarti semakin

besar resiko, tetapi bersamaan dengan itu juga akan memperbesar profitability.”

Menurut Sartono dalam Santoso Agus (2008:44) mengatakan bahwa :

“Kecepatan penerimaan hasil piutang dalam satu periode (perputaran

piutang) akan dapat mempengaruhi likuiditas perusahaan karena pertukaran

piutang lebih cepat dari yang diharapkan dan seberapa jauh piutang lebih cepat

dari yang diharapkan dan seberapa jauh piutang perusahaan bisa dipakai untuk

memenuhi jangka pendeknya”.

Ketika likuiditas perusahaan terbentuk maka keadaan kondisi aktiva

perusahaan akan semakin baik. Membaiknya kondisi aktiva perusahaan yang

dalam kesempatan ini berfokus pada aktiva lancar yang disebabkan dari adanya

piutang, hal ini akan memberikan andil yang sangat besar pada seluruh atau

sebagian aktivitas perusahaan, sehingga profitabilitas perusahaan akan meningkat.

Berdasarkan uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa piutang

dapat memperbesar tingkat profitabilitas (return on assets) namun rasio yang

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

49

memperlihatkan lamanya untuk mengubah piutang menjadi kas disebut perputaran

piutang. Jadi piutang berpengaruh terhadap profitabilitas (return on assets)

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu pernah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya

adalah Anshari Ihsan (2014), Utami Nurul Pratiwi (2014), Rama Eka Fauzi

(2011), Naufal Ubaidillah (2014), Hera Rizky Amboinawaty (2004), Bangun

Prakoso, Zahroh Z.A, Nila Firdausi Nuzula (2014), Irfan Rusydi (2012), Amtsal

Khairy Hanra (2015) dengan matriks sebagai berikut :

Tabel 2.1

Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Metode yang

digunakan

Persamaan Perbedaan

1. Anshari Ihsan

(2014)

Pengaruh Perputaran

Modal Kerja

terhadap

profitabilitas (survey

pada perusahaan

food and beverage

yang terdaftar di BEI

periode 2008-2012)

Kuantitatif Persamaan

penelitian

adalahvariable

independen

piutang (X2)

dan variable

dependen (Y)

profitabilitas

(ROA)

Penulis sebelumnya

variable (X1)

adalah kas dan

peneliti variable

(X1) adalah modal

kerja ( aktiva lancar

– utang lancar)

2. Utami Nurul

Pratiwi (2014)

Pengarug perputaran

kas, perputaran

piutang, perputaran

persediaan terhadap

profitabilitas

perusahaan non

perbankan yang

terdaftar pada LQ-45

periode 2008-2012

Kuantitatif. Persamaan

penelitian

adalah

menggunakan

profitabilitas

(ROA) pada

variable

dependen (Y)

dan variable

(X2) perputaran

piutang

Peneliti sebelumnya

menggunakan

variable X1 yaitu

perputaran kas, dan

perputaran

persediaan,

sedangkan peneliti

adalah modal kerja

( aktiva lancar –

utang lancar)

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

50

No

Peneliti

Judul

Metode yang

digunakan

Persamaan

Perbedaan

3. Rama Eka

Fauzi ( 2011 )

Analisis Modal Kerja

dan Perputaran

Piutang terhadap

Profitabilitas (ROA)

pada PT. POS

INDONESIA

(PERSERO)

Bandung

Kuantitatif Persamaan

penelitian

adalah

menggunakan

profitabilitas

pada variable

dependen (Y),

variable

independen

(X1) modal

kerja, dan

variable

independen

(X2) perputaran

piutang

Perbedaan

penelitian adalah

Objek penelitian

dari tahun 2003 –

2010 dan sedangkan

peneliti saat ini

adalah 2001 – 2013

dan metode

perhitungannya

berbeda, peneliti

sebelumnya

menggunakan SPSS

sedangkan peneliti

saat ini

menggunakan

eviews .

4 Naufal

Ubaidillah

(2014)

Pengaruh arus kas

dan piutang terhadap

tingkat profitabilitas

perusahaan (Studi

kasus pada

perusahaan

Manufaktur Sektor

Industri Barang

Konsumsi Sub

Sektor Farmasi yang

terdaftar di Bursa

Efek Indonesia )

Kuantitatif Persamaan

penelitian

adalah

menggunakan

profitabilitas

pada variable

dependen (Y)

dan variable

independen

(X2) piutang

Perbedaan

penelitian

sebelumnya adalah

menggunakan

variable independen

yang berbeda, yaitu

perputaran kas.

5 Hera Rizky

Amboinawaty

(2004)

Analisis pengaruh

kuantitas modal kerja

dan perputaran

modal kerja terhadap

tingkat profitabilitas

perusahaan studi

kasus pada PT INTI

(Persero)

Kuantitatif Persamaan

penelitian

adalah Variable

dependen (Y)

Profitabilitas

dan variable

independen

(X1) perputaran

modal kerja

Perbedaan

penelitian

sebelumnya adalah

variable X2

kuantitas modal

kerja sedangkan

peneliti adalah

tingkat

pengembalian

piutang

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

51

No

Peneliti

Judul

Metode yang

digunakan

Persamaan

Perbedaan

6 Bangun

Prakoso,

Zahroh Z.A,

Nila Firdausi

Nuzula (2014)

Pengaruh perputaran

modal kerja dan

perputaran piutang

terhadap

profitabilitas (studi

pada perusahaan

pembiayaan listing di

BEI periode 2009-

2013)

Kuantitatif Persamaan

penelitian

adalah variable

dependen (Y)

profitabilitas

dan variable

independen

(X1) modal

kerja, (X2)

piutang

Perbedaan

penelitian

sebelumnya adalah

data yang diambil

pada perusahaan

pembiayaan listing

di BEI periode

2009-2013,

sedangkan peneliti

adalah data dari PT

Pos Indonesia

(Persero) tahun

2001 – 2013

7 Irfan Rusydi

(2012)

Pengaruh perputaran

modal kerja terhadap

profitabilitas (studi

pada koperasi serba

usaha syariah BMT

Al-Fath Tarakan)

Kuantitatif Persamaan

penelitian

adalah variable

dependen (Y)

profitabilitas

dan variable

independen (X)

modal kerja

Perbedaannya

adalah peneliti

menambah variable

independen (X2)

piutang

8 Amtsal Khairy

Hanra (2015)

Pengaruh modal

kerja terhadap

profitabilitas

perusahaan (studi

kasus pada

perusahaan PT

Unilever Tbk )

Kuantitatif Persamaan

penelitian

adalah variable

dependen (Y)

profitabilitas

dan variable

independen (X)

modal kerja

Perbedaannya

adalah peneliti

menambah variable

independen (X2)

piutang dan

pengambilan data

berbeda

2.3 Kerangka Pemikiran

Suatu perusahaan, baik perusahaan kecil maupun perusahaan besar akan

selalu mempunyai modal kerja yang dipergunakan untuk kegiatan usahanya.

Besar kecilnya modal kerja yang dimiliki perusahaan tersebut akan berlainan

unutk setiap perusahaan tergantung dari kebutuhan masing-masing.

Sedangkan pengertian modal kerja (working capital) itu sendiri tidak bisa terlepas

dari aktiva lancar, karena modal kerja berbicara mengenai dana yang harus

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

52

dimiliki oleh perusahaan untuk membiayai hal-hal yang bersifat jangka pendek

(kas, persediaan, sekuritas, piutang). Menurut Handoyo Mardianto (2009 :98)

“Modal kerja dibedakan menjadi dua yaitu modal kerja kotor dan modal kerja

bersih.”

Pengertian modal kerja menurut Munawir (2014:115) “Modal kerja

adalah kelebihan nilai aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh hutang-

hutangnya.

Dari berbagai pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa modal

kerja merupakan sejumlah dana yang tertanam untuk membiayai kegiatan

operasional keseharian perusahaan.”

Untuk menentukan apakah modal yang sudah ditanamkan pada aktiva

tersebut optimal atau belum merupakan hal yang sulit dan membutuhkan analisis

yang tepat mengenai keadaan di masa lalu dan harus mampu menganalisis

kemungkinan yang akan terjadi terkait tujuan perusahaan yang ingin dicapai.

Modal kerja yang kurang akan mengakibatkan perusahaan kesulitan dalam

membiayai sebagian operasinya dan juga kan kesulitan dalam membayar hutang

jangka pendek yang jatuh tempo, modal kerja yang cukup akan membuat

perusahaan dapat beroperasi dengan baik dan tidak akan memdapat kesulitan

dalam melakukan pembayaran, modal kerja yang berlebihan akan mengakibatkan

ada dana yang tidak terpakai atau dana yang tidak produktif sehingga perusahaan

rugi. Demikian juga dengan aktiva tetap, jika kekurangan aktiva tetap maka

perusahaan akan kesulitan dalam memenuhi potensi produksinya dan jika

perusahaan memiliki aktiva tetap yang berlebihan maka perusahaan akan

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

53

mengalami idle fixed asset (aktiva yang tidak terpakai), sehingga akan menambah

biaya bagi perusahaan diantaranya biaya perawatan. Oleh karena itu perusahaan

perlu memutuskan berapa besarnya investasi pada aktiva tetap dan modal kerja

secara optimal agar perusahaan dapat memaksimalkan labanya, ini berarti secara

langsung modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas.

Selain modal kerja yang mempengaruhi profitabilitas pada perusahaan

yaitu perputaran piutang, perusahaan yang baik belum tentu pengelolaan

piutangnya baik. Untuk mengukur kemampuan piutang menjadi kas ada yang

disebut dengan perputaran piutang. Menurut Bambang Riyanto (2008:90)

menyatakan bahwa : “Perputaran piutang adalah rasio yang memperlihatkan

lamanya waktu untuk mengubah piutang menjadi kas”.

Perusahaan menginginkan agar piutang yang dikelola itu baik sehingga

akan bisa memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan dapat meningkatkan

profitabilitas. Efektivitas dan efisiensi peningkatan laba yang diperoleh

perusahaan dapat diukur melalui rasio profitabilitas.

Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti (2004:72) menyatakan bahwa :“Dimaksudkan

untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan (atau sekelompok aktiva

perusahaan) yang ingin dikaitkan dengan penjualan yang berhasil diciptakan.”

Rasio profitabilitas digunakan manajemen perusahaan untuk

mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dari

investasi yang telah dilakukan perusahaaan terutama investasi melalui aktiva.

Laba yang diperoleh perusahaan bukan merupakan satu-satunya tujuan

perusahaan. Tujuan lain dari suatu perusahaan adalah adanya efisiensi dari

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

54

efektivitas penggunaan aktiva yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut.

Cara yang paling umum yang digunakan perusahaan untuk menilai dan mengukur

efektivitas penggunaan aktiva yang digunakan untuk memperoleh laba adalah

melalui analisis rasio return on assets. Return on assets menunjukan kemampuan

perusahaan dalam memamfaatkan aktivanya dalam memperoleh laba, seperti yang

diungkapkan oleh Prastowo (2005;91), menyatakan bahwa :“Return on assets

mengukur kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk

memperoleh laba “.

Rasio return on assets membantu perusahaan dalam mengukur tingkat

kembalian investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan

seluruh dana (aktiva) yang dimiliki dalam usaha untuk memperoleh laba. Menurut

Lukman Syamsudin (2004;209), mengemukakan bahwa :

“aktiva tetap sering kali disebut sebagai “the earning power” (aktiva

yang sesungguhnya menghasilkan pendapatan bagi perusahaan ) oleh

karena aktiva-aktiva tetap inilah yang memberikan dasar bagi “earning

power” perusahaan”.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa aktiva tetap merupakan

aktiva yang sesungguhnya menghasilkan pendapatan bagi perusahaan, oleh karena

itu aktiva tetap tersebut yang memberikan dasar bagi penentuan return on assets.

Selain itu menurut jurnal ilmiah Endang Suharin (2009) tentang

hubungan modal kerja dengan profitabilitas hasil kesimpulannya menyatakan

bahwa :

“ Periode pengumpulan piutang, periode konversi persediaan, periode

pembayaran hutang usaha dan current rasio mempunyai hubungan

negative dan signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Hal ini

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

55

berarti bahwa semakin tinggi variabel – variabel manajemen modal

kerja ini akan menurunkan profitabilitas perusahaan. “

Berdasarkan definisi kesimpulan diatas terbukti bahwa modal kerja memiliki

pengaruh dimana jika modal kerja terlalu tinggi akan mengakibatkan penurunan

profitabilitas.

Hubungan antara perputaran piutang dengan profitabilitas dalam

jurnal ilmiah dinyatakan oleh Yuniep Mujati Suaidah (2009) yaitu :

“ Utang jangka pendek dan perputaran piutang memiliki hubungan

yang sangat erat dengan profitabilitas. Karena dengan adanya utang

jangka pendek maka dapat mendanai operasional perusahaan

sedangkan perputaran piutang merupakan salah satu bentuk investasi

yang dilakukan perusahaan. Jika pengelolaan piutang dilakukan secara

efektif dan efisien maka akan menghasilkan profitabiltas yang tinggi”.

Berdasarkan definisi kesimpulan diatas, perusahaan yang mampu mengelola

piutangnya dengan baik maka akan menghasilkan prifitabilitas yang tinggi bagi

kelangsungan hidup perusahaan.

Berdasarkan uraian-uraian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

modal kerja dan perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas ( return

on assets ). Dari serangkaian uraian yang telah dipaparkan, maka penulis

menetapkan hipotesis penelitian sebagai berikut :

“ Modal kerja dan perputaran piutang berpengaruh terhadap

profitabilitas ( return on assets ) “.

Berdasarkan uraian di atas maka gambar 2.1 merupakan bagan

paradigma konseptual penelitian sebagai berikut :

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

56

Gambar 2.1

Bagan Paradigma Konseptual Penelitian

2.4 Hipotesis

Berdasarkan identifikasi masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, dan

paradigma konseptual penelitian yang telah dikemukakan, maka hipotesis

penelitian ini adalah :

H1 : Efisiensi modal kerja berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan

( studi pada PT Pos Indonesia (Persero) tahun 2001 - 2013).

H2 : Tingkat pengembalian piutang terhadap profitabilitas perusahaan ( studi

pada PT Pos Indonesia (Persero) tahun 2001 - 2013).

H3 : Efisiensi modal kerja, tingkat pengembalian piutang berpengaruh terhadap

profitabilitas perusahaan ( studi pada PT Pos Indonesia (Persero) tahun

2001 - 2013).

Modal Kerja

( X1 )

Tingkat

Pengembalian

Piutang

( X2 )

Profitabilitas

( Y )

Parsial

Parsial

Simultan

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja, Piutang dan

57