BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia
29
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia Widodo (2015:2) menjelaskan “Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses yang mencakup evaluasi terhadap kebutuhan SDM, mendapatkan orang-orang untuk memenuhi kebutuhan itu, dan mengoptimasikan pendayagunaan sumber daya yang penting tersebut dengan cara memberikan insentif dan penugasan yang tepat, agar sesuai dengan kebutuhan dan tujuan organisasi di mana SDM itu berada”. Semantara menurut Alwi (2008:7) bahwa manajemen sumber daya manusia berkaitan dengan cara pengelolaan sumber daya insani dalam organisasi dan lingkungan yang mempengaruhinya agar mampu memberikan kontribusi secara optimal bagi pencapaian tujuan organisasi. Adapun Marwansyah (2014:3-4) berpendapat bahwa manajemen sumber daya manusia dapat diartikan sebagai pendayagunaan sumber daya manusia di dalam organisasi, yang dilakukan melalui fungsi-fungsi perencanaan sumber daya manusia, rekrutmen dan seleksi, pengembangan sumber daya manusia, perencanaan dan pengembangan karir, pemberian kompensasi dan kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan kerja, dan hubungan industrial. Sedangkan menurut Sedarmayanti (2017:3-4) MSDM adalah suatu pendekatan dalam mengelola masalah manusia berdasarkan tiga prinsip dasar, yaitu: 1. Sumber daya manusia adalah harta/aset paling berharga dan penting yang dimiliki organisasi/perusahaan karena keberhasilan organisasi sangat ditentukan oleh unsur manusia. 2. Keberhasilan sangat mungkin dicapai, jika kebijakan prosedur dan peraturan yang berkaitan manusia dari perusahaan saling berhubungan dan menguntungkan semua pihak yang terlibat dalam perusahaan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia
Widodo (2015:2) menjelaskan “Manajemen sumber daya manusia adalah
suatu proses yang mencakup evaluasi terhadap kebutuhan SDM,
mendapatkan orang-orang untuk memenuhi kebutuhan itu, dan
mengoptimasikan pendayagunaan sumber daya yang penting tersebut
dengan cara memberikan insentif dan penugasan yang tepat, agar
sesuai dengan kebutuhan dan tujuan organisasi di mana SDM itu
berada”.
Semantara menurut Alwi (2008:7) bahwa manajemen sumber daya
manusia
berkaitan dengan cara pengelolaan sumber daya insani dalam
organisasi dan
lingkungan yang mempengaruhinya agar mampu memberikan kontribusi
secara
optimal bagi pencapaian tujuan organisasi.
Adapun Marwansyah (2014:3-4) berpendapat bahwa manajemen sumber
daya
manusia dapat diartikan sebagai pendayagunaan sumber daya manusia
di dalam
organisasi, yang dilakukan melalui fungsi-fungsi perencanaan sumber
daya
manusia, rekrutmen dan seleksi, pengembangan sumber daya
manusia,
perencanaan dan pengembangan karir, pemberian kompensasi dan
kesejahteraan,
keselamatan dan kesehatan kerja, dan hubungan industrial.
Sedangkan menurut Sedarmayanti (2017:3-4) MSDM adalah suatu
pendekatan dalam mengelola masalah manusia berdasarkan tiga prinsip
dasar,
yaitu:
1. Sumber daya manusia adalah harta/aset paling berharga dan
penting yang
dimiliki organisasi/perusahaan karena keberhasilan organisasi
sangat
ditentukan oleh unsur manusia.
2. Keberhasilan sangat mungkin dicapai, jika kebijakan prosedur dan
peraturan
yang berkaitan manusia dari perusahaan saling berhubungan dan
menguntungkan semua pihak yang terlibat dalam perusahaan.
14
3. Budaya dan nilai organisasi perusahaan serta perilaku manajerial
yang berasal
dari budaya tersebut akan memberi pengaruh besar terhadap
pencapaian hasil
terbaik.
sumber daya manusia mulai dari perencanaan hingga pemberhentian
sumber daya
manusia yang bertujuan untuk membantu dalam pencapaian tujuan
organisasi.
2.1.1. Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia
Yusuf (2015:35) menjelaskan bahwa tujuan manajemen sumber daya
manusia
adalah memperbaiki kontribusi produktif orang-orang atau tenaga
kerja terhadap
organisasi atau perusahaan dengan cara yang bertanggung jawab
secara strategis,
etis, dan sosial.
adalah untuk meningkatkan dukungan sumber daya manusia guna
meningkatkan
efektivitas organisasi dalam rangka mencapai tujuan”.
Adapun Samsudin (2006:30-32) menjelaskan bahwa empat tujuan
manajemen
sumber daya manusia adalah sebagai berikut.
1. Tujuan sosial adalah agar organisasi atau perusahaan bertanggung
jawab
secara sosial dan etis terhadap kebutuhan dan tantangan terhadap
masyarakat
dengan meminimalkan dampak negatifnya.
2. Tujuan organisasional adalah sasaran formal yang dibuat untuk
membantu
organisasi mencapai tujuannya.
departemen sumber daya manusia pada tingkat yang sesuai dengan
kebutuhan
organisasi.
4. Tujuan individual adalah tujuan pribadi dari tiap anggota
organisasi atau
perusahaan yang hendak dicapai melalui aktivitasnya dalam
organisasi.
efisiensi, peningkatan efektivitas, peningkatan produktivitas,
rendahnya tingkat
perpindahan pegawai, rendahnya tingkat absensi, tingginya kepuasan
kerja
karyawan, rendahnya komplain dan pelanggan, meningkatnya bisnis
perusahaan.
(Darodjat, 2014).
sebagai berikut.
memastikan organisasi/perusahaan memiliki SDM bermotivasi tinggi
dan
berkinerja tinggi, dilengkapi sarana untuk menghadapi
perubahan.
2. Memelihara dan melaksanakan kebijakan dan prosedur SDM untuk
mencapai
tujuan organisasi/perusahaan.
3. Mengatasi krisis dan situasi sulit dalam hubungan antar pegawai
agar tidak
ada gangguan dalam mencapai tujuan organisasi.
4. Menyediakan sarana komunikasi antara pegawai dan manajemen
organisasi.
5. Membantu perkembangan arah dan strategi organisasi/perusahaan
secara
keseluruhan dengan memperhatikan aspek SDM.
6. Menyediakan bantuan dan menciptakan kondisi yang dapat
membantu
manajer lini dalam mencapai tujuan.
2.1.2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Wahyudi (2002:12) menjelaskan bahwa terdapat fungsi pokok
dalam
manajamen sumber daya manusia. Fungsi-fungsi pokok manajemen sumber
daya
manusia adalah sebagai berikut.
pengadaan, pengembangan dan pemeliharaan sumber daya manusia.
2. Fungsi pengorganisasian. Menyusun suatu organisasi dengn
mendesain
struktur dan hubungan antara tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh
tenaga
kerja yang dipersiapkan.
yang dilaksanakan secara efektif dan efisien.
4. Fungsi pengendalian. Melakukan pengukuran-pengukuran antara
kegiatan
yang dilakukan dengan standar-standar yang telah ditetapkan,
khususnya di
bidang tenaga kerja.
Secara garis besar, fungsi manajemen sumber daya manusia dapat
dibedakan
dalam dua dimensi, yaitu fungsi manajerial dan fungsi operatif
(Yuniarsih dan
Suwatno, 2008). Dimensi manajerial sekurang-kurangnya ada empat
fungsi
esensial, yaitu sebagai berikut.
1. Perencanaan (planning), yaitu langkah awal yang dilakukan dalam
proses
manajemen sumber daya manusia dengan menyusun rancangan
sekitar
kebutuhan SDM organisasi.
antarpekerjaan, antarpersonil, dan faktor-faktor fisik lainnya,
yang
kesemuanya dijadikan dasar untuk menempatkan orang-orang di
dalam
struktur tersebut sesuai keahlian masing-masing.
3. Penggerakkan (directing), yaitu menggerakkan orang-orang untuk
bekerja
dan berpartisipasi sesuai bidang tugasnya secara efektif dan
efisien, menuju
arah yang diinginkan organisasi.
komitmen personil terhadap organisasi, seingga mereka memiliki
loyalitas
dan dedikasi yang tinggi.
mana rencana dapat dilaksanakan dan tujuan dapat
direalisasikan.
Adapun dimensi operatif mencakup enam fungsi dasar diantaranya
sebagai
berikut (Yuniarsih dan Suwatno dalam Flippo, 2008).
1. Fungsi pengadaan (procurement) dimaksudkan untuk memperoleh
sejumlah
orang dengan kualifikasi yang tepat sesuai kebutuhan
organisasi,
sebagaimana dirancang dalam perencanaan SDM.
upaya pencapaian tujuan organisasi.
personil bahwa mereka merupakan bagian penting dalam organisasi
secara
keseluruhan, sehingga perlu diciptakan komitmen dan rasa memiliki
yang
tinggi.
terhadap organisasi.
6. Fungsi pemutusan hubungan kerja (separation) atau disebut juga
penghentian
(termination) merupakan salah satu program dalam manajemen sumber
daya
manusia yang berkaitan dengan penetapan berakhirnya masa bakti
personil
bagi organisasinya.
dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian,
pengadaan,
pengembangan kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan,
kedisiplinan, dan
pemberhentian. Berikut penjelasan tiap-tiap fungsi MSDM.
1. Perencanaan adalah merencanakan tenaga kerja secara efektif
serta efisien
agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam membantu
terwujudnya
tujuan.
integrasi, dan koordinasi dalam bagan organisasi.
3. Pengarahan adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan, agar mau
bekerja
sama dan bekerja efektif serta efisien dalam membatu tercapainya
tujuan
perusahaan, karyawan, dan masyarakat.
peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan
rencana.
5. Pengadaan adalah proses pernarikan, seleksi, penempatan,
orientasi, dan
induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan
kebutuhan
perusahaan.
konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan
pelatihan.
7. Kompensasi adalah pemberian balas jasa langsung dan tidak
langsung, uang
atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang diberikan
kepada
perusahaan.
8. Pengintegrasian adalah kegiatan untuk mempersatukan
kepentingan
perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerja sama yang
serasi dan
saling menguntungkan.
9. Pemeliharaan adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan
kondisi
fisik, mental, dan loyalitas karyawan, agar mereka tetap mau
bekerja sama
sampai pensiun.
10. Kedisiplinan merupakan fungsi MSDM yang terpenting dan
kunci
terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik sulit terwujud
tujuan yang
maksimal.
perusahaan, karena disebabkan keinginan karyawan, keinginan
perusahaan,
kontrak kerja berakhir pensiun dan sebab-sebab lainnya.
Fungsi manajemen sumber daya manusia, menurut (Darodjat, 2014),
adalah
sebagai berikut.
melalui perencanaan sumber daya manusia.
2. Personnel procurement, yaitu mencari dan mendapatkan SDM,
melalui:
rekrutmen, seleksi, penempatan serta kontrak tenaga kerja,
induksi.
keahlian dan pengetahuannya melalui: program orientasi tenaga
kerja,
pendidikan dan pelatihan (analisis dan evaluasi), pengembangan
karier.
4. Personnel maintenance, yaitu memelihara SDM, gaji, reward,
insentif,
jaminan kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, menyelesaikan
perselisihan
perburuhan, menyelesaikan keluhan dan relationship karyawan dan
lain
sebagainya. Agar SDM berdedikasi tinggi, melalui:
kesejahteraan
(kompensasi), lingkungan kerja yang sehat dan aman, hubungan
industrial
yang baik.
termasuk di dalamnya promosi, demosi, transfer, dan juga separasi.
Agar
SDM bekerja dengan baik melalui: motivasi, penilaian
karya/feedback,
peraturan/pemberian hadiah dan hukuman.
Secara lebih rinci fungsi MSDM dapat dijelaskan menurut
Sedarmayanti
(2017:6-8) bahwa terdapat dua fungsi yaitu fungsi manajerial MSDM
dan fungsi
operasional MSDM dengan penjelasan sebagai berikut.
1. Fungsi manajerial MSDM
mencurahkan perhatian untuk fungsi perencanaan.
b. Pengorganisasian
ditetapkan organisasi beserta pegawai untuk melaksanakannya.
Organisasi adalah alat mencapai tujuan, SDM membentuk
organisasi
dalam merancang struktur hubungan antara jabatan, kepegawaian,
dan
faktor fisik.
c. Pengawasan
pemeriksaan atas pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana.
Bila
terjadi penyimpangan, diambil tindakan koreksi/penyusunan
kembali
tidak dapat dihindari.
kualitas yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Pengadaan
SDM menjadi lingkup pekerjaan/tanggung jawab divisi SDM.
Pengadaan
SDM meliputi perencanaan SDM, penarikan SDM, mengadakan
seleksi
SDM, penempatan, dan orientasi.
pengetahuan, sikap melalui latihan dan pengembangan agar
dapat
menjalan tugas dengan baik. Pengembangan merupakan proses
pendidikan jangka panjang, di mana pegawai manajerial
mempelajari
konsep dan teori secara otomatis.
c. Pemberian kompensasi/balas jasa
Fungsi balas jasa merupakan pemberian penghargaan langsung dan
tidak
langsung, dalam bentuk material dan non material yang adil dan
layak
kepada pegawai/kontribusi mereka dalam pencapaian tujuan
perusahaan.
d. Pengintegrasian pegawai
pegawai, perusahaan, dan masyarakat. Perusahaan perlu
memahami
perasaan dan sikap pegawai untuk menjadi bahan pertimbangan
dalam
mengambil keputusan/kebijakan terkait masalah SDM, seperti
keluhan,
tuntutan, tindakan disiplin, unjuk rasa, pemogokan, sabotase, dan
lain-
lain.
kesinambungan dari keadaan yang telah dicapai melalui fungsi
sebelumnya. Dua aspek utama pegawai yang dipertahankan dalam
fungsi
kondisi fisik pegawainya.
karena pegawai akan meninggalkan perusahaan walupun belum
habis
masa kerjanya. Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab perusaaan
untuk
memenuhi kebutuhan tertentu yang timbul akibat tindakan
pemutusan
hubungan kerja, seperti memberi uang uang pesangon, uang ganti
rugi,
dan hak pensiun.
Sunyoto (2015:274) mengatakan, “Pemeliharaan sumber daya manusia
adalah
usaha mempertahankan dana atau meningkatkan kondisi fisik, mental,
dan sikap
karyawan, agar mereka tetap loyal dan bekerja produktif untuk
menunjang
tercapainya tujuan perusahaan”.
manusia adalah usaha mempertahankan dan atau meningkatkan kondisi
fisik,
mental, dan sikap karyawan, agar mereka tetap loyal dan bekerja
produktif untuk
menunjang tercapainya tujuan perusahaan.
berkaitan usaha mempertahankan kesinambungan dari keadaan yang
telah dicapai
dari fungsi sebelumnya (pengadaan, pengembangan SDM,
pemberian
kompensasi/balas jasa, dan pengintegrasian pegawai. Dua aspek utama
pegawai
yang dipertahankan dalam fungsi pemeliharaaan: sikap positif
pegawai terhadap
pekerjaan dan kondisi fisik pegawainya. Pemeliharaan sikap positif
dipengaruhi
proses hubungan kerja yang berlangsung dalam perusahaan tercermin
dalam
hubungan industrial. Pemeliharaan kondisi fisik pegawai dapat
dicapai melalui
program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3), serta program
pelayanan dan
jaminan sosial tenaga kerja.
pemeliharaan sumber daya manusia adalah usaha mempertahankan
karyawan agar
merasa nyaman selama bekerja sehingga dapat meningkatkan kinerja
karyawan
yang pada akhirnya dapat membantu dalam tercapainya tujuan
perusahaan.
2.2.1. Tujuan Pemeliharaan Sumber Daya Manusia
Sunyoto (2015:278) menjelaskan bahwa ada beberapa tujuan
pemeliharaan
sumber daya manusia yang harus dilakukan oleh organisasi atau
perusahaan,
yaitu:
2. Meningkatkan disiplin dan menurunkan absensi karyawan
3. Meningkatkan loyalitas dan menurunkan turnover karyawan
4. Memberikan ketenangan, keamanan, dan kesehatan karyawan
5. Meningkatkan kesejahteraan karyawan dan keluarganya
6. Memperbaiki kondisi fisik, mental, dan sikap karyawan
7. Mengurangi konflik serta menciptakan suasana yang harmonis
8. Mengefektifkan pengadaan karyawan
1. Meningkatkan loyalitas sumber daya manusia terhadap
perusahaan
2. Meningkatkan motivasi dan disiplin kerja
3. Meningkatkan semangat dan disiplin kerja
4. Meningkatkan rasa aman, rasa bangga dan ketenangan jiwa sumber
daya
manusia dalam melakukan pekerjaan
6. Menurunkan tingkat kemangkiran sumber daya manusia
7. Menurunkan tingkat turnover sumber daya manusia
8. Menciptakan suasana hubungan kerja yang harmonis dan
kebersamaan
Sunyoto (2015:285) menjelaskan bahwa ada lima asas-asas
pemeliharaan
sumber daya manusia sebagai berikut.
1. Asas manfaat dan efisiensi
Pemeliharaan yang dilakukan harus efisien dan memberikan
manfaat
yang optimal bagi perusahaan dan karyawan. Pemeliharaan
hendaknya
meningkatkan prestasi kerja, keamanan, kesehatan, dan loyalitas
karyawan
dalam mencapai tujuan.
Pemenuhan kebutuhan dan kepuasan harus menjadi dasar program
pemeliharaan karyawan. Asas ini penting supaya tujuan
pemeliharaan,
kesehatan, dan sikap karyawan baik, sehingga mereka mau bekerja
secara
efektif dan efisien menunjang tercapainya tujuan perusahaan
3. Asas keadilan dan kelayakan
Keadilan dan kelayakan hendaknya dijadikan asas program
pemeliharaan
karyawan. Karena keadilan dan kelayakan akan menciptakan ketenangan
dan
konsentrasi karyawan terhadap tugas-tugasnya, sehingga disiplin,
kerja sama,
dan semangat kerjanya meningkat.
4. Asas peraturan legal
dan keputusan menteri harus dijadikan asas program pemeliharaan
karyawan.
Hal ini penting untuk menghindari konflik dan intervensi serikat
buruh dan
pemerintah.
pemeliharaan karyawan yang mengakibatkan hancurnya
perusahaan.
Hasibuan (2014:181) menjelaskan bahwa metode pemeliharaan sumber
daya
manusia diantaranya yaitu komunikasi, insentif, kesejahteraan
karyawan,
kesehatan dan keselamatan karyawan, dan hubungan industrial
pancasila. Berikut
penjelasan dari setiap metode pemeliharaan sumber daya
manusia.
2.3.1. Komunikasi
membantu dalam pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan
efisien.
Tentunya komunikasi dilakukan oleh sesama karyawan, karyawan dengan
atasan
ataupun sebaliknya. Menurut Hasibuan (2014:181), “Komunikasi adalah
suatu
alat pengalihan informasi dari komunikator kepada komunikan agar
antara mereka
terdapat interaksi”.
Sedangkan menurut Marwansyah (2014:321) bahwa komunikasi
menekankan
pada pemindahan makna. Artinya, jika tidak ada informasi atau
gagasan yang
disampaikan, maka tidak terjadi komunikasi. Kemudian, yang lebih
penting
adalah bahwa komunikasi melibatkan pemahaman makna. Agar
komunikasi
berhasil, makna (atau pesan) harus disampaikan dan dipahami.
2.3.1.1. Fungsi Komunikasi
penting, yaitu:
karyawan dengan menanyakan ulang deskripsi pekerjaannya, dilakukan
untuk
mengontrol karyawan dengan menanyakan ulang deskripsi
pekerjaannya,
kepada siapa melaporkasn hasil pekerjaannya, dan hal-hal lain
yang
membutuhkan komunikasi dengan atasan mereka.
2. Fungsi motivasi, fungsi ini biasanya dilakukan melalui pemberian
feedback
kinerjanya di masa depan.
3. Fungsi emosi, pada dasarnya salah satu tujuan bekerja adalah
melakukan
interaksi sosial. Salah satu bentuk interaksi sosial tersebut
adalah komunikasi
(formal maupun informal) dimana masing-masing anggota organisasi
dapat
mengekspresikan emosi yang negatif misalnya frustasi atau tidak
puas dengan
pekerjaan yang dikerjakannya selama ini kepada teman sekerja.
4. Fungsi informasi, fungsi ini berhubungan dengan memperlancar
pengambilan
keputusan yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen.
Adapun menurut Marwansyah (2014:321) bahwa komunikasi dapat
menjalankan beberapa fungsi berikut ini.
1. Fungsi informasi, komunikasi memungkinkan penyampaian
informasi,
petunjuk, atau pedoman yang diperlukan orang-orang di dalam
sebuah
organisasi untuk menjalankan tugas-tugas mereka.
2. Fungsi perintah dan instruksi, fungsi ini tampak dalam
komunikasi vertikal
antara atasan dan bawahan.
dilakukan unuk meningkatkan kinerja.
harmonis antara atasan dan bawahan dan atar-bawahan.
5. Fungsi pengungapan emosi, bagi karyawan pada umumnya kelompok
kerja
merupakan sumber interaksi sosial yang utama. Komunikasi yang
terjadi
dalam kelompok adalah sebuah mekanisme pokok yang digunakan
oleh
anggota untuk menunjukkan sikap frustasi dan rasa puas
mereka.
yang dapat digunakan dalam organisasi diantaranya adalah sebagai
berikut.
1. Komunikasi internal, merupakan bentuk pertukaran informasi dan
ide di
dalam organisasi. Untuk menjamin keberlangsungan komunikasi
internal
yang baik kita menggunakan:
upward, atau horizontal flow.
b. Jaringan komunikasi informal, komunikasi yang terjadi di antara
seluruh
bagian organisasi sebagai perwujudan kebutuhan manusia sebagai
insan
sosial.
dilakukan dengan pelanggan maupun masyarakat (stakeholders
external)
yang berhubungan dengan perusahaan.
dalam suatu organisasi.
1. Komunikasi vertikal ke bawah, merupakan wahana bagi manajemen
untuk
menyampaikan berbagai hal kepada para bawahannya, seperti
perintah,
intruksi, kebijaksanaan baru, pengarahan, pedoman kerja, nasihat
dan teguran.
2. Komunikasi vertikal ke atas. Para anggota oranisasi selalu ingin
didengar
oleh para atasannya. Keinginan demikian dimanfaatkan untuk
menyampaikan
berbagai hal seperti laporan hasil pekerjaan, masalah yang
dihadapi, baik
yang sifatnya kedinasan maupun yang sifatnya pribadi, saran-saran
yang
menyangkut peaksanaan tugas masing-masing dan bahkan juga,
dalam
organisasi yang dikelola dengan gaya yang demokratik, kritik
membangun
demi kepentingan organisasi.
kegiatan yang berbeda-beda. Komunikasi horizontal sebagai wahana
untuk
menyampaikan berbagai hal seperti informasi, nasihat dan saran
sehinga
berbagai satuan kerja tersebut bergerak sebagai suatu kesatuan yang
bulat,
mempunyai persepsi yang sama tentang arah yang akan ditempuh
serta
langkah yang seirama dalam menghadapi berbagai masalah yang
timbul.
4. Komunikasi diagonal. Komunikasi ini berlangsung antara dua
satuan kerja
yang berada pada jenjang hierarki yang berbeda, tetapi
menyelenggarakan
kegiatan yang sejenis.
2.3.1.4. Proses Komunikasi
Siagian (2014:309-311).
1. Adanya dua pihak yang terlibat, yaitu subyek dan obyek
komunikasi. Subyek
merupakan sumber dan obyek sebagai sasaran.
2. Adanya “pesan” yang hendak disampaikan oleh subyek kepada obyek.
Yang
penting diperhatikan ialah bahwa apapapun bentuk “pesan” yang
hendak
disampaikan itu, ia harus jelas bagi subyek maupun obyek.
3. Pemilihan cara atau metode yang digunakan oleh subyek
untuk
menyampaikkan pesan, lisan atau tertulis, dengan alat
penyampaiannya.
Pesan yang disampaikan secara tertulis, yang penting adalah bahwa
gaya
bahasa dan istilah-istilah yang digunakan harus dapat dipahami
dengan
mudah oleh pihak lain. Dalam penyampaian pesan secara lisan, ada
hal-hal
tertentu yang perlu mendapat perhatian khusus seperti raut muka,
gerak-gerik
dan nada suara karena akan sangat berpegaruh pada jalannya
komunikasi.
4. Pemahaman metode penyampaian pesan oleh obyek sehingga pesan
diterima
dalam bentuk yang diinginkan oleh subyek. Komunikasi tidak akan
berjalan
lancar apabila terjadi distorsi dalam prosesnya. Artinya agar
komunikasi
sosial, perbedaan suku bangsa, perbedaan daerah asal, latar
belakang kultural
yang berlainan, status dalam organisasi dan lain sebagainya.
5. Penerimaan oleh obyek. Suatu proses komunikasi baru dikatakan
efektif
apabila “pesan” diterima oleh obyek komunikasi dalam bentuk dan
jiwa yang
dimaksudkan oleh subyek. Dengan demikian “pesan”tersebut
digunakan
untuk kepentingan tertentu yang telah ditentukan, atau paling
sedikit
diharapkan, oleh subyek.
6. Umpan balik dari obyek. Penyampaian suatu “pesan” memerlukan
umpan
balik dari obyek ke subyek. Misalnya terlaksananya suatu
perintah,
terpecahkannya suatu masalah, hilangnya salah pengertian,
terjadinya
perubahan dalam perilaku, meningkatnya disiplin dan produktivitas
kerja dan
lain sebagainya.
komunikasi yang efektif akan meningkatkan produktivitas, baik bagi
para pegawai
maupun perusahaan. Adapun manfaat komunikasi yang efektif, menurut
Sukoco
(2007:52), adalah sebagai berikut.
3. Meningkatkan produktivitas
5. Hubungan bisnis yang lebih kuat
6. Materi promosi yang lebih jelas
7. Meningkatkan citra profesional
8. Meningkatkan tanggapan stakeholders
berdasarkan prestasi kerjanya agar karyawan terdorong
meningkatkan
produktivitasnya” (Hasibuan, 2014).
2.3.2.1. Jenis-jenis Insentif
1. Insentif positif adalah daya perangsang dengan memberikan hadiah
material
atau nonmaterial kepada karyawan yang prestasi kerjanya di atas
prestasi
standar.
hukuman kepada karyawan yang prestasi kerjanya, di bawah prestasi
standar.
2.3.2.2. Bentuk-bentuk Insentif
yaitu sebagai berikut.
karyawan berbentuk penghargaan/pengukuhan berdasarkan prestasi
kerjanya,
seperti piagam, piala, atau medali.
2. Sosial insentif adalah daya perangsang yang diberikan kepada
karyawan
berdasarkan prestasi kerjanya, berupa fasilitas dan kesempatan
untuk
mengembangkan kemampuannya, seperti promosi, mengikuti
pendidikan,
atau naik haji.
3. Material insentif adalah daya perangsang yang diberikan kepada
karyawan
berdasarkan prestasi kerjanya, berbentuk uang dan barang. Material
insentif
ini bernilai ekonomis sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan
karyawan
beserta keluarganya.
lazim dijumpai sebagai berikut.
1. Piecework adalah sistem insentif yang memberi imbalan bagi
pekerja atas
tiap unit keluaran yang dihasilkan.
2. Production bonus adalah insentif yang dibayarkan kepada pekerja
yang
melebihi sasaran keluaran yang ditetapkan. Juga diberikan kepada
pekerja
yang bisa menghemat waktu kerja.
3. Comission adalah insentif dalam bentuk komisi yang diberikan
atas dasar
jumlah unit yang terjual.
4. Maturity curve adalah insentif yang diberikan untuk
mengakomodasikan para
pekerja yang memiliki kinerja tinggi dilihat dari aspek
produktivitas atau
pekerja yang telah berpengalaman/senior.
5. Merit raise adalah kenaikan gaji/upah yang diberikan sesudah
penilaian
kinerja.
lain yang tidak berbentuk uang.
7. Executives incentives adalah insentif berupa bonus uang tuai,
stock options
(hak untuk membeli saham perusahaan dengan harga tertentu),
stock
appreciation (pemberian uang tunai kepada karyawan yang didasarkan
atas
peningkatan nilai saham tertentu selama jangka waktu tertentu),
dan
performance objectives (pemberian bonus uang tunai bila karyawan
mampu
mencapai tujuan atau sasaran kinerja tertentu yang
disepakati.
Sedangkan menurut Sedarmayanti (2017:183) bahwa bentuk insentif
adalah
sebagai berikut.
setelah akhir tahun, ditambah pada gaji pokoknya.
a. Stock options. Hak untuk memberi saham pada harga tertentu
pada
periode tertentu.
31
b. Phantom stock plans. Di bawah cara ini, pemimpin tidak
benar-benar
menerima saham, tetapi hanya dicatat dalam rekeningnya nilai
saham
perusahaan terhadap harga saham.
samping membuat berbagai sistem pembayaran insentif untuk
kelompok
pegawai tertentu, juga membuat sistem pembayaran insentif yang
berlaku
untuk seluruh pegawai. Di antara berbagai sistem pembayaran
insentif ini
adalah:
b. Profit sharing (pembagian laba)
2.3.3. Kesejahteraan Karyawan
mempertahankan dan memperbaiki kondisi fisik dan mental karyawan
agar
produktivitas kerjanya meningkat.
merupakan balas jasa pelengkap yang diberikan oleh perusahaan
kepada
karyawan, baik berbentuk uang, barang, maupun jasa layanan lainnya
yang dapat
memberikan kepuasan kepada karyawan dalam bekerja.
Sedangkan Sedarmayanti (2017:369) menjelaskan bahwa program
pelayanan
SDM membantu memelihara semangat pegawai. Memberi perhatian khusus
pada
program pelayanan pegawai dengan baik akan memelihara sikap
pegawai
terhadap kerja dan lingkungan kerjanya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
kesejahteraan karyawan merupakan program yang harus dilakukan
perusahaan
guna memelihara sikap kerja dan lingkungan kerja sehingga
produktivitas kerja
meningkat.
hendaknya bermanfaat dan mendorong untuk tercapainya tujuan
perusahaan,
karyawan, dan masyarakat. Adapun tujuan kesejahteraan karyawan
antara lain
sebagai berikut.
keluarganya.
4. Menurunkan tingkat absensi dan turnover karyawan.
5. Menciptakan lingkungan dan suasana kerja yang baik serta
nyaman.
6. Membantu lancarnya pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai
tujuan.
7. Memelihara kesehatan dan meningkatkan kualitas karyawan.
8. Mengefektifkan pengadaan karyawan.
manusia Indonesia.
Adapun Sedarmayanti (2017:359-360) menjelaskan bahwa tujuan
diselenggarakannya program kesejahteraan pegawai adalah sebagai
berikut.
1. Penarikan SDM lebih efektif
2. Memperbaiki semangat dan kesetiaan pegawai
3. Menurunkan tingkat absensi dan perputaran pegawai
4. Memperbaiki hubungan masyarakat
5. Mengurangi pengaruh organisasi buruh (yang ada dan yang
potensial)
6. Mengurangi campur tangan pemerintah dalam organisasi
yang bersifat ekonomis, serta pemberian fasilitas dan pelayanan”
(Hasibuan, 2014).
Tabel 2.1 Jenis-Jenis Kesejahteran Karyawan
No. Ekonomis Fasilitas Pelayanan
Menurut Hasibuan (2014:189) bahwa kesehatan dan keselamatan
kerja
merupakan tindakan kontrol preventif yang mendorong terwujudnya
pemeliharaan
karyawan yang baik. Kesehatan dan keselamatan kerja harus
ditanamkan pada diri
masing-masing individu karyawan, dengan penyuluhan dan pembinaan
yang baik
agar mereka menyadari pentingnya kesalamatan kerja bagi dirinya
maupun untuk
perusahaan.
keselamatan kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan
dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja
khusunya, dan
manusia pada umumnya.
Adapun menurut Sedarmayanti (2017:373) bahwa pengertian
keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) dapat ditinjau dari dua aspek, yakni aspek
filosofis dan
menjamin kelestarian tenaga kerja pada khususnya dan setiap insan
pada
umumnya, beserta hasil karya dan budayanya dalam upaya menuju
masyarakat
adil, makmur, dan sejahtera. Secara teknis, K3 adalah upaya
perlindungan yang
ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja
perusahaan dalam
keadaan selamat dan sehat sehingga setiap sumber produksi dapat
digunakan
secara aman dan efisien.
dan keselamatan kerja merupakan program yang harus dirancang oleh
perusahaan
guna menjamin kesehatan dan keselamatan tenaga kerja sehingga dapat
membantu
dalam pencapaian tujuan perusahaan.
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan
Kerja,
bahwa tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai
berikut.
1. Tujuan umum
a. Melindungi tenaga kerja di tempat kerja agar selalu terjamin
keselamatan
dan kesehatannya sehingga peningkatan produksi dan produktivitas
kerja
dapat terwujud.
b. Melindungi setiap orang yang berada di tempat kerja dalam
keadaan
selamat dan sehat.
c. Melindungi bahan dan peralatan produksi agar dapat dicapai
secara aman
dan efisien.
dan penyakit akibat kerja.
b. Mengamankan mesin, instalasi, pesawat, alat, bahan, dan hasil
produksi.
c. Menciptakan lingkungan kerja dan tempat kerja yang aman,
nyaman,
sehat, dan penyesuaian antara pekerjaan dan manusia atau antara
manusia
dan pekerjaan.
bertujuan antara lain:
1. Memberikan jaminan rasa aman dan nyaman bagi pegawai dalam
berkarya
pada semua jenis dan tingkat pekerjaan;
2. Menciptakan masyarakat dan lingkungan kerja yang aman, sehat
dan
sejahtera, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja;
3. Ikut berpartisipasi dalam melaksanakan pembangunan nasional
dengan
prinsip pembangunan berwawasan lingkungan.
2.3.4.2. Syarat Keselamatan Kerja
kerja. Menurut Sedarmayanti (2017:380), ditetapkan syarat
keselamatan kerja
sebagai berikut.
2. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran;
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;
4. Memberi kesempatan/jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran
kejadian lain berbahaya;
6. Memberi alat perlindungan diri kepada pegawai;
7. Mencegah dan mengendalikan timbul/menyebarluasnya suhu,
kelembapan,
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca,
sinar/radiasi, suara dan
getaran;
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik
fisik
maupun psikis, keracunan, infeksi, dan penularan;
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
10. Menyelenggarakan suhu dan lembap udara baik;
11. Menyelenggarakan penyegaran udara yag cukup;
12. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban;
13. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan kerja, cara
kerja, dan proses kerjanya;
tanaman/barang;
16. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakukan
dan
penyimpanan barang;
18. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengaman pada pekerjaan yang
bahaya
kecelakaannya bertambah tinggi.
Menurut Sedarmayanti (2017:373-374) bahwa penyebab kecelakaan
dan
penyakit akibat kerja dapat dibagi dalam dua kelompok.
1. Kondisi berbahaya, kondisi yang tidak aman dari:
a. Mesin, perakitan, pesawat, bahan, dan lain-lain;
b. Lingkungan;
c. Proses;
2. Perbuatan berbahaya, yaitu perbuatan berbahaya dari manusia yang
dapat
terjadi antara lain karena:
c. Keletihan dan kelesuan;
terbentuk dianalisis pelaku proses produksi barang dan jasa, yaitu:
pekerja,
pengusaham dan pemerintah.” (Sedarmayanti, 2017).
Menurut Hasibuan (2014:189) menjelaskan bahwa hubungan
industrial
pancasila adalah hubungan antara pelaku dalam proses produksi
barang dan jasa
(buruh, pengusaha, pemerintah), didasarkan atas nilai yang
merupakan
manifestasi dari keseluruhan sila-sila Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945,
yang tumbuh dan berkembang di atas kepribadian bangsa dan
kebudayaan
nasional Indonesia.
Sedarmayanti (2017:386) menjelaskan bahwa tujuan hubungan
industrial
pancasila yaitu mengemban cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Negara
Republik
Indonesia 17 Agustus 1945 di dalam Pembangunan Nasional ikut
mewujudkan
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,
ikut
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan
keadilan sosial. Tujuan tersebut dicapai melalui penciptaan
ketenangan,
ketenteraman, ketertiban, kegairahan kerja, ketenangan usaha,
meningkatkan
produksi/produktivitas, dan meningkatkan kesejahteraan pekerja
serta derajatnya.
2.3.5.2. Ciri-ciri Khas Hubungan Industrial Pancasila
Adapun ciri-ciri khas hubungan industrial pancasila menurut
Hasibuan
(2014:189-190) adalah sebagai berikut.
1. HIP didasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang
adil dan
beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat
kebijksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan keadilan sosial
bagi
seluruh rakyat Indonesia di dalam satu pengertian yang utuh dan
bulat.
2. HIP ialah hubungan perburuhan yang secara keseluruhan dijiwai
oleh kelima
sila Pancasila yang berbunyi:
Maha Esa, yaitu bubungan yang mengakui dan meyakini kerja
sebagai
pengabdian manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa dan sesama
manusia.
b. Suatu hubungan perburuhan yang berdasarkan kemanusiaan yang
adil
dan beradab tidak menganggap buruh sekadar berbagai faktor
produksi,
tetapi sebagai manusia pribadi dengan segala harkat dan
martabatnya.
c. Suatu hubungan perburuhan yang di dalam dirinya mengandung
asas
yang dapat mendorong ke arah persatuan Indonesia, tidak
membedakan
golongan, perbedaan keyakinan, politik, paham, aliran, agama,
suku,
maupun kelamin.
musyawarah untuk mencapai mufakat, berusaha menghilangkan
perbedaan-perbedaan dan mencari persamaan-persamaan ke arah
persetujuan antara buruh dan pengusaha. Pada pokoknya meyakini
bahwa
setiap permasalahan perbedaan yang timbul tidak diselesaikan
dengan
paksaan sepihak.
e. Suatu hubungan perburuhan yang mendorong ke arah
terciptanya
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan untuk itu seluruh
hasil
upaya bangsa, khususnya di dalam pembangunan ekonomi harus
dapat
dinikmati bersama secara serasi, seimbang, dan merata. Serasi
dan
seimbang dalam arti, bagian yan g memadai sesuai dengan fungsi
dan
prestasi para pelaku. Merata dalam arti secara nasioanal meliputi
seluruh
daerah, secara vertikal meliputi seluruh kelompok masyarakat.
3. HIP didasarkan atas suasana serta keserasian, keselarasan, dan
keseimbangan
antara pihak-pihak yang tersangkut dalam keseluruhan proses
produksi, yaitu
buruh, pengusaha, pemerintah, dan masyarakat umum.
4. HIP berpegang pula pada Tridharma di mana antara buruh,
pengusaha, dan
pemerintah tercipta saling merasa ikut memiliki, memelihara,
mempertahankan, dan terus-menerus mawas diri, yang mengandung
asas
partnership dan tanggung jawab bersama.
Penelitian-penelitian terdahulu merupakan laporan berupa skripsi
atau tugas
akhir yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang di buat
penulis dimana
terdapat satu variabel yang sama yaitu pemeliharaan sumber daya
manusia dan
kemudian dijadikan bahan referensi. Adapun penjelasan dari
penelitian-penelitian
terdahulu adalah sebagai berikut.
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
Pada penelitian ini, penulis akan memfokuskan penelitian
mengenai
pemeliharaan sumber daya manusia yang ada di PT Infomedia Solusi
Humanika
pada karyawan outbound call layanan telkomsel. Hal ini dikarenakan
terdapat
permasalahan mengenai tingginya turnover dan rendahnya disiplin
yang ada di
bagian outbound call layanan telkomsel di PT Infomedia Solusi
Humanika.
Mengatasi tingginya turnover ini maka diperlukan pemeliharaan yang
baik.
Hal ini sesuai dengan pendapat Sunyoto (2015:274), yang menyatakan
bahwa jika
pemeliharaan karyawan kurang diperhatikan absensinya dan turnover
akan
meningkat, serta disiplin akan menurun. Juga Sedarmayanti
(2010:205)
berpendapat bahwa kondisi yang lebih parah dengan tidak
dipeliharanya sumber
daya manusia adalah meningkatnya turnover.
Pemeliharaan sumber daya manusia dapat diukur dengan lima
metode
pemeliharaan sumber daya manusia menurut Hasibuan (2014:181)
diantaranya
adalah komunikasi, insentif, kesejahteraan karyawan, keselamatan
dan kesehatan
kerja, dan hubungan industrial. Sehingga kerangka pemikiran
berdasarkan teori
tersebut adalah sebagai berikut.