37
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut Stoner, Freeman dan Gilbert Jr (1996:7) merupakan proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran organsasi yang sudah ditetapkan. Weihrich dan Koontz (2005:4) menyatakan pula “Management is the process of designing and maintaining an environment in which individuals, working together in groups, efficiently accomplish selected aims.Hampir sama dengan Weihrich dan Koontz, Robbins and Coulter juga menyatakan (2005:7) “Management is coordinating work activities so that they are completed efficiently and effectively with and through other people”. Berdasarkan pendapat di atas manajemen adalah proses pencapaian tujuan melalui orang lain dengan efektif dan efisien. 2.2 Manajemen Keuangan Manajemen keuangan memiliki keterkaitan kuat dengan proses operasional dan manajemen keuangan dalam pengembangan sebuah perusahaan. Fungsi operasional lain yang sangat penting, seperti manajemen sumber daya manusia, manajemen produksi, manajemen pemasaran dan cabang ilmu lainya, harus memiliki kesinergisan dalam pelaksanaannya. Manajemen keuangan merupakan salah satu bidang manajemen fungsional dalam suatu perusahaan, yang mempelajari tentang penggunaan dana, memperoleh dana dan pembagian hasil operasi perusahaan. Manajemen keuangan dapat didefinisikan dari tugas dan tanggung jawab manajer keuangan. Meskipun tugas dan tanggung jawabnya berlainan di setiap perusahaan, tugas pokok manajemen keuangan antara lain meliputi: keputusan tentang investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian dividen suatu perusahaan (Weston dan Copeland, 1992: 2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

  • Upload
    ngonhan

  • View
    221

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen

Manajemen menurut Stoner, Freeman dan Gilbert Jr (1996:7) merupakan

proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan pekerjaan

anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai

sasaran organsasi yang sudah ditetapkan. Weihrich dan Koontz (2005:4) menyatakan

pula “Management is the process of designing and maintaining an environment in

which individuals, working together in groups, efficiently accomplish selected aims.”

Hampir sama dengan Weihrich dan Koontz, Robbins and Coulter juga

menyatakan (2005:7) “Management is coordinating work activities so that they are

completed efficiently and effectively with and through other people”. Berdasarkan

pendapat di atas manajemen adalah proses pencapaian tujuan melalui orang lain

dengan efektif dan efisien.

2.2 Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan memiliki keterkaitan kuat dengan proses operasional

dan manajemen keuangan dalam pengembangan sebuah perusahaan. Fungsi

operasional lain yang sangat penting, seperti manajemen sumber daya manusia,

manajemen produksi, manajemen pemasaran dan cabang ilmu lainya, harus memiliki

kesinergisan dalam pelaksanaannya. Manajemen keuangan merupakan salah satu

bidang manajemen fungsional dalam suatu perusahaan, yang mempelajari tentang

penggunaan dana, memperoleh dana dan pembagian hasil operasi perusahaan.

Manajemen keuangan dapat didefinisikan dari tugas dan tanggung jawab

manajer keuangan. Meskipun tugas dan tanggung jawabnya berlainan di setiap

perusahaan, tugas pokok manajemen keuangan antara lain meliputi: keputusan

tentang investasi, pembiayaan kegiatan usaha dan pembagian dividen suatu

perusahaan (Weston dan Copeland, 1992: 2)

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

Bab IITinjauan Pustaka

15

2.2.1 Pengertian Manajemen Keuangan

Van Horne dan Wachowicz, Jr (2005:1)berpendapat bahwa manajemen

keuangan adalah segala aktivitas berhubungan dengan perolehan, pendapatan, dan

pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh. Menurut Gitman (2003:4)

pengertian manajmen keuangan adalah

“Finance can be defined as the art and science of managing money. Virtually all invividuals and organizations earn or raise money and spend or invest money. Finance is concerned with the prosess, institutions, markets, and instruments involved in the transfer of money among and between individuals, businesses, and goverments.”

Adapun Keown, Martin, Petty, dan Scott (2005:4) berpendapat mengenai

manajemen keuangan bahwa: “Financial management is concerned with the

maintanance and creation of economic value or wealth.”. Artinya manajemen

keuangan adalah mengenai pemeliharaan dan penciptaan dari nilai ekonomi atau

kekayaan. Martono dan Harjito (2005:4) berpendapat sama, menurut mereka

manajemen keuangan adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan

bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola aset sesuai tujuan

perusahaan secara menyeluruh. Berdasarkan pengertian dan pendapat di atas dapat

ditarik kesimpulan mengenai pengertian manajemen keuangan yaitu aktivitas dan

usaha-usaha pengumpulan dana, penempatan dana, dan pengelolaan dana yang

bertujuan membiayai segala kebutuhan perusahaan demi tercapainya tujuan

perusahaan.

2.2.2 Fungsi-Fungsi Manajemen Keuangan

Berdasarkan prinsip manajemen keuangan perusahaan, baik perolehan dan

penggunaan dana harus didasarkan pada perkembangan fungsi dalam manajemen

keuangan. Menurut Van Horne dan Wachowicz, Jr (2005:2-3) ada 3 fungsi

manajemen:

1. Keputusan mengenai investasi merupakan keputusan yang paling penting

diantara ketiga bidang keputusan karena keputusan megenai investasi ini akan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

Bab IITinjauan Pustaka

16

berpengaruh secara langsung terhadap besarnya rentabilitas investasi dan

aliran kas perusahaan untuk waktu-waktu berikutnya. Keputusan investasi ini

akan menentukan keseluruhan jumlah aktiva yang ada pada perusahaan,

komposisi dari aktiva tersebut beserta tingkat risiko usahanya. Aktiva yang

secara ekonomis sudah tidak dapat dipertahankan harus dikurangi,

dihilangkan atau diganti.

2. Keputusan pendanaan adalah keputusan manajemen keuangan dalam melakukan

pertimbangan dan analisis perpaduan antara sumber-sumber dana yang paling

ekonomis bagi perusahaan untuk mendanai kebutuhan-kebutuhan investasi

serta kegiatan operasional perusahaan. Keputusan pendanaan akan tercermin

dalam sisi pasiva perusahaan yang akan mempengaruhi financial structure

maupun capital structure. Manajer dituntut untuk mempertimbangkan dana

dan menganalisis kombinasi dari sumber-sumber dana yang ekonomis bagi

perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta usahanya.

3. Kebijakan manajemen aktiva. Jika aktiva telah diperoleh dan pendanaan yang

tepat telah tersedia, aktiva-aktiva yang ada tetap memerlukan pengelolaan

yang efisien. Manajer keuangan bertanggung jawab terhadap bermacam-

macam tingkatan dalam menjalankan tanggung jawabnya terhadap aktiva-

aktiva yang ada. Tanggung jawab ini membuat manajer keuangan harus lebih

memperhatikan manajemen aktiva lancar dari pada aktiva tetap.

Selain itu menurut Riyanto (2001:10) adapula keputusan mengenai dividen.

Dividen merupakan bagian dari keuntungan suatu perusahaan yang

dibayarkan kepada para pemegang saham. Keputusan dividen adalah keputusan

manajemen keuangan dalam menentukan besarnya proporsi laba yang akan dibagikan

kepada para pemegang saham dan proporsi dana yang akan disimpan di perusahaan

sebagai laba ditahan untuk pertumbuhan perusahaan. Kebijakan ini juga akan

mempengaruhi financial structure maupun capital structure.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

Bab IITinjauan Pustaka

17

2.2.3 Tujuan Manajemen Keuangan

Tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan kemakmuran

pemegang saham atau memaksimumkan nilai perusahaan, bukan memaksimumkan

profit. Arti memaksimumkan profit, berarti mengabaikan tanggung jawab sosial,

mengabaikan risiko, dan berorientasi jangka pendek. Sedangkan arti

memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau nilai perusahaan sebagai

berikut:

1. Berarti memaksimumkan nilai sekarang (present value) semua keuntungan di

masa datang yang akan diterima oleh pemilik perusahaan.

2. Berarti lebih menekankan pada aliran hasil bukan sekedar laba bersih dalam

pengertian akuntansi.

Kelebihan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan/kemakmuran pemegang

saham adalah secara konseptual jelas sebagai pedoman di dalam pengambilan

keputusan yang mempertimbangkan faktor risiko. Dalam pencapaian tujuan tersebut,

manajemen keuangan harus dapat menyeimbangkan kepentingan pemilik, kreditor,

dan pihak lain yang berkaitan dengan perusahaan.

Memaksimumkan kemakmuran pemegang saham/pemilik perusahaan tidak

mengingkari adanya social objectives dan kewajiban sosial. Tanggung jawab sosial

adalah satu aspek penting dari tujuan perusahaan, maksudnya:

1. Keberhasilan memaksimumkan nilai perusahaan akan memberikan

sumbangan yang berarti kepada lingkungan sosial secara keseluruhan.

2. Pengaruh (dampak) lingkungan eksternal seperti polusi, keselamatan kerja,

keamanan produk juga harus diperhitungkan.

3. Kepekaan terhadap faktor eksternal merupakan salah satu syarat penting agar

perusahaan tetap dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.

4. Perusahaan harus dapat memaksimumkan kemakmuran pemegang saham

dalam kendala legal dan sosial dan bertanggung jawab terhadap perubahan

lingkungan.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

Bab IITinjauan Pustaka

18

Meningkatkan nilai perusahaan yang pada akhirnya berimbas pada

pemaksimuman kemakmuran pemegang saham, tidak lepas dari keputusan dan

kebijakan manajemen perusahaan dalam berinvestasi. Perluasan usaha (ekspansi)

merupakan salah satu usaha investasi yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam

rangka untuk menambah kapasitas pabrik, menambah unit produksi, menambah divisi

baru, dan bentuk yang lainnya yang umumnya diartikan sebagai ekspansi internal.

Disamping bentuk alternatif ekspansi intern ini, kita juga mengenal apa yang disebut

sebagai merger dan akuisisi dalam kegiatan ekspansi (perluasan usaha) yang

dilakukan oleh suatu perusahaan. Adapun keputusan perusahaan untuk melakukan

perluasan usaha (ekspansi) merupakan keputusan investasi oleh karenanya, sebelum

mengambil keputusan mengenai ekspansi ini, maka pertimbangan untung ruginya

harus diperhitungkan.

2.3 Akuisisi

2.3.1 Pengertian Akuisisi

Akuisisi Menurut Coyle (2000:14): ”An acquisition, or take over, occurs

when one company acquires from another company either a controlling interest in

the company’s stocks, or a business operation and its asset”. Di dalam akuisisi

terdapat istilah akuisitor (acquirer/holding company) dan perusahaan target (target

company/subsidiaries). Akuisitor adalah perusahaan yang melakukan

pengambilalihan terhadap perusahaan, sedangkan perusahaan target adalah

perusahaan yang diambil alih kepemilikannya oleh akuisitor.

Menurut Sudarsaman (1995:1) “Mergers and acquisitions are means of

corporate expansion and growth, they are not the only means of corporate growth but

an alternative to growth by internal or another capital investment.” Sedangkan

Levine (Nurdin, 1995:2) memberikan definisi akuisisi sebagai berikut: “The term of

acquisition is used for any transaction accounting between willing parties in which

the buyer acquires all of part of the assets of seller.”

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

Bab IITinjauan Pustaka

19

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.27 tahun 1998 tentang

Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas mendefinisikan

akuisisi sebagai berikut: akuisisi adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan

hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih seluruh atau sebagian besar

saham perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap

perseorangan tersebut.

PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No. 22 mendefinisikan

akuisisi dari perspektif akuntansi berikut ini: Akuisisi adalah suatu penggabungan

usaha dimana salah satu perusahaan, yaitu pengakuisisi (acquirer) memperoleh

kendali atas aktiva neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi (acquiree), dengan

memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham.

Selain itu, akuisisi dapat pula dijelaskan dengan menggunakan diagram

sebagai berikut:

Gambar 2.1

Diagram klasifikasi Take Over

Sumber: Ross, Westerfield and Jaffe (1997:771)

Masing-masing istilah dalam klasifikasi take over di atas dapat dijelaskan

sebagai berikut:

Merger merupakan penggabungan dua atau lebih perusahaan dimana satu

perusahaan yang bergabung tetap hidup sedangkan perusahaan lainnya

dilikuidasi.

Take Over Acquisition of Assets

Acquisition of Stock

Mergers or Consolidation

Going Private

Proxy Contest

Acquisition

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

Bab IITinjauan Pustaka

20

Consolidation (konsolidasi) merupakan dua atau lebih perusahaan menjadi

satu dan kedua perusahaan yang bergabung dilikuidasi.

Proxy Contest merupakan teknik yang digunakan oleh perusahaan yang akan

mengakuisisi untuk berusaha merebut kendali atas target company. Akuisitor

mencoba meyakinkan para pemegang saham target company bahwa

manajemen perusahaan yang sekarang perlu diberhentikan dan diganti dengan

susunan direksi yang diinginkan oleh pengakuisisi. Bila pemegang saham

melalui proxy votes menyetujuinya, maka perusahaan akuisitor mendapatkan

kendali atas target company tanpa harus membayar harga premium untuk

perusahaan.

Going Private, semua saham perusahaan publik dibeli oleh sekelompok kecil

investor.

Acquisition of Stock merupakan pengambilalihan dengan membeli sebagian

besar saham (shares outstanding) target company oleh akuisitor.

Acquisition of Assets merupakan pengambilalihan melalui pembelian aset

target company oleh perusahaan akuisitor.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas akuisisi adalah strategi ekspansi perusahaan

dalam memperbesar kegiatan usahanya dengan tujuan meningkatkan kekayaan

perurusahaan.

2.3.2 Klasifikasi Akuisisi

Berdasarkan ketertarikan operasi menurut Riyanto (1996: 301) akuisisi dapat

dibedakan atas:

1. Akuisisi Horizontal

Akuisisi yang dilakukan terhadap perusahaan yang mempunyai bisnis atau

usaha yang sama.

2. Akuisisi Vertikal

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

Bab IITinjauan Pustaka

21

Akuisisi yang dilakukan terhadap perusahaan yang berada pada tahap proses

produksi yang berbeda. Perusahaan membeli perusahaan lain yang merupakan

konsumen dari produk dan jasa yang dihasilkannya.

3. Akuisisi Konsentrik Pemasaran

Akusisi yang dilakukan dengan harapan ada pemanfaatan saluran distribusi

yang sama dari berbagai produk yang menggunakan teknologi yang berlainan.

Dengan pemanfaatan jaringan distribusi seefisien mungkin akan

meningkatkan daya saing perusahaan di masa yang akan datang.

4. Akuisisi Konsentrik Teknologi

Perusahaan yang diakuisisi mempunyai teknologi sama tapi saluran

distribusinya berbeda. Dengan berteknologi sama dijamin pangsa pasar akan

luas sebab dapat diupayakan produk dengan berbagai macam kebutuhan.

5. Akuisisi Konglongmerat

Akuisisi terhadap perusahaan yang tidak mempunyai keterkaitan operasi.

Sasarannya adalah diversifikasi usaha dan pembagian risiko bisnis.

6. Akuisisi Bersahabat

Akuisisi yang sukses menuntut pemilihan perusahaan yang cermat,

perencanaan yang rapih, dan pendanaan yang tepat, akan tetapi tindakan-

tindakan teresebut tidaklah cukup. Keberhasilan akuisisi juga menuntut

kerjasama perusahaan akuisitor dan perusahaan yang diakuisisi.

7. Akuisisi Tidak Bersahabat

Penolakan terhadap suatu akuisisi muncul dalam berbagai bentuk dan tingkat

intensitas dimana semua bentuk penolakan ini tidak menguntungkan bagi

perusahaan akuisitor dan juga menyebabkan efek yang berbeda-beda terhadap

perusahaan sasaran dan para pemegang sahamnya.

Akuisisi juga diklasifikasikan berdasarkan metode perlakuan akuntansi yaitu:

a. Metode Pembelian (purchase)

Dalam metode pembelian dasar pembukuan adalah harga pasar dari harta,

bagi pihak yang mengalihkan ada keuntungan (kerugian) pengalihan harta dan harga

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

Bab IITinjauan Pustaka

22

perolehan harta bagi pihak yang memperoleh harta sebesar harga pasar. Seperti yang

diungkapkan oleh Beams dalam bukunya Advance Accounting (1996: 6):

“Under the purchases method, acquiring corporation records the assets received and liabilities assumed at their fair values. The cost of the acquired company is determined in the same manners as for other transactions. This cost is allocated to identifiable assets and liabilities acquired according to their fair values of the date of combination.” PSAK (2002:22.6, prgf 18) menyatakan bahwa penggunaan metode

pembelian untuk akuisisi suatu perusahaan dibukukan seperti halnya pembelian

aktiva lainnya. Hal ini dilakukan karena di dalam akuisisi terjadi transaksi pengalihan

aktiva timbulnya kewajiban atau penerbitan saham dalam rangka memperoleh kendali

atas aktiva neto dari operasi perusahaan lain. Metode pembelian menggunakan biaya

perolehan (cost) sebagai dasar mencatat akuisisi tersebut.

b. Metode Penyatuan (pooling of interest)

Dalam metode penyatuan kepentingan, dasar pembukuan adalah nilai buku

harta dari pihak yang mengalihkan, bagi pihak yang mengalihkan tidak ada

keuntungan pengalihan harta dan bagi pihak yang memperoleh harta membukukan

harga perolehan harta sebesar nilai buku dari pihak yang mengalihkan. Seperti yang

diungkapkan oleh Beams (1996: 6):

“Under the pooling of interest method, it is assumed that the ownership interest of the combining companies are united and continue relatively unchanged in the new accounting entity. Since none of the combining companies are considered to have acquired the other combining companies, there is no purchase, no purchase price, and accordingly, no new basis of accountability. Under the pooling method, the assets and liabilities of the combining companies are carried forward to the combined entity at value.” PSAK (2002: 22.5) menyatakan: Dalam keadaan tertentu, mungkin sulit

mengidentifikasi pengakuisisi. Tidak ada pihak dominan yang timbul dari

penggabungan tersebut, akan tetapi para pemegang saham perusahaan yang

bergabung bersama-sama mengendalikan seluruh (atau secara efektif seluruh) aktiva

neto dan operasi. Disamping itu manajemen perusahaan-perusahaan yang bergabung

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

Bab IITinjauan Pustaka

23

menjadi bagian dari manajemen perusahaan gabungan. Akibat para pemegang saham

perusahaan yang bergabung bersama-sama berbagi risiko dan manfaat atas

perusahaan gabungan tersebut. Penggabungan perusahaan yang demikian

diperlakukan sebagai penyatuan kepemilikan (prgf : 13).

Suatu penyatuan kepemilikan harus dilakukan dengan metode penyatuan

kepemilikan (pooling interest method) sebagai berikut: dalam menerapkan penyatuan

kepentingan, unsur-unsur laporan keuangan dari perusahaan yang bergabung untuk

periode terjadinya penggabungan tersebut dan untuk periode perbandingan yang

diungkapkan, harus dimasukkan dalam laporan keuangan gabungan seolah-olah

perusahaan tersebut telah bergabung sejak permulaan periode yang disajikan tersebut.

(PSAK; 2002:22.16, prgf 58)

Sedangkan menurut Marcel Go (1992: 22-23) akuisisi sebagai salah satu

bentuk kombinasi bisnis yang dibagi menjadi dua tipe yaitu

1. Akuisisi finansial

Akuisisi finansial adalah tindakan akuisisi terhadap satu atau lebih perusahaan

dengan tujuan mencapai keuntungan finansial, cenderung beli murah dan jual tinggi.

Apabila transaksi dilakukan antar perusahaan yang dalam satu grup bisnis, harga beli

dapat lebih mahal dan juga dapat lebih murah tergantung dari kepentingan dan

keuntungan yang akan diperoleh pemilik mayoritas saham. Motif utamanya adalah

mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya. Perusahaan targetnya adalah

perusahaan yang sedang menurun atau kondisi relatif lemah. Indikasinya adalah

beban hutang relatif besar, pemasaran dan distribusi macet, dan harga saham

menurun. Namun tindakan akuisisi tersebut tidak selalu mencerminkan indikasi

buruk, dapat pula perusahaan target memiliki kondisi keuangan yang likuid, laba

relatif tinggi, dan prospeknya bagus.

2. Akuisisi Strategis

Akuisisi strategis merupakan akuisisi yang dilaksanakan bertujuan untuk

menciptakan sinergi pada pertimbangan-pertimbangan jangka panjang. Sinergi tidak

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

Bab IITinjauan Pustaka

24

terbatas pada kerangka, tetapi juga pada produksi distribusi,pengembangan dan

penggabungan teknologi.

Klasifikasi berdasarkan obyek yang diakuisisi dibedakan atas akuisisi

saham dan akuisisi aset, yaitu :

a. Akusisi Saham

Istilah akuisisi digunakan untuk menggambarkan suatu transaksi jual beli

perusahaan, dan transaksi tersebut mengakibatkan beralihnya kepemilikan perusahaan

dari penjual kepada pembeli. Karena perusahaan didirikan atas saham-saham, maka

akuisisi terjadi ketika pemilik saham menjual saham-saham mereka kepada

pembeli/pengakuisisi. Akuisisi saham merupakan salah satu bentuk akuisisi yang

paling umum ditemui dalam hampir setiap kegiatan akuisisi. Akuisisi tersebut dapat

dilakukan dengan cara membeli seluruh atau sebagian saham-saham yang telah

dikeluarkan oleh perseroan maupun dengan atau tanpa melakukan penyetoran atas

sebagian maupun seluruh saham yang belum dan akan dikeluarkan perseroan yang

mengakibatkan penguasaan mayoritas atas saham perseroan oleh perusahaan yang

melakukan akuisisi tersebut, yang akan membawa ke arah penguasaan manajemen

dan jalannya perseroan.

b. Akusisi Aset

Apabila sebuah perusahaan bermaksud memiliki perusahaan lain maka ia

dapat membeli sebagian atau seluruh aktiva atau aset perusahaan lain tersebut. Jika

pembelian tersebut hanya sebagian dari aktiva perusahaan maka hal ini dinamakan

akusisi parsial. Akusisi aset secara sederhana dapat dikatakan merupakan:

1. Jual beli (aset) antara pihak yang melakukan akuisisi aset (sebagai pihak

pembeli) dengan pihak yang diakuisisi asetnya (sebagai pihak penjual), jika

akuisisi dilakukan dengan pembayaran uang tunai. Dalam hal ini segala

formalitas yang harus dipenuhi untuk suatu jual beli harus diberlakukan,

termasuk jual beli atas hak atas tanah yang harus dilakukan dihadapan Pejabat

Pembuatan Akta Tanah.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

Bab IITinjauan Pustaka

25

2. Perjanjian tukar menukar antara aset yang diakuisisi dengan suatu kebendaan

lain milik dan pihak yang melakukan akuisisi, jika akuisisi tidak dilakukan

dengan cara tunai. Dan jika kebendaan yang dipertukarkan dengan aset

merupakan saham, maka akuisisi tersebut dikenal dengan nama assets for

share exchange, dengan akibat hukum bahwa perseroan yang diakuisisi

tersebut menjadi pemegang saham dan perseroan yang diakuisisi.

2.3.3 Motif dan Tujuan Akuisisi

Tindakan akuisisi dilakukan oleh banyak perusahaan dengan alasan bahwa

dengan melakukan akuisisi, perusahaan dapat mengurangi persaingan, untuk

perluasan pasar, meningkatkan skala ekonomi, dan lain-lain. Menurut Nurdin

(1995:3) motivasi perusahaan melakukan akuisisi di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Mengurangi Persaingan

Akuisisi dalam bentuk integrasi horizontal ditujukan untuk mengakuisisi

pesaing langsung sehingga dapat mengurangi persaingan. Dengan banyaknya

pesaing yang masuk, maka itulah kesempatan perusahaan untuk

meningkatkan pertumbuhannya.

2. Perluasan Pasar

Dengan dilakukannya transaksi akuisisi, maka usaha perluasan pasar dapat

dicapai. Perusahaan akuisitor dapat melakukan akuisisi pada perusahaan target

yang terdapat di daalam maupun di luar negeri. Sehingga diharapkan pasar

baru yang terdapat di luar negeri dapat dimasuki perusahaan akuisitor.

3. Meningkatkan Skala Ekonomi

Melalui akuisisi pada perusahaan sejenis, maka efisiensi dapat ditingkatkan.

Faktor ini merupakan salah satu pendorong utama terjadinya akuisisi

horizontal. Diharapkan dengan lebih rendahnya biaya produksi, kemampuan

bersaing setelah akuisisi akan lebih meningkat.

4. Menghemat Pajak

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

Bab IITinjauan Pustaka

26

Penghematan pajak yang dimaksudkan disini adalah pajak penghasilan (PPh).

PPh yang berasal dari penerimaan dividen, menjadi pajak atas capital gain.

5. Mengamankan Bahan Baku

Bagi perusahaan industri, bahan baku merupakan faktor yang sangat penting

dalam memproduksi suatu produk. Transaksi akuisisi ini dilakukan untuk

mengamankan jalur suplai bahan baku yang diperlukan untuk melakukan

proses produksinya.

6. Pemanfaatan Fasilitas Utang

Perusahaan akuisitor dapat memanfaatkan fasilitas utang dengan akuisisi

untuk membiayai operasi. Fasilitas utang ini berasal dari dana pinjaman

perusahaan target yang belum digunakan.

Alasan lain perusahaan melakukan akuisisi yang dikemukakan oleh

Harrington dan Wilson (1991) adalah sebagai berikut: Managers engaged in this

activity have given a number of reason for making acquisition:

1. To lower financial cost

2. To diversity and thus reduce risk

3. To increase the EPS of the acquiring firm

4. To use the excess funds

5. To provide needed funds

6. To purchase an undervalued company

7. To take advantage of economics of scale or size

However, alll these reasons can be reduce to one: To create value for the firms

shareholders.

Menurut Gaughan (1996) menjelaskan motif terjadinya merger dan akuisisi

sebagai berikut:

1. Sinergi, baik dalam bentuk sinergi operasi (economic of scale) maupun sinergi

keuangan. Sinergi dari akuisisi adalah tercapainya skala ekonomi hasil dari

penggabungan perusahaan dengan overhead yang lebih rendah. Skala

ekonomi yang diperoleh dari kombinasi biaya overhead yang lebih rendah ini

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

Bab IITinjauan Pustaka

27

akan meningkatkan pendapatan pada suatu level yang lebih besar daripada

penjumlahan pendapatan dari masing-masing perusahaan yang berdiri sendiri.

Sinergi sangat jelas terlihat ketika suatu perusahaan bergabung melakukan

akuisisi dengan perusahaan lain pada lini bisnis yang sama, karena banyak

fungsi-fungsi yang berlebihan sehingga dapat dieliminasi.

2. Kebutuhan perusahaan untuk mendiversifikasi unit usahanya seperti yang

dilakukan Phillip Morris (PM) yang mengajuisisi Kraft, General Food, Jacob

Suchard, dan belakangan ini Nabisco untuk melakukan diversifikasi usaha di

luar bisnis rokok. Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan yang cepat di

dalam hal ukuran atau market share atau diversifikasi produk-produknya,

akan menemukan bahwa akuisisi dapat digunakan untuk memenuhi tujuan

tersebut. Daripada harus melalui proses yang panjang dan membutuhkan

waktu yang cukup lama ketika melakukan internal growth atau diversifikasi,

maka perusahaan dapat memperoleh tujuan yang sama dengan hanya

membutuhkan waktu yang relatif lebih pendek melalui akuisisi dengan

perusahaan yang ada. Strategi ini cenderung mengeluarkan biaya yang lebih

sedikit daripada melakukan pengembangan kapasitas produk. Jika perusahaan

yang akan berekspansi dapat mencari perusahaan target yang dapat memenuhi

tujuan going concern-nya, maka perusahaan tersebut dapat menghindari

risiko-risiko yang berhubungan dengan proses desain, manufaktur, dan

penjualan dari tambahan produk atau produk baru tersebut. Selain itu ketika

perusahaan berekspansi atau memperluas lini produknya dengan cara

mengakuisisi perusahaan lain, maka perusahaan tersebut berarti juga telah

menghindari munculnya pesaing yang potensial.

3. Integrasi horizontal dalam bentuk upaya meningkatkan market share

perusahaan tersebut di dalam industri, dan integrasi vertikal, yang berarti

perusahaan berupaya mendapatkan akses terhadap supply input yang mereka

perlukan. Misalnya dalam kasus Golf Oil yang diambil alih Chevron karena

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

Bab IITinjauan Pustaka

28

tergiur atas tingginya tingkat cadangan minyak mentah yang dimiliki

perusahaan tersebut.

4. Perbaikan manajemen dan teknologi. Sering kali sebuah perusahaan memiliki

potensi yang tinggi untuk berkembang, hanya saja perusahaan memiliki

keterbatasan-keterbatasan dalam bidang-bidang manajemen tertentu, kealpaan

produk yang dibutuhkan, atau kealpaan teknologi produksi. Apabila

perusahaan tidak dapat menyewa manajemen atau mengembangkan teknologi

yang dibutuhkannya, maka perusahaan tersebut dapat mengkombinasikannya

dengan perusahaan ynag memiliki kompetensi tersebut, seperti perusahaan

dengan kemampuan manajerial yang baik dan keahlian teknologi yang

dibutuhkan. Dan tentu saja setiap akuisisi harus memberikan kontribusi untuk

memaksimalkan kekayaan dari masing-masing pemilik perusahaan yang

melakukan akuisisi.

5. Motif pajak yaitu perusahaan dapat mengambil alih kerugian pajak yang dapat

ditransfer untuk digunakan meng-offset pendapatan. Dalam kasus seperti ini,

tax benefit biasanya diperoleh perusahaan yang memiliki tax carry-forward.

Artinya, tax loss perusahaan tersebut dapat dimanfaatkan pada income yang

akan datang dari perusahaan yang melakukan akuisisi, selama 20 tahun atau

sampai total tax loss terpenuhi, tergantung peristiwaq apa yang terjadi terlebih

dahulu. Sebuah perusahaan dengan tax loss, dapat mengakuisisi perusahaan

yang memiliki kemampualabaan yang baik dalam rangka memanfaatkan tax

loss-nya. Dalam hal ini perusahaan akuisitor dapat dengan tajam menaikkan

after-tax-earnings kombinasi dengan cara mengurangi taxable income dari

perusahaan yang diakuisisi. Suatu tax loss juga dapat bermanfaat ketika

perusahaan yang memiliki kemampuan profit yang tinggi mengakuisisi

perusahaan yang memiliki tax loss. Walaupun demikian, kedua kondisi

akuisisi di atas tidak hanya menekankan akuisisi atas dasar tax benefit, tetapi

haruslah memiliki tujuan tertentu yang konsisten dengan tujuan untuk

meningkatkan kekayaan pemilik.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

Bab IITinjauan Pustaka

29

2.3.4 Akuisisi dan Sinergi

Transaksi akuisisi dilakukan jika akuisisi menguntungkan perusahaan yang

diakuisisi dan juga perusahaan akuisitor. Kondisi mutualisme tersebut terjadi karena

adanya sinergi, nilai gabungan dari kedua perusahaan tersebut lebih besar dari

penjumlahan masing-masing nilai perusahaan yang digabungkan. Sinergi muncul

akibat dari economic dependence dari kegiatan kedua perusahaan tersebut. Menurut

Damodaran (1997:676) definisi sinergi adalah sebagai berikut: Synergy is the

increase in value from combining two firms into one entity, that is the difference in

value between the combined firm and the sum of the individual firm’s value.

Penggunaan sumber-sumber yang komplementer antara perusahaan yang

melakukan akuisisi merupakan sinergi yang pada akhirnya akan menciptakan

keunggulan kompetitif bagi perusahaan itu dibandingkan dengan para pesaingnya.

Upaya-upaya manajerial yang dicurahkan untuk mengintegrasikan operasi-operasi

yang terpisah ke dalam satu unit perusahaan atau bisnis baru sangat penting bagi

penciptaan sinergi melalui akuisisi. Tanpa integrasi yang efektif bagi perusahaan akan

sulit untuk menciptakan sinergi melalui akuisisi.

Pengaruh sinergi bisa timbul dari empat sumber (1) Penghematan operasi,

yang dihasilkan dari skala ekonomis dalam manajemen, pemasaran, produksi atau

distribusi; (2) Penghematan keuangan, yang meliputi biaya transaksi yang lebih

rendah dan evaluasi yang lebih baik oleh para analisis sekuritas; (3) Perbedaan

efisiensi, yang berarti bahwa manajemen salah satu perusahaan, lebih efisien dan

aktiva perusahaan yang lemah akan lebih produktif setelah merger dan (4)

Peningkatan penguasaaan pasar akibat berkurangnya persaingan (Brigham, 2001).

2.3.5 Proses Akuisisi

Proses dalam mengakuisisi sebuah perusahaan dimulai dengan mencari

kandidat perusahaan target akuisisi yang tepat dan potensial. Penilaian awal

diperlukan ketika telah menemukan perusahaan target, jadi dapat dilakukan penilaian

untuk menentukan harga awal. Dalam sebuah negosiasi pengambilalihan, akan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

Bab IITinjauan Pustaka

30

terdapat diskusi-diskusi dan penelitian lebih lanjut untuk perkiraan harga sebuah

perusahaan. Sebuah pertimbangan harga dan pembelian kemudian disetujui oleh

manajemen kedua belah pihak maupun para pemegang saham. Terdapat beberapa

pendapat yang dikemukakan oleh para ahli mengenai proses akuisisi. Menurut Rusli

(1992:10), proses akuisisi harus melalui tahapan sebagai berikut:

1. Izin dari pemegang saham kedua perusahaan

2. Proses negosiasi yang panjang dan mengikutsertakan akuntan, penasehat

hukum dan investment broker

3. Melakukan pembelian saham yang ada ditangan publik baik investor

minoritas maupun individu

4. Kewajiban atau hutang perusahaan target secara otomatis menjadi kewajiban

perusahaan pengambil alih

5. Peleburan sistem manajemen ke dalam manajemen baru perusahaan

pengambil alih

6. Proses perizinan mungkin akan lebih kompleks terlebih-lebih bila kedua

perusahaan tersebut merupakan public company

7. Dana yang dibutuhkan akan semakin besar jumlahnya karena pengembalian

saham akan bersifat pelelangan dengan tendering dan bidding.

Sedangkan menurut Coyle dalam bukunya (2000:27) :

“Takeover process :

1. Search for suitable candidates

2. Screening process

3. Identify target initial valuation

4. Make approach

5. Negotiations

a. formal bid

b. clear with regulatory authorities

6. Arranging financing

7. Takeover occurs”

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

Bab IITinjauan Pustaka

31

Menurut Moin (2007:112) tahap-tahap proses akuisisi sebagai berikut:

Gambar 2.2

Bagan Proses Pentahapan Akuisisi

Perencanaan

Proses

Pasca Akuisisi

Identifikasi Awal

Tahap ini perusahaan akuisitor mencar dan mengumpulkan informasi

sebanyak mungkin perusahaan-perusahaan yang potensial untuk diakuisisi.

Identifikasi ini tidak terlepas dari motivasi perusahaan dan akan menentukan

perusahaan yang seperti apa yang akan dijadikan target akuisisi.

Screening

Identifikasi Awal

Screeening

Penawaran Formal

Due Deligence

Negosiasi / Deal

Closing

Integrasi

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

Bab IITinjauan Pustaka

32

Screening adalah proses menyaring sekaligus memilih mana diantara calon

target yang paling layak untuk diakuisisi. Proses screening hanya dilakukan

apabila terdapat sua atau lebih calon dan hanya satu calon yang akan dipilih.

Penawaran Formal

Perusahaan akan membentuk tim yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan

merger dan akuisisi. Tim ini akan melakukan pendekatan-pendekatan pada

perusahaan target untuk memberitahukan tentang maksud akuisisi.

Due Deligence

Due deligence atau uji tuntas adalah investigasi menyeluruh dan mendalam

terhadap berbagai aspek perusahaan target. Hal ini dilakukan untuk

memberikan informasi sedetail mungkin tentang kondisi perusahaan target

dilihat dari semua aspek. Aspek-aspek yang dilihat yaitu legal due diligence,

financial due diligence, organization and management due diligence,

comercial due diligence, dan production and technology due diligence.

Negosiasi / Deal

Terdapat dua pihak pada perusahaan target yang harus memberikan

persetujuan agar proses akuisisi berjalan normal yaitu manajemen dan

pemegang saham. Terdapat beberapa kemungkinan dalam negosiasi, pertama

pihak manajemen setuju tetapi pemegang saham menolak. Kedua, pihak

manajemen menolak tetapi pihak pemegang saham setuju. Ketiga, pihak

manajemen dan pemegang saham tidak setuju. Keempat, kedua belah pihak

setuju dan proses akuisisi berlanjut pada closing.

Closing

Jika negosiasi mencapai kesepakatan berarti persetujuan formal akuisisi telah

terlaksana dan selanjutnya dilakukan closing. Closing berarti diserahkannya

pembayaran oleh akuisitor kepada pemegang saham perusahaan yang

diakuisisi.

Integrasi

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

Bab IITinjauan Pustaka

33

Integrasi berarti tahap dimulainya ‘kehidupan baru’ setelah perusahaan

melakukan penggabungan bisnis sebagai satu kesatuan entitas ekonomi.

2.3.6 Keuntungan dan Kerugian Akuisitor dari Peristiwa Akuisisi

Keuntungan pengagabungan usaha dengan cara akuisisi bagi akuisitor adalah

sebagai berikut:

1. Efek leverage

Perusahaan dapat mengontrol sejumlah besar aset dengan hanya berinvestasi

dalam jumlah uang yang lebih kecil dari pada dengan melakukan merger atau

konsolidasi (pengambilalihan secara penuh).

2. Penghindaran risiko bagi akuisitor

Apabila ada kegagalan dari perusahaan akuisisi, maka tidak akan

menyebabkan kegagalan secara keseluruhan.

3. Tuntutan hukum terhadap perusahaan akuisisi tidak akan mengancam

perusahaan akuisitor.

4. Lebih mudah untuk mendapatkan kontrol

Hal ini karena akuisitor tidak membutuhkan persetujuan dari pemegang saham

atau pihak manajemen dalam melakukan kontrolnya.

Kerugian penggabungan usaha dengan akuisisi bagi perusahaan akuisitor:

1. Meningkatkan risiko

Dengan adanya leverage effect, maka risiko akuisitor akan meningkat

2. Pajak berganda

Double taxation terjadi bila kepemilikan atas perusahaan akuisisi kurang dari

80%.

3. Sulit untuk dianalisis

Karena lebih kompleks maka perusahaan akuisitor lebih sulit dianalisis.

4. Tingginya biaya administrasi

Karena perusahaan akuisisi diperlakukan sebagai suatu entitas yang terpisah

maka komunikasi dan koordinasi akan lebih sulit dilakukan. Hal ini akan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

Bab IITinjauan Pustaka

34

menimbulkan cost administration yang lebih besar dibandingkan dengan

melakukan merger daan konsolidasi.

2.3.7 Kegagalan Akuisisi

Meskipun populer dan penting baik bagi perusahaan besar maupun kecil,

banyak akuisisi yang tidak menghasilkan keuntungan finansial seperti yang

diharapkan atau diingnkan oleh perusahaan akuisitor.

Beberapa penyebab kegagalan dalam akuisisi, yaitu:

1. Kelebihan pembayaran (over paying)

2. Pengalaman pengelolaan akuisisi yang kurang

3. Kegagalan mempertahankan dan memberi motivasi pada karyawan

perusahaan target

4. Pembayaran perusahaan target yang relatif lebih berat sehingga kesulitan

penyediaan bberbagai sumber daya

5. Kecurangan dalam perusahaan target

6. Kegagalan dalam meramalkan peristiwa yang akan terjadi

7. Bencana (force majeur)

Sedangkan, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Coopers dan Lybrand

yang ditulis oleh Sudarsaman (1995:265) :

“Penyebab kegagalan akuisisi dalam persentase:

1. Sikap manajemen perusahaan target dan perbedaan budaya (85)

2. Tidak adanya perencanaan integrasi pasca akusisi (80)

3. Kurangnya pengetahuan mengenai industri atau perusahaan target (45)

4. Buruknya manajemen perusahaan target

5. Tidak adanya pengalaman akuisisi (30)”

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

Bab IITinjauan Pustaka

35

2.4 Nilai Perusahaan

2.4.1 Pengertian Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan didefinisikan sebagai persepsi investor terhadap tingkat

keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dimiliki, karena pemilik

perusahaan menyukai peningkatan kekayaan maka tujuan peningkatan perusahaan

dipergunakan sebagai tujuan normatif. Nilai perusahaan dapat diukur dari tinggi

rendahnya harga saham dari perusahaan yang go public dan besarnya profit yang

dihasilkan perusahaan bersangkutan. Tinggi rendahnya harga saham banyak

dipengaruhi oleh kondisi perusahaan itu sendiri. Apabila harga saham dan profit

perusahaan naik maka hal itu berarti nilai perusahaan itu tinggi begitu pun sebaliknya.

Dengan meningkatnnya nilai perusahaan menjadi lebih makmur sehingga mereka

menjadi lebih senang dan akan loyal terhadap perusahaan tersebut.

Pengertian nilai perusahaan menurut Brigham dan Ehrhardt (2002:47) adalah

sebagai berikut: Value is determined by results as reaveable in financial statement.

Value of firm is stakeholder wealth maximization,which translates into maximazing

the price of the firm’s common stock. Artinya, nilai perusahaan merupakan penentuan

dari perbandingan hasil sebagai kinerja perusahaan yang terlihat dari laporan

keuangan. Nilai perusahaan terlihat dari maksimalisasi kekayaan pemegang saham

yang dimaksudkan menjadi memaksimumkan harga saham biasa perusahaan.

Adapun Sartono (2001:226) berpendapat bahwa perusahaan ialah

penjumlahan nilai sendiri (E) dan nilai utang (D). Berbeda dengan Sartono, menurut

Penman (2001:21) nilai perusahaan adalah value of the firm is the value of the payoffs

a firms is expected to yield for all its calimants. Artinya nilai perusahaan adalah nilai

yang diterima atas suatu investasi, biasanya dalam bentuk kas, yang diharapkan

memberi keuntungan bagi para penanam modal.

Martono dan Harjito (2002:13) juga mengatakan bahwa memaksimalkan nilai

perusahaan disebut sebagai memaksimumkan kemakmuran pemegang saham

(stockholder wealth maximization) yang dapat diartikan juga sebagai

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

Bab IITinjauan Pustaka

36

memaksimumkan harga saham biasa dari perusahaan (maximizing the price of the

firm’s common stock).

2.4.2 Jenis-Jenis Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan berhubungan dengan kemampuan perusahaan untuk

meningkatkan kemakmuran pemegang saham, yang artinya memaksimalkan nilai

saham. Terdapat beberapa jenis konsep nilai yang menjelaskan nilai suatu perusahaan

yang dapat diukur menurut Gitman (2003;108) yaitu:

1. Nilai Nominal/Nilai Kelangsungan Usaha

Nilai nominal adalah nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran

dasar perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan

juga ditulis secara jelas dalam surat saham kolektif.

2. Nilai Pasar

Nilai pasar sering disebut kurs adalah harga yang terjadi dari proses tawar-

menawar di pasar saham. Nilai ini hanya bisa ditentukan jika saham

perusahaan dijual di pasar saham.

3. Nilai Intrinsik

Nilai intrinsik merupakan konsep yang paling abstrak, karena mengacu

kepada perkiraan nilai riil perusahaan. Nilai perusahaan dalam konsep nilai

intrinsik ini bukan sekedar harga dari sekumpulan aset, melainkan nilai

perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan

keuntungan dikemudian hari.

4. Nilai Buku

Nilai buku adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep

akuntansi. Secara sederhana dihitung dengan membagi selisih antara total

aktiva dan total utang dengan jumlah saham yang beredar.

5. Nilai Likuidasi

Niali likuidasi adalah jumlah seluruh aset perusahaan setelah dikurangi

semua kewajiban yang harus dipenuhi. Nilai likuidasidapat dihitung dengan

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

Bab IITinjauan Pustaka

37

cara yang sama dengan menghitung nilai buku, yaitu berdasarkan neraca

performa yang disiapkan ketika suatu perusahaan akan dilikuidasi.

2.5 Penilaian Perusahaan

2.5.1 Definisi Penilaian Perusahaan

Penilaian atau penaksiran nilai perusahaan adalah penentuan nilai atau harga

perusahaan. Harga yang dimaksud adalah harga wajar sesuai dengan kondisi riil

perusahaan dengan mempertimbangkan prospek perusahaan di masa yang akan

datang. Pengukuran nilai perusahaan yang dilakukan oleh instansi atau badan usaha

digunakan untuk melakukan perbaikan dan pengendalian atas kegiatan

operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Selain itu, melalui

penilaian perusahaan ini, perusahaan mampu memilih strategi yang lebih baik untuk

dilaksanakan dalam mencapai tujuan perusahaan.

Tinggi dan rendahnya nilai perusahaan dapat diketahui melalui profitabilitas

yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Profitabilitas dapat dilihat melalui analisis

laporan keuangan. Selain itu nilai perusahaan dapat dilihat dari nilai saham bagi

perusahaan yang go public. Beberapa teknik penilaian menurut Moin (2007:157):

1. Model pertumbuhan dividen

Model ini menggunakan input data berupa jumlah dividen yang dibayarkan

dan men-discounted-kan dengan cost of equity untuk menentukan nilai

ekuitas. Beberapa variasi model ini adalah apabila dividen tersebut

mengalami pertumbuhan sangat tinggi (super normal) dan pertumbuhan

konstan.

2. Discounted cash flow

Penentuan nilai perusahaan dengan input berupa perkiraan cash flow di masa

yang akan datang dan perkiraan cash flow tersebut di-discounted denagn

biaya modal (cost of capital). Selanjutnya untuk menentukan nilai ekuitas,

nilai perusahaan ini harus dikurangkan dengan nilai pasar hutang.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

Bab IITinjauan Pustaka

38

3. Price Earning Ratio pendekatan ini hanya memerlukan satu periode prakiraan

harga saham dan prakiraan laba per lembar saham.

4. Return on investment pendekatan ini memerlukan input data berupa prakiraan

tingkat pengembalian investasi (ROI) dan prakiraan laba sebelum bunga dan

pajak untuk menentukan nilai perusahaan.

Dari segi profitabilitas, nilai perusahaan dapat diketahui melalui rasio ROI (return on

investment) sedangkan dari segi saham melalui PER (price earnings ratio).

2.5.2 Retun On Investment (ROI)

Analisis ROI dalam analisis keuangan mempunyai arti yang sangat penting

karena merupakan salah satu teknik analisis yang lazim digunakan untuk mengukur

tingkat efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan. ROI merupakan rasio

profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan investasi

yang ditanamkan dalam total aset untuk menghasilkan keuntungan.

Rasio profitabilitas yang diindikasikan oleh ROI sering digunakan sebagai

penilaian terhadap kinerja perusahaan dalam mengasilkan laba serta dasar

mengevaluasi perencanaan, penetapan tujuan dan peningkatan kinerja keuangan.

Menurut Bergevin (2002; 274) ROI diartikan sebagai “Measure of wealth creation

from a given level and type of capital”. Sedangkan menurut Riyanto (2001; 336) arti

ROI adalah kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva

untuk menghasilkan keuntungan neto.

Kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi kerja yang diraih oleh suatu

perusahaan, oleh karena itu pengukuran kinerja keuangan perusahaan juga

memerlukan suatu analisis yang mampu menganalisis kemampuan perusahaan secara

menyeluruh. Berdasarkan alasan tersebut, analisis tingkat pengembalian investasi

dengan teknik analisisnya yang bersifat komprehensif tadi seringkali dijadikan

sebagai acuan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan.

Menurut Harahap (2004:305) ROI dapat diperoleh dengan rumus:

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

Bab IITinjauan Pustaka

39

ROI = ���� ����

���� ���� ����� x 100%

Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan

dari setiap satu rupiah aset yang digunakan. Dengan mengetahui rasiio ini, kita bisa

menilai apakah perusahaan efisien dalam memanfaatkan aktiva dalam kegiatan

operasional perusahaan.

2.5.3 Kegunaan Return On Investment (ROI)

ROI digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam

mengahasilkan laba dari keseluruhan investasi yang ditanamkan dengan

menggunakan aktiva yang ada. Adapun beberapa kegunaan dari ROI menurut

Munawir (2001: 91-92) sebagai berikut:

1. Analisis ROI bersifat menyeluruh, artinya apabila perusahaan telah

menjalankan praktik akuntansi yang baik maka manajemen dapat

menggunakan teknik analisis ROI untuk mengukur efisiensi dan efektivitas

penggunaan aset-aset operasi, produksi dan penjualan.

2. Apabila data industri yang sejenis tersedia, maka perusahaan dapat

membedakan perbandingan tingkat ROI dengan perusaahaan-perusahaan lain

yang sejenis. Hal ini dapat memperlihatkan tingkat efisiensi dan efektifitas

penggunaan modal perusahaan dengan menganalisis kekuatan atau kelemahan

dibandingkan dengan perusahaan lain sejenis.

Analisis ROI selain berguna untuk keperluan pengendalian juga berguna

untuk keperluan perencanaan. Menurut Gibson (2001: 29) yaitu “This ratio measures

the ability of the firm to reward those who provide long term funds and to attract

provides of future funds”. Artinya bahwa kemampuan ukuran-ukuran rasio pada

perusahaan untuk memberikan penghargaan pada siapa saja yang memberikan modal

jangka panjang dan untuk menyediakan modal untuk masa mendatang. Rasio ini

memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

Bab IITinjauan Pustaka

40

menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh

pendapatan.

2.5.4 Price Earnings Ratio (PER)

Salah satu indikator dari rasio penilaian pasar adalah price earning ratio

(PER) yang dapat mempengaruhi harga saham. PER merupakan salah satu indikator

yang digunakan investor setiap hari untuk menilai pasar. PER menunjukkan seberapa

basar investor bersedia untuk membayar per satuan mata uang dari keuntungan yang

dilaporkan dan inilah yang menjadikan instrumen ini cukup penting. Kebanyakan

manajer keuangan menganggap baik apabila saham suatu perusahaan dijual pada

tingkat PER tinggi, karena tingginya PER mencerminkan bahwa investor

beranggapan perusahaan itu memiliki pendapatan yanng relatif aman.

Definisi price earning ratio (PER) menurut Jogiyanto (2009: 145) merupakan

rasio yang menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap

kelipatan dari earnings. Perusahaan diharapkan mampu mempercepat pertumbuhan

rata-rata sementara di lain pihak mampu membagikan laba dalam proporsi yang

besar. Pertumbuhan dan pembagian laba yang tinggi akan menumbuhkan minat para

investor untuk membeli saham tersebut sehingga akan menaikkan permintaan saham

dan akhirnya akan menaikkan harga saham. Price earning ratio (PER) yang tinggi

akan menyebabkan harga harga saham yang tinggi, begitu pula sebaliknya price

earning ratio yang rendah akan menyebabkan harga saham yang rendah sehingga

price earning ratio (PER) berpengaruh positif terhadap harga saham.

Price earning ratio (PER) mempunyai arti yang cukup penting dalam menilai

suatu saham, rasio ini merupakan suatu indikasi tentang harapan masa depan

perusahaan. PER merupakan fungsi dari pendapatan yang diharapkan di masa yang

akan datang, semakin tinggi tingkat pertumbuhan dari pendapatan yang diharapkan

maka semakin tinggi pula PER-nya. PER secara teoritis merupakan indikator yang

dapat digunakan untuk menentukan apakah harga saham tertentu dinilai terlalu tinggi

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

Bab IITinjauan Pustaka

41

(overvalued) atau terlalu rendah (undervalued), sehingga para calon investor dapat

menentukan kapan sebaiknya saham dibeli atau dijual.

Menurut Darmaji dan Fakhrudin (2008: 198) price earning ratio (PER) dapat

dicari menggunakan rumus:

Price Earning Ratio = ����� � ���

������ ��� � ��� �����Menurut Baridwan (1992:333), Earning per share adalah jumlah pendapatan yang

diperoleh dalam satu periode untuk tiap lembar saham yang beredar, dan akan dipakai

oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibagikan.

Menurut Gitman (2006: 13), EPS dapat dirumuskan sebagai berikut:

Earning Per Share = ������ �������� ��� ������ �����

������ �� � ��� �� ������ ����� ����������Sedangkan harga saham adalah nilai atau jumlah uang yang dibutuhkan untuk

membeli satu lembar saham tertentu.

2.5.5 Kegunaan Price Earning Ratio (PER)

Kegunaan price earning ratio adalah untuk melihat bagaimana pasar

menghargai kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh EPS-nya. PER menunjukkan

hubungan antara pasar saham biasa dengan EPS, makin besar PER suatu saham maka

harga saham tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya.

PER menunjukkan angka dalam menghasilkan laba dimasa yang akan datang

(Prastowo, 2002:96).

Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan tinggi biasanya mempunyai

PER yang tinggi pula, dan hal ini menunjukkan bahwa pasar mengharapkan

pertumbuhan laba di masa yang mendatang. Sebaliknya perusahaan dengan tingkat

pertumbuhan yang rendah cenderung mempunyai PER yang rendah pula. Semakin

rendah harga PER suatu saham maka semakin baik atau semakin murah harganya

untuk diinvestasikan. PER menjadi makin rendah nilainya bisa karena harga saham

cenderung semakin turun atau karena meningkatnya laba bersih perusahaan. Jadi

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

Bab IITinjauan Pustaka

42

semakin kecil nilai PER maka semakin murah saham tersebut untuk dibeli dan

semakin baik pula kinerja per lembar saham dalam menghasilkan laba bagi

perusahaan. Semakin baik kinerja per lembar saham akan mempengaruhi banyak

investor untuk membeli saham tersebut (Ang, 2001:69).

2.6 Laporan Keuangan

2.6.1 Definisi Laporan Keuangan

Setiap perusahaan dalam suatu waktu (periode tertentu) akan melaporkan

semua kegiatan keuangannya. Laporan keuangan menunjukkan kondisi keuangan

perusahaan secara keseluruhan. Dari laporan ini akan terlihat bagaimana kondisi

perusahaan yang sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan yang dimiliki

perusahaan. Keuntungan dengan membaca laporan keuangan ini adalah pihak

manajemen dapat memperbaiki kelemahan yang ada serta mempertahankan kekuatan

yang dimilikinya (Kasmir, 2008:253).

Laporan keuangan adalah ringkasan dari proses akutansi selama tahun buku

yang bersangkutan yang digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data

keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan

terhadap data atau aktivitas perusahaan tersebut. Dalam laporan keuangan termuat

informasi mengenai jumlah kekayaan/aset dan jenis-jenis kekayaan yang

dimiliki.kemudian juga akan tergambar kewajiban jangka pendek maupun jangka

panjang serta ekuitas (modal ssendiri) yang dimilikinya. Informasi yang memuat

seperti di atas tergambar dalam laporan keuangan yang kita sebut neraca. Laporan

keuangan juga memberikan informasi tentang hasil-hasil usaha yang diperoleh

perusahaan dalam suatu periode tertentu dan biaya-biaya atau beban-beban yang

dikeluarkan untuk memperoleh hasil tersebut. Informasi ini akan termuat dalam

laporan laba rugi. Laporan keuangan perusahaan juga memberikan gambaran tentang

arus kas suatu perusahaan yang tercantum dalam laporan arus kas.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

Bab IITinjauan Pustaka

43

2.6.2 Sifat Laporan Keuangan

Laporan keuangan dibuat dengan maksud memberikan gambaran kemajuan

(progress report) perusahaan secara periodik. Jadi laporan keuangan bersifat historis

serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report. Laporan keuangan terdiri dari

data-data yang merupakan hasil dari kombinasi antara fakta yang telah dicatat,

prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan dalam akutansi serta pendapat pribadi.

Fakta-fakta yang telah dicatat, laporan keuangan dibuat berdasarkan fakta dari

catatan akutansi, pencatatan dari pos-pos ini merupakan catatan histories dari

peristiwa yang telah terjadi dimasa lampau dan jumlah uang yang tercatat dinyatakan

dalam harga pada waktu terjadinya peristiwa tersebut. Dengan sifat yang demikian

maka laporan keuangan tidak dapat mencerminkan posisi keuangan dari suatu

perusahaan dalam kondisi perekonomian paling akhir.

Prinsip dan kebiasaan di dalam akutansi, data yang dicatat didasarkan pada

prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip

akutansi yang lazim, di dalam akutansi juga digunakan prinsip atau anggapan-

anggapan yang melengkapi konvensi-konvensi atau kebiasaan yang digunakan antara

lain : bahwa perusahaan akan tetap berjalan sebagai suatu yang going concern,

konsep ini menganggap bahwa perusahaan akan berjalan terus, konsekuensinya

bahwa jumlah-jumlah yang tercantum dalam laporan merupakan nilai-nilai untuk

perusahaan yang masih berjalan yang didasarkan pada nilai atau harga pada

terjadinya peristiwa itu. Jadi jumlah uang yang tercantum dalam laporan bukanlah

nilai realisasi jika aktiva tersebut dijual.

2.6.3 Tujuan Laporan Keuangan

Laporan keuangan dibuat untuk suatu tujuan dimana tertuang dalam Prinsip

Akutansi Indonesia 1984 mengenai tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai

sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

Bab IITinjauan Pustaka

44

2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan

dalam sumber ekonomi neto (sumber dikurangi kewajiban) suatu perusahaan

yang timbul dari aktivitas perusahaan dalam rangka memperoleh laba.

3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan

di dalam mengestimasi potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.

4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam

sumber-sumber ekonomi dan kewajiban seperti informasi mengenai aktivitas

pembelanjaan dan penanaman

5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan

dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan,

seperti informasi mengenai kebijaksanaan akutansi yang dianut perusahaan.

Menurut PSAK no.1 tujuan utama laporan keuangan adalah untuk

memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang

bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan dalam rangka

membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban

manajemen atas penggunaan yang dipertanggungjawabkan kepada mereka.

Dalam bukunya, Kasmir (2008:254) menjelaskan bahwa pembuatan masing-

masing laporan keuangan memiliki tujuan sendiri. Secara umum tujuan-tujuan

pembuatan laporan keuangan suatu perusahaan adalah untuk memberikan informasi

keuangan tentang jumlah aktiva dan jenis-jenis aktiva yang dimiliki oleh perusahaan,

memberikan informasi keuangan tentang jumlah kewajiban dan jenis-jenis kewajiban

baik jangka pendek (lancar) maupun jangka panjang perusahaan, memberikan

informasi keuangan tentang jumlah modal dan jenis-jenis modal perusahaan pada

waktu tertentu. Selain itu pembuatan laporan keuangan juga dapat memberikan

informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari jumlah pendapatan yang diperoleh

dan sumber-sumber pendapatan perusahaan, dan memberikan informasi keuangan

tentang jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan berikut jenis-jenis biaya yang

dikeluarkan dalam periode tertentu. Pembuatan laporan keuangan juga memberikan

informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban dan

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

Bab IITinjauan Pustaka

45

modal perusahaan, serta memberikan informasi tentang kinerja manajemen dan nilai

perusahaan dalam suatu periode dari hasil laporan keuangan yang disajikan.

2.7 Saham

2.7.1 Definisi Saham

Saham secara sederhana dapat didefinisikan sebagai salah satu sumber dana

yang diperoleh perusahaan yang berasal dari pemilik modal dengan konsekuensi

perusahaan harus memberikan kontra terhadap modal tersebut dalam bentuk dividen

dan apresiasi harga saham. Ada beberapa karakteristik saham, yaitu:

1. Saham termasuk financial asset, investor membeli saham karena

mengharapkan akan memperoleh pendapatan, baik dividen maupun capital

gain.

2. Saham megandung risiko, risiko melekat pada saham umumnya dibagi atas

risiko sistematis dan tidak sistematis. Risiko sistematis adalah risiko yang

akan dialami oleh semua saham dan tidak dapat dihindari, misalnya karena

resesi dunia. Risiko tidak sistematis adalah risiko yang berkaitan dengan

kejadian-kejadian random, risiko ini tidak sama antara satu perusahaan

dengan perusahaan lainnya.

3. Saham mengandung umur ketidakpastian, harga per saham kadang naik dan

kadang turun. Tingkat keuntungan berupa dividen juga tidak tetap, bahkan

kadang perusahaan tidak membagikan dividen bila keuntungan yang didapat

tidak mencukupi atau bila perusahaan akan melaksanakan ekspansi.

2.7.2 Penggolongan Saham

Ditinjau dari segi manfaat pada dasarnya saham dapat digolongkan menjadi

saham biasa dan saham istimewa. Saham biasa adalah kepemilikan dalam sebuah

perusahaan. Para investor berharap memperoleh dividen sebagai bagian dari

keuntungan dan berharap harga saham naik sehingga investasi merekan akan

bertambah nilainya. Sedangkan saham istimewa adalah saham yang berbentuk

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

Bab IITinjauan Pustaka

46

gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan

tetap (seperti bunga obligasi).

Widoatmodjo membedakan saham biasa ke dalam 7 jenis yaitu:

1. Blue-chip stocks, yaitu saham biasa perusahaan yang memiliki pendapatan

stabil dan konsisten dalam membayar dividen.

2. Income stocks, yaitu saham dari suatu emiten dimana emiten yang

bersangkutan dapat membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata dividen yang

dibayar pada tahun sebelumnya.

3. Growth stock (well known), yaitu suatu saham jika emitennya merupakan

pimpinan di dalam industrinya, dan beberapa tahun berturut-turut mampu

mendapatkan hasil di atas rata-rata.

4. Grow stock (lesser-known), yaitu saham dari emiten yang akan menjadi

pimpinan dalam industrinyaakan tetapi emiten saham ini uumnya tidak

menjadi pimpinan dalam industrinya, namun demikian saham ini tetap

mempunyai ciri-ciri seperti growth stocks (well known) yaitu mampu

mendapat hasil yan lebih dari penghasilan rata-rata tahun terakhir.

5. Speculative stocks, yaitu saham yang emitennya tidak secara konsisten

memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun akan tetapi mempunyai

kemampuan pengahasilan yang tinggi di masa mendatang meskipun belum

pasti.

6. Cyclical stocks, yaitu saham yang mengikuti pergerakan situasi ekonomi

makro atau kondisi bisnis secara umum.

7. Counter cyclical stocks, yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi

ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum.

2.7.3 Dividen

Dividen sebagai bentuk pengembalian atau distribusi kepada pemilik dan

investor perusahaan atas modal yan telah diinvestsikannya selama periode tertentu.

Setiap perusahaan mempunyai aturan-aturan (policies) yang berbeda atas pembagian

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

Bab IITinjauan Pustaka

47

dividen kepada pemilik. Sebuah perusahaan yang menghasilkan laba dalam satu

tahun belum tentu akan mendistribusikan dividen dalam jumlah besar kepada

pemiliknya karena pertimbangan investasi kembali. Jadi jika pemilik perusahaan

mengevaluasi kinerja dan prestasi manajemen berdasarkan jumlah dividen yang

dibagikan, maka mereka menggunakan indikator yang salah karena jumlah dividen

yang dibagikan tidak menunjukkan nilai tambah yan diciptakan manajemen dari

kegiatan operasinya sehari-hari.

2.7.4 Capital Gain / Loss

Brigham (1992:124) menyatakan pengertian capital gain adalah The profit

(loss) from the sales of capital asset for more (less) than it’s purchase price. Capital

gain adalah selisih antara harga beli dan harga jual. Capital gain terbentuk dengan

adanya aktivitas perdanggangan saham di pasar sekunder. Umumnya pemodal degan

orientasi jangka pendek mengejar keuntungan melalui capital gain.

Saham dikenal dengan karakteristik high risk-high return. Artinya saham

merupakan surat berharga yang memberikan peluang keuntungan tinggi namun juga

berpotensi risiko tinggi. Saham memungkinkan pemodal untuk mendapatkan return

atau keuntungan dalam jumlah besar dengan waktu singkat. Namun, seiring dengan

berfluktuasinya harga saham, maka saham juga dapat membuat pemodal mengalami

kerugian besar dalam waktu singkat.

Dalam aktivitas perdagangan saham ada kalanya pemodal harus menjual

saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli. Dengan demikian seorang

pemodal mengalami capital loss. Dalam jual beli saham, terkadang untuk

menghindari potensi kerugian yang makin besar seiring dengan terus menurunnya

harga saham, maka seorang investor rela menjual saham dengan harga rendah, istilah

ini dikenal sebagai cut loss.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

Bab IITinjauan Pustaka

48

2.7.5 Harga Saham

Harga dari suatu saham digambarkan dengan nilai pasar (value market). Nilai

pasar yaitu harga saham biasa yang terjadi di pasar modal atas dasar permintaan dan

penawaran, seperti yang dinyatakan oleh Van Horne dan Wachowich (2005:543),

bahwa The market value per share is the current price at which the stock is traded.

Artinya bahwa nilai pasar itu merupakan nilai yang sesungguhnya digunakan dalam

transaksi perdagangan saham.

Menurut Sunariyah (2004:127), harga saham dapat dibedakan menjadi:

1. Harga nominal merupakan nilai yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai

setiap lembar saham yang dikeluarkan. Besarnya harga nominal biasanya

tergantung keinginan emiten.

2. Harga perdana merupakan harga sebelum harga saham dicatat di bursa (harga

yang ditawarkan kepada investornya). Besarnya harga perdana tergantung

pada persetujuan antara emisi dan penjamin emisi.

3. Harga pasar merupakan harga jual antara investor yang satu dengan investor

yang lain setelah saham dicatat di bursa. Transaksi ini melibatkan emiten dan

penjamin emisi. Harga pasar memiliki ketergantungan pada kekuatan

permintaan dan penawaran di pasar sekunder.

2.8 Keterkaitan Penelitian Terdahulu

Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh akuisisi

terhadap nilai perusahaan, namun hasilnya belum selalu konsisten. Penelitian yang

dilakukan oleh Annisa M.C.W (2010) bertujuan untuk menganalisis manajemen laba

dan kinerja keuangan perusahaan pengakuisisi sebelum dan sesudah merger dan

akuisisi yang terdaftar di bursa efek indonesia tahun 2008-2009, yang sesuai dalam

kriteria sebanyak 12 perusahaan. Teknik sampling yang digunakan adalah non

probability sampling dengan pendekatan purposive sampling dan uji statistik dengan

menggunakan t-test sebelum dan sesudah akuisisi. Hasil penelitian tersebut

membuktikan bahwa kinerja keuangan yang diproksikan dengan total asset turnover

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

Bab IITinjauan Pustaka

49

(TATO), net provit margin (NPM) dan return on asset (ROA) mengalami perubahan

yang berbeda-beda baik sebelum maupun sesudah merger dan akuisisi. TATO

mengalami kenaikan sesudah merger dan akuisisi dibandingkan sebelum merger dan

akuisisi, sedangkan NPM dan ROA mengalami penurunan sesudah merger dan

akuisisi.

Hasil negative dikemukakan oleh Payamta & Sholikah (2001) yang

menganalisis pengaruh merger dan akuisisi terhadap kinerja perbankan di Indonesia

terhadap 87 bank dari tahun 1990 sampai 1995 dan yang masuk sampel adalah 9

bank, metode yang digunakan adalah purposive sampling. Kinerja bank dianalisis

menggunakan CAMEL (aspek permodalan, kualitas aktiva, manajemen, rentabilitas

dan likuiditas), dengan hasil penelitian tidak adanya perbedaan yang signifikan pada

tingkat kinerja bank yang diukur dengan rasio camel untuk 1 tahun sebelum dan 1

tahun sesudah merger dan akuisisi. Menggunakan uji statisitik Wilcoxon Signed

Ranks Test dan uji Manova, dengan hasil menunjukan bahwa pengujian secara

serentak terhadap semua rasio keuangan perusahaan setelah melakukan M&A tidak

mengalami perbaikan dibandingkan sebelum melakukan M&A.

Penemuan Yudyatmoko dan Na’im (2000) yang melakukan pengujian

menggunakan paired sample t-test terhadap 34 kasus merger dan akuisisi selama

1989-1995 menemukan rata-rata profit margin selama tiga tahun sebelum dan

sesudah merger dan akuisisi, menunjukan hasil tidak ada perbedaan yang signifikan

antara rata-rata profit margin tiga tahun sebelum dan tiga tahun sesudah merger dan

akuisisi. Menggunakan uji Wilcoxon Signed Rank test, Tine D Langhe dan Hubert O

(2001) meneliti tentang apakah akuisisi dapat mensejahterakan perusahaan yang

melakukannya dan didapatkan kesimpulan bahwa rasio profitabilitas, solvabilitas,

likuiditas tidak terdapat perbedaan yang signifikan selama 5 tahun setelah akuisisi.

Dan untuk variabel gross added value dan personal expenses per employee terdapat

perbedaan, terjadinya peningkatan pada kedua variabel tersebut setelah akuisisi.

Pada penelitian Dyaksa Widya Putra (2006) melakukan penelitian terhadap 20

perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi yang listing di Bursa Efek Jakarta

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen menurut

Bab IITinjauan Pustaka

50

(BEJ). Dengan menggunakan uji manova dan Wilcoxon Signed Rank test menunjukan

adanya perbedaan yang signifikan untuk rasio keuangan EPS, OPM, NPM, ROE, dan

ROA untuk pengujian satu tahun sebelum dan satu tahun setelah merger dan akuisisi;

rasio keuangan OPM, dan ROE untuk pengujian satu tahun sebelum dan dua tahun

setelah merger dan akuisisi; rasio keuangan PBV, dan OPM untuk pengujian dua tahun

sebelum dan satu tahun setelah merger dan akuisisi; rasio keuangan OPM untuk

pengujian dua tahun sebelum dan dua tahun setelah merger dan akuisisi. Kinerja

perusahaan dari sisi saham (abnormal return) justru mengalami penurunan setelah

pengumuman merger dan akuisisi. Investor menganggap merger dan akuisisi yang

dilakukan oleh perusahaan tidak menimbulkan sinergi bagi perusahaan, bahkan

menjadi reverse synergy (pembalikan).