29
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Pengertian Remaja Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam perjalanan kehidupan manusia, dimana dalam masa remaja penuh dengan tanggung jawab. Usia remaja dikelompokkan menjadi 2 yakni : 1) Usia remaja muda (12-15 tahun), dan 2) Usia remaja penuh (16-19 tahun) (Kusmiran, 2011). WHO mendefinisikan remaja dan orang-orang muda adalah orang- orang yang berusia antara 10-19 tahun dan 10-24 tahun. Seorang remaja yang sudah menikah, maka ia masuk dalam masa dewasa (Ayalew., Mengistie., & Semahegn, 2014). Remaja merupakan tahapan perkembangan dan pertumbuhan yang ditandai dengan adanya perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis, dan emosi (Efendi & Makhfudli, 2009). Remaja merupakan masa kehidupan individu yang mengalami eksplorasi psikologis untuk menemukan identitas diri. Masa transisi dari masa anak-anak ke masa remaja, individu mulai mengembangkan ciri-ciri abstrak dan konsep diri menjadi lebih berbeda. Remaja mulai memandang dirinya dengan penilaian dan standar pribadi, tetapi kurang dalam interpretasi perbandingan sosial. Remaja memiliki sifat yang unik salah satunya ialah sifat ingin meniru terhadap sesuatu hal yang dilihat, kepada keadaan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/41882/3/jiptummpp-gdl-vickyariex-47375-3-babii.pdf · bayi, 5) Rendahnya tingkat pendidikan, pernikahan

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/41882/3/jiptummpp-gdl-vickyariex-47375-3-babii.pdf · bayi, 5) Rendahnya tingkat pendidikan, pernikahan

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Remaja

2.1.1 Pengertian Remaja

Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

Masa remaja merupakan masa yang penting dalam perjalanan kehidupan

manusia, dimana dalam masa remaja penuh dengan tanggung jawab. Usia

remaja dikelompokkan menjadi 2 yakni : 1) Usia remaja muda (12-15 tahun),

dan 2) Usia remaja penuh (16-19 tahun) (Kusmiran, 2011).

WHO mendefinisikan remaja dan orang-orang muda adalah orang-

orang yang berusia antara 10-19 tahun dan 10-24 tahun. Seorang remaja yang

sudah menikah, maka ia masuk dalam masa dewasa (Ayalew., Mengistie., &

Semahegn, 2014). Remaja merupakan tahapan perkembangan dan

pertumbuhan yang ditandai dengan adanya perubahan fisik, perilaku, kognitif,

biologis, dan emosi (Efendi & Makhfudli, 2009).

Remaja merupakan masa kehidupan individu yang mengalami

eksplorasi psikologis untuk menemukan identitas diri. Masa transisi dari masa

anak-anak ke masa remaja, individu mulai mengembangkan ciri-ciri abstrak

dan konsep diri menjadi lebih berbeda. Remaja mulai memandang dirinya

dengan penilaian dan standar pribadi, tetapi kurang dalam interpretasi

perbandingan sosial. Remaja memiliki sifat yang unik salah satunya ialah sifat

ingin meniru terhadap sesuatu hal yang dilihat, kepada keadaan,

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/41882/3/jiptummpp-gdl-vickyariex-47375-3-babii.pdf · bayi, 5) Rendahnya tingkat pendidikan, pernikahan

12

serta lingkungan disekitarnya, di samping itu remaja memiliki kebutuhan akan

kesehatan seksual (Kusmiran, 2011).

2.1.2 Konsep Kedewasaan

Karakteristik remaja (adolescence) adalah tumbuh menjadi dewasa.

Secara fisik, remaja ditandai dengan ciri perubahan pada penampilan fisik dan

fungsi fisiologis, terutama terkait dengan kelenjar seksual. Secara psikologis

remaja merupakan masa dimana individu mengalami perubahan dalam aspek

kognitif, emosi, sosial, dan moral antara masa anak-anak menuju dewasa.

Remaja mengevaluasi diri secara keseluruhan dan terdapat beberapa

pemisahan dimensi diri, seperti akademik, olahraga, penampilan, moral, dan

hubungan sosial. Terdapat bukti bahwa konsep diri remaja berbeda di

berbagai konteks, remaja memandang diri mereka berbeda jika mereka berada

dengan teman sebaya dibandingkan saat mereka berada dengan orang tua dan

guru. Tugas perkembangan remaja adalah mencapai nilai-nilai kedewasaan

(Kusmiran, 2011).

2.1.3 Masa Transisi Remaja

Pada usia remaja, terdapat masa transisi yang akan dialami oleh

remaja. Masa transisi tersebut menurut Gunarsa (1978) dalam Kusmiran

(2011) yakni sebagai berikut : a) Transisi fisik berkaitan dengan perubahan

bentuk tubuh. Bentuk tubuh remaja sudah berbeda dengan anak-anak, tetapi

belum sepenuhnya menampilkan bentuk tubuh orang dewasa, b) Transisi

dalam kehidupan emosi. Perubahan hormonal dalam tubuh remaja

berhubungan erat dengan peningkatan emosi, remaja kerap memperlihatkan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/41882/3/jiptummpp-gdl-vickyariex-47375-3-babii.pdf · bayi, 5) Rendahnya tingkat pendidikan, pernikahan

13

ketidakstabilan emosi. Remaja kerap kali mengalami kegelisahan, mudah

tersinggung, melamun dan sedih, tetapi disisi lain akan gembira, tertawa,

ataupun marah-marah, c) Transisi dalam kehidupan sosial. Lingkungan sosial

anak semakin bergeser ke luar dari keluarga, di mana lingkungan teman

sebaya menjadi peranan penting. Pergeseran ikatan pada teman sebaya

merupakan upaya yang dilakukan oleh remaja untuk mandiri (melepaskan

ikatan dengan keluarga), d) Transisi dalam nilai-nilai moral. Remaja mulai

meninggalkan nilai-nilai yang dianutnya dan menuju nilai-nilai yang dianut

orang dewasa, e) Transmisi dalam pemahaman. Remaja mengalami

perkembangan kognitif yang pesat sehingga mulai mengembangkan

kemampuan berpikir abstrak (Kusmiran, 2011).

2.1.4 Tugas-Tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembangan merupakan hal yang harus dipenuhi oleh remaja

dan dipengaruhi oleh harapan sosial. Tugas perkembangan remaja berisi

tentang harapan lingkungan yang merupakan tuntutan bagi remaja dalam

bertingkah laku, sebagaimana tugas perkembangan pada remaja adalah

sebagai berikut : a) menerima keadaan penampilan diri, dan menggunakan

tubuhnya secara efektif, b) belajar berperan sesuai dengan jenis kelamin

(sebagai laki-laki atau perempuan), c) membuat relasi yang baru dan lebih

matang dengan teman sebaya, baik sejenis maupun dengan lawan jenis, d)

mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab, e) mencapai kemandirian

secara emosional terhadap orang tua dan orang dewasa lainnya, f)

mempersiapkan kemandirian secara ekonomi melalui karier, g) menyiapkan

fisik dan psikis dalam menghadapi perkawinan dan kehidupan berkeluarga, h)

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/41882/3/jiptummpp-gdl-vickyariex-47375-3-babii.pdf · bayi, 5) Rendahnya tingkat pendidikan, pernikahan

14

mengembangkan kemampuan dan keterampilan intelektual untuk hidup

bermasyarakat, dan i) mencapai nilai-nilai kedewasaan (Kusmiran, 2011).

2.1.5 Isu Sosial dan Klinis yang Berkaitan dengan Remaja

Beberapa isu sosial dan klinis yang berkaitan dengan remaja antara

lain : a) Peranan jenis kelamin, b) Penyakit menular seksual (PMS), c)

Penggunaan KB pada usia remaja atau di luar nikah, d) Kurangnya informasi

dan konseling mengenai pendidikan seksual, dan e) kehamilan dini pada

remaja atau kehamilah di luar nikah.

Isu diatas dapat berdampak besar pada timbulnya penyakit Human

Papilloma Virus (HPV) dan kanker serviks. Banyak faktor yang mempengaruhi

kesehatan seksual dan kesehatan reproduktif remaja. Faktor-faktor tersebut

diantaranya : 1) Kepantasan hubungan seksual di kalangan remaja, 2)

Bagaimana cara yang dilakukan untuk mencapai pemenuhan kebutuhan

seksual, 3) Bagaimana cara mengakses jasa serta informasi kesehatan seksual

dan kesehatan reproduktif, 4) Derajat tingkat perilaku yang dipengaruhi oleh

kurangnya pengetahuan, 5) Pengaruh masyarakat dan budaya yang

menyimpang, 6) Bagaimana cara mengendalikan kesuburan secara efektif.

Pada kenyataannya, kesehatan seksual secara klinis sering digambarkan oleh

tingkat kehamilan yang tidak direncanakan dan Penyakit Menular Seksual

(PMS) (Kusmiran, 2011).

2.1.6 Faktor Penyebab Terjadinya Masalah Pada Remaja

Berikut faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah pada remaja,

diantaranya : a) Adanya perubahan biologis dan psikologis secara pesat pada

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/41882/3/jiptummpp-gdl-vickyariex-47375-3-babii.pdf · bayi, 5) Rendahnya tingkat pendidikan, pernikahan

15

remaja sehingga menimbulkan dorongan tertentu yang bersifat kompleks, b)

Kurangnya pengetahuan dan kesiapan orang tua dan pendidik dalam

memberikan informasi yang benar dan tepat waktu, c) Perbaikan gizi yang

menyebabkan menarche menjadi lebih dini dan masih banyak kejadian

pernikahan muda, d) Membaiknya sarana komunikasi dan transportasi yang

diakibatkan oleh kemajuan teknologi membuat arus informasi dari luar sulit

diseleksi, e) Kurangnya pemanfaatan penggunaan sarana untuk menyalurkan

kemampuan atau hobi yang dimiliki oleh remaja. Perlu adanya penyaluran

minat dan bakat sebagai substitusi yang bernilai positif, seperti :

perkembangan ketrampilan dan olahraga (Nirwana, 2011).

2.2 Konsep Pernikahan Dini

2.2.1 Pengertian Pernikahan Dini

Pernikahan adalah komitmen mengikat janji seumur hidup diantara

dua insan untuk hidup bersama sebagai suami istri (Lie & Kartika, 2013).

Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, akad yang sangat kuat

atau mitssaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya

merupakan ibadah guna mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah,

mawaddah, dan rahmah. Menurut UU RI no. 1-1974 perkawinan ialah ikatan

lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri

dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Hadikusuma, 2007).

UU RI no.1-1974 pasal 7 dijelaskan Perkawinan hanya diizinkan jika

pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita

sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun. Pasal 6 dijelaskan Untuk

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/41882/3/jiptummpp-gdl-vickyariex-47375-3-babii.pdf · bayi, 5) Rendahnya tingkat pendidikan, pernikahan

16

melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 (dua

puluh satu) tahun harus mendapat izin kedua orang tua. Pernikahan yang

dilakukan pada usia remaja dikategorikan sebagai pernikahan dini.

Pernikahan anak atau yang dikenal sebagai pernikahan dini

didefinisikan sebagai perkawinan yang dilakukan dibawah usia 18 tahun,

sebelum gadis (remaja) siap secara fisik, fisiologis, dan psikologis untuk

memikul tanggung jawab menikah dan melahirkan anak (Kibret., Mengestie.,

& Degu, 2014). Menurut Pasal 1 Konversi Hak Anak CRC, menyatakan

pernikahan dini atau pernikahan anak digunakan untuk menggambarkan

serikat hukum antara dua orang dari salah satu atau kedua pasangan berusia di

bawah 18 tahun (Delprato et al, 2015).

Di Ethopia, pernikahan dini oleh anak perempuan dipandang sebagai

cara untuk meningkatkan status ekonomi keluarga, memperkuat hubungan

antar keluarga, memastikan bahwa gadis tersebut menikah diwaktu perawan,

dan menghindari kemungkinan seorang gadis terlambat menikah (Kibret.,

Mengestie., & Degu, 2014). Di Bangladesh, mayoritas pernikahan dini

berlangsung didukung oleh beberapa penyebab seperti : kemiskinan, buta

huruf, jumlah anggota keluarga yang besar, kurangnya pengetahuan tentang

batasan usia pernikahan yang sebenarnya (Haque et al, 2014).

2.2.2 Batasan Usia Pernikahan

Secara fisik dan biologis, salah satu faktor utama sebagai penentu

kesiapan seseorang untuk menikah adalah usia. Menurut ilmu kesehatan usia

ideal menikah 20 hingga 25 tahun bagi wanita, dan usia 25-30 tahun bagi pria.

Masa ini adalah masa yang paling baik untuk berumah tangga, karena pada

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/41882/3/jiptummpp-gdl-vickyariex-47375-3-babii.pdf · bayi, 5) Rendahnya tingkat pendidikan, pernikahan

17

usia itu kematangan seksual dan kedewasaan seseorang sudah stabil.

Pernikahan yang berhasil dan bahagia sulit diharapkan dari seseorang yang

belum matang secara biologis dan fisiologis. Banyak fakta dilapangan yang

menunjukkan bahwa, pernikahan usia muda kerap berujung pada penyesalan,

perceraian dan hubungan kekeluargaan yang kurang sehat (Khairunnas,

2013).

2.2.3 Risiko Pernikahan Dini

Pernikahan dini membawa efek negatif yang luas pada remaja

perempuan di luar pendidikan. Remaja perempuan yang menikah muda lebih

rentan menderita kerugian psikologis, misalnya : depresi, harga diri rendah

dan juga pelecehan seksual dengan meningkatkan risiko penyakit menular

seksual dan HIV (Ahmed et al, 2013 dalam Delprato, et al, 2015).

Meningkatkan risiko selama masa kehamilan dan persalinan yang dapat

berakibat pada peningkatan risiko kematian.

Kehamilan pada masa remaja mempunyai risiko medis yang cukup

tinggi, karena pada masa remaja, alat reproduksi belum cukup matang untuk

melakukan fungsinya. Rahim (uterus) siap untuk melakukan fungsinya setelah

perempuan berusia 20 tahun, karena pada usia ini fungsi hormonal sudah

melewati masa kerja yang maksimal. Usia 14-19 tahun, sistem hormonal

belum stabil, hal ini dapat dilihat dari siklus menstruasi yang belum teratur

(Kusmiran, 2011).

Ketidakteraturan menstruasi pada remaja dapat berdampak buruk jika

terjadi kehamilan. Kehamilan menjadi tidak stabil, terjadinya perdarahan, dan

terjadi kematian janin atau abortus (Kusmiran, 2011). Kehamilan diusia muda

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/41882/3/jiptummpp-gdl-vickyariex-47375-3-babii.pdf · bayi, 5) Rendahnya tingkat pendidikan, pernikahan

18

sering berakhir dengan tindakan aborsi. Aborsi adalah tindakan yang sangat

berisiko, terutama bagi ibu yang masih muda. Keputusan ini biasanya diambil

karena dua sebab : Pertama, karena faktor kesehatan. Kehamilan diusia

muda kerap menimbulkan banyak masalah kesehatan. Untuk menghindari

risiko yang lebih jauh, biasanya tindakan aborsi terpaksa dilakukan. Kedua,

karena faktor ekonomi dan psikologis. Pasangan muda umumnya belum siap

secara ekonomi untuk menerima kelahiran seorang bayi. Selain itu, mereka

juga belum siap secara psikologis untuk menjadi seorang ayah atau ibu. Oleh

sebab itu mereka umumnya menunda kehamilan. Namun yang menjadi

persoalan pasangan seringkali lalai, sehingga terjadi kehamilan yang tidak

diinginkan (KTD). Jika sudah demikian, maka keputusan untuk melakukan

aborsi sering menjadi pilihan (Khairunnas, 2013).

Usia kehamilan yang terlalu dini pada saat persalinan akan

memperpanjang rentang usia reproduksi aktif, hal ini dapat meningkatkan

risiko kanker leher rahim (Kusmiran, 2011). Perempuan yang hamil di bawah

usia 18 tahun memiliki resiko kematian bayi 60% lebih besar daripada

perempuan yang hamil di atas usia 19 tahun. Jika bayi dapat lahir dengan

selamat, ia akan menderita Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), kekurangan

gizi, perkembangan fisik dan kognitif yang lambat (Haque et al, 2014).

Kehamilan di bawah usia 18 tahun dapat menyebabkan kekurangan

zat besi (Fe) dan kalsium (K) yang dapat mengarah ke osteoporosis dan

anemia, hal ini juga meningkatkan resiko kanker serviks (Haque et al, 2014).

Pernikahan dini juga berefek negatif pada : 1) Psikologis dan status sosial,

remaja yang menikah dini rentan mengalami depresi berat atau neuritis.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/41882/3/jiptummpp-gdl-vickyariex-47375-3-babii.pdf · bayi, 5) Rendahnya tingkat pendidikan, pernikahan

19

Mereka menarik diri dari pergaulan, menjadi pendiam atau tidak mau bergaul.

Lebih jauh lagi mereka akan terdorong melakukan hal-hal aneh untuk

melapiaskan amarahnya. Seperti perang piring, mencekik anak, dan

sebagainya (Khairunnas, 2013), 2) Kesehatan reproduksi, 3) Kurangnya

mengontrol kesehatan reproduksi, 4) Meningkatnya angka kematian ibu dan

bayi, 5) Rendahnya tingkat pendidikan, pernikahan dini mengakibatkan

remaja tidak mampu mencapai pendidikan yang lebih tinggi. Menurut data,

hanya 5,6% remaja yang menikah dini bisa melanjutkan pendidikannya.

Kondisi yang seperti ini tentu sangat tidak baik bagi remaja (Khairunnas,

2013). Rendahnya tingkat pendidikan pada perempuan yang menikah dini

dapat dikaitkan dengan faktor umum yang berhubungan dengan kemampuan,

siklus buta huruf, dan kemiskinan. Pernikahan dini mengakibatkan

perempuan meninggalkan sekolah, sehingga mengurangi kesempatan mereka

untuk belajar dan memperoleh keterampilan yang dapat dijadikan bekal untuk

memperoleh pekerjaan atau pendapatan (Svanemyr et al, 2012). Remaja

perempuan yang menikah cenderung memiliki keterbatasan jaringan sosial,

dibatasi mobilitas sosial, dan kurangnya pesan kesehatan. 6) Rentan terjadinya

perceraian, pasangan usia muda memiliki tingkat emosional yang masih labil.

Kondisi ini dapat menyebabkan mereka tidak mampu mengontrol kehidupan

rumah tangga dengan baik, sehingga kerapkali berujung pada pertengkaran

dan berakhir dengan perceraian (Khairunnas, 2013), 7) Kesulitan ekonomi,

pada umunya, remaja yang menikah di usia muda belum memiliki pekerjaan

yang tetap. Mereka belum memiliki penghasilan secara mandiri. Kondisi yang

seperti ini akan membuat tekanan hidup menjadi sangat berat. Jika tidak

mampu menyikapi dengan baik, maka ia rentan melakukan tindakan kriminal

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/41882/3/jiptummpp-gdl-vickyariex-47375-3-babii.pdf · bayi, 5) Rendahnya tingkat pendidikan, pernikahan

20

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Khairunnas, 2013), 8) Adanya

kekerasan dalam rumah tangga.

Menurut sebuah penelitian, sebanyak 44% anak perempuan yang

menikah dini mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dengan

tingkat frekuensi tinggi. Sisanya, 56% anak perempuan mengalami kekerasan

dalam rumah tangga (KDRT) dalam frekuensi rendah. Menurut Pasal 1 UU

Nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah

Tangga (UU PKDRT) KDRT adalah setiap perbuatan terhadap seseorang

terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau

penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan atau penelantaran rumah

tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau

perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah

tangga.

Bentuk KDRT yang rentan dialami oleh keluarga yang masih terlalu

muda, di antaranya :

a. Kekerasan Fisik

Kekerasan fisik ada dua macam, yaitu : Pertama, kekerasan fisik

berat, berupa penganiyaan berat seperti menendang; memukul, menyundut;

melakukan percobaan pembunuhan atau semua perbuatan lain yang dapat

mengakibatkan : cedera berat; tidak mampu menjalankan tugas sehari-hari;

pingsan; luka berat pada tubuh korban dan atau luka yang sulit disembuhkan;

kehilangan salah satu panca indera, mendapat cacat; menderita sakit lumpuh;

terganggunya daya pikir selama 4 minggu lebih; gugurnya atau matinya

kandungan seorang perempuan; dak kematian korban. Kedua, kekerasan fisik

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/41882/3/jiptummpp-gdl-vickyariex-47375-3-babii.pdf · bayi, 5) Rendahnya tingkat pendidikan, pernikahan

21

ringan, berupa menampar, menjambak, mendorong, an perbuatan lainnya

yang dapat mengakibatkan cidera ringan; rasa sakit dan luka secara fisik.

b. Kekerasan Psikis

Kekerasan psikis berat, tindakan ini berupa pengendalian, manipulasi,

eksploitasi, kesewenangan, perendahan dan penghinaan, dalam bentuk

pelarangan, pemaksaan dan isolasi sosial; tindakan dan atau ucapan yang

merendahkan atau menghina; penguntitan; kekerasan dan atau ancaman

kekerasan fisik, seksual dan ekonomis; yang masing-masing dapat

mengakibatkan penderitaan psikis berat berupa salah satu atau beberapa hal

berikut: gangguan tidur, gangguan makan, ketergantungan obat, disfungsi

seksual, gangguan stress pasca trauma, gangguan fungsi tubuh berat (tiba-tiba

mengalami kelumpuhan atau buta tanpa indikasi medis), depresi berat atau

destruksi diri, gangguan jiwa dalam bentuk hilangnya kontak dengan realitas

seperti skizofrenia, dan bunuh diri.

c. Kekerasan Seksual

Kekerasan seksual terbagi dalam dua macam, Pertama, kekerasan

seksual berat, berupa : pelecehan seksual dengan kontak fisik, seperti meraba,

menyentuh organ seksual, mencium secara paksa, merangkul serta perbuatan

lain yang menimbulkan rasa muak atau jijik, terteror, terhina dan merasa

dikendalikan, pemaksaan hubungan seksual tanpa persetujuan korban,

pemaksaan hubungan seksual dengan cara yang tidak disukai, merendahkan

atau menyakitkan, pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain utnuk

tujuan tertentu, dan tindakan seksual dengan kekerasan fisik dengan atau

tanpa bantuan alat yang menimbulkan rasa sakit, luka atau cedera. Kedua,

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/41882/3/jiptummpp-gdl-vickyariex-47375-3-babii.pdf · bayi, 5) Rendahnya tingkat pendidikan, pernikahan

22

kekerasan seksual ringan, berupa pelecehan seksual secara verbal seperti :

komentar verbal, gurauan porno, siulan, ejekan dan julukan atau secara non

verbal, seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh ataupun perbuatan lainnya yang

meminta perhatian seksual yang tidak dikehendaki.

d. Kekerasan Ekonomi. Melarang korban bekerja tapi menelantarkannya,

merampas atau memanipulasi harta benda korban.

e. Siksaan Emosional. Merusak harga diri seseorang. Misalnya dengan kritik

yang terus menerus, memanggil dengan nama yang jelek, merusak hubungan

dengan anak dan sebagainya.

f. Pengendalian Sistem Reproduksi dan Pemaksaan Seksual. Mengontrol

kehamilan pasangan secara paksa dengan mengatur pemakaian pil kontrasepsi

atau melarang penggunaan kondom, menyuruh melakukan aborsi.

g. Siksaan Budaya dan Identitas. Melecehkan berdasarkan ras, status, identitas

gender, dan sebagainya.

2.3 Konsep Persepsi

2.3.1 Pengertian Persepsi

Secara etimologis, persepsi berasal dari bahasa Latin perceptio; dari

precipere, yang memiliki arti mengambil atau menerima. Persepsi merupakan

proses penyortiran, menginterpretasikan, menganalisis dan mengintegrasi

rangsangan atau informasi dalam otak dan apa yang ditangkap oleh organ

indra (Feldman, 2012). Teori rangsangan-tanggapan (stimulus-respons/SR),

persepsi bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah

rangsangan diterapkan kepada manusia (Sobur, 2010).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/41882/3/jiptummpp-gdl-vickyariex-47375-3-babii.pdf · bayi, 5) Rendahnya tingkat pendidikan, pernikahan

23

2.3.2 Macam-macam Persepsi

Persepsi memiliki dua macam, yakni : a) persepsi eksternal, persepsi

ini dapat terjadi karena adanya rangsangan dari luar diri seseorang dan, b)

persepsi internal, persepsi ini dapat terjadi karena adanya rangsangan dari

dalam diri seseorang. Panca indra berperan penting sebagai penghubung

antara individu dengan dunia luar karena proses pertama terjadinya persepsi

melalui panca indra (Sunaryo, 2013).

2.3.3 Ciri-ciri Persepsi

Persepsi memiliki tujuh ciri-ciri, yakni : a) Proses pengorganisasian

dari berbagai pengalaman, b) Proses menghubungkan antara pengalaman

masa lalu dengan pengalaman yang baru, c) Proses pemilihan informasi, d)

Proses teorisasi dan rasionalisasi, e) Proses penafsiran atau pemaknaan pesan

verbal dan nonverbal, f) Proses interaksi dan komunikasi berbagai

pengalaman internal dan eksternal, g) Melakukan penyimpulan atau

keputusan, pengertian, yang membentuk wujud persepsi individu. Sangat

pentingnya keberadaan persepsi, semua individu hendaknya tidak boleh salah

persepsi. Kesalahan persepsi dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, seperti :

kepribadian pencemburu, pemarah, apatis, skeptis, dan lain sebagainya yang

dapat mengakibatkan salah persepsi (Marliani, 2014).

2.3.4 Syarat Terjadinya Persepsi

Persepsi dapat terjadi melalui tiga syarat, yakni: a) Adanya Objek,

objek berperan sebagai stimulus, sedangkan panca indra berperan sebagai

reseptor. b) Adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/41882/3/jiptummpp-gdl-vickyariex-47375-3-babii.pdf · bayi, 5) Rendahnya tingkat pendidikan, pernikahan

24

persepsi. c) Saraf sensorik sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak

(pusat saraf atau pusat kesadaran), yang kemudian dibawa melalui saraf

motorik sebagai alat untuk mengadakan respons (Sunaryo, 2013).

2.3.5 Faktor-faktor yang Berperan dalam Persepsi

Berkaitan dengan faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat

dikemukakan sebagai berikut :

a) Objek yang dipersepsi. Objek yang dapat menimbulkan stimulus yang

mengenai alat indra atau reseptor. Stimulus timbul dari luar individu atau dari

dalam individu yang mempersepsi yang bersangkutan langsung dengan syaraf

penerima yang bekerja sebagai reseptor.

b) Alat indra, syaraf, dan pusat susunan syaraf sebagai syarat fisiologis

Alat indra atau reseptor merupakan alat ukur menerima stimulus. Di samping

itu juga syaraf sensoris berperan penting sebagai alat untuk meneruskan

stimulus yang diterima oleh reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu otak

sebagai pusat kesadaran, sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan

syaraf motoris.

c) Perhatian. Perhatian merupakan langkah pertama sebagai persiapan dalam

rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan konsentrasi dari seluruh

aktivitas individu yang ditujukan kepada sekumpulan objek (Walgito, 2010).

2.3.6 Proses Terjadinya Persepsi

Persepsi dapat terjadi melalui tiga proses, yakni : a) Proses Fisik, b)

Proses Fisiologis, dan c) Proses Psikologis. Ketiga proses inilah yang sangat

diperlukan untuk tercapainya persepsi yang baik (Sunaryo, 2013). Dalam

proses persepsi ada tiga komponen utama, yakni :

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/41882/3/jiptummpp-gdl-vickyariex-47375-3-babii.pdf · bayi, 5) Rendahnya tingkat pendidikan, pernikahan

25

a. Seleksi merupakan proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari

luar, intensitas dan jenisnya banyak atau sedikit.

b. Interpretasi merupakan proses mengorganisasikan informasi sehingga

memiliki arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai faktor,

yakni : pengalaman masa lalu, nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan

kecerdasan. Interpretasi bergantung pada kemampuan seseorang untuk

mengkategorikan informasi yang diterima, yaitu proses mereduksi informasi

yang kompleks menjadi sederhana.

c. Kemudian interpretasi dan persepsi diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku

sebagai reaksi (Depdikbud, 1985 dalam Sobur, 2010).

2.3.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Ada banyak faktor yang akan menyebabkan stimulus dapat masuk ke

dalam rentang perhatian. Faktor penyebab ini dapat terbagi menjadi dua

bagian besar yaitu faktor eksternal, dimana faktor ini melekat pada objeknya

dan faktor internal, dimana faktor ini terdapat pada orang yang

mempersepsikan stimulus tersebut.

a. Faktor Eksternal

1) Kontras. Cara termudah untuk menarik perhatian yakni dengan

menggunakan kontras yang baik pada warna, ukuran, bentuk atau

gerakan.

2) Perubahan intensitas. Suara yang berubah dari pelan menjadi keras, atau

cahaya yang berubah dengan intensitas tinggi akan menarik perhatian

seseorang.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/41882/3/jiptummpp-gdl-vickyariex-47375-3-babii.pdf · bayi, 5) Rendahnya tingkat pendidikan, pernikahan

26

3) Pengulangan (repetition) : dengan adanya pengulangan, walaupun pada

mulanya stimulus tidak masuk dalam rentang perhatian seseorang, maka

akhirnya akan mendapat perhatian dengan dilakukan pengulangan.

4) Sesuatu yang baru (novelty). Suatu stimulus yang baru akan lebih menarik

perhatian seseorang daripada sesuatu yang telah diketahui.

5) Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak. Suatu stimulus yang

menjadi perhatian orang banyak akan menarik perhatian seseorang.

b. Faktor Internal

Faktor internal yang ada pada seseorang akan mempengaruhi

bagaimana seseorang menginterpretasikan stimulus yang dilihatnya. Itulah

sebabnya stimulus yang sama dapat dipersepsikan secara berbeda. Dalam

ilmu psikologi, untuk mengetahui faktor internal yang ada dalam diri

seseorang dapat menggunakan stimulus tertentu, stimulus yang diberikan ini

dapat memancing berbagai macam pendapat. Teknik ini disebut teknik

proyeksi. Faktor yang ada dalam faktor internal yakni :

1) Pengalaman atau pengetahuan. Pengalaman atau pengetahuan yang

dimiliki oleh seseorang merupakan faktor yang sangat berperan dalam

menginterpretasikan stimulus yang diperoleh. Pengalaman masa lalu

akan menyebabkan terjadinya perbedaan interpretasi. Oleh karena itu,

berilah pengalaman dan pengetahuan yang positif sehingga seseorang

akan mempersepsikan dunia dengan lebih positif pula.

2) Harapan atau expectation. Harapan terhadap sesuatu akan

mempengaruhi persepsi terhadap stimulus.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/41882/3/jiptummpp-gdl-vickyariex-47375-3-babii.pdf · bayi, 5) Rendahnya tingkat pendidikan, pernikahan

27

3) Kebutuhan. Kebutuhan akan menyebabkan stimulus tersebut dapat

masuk dalam rentang perhatian seseorang dan kebutuhan ini akan

menyebabkan seseorang meginterpretasikan stimulus secara berbeda.

4) Motivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang.

5) Emosi seseorang akan mempengaruhi persepsinya terhadap stimulus

yang ada.

6) Budaya. Seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan

menginterpretasikan orang-orang dalam kelompoknya secara berbeda,

namun akan mempersepsikan orang-orang diluar kelompoknya

sebagai sama saja (Notoatmodjo, 2010).

2.4 Konsep Pendidikan Kesehatan

2.4.1 Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan merupakan bagian dari ilmu kesehatan dalam

serangkaian upaya yang ditujukan untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari

individu, kelompok, keluarga, dan masyarakat agar terlaksananya perilaku

hidup sehat. Pendidikan kesehatan sebagai penunjang bagi terlaksananya

program-program kesehatan lainnya (Setiawati & Dermawan, 2008).

Pendidikan kesehatan bukan hanya berhubungan dengan komunikasi

informasi, tetapi juga berhubungan dengan adopsi motivasi, keterampilan,

dan kepercayaan diri untuk melakukan tindakan memperbaiki kesehatan.

Informasi yang dikomunikasikan adalah hal-hal yang berhubungan dengan

kondisi sosial, ekonomi, lingkungan yang berdampak pada kesehatan, faktor

risiko individual, perilaku berisiko, dan penggunaan sistem pelayanan

kesehatan (Nursalam & Efendi, 2009). Pendidikan kesehatan diharapkan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/41882/3/jiptummpp-gdl-vickyariex-47375-3-babii.pdf · bayi, 5) Rendahnya tingkat pendidikan, pernikahan

28

dapat terefleksikan dalam cara berpikir dan bertindak di kehidupan sehari-hari

(Efendi & Makhfudli, 2009).

2.4.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan Pernikahan Dini

Melalui penyuluhan pendidikan kesehatan pernikahan dini, ditujukan

pada para remaja agar memiliki sikap : a) Tidak terburu-buru menikah, b)

Memiliki pandangan yang jauh ke depan, c) Memiliki semangat tinggi untuk

mewujudkan cita-cita dan berkarier, d) Menyadari pernikahan harus dilakukan

pada saat yang tepat, ketika mereka sudah siap secara mental, mampu secara

finansial, dan kokoh secara spiritual (Khairunnas, 2013).

2.4.3 Sasaran Pendidikan Kesehatan

a) Sasaran Primer. Sasaran utama dan menjadi sasaran langsung atas upaya

melukan pendidikan kesehatan atau promosi kesehatan. Misalnya pada

pasangan usia subur untuk sasaran penyuluhan penggunaan alat kontrasepsi.

b) Sasaran Sekunder. Sasaran yang terdiri dari : tokoh agama, tokoh adat dan

tokoh masyarakat. Diberikannya pendidikan kesehatan pada kelompok ini,

akan mempercepat penerimaan informasi kesehatan sehingga perubahan

perilaku kesehatan yang diharapkan dapat tercapai (Setiawati & Dermawan,

2008).

2.4.4 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Ruang Lingkup pendidikan kesehatan didasarkan pada dua aspek, yakni :

1) Berdasarkan aspek kesehatan. a. Aspek Promotif. Sasarannya adalah

masyarakat yang ada dalam rentang sehat, sehingga perlu dipertahankan status

kesehatannya. b. Aspek Preventif meliputi : a) Pencegahan Primer, sasarannya

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/41882/3/jiptummpp-gdl-vickyariex-47375-3-babii.pdf · bayi, 5) Rendahnya tingkat pendidikan, pernikahan

29

adalah masyarakat yang berisiko terpapar berbagai penyakit atau terganggu

akan kesehatannya, b) Pencegahan Sekunder, sasaran dari pencegahan

sekunder adalah para penderita yang mengalami penyakit kronik, c)

Pencegahan Tersier, sasarannya adalah penderita yang baru sembuh dari

sakitnya.

2) Berdasarkan tatanan kesehatan meliputi : a. Tatanan Keluarga, keluarga

merupakan unit terkecil di masyarakat yang memiliki peranan yang sangat

penting dalam penyampaian informasi kesehatan, b. Tatanan Sekolah, sekolah

merupakan rumah kedua bagi anak-anak usia sekolah, begitu juga guru adalah

orang tua kedua bagi anak usia sekolah. Pemberian informasi kesehatan bisa

dilakukan disekolah, c. Tempat Kerja, dapat dijadikan sebagai tempat

pemberian pendidikan kesehatan bagi tenaga kerja yang ada dilingkungan

perusahaan, d. Tempat Umum, fasilitas umum seperti pasar, terminal,

pelabuhan dapat dijadikan tempat untuk pemberian informasi kesehatan

dengan sasaran kepada masyarakat yang berada di wilayah tersebut, e. Fasilitas

Pelayanan Kesehatan, sangat tepat untuk pemberian informasi kesehatan,

seperti di balai pengobatan, klinik, puskesmas, dan rumah sakit (Setiawati &

Dermawan, 2008).

2.4.5 Konsep Pendidikan Kesehatan

Konsep dasar pendidikan kesehatan adalah suatu proses belajar yang

di dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau

perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang. Seseorang

dikatakan belajar apabila di dalam dirinya terjadi perubahan dari yang awalnya

tidak tahu atau menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa. Kegiatan pendidikan

kesehatan memiliki tiga ciri, yakni : a. Belajar adalah kegiatan yang mampu

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/41882/3/jiptummpp-gdl-vickyariex-47375-3-babii.pdf · bayi, 5) Rendahnya tingkat pendidikan, pernikahan

30

menghasilkan perubahan pada diri individu, kelompok atau masyarakat yang

sedang belajar baik secara aktual maupun potensial, b. Perubahan didapatkan

karena kemampuan baru yang berlaku dalam jangka waktu yang lama, c.

Perubahan yang terjadi karena usaha dan disadari bukan suatu kebetulan.

Bertitik tolak dari konsep pendidikan tersebut, maka konsep

pendidikan kesehatan merupakan proses belajar pada individu, kelompok

atau masyarakat dari yang tidak tahu tentang nilai-nilai kesehatan menjadi

tahu, serta dari yang tidak mampu menangani masalah kesehata menjadi

mampu mengatasi masalah kesehatan (Fitriani, 2011).

2.4.6 Proses Pendidikan Kesehatan

Proses

Gambar 2.1 Proses Pendidikan Kesehatan

Dalam proses belajar terdapat tiga persoalan pokok, yakni : 1)

Persoalan masukan (input), hal ini menyangkut pada sasaran didik yaitu

individu, kelompok serta masyarakat yang sedang belajar, 2) Persoalan proses,

mekanisme dan interaksi terjadinya perubahan kemampuan (perilaku) pada

diri subjek belajar tersebut, 3) Persoalan keluaran (output), hasil belajar yang

berupa kemampuan atau perubahan perilaku dari subjek belajar (Fitriani,

2011).

2.4.7 Tahapan Kegiatan Pendidikan Kesehatan

Berikut dijelaskan tahapan dari kegiatan kesehatan, yakni : a. Tahap

Sensitilasi, tahap ini dilakukan untuk memberikan informasi dan kesadaran

Input Output

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/41882/3/jiptummpp-gdl-vickyariex-47375-3-babii.pdf · bayi, 5) Rendahnya tingkat pendidikan, pernikahan

31

pada masyarakat tentang masalah kesehatan. Pada kegiatan ini tidak

memberikan pengetahuan, dan tidak pula merujuk pada perubahan sikap,

serta tidak bermaksud untuk merubah perilaku masyarakat. Bentuk kegiatan

pada tahap ini melalui siaran radio, poster, dan lain-lain, b. Tahap Publisitas,

bentuk dari kegiatan tahap ini berupa Press release yang dikeluarkan oleh

Departemen Kesehatan untuk memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai

jenis atau macam pelayanan kesehatan, c. Tahap Edukasi, tujuan dari kegiatan

ini untuk meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan mengarahkan

pada perilaku yang diinginkan, d. Tahap Motivasi, masyarakat setelah benar-

benar mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan mampu mengubah perilaku

sesuai dengan yang dianjurkan kesehatan (Fitriani, 2011).

Kegiatan penelitian meliputi : kegiatan pre test dilakukan pada hari satu

hari sebelum dilakukan intervensi. Intervensi: diberikan pendidikan kesehatan

selama 35 menit remaja mengikuti pendidikan kesehatan, diawali dengan fase

orientasi selama 5 menit, pemberian materi dengan metode ceramah

dilakukan selama 15 menit, pemutaran media seta penutup dilakukan selama

15 menit. Setelah intervensi selesai diberikan langsung dilakukan post test

untuk mengukur persepsi pernikahan dini pada remaja. Penelitian ini

memberikan intervensi audiovisual dan ceramah dua kali dengan jarak waktu

pemberian 45 menit (Kapti., Rustina., & Widyatuti, 2013). Post test dilakukan

pada saat setelah intervensi yang ditujukan untuk menghindari adanya bias.

2.4.8 Faktor-Faktor Kegiatan Pendidikan Kesehatan

a) Faktor Predisposisi (Predisposing factors). Faktor ini mencakup pengetahuan dan

sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/41882/3/jiptummpp-gdl-vickyariex-47375-3-babii.pdf · bayi, 5) Rendahnya tingkat pendidikan, pernikahan

32

terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, nilai yang dianut

masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi.

b) Faktor Pendukung (Enabling factors). Faktor ini mencakup ketersediaan sarana

dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat. Pada hakikatnya

fasilitas sangat mendukung untuk terwujudnya perilaku kesehatan.

c) Faktor Penguat (Reinforcing factors). Meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh

masyarakat (toma), tokoh agama (toga), dan petugas kesehatan. Termasuk

juga undang-undang, peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun daerah

yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat bukan

hanya memerlukan pengetahuan dan sikap positif serta adanya dukungan

fasilitas, melainkan diperlukan keteladanan dari para toma, toga, dan petugas

kesehatan. Undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku

masyarakat tersebut (Nursalam & Efendy, 2009).

2.4.9 Metode Pendidikan Kesehatan

Metode pendidikan kesehatan merupakan cara yang digunakan agar

informasi kesehatan yang diberikan dapat dengan mudah dipahami oleh

sasaran. Sasaran pendidikan kesehatan dalam keperawatan komunitas adalah

individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Menurut Notoatmodjo (2007),

metode pendidikan kesehatan yang dapat diterapkan antara lain :

a. Metode Pendidikan Individual

Dasar digunakannya pendekatan individual karena setiap orang

mempunyai masalah atau alasan yang berbeda terhadap penerimaan

atau perubahan perilaku baru.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/41882/3/jiptummpp-gdl-vickyariex-47375-3-babii.pdf · bayi, 5) Rendahnya tingkat pendidikan, pernikahan

33

b. Metode Pendidikan Kelompok

Pemilihan metode kelompok harus memperhatikan besarnya

kelompok serta tingkat pendidikan formal sasaran. Kelompok dalam

metode ini terbagi menjadi dua, yakni :

1) Kelompok besar. Jumlah peserta lebih dari 15 orang dengan

metode yang sesuai untuk kelompok besar antara lain : a)

Ceramah, metode ini sangat cocok untuk sasaran yang

berpendidikan tinggi maupun rendah. Metode ceramah dilakukan

dengan ditujukan sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang

partisipatif, selain itu metode ceramah cenderung bersifat

interaktif, yaitu melibatkan peserta melalui adanya tanggapan balik

atau perbandingan pendapat dan pengalaman peserta dengan

menggunakan media pendukung yang dapat digunakan. Hal-hal

yanng perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah,

yakni :

Persiapan : (1) Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu

sendiri menguasai materi yang akan diceramahkan, (2)

Mempelajari materi dengan dengan sistematika yang baik, (3)

Mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran.

Pelaksanaan : (1) Penceramah memiliki sikap dan penampilan

yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah, (2)

Suara hendaknya cukup keras dan jelas, (3) Pandangan harus

tertuju ke seluruh peserta ceramah, (4) Berdiri di depan (di

pertengahan), seyogyanya tidak duduk, (5) Menggunakan alat

bantu lihat (AVA) semaksimal mungkin (Notoatmodjo, 2010),

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/41882/3/jiptummpp-gdl-vickyariex-47375-3-babii.pdf · bayi, 5) Rendahnya tingkat pendidikan, pernikahan

34

dan b) Seminar, metode ini cocok untuk sasaran kelompok besar

dengan pendidikan menengah ke atas. Seminar merupakan suatu

penyajian dari ahli atau pakar yang membahas suatu topik

dianggap hangat dan penting di masyarakat.

2) Kelompok kecil. Jumlah peserta kurang dari 15 orang dengan

metode yang sesuai untuk kelompok kecil antara lain : a) Diskusi

Kelompok, b) Brainstorming, c) Role Play.

c. Metode Pendidikan Massa

Metode ini sesuai ditujukan kepada masyarakat luas dengan

pendekatan yang digunakan untuk menggugah kesadaran masyarakat

terhadap suatu inovasi awarness dan belum diharapkan adanya

perubahan perilaku (Widyanto, 2014).

2.4.10 Media Pendidikan Kesehatan

Media pendidikan kesehatan pada hekekatnya adalah alat bantu

pendidikan (AVA), disebut sebagai media pendidikan kesehatan karena alat-

alat tersebut merupakan saluran untuk menyampaikan pesan kesehatan guna

mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat atau

klien. Berdasarkan fungsi sebagai saluran untuk menyampaikan kesehatan,

media dibagi menjadi tiga, yakni :

a. Media Cetak. Menyampaikan pesan kesehatan melalui media cetak sangat

bervariasi, diantaranya : 1) Booklet, suatu media untuk menyampaikan

pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar,

2) Leaflet, bentuk penyampaian informasi atau pesan kesehatan melalui

lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat berbentuk kalimat atau gambar,

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/41882/3/jiptummpp-gdl-vickyariex-47375-3-babii.pdf · bayi, 5) Rendahnya tingkat pendidikan, pernikahan

35

atau kombinasi, 3) Flyer (selebaran) berbentuk seperti leaflet tetapi tidak

dalam bentuk lipatan, 4) Flip Chart (lembar balik) merupakan media

penyampaian pesan atau informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik.

Media ini berbentuk buku di mana tiap lembar(halaman) berisi gambar

peragaan dan dibaliknya berisi kalimat sebagai pesan atau informasi yang

berkaitan dengan gambar tersebut, 5) Rubrik atau tulisan pada surat kabar

atau majalah mengenai bahasan suatu masalah kesehatan atau hal-hal yang

berkaitan dengan kesehatan, 6) Poster berbentuk media cetak berisi pesan

atau informasi kesehatan yang biasanya ditempel di tembok, tempat

umum, atau di kendaraan umum, 7) Foto yang mengungkapkan

informasi-informasi kesehatan (Fitriani, 2011). Adapun kelebihan dan

kekurangan dari media cetak, sebagai berikut :

Kelebihan media cetak yakni : a) Tahan lama, b) Mencakup banyak orang,

c) Biaya tidak tinggi. c) Tidak perlu listrik, d) Dapat dibawa kemana-mana,

e) Dapat mengungkit rasa keindahan, f) Mempermudah pemahaman, g)

Meningkatkan gairah belajar. Kelemahan media cetak, yakni : a) Media

cetak tidak dapat menstimulir efek suara dan efek gerak, b) Mudah

terlipat (Notoatmodjo, 2010).

b. Media Elektronik yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat

dan didengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu

elektronika (Notoatmodjo, 2010). Media ini sebagai sasaran untuk

menyampaikan pesan atau informasi kesehatan dengan jenis yang

berbeda-beda, diantaranya ialah : 1) Televisi, penyampaian pesan atau

informasi kesehatan melalui media televisi dapat dalam bentuk sandiwara,

sinetron, forum diskusi, TV spot, pidato, quiz, 2) Radio, penyampaian

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/41882/3/jiptummpp-gdl-vickyariex-47375-3-babii.pdf · bayi, 5) Rendahnya tingkat pendidikan, pernikahan

36

pesan atau informasi kesehatan melalui media radio dapat berbentuk

obrolan, ceramah, radio spot, 3) Video, penyampaian pesan atau

informasi kesehatan melalui video slide dan video film strip Fitriani,

2011). Adapun kelebihan dan kelemahan media elektronik, sebagai

berikut :

Kelebihan media elektronik, yakni : a) Sudah dikenal masyarakat, b)

Mengikut sertakan semua panca indra, c) Lebih mudah dipahami, d)

Lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak, e)Bertatap muka, f)

Penyajian dapat dikendalikan, g) Jangkauan relatif lebih besar, h) Sebagai

alat diskusi dan dapat diulang-ulang. Kelemahan media elektronik, yakni :

a) Biaya lebih tinggi, b) Rumit, c) Perlu alat canggih untuk memproduksi,

d) Peralatan selalu berkembang dan berubah, e) Perlu keterampilan

penyimpanan dan pengoperasian (Notoatmodjo, 2010).

c. Media Papan (Billboard). Papan ini dipasang di tempat-tempat umum yang

dapat berisikan pesan atau informasi kesehatan (Fitriani, 2011). Adapun

kelebihan dan kelemahan media papan (bildboard), sebagai berikut :

Kelebihan media papan (bildboard), yakni : a) Sebagai informasi umum dan

hiburan, b) Lebih mudah dipahami, c) Jangkauan relatif lebih besar.

Kelemahan media papan (bildboard), yakni : a) Biaya lebih tinggi, b) Rumit,

c) Ada yang memerlukan listrik, d) perlu persiapan matang, e) Ada yang

memerlukan alat canggih untuk memproduksi. (Notoatmodjo, 2010).

2.5 Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Persepsi Pernikahan Dini Pada Siswa Madrasah Aliyah Negeri 3 Malang

Remaja merupakan masa kehidupan individu yang mengalami

eksplorasi psikologis untuk menemukan identitas diri. Usia remaja

dikelompokkan menjadi 2 yakni : 1) Usia remaja muda (12-15 tahun), dan 2)

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/41882/3/jiptummpp-gdl-vickyariex-47375-3-babii.pdf · bayi, 5) Rendahnya tingkat pendidikan, pernikahan

37

Usia remaja penuh (16-19 tahun) (Kusmiran, 2011). Rentang Usia siswa

SMA/MA 16 sampai 18 tahun. Seorang remaja yang sudah menikah, maka ia

masuk dalam masa dewasa (Ayalew., Mengistie., & Semahegn, 2014).

Pernikahan anak atau yang dikenal sebagai pernikahan dini

didefinisikan sebagai perkawinan yang dilakukan dibawah usia 18 tahun,

sebelum gadis(remaja) siap secara fisik, fisiologis, dan psikologis siap untuk

memikul tanggung jawab menikah dan melahirkan anak (Kibret., Mengestie.,

& Degu, 2014). Menurut Pasal 1 Konversi Hak Anak CRC, menyatakan

pernikahan dini atau pernikahan anak digunakan untuk menggambarkan

serikat hukum antara dua orang dari salah satu atau kedua pasangan berusia di

bawah 18 tahun (Delprato et al, 2015).

Di Ethopia, pernikahan dini oleh anak perempuan dipandang sebagai

cara untuk meningkatkan status ekonomi keluarga, memperkuat hubungan

antar keluarga, memastikan bahwa gadis tersebut menikah diwaktu perawan,

dan menghindari kemungkinan seorang gadis terlambat menikah (Kibret.,

Mengestie., & Degu, 2014). Di Bangladesh, mayoritas pernikahan dini

berlangsung didukung oleh beberapa penyebab seperti : kemiskinan, buta

huruf, jumlah anggota keluarga yang besar, kurangnya pengetahuan tentang

batasan usia pernikahan yang sebenarnya (Haque et al, 2014).

Pernikahan dini memiliki efek negatif yang luas pada anak perempuan

di luar pendidikan. Efek dan konsekuensi yang luas pada pernikahan dini

mengarah ke awal kehamilan yang dapat meningkatkan risiko komplikasi

selama kehamilan dan persalinan. Peningkatan risiko kematian dan

komplikasi seperti fistula obstetri lebih besar untuk anak perempuan pada

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/41882/3/jiptummpp-gdl-vickyariex-47375-3-babii.pdf · bayi, 5) Rendahnya tingkat pendidikan, pernikahan

38

remaja awal dan remaja tengah. Kematian ibu terkait kehamilan dan

persalinan merupakan komponen penting dari kematian anak perempuan

berusia 15-19 di seluruh dunia, terhitung 70.000 angka kematian setiap tahun.

Risiko kematian akibat kehamilan 4 kali lebih tinggi dialami oleh remaja di

bawah usia 16 tahun dibandingkan dengan perempuan usia 20 tahun

(Svanemyr et al, 2012). Remaja dan kehamilan, hamil saat usia muda kerap kali

berkaitan dengan munculnya kanker rahim, kejadian ini berkaitan dengan

belum sempurnanya perkembangan dinding uterus (Makhfudli & Efendi,

2009).

Bayi yang lahir dari ibu yang berusia muda, lebih rentan lahir

prematur dengan berat badan rendah, dan mengalami masalah kesehatan yang

serius. Pernikahan dini telah terbukti meningkatkan kemungkinan infeksi

HIV dan kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan dan eksploitasi.

Pernikahan dini sering mengakibatkan perempuan meninggalkan pendidikan

di sekolah, mengurangi kesempatan mereka untuk belajar dan memperoleh

keterampilan yang akan memungkinkan mereka untuk memulai suatu

kegiatan yang menghasilkan pendapatan atau mencari pekerjaan (Svanemyr et

al , 2012).

Seorang perawat, akan dihadapkan pada berbagai pertanyaan

mengenai masalah kesehatan yang ada disekitar kita. Mengapa masih banyak

pernikahan dini ? Pertanyaan tersebut akan mengarahkan perawat untuk

memahami dengan baik antara pendidikan kesehatan dan perilaku kesehatan

(Nursalam & Efendi, 2009). Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan

proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapkan.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/41882/3/jiptummpp-gdl-vickyariex-47375-3-babii.pdf · bayi, 5) Rendahnya tingkat pendidikan, pernikahan

39

Rangsangan yang dimaksudkan adalah pendidikan kesehatan (Sobur, 2010).

Pendidikan kesehatan merupakan bentuk intervensi keperawatan komunitas

yang ditujukan agar perilaku masyarakat yang berisiko maupun yang telah

mengalami penyakit mempunyai pengaruh positif terhadap pemeliharaan

kesehatan dan peningkatan kesehatan.

Perawat dapat mengembangkan berbagai aktivitas, memberikan klien

informasi baru dan kesempatan untuk mempraktikkan keterampilan baru

(Widyanto, 2014). Penelitian terbaru menunjukkan bahwa pendidikan

kesehatan yang dirancang dengan baik akan mempermudah seseorang dalam

memahami informasi yang disampaikan, meningkatkan pengetahuan dan

kepuasan seseorang serta berkontribusi untuk mengurangi penggunaan

layanan kesehatan dan meminimalkan biaya (Mendes, E.R. da R et al, 2015).

Salah satu metode yang digunakan dalam pendidikan kesehatan adalah

ceramah dengan menggunakan media video. Penelitian yang dilakukan oleh

Mendes, E.R. da R et al (2015), menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan

menggunakan video menghasilkan persepsi yang baik.