27
24 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menyusui 2.1.1 Definisi Menyusui Menyusui adalah suatu proses alamiah dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah seperti menyusui tidaklah selalu mudah sehingga perlu pengetahuan dan latihan yang tepat. Survei menunjukkan terdapat 40% wanita yang tidak menyusui bayinya karena banyak yang mengalami nyeri dan pembengkakan payudara (Rinata et al., 2016). Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyusui didefinisikan organ tubuh yang terletak dibagian dada wanita dan dapat menghasilkan makanan untuk bayi berupa cairan atau air susu. Ini adalah cara yang ideal bagi ibu untuk memberikan kasih sayang pada anaknya dalam memenuhi gizi bayi dan dapat menurunkan risiko infeksi pada anak termasuk sindrom kematian mendadak bayi (Colombo et al., 2018). Menyusui merupakan suatu cara yang ideal dalam memberikan makanan bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat serta dapat mempengaruhi biologis dan kejewaan terhadap kesehatan ibu dan bayi. Menyusui merupakan suatu cara yang tidak ada duanya dalam memberikan makanan ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat serta mempunyai pengaruh biologis dan kejiwaan unik terhadap kesehatan ibu dan bayi (Sari et al., 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menyusui 2.1.1 Definisi

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menyusui 2.1.1 Definisi

24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Menyusui

2.1.1 Definisi Menyusui

Menyusui adalah suatu proses alamiah dalam lingkungan kebudayaan

kita saat ini melakukan hal yang alamiah seperti menyusui tidaklah selalu

mudah sehingga perlu pengetahuan dan latihan yang tepat. Survei

menunjukkan terdapat 40% wanita yang tidak menyusui bayinya karena

banyak yang mengalami nyeri dan pembengkakan payudara (Rinata et al.,

2016). Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyusui

didefinisikan organ tubuh yang terletak dibagian dada wanita dan dapat

menghasilkan makanan untuk bayi berupa cairan atau air susu. Ini adalah cara

yang ideal bagi ibu untuk memberikan kasih sayang pada anaknya dalam

memenuhi gizi bayi dan dapat menurunkan risiko infeksi pada anak termasuk

sindrom kematian mendadak bayi (Colombo et al., 2018).

Menyusui merupakan suatu cara yang ideal dalam memberikan

makanan bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat serta dapat

mempengaruhi biologis dan kejewaan terhadap kesehatan ibu dan bayi.

Menyusui merupakan suatu cara yang tidak ada duanya dalam memberikan

makanan ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi yang sehat serta

mempunyai pengaruh biologis dan kejiwaan unik terhadap kesehatan ibu dan

bayi (Sari et al., 2014).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menyusui 2.1.1 Definisi

25

2.1.2 Klasifikasi Menyusui

Menurut laporan Riskesdas (Kemenkes, 2014) pola menyusui terdapat tiga

kategori yaitu:

a. Menyusui eksklusif

Merupakan suatu kondisi dimana memberikan asupan ASI idak memberi bayi

makanan atau minuman lain kecuali obat atau vitamin tetes dan mineral.

b. Menyusui predominan

Merupakan suatu kondisi dimana menyusui bayi tetapi juga diberikan zat

tambahan lain selain ASI seperti teh atau air putih sebagai makanan atau

minuman prelakteal sebelum ASI keluar.

c. Menyusui parsial

Merupakan suatu kondisis dimana menyusui bayi serta diberikan makanan

buatan seperti susu formula dan bubur sebelum bayi berumur enam bulan

baik diberikan secara berkelanjutan atau sebagai makanan prelakteal.

2.1.3 Mekanisme Menyusui

Ibrahim (2017) Bayi memiliki 3 (tiga) refleks, yang penting dalam mekanisme

hisapan bayi saat menyusui seperti :

a. Refleks Mencari (Rooting Reflex)

Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut

merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks mencari pada bayi. Ini

menyebabkan kepala bayi berputar menuju putting susu dan ditarik masuk

kedalam mulut.

b. Refleks Menghisap (Sucking Reflex)

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menyusui 2.1.1 Definisi

26

Putting susu yang sudah masuk kedalam mulut dengan bantuan lidah ditarik

lebih jauh menuju rahang dan tekanan bibir dengan gerakan rahang secara

berirama maka akan maka gusi akan mencepit kalang payudara dan sinus

laktiferus, sehingga air susu akan mengalir keputing susu, selanjutnya bagian

belakang lidah menekan putting susu pada langit-langit yang mengakibatkan

air susu keluar.

c. Refleks Menelan (Swallowing Refleks)

Pada saat air susu keluar dari putting akan disusul dengan gerakan menghisap.

Yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air susu akan

bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk lambung.

Keadaan ini tidak akan terjadi bila bayi diberi susu formula dengan botol.

Dalam penggunaan susu botol rahang bayi kurang berperan, sebab susu dapat

mengalir dengan mudah dari lubang dot.

2.1.4 Manfaat Menyusui

Manfaat menyusui bagi ibu dan bayi menurut (Khoiriyah & Prihatini,

2014) ASI mengandung nutrisi yang optimal dan baik untuk pertumbuhan

serta perkembangan bayi, dapat meningkatkan kesehatan dan meningkatkan

kekebalan tubuh bayi sehingga dapat mencegah dari berbagai penyakit, selain

itu bermanfaat untuk membantu perkembangan otak dan fisik bayi. Manfaat

untuk ibu dapat mengurangi resiko kanker payudara dan kanker ovarium, dan

yang paling penting menyusui akan meningkatkan rasa kasih sayang antara ibu

dan anak. Ibu yang menyusui anaknya dapat menurunkan berat badan seperti

sebelum kehamilan dan mereka memiliki risiko diabetes lebih rendah

dibandingkan dengan ibu yang tidak menyusui. Menyusui menciptakan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menyusui 2.1.1 Definisi

27

perasaan normal atau positif pada ibu dan anak dan mencegah depresi

pascapartum (Rafizade et.al., 2019).

Menurut Rini Susilo & Feti Kumala (2016) terdapat beberapa manfaat

menyusui dalam berbagai aspek, seperti :

1) Aspek fisik

Kedekatan antara ibu dan bayinya dapat mempermudah menyusui setiap

waktu, semakin sering bayi menyusu maka ASI akan segera keluar.

2) Aspek fisiologis

Semakin lebih sering ibu menyusui bayi maka gizi yang dibutuhkan akan

tercukupi oleh ASI dan refleks oksitosin yang ditimbulkan dari proses

menyusui akan membantu involusio uteri dan produksi ASI akan dipacu

oleh refleks prolaktin sehingga dapatr digunakan sebagai KB alami.

3) Aspek psikologis

Dapat menjalin hubungan batin anatara ibu dan bayi disebabkan oleh

adanya sentuhan badaniah ibu dan bayi. Kehangatan ibu memberikan

stimulasi mental yang diperlukan bayi, sehingga mempengaruhi

perkembangan psikologis bayi dan ibu yang memeberikan ASI secara

eksklusif mendapat kepuasan tersendiri.

4) Aspek ekonomis

Menyusui secara eksklusif memberikan dampak positif untuk ekonomi

karena tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli susu

formula.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menyusui 2.1.1 Definisi

28

2.1.5 Proses Fisiologi Menyusui

Menyusui merupakan suatu proses fisiologis untuk memberikan zat

gizi kepada bayi secara optimal (Mardiana, 2017). Laktasi atau menyusui

adalah kelengkapan fisiologis dan penyem purnaan dari sebuah siklus

reproduksi. Sebenarnya laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian

yaitu produksi ASI (prolaktin) dan pengeluaran ASI (Oksitosin) (Rejeki,

2019).

1. Produksi ASI (Prolaktin)

Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu dan

berakhir ketika mulai menstruasi. Hormon yang berperan adalah

hormonesterogen dan progesteron yang membantu maturasi alveoli.

Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI

belum keluar karena pengaruh hormon estrogen yang masih tinggi.

Kadar estrogen dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua

atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Hormon

prolaktin berfungsi untuk produksi ASI dan merangsang sel-sel

pembuat susu untuk bekerja. Sebagian besar hormon prolaktin berada

dalam darah selama kurang lebih 30 menit, setelah proses menyusui

(Murti & Hendriani, 2017).

2. Pengeluaran ASI (Oksitosin)

Ketika bayi menghisap payudara, hormon oksitosin membuat ASI

mengalir dari dalam alveoli melalui saluran susu menuju ke reservoir

susu yang berlokasi dibelakang aerola lalu ke dalam mulut bayi.

Sehingga semakin sering bayi mengisap, semakin banyak air susu yang

dihasilkan. Pengaruh hormonal bekerja melalui dari bulan ketiga

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menyusui 2.1.1 Definisi

29

kehamilan dimana tubuh wanita memproduksi hormon yang

menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara (Murti &

Hendriani, 2017).

Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang masing-masing berperan sebagai

pembentuk dan pengeluaran ASI yaitu :

1. Refleks Prolaktin (Produksi ASI)

Setiap bayi menghisap maka akan merangsang ujung syaraf di sekitar

payudara. Rangsangan ini disalurkan ke otak dan merangsang kelenjar

hipofisis bagian depan untuk memproduksi hormon prolaktin. Prolaktin

dialirkan ke pabrik ASI sehingga merangsang sel-sel alveoli pembuat ASI

untuk memproduksi ASI. Semakin banyak ASI yang dikeluarkan dari

payudara maka semakin banyak produksi ASI Hormon prolaktin juga

dapat menekan fungsi indung telur (ovarium) sehingga menyusui secara

ekslusif akan dapat memperlambat kembalinya kesuburan dan haid,

sehingga dapat digunakan sebagai KB alami. Kadar prolaktin pada ibu

menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai

proses penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada

peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air

susu tetap berlangsung (Sari & Agustina, 2020).

Gambar 1 Reflek Prolaktin

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menyusui 2.1.1 Definisi

30

2. Refleks Oksitosin (Pengaliran ASI atau Let Down Reflex)

Dimana pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangam

tersebut berasal dari isapan bayi yang dilanjutkan ke hipofase posterior

(neurohipofise) kemudian dikeluarkan hormon oksitosin. Hormon

oksitosin dialirkan melalui aliran darah menuju payudara kemudian

menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari

belakang membuat memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari

alveoli dan masuk kesistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui

duktus lactiferus masuk kemulut bayi. Faktor-faktor yang meningkatkan

let down reflex adalah melihat bayi, mendengarkan suara bayi,

memikirkan untuk menyusui bayi (Murti & Hendriani, 2017). Agar let

down reflex terjadi dengan baik maka perlu dilakukan stimulasi

pengeluaran hormon oksitosin yaitu dengan merangsang titik di atas

putting, titik tepat pada putting dan titik di bawah puting serta titik di

punggung yang segaris dengan payudara. Salah satu cara merangsang

stimulasi pengeluaran oksitosin adalah dengan melakukan pemijatan

yang dapat juga meningkatkan rasa nyaman terhadap ibu (Nadiya &

Rahmah, 2020).

Gambar 2 Reflek Oksitosin

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menyusui 2.1.1 Definisi

31

2.1.6 Manajemen Laktasi

Manajemen laktasi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk membantu

ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui. Manajemen laktasi dimulai pada

masa kehamilan (antenatal), setelah persalinan (perinatal), dan pada masa

menyusui sampai anak berumur dua tahun (postnatal) (Hutagaol, 2018).

Periode manajemen laktasi :

1. Masa kehamilan (Antenatal)

Hal yang perlu diperhatikan dalam menejemen laktasi sebelum

kelahiran adalah :

a. Ibu mencari informasi tentang keunggulan ASI, manfaat

menyusui bagi ibu dan bayi, serta dampak negative pemberian

susu formula.

b. Ibu memeriksakan kesehatan tubuh pada saat kehamilan

kondisi puting payudara, dan memantau kenaikan berat badan

saat hamil.

c. Ibu melakukan perawatan payudara sejak kehamilan berumur

6 bulan hingga ibu siap untuk menyusui, ini bermaksut agar

ibu mampu memproduksi dan memberikan ASI yang

mencukupi kebutuhan bayi.

d. Ibu senantiasa mencari informasi tentang gisi dan makanan

tambahan sejak kehamilan trimester ke-2.makanan tambahan

saat hamil sebanyak 1 1/3 kali dari makanan yang dikonsumsi

sebelum hamil.

2. Masa Persalinan (Perinatal)

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menyusui 2.1.1 Definisi

32

Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen laktasi saat kelahiran

yaitu:

a. Masa persaliinan merupakan masa yang paling penting dalam

kehidupan bayi selanjutnya,bayi harus menyusui yang baik dan

benar baik posisi maupun cara melekatkan bayi pada payudara

ibu.

b. Membantu ibu kontak langsung dengan bayi selama 24 jam

agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal.

c. Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dalam waktu 2 minggu

setelah melahirkan.

3. Masa Menyusui (Postnatal)

Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen laktasi setelah kelahiran:

a. Setelah bayi mendapatkan ASI pada minggu pertama

kelahiran,ibu harus menyusui bayi secara eksklusif selama

bulan pertama setelah bayi lahir dan saat itu bayi hanya di beri

ASI tanpa makanan tambahan.

b. Ibu mencari informasi yang tentang gisi makanan ketika masa

menyusui agar bayi tumbuh sehat.

c. Ibu harus cukup istirahat untuk menjaga kesehatannya dan

menenangkan pikiran serta menghindarkan diri dari kelelahan

yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.

d. Ibu selalu mengikuti petunjuk petugas kesehatan(merujuk

posyandu atau puskesmas). Bila ada masalah dalam proses

menyusui.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menyusui 2.1.1 Definisi

33

e. Ibu tetap memperhatikan gisi/makanan anak,terutama pada

bayi usia 4 bulan

2.1.7 Teknik Menyusui yang Benar

Ibu menyusui seharusnya mengetahui cara dan tekhnik menyusui

yang benar dengan memperhatikan akibat tidak menyusui dengan benar yaitu

puting susu lecet, ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi

produksi ASI, bayi tidak mau menyusu. Prinsip menyusui yang benar yaitu

memberi ASI dalam suasana yang santai bagi ibu dan bayi, untuk kondisi ibu

senyaman mungkin, saat minggu pertama (bayi perlu diberi ASI setiap 2,5–3

jam sekali), menjelang akhir minggu ke enam kebutuhan ASI bayi setiap 4 jam

sekali yang biasanya sampai umur antara 10-12 bulan. Pada usia ini sebagian

besar bayi tidur sepanjang malam sehingga tidak perlu lagi memberi makan di

malam hari (Suprayitno, Pratiwi, & Yasin, 2018).

Dalam Mardiyah (2018) teknik menyusui yang benar, yaitu :

1. Cuci tangan yang bersih

2. Bersihkan puting susu dengan kapas steril.

3. Keluarkan ASI sedikit oleskan pada puting susu dan areola untuk

menjaga kelembaban puting susu

4. Posisi ibu dengan duduk atau berbaring sesuai dengan kenyamanan ibu.

Bila duduk usahakan agar kaki ibu tidak menggantung dan punggung

bersandar pada kursi

5. Letakkan bayi menghadap pada ibu dengan satu tangan/siku menopang

kepala bayi dan telapak tangan satunya menahan bokong bayi.

6. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu didepan.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menyusui 2.1.1 Definisi

34

7. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara.

8. Telinga dan tangan bayi terletak pada garis yang lurus

9. Ibu menatap bayi dengan penu kasih sayang

10. Payudara dipegang ibu jari ibu dan jari lainnya menopang payudara

bawah/membentuk seperti huruf C

11. Beri rangsangan bayi untuk membuka mulut dengan memegang pipi

bayi dan dan menyentuh sisi mulut bayi

12. Usahakan seluruh areolamasuk ke mulut bayi

13. Setelah bayi kenyang lepas puting ibu dengan cara jari kelingking

dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut bayi kemudian dagu

ditekan kebawah

14. Setelah selesai menyusui keluarkan ASI ibu sedikit dan oleskan pada

puting dan areola seperti saat pertama mulai menyusui

15. Sendawakan bayi untuk mengeluarkan udara dengan cara gendong bayi

dengan tegak dan bersandar pada bahu ibu. Kemudian punggung bayi

tepuk dengan perlahan.

2.2 Konsep ASI (Air Susu Ibu)

2.2.1 Definisi ASI

ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan utama yang dibutuhkan oleh bayi,

tidak ada makanan lain yang mampu menandingi kandungan dari gizi pada

ASI. ASI mengandung protein, lemak, gula kalsium dan juga terdapat zat-zat

yang disebut antibodi biasanya melindungi bayi dari serangan penyakit selama

ibu menyusui dan beberapa waktu kedepannya (Ramadani, 2017). Sedangkan

menurut Hanifah et al (2017) ASI merupakan gizi terbaik untuk bayi yang

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menyusui 2.1.1 Definisi

35

mengandung vitamin, mineral dan nutrisi yang diperlukan oleh bayi untuk

pertumbuhan dan perkembangannya dalam enam bulan pertama setelah

kelahiran, selain mengandung gizi yang baik, juga mengandung enzim-enzim

untuk mencerna zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut (Royaningsih

& Wahyuningsih, 2018) ASI mudah dicerna oleh bayi, karena didalam ASI

terdapat enzim lipase yang membantu pencernaan lemak dan enzim ini tidak

terdapat pada susu formula atau susu hewan. Lemak yang ada pada ASI dapat

dicerna maksimal oleh tubuh bayi di banding lemak yang ada pada susu

formula, sehingga tinja bayi susu formula lebih banyak mengandung makanan

yang tidak dapat di cerna (Khasanah & Sulistyawati, 2018).

2.2.2 Jenis-jenis ASI

Dalam Yuliani (2018) ASI dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan waktu

produksinya yaitu:

1. Kolostrum, merupakan ASI yang keluar saat hari pertama setelah

melahirkan biasanya bertekstur kental dan berwarna kekuningan yang

bermanfaat untuk memberikan perlindungan pada bayi dari infeksi dan

memiliki efek laktasif (pencahar) yang dapat membantu bayi mengeluarkan

fesesnya.

2. Air susu masa peralihan (masa transisi) adalah ASI yang dihasilkan setelah

kolostrum, biasanya keluar kurang lebih selama dua minggu. Air susu masa

peralihan biasanya lebih banyak mengandung kalori dibanding kolostrum.

3. Air susu mature, keluar saat minggu ke tiga sampai minggu kelima

biasanya berwarna cenderung lebih putih, bertekstur kental dan

mengandung lemak yang diperlukan untuk menambah berat badan bayi.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menyusui 2.1.1 Definisi

36

2.2.3 Kandungan ASI

Beberapa komponen yang terkandung dalam ASI diantaranya :

1. Lemak

Lemak merupakan sumber kalori utama dalam ASI. Kadar lemak dalam

ASI berkisar antara 3,5-4,5%, kadar lemak yang tinggi dibutuhkan untuk

mendukung perkembangan otak yang cepat semasa bayi. Lemak pada

ASI mengandung komponen asam lemak esensial yaitu asam linoleat dan

asam alda linolenat yang akan diolah tubuh bayi menjadi AA dan DHA..

Arachidonic Acid (AA) dan Decosahexanoic Acid (DHA) adalah asam

lemak tak jenuh yang berfungsi untuk sumber energi, tetapi juga sangat

penting bagi perkembangan sel – sel otak yang dapat mempengaruhi

fungsi mental, penglihatan dan perkembangan psikomotorik bayi (Intani

et al., 2019).

2. Karbohidrat

Dalam karbohidrat terdapat laktosa yang merupakan komponen utama

ASI. Laktosa memenuhi 40-45% kebutuhan energi bayi, 100 ml ASI

mengandung 7 gram laktosa. Jenis karbohidrat yang ada dalam ASI

adalah oligosakarida yang memiliki fungsi penting melindungi bayi dari

infeksi. Kurangnyanya laktosa yang dihasilkan oleh ASI dapat timbulnya

resiko bayi mengalami diare (Ruliansyah et al., 2016).

3. Protein

Kandungan protein dalam ASI adalah 0,9 gram/100ml. ASI juga

mengandung asam amino yang sesuai untuk kebutuhan bayi. dalam ASI

terdiri dari casein (protein yang sulit dicerna) dan whey (protein yang

mudah dicerna). Terdapat juga dua asam amino dalam ASI yang tidak

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menyusui 2.1.1 Definisi

37

ada dalam susu sapi yaitu sistin yang berfungsi untuk pertumbuhan

somatik dan taurin yang berfungsi untuk pertumbuhan otak.(Djama,

2018).

4. Air

ASI mengandung lebih dari 80% air dan mengandung semua air yang

dibutuhkan bayi baru lahir. Kekentalan ASI sesuai saluran cerna bayi,

sedangkan susu formula lebih kental dibandingkan ASI. Hal tersebut

yang dapat menyebabkan diare pada bayi yang mendapat susu formula

(Wijaya, 2019).

5. Vitamin

Secara umum ASI mengandung berbagai vitamin seperti vitamin K, E

dan D namun kadar vitamin D cukup rendah sehingga bayi juga

memerlukan paparan sinar matahari pagi. Vitamin K dibutuhkan sebagai

salah satu zat gizi yang berfungsi sebagai faktor pembekuan. Bayi yang

hanya mendapat ASI berisiko perdarahan, walaupun angka kejadiannya

kecil. Oleh karena itu, bayi baru lahir perlu diberi suntikan vitamin K

(Wijaya, 2019).

6. Mineral

Mineral dalam ASI mempunyai kualitas yang lebih baik dan lebih mudah

diserap dibandingkan mineral dalam susu sapi. Mineral utama dalam ASI

adalah kalsium yang mempunyai fungsi untuk pertumbuhan jaringan otot

dan rangka, transmisi jaringan saraf dan pembekuan darah (Wijaya,

2019).

2.2.4 Manfaat Pemberian ASI

a. Manfaat bagi ibu

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menyusui 2.1.1 Definisi

38

- Mengurangi jumlah perdarahan yang keluar setelah melahirkan (hisapan

pada puting merangsang keluarnya oksitosin secara alami yang

membantu kontraksi rahim).

- Mengurangi kemungkinan terjadi kehamilan karena ibu yang menyusui

mengalami kemunduran masa haid yang disebabkan oleh kadar

prolactin yang tinggi menyebabkan menghambat ovulasi sehingga

menunda masa subur dan menjadi KB alami.

- Mengurangi kemungkinan terjadinya osteoporosis.

- Lebih ekonomis dan hemat karena tidak perlu membeli susu formula.

- Dapat memberikan kepuasan tersendiri karena dapat memenuhi

kebutuhan bayi.

- Mengurangi risiko terjadinya kanker payudara dan kanker ovarium

(Mardiyah, 2018)

b. Manfaat bagi bayi

- Dengan ASI dapat menurunkan angka kejadian alergi, terganggunya

pernapasan, diare dan obesitas pada anak.

- Bayi mendapatkan perlindungan dan kehangatan melalui kontak secara

langsung dengan ibu.

- ASI diberikan langsung dari payudara, ASI pasti lebih bersi dibanding

dengan susu botol (kalau kebersihan botol kurang terjaga) (Mardiyah,

2018).

- Bayi yang diberi ASI lebih berpotensi mendapatkan berat badan ideal.

- Dapat memenuhi nutrisi yang dibutuhkan bayi untuk tumbuh

kembang.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menyusui 2.1.1 Definisi

39

- ASI mengandung antibodi yang dapat mempertahankan daya tahan

tubuh dan mencegah infeksi (Wijaya, 2019).

2.2.5 Tipe-tipe Pemberian ASI

Suryamah ( 2019) menjelaskan terdapat beberapa cara pemberian ASI

kepada bayi yaitu :

1. Direct Breastfeeding

Direct Breastfeeding atau menyusui secara langsung adalah proses interaktif

antara ibu dan bayi dalam pemberian ASI secara langsung dari payudara

ibu ke bayi secara langsung tanpa ada perantara tertentu yang bermanfaat

untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi (Muyassaroh et al., 2020).

Menyusui berpengaruh terhadap kontak langsung ibu dan bayi. Ikatan

kasih sayang ibu dan bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti

sentuhan kulit (skin to skin contact). Sentuhan kulit tersebut dapat

membuat bayi akan merasa aman dan nyaman karena bayi merasakan

kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah

dikenal sejak bayi dalam rahim (Suryamah, 2019).

2. Indirect Breastfeeding

Indirect Breastfeeding adalah cara menyusui atau memberikan ASI secara

tidak langsung. Cara menyusui bayi dengan menggunakan pompa ASI

atau botol susu. Ibu bekerja biasanya berkemungkinan besar tidak dapat

memberikan ASI eksklusif pada bayinya karena kebanyakan ibu bekerja

waktu merawat bayinya lebih sedikit. Sebenarnya ibu bekerja masih dapat

memberikan ASI eksklusif pada bayinya dengan cara memompa atau

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menyusui 2.1.1 Definisi

40

dengan memerah ASI, kemudian disimpan dan diberikan pada bayinya

nanti (Timporok, 2018).

3. Donor ASI

Terdapat beberapa keadaan di mana ibu tidak bisa menyusui bayinya

secara langsung, donor ASI ini merupakan alternatif untuk mendukung

pemberian ASI sebagai makanan terbaik bagi bayi. Donor ASI dapat

diartikan sebagai ASI yang didonasikan oleh seorang ibu untuk diberikan

pada bayi orang lain dan diberikan secara sukarela. Donor ASI dilakukan

sesuai permintaan ibu kandung atau keluarga bayi yang bersangkutan

dengan ibu donor ASI. Untuk memberikan donor ASI seorang pendonor

harus melalui beberapa tahap skrining atau penapisan. Skrining dilakukan

untuk menjamin agar bayi yang mendapat ASI donor tidak terpapar

penyakit yang mungkin diderita oleh ibu donor (Halim, 2019).

Dalam Ari & Daniella (2018) ibu yang ingin mendonorkan ASInya harus melalui

beberapa tahap penapisan, yaitu :

a. Penapisan I

- Memiliki bayi berusia kurang dari enam bulan.

- Sehat dan tidak mempunyai kontraindikasi menyusui

- Produksi ASI sudah memenuhi kebutuhan bayinya dan

memutuskan untuk mendonasikan ASI atas dasar produksi yang

berlebih.

- Tidak menerima transfusi darah atau transplantasi organ/jaringan

dalam 12 bulan terakhir.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menyusui 2.1.1 Definisi

41

- Tidak mengonsumsi obat, termasuk insulin, hormon tiroid, dan

produk yang bisa mempengaruhi bayi. Obat/suplemen herbal

harus dinilai kompatibilitasnya terhadap ASI.

- Tidak ada riwayat menderita penyakit menular, seperti hepatitis,

human immunodeficiency virus (HIV), atau human T-lymphotropic virus-2

(HTLV2)

- Tidak memiliki pasangan seksual yang berisiko terinfeksi penyakit,

seperti HIV, HTLV2, hepatitis B/C (termasuk penderita

hemofilia yang rutin menerima komponen darah), menggunakan

obat ilegal, perokok, atau minum beralkohol.

b. Penapisan II

- Harus menjalani skrining meliputi tes HIV, HTLV, sifilis,

hepatitis B, hepatitis C, dan cytomegalovirus (CMV) (bila akan

diberikan pada bayi prematur)

- Apabila ada keraguan, tes dapat dilakukan setiap tiga bulan.

- Setelah melalui tahapan penapisan, ASI harus diyakini bebas dari

virus atau bakteri dengan cara pasteurisasi atau pemanasan.

2.2.6 Hambatan dalam Pemberian ASI

Menurut Yusnita & Rustina (2020) terdapat beberapa faktor-faktor

yang dapat menghambat ibu dalam pemberian ASI Eksklusif yaitu :

1. Faktor Sosiodemografi

Berbagai karakterisitk demografi ibu yang berpengaruh ini antara lain

usia, tingkat pendidikan ibu dan ayah, paritas, tempat tinggal dan

status pekerjaan. Ibu yang harus kembali bekerja merupakan

hambatan yang paling banyak ditemui sehingga ibu tidak dapat

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menyusui 2.1.1 Definisi

42

memberikan makanan yang sesuai pada bayi. Sedangkan ibu yang

menikah di usia muda cenderung memberikan makanan yang tidak

sesuai pada bayi, dalam beberapa penelitian menyebutkan ibu yang

berusia <25 tahun kurang baik dalam mempraktikkan pemberian ASI

eksklusif. Status ekonomi yang rendah sehingga membuat ibu harus

bekerja dan tidak memungkin untuk mempertahankan pemberian ASI

eksklusif.

2. Pengetahuan Tentang Menyusui

Ibu yang memiliki pengetahuan yang kurang baik dapat membuat

memberikan makanan yang tidak sesuai pada bayi, ibu tidak

mengetahui apa yang dimaksud dengan ASI eksklusif dan berapa lama

direkomendasikan untuk diberikan pada bayi. Seharusnya pemberian

pengetahuan menyusui sebaiknya sudah mulai pada saat kehamilan.

Karena itu perlu ditingkatkan strategi untuk memaksimalkan

pemberian edukasi menyusui yang dimulai pada saat kehamilan dan

berkelanjutan pada masa berikutnya.

3. Faktor Tentang Kecukupan Suplai ASI

Hampir sebagian besar studi mengatakan bahwa alasan ibu berhenti

menyusui adalah persepsi bahwa suplai ASI tidak mencukupi

kebutuhan bayi. Produksi ASI yang dianggap tidak cukup untuk

persediaan bayi di rumah menjadi alasan utama, sehingga ibu tidak

punya pilihan selain menambahkan makanan lainnya seperti susu

formula. Pemberian edukasi dan dukungan dari keluarga atau tenaga

kesehatan setelah melahirkan perlu dilakukan kepada ibu menyusui

agar mereka mendapatkan dukungan dan informasi yang benar.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menyusui 2.1.1 Definisi

43

4. Dukungan Tempat Bekerja

Ibu bekerja berisiko 3 kali lipat untuk berhenti menyusui lebih awal

dibandingkan ibu yang tidak bekerja. Dukungan yang tidak memadai

di tempat bekerja merupakan tantangan utama bagi ibu bekerja untuk

melanjutkan pemberian ASI eksklusif. Seperti kurangnya fasilitas dan

waktu untuk memompa ASI, sehingga ibu tidak memiliki cukup

waktu untuk memompa dan dilakukan tidak di tempat khusus seperti

di ruang kerja, toilet atau mobil.

5. Faktor Sosial dan Budaya

Praktik budaya tertentu sering menjadi hambatan bagi ibu dalam

memberikan makanan yang sesuai bagi bayi. Budaya juga masih

berpengaruh pada pemberian ASI di Indonesia. Ibu yang memiliki

pengetahuan yang baik tidak menjamin akan melakukan perilaku yang

sesuai, hal ini disebabkan karena pengaruh sosial, budaya, nilai-nilai

atau kepercayaan dalam masyarakat. Praktik pemberian makanan bayi

masih dipengaruhi oleh mitos dan kesalahpahaman bahwa suplai ASI

kurang dan ASI eksklusif tidak mengandung nutrisi yang cukup

sehingga memerlukan makanan tambahan. Pengaruh lingkungan

seperti dukungan suami, teman sebaya, ibu dan mertua memengaruhi

ibu dalam membuat keputusan dalam menyusui.

2.3 Faktor yang mempengaruhi ibu menyusui

2.3.1 Faktor Ibu

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi niat ibu untuk

menyusui seperti keterampilan dan pengetahuan ibu tentang menyusui, status

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menyusui 2.1.1 Definisi

44

budaya, sosial ekonomi, self-efficacy, sistem pendukung, keterampilan tenaga

kesehatan dan faktor psikologis seperti keyakinan ibu dan keluarga setelah

melahirkan (Rafizadeh et al., 2019). Terdapat dua faktor yang mepengaruhi,

yaitu:

a. Faktor predisposisi

1) Umur

Umur mempengaruhi keberhasilan menyusui, usia 20-35 tahun

merupakan rentang usia yang baik untuk berproduksi dan pada usia

tersebut ibu memiliki kemampuan laktasi yang lebih baik dibandingkan

ibu yang berumur kurang dari 20 atau lebih dari 35 tahun. Pada

penelitian (Rinata et al., 2016) dijelaskan ibu dengan rentang umur 21-25

tahun lebih besar dari pada usia kurang 20 ataupun lebih dari 35 tahun.

2) Pekerjaaan

Pada saat ini ibu tidak hanya melakukan pekerjaan rumah tapi juga

bekerja. Ibu-ibu yang bekerja, upaya pemberian ASI seringkali terganggu

karena seperti cuti hamil dan melahirkan yang singkat. Dengan tidak

memperoleh ASI karena ibu bekerja mereka lebih memilih memberikan

susu formula kepada anaknya untuk mencukupi kebutuhan bayi. Inilah

salah satu faktor yang dapat menyebabkan terganggunya proses menyesui

(Bahriyah et al., 2017).

3) Pengetahuan

Ibu yang berpengetahuan rendah beresiko tinggi terjadi masalah

kesehatan pada bayinya dibandingkan ibu yang memiliki pengetahuan

tinggi. Pengetahuan ibu tentang dan cara pemberian ASI yang benar

dapat menunjang keberhasilan ibu dalam menyusui (D. A. Lestari, 2015).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menyusui 2.1.1 Definisi

45

Menurut penelitian (Maimunah & Sitorus, 2020) pengetahuan

mempengaruhi keberhasilan menyusui, hal itu disebabkan karena ibu

yang berpengetahuan baik tentang konsumsi nutrisi cenderung produksi

ASInya lancar dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan kurang.

b. Faktor presipitasi

1) Dukungan keluarga atau suami

Dukungan keluarga adalah suatu proses hubungan antara keluarga

yang bersifat selalu mendukng dan siap memberikan bantuan jika

dibutuhkan. Peran suami dan keluarga perlu dilibatkan karena

bermanfaat pada konsisi emosi ibu sehingga akan mempengaruhi

produksi ASI. Ibu yang kurang mendapatkan dukungan menyusui

dari keluarga akan menurunkan pemberian ASI (Andriani, 2017).

Dalam penelitian (Yuseva et al., 2017) ibu yang mendapatkan

dukungan emosional memiliki skor lebih tinggi dengan nilai

signifikansi 0,026 sehingga dapat disimpulkan bahwa dukungan

emosional memiliki pengaruh terhadap pemberian ASI eksklusif.

Dukungan emosional yang dimaksud diantaranya motivasi dalam

melakukan perah ASI, memberikan dorongan untuk tetap menyusui

walaupun ASI sedikit ketika pertama keluar, dorongan untuk tidak

memberikan makanan dan minuman selain ASI, memberikan suasana

tenang dan menemani ketika menyusui.

2) Dukungan tenaga kesehatan

Tenaga kesehatan bisa memberikan dukungan emosional dan

informasi terpadu mengenai breast care dan bimbingan pemberian

ASI kepada bayi. Dukungan yang baik dari tenaga kesehatan dapat

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menyusui 2.1.1 Definisi

46

meningkatkan keinginan ibu untuk melakukan pemberian ASI

Ekslusif (Nabavi, 2019). Hal ini ditunjukan dalam penelitian Nabavi

(2019) dimana orang yang mendapat dukungan dari tenaga kesehatan

cendrung mau menyusui secara ekslusif.

3) Faktor psikologis

Bagi seorang ibu, menyusui merupakan proses yang tidak mudah

karena ini masa yang paling sensitif baik dalam kehidupan ibu secara

fisik atau psikologis. Seorang bayi yang baru lahir akan mengubah

kehidupan ibu secara fisik, emosional dan psikologis. Gangguan

proses pemberian ASI juga dipengaruhi oleh suasana hati ibu yang

rileks dan santai, apabila suasana hati ibu tidak rileks akan

menyebabkan ASI sulit untuk keluar dan juga nutrisi ibu saat

menyusui juga harus terpenuhi (Maryatun et al., 2019). Saat menyusui

ibu dipengaruhi oleh 2 hormon, yaitu hormon prolaktin dan

oksitosin. Hormonprolaktin adalah hormon yang berperan dalam

produksi ASI, karenanya produksi ASI akan terganggu jika ibu

menyusui mengalami kegelisahan dan ketidaknyamanan secara

psikologis. Ibu yang psikologisnya terganggu sangat berpengaruh

terhadap kelancaran produksi ASInya.

Dalam Metti (2019) factor yang mempengaruhi proses laktasi berasal dari ibu

dan teknik menyusui. Teknik menyusui yang tidak benar, dapat menyebabkan putting

lecet dan menjadikan ibu enggan menyusui dan bayi tidak mau menyusu. Bila bayi

enggan menyusu akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh

pada rangsangan produksi ASI (Rusyantia, 2017). Pada dasarnya bentuk putting susu

normal adalah putting secara tampak menonjol melebihi permukaan areola.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menyusui 2.1.1 Definisi

47

Terkadang payudara wanita mengalami pembengkakan akibat pengaruh hormonal

dan ASI yang tidak di kosongkoan termasuk putting cenderung lecet. Selain itu di

sekitar warna puting akan lebih gelap. Karena adanya perubahan tersebut, payudara

menjadi mudah teriritasi bahkan mudah luka oleh karena itu perlu dilakukan

perawatan payudara (Zainiyah, 2019). Dari penelitian (Rusyantia, 2017) juga

menyatakan ibu yang mengetahui teknik menyusui dengan benar dapat

mempengaruhi keberhasilan menyusui karena dengan memberitahukan teknik

menyusui yang benar, ibu dapat mengetahui pelekatan, posisi yang baik dan benar

sehingga dapat meminimalisir terjadinya masalah-masalah yang dihadapi selama

menyusui.

2.3.2 Faktor Bayi

1. Umur Bayi

Umur bayi mempengaruhi dalam pemberian ASI eksklusif karena

bayi yang mendapatkan ASI sampai berusia 6 bulan akan lebih cepat

berkembang dibandingkan dengan anak yang tidak diberikan ASI

karena ASI mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh anak

agar anak dapat berkembang secara optimal. Pemberian ASI berperan

penting terhadap perkembangan anak sesuai dengan tahapan usianya,

jika pemberian ASI pada anak kurang maka perkembangan anak

cenderung akan menyimpang (Trisna, 2019).

2. Jenis Persalinan

a. Persalinan Normal

Pada ibu yang melahirkan secara normal akan lebih cepat

melakukan mobilisasi dini post partum karena ibu sudah

diperbolehkan bangun dari tempat tidur sebelum 48 jam dan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menyusui 2.1.1 Definisi

48

dianjurkan agar secepat mungkin berjalan. Mobilisasi yang dini

setelah melahirkan akan memungkinkan ibu dapat segera

merawat sendiri bayinya termasuk dalam hal menyusui. Bayi

dapat sedini mungkin mendapatkan ASI dari ibunya dan

menghindarkan bayi dari pemberian asupan makanan

prelakteal yang akan menggagalkan pemberian ASI eksklusif

(Aswita, 2018)

b. Persalinan Caesar

Banyak ibu setelah melakukan operasi caesar yang tidak

menyusui bayinya dikarenakan beberapa faktor antara lain

proses persalinan caesar, komplikasi saat persalinan, proses

penjahitan setelah persalinan, bayi membutuhkan penanganan

khusus, serta adapula bayi yang diletakkan di dada ibu sesaat

setelah melahirkan namun dengan waktu kurang dari 1 jam.

Faktor seperti pemisahan ibu dan bayi serta ketidak nyamanan

karena nyeri setelah operasi sehingga membutuhkan waktu

lebih lama untuk memulihkan diri sebelum mampu untuk

menyusui bayinya. Ketidak nyamanan dan nyeri merupakan

kondisi psikis setelah persalinan. Produksi ASI sangat

dipengaruhi oleh kondisi psikis tersebut sehingga ibu akhirnya

tidak berhasil menyusui dengan baik (Apriliani et al, 2020).

3. Bayi Prematur

Faktor dari bayi sendiri adalah anak yang lahir sebelum waktunya

yakni prematur atau lahir dengan berat badan yang sangat rendah,

anak sakit dan berbagai penyakit macam cacat bibir. Bayi yang lahir

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menyusui 2.1.1 Definisi

49

dengan berat lahir 2000 gram atau lebih dengan pemberian ASI saja

maka pertumbuhan bayi akan tetap subur tetapi jika berat lahir kurang

dari 2000 gram diperkirakan bayi mengalami percepatan dalam

pertumbuhan sehingga pemberian ASI saja tidak mencukupi

kebutuhan nutrient untuk pertumbuhan normal. Bayi yang lahir

dengan berat badan lahir rendah (BBLR) biasanya terlalu lemah untuk

menghisap ASI dari payudara sehingga tidak mencapai keberhasilan

dalam memenuhi nutrient sampai bayi mencapai usia matur

(Damayanti et al., 2020).

2.3.3 Faktor Eksternal

Pada faktor eksternal tersebut contohnya seperti tempat tinggal ibu

yang dapat mempengaruhi ibu menyusui eksklusif. Karakteristik tempat

tinggal di mana anggota rumah tangga tinggal merupakan faktor penting yang

menentukan status kesehatan anggota rumah tangga, utamanya anggota

rumah tangga yang rentan seperti anak-anak dan orang lanjut umur dimana

hal tersebut dapat mempengaruhi perilaku ibu dalam pemberian ASI ekslusif.

Di perkotaan kesibukan sosial serta kenaikan tingkat partisipasi angkatan

kerja wanita menjadi salah satu faktor lebih rendahnya pemberian asi.

Sedangkan ibu di pedesaan memiliki durasi menyusui lebih lama daripada ibu

di perkotaan. Hal ini dikarenakan pekerjaan ibu yang tinggal di pedesaan

merupakan pekerjaan yang jam kerjanya tidak formal, sehingga ibu bisa lebih

leluasa untuk menyusui bayinya (Purnamawati, 2003). Memberikan ASI

eksklusif pada bayinya serta dengan lingkungan tempat tinggal ibu yang

sebagian besar memberikan ASI eksklusif maka ibu akan terdorong untuk

ikut memberikan ASI eksklusif karena lingkungan dapat memberikan

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menyusui 2.1.1 Definisi

50

pengaruh yang postif serta negatif pada ibu dalam berperilaku sehingga tidak

jarang ibu mengikuti apa yang ada disekitar lingkunga tempat tinggal (Harseni

& Kebidanan, 2017)