26
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP KEBUTUHAN SPIRITUAL 2.1.1 Pengertian Kebutuhan Spiritual Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan rnemenuhi kewajiban agama serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan (Carson 2000). Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, serta kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf (Kozier, 2004). Clinebell dalam Hawari, (2002) menginventarisasi 10 butir kebutuhan dasar spiritual manusia, yaitu: a) Kebutuhan akan kepercayaan dasar (basic trust), kebutuhan ini secara terus-menerus diulang guna membangkitkan kesadaran bahwa hidup ini adalah ibadah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP KEBUTUHAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/2/T1... ·  · 2016-02-18dan rnemenuhi kewajiban agama serta kebutuhan untuk ... menegakkan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP KEBUTUHAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/2/T1... ·  · 2016-02-18dan rnemenuhi kewajiban agama serta kebutuhan untuk ... menegakkan

11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP KEBUTUHAN SPIRITUAL

2.1.1 Pengertian Kebutuhan Spiritual

Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk

mempertahankan atau mengembalikan keyakinan

dan rnemenuhi kewajiban agama serta kebutuhan

untuk mendapatkan maaf atau pengampunan,

mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya

dengan Tuhan (Carson 2000). Kebutuhan spiritual

adalah kebutuhan mencari arti dan tujuan hidup,

kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, serta

kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan

maaf (Kozier, 2004).

Clinebell dalam Hawari, (2002)

menginventarisasi 10 butir kebutuhan dasar spiritual

manusia, yaitu:

a) Kebutuhan akan kepercayaan dasar (basic trust),

kebutuhan ini secara terus-menerus diulang guna

membangkitkan kesadaran bahwa hidup ini

adalah ibadah.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP KEBUTUHAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/2/T1... ·  · 2016-02-18dan rnemenuhi kewajiban agama serta kebutuhan untuk ... menegakkan

12

b) Kebutuhan akan makna dan tujuan hidup,

kebutuhan untuk menemukan makna hidup

dalam membangun hubungan yang selaras

dengan Tuhannya (vertikal) dan sesama manusia

(horisontal) serta alam sekitaraya.

c) Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan

hubungannya dengan keseharian, pengalaman

agama integratif antara ritual peribadatan dengan

pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.

d) Kebutuhan akan pengisian keimanan dengan

secara teratur mengadakan hubungan dengan

Tuhan, tujuannya agar keimanan seseorang tidak

melemah.

e) Kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan

dosa. Rasa bersalah dan berdosa ini merupakan

beban mental bagi seseorang dan tidak baik bagi

kesehatan jiwa seseorang. Kebutuhan ini

mencakup dua hal yaitu pertama secara vertikal

adalah kebutuhan akan bebas dari rasa

bersalah, dan berdosa kepada Tuhan. Kedua

secara horisontal yaitu bebas dari rasa bersalah

kepada orang lain.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP KEBUTUHAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/2/T1... ·  · 2016-02-18dan rnemenuhi kewajiban agama serta kebutuhan untuk ... menegakkan

13

f) Kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri

(self acceptance dan self esteem), setiap orang

ingin dihargai, diterima, dan diakui oleh

lingkungannya.

g) Kebutuhan akan rasa aman, terjamin dan

keselamatan terhadap harapan masa depan.

Bagi orang beriman hidup ini ada dua tahap yaitu

jangka pendek (hidup di dunia) dan jangka

panjang (hidup di akhirat). Hidup di dunia sifatnya

sementara yang merupakan persiapan bagi

kehidupan yang kekal di akhirat nanti.

h) Kebutuhan akan dicapainya derajat dan martabat

yang makin tinggi sebagai pribadi yang utuh.

Dihadapan Tuhan, derajat atau kedudukan

manusia didasarkan pada tingkat keimanan

seseorang. Apabila seseorang ingin agar

derajatnya lebih tinggi dihadapan Tuhan maka

dia senantiasa menjaga dan meningkatkan

keimanannya.

i) Kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan

alam dan sesama manusia. Manusia hidup saling

bergantung satu sama lain. Oleh karena itu,

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP KEBUTUHAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/2/T1... ·  · 2016-02-18dan rnemenuhi kewajiban agama serta kebutuhan untuk ... menegakkan

14

hubungan dengan orang disekitarnya senantiasa

dijaga. Manusia juga tidak dapat dipisahkan dari

lingkungan alamnya sebagai tempat hidupnya.

Oleh karena itu manusia mempunyai kewajiban

untuk menjaga dan melestarikan alam ini.

j) Kebutuhan akan kehidupan bermasyarakat yang

penuh dengan nilai-nilai religius. Komunitas

keagamaan diperlukan oleh seseorang dengan

sering berkumpul dengan orang yang beriman

akan mampu meningkatkan iman orang tersebut.

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Kebutuhan Spiritual

Menurut Asmadi (2008), faktor penting yang

dapat mempengaruhi kebutuhan spiritual seseorang

adalah:

a) Perkembangan

Usia perkembangan dapat menentukan proses

pemenuhan kebutuhan spiritual, karena setiap

tahap perkembangan memiliki cara meyakini

kepercayaan terhadap Tuhan.

b) Keluarga

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP KEBUTUHAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/2/T1... ·  · 2016-02-18dan rnemenuhi kewajiban agama serta kebutuhan untuk ... menegakkan

15

Keluarga memiliki peran yang cukup strategis

dalam memenuhi kebutuhan spiritual, karena

keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat

dan selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari-

hari.

c) Ras/suku

Ras/suku memiliki keyakinan/kepercayaan yang

berbeda, sehingga proses pemenuhan

kebutuhan spiritual pun berbeda sesuai dengan

keyakinan yang dimiliki.

d) Agama yang dianut

Keyakinan pada agama tertentu yang dimiliki

oleh seseorang dapat menentukan arti

pentingnya kebutuhan spiritual.

e) Kegiatan keagamaan

Adanya kegiatan keagamaan dapat selalu

mengingatkan keberadaan dirinya dengan Tuhan

dan selalu mendekatkan diri kepada Penciptanya

2.1.3 Perkembangan Aspek Spiritual

Menurut Burkhardt dalam Hamid (2000)

spiritualitas meliputi aspek sebagai berikut:

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP KEBUTUHAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/2/T1... ·  · 2016-02-18dan rnemenuhi kewajiban agama serta kebutuhan untuk ... menegakkan

16

1) Berhubungan dengan sesuatu yang tidak

diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan.

2) Menemukan arti dan tujuan hidup.

3) Menyadari kemampuan untuk menggunakan

sumber dan kekuatan dalam diri sendiri.

4) Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri

sendiri dan dengan Yang Maha Tinggi.

Perkembangan spiritual manusia dapat dilihat

dari tahap perkembangan mulai dari bayi, anak-

anak, pra sekolah, usia sekolah, remaja, desawa

muda, dewasa pertengahan, dewasa akhir, dan

lanjut usia. Secara umum tanpa memandang aspek

tumbuh-kembang manusia proses perkembangan

aspek spiritual dilihat dari kemampuan kognitifnya

dimulai dari pengenalan, internalisasi, peniruan,

aplikasi dan dilanjutkan dengan instropeksi. Namun,

berikut akan dibahas pula perkembangan aspek

spiritual berdasarkan tumbuh-kembang manusia

(Carson, 2002).

Perkembangan spiritual pada anak sangatlah

penting untuk diperhatikan. Manusia sebagai klien

dalam keperawatan anak adalah individu yang

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP KEBUTUHAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/2/T1... ·  · 2016-02-18dan rnemenuhi kewajiban agama serta kebutuhan untuk ... menegakkan

17

berusia antara 0-18 bulan, yang sedang dalam

proses tumbuh kembang, yang mempunyai

kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial, dan

spiritual) yang berbeda dengan orang dewasa. Anak

adalah individu yang masih bergantung pada orang

dewasa dan lingkungan, artinya membutuhkan

lingkungan yang dapat memfasilitasi dalam

memenuhi kebutuhan dasarnya dan untuk belajar

mandiri (Larson, 2009).

Tahap awal perkembangan manusia dimulai dari

masa perkembangan bayi. Hamid (2000)

menjelaskan bahwa perkembangan spiritual bayi

merupakan dasar untuk perkembangan spiritual

selanjutnya. Bayi memang belum memiliki moral

untuk mengenal arti spiritual. Keluarga yang

spiritualnya baik merupakan sumber dari

terbentuknya perkembangan spiritual yang baik pada

bayi. Oleh karena itu, perawat dapat menjalin

kerjasama dengan orang tua bayi tersebut untuk

membantu pembentukan nilai-nilai spiritual pada

bayi.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP KEBUTUHAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/2/T1... ·  · 2016-02-18dan rnemenuhi kewajiban agama serta kebutuhan untuk ... menegakkan

18

Dimensi spiritual mulai menunjukkan

perkembangan pada masa kanak-kanak awal (18

bulan-3 tahun). Anak sudah mengalami peningkatan

kemampuan kognitif. Anak dapat belajar

membandingkan hal yang baik dan buruk untuk

menindak lanjuti peran kemandirian yang lebih

besar. Tahap perkembangan ini memperlihatkan

bahwa anak-anak mulai berlatih untuk berpendapat

dan menghormati acara-acara ritual dimana mereka

merasa tinggal dengan aman. Observasi kehidupan

spiritual anak dapat dimulai dari kebiasaan yang

sederhana seperti cara berdoa sebelum tidur dan

berdoa sebelum makan, atau cara anak memberi

salam dalam kehidupan sehari-hari. Anak akan lebih

merasa senang jika menerima pengalaman-

pengalaman baru, termasuk pengalaman spiritual

(Hamid, 2000).

Perkembangan spiritual pada anak masa pra

sekolah (3-6 tahun) berhubungan erat dengan

kondisi psikologis dominannya yaitu super ego. Anak

usia pra sekolah mulai memahami kebutuhan sosial,

norma, dan harapan, serta berusaha menyesuaikan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP KEBUTUHAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/2/T1... ·  · 2016-02-18dan rnemenuhi kewajiban agama serta kebutuhan untuk ... menegakkan

19

dengan norma keluarga. Anak tidak hanya

membandingkan sesuatu benar atau salah, tetapi

membandingkan norma yang dimiliki keluarganya

dengan norma keluarga lain. Kebutuhan anak pada

masa pra sekolah adalah mengetahui filosofi yang

mendasar tentang isu-isu spiritual. Kebutuhan

spiritual ini harus diperhatikan karena anak sudah

mulai berfikiran konkrit. Mereka kadang sulit

menerima penjelasan mengenai Tuhan yang

abstrak, bahkan mereka masih kesulitan

membedakan Tuhan dan orang tuanya (Hamid,

2000).

Usia sekolah merupakan masa yang paling

banyak mengalami peningkatan kualitas kognitif

pada anak. Anak usia sekolah (6-12 tahun) berfikir

secara konkrit, tetapi mereka sudah dapat

menggunakan konsep abstrak untuk memahami

gambaran dan makna spriritual dan agama mereka.

Minat anak sudah mulai ditunjukan dalam sebuah

ide, dan anak dapat diajak berdiskusi dan

menjelaskan apakah keyakinan. Orang tua dapat

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP KEBUTUHAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/2/T1... ·  · 2016-02-18dan rnemenuhi kewajiban agama serta kebutuhan untuk ... menegakkan

20

mengevaluasi pemikiran sang anak terhadap

dimensi spiritual mereka (Hamid, 2000).

Remaja (12-18 tahun). Pada tahap ini individu

sudah mengerti akan arti dan tujuan hidup,

menggunakan pengetahuan misalnya untuk

mengambil keputusan saat ini dan yang akan

datang. Kepercayaan berkembang dengan mencoba

dalam hidup. Remaja menguji nilai dan kepercayaan

orang tua mereka dan dapat menolak atau

menerimanya. Secara alami, mereka dapat bingung

ketika menemukan perilaku dan role model yang

tidak konsisten. Pada tahap ini kepercayaan pada

kelompok paling tinggi perannya daripada keluarga.

Tetapi keyakinan yang diambil dari orang lain

biasanya lebih mirip dengan keluarga, walaupun

mereka protes dan memberontak saat remaja. Bagi

orang tua ini merupakan tahap paling sulit karena

orang tua melepas otoritasnya dan membimbing

anak untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul

konflik orang tua dan remaja (Hamid, 2000).

Dewasa muda (18-25 tahun). Pada tahap ini

individu menjalani proses perkembangannya dengan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP KEBUTUHAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/2/T1... ·  · 2016-02-18dan rnemenuhi kewajiban agama serta kebutuhan untuk ... menegakkan

21

melanjutkan pencarian identitas spiritual, memikirkan

untuk memilih nilai dan kepercayaan mereka yang

dipelajari saat kanak-kanak dan berusaha

melaksanakan sistem kepercayaan mereka sendiri.

Spiritual bukan merupakan perhatian utama pada

usia ini, mereka lebih banyak memudahkan hidup

walaupun mereka tidak memungkiri bahwa mereka

sudah dewasa (Hamid, 2000).

Dewasa pertengahan (25-38 tahun). Dewasa

pertenghan merupakan tahap perkembangan

spiritual yang sudah benar-benar mengetahui

konsep yang benar dan yang salah, mereka

menggunakan keyakinan moral, agama dan etik

sebagai dasar dari sistem nilai. Mereka sudah

merencanakan kehidupan, mengevaluasi apa yang

sudah dikerjakan terhadap kepercayaan dan nilai

spiritual (Hamid, 2000).

Dewasa akhir (38-65 tahun). Periode

perkembangan spiritual pada tahap ini digunakan

untuk instropeksi dan mengkaji kembali dimensi

spiritual, kemampuan intraspeksi ini sama baik

dengan dimensi yang lain dari diri individu tersebut.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP KEBUTUHAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/2/T1... ·  · 2016-02-18dan rnemenuhi kewajiban agama serta kebutuhan untuk ... menegakkan

22

Biasanya kebanyakan pada tahap ini kebutuhan

ritual spiritual meningkat (Hamid, 2000).

Lanjut usia (65 tahun sampai kematian). Pada

tahap perkembangan ini, pada masa ini walaupun

membayangkan kematian mereka banyak

menggeluti spiritual sebagai isu yang menarik,

karena mereka melihat agama sebagai faktor yang

mempengaruhi kebahagian dan rasa berguna bagi

orang lain. Riset membuktikan orang yang

agamanya baik, mempunyai kemungkinan

melanjutkan kehidupan lebih baik. Bagi lansia yang

agamanya tidak baik menunjukkan tujuan hidup yang

kurang, rasa tidak berharga, tidak dicintai,

ketidakbebasan dan rasa takut mati. Sedangkan

pada lansia yang spiritualnya baik ia tidak takut mati

dan dapat lebih mampu untuk menerima kehidupan.

Jika merasa cemas terhadap kematian disebabkan

cemas pada proses bukan pada kematian itu sendiri

(Hamid, 2000).

2.2 KONSEP PERAWAT

2.2.1 Pengertian Perawat

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP KEBUTUHAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/2/T1... ·  · 2016-02-18dan rnemenuhi kewajiban agama serta kebutuhan untuk ... menegakkan

23

Perawat atau nurse berasal dari bahasa latin

yaitu dari kata Nutrix yang berarti merawat atau

memelihara. (ANA, 1999 dikutip dari Hamid, 2000),

menjelaskan pengertian dasar seorang perawat

yaitu: seseorang yang berperan dalam merawat atau

memelihara, membantu dan melindungi seseorang

karena sakit, injuri dan proses penuaan.

Menurut Undang-Undang Kesehatan No.23

tahun 1992 bahwa Perawat adalah mereka yang

memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan

tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang

dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan

keperawatan.

Menurut Kepmenkes RI No. 1239 tahun 2001

tentang registrasi dan praktik perawat, perawat

adalah seseorang yang lulus pendidikan perawat,

baik didalam maupun di luar negeri sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Perawat adalah orang yang memberikan

pelayanan/asuhan keperawatan berdasarkan data

hasil pengkajian sampai pada evaluasi hasil baik

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP KEBUTUHAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/2/T1... ·  · 2016-02-18dan rnemenuhi kewajiban agama serta kebutuhan untuk ... menegakkan

24

medik maupun bio-psikososio-spiritual (Z. H. Ali,

2002: 43).

2.2.2 Peran Perawat

Peran perawat menurut konsorsium ilmu

kesehatan tahun (1989) dan Doheny (1982) dalam

Hidayat, (2008) sebagai berikut:

a. Sebagai pemberi asuhan keperawatan (Care

giver)

Sebagai pelaku/pemberi asuhan keperawatan,

perawat dapat memberikan pelayanan

keperawatan secara langsung dan tidak

langsung kepada klien, menggunakan

pendekatan proses keperawatan yang meliputi:

melakukan pengkajian dalam upaya

mengumpulkan data dan informasi yang benar,

menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan

hasil analisis data, merencanakan intervensi

keperawatan sebagai upaya mengatasi masalah

yang muncul dan membuat langkah/cara

pemecahan masalah, melaksanakan tindakan

keperawatan sesuai dengan rencana yang ada

dan melakukan evaluasi berdasarkan respon

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP KEBUTUHAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/2/T1... ·  · 2016-02-18dan rnemenuhi kewajiban agama serta kebutuhan untuk ... menegakkan

25

klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilakukan.

Peran sebagai pemberi asuhan

keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan

memperhatikan kebutuhan keadaan dasar

manusia yang dibutuhkan melalui pemberian

pelayanan keperawatan dengan menggunakan

proses keperawatan sehingga dapat ditentukan

diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan

dan dilaksanakan tindakan yang sesuai dengan

kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat

dievaluasi tingkat perkembangannya.

b. Sebagai pembela untuk melindungi klien (Client

advocate)

Sebagai advokat klien, perawat berfungsi

sebagai penghubung antara klien dengan tim

kesehatan lain dalam upaya pemenuhan

kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan

klien memahami semua informasi dan upaya

kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan

dengan pendekatan tradisional maupun

profesional. Peran advokasi sekaligus

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP KEBUTUHAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/2/T1... ·  · 2016-02-18dan rnemenuhi kewajiban agama serta kebutuhan untuk ... menegakkan

26

mengharuskan perawat bertindak sebagai nara

sumber dan fasilitator dalam tahap pengambilan

keputusan terhadap upaya kesehatan yang

harus dijalani oleh klien. Dalam menjalankan

peran sebagai advokat (pembela klien) perawat

harus dapat melindungi dan memfasilitasi

keluarga dan masyarakat dalam pelayanan

keperawatan.

Peran ini dilakukan perawat dalam

membantu klien dan keluarga dalam

menginterpretasikan berbagai informasi dari

pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya

dalam pengambilan persetujuan atas tindakan

keperawatan yang diberikan kepada klien, juga

dapat berperan mempertahankan dan melindungi

hak-hak pasian yang meliputi hak atas pelayanan

sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang

penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk

menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk

menerima ganti rugi akibat kelalaian.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP KEBUTUHAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/2/T1... ·  · 2016-02-18dan rnemenuhi kewajiban agama serta kebutuhan untuk ... menegakkan

27

c. Sebagai pemberi bimbingan/konseling klien

(Counselor)

Tugas utama perawat adalah

mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien

terhadap keadaan sehat-sakitnya. Adanya pola

interaksi ini merupakan dasar dalam

merencanakan metode untuk meningkatkan

kemampuan adaptasinya. Memberikan

konseling/bimbingan kepada klien, keluarga dan

masyarakat tentang masalah kesehatan sesuai

prioritas. Konseling diberikan kepada

individu/keluarga dalam mengintegrasikan

pengalaman kesehatan dengan pengalaman

yang lalu, pemecahan masalah difokuskan pada

masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup

kearah perilaku hidup sehat.

Peran perawat sebagai konsultan adalah

sebagai tempat konsultasi terhadap masalah

atau tindakan keperawatan yang tepat untuk

diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan

klien terhadap informasi tentang tujuan

pelayanan keperawatan yang diberikan.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP KEBUTUHAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/2/T1... ·  · 2016-02-18dan rnemenuhi kewajiban agama serta kebutuhan untuk ... menegakkan

28

d. Sebagai pendidik klien (Educator)

Sebagai pendidik klien, perawat

membantu klien meningkatkan kesehatannya

melalui pemberian pengetahuan yang terkait

dengan keperawatan dan tindakan medik yang

diterima sehingga klien/keluarga dapat menerima

tanggung jawab terhadap hal-hal yang

diketahuinya. Sebagai pendidik, perawat juga

dapat memberikan pendidikan kesehatan kepada

kelompok keluarga yang beresiko tinggi, kader

kesehatan, dan lain sebagainya.

Peran ini dilakukan dengan membantu

klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan

kesehatan, gejala penyakit, bahkan tindakan

yang diberikan, sehingga terjadi perubahan

perilaku dari klien setelah mendapatkan

pendidikan kesehatan.

e. Sebagai anggota tim kesehatan yang dituntut

untuk dapat bekerja sama dengan tenaga

kesehatan lain (Collaborator)

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP KEBUTUHAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/2/T1... ·  · 2016-02-18dan rnemenuhi kewajiban agama serta kebutuhan untuk ... menegakkan

29

Perawat bekerjasama dengan tim

kesehatan lain dan keluarga dalam menentukan

rencana maupun pelaksanaan asuhan

keperawatan guna memenuhi kebutuhan

kesehatan klien.

Peran perawat disini dilakukan karena

perawat bekerja melalui tim kesehatan yang

terdiri dari dokter, fiisoterapi, ahli gizi dan lain-lain

dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan

keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi,

atau bertukar pendapat dalam bentuk pelayanan

selanjutnya.

f. Sebagai koordinator agar dapat memanfaatkan

sumber-sumber potensi klien (Coordinator)

Perawat memanfaatkan semua sumber-

sumber dan potensi yang ada, baik materi

maupun kemampuan klien secara terkoordinasi

sehingga tidak ada intervensi yang terlewatkan

maupun tumpang tindih.

Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan,

merencanakan, serta mengorganisasi pelayanan

kesehatan dari tim kesehatan sehingga

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP KEBUTUHAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/2/T1... ·  · 2016-02-18dan rnemenuhi kewajiban agama serta kebutuhan untuk ... menegakkan

30

pemberian pelayanan kesehatan dapat terarah

serta sesuai dengan kebutuhan klien.

g. Sebagai pembaharu yang selalu dituntut untuk

mengadakan perubahan-perubahan (Change

agent)

Sebagai pembaharu, perawat

mengadakan invasi dalam cara berfikir, bersikap,

bertingkah laku dan meningkatkan keterampilan

klien/keluarga agar menjadi sehat. Elemen ini

mencakup perencanaan, kerjasama, perubahan

yang sistematis dalam berhubungan dengan

klien dan cara memberikan perawatan kepada

klien.

Peran sebagai pembaharu dapat

dilakukan dengan mengadakan perencanaan,

kerja sama, perubahan yang sistematis dan

terarah sesuai dengan metode pemberian

pelayanan keperawatan.

h. Sebagai sumber informasi yang dapat membantu

memecahkan masalah klien (Consultan)

Elemen ini secara tidak langsung

berkaitan dengan permintaan klien terhadap

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP KEBUTUHAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/2/T1... ·  · 2016-02-18dan rnemenuhi kewajiban agama serta kebutuhan untuk ... menegakkan

31

informasi tentang tujuan keperawatan yang

diberikan. Dengan peran ini dapat dikatakan

perawat adalah sumber informasi yang berkaitan

dengan kondisi spesifik klien

2.3 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PERAN PERAWAT DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN

SPIRITUAL PASIEN

Pasien sering menggunakan spiritualitas sebagai

mekanisme koping pribadi ketika menghadapi krisis

kesehatan. Penelitian berulang kali menunjukkan efek

positif dari spiritualitas dalam mengatasi penyakit

McSherry (2005). Melalui intervensi spiritual, orang

menemukan rasa damai dan kesejahteraan pada saat

stres, kesedihan, rasa sakit, dan ketidakpastian (Kristen

et al 2005).

Memberikan perawatan spiritual/rohani bagi

pasien merupakan komponen penting dari perawatan

holistik, tetapi sering diabaikan dalam keperawatan.

Perawat memiliki tanggung jawab untuk memastikan

bahwa pasien menerima perawatan holistik dan harus

menciptakan lingkungan perawatan yang mendukung

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP KEBUTUHAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/2/T1... ·  · 2016-02-18dan rnemenuhi kewajiban agama serta kebutuhan untuk ... menegakkan

32

intervensi perawatan rohani bagi pasien. Memberikan

perawatan holistik yang mencakup dimensi spiritual

dianggap norma tetapi perawat gagal untuk

memasukkan aspek ini dalam kegiatan perawatan

pasien rutin (Narayanasamy, 2011).

Perawat menyatakan tidak nyaman dalam

memberikan perawatan rohani bagi pasien mereka

karena beberapa alasan: keperawatan terlalu biologis,

penekanan lebih banyak pada teknologi daripada

perawatan holistik, dan perawat tidak nyaman dengan

spiritualitas mereka sendiri. Hambatan tambahan

mencakup keterbatasan waktu, kurangnya pendidikan,

kurangnya kejelasan antara agama dan spiritualitas,

kehadiran multi-iman pasien dan perawat, dan

kurangnya bimbingan dari para pemimpin perawat.

perawat percaya bahwa perawatan rohani harus

disediakan oleh anggota pastoral; dan perawat percaya

bahwa spiritualitas adalah urusan pribadi. Perbedaan

budaya dan kurangnya pemahaman penyebab lain dari

keengganan untuk memberikan perawatan rohani

(Narayanasamy, 2004).

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP KEBUTUHAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/2/T1... ·  · 2016-02-18dan rnemenuhi kewajiban agama serta kebutuhan untuk ... menegakkan

33

Dengan kata lain, faktor-faktor yang mempengaruhi

peran perawat dalam memenuhi kebutuhan spiritual

dapat diuraikan sebagai berikut (Jenkins, 2009):

1. Konflik

Ada ketika peran yang bertentangan diproyeksikan

ke perawat. Dalam memenuhi satu set harapan,

perawat tidak dapat memenuhi harapan dari

kelompok lain.

2. Peran yang berlebihan

Terjadi ketika tuntutan peran tertentu melebihi

kapasitas perawat untuk melakukan peran. Perawat

dapat memahami sifat dari persyaratan, tetapi tidak

memiliki waktu, tingkat keterampilan, atau

pendidikan untuk melakukan persyaratan tersebut.

3. Budaya

Budaya membentuk perilaku perawat. Budaya

merujuk pada bagaimana sesuatu terjadi dalam

organisasi. Hal ini termasuk komitmen organisasi

dalam misi dan tujuan, saling berbagi nilai dan

pengertian.

4. Peran keterlibatan

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP KEBUTUHAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/2/T1... ·  · 2016-02-18dan rnemenuhi kewajiban agama serta kebutuhan untuk ... menegakkan

34

Terjadi ketika perawat sepenuhnya memahami peran

dan kegiatan yang diperlukan untuk memenuhi peran

tersebut.

Selain perawat, pimpinan perawat/kepala ruangan

juga memiliki andil besar dalam melaksanakan

pelayanan keperawatan yang holistik. Pimpinan perawat

adalah direktur atau manajer dari departemen

keperawatan di rumah sakit. Mereka bertanggung jawab

untuk perawatan pasien yang disediakan di departemen

mereka. Mereka mengembangkan kebijakan untuk

membimbing dan mengarahkan aktivitas perawat

sehingga mandat peraturan diikuti, dan akhirnya dapat

mempengaruhi penyediaan perawatan holistik bagi

pasien (Narayanasamy 2006). Ada 2 faktor yang

mempengaruhi peran perawat pemimpin dalam

memenuhi kebutuhan spiritual pasien, antara lain

sebagai berikut (Jeinkins, 2009):

1. Faktor internal meliputi:

a. Agama: persepsi perawat

b. Pengetahuan: kebijakan holistik

c. Kunjungan pastoral: intervensi spiritual

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP KEBUTUHAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/2/T1... ·  · 2016-02-18dan rnemenuhi kewajiban agama serta kebutuhan untuk ... menegakkan

35

d. Keyakinan pribadi: kebutuhan individu, nilai-nilai,

ketrampilan, sifat

e. Kenyamanan: manfaat kebutuhan spiritual

2. Faktor eksternal meliputi:

a. Pengaruh uraian pekerjaan

b. Pengaruh supervisor

c. Pendidikan keperawatan spiritual

d. Pengaruh trend professional

Perawat pemimpin memiliki pandangan bahwa asuhan

spiritual sebagai kunjungan pastoral dan bersifat

keagamaan. Hal ini mengindikasi bahwa perawat

memandang asuhan spiritual sebagai aktifitas yang

bersifat keagamaan yang akan memberikan

kenyamanan saat dipimpin oleh pemimpin agama, dan

tidak ada aturan tertulis yang membimbing mereka dan

staff mereka dalam menyediakan asuhan spiritual bagi

pasien mereka.

2.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

a) H0 a: tidak ada hubungan antara faktor konflik

dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di

RSP dr. Ario Wirawan.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP KEBUTUHAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6712/2/T1... ·  · 2016-02-18dan rnemenuhi kewajiban agama serta kebutuhan untuk ... menegakkan

36

H1 a: ada hubungan antara faktor konflik dengan

pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di RSP

dr. Ario Wirawan.

b) H0 b: tidak ada hubungan antara faktor peran

yang berlebihan dengan pemenuhan kebutuhan

spiritual pasien di RSP dr.Ario Wirawan.

H1 b: ada hubungan antara faktor peran yang

berlebihan dengan pemenuhan kebutuhan

spiritual pasien di RSP dr. Ario Wirawan.

c) H0 c: tidak ada hubungan antara faktor budaya

dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di

RSP dr. Ario Wirawan.

H1 c: ada hubungan antara faktor budaya dengan

pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di RSP

dr. Ario Wirawan.

d) H0 d: tidak ada hubungan antara faktor

keterlibatan dengan pemenuhan kebutuhan

spiritual pasien di RSP dr. Ario Wirawan.

H1 d: ada hubungan antara faktor keterlibatan

dengan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien di

RSP dr. Ario Wirawan.