Upload
ngodung
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Pemasaran dalam New Media (Media Baru)
2.1.1 Komunikasi Pemasaran
Definisi komunikasi seperti yang dikatakan Shanon dan Weaver dalam
Deddy Mulyana (2005:4) yang berbunyi “komunikasi merupakan bentu interaksi
manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja.
Tidak hanya sebatas pada bentuk komunikasi dengan bahasa verbal, tetapi juga
dalam hal ekspresi muka, lukisan dan teknologi.”
Sedangkan definisi pemasaran menurut Kotler dan Keller (2007:6),
“Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan
pihak lain”. Dengan definisi pemasaran yang Kotler katakan, mengartikan bahwa
kebutuhan manusia memiliki alat pemuas, dan alat pemuas itu digambarkan
sebagai sebuah produk.
Menurut William G. Nickels dalam Basu Swastha (2001:345),
“komunikasi pemasaran adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pembeli
dan penjual, dan merupakan kegiatan yang membantu dalam pengambilan
keputusan di bidang pemasaran serta mengarahkan pertukaran agar lebih
memuaskan dengan cara menyadarkan semua pihak untuk berbuat lebih baik.”
9
Maka dari itu peneliti memahami bahwa komunikasi pemasaran adalah
sarana yang digunakan perusahaan atau organisasi untuk menyampaikan pesan
pada khalayak tentang barang atau jasa yang dijual secara langsung atau tidak
langsung, oleh karena itu komunikasi merupakan salah satu hal penting untuk
dapat melakukan kegiatan pemasaran ini.
Dalam komunikasi pemasaran tentunya pemasar harus memiliki ilmu
pemasaran melalui komunikasi yang efektif sehingga dapat merubah tingkah laku,
ataupun dapat memperkuat tingkah laku yang sudah diubah sebelumnya. Menurut
Basu Swastha dan Irawan (2005:345-347) “proses adopsi sangat berkaitan dengan
masalah komunikasi yang efektif karena menyangkut keputusan menerima/adopsi
atau menolak produk atau ide dari pihak konsumen”. Proses adopsi yang
dilakukan tiap individu dapat melalui beberapa tahap yaitu:
1. Kesadaran – Calon pembeli mengetahui tentang suatu produk yang
disampaikan oleh si pengirim pesan, akan tetapi si calon konsumen kurang
detail dalam memahami produknya. Dia juga mungkin tidak mengetahui
kegunaan produk itu dan bagaimana cara memakainya.
2. Minat - Jika calon pembeli tersebut sudah sadar dengan produk yg
disampaikan maka tahap selanjutnya dapat timbul minat, maka dia akan
berusaha mengumpulkan informasi dan juga kegunaan tentang produk
tersebut.
3. Evaluasi – calon konsumen mulai menguji mental dengan menetapkan
produk tersebut ke dalam kondisi pribadinya.
4. Percobaan – Calon pembeli disini sebelum membeli produk tersebut untuk
mencoba mencari tahu lebih dalam tentang produk tersebut. Calon pembeli
10
mencoba mencari tahu lebih dulu karena mungkin terlalu mahal atau sulit
diperoleh.
5. Keputusan – Calon pembeli harus mengambil keputusan baik menerima
maupun menolak. Jika dalam tahap evaluasi atau percobaan sebelumnya
calon pembeli merasa puas, maka kemungkinan besar si calon konsumen
akan menerima.
6. Konfirmasi - Walaupun calon pembeli tersebut telah mengambil keputusan
untuk menerima produk itu, akan tetapi dia dapat terus
mempertimbangkan kembali keputusannya dan berusaha mencari infrmasi
yang dapat memperkuat keputusanya.
Dalam pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan komunikasi
yang efektif dengan pemasaran yang tepat sesuai sasaran membuat komunikasi
dan pemasarn dapat berjalan dengan baik dan juga dapat mempengaruhi, serta hal
ini juga bisa saja merubah tingkah laku seseorang dengan produk atau jasa yang
ditawarkan si pengirim pesan.
2.1.3 Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran merupakan hal uang sangat penting bagi perusahaan
dimana strategi pemasaran merupakan suatu cara mencapai keberhasilan dan
kemajuan sistem penjualan di sebuah perusahaan. Hal ini juga didukung oleh
pendapat Swastha “Strategi adalah serangkaian rancangan besar yang
menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan harus beroperasi untuk mencapai
tujuannya.” Strategi pemasaran ini tidak hanya diperuntukkan bagi usaha berskala
besar saja, akan tetapi usaha kecil juga sangat membutuhkan srtategi pemasaran
11
untuk terus mengembangkan dan memajukan usahanya, karena sering kali pada
saat kondisi kritis, justru usaha kecillah yang mampu memberikan pertumbuhan
tehadap pendapatan masyarakat (Agus Hermawan, 2012:33).
Salah satu strategi pemasaran yang dilakukan beberapa perusahaan ialah
dengan cara melakukan penyebaran pemasaran itu sendiri, atau lebih sering
dikenal dengan kata lain bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran
adalah empat komponen dalam pemasaran yang tediri dari 4P, yaitu: ”Product
(produk), Price (harga), Place (tempat), Promotion (promosi)”.
Dengan apa yang dipaparkan diatas peneliti memahami bahwa tidak hanya
dengan produk yang bermutu saja yang dapat mempengaruhi keberhasilan
perusahaan akan tetapi harga yang kompetitif, tempat yang strategis dan juga
promosi yang tepat juga sangat berpengaruh besar untuk kelangsungan hidup dan
perkembangan sebuah perusahaan.
2.1.3.1 Promosi
Kegiatan promosi biasanya merupakan salah satu komponen yang menjadi
prioritas dari kegiatan komunikasi pemasaran. Dengan adanya kegiatan promosi,
maka calon konsumen akan mengetahui bahwa perusahan meluncurkan suatu
produk baru yang akan menggoda konsumen untuk melakukan kegiatan
pembelian (Agus Hermawan, 2012:38-39). Kegiatan promosi sangat erat
kaitannya dnegan penyebaran informasi untuk disampaikan ke konsumen. Dalam
penyampaian informasi ini ada beberapa hal penting yang hendaknya diperhatkan,
yaitu:
12
• Program periklanan yang dijalankan, kegiatan periklanan adalah media
utama bagi perusahaan untuk menunjang kegiatan promosi dimana
promosi memiliki tujuan untuk menarik konsumen agar mau mealkukan
pembelian terhadap produk yang ditawarkan.
• Promosi dengan mengutamakan penjualan yang secara probadi (penjualan
personal selling), kegiatan promosi ini dilakukan dengan cara
mengharuskan penjual agar berhadapan langsung dengan konsumen.
• Promosi yang dilakukan dengan mengdepankan aspek penambahan
intensitas nilai produk, kegiatan promosi yang mengedepankan
penambahan intensitas nilai barang atau jasa.
• Promosi dengan cara lebih meningkatkan publisitas, cara ini lebih condong
untuk membentuk sebuah image yang lebih positif terhadap produk yang
ditawarkan.
2.1.4 New Media (Media Baru)
Dalam perkembangan jaman sekarang, teknologi sangat pesat
perkembangannya, hal ini membuat banyak bermunculan new media (media baru)
yang merupakan jenis teknologi komunkasi baru dalam digital yang dijadikan
sebagai perantara baru yang dapat diakses dengan cepat dan mudah. ”New media
atau media baru ini telah memberikan banyak manfaat kepada tiap individu dan
juga kelompok sebagai alat untuk mendukung proses komunikasi. New media
juga mengubah fungsi media komunikasi intrpersonal, komunikasi kelompok
maupun komunikasi massa. Kenyataan ini juga melampaui fungsi dan bentuk
13
media massa yang ada selama ini, yaitu media cetak dan elektronik” (Nawiroh,
2016:88).
Menurut Flew (2005:3), “the idea of new media capture both the
development of unique forms of digital media, and the remaking of more
traditional media forms to adopt and adapt to the new media technologies.” Yang
artinya “ide dari media baru diambil dari pengembangan bentuk media digital
yang unik dan pembuatan ulang media tradisional untuk diadopsi dan disesuaikan
dengan teknologi media baru”. Dalam hal ini beberapa pakar sepakat sebab istilah
new media digunakan untuk membedakan dari media lama yang lebih dahulu ada.
New media juga istilah untuk mencakup kemunculan media digital saat ini
atau teknologi informasi dan komunikasi pada abad ke-20 ini. Beberapa media
yang umum dianggap sebagai new media ialah internet dengan begitu banyak
aplikasinya seperti situs, email, blog, situs berbagi video, koran online dan lain
sebagainya. Di luar internet dapat dimasukkan antara lain seperti smartphone,
handphone, DVD, website, komputer multi media.
Dari definisi diatas peneliti menyimpulkan bahwa new media adalah
sebuah media komunikasi baru yang memberikan informasi dan hiburan kepada
khalayak, serta dapat menghubungkan setiap individu dan khalayak dari belahan
bumi manapun dengan mudah dan cepat.
2.2 Media Sosial
Media sosial adalah salah satu bentuk dari perkembangan adanya internet
saat ini, maka media sosial termasuk ke dalam kategori new media. Melalui media
sosial, seseorang dapat saling terhubung berkomunkasi dan berbagi informasi
14
antara satu dengan yang lain dengan mudah dan cepat. Media sosial sendiri pada
saat ini juga telah melekat pada masyarakat dan bisa dibilang sudah menjadi salah
satu kebutuhan dari masyarakat modern. Seperti mempublikasi foto secara
perorangan, berita, promosi atau hanya ekedar hiburan. Serta dengan adanya
media sosial bagi setiap perusahaan, juga sangat menjadi peluang besar agar dapat
mempromosikan produk dan jasa nya kemana saja dengan mudah dan cepat.
Menurut deifinisi Utari dalam jurnal Devita (2014), “media sosial adalah
sebuah media online dimana para penggunanya dapat dengan mudah
berpartisipasi. Berpartisipasi dalam arti seseorang akan dengan mudah berbagi
informasi, menciptakan konten atau isi yang ingin disampaikan kepada orang lain,
memberi komentar terhadap masukan yang diterimanya dan seterusnya. Semua
dapat dilakukan dengan cepat dan tak terbatas”. Sedangkan menurut Van Djik
(2013) dalam Nasrullah (2016:11) menjelaskan bahwa “media sosial adalah
platfrom media yang mefokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi
mereka dalam beraktifitas maupun berkolaborasi. Karena itu, media sosial dapat
dilihat sebagai fasilotator online yang menguatakna hubungan antar pengguna
sekaligus sebagai sebuah ikatan sosial”.
Dari definisi diatas peneliti menyimpulkan bahwa media sosial merupakan
sebuah alat komunikasi di internet yang memungkinkan penggunanya dapat
berinteraksi, berkolaborasi dan bekerja sama dengan pengguna lain dan dapat
membentuk hubungan sosial secara virtual. Beberapa media sosial yang sering
digunakan oleh setiap orang pada saat ini yaitu sebagai berikut : Facebook,
Twitter, Instagram, Youtube, dan lain-lain.
15
Selain penggunaan media sosial yang digunakan untuk berkomunikasi
virtual antara satu dnegan yang lain tersebut, beberapa perusahaan memanfaatkan
media sosial ini untuk mempromosikan produk atau jasa yang mereka miliki.
Dengan media sosial ini perusahaan dapat dengan mudah mempromosikan produk
dan jasanya kemana saja dengan capat.
2.2.1 Media Sosial Youtube
Youtube adalah salah satu bentuk media sosial yang memuat ribuan
konten video yang dibuat pada 14 Februari 2005 dengan nama domain
www.youtube.com. Menurut jurnalkomputer.com, youtube didirikan oleh Steve
Chen, Chad Hurley dan Jawed Karim yang merupakan mantan karyawan Playpal.
Kantor pertama Youtube sendiri pertama kali terletak di San Mateo, California.
Media sosial yang kontennya adalah video ini, memberikan perangkat atau
fasilitas pembuatan kanal atau channel. Channel ini dimiliki oleh khalayak yang
telah memiliki akun youtube. Di channel tersebut pengguna mengunggah video
berdasarkan kategori maupun jenis yang diinginkan. Ibarat sebuah channel televisi
di perangkat TV, channel youtube yang dibuat oleh pengguna ini merupakan
gambaran atau sebagai model produksi TV secara mikro di media sosial (Lister,
2003). Melayani lebih dari dua miliar video per hari, telah menjadi pemimpin
yang jelas dalam berbagi video online. Youtube memperoleh pendapatan
utamanya melalui penjualan iklan pada halaman homepage dan pencarian hasil-
hasilnya, serta dalam video-nya.
Pada November 2006, Youtube dibeli oleh Google dan resmi beroperasi
sebagai anak perusahaan Google. Perusahaan Youtube saat ini berkantor pusat di
16
San Bruno, California dan memakai teknologi Adobe Flash Video dan HTML5
untuk menampilkan berbagai macam konten video, termasuk video klip, klip TV,
dan video musik. Selain itu juga ada pula konten amatir seperti blog video.
(jurnalkomputer.com)
2.3 Elemen Program Acara
Programmer atau pembuat program acara harus menentukan hal apa yang
akan digunakan sebagai senjata untuk menarik penonton. Dengan kata lain
menentukan jenis program acara yang menirutnya dapat sukses ditayangkan. Jika
hal itu sudah ditentukan, tahap selanjutnya memasukkan hal-hal yang apa saja
yang harus dimasukkan sesuai target dan jenis daya tarik yang ditentukan.
Kesulitan utama sebuah pengelola program tayangan yaitu seberapa sukses
tayangan tersebut. Sedangkan, sampai saat ini tidak ada senjata yang dapat
digunakan untuk memperkirakan apakah suatu program akan sukses pada saat
penayangannya nanti. Namun, menurut Morissan (2009:324-331), “semua
program yang sukses harus memiliki elemen-elemen sebagai berikut agar dapat
dikatakan berhasil dan berkualitas:
1. Konflik
Salah satu elemen yang sangat penting dalam keberhasilan suatu program
adalah adanya konflik atau adanya benturan karakter diantara tokoh-tokph yang
ada di tayangan tersebut. Dengan adanya konflik maka sebuah tontonan dapat
dikatakan menarik dan tidak akan terasa monoton.
17
2. Durasi
Program yang berhasil selanjutnya yaitu program yang mampu bertahan
selama mungkin dan tidak hanya sekali tayang. Sebuah program sebaiknya
merancang san memikirkan program acara yang mampu bertahan terus-menerus,
dengan kata lain sebuah program ini harus memiliki kemampuan
mempertahankan daya tarik nya selama mungkin.
3. Kesukaan
Sebuah program memiliki pemain utama atau pemain pendukung yang
penonton sukai dan membuat penonton merasa nyaman menonton sampai
program acara itu selesai. Dengan ini hal yang sangat pemting dalam menentukan
pemain utama dan kesukaan penonton agar daya tarik terhadap program acara
semakin meningkat.
4. Konsistensi
Sebuah program acara harus konsisten terhadap karakter dan tema yang
program sajikan sejak awal penayangannya. Oleh karena itu, program harus
memiliki tema acara yang tidak boleh berubah pada setiap episodenya, serta
karakter yang konsisten agar penonton dapat dengan mudah menghapalkan tiap
karakter di dalam program acara.
5. Energi
Setiap program harus memiliki energi yang mampu mempertahankan si
penonton untuk tidak mengalihkan perhatiannya kepada hal-hal lainnya. Vane-
Gross mendefinisikan energi sebagai “Kualitas yang menekankan pada kecepatan
18
cerita dan semangat ke dalam cerita dengan menyajikan gambar-gambar yang
tidak bisa ditinggalkan penonton”. Berdasarkan definisi Vane-Gross tersebut,
maka suatu program yang memiliki energi harus memiliki tiga hal ini, yaitu:
Gambar yang kuat , Excitement (daya tarik), Kecepatan Cerita.
6. Timing
Pada tahap timing ini, setiap pembuat program acara harus mampu
memilih suatu tayangan dengan mempertimbangkan waktu penayangan (timing)
yaitu apakah sebuah program ini sudah cocok dan sesuai pada jamannya atau
tidak. Vane-Gross menilai timing ini juga termasuk hal yang penting maka ia
berkata, “program yang terlalu ketinggalan jaman akan ditinggalkan penontonnya,
dengan demikian maka suatu program harus dapat menjaga kehaemonisannya
dengan waktu. Serta timing disini juga bisa diktakan pemilihan waktu
penayangannya yang dipilih untuk sasaran penonton umur berapa dan harusnya
tayang pada jam berapa”.
2.4 Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen menurut Kotler dan Keller (2009:166) adalah “studi
tentang bagaimana individu, kelompok dan organsisasi memilih, membeli,
menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide , atau pengalaman untuk
memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka”. Sedangkan menurut Setiadi
(2008:3) perilaku konsumen adalah “tindakan yang terlibat langsung dalam
mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk
proses yang mendahului dan menyusuli tindakan ini”. Swastha dan Handoko
(2000:10) mengartikan “perilaku konsumen sebagai kegiatan-kegiatan individu
19
yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-
barang dan jasa-jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada
persiapan dan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan
tersebut”. Menurut Kotler dan Keller (2009:166) beberapa faktor yang
mempengaruhi perliaku konsumen yaitu faktor budaya, faktor sosial, dan faktor
pribadi.
2.4.1 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Periset pemasaran telah mengembangkan beberapa tahapan dalam proses
pengambilan keputusan pembelian yaitu dengan “model tingkat”. Dalam model
tingkat ini konsumen harus melalui pada 5 tahap berikut:
Gambar 2.1 Tahapan Pengambilan Keputusan Pembelian
Dari tahapan diatas konsumen dapat melalui tahapan dengan cara melalui
lima tahapan tersebut. Menurut Kotler dan Keller (2002:184-191) menjelaskan
Pengenalan Masalah
Pencarian Informasi
Evaluasi alternatif
Keputusan Pembelian
Perilaku Pasca
Pembelian
20
bahwa proses pembelian ini dimulai ketika pembeli menyadari suatu kebutuhan
yang dupicu suatu rangsangan internal dan ekstornal. Pemasar mengidentifikasi
keadaan yang memicu kebutuhan tertentu dengan mengumpulkan informasi yang
memicu minat konsumen,tahap ini termasuk dslam tahap pengenalan masalah.
Pada tahap selanjutnya konsumen akan dituntut mencari informasi untuk
produk yang dia inginkan, mereka akan memilah dan memilih bagaimana produk
itu dan beberapa informasi yang mereka butuhkan. Kemudian mereka memproses
informasi merk dan melakukan penilaian akhir. Dalam tahap evaluasi, calon
konsumen membentuk prefrrnsi antarmerek dalam kumpulan pilihan. Dengan
begitu konsumen bisa memutuskan untuk membeli produk.
Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami konflik dikarenakan
melihat fitur mengkhawatirkan tertentu atau mendengar hal-hal menyenangkan
tentang merk lain dan waspada terhadap informasi yang mendukung
keputusannya. Karena komunikasi pemasaran yang baik seharusnya memberi
keyakinan dan evaluasi yang memperkuat pilihan konsumen dan membantunya
merasa nyaman pada merek tersebut.
2.5 Landasan Teori
2.5.1 Model AIDA
Model AIDA dari Hierarki ini dapat dipakai untuk mengukur dampak
suatu komunikasi pemasaran. Model ini mengasumsikan bahwa seseorang yang
akan membeli sebuah produk tentunya bermula dari adanya perhatian yang
muncul, kemudian ketertarikan dan keinginan, dan tahap selanjutnya akan
berakhir pada tindakan. Seperti dalam proses adopsi yang telah disebutkan pada
21
buku Swastha Basu dan Irawan (2001:347-348) yang menyebutkan “enam
tahapan yaitu: kesadaran, minat, evaluasi, percobaan, keputusan dan konfirmasi”.
Enam tahapan tadi berkaitan dengan prinsip AIDDA berikut ini.
a. Attention atau Perhatian (A) = Kesadaran
b. Interest atau Ketertarikan (I) = Minat
c. Desire atau Hasrat (D) = Keinginan
d. Action atau Tindakan (A) = Konfirmasi
Pemahaman unsur model AIDA ini erat kaitannya dengan memahami
minat beli konsumen dan juga menyususn strategi untuk mempengaruhi
konsumen, berikut beberapa komponen yang dapat berhubungan dengan model
AIDA ini:
a. Komponen efek kognitif
Efek kognitif ini sifatnya hanya sebatas informasi saja kepada si
komunikan yang menerima pesan dari media massa tersebut. Efek kognitif ini
adalah akibat yang timbul dari terpaan media yang bersifat informatif kepada
dirinya. Dari yang semula tidak tahu kemudian jadi tahu, dari yang tadinya tidak
paham kemudian menjadi paham.
b. Komponen efek afektif
Dalam efek afektif ini yang ditimbulkan dari media masssa kepada
komunikan yaitu tidak hanya sebatas informasi saja ,akan tetapi mulai
menimbulkan perasaan tertentu. Efek afektif ini mengacu pada efek perasaan atau
22
emosional. Disini media massa dapat menimbulkan suatu rangsangan emosional
atau perasaan pada khalayak.
c. Komponen efek konatif
Efek konatif ini mengacu pada tingkah laku atau tindakan khalayak yang
timbul karena diterpa sebuah media massa. Efek yang ditimbulkan disini berupa
perilaku audience yang telah memiliki tekad di dalam level ini.
Berikut ini adalah tahapan model AIDA milik Hierarki jika dibuat dalam bentuk
tabel:
Tabel 2.1 Model Hierarki Tanggapan
Tahap Gerakan kearah pembelian
Tahap Kognitif Perhatian (Attention)
Tahap Afektif Minat & Keinginan (Interest & Desire
Tahap Konitif Tindakan (Action)
Sumber : Kotler (2009)
2.5.2 Teori S-R
Teori S-R adalah singkatan dari Stimulus-Response ini dulunya berasal
dari ilmu psikologi. Tidak mengherankan juga bisa termasuk dalam kajian ilmu
komunikasi ssebab objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah
sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap, perilaku,
opini, kognisi, afeksi dan konasi. Menurut taori stimulus response ini, “efek yang
ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang
dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi
komunikasi” (Effendy, 2003, 254-255).
23
Teori S-R secara jelas dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 2.2 Gambaran Teori S-R
Keterangan:
• Stimulus (S) : Rangsangan, sebuah pesan/iklan yang ditujukan kepada
khalayak.
• Response (R) : Respon, pesan/iklan tersebut dapat diterima khalayak dan
diharapkan merubah tingkah laku khalayak.
Berdasarkan teori S-R ini juga dijelaskan bahwa pesan yang disampaikan
komunikator kepada komunikan akan menimpulkan efek yang kehadirannya
terkadang tanpa disadari oleh komunikan. Beberapa hal tersebut membuat peneliti
memahami bahwa teori ini menimbilkan efek yang terarah dan langsung terhadap
komunikan, serta menunjukan jika kata-kata verbal, isyarat non verbal dan simbol
tertentu akan membuat rangsangan bagi khalayak dengan cara mereka sendiri.
“Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin
diterima dan mungkin akan ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada
perhatian pada komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti, lalu
komunikan akan mengolahnya dan menerimanya, maka selanjutnya terjadilah
ketersediaan merubah sikap” (Onong, 2003:256-258).
Stimulus Respone
24
2.7 Kerangka Pikiran
Gambar 2.3 Hubungan Terpaan Tayangan Malang Melintang Series dan
Frekuensi Membeli Malang Strudel
2.8 Definisi Konseptual
Definisi konseptual pada penelitian ini dimaksud untuk lebih berfokus
pada pengertian tema dan objek yang diteliti. hal ini menghindari kesalahpahaman
terhadap beberapa istilah yang digunakan dalam judul penelitian “Pengaruh
Terpaan Tayangan Malang Melintang Series terhadap Frekuensi Membeli Malang
Strudel”. Adapun beberapa konsep yang digunakan meliputi:
2.8.1 Terpaan Tayangan Film Malang Melintang Series
Tayangan Film Malang Melintang Series termasuk sebuah program baru
bergenre drama komedi seperti OKJEK di Net Tv ,bedanya tayangan ini dibuat
oleh Malang Strudel (oleh-oleh khas Malang) sebagai strategi komunikasi
pemasaran baru. Dengan membuat program yang bercerita tentang keseharian
Tayangan Malang
Melintang Series
Stimulus (Pesan
Iklan)
Attention
(Kesadaran) dan
Respone
Interest (Minat)
dan Desire
(Keinginan)
Action (Tindakan Frekuensi Membeli
produk
25
para karyawan Malang Strudel yang berada di outlet Malang Strudel. Menurut
peneliti terpaan tayangan Malang Melintang Series yang dimaksud adalah
seberapa banyaknya informasi yang diperoleh dari media tersebut melalui cara
melihat, mendengarkan dan membaca sebuah pesan yang ada didalam suatu media
tersebut. Terpaan disini mengandung poin yang berupa frekuensi dan intensitas
2.8.2 Frekuensi Membeli Produk Kue Malang Strudel
Tahap dimana pembeli sudah menentukan pilihannya dan melakukan
pembelian produk dan mengkonsumsinya. Pengambilan keputusan oleh konsumen
untuk melakukan pembelian itu diawali oleh adanya kesadaran atas kebutuhan dan
keinginan. Selanjutnya jika sudah disadari maka konsumen akan mencari
informasi mengenai keberadaan produk yang ia inginkan (Suharno, 2010:96).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa frekuensi
pembelian adalah seberapa sering tingkat pembelian yang dilakukan konsumen
terhadap suatu produk atau merek tertentu. Pada penelitian ini peneliti
mengkhususkan frekuensi membeli antara 3 bulan terakhir terhadap produk
Malang Strudel.
2.9 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan petunjuk bagaimana suatu variabel diukur.
Dengan melihat definisi operasional variabel suatu penelitian, maka seseorang
peneiliti akan mengetahui suatu variabel yang akan diteliti (M.Singirimbun dan
Sofian Effendi, 2001:23).
26
2.9.1 Variabel bebas X : Terpaan Tayangan Film Malang Melintang Series
Adapun indikator dari variabel bebas tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Dilihat dari ketertarikan saat melihat cover/teaser tayangan Malang
Melintang Series
2. Dilihat dari ketertarikan saat mendengar jingle lagu dari Malang
Melintang Series.
3. Dilihat dari frekuensi atau tingkat keseiringan responden dalam menonton
tayangan Malang Melintang Series.
4. Dilihat dari intensitas/berapa lama responden meluangkan waktu
menonton 1 episode tayangan Malang Melintang Series.
5. Dilihat dari responden memperhatikan detail yang ada dalam tayangan
Malang Melintang Series.
6. Dilihat dari perhatian responden dalam melihat tingkah konyol atau
guyonan yang ada di Malang Melintang Series.
7. Dilihat dari ketertarikan di salah satu episode yang menampilkan public
figure “Teuku Wisnu”.
8. Dilihat dari kesadaran responden saat menonton tayangan Malang
Melintang Series jika disekitarnya ada orang lain beraktivitas.
9. Dilihat dari tanggapan responden terhadap tayangan Malang Melintang
Series unik dan menghibur dengan budaya khas arek Malang.
10. Dilihat dari perasaan responden terhadap tayangan Malang Melintang
Series.
11. Dilihat dari perhatian responden terhadap iklan produk yang ada dalam
tayangan Malang Melintang Series.
27
2.9.2 Variabel terkait Y : Frekuensi Membeli Produk Kue Malang Strudel
Adapun indikator dari variabel terkait tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Dilihat dari responden yang mendapatkan informasi produk setelah
menonton tayangan Malang Melintang Series.
2. Dilihat dari ketertarikan responden untuk mengetahui varian rasa apa saja
kue Malang Strudel setelah menonton Malang Melintang Series.
3. Dilihat dari responden yang telah mencari tahu beberapa varian rasa kue
Malang Strudel pada website/instagram Malang Strudel.
4. Dilihat dari ketertarikan terhadap setting tempat sekaligus outlet Malang
Strudel setelah menonton Malang Melintang Series.
5. Dilihat dari ketertarikan datang dan berkunjung langsung ke outlet Malang
Strudel setelah menonton Malang Melintang Series.
6. Dilihat dari ketertarikan responden untuk mencoba/membeli produk
Malang Strudel yang ada dalam tayangan Malang Melintang Series.
7. Dilihat dari responden dalam memutuskan membeli karena pemilik kue
Malang Strudel sang public figure Teuku Wisnu.
8. Dilihat dari ketertarikan untuk membeli produk Malang Strudel karena
varian rasa yang unik dan menarik.
9. Dilihat dari tanggapan responden terhadap produk Malang Strudel.
10. Dilihat dari seberapa sering membeli produk Malang Strudel setelah
adanya tayangan Malang Melintang Series 5 bulan terakhir.
28
2.10 Hipotesis
Hipotesis penelitian merupakan sebuah jawaban sementara terhadap
rumusan masalsh penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan rumusan masalah maka
dirumuskan jawaban sementara dari permasalahan yang hendak diteliti yaitu
diduga ada pengaruh terpaan tayangan Malang Melontang Series terhadap
frekuensi membeli Malang Strudel pada konsumen Malang Strudel di outlet
Malang Strudel.
Ha : Terdapat pengaruh terpaan tayangan film Malang Melintang
Series terhadap frekuensi membeli produk kue Malang Strudel.
Ho : Tidak ada pengaruh terpaan tayangan film Malang Melintang
Series terhadap frekuensi membeli produk kue Malang Strudel.