21
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Pemasaran dalam New Media (Media Baru) 2.1.1 Komunikasi Pemasaran Definisi komunikasi seperti yang dikatakan Shanon dan Weaver dalam Deddy Mulyana (2005:4) yang berbunyi komunikasi merupakan bentu interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak hanya sebatas pada bentuk komunikasi dengan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan dan teknologi.Sedangkan definisi pemasaran menurut Kotler dan Keller (2007:6), “Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain”. Dengan definisi pemasaran yang Kotler katakan, mengartikan bahwa kebutuhan manusia memiliki alat pemuas, dan alat pemuas itu digambarkan sebagai sebuah produk. Menurut William G. Nickels dalam Basu Swastha (2001:345), komunikasi pemasaran adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pembeli dan penjual, dan merupakan kegiatan yang membantu dalam pengambilan keputusan di bidang pemasaran serta mengarahkan pertukaran agar lebih memuaskan dengan cara menyadarkan semua pihak untuk berbuat lebih baik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Pemasaran dalam …eprints.umm.ac.id/41027/3/BAB II.pdf · ... dan alat pemuas itu digambarkan ... sarana yang digunakan perusahaan atau organisasi

  • Upload
    ngodung

  • View
    225

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi Pemasaran dalam New Media (Media Baru)

2.1.1 Komunikasi Pemasaran

Definisi komunikasi seperti yang dikatakan Shanon dan Weaver dalam

Deddy Mulyana (2005:4) yang berbunyi “komunikasi merupakan bentu interaksi

manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja.

Tidak hanya sebatas pada bentuk komunikasi dengan bahasa verbal, tetapi juga

dalam hal ekspresi muka, lukisan dan teknologi.”

Sedangkan definisi pemasaran menurut Kotler dan Keller (2007:6),

“Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok

mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,

menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan

pihak lain”. Dengan definisi pemasaran yang Kotler katakan, mengartikan bahwa

kebutuhan manusia memiliki alat pemuas, dan alat pemuas itu digambarkan

sebagai sebuah produk.

Menurut William G. Nickels dalam Basu Swastha (2001:345),

“komunikasi pemasaran adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh pembeli

dan penjual, dan merupakan kegiatan yang membantu dalam pengambilan

keputusan di bidang pemasaran serta mengarahkan pertukaran agar lebih

memuaskan dengan cara menyadarkan semua pihak untuk berbuat lebih baik.”

9

Maka dari itu peneliti memahami bahwa komunikasi pemasaran adalah

sarana yang digunakan perusahaan atau organisasi untuk menyampaikan pesan

pada khalayak tentang barang atau jasa yang dijual secara langsung atau tidak

langsung, oleh karena itu komunikasi merupakan salah satu hal penting untuk

dapat melakukan kegiatan pemasaran ini.

Dalam komunikasi pemasaran tentunya pemasar harus memiliki ilmu

pemasaran melalui komunikasi yang efektif sehingga dapat merubah tingkah laku,

ataupun dapat memperkuat tingkah laku yang sudah diubah sebelumnya. Menurut

Basu Swastha dan Irawan (2005:345-347) “proses adopsi sangat berkaitan dengan

masalah komunikasi yang efektif karena menyangkut keputusan menerima/adopsi

atau menolak produk atau ide dari pihak konsumen”. Proses adopsi yang

dilakukan tiap individu dapat melalui beberapa tahap yaitu:

1. Kesadaran – Calon pembeli mengetahui tentang suatu produk yang

disampaikan oleh si pengirim pesan, akan tetapi si calon konsumen kurang

detail dalam memahami produknya. Dia juga mungkin tidak mengetahui

kegunaan produk itu dan bagaimana cara memakainya.

2. Minat - Jika calon pembeli tersebut sudah sadar dengan produk yg

disampaikan maka tahap selanjutnya dapat timbul minat, maka dia akan

berusaha mengumpulkan informasi dan juga kegunaan tentang produk

tersebut.

3. Evaluasi – calon konsumen mulai menguji mental dengan menetapkan

produk tersebut ke dalam kondisi pribadinya.

4. Percobaan – Calon pembeli disini sebelum membeli produk tersebut untuk

mencoba mencari tahu lebih dalam tentang produk tersebut. Calon pembeli

10

mencoba mencari tahu lebih dulu karena mungkin terlalu mahal atau sulit

diperoleh.

5. Keputusan – Calon pembeli harus mengambil keputusan baik menerima

maupun menolak. Jika dalam tahap evaluasi atau percobaan sebelumnya

calon pembeli merasa puas, maka kemungkinan besar si calon konsumen

akan menerima.

6. Konfirmasi - Walaupun calon pembeli tersebut telah mengambil keputusan

untuk menerima produk itu, akan tetapi dia dapat terus

mempertimbangkan kembali keputusannya dan berusaha mencari infrmasi

yang dapat memperkuat keputusanya.

Dalam pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan komunikasi

yang efektif dengan pemasaran yang tepat sesuai sasaran membuat komunikasi

dan pemasarn dapat berjalan dengan baik dan juga dapat mempengaruhi, serta hal

ini juga bisa saja merubah tingkah laku seseorang dengan produk atau jasa yang

ditawarkan si pengirim pesan.

2.1.3 Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran merupakan hal uang sangat penting bagi perusahaan

dimana strategi pemasaran merupakan suatu cara mencapai keberhasilan dan

kemajuan sistem penjualan di sebuah perusahaan. Hal ini juga didukung oleh

pendapat Swastha “Strategi adalah serangkaian rancangan besar yang

menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan harus beroperasi untuk mencapai

tujuannya.” Strategi pemasaran ini tidak hanya diperuntukkan bagi usaha berskala

besar saja, akan tetapi usaha kecil juga sangat membutuhkan srtategi pemasaran

11

untuk terus mengembangkan dan memajukan usahanya, karena sering kali pada

saat kondisi kritis, justru usaha kecillah yang mampu memberikan pertumbuhan

tehadap pendapatan masyarakat (Agus Hermawan, 2012:33).

Salah satu strategi pemasaran yang dilakukan beberapa perusahaan ialah

dengan cara melakukan penyebaran pemasaran itu sendiri, atau lebih sering

dikenal dengan kata lain bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran

adalah empat komponen dalam pemasaran yang tediri dari 4P, yaitu: ”Product

(produk), Price (harga), Place (tempat), Promotion (promosi)”.

Dengan apa yang dipaparkan diatas peneliti memahami bahwa tidak hanya

dengan produk yang bermutu saja yang dapat mempengaruhi keberhasilan

perusahaan akan tetapi harga yang kompetitif, tempat yang strategis dan juga

promosi yang tepat juga sangat berpengaruh besar untuk kelangsungan hidup dan

perkembangan sebuah perusahaan.

2.1.3.1 Promosi

Kegiatan promosi biasanya merupakan salah satu komponen yang menjadi

prioritas dari kegiatan komunikasi pemasaran. Dengan adanya kegiatan promosi,

maka calon konsumen akan mengetahui bahwa perusahan meluncurkan suatu

produk baru yang akan menggoda konsumen untuk melakukan kegiatan

pembelian (Agus Hermawan, 2012:38-39). Kegiatan promosi sangat erat

kaitannya dnegan penyebaran informasi untuk disampaikan ke konsumen. Dalam

penyampaian informasi ini ada beberapa hal penting yang hendaknya diperhatkan,

yaitu:

12

• Program periklanan yang dijalankan, kegiatan periklanan adalah media

utama bagi perusahaan untuk menunjang kegiatan promosi dimana

promosi memiliki tujuan untuk menarik konsumen agar mau mealkukan

pembelian terhadap produk yang ditawarkan.

• Promosi dengan mengutamakan penjualan yang secara probadi (penjualan

personal selling), kegiatan promosi ini dilakukan dengan cara

mengharuskan penjual agar berhadapan langsung dengan konsumen.

• Promosi yang dilakukan dengan mengdepankan aspek penambahan

intensitas nilai produk, kegiatan promosi yang mengedepankan

penambahan intensitas nilai barang atau jasa.

• Promosi dengan cara lebih meningkatkan publisitas, cara ini lebih condong

untuk membentuk sebuah image yang lebih positif terhadap produk yang

ditawarkan.

2.1.4 New Media (Media Baru)

Dalam perkembangan jaman sekarang, teknologi sangat pesat

perkembangannya, hal ini membuat banyak bermunculan new media (media baru)

yang merupakan jenis teknologi komunkasi baru dalam digital yang dijadikan

sebagai perantara baru yang dapat diakses dengan cepat dan mudah. ”New media

atau media baru ini telah memberikan banyak manfaat kepada tiap individu dan

juga kelompok sebagai alat untuk mendukung proses komunikasi. New media

juga mengubah fungsi media komunikasi intrpersonal, komunikasi kelompok

maupun komunikasi massa. Kenyataan ini juga melampaui fungsi dan bentuk

13

media massa yang ada selama ini, yaitu media cetak dan elektronik” (Nawiroh,

2016:88).

Menurut Flew (2005:3), “the idea of new media capture both the

development of unique forms of digital media, and the remaking of more

traditional media forms to adopt and adapt to the new media technologies.” Yang

artinya “ide dari media baru diambil dari pengembangan bentuk media digital

yang unik dan pembuatan ulang media tradisional untuk diadopsi dan disesuaikan

dengan teknologi media baru”. Dalam hal ini beberapa pakar sepakat sebab istilah

new media digunakan untuk membedakan dari media lama yang lebih dahulu ada.

New media juga istilah untuk mencakup kemunculan media digital saat ini

atau teknologi informasi dan komunikasi pada abad ke-20 ini. Beberapa media

yang umum dianggap sebagai new media ialah internet dengan begitu banyak

aplikasinya seperti situs, email, blog, situs berbagi video, koran online dan lain

sebagainya. Di luar internet dapat dimasukkan antara lain seperti smartphone,

handphone, DVD, website, komputer multi media.

Dari definisi diatas peneliti menyimpulkan bahwa new media adalah

sebuah media komunikasi baru yang memberikan informasi dan hiburan kepada

khalayak, serta dapat menghubungkan setiap individu dan khalayak dari belahan

bumi manapun dengan mudah dan cepat.

2.2 Media Sosial

Media sosial adalah salah satu bentuk dari perkembangan adanya internet

saat ini, maka media sosial termasuk ke dalam kategori new media. Melalui media

sosial, seseorang dapat saling terhubung berkomunkasi dan berbagi informasi

14

antara satu dengan yang lain dengan mudah dan cepat. Media sosial sendiri pada

saat ini juga telah melekat pada masyarakat dan bisa dibilang sudah menjadi salah

satu kebutuhan dari masyarakat modern. Seperti mempublikasi foto secara

perorangan, berita, promosi atau hanya ekedar hiburan. Serta dengan adanya

media sosial bagi setiap perusahaan, juga sangat menjadi peluang besar agar dapat

mempromosikan produk dan jasa nya kemana saja dengan mudah dan cepat.

Menurut deifinisi Utari dalam jurnal Devita (2014), “media sosial adalah

sebuah media online dimana para penggunanya dapat dengan mudah

berpartisipasi. Berpartisipasi dalam arti seseorang akan dengan mudah berbagi

informasi, menciptakan konten atau isi yang ingin disampaikan kepada orang lain,

memberi komentar terhadap masukan yang diterimanya dan seterusnya. Semua

dapat dilakukan dengan cepat dan tak terbatas”. Sedangkan menurut Van Djik

(2013) dalam Nasrullah (2016:11) menjelaskan bahwa “media sosial adalah

platfrom media yang mefokuskan pada eksistensi pengguna yang memfasilitasi

mereka dalam beraktifitas maupun berkolaborasi. Karena itu, media sosial dapat

dilihat sebagai fasilotator online yang menguatakna hubungan antar pengguna

sekaligus sebagai sebuah ikatan sosial”.

Dari definisi diatas peneliti menyimpulkan bahwa media sosial merupakan

sebuah alat komunikasi di internet yang memungkinkan penggunanya dapat

berinteraksi, berkolaborasi dan bekerja sama dengan pengguna lain dan dapat

membentuk hubungan sosial secara virtual. Beberapa media sosial yang sering

digunakan oleh setiap orang pada saat ini yaitu sebagai berikut : Facebook,

Twitter, Instagram, Youtube, dan lain-lain.

15

Selain penggunaan media sosial yang digunakan untuk berkomunikasi

virtual antara satu dnegan yang lain tersebut, beberapa perusahaan memanfaatkan

media sosial ini untuk mempromosikan produk atau jasa yang mereka miliki.

Dengan media sosial ini perusahaan dapat dengan mudah mempromosikan produk

dan jasanya kemana saja dengan capat.

2.2.1 Media Sosial Youtube

Youtube adalah salah satu bentuk media sosial yang memuat ribuan

konten video yang dibuat pada 14 Februari 2005 dengan nama domain

www.youtube.com. Menurut jurnalkomputer.com, youtube didirikan oleh Steve

Chen, Chad Hurley dan Jawed Karim yang merupakan mantan karyawan Playpal.

Kantor pertama Youtube sendiri pertama kali terletak di San Mateo, California.

Media sosial yang kontennya adalah video ini, memberikan perangkat atau

fasilitas pembuatan kanal atau channel. Channel ini dimiliki oleh khalayak yang

telah memiliki akun youtube. Di channel tersebut pengguna mengunggah video

berdasarkan kategori maupun jenis yang diinginkan. Ibarat sebuah channel televisi

di perangkat TV, channel youtube yang dibuat oleh pengguna ini merupakan

gambaran atau sebagai model produksi TV secara mikro di media sosial (Lister,

2003). Melayani lebih dari dua miliar video per hari, telah menjadi pemimpin

yang jelas dalam berbagi video online. Youtube memperoleh pendapatan

utamanya melalui penjualan iklan pada halaman homepage dan pencarian hasil-

hasilnya, serta dalam video-nya.

Pada November 2006, Youtube dibeli oleh Google dan resmi beroperasi

sebagai anak perusahaan Google. Perusahaan Youtube saat ini berkantor pusat di

16

San Bruno, California dan memakai teknologi Adobe Flash Video dan HTML5

untuk menampilkan berbagai macam konten video, termasuk video klip, klip TV,

dan video musik. Selain itu juga ada pula konten amatir seperti blog video.

(jurnalkomputer.com)

2.3 Elemen Program Acara

Programmer atau pembuat program acara harus menentukan hal apa yang

akan digunakan sebagai senjata untuk menarik penonton. Dengan kata lain

menentukan jenis program acara yang menirutnya dapat sukses ditayangkan. Jika

hal itu sudah ditentukan, tahap selanjutnya memasukkan hal-hal yang apa saja

yang harus dimasukkan sesuai target dan jenis daya tarik yang ditentukan.

Kesulitan utama sebuah pengelola program tayangan yaitu seberapa sukses

tayangan tersebut. Sedangkan, sampai saat ini tidak ada senjata yang dapat

digunakan untuk memperkirakan apakah suatu program akan sukses pada saat

penayangannya nanti. Namun, menurut Morissan (2009:324-331), “semua

program yang sukses harus memiliki elemen-elemen sebagai berikut agar dapat

dikatakan berhasil dan berkualitas:

1. Konflik

Salah satu elemen yang sangat penting dalam keberhasilan suatu program

adalah adanya konflik atau adanya benturan karakter diantara tokoh-tokph yang

ada di tayangan tersebut. Dengan adanya konflik maka sebuah tontonan dapat

dikatakan menarik dan tidak akan terasa monoton.

17

2. Durasi

Program yang berhasil selanjutnya yaitu program yang mampu bertahan

selama mungkin dan tidak hanya sekali tayang. Sebuah program sebaiknya

merancang san memikirkan program acara yang mampu bertahan terus-menerus,

dengan kata lain sebuah program ini harus memiliki kemampuan

mempertahankan daya tarik nya selama mungkin.

3. Kesukaan

Sebuah program memiliki pemain utama atau pemain pendukung yang

penonton sukai dan membuat penonton merasa nyaman menonton sampai

program acara itu selesai. Dengan ini hal yang sangat pemting dalam menentukan

pemain utama dan kesukaan penonton agar daya tarik terhadap program acara

semakin meningkat.

4. Konsistensi

Sebuah program acara harus konsisten terhadap karakter dan tema yang

program sajikan sejak awal penayangannya. Oleh karena itu, program harus

memiliki tema acara yang tidak boleh berubah pada setiap episodenya, serta

karakter yang konsisten agar penonton dapat dengan mudah menghapalkan tiap

karakter di dalam program acara.

5. Energi

Setiap program harus memiliki energi yang mampu mempertahankan si

penonton untuk tidak mengalihkan perhatiannya kepada hal-hal lainnya. Vane-

Gross mendefinisikan energi sebagai “Kualitas yang menekankan pada kecepatan

18

cerita dan semangat ke dalam cerita dengan menyajikan gambar-gambar yang

tidak bisa ditinggalkan penonton”. Berdasarkan definisi Vane-Gross tersebut,

maka suatu program yang memiliki energi harus memiliki tiga hal ini, yaitu:

Gambar yang kuat , Excitement (daya tarik), Kecepatan Cerita.

6. Timing

Pada tahap timing ini, setiap pembuat program acara harus mampu

memilih suatu tayangan dengan mempertimbangkan waktu penayangan (timing)

yaitu apakah sebuah program ini sudah cocok dan sesuai pada jamannya atau

tidak. Vane-Gross menilai timing ini juga termasuk hal yang penting maka ia

berkata, “program yang terlalu ketinggalan jaman akan ditinggalkan penontonnya,

dengan demikian maka suatu program harus dapat menjaga kehaemonisannya

dengan waktu. Serta timing disini juga bisa diktakan pemilihan waktu

penayangannya yang dipilih untuk sasaran penonton umur berapa dan harusnya

tayang pada jam berapa”.

2.4 Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen menurut Kotler dan Keller (2009:166) adalah “studi

tentang bagaimana individu, kelompok dan organsisasi memilih, membeli,

menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide , atau pengalaman untuk

memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka”. Sedangkan menurut Setiadi

(2008:3) perilaku konsumen adalah “tindakan yang terlibat langsung dalam

mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk

proses yang mendahului dan menyusuli tindakan ini”. Swastha dan Handoko

(2000:10) mengartikan “perilaku konsumen sebagai kegiatan-kegiatan individu

19

yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-

barang dan jasa-jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada

persiapan dan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan

tersebut”. Menurut Kotler dan Keller (2009:166) beberapa faktor yang

mempengaruhi perliaku konsumen yaitu faktor budaya, faktor sosial, dan faktor

pribadi.

2.4.1 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Periset pemasaran telah mengembangkan beberapa tahapan dalam proses

pengambilan keputusan pembelian yaitu dengan “model tingkat”. Dalam model

tingkat ini konsumen harus melalui pada 5 tahap berikut:

Gambar 2.1 Tahapan Pengambilan Keputusan Pembelian

Dari tahapan diatas konsumen dapat melalui tahapan dengan cara melalui

lima tahapan tersebut. Menurut Kotler dan Keller (2002:184-191) menjelaskan

Pengenalan Masalah

Pencarian Informasi

Evaluasi alternatif

Keputusan Pembelian

Perilaku Pasca

Pembelian

20

bahwa proses pembelian ini dimulai ketika pembeli menyadari suatu kebutuhan

yang dupicu suatu rangsangan internal dan ekstornal. Pemasar mengidentifikasi

keadaan yang memicu kebutuhan tertentu dengan mengumpulkan informasi yang

memicu minat konsumen,tahap ini termasuk dslam tahap pengenalan masalah.

Pada tahap selanjutnya konsumen akan dituntut mencari informasi untuk

produk yang dia inginkan, mereka akan memilah dan memilih bagaimana produk

itu dan beberapa informasi yang mereka butuhkan. Kemudian mereka memproses

informasi merk dan melakukan penilaian akhir. Dalam tahap evaluasi, calon

konsumen membentuk prefrrnsi antarmerek dalam kumpulan pilihan. Dengan

begitu konsumen bisa memutuskan untuk membeli produk.

Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami konflik dikarenakan

melihat fitur mengkhawatirkan tertentu atau mendengar hal-hal menyenangkan

tentang merk lain dan waspada terhadap informasi yang mendukung

keputusannya. Karena komunikasi pemasaran yang baik seharusnya memberi

keyakinan dan evaluasi yang memperkuat pilihan konsumen dan membantunya

merasa nyaman pada merek tersebut.

2.5 Landasan Teori

2.5.1 Model AIDA

Model AIDA dari Hierarki ini dapat dipakai untuk mengukur dampak

suatu komunikasi pemasaran. Model ini mengasumsikan bahwa seseorang yang

akan membeli sebuah produk tentunya bermula dari adanya perhatian yang

muncul, kemudian ketertarikan dan keinginan, dan tahap selanjutnya akan

berakhir pada tindakan. Seperti dalam proses adopsi yang telah disebutkan pada

21

buku Swastha Basu dan Irawan (2001:347-348) yang menyebutkan “enam

tahapan yaitu: kesadaran, minat, evaluasi, percobaan, keputusan dan konfirmasi”.

Enam tahapan tadi berkaitan dengan prinsip AIDDA berikut ini.

a. Attention atau Perhatian (A) = Kesadaran

b. Interest atau Ketertarikan (I) = Minat

c. Desire atau Hasrat (D) = Keinginan

d. Action atau Tindakan (A) = Konfirmasi

Pemahaman unsur model AIDA ini erat kaitannya dengan memahami

minat beli konsumen dan juga menyususn strategi untuk mempengaruhi

konsumen, berikut beberapa komponen yang dapat berhubungan dengan model

AIDA ini:

a. Komponen efek kognitif

Efek kognitif ini sifatnya hanya sebatas informasi saja kepada si

komunikan yang menerima pesan dari media massa tersebut. Efek kognitif ini

adalah akibat yang timbul dari terpaan media yang bersifat informatif kepada

dirinya. Dari yang semula tidak tahu kemudian jadi tahu, dari yang tadinya tidak

paham kemudian menjadi paham.

b. Komponen efek afektif

Dalam efek afektif ini yang ditimbulkan dari media masssa kepada

komunikan yaitu tidak hanya sebatas informasi saja ,akan tetapi mulai

menimbulkan perasaan tertentu. Efek afektif ini mengacu pada efek perasaan atau

22

emosional. Disini media massa dapat menimbulkan suatu rangsangan emosional

atau perasaan pada khalayak.

c. Komponen efek konatif

Efek konatif ini mengacu pada tingkah laku atau tindakan khalayak yang

timbul karena diterpa sebuah media massa. Efek yang ditimbulkan disini berupa

perilaku audience yang telah memiliki tekad di dalam level ini.

Berikut ini adalah tahapan model AIDA milik Hierarki jika dibuat dalam bentuk

tabel:

Tabel 2.1 Model Hierarki Tanggapan

Tahap Gerakan kearah pembelian

Tahap Kognitif Perhatian (Attention)

Tahap Afektif Minat & Keinginan (Interest & Desire

Tahap Konitif Tindakan (Action)

Sumber : Kotler (2009)

2.5.2 Teori S-R

Teori S-R adalah singkatan dari Stimulus-Response ini dulunya berasal

dari ilmu psikologi. Tidak mengherankan juga bisa termasuk dalam kajian ilmu

komunikasi ssebab objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah

sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap, perilaku,

opini, kognisi, afeksi dan konasi. Menurut taori stimulus response ini, “efek yang

ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang

dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi

komunikasi” (Effendy, 2003, 254-255).

23

Teori S-R secara jelas dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 2.2 Gambaran Teori S-R

Keterangan:

• Stimulus (S) : Rangsangan, sebuah pesan/iklan yang ditujukan kepada

khalayak.

• Response (R) : Respon, pesan/iklan tersebut dapat diterima khalayak dan

diharapkan merubah tingkah laku khalayak.

Berdasarkan teori S-R ini juga dijelaskan bahwa pesan yang disampaikan

komunikator kepada komunikan akan menimpulkan efek yang kehadirannya

terkadang tanpa disadari oleh komunikan. Beberapa hal tersebut membuat peneliti

memahami bahwa teori ini menimbilkan efek yang terarah dan langsung terhadap

komunikan, serta menunjukan jika kata-kata verbal, isyarat non verbal dan simbol

tertentu akan membuat rangsangan bagi khalayak dengan cara mereka sendiri.

“Stimulus atau pesan yang disampaikan kepada komunikan mungkin

diterima dan mungkin akan ditolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada

perhatian pada komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti, lalu

komunikan akan mengolahnya dan menerimanya, maka selanjutnya terjadilah

ketersediaan merubah sikap” (Onong, 2003:256-258).

Stimulus Respone

24

2.7 Kerangka Pikiran

Gambar 2.3 Hubungan Terpaan Tayangan Malang Melintang Series dan

Frekuensi Membeli Malang Strudel

2.8 Definisi Konseptual

Definisi konseptual pada penelitian ini dimaksud untuk lebih berfokus

pada pengertian tema dan objek yang diteliti. hal ini menghindari kesalahpahaman

terhadap beberapa istilah yang digunakan dalam judul penelitian “Pengaruh

Terpaan Tayangan Malang Melintang Series terhadap Frekuensi Membeli Malang

Strudel”. Adapun beberapa konsep yang digunakan meliputi:

2.8.1 Terpaan Tayangan Film Malang Melintang Series

Tayangan Film Malang Melintang Series termasuk sebuah program baru

bergenre drama komedi seperti OKJEK di Net Tv ,bedanya tayangan ini dibuat

oleh Malang Strudel (oleh-oleh khas Malang) sebagai strategi komunikasi

pemasaran baru. Dengan membuat program yang bercerita tentang keseharian

Tayangan Malang

Melintang Series

Stimulus (Pesan

Iklan)

Attention

(Kesadaran) dan

Respone

Interest (Minat)

dan Desire

(Keinginan)

Action (Tindakan Frekuensi Membeli

produk

25

para karyawan Malang Strudel yang berada di outlet Malang Strudel. Menurut

peneliti terpaan tayangan Malang Melintang Series yang dimaksud adalah

seberapa banyaknya informasi yang diperoleh dari media tersebut melalui cara

melihat, mendengarkan dan membaca sebuah pesan yang ada didalam suatu media

tersebut. Terpaan disini mengandung poin yang berupa frekuensi dan intensitas

2.8.2 Frekuensi Membeli Produk Kue Malang Strudel

Tahap dimana pembeli sudah menentukan pilihannya dan melakukan

pembelian produk dan mengkonsumsinya. Pengambilan keputusan oleh konsumen

untuk melakukan pembelian itu diawali oleh adanya kesadaran atas kebutuhan dan

keinginan. Selanjutnya jika sudah disadari maka konsumen akan mencari

informasi mengenai keberadaan produk yang ia inginkan (Suharno, 2010:96).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa frekuensi

pembelian adalah seberapa sering tingkat pembelian yang dilakukan konsumen

terhadap suatu produk atau merek tertentu. Pada penelitian ini peneliti

mengkhususkan frekuensi membeli antara 3 bulan terakhir terhadap produk

Malang Strudel.

2.9 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan petunjuk bagaimana suatu variabel diukur.

Dengan melihat definisi operasional variabel suatu penelitian, maka seseorang

peneiliti akan mengetahui suatu variabel yang akan diteliti (M.Singirimbun dan

Sofian Effendi, 2001:23).

26

2.9.1 Variabel bebas X : Terpaan Tayangan Film Malang Melintang Series

Adapun indikator dari variabel bebas tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Dilihat dari ketertarikan saat melihat cover/teaser tayangan Malang

Melintang Series

2. Dilihat dari ketertarikan saat mendengar jingle lagu dari Malang

Melintang Series.

3. Dilihat dari frekuensi atau tingkat keseiringan responden dalam menonton

tayangan Malang Melintang Series.

4. Dilihat dari intensitas/berapa lama responden meluangkan waktu

menonton 1 episode tayangan Malang Melintang Series.

5. Dilihat dari responden memperhatikan detail yang ada dalam tayangan

Malang Melintang Series.

6. Dilihat dari perhatian responden dalam melihat tingkah konyol atau

guyonan yang ada di Malang Melintang Series.

7. Dilihat dari ketertarikan di salah satu episode yang menampilkan public

figure “Teuku Wisnu”.

8. Dilihat dari kesadaran responden saat menonton tayangan Malang

Melintang Series jika disekitarnya ada orang lain beraktivitas.

9. Dilihat dari tanggapan responden terhadap tayangan Malang Melintang

Series unik dan menghibur dengan budaya khas arek Malang.

10. Dilihat dari perasaan responden terhadap tayangan Malang Melintang

Series.

11. Dilihat dari perhatian responden terhadap iklan produk yang ada dalam

tayangan Malang Melintang Series.

27

2.9.2 Variabel terkait Y : Frekuensi Membeli Produk Kue Malang Strudel

Adapun indikator dari variabel terkait tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Dilihat dari responden yang mendapatkan informasi produk setelah

menonton tayangan Malang Melintang Series.

2. Dilihat dari ketertarikan responden untuk mengetahui varian rasa apa saja

kue Malang Strudel setelah menonton Malang Melintang Series.

3. Dilihat dari responden yang telah mencari tahu beberapa varian rasa kue

Malang Strudel pada website/instagram Malang Strudel.

4. Dilihat dari ketertarikan terhadap setting tempat sekaligus outlet Malang

Strudel setelah menonton Malang Melintang Series.

5. Dilihat dari ketertarikan datang dan berkunjung langsung ke outlet Malang

Strudel setelah menonton Malang Melintang Series.

6. Dilihat dari ketertarikan responden untuk mencoba/membeli produk

Malang Strudel yang ada dalam tayangan Malang Melintang Series.

7. Dilihat dari responden dalam memutuskan membeli karena pemilik kue

Malang Strudel sang public figure Teuku Wisnu.

8. Dilihat dari ketertarikan untuk membeli produk Malang Strudel karena

varian rasa yang unik dan menarik.

9. Dilihat dari tanggapan responden terhadap produk Malang Strudel.

10. Dilihat dari seberapa sering membeli produk Malang Strudel setelah

adanya tayangan Malang Melintang Series 5 bulan terakhir.

28

2.10 Hipotesis

Hipotesis penelitian merupakan sebuah jawaban sementara terhadap

rumusan masalsh penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan

dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan rumusan masalah maka

dirumuskan jawaban sementara dari permasalahan yang hendak diteliti yaitu

diduga ada pengaruh terpaan tayangan Malang Melontang Series terhadap

frekuensi membeli Malang Strudel pada konsumen Malang Strudel di outlet

Malang Strudel.

Ha : Terdapat pengaruh terpaan tayangan film Malang Melintang

Series terhadap frekuensi membeli produk kue Malang Strudel.

Ho : Tidak ada pengaruh terpaan tayangan film Malang Melintang

Series terhadap frekuensi membeli produk kue Malang Strudel.