27
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Menurut Thomas dikutip Mulyana (2010:4), mengemukakan bahwa kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang disekitar kita, dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, atau berperilaku seperti apa yang kita inginkan. Kutipan tersebut menunjukkan bahwa komunikasi adalah tujuan dalam mengemukakan apa yang kita inginkan. Dengan berkomunikasi kita dapat mengenal berbagai orang, mulai dari karakteristik, ras, budaya dan lain-lain. Dalam memahami pengertian komunikasi tentu saja banyak penjelasan dari para ahli komunikasi, salah satunya mengenai model komunikasi. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil salah satu contoh model interaktif. - Model komunikasi Model diibaratkan sebagai peta. Model mencoba menyederhanakan fenomena komunikasi dengan merepresentasikan secara abstrak ciri-ciri yang dianggap penting. Maka model adalah representasi fenomena komunikasi dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting guna memahami suatu proses komunikasi. Model komunikasi dibagi menjadi tiga yaitu, model linier, model interaktif, dan model transaksional. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model komunikasi interaktif. Model komunikasi interaktif adalah menggambarkan komunikasi sebagai proses dimana pendengar memberikan sebuah umpan balik sebagai respon terhadap pesan yang disampaikan oleh komunikator.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi

2.1.1 Pengertian Komunikasi

Menurut Thomas dikutip Mulyana (2010:4), mengemukakan bahwa kita

berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk

membangun kontak sosial dengan orang disekitar kita, dan untuk mempengaruhi

orang lain untuk merasa, berpikir, atau berperilaku seperti apa yang kita inginkan.

Kutipan tersebut menunjukkan bahwa komunikasi adalah tujuan dalam

mengemukakan apa yang kita inginkan. Dengan berkomunikasi kita dapat

mengenal berbagai orang, mulai dari karakteristik, ras, budaya dan lain-lain.

Dalam memahami pengertian komunikasi tentu saja banyak penjelasan dari

para ahli komunikasi, salah satunya mengenai model komunikasi. Dalam

penelitian ini, peneliti mengambil salah satu contoh model interaktif.

- Model komunikasi

Model diibaratkan sebagai peta. Model mencoba menyederhanakan

fenomena komunikasi dengan merepresentasikan secara abstrak ciri-ciri

yang dianggap penting. Maka model adalah representasi fenomena

komunikasi dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting guna memahami

suatu proses komunikasi.

Model komunikasi dibagi menjadi tiga yaitu, model linier, model

interaktif, dan model transaksional. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan model komunikasi interaktif. Model komunikasi interaktif

adalah menggambarkan komunikasi sebagai proses dimana pendengar

memberikan sebuah umpan balik sebagai respon terhadap pesan yang

disampaikan oleh komunikator.

7

Gambar 1. Model Komunikasi Interaktif

Sumber: Buku Julia T. Wood, 2013. “Komunikasi Interpersonal Interaksi

Keseharian”. Jakarta: Salemba Humanika. Hal: 20.

Model komunikasi interaktif menekankan bahwa komunikasi berjalan

dua arah (dinamis), komunikator dan komunikan dapat menerima dan

mengirim pesan. Elemen terpenting dari model komunikasi ini adalah

adanya umpan balik dari penerima pesan. Umpan balik tersebut dapat

berupa pesan verbal maupun pesan non verbal. Adanya umpan balik ini

dapat membantu komunikator untuk mengetahui sejauh mana pesan

tersampaikan dan bagaimana pencampaian makna yang terjadi.

Dalam model ini juga terdapat field experience seseorang yaitu

bagaimana budaya, pengalaman, dan keturunan dapat mempengaruhi

kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. Ketika berinteraksi dengan

seseorang, biasanya ia akan cenderung untuk membagikan pengalaman

yang dialaminya.

2.1.2 Konteks-konteks dalam Komunikasi

Komunikasi dalam kehidupn sehari-hari tidak berlangsung dalam ruang

hampa sosial, melainkan dalam konteks atau situasi tertentu. Konteks terdiri dari

beberapa tingkatan kategori yang digunakan untuk sejauh mana konteks tersebut

berkembang, misalnya dimulai dari komunikasi yang melibatkan jumlah peserta

8

dari dua orang, tiga orang lalu setelah itu melibatkan kelompok komunikasi

dengan jumlah yang besar.

Menurut Joseph A. Devito dikutip Effendy (2017), komunikasi yaitu proses

pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara

sekelompok kecil orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.

Pakar komunikasi mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteksnya.

Indokator dalam pengkalsifikasian komunikasi berdasarkan konteksnya adalah

jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi. Konteks-konteks tersebut antara

lain:

1. Komunikasi pribadi

Komunikasi pribadi dibagi menjadi dua jenis, yaitu:

a. Komunikasi intrapersonal (intrapersonal communication), yaitu

komunikasi yang berlangsung dalam diri sseseorang. Ia merangkap

menjadi dua tugas yaitu sebagai penerima dan pengirim. Komunikasi

intrapersonal disini membahas mengenai proses pemahaman, ingatan,

dan intreprestasi terhadap simbol-simbil yang di tangkap melalui

pancaindera. Contohnya saja, saat ia mendeskripsikan sebuah objek

yang diamati dan dipikirkan kembali, sehingga terjadilah komunikasi

dalam dirinya sendiri.

b. Komunikasi interpersonal (interpersonal communication), yaitu

komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Karakteristik

dari komunikasi interpersonal adalah dimulai dari dirinya lalu

diungkapkan kepada orang lain. Komunikasi interpersonal disini

membahas mengenai pengamatannya pada bentuk-bentuk dan sifat

hubungan, percakapan, interaksi dan karakteristik komunikator.

2. Komunikasi kelompok

Komunikasi kelompok adalah komunikasi tatap muka yang dilakukan

tiga atau lebih guna untuk memperoleh maksud dan tujuan yang

dikehendaki. Adapun elemen yang tercangkup dalam komunikasi

kelompok yaitu, interaksi tatap muka, jumlah partisipan, maksud dan

tujuan, dan kemampuan anggota untuk dapat menumbuhkan karakteristik

dari anggota lain. Komunikasi kelompok melibatkan komunikasi pribadi.

9

Komunikasi kelompok disini membahas mengenai dinamika kelompok,

pola dan bentuk interaksi, serta pembuatan keputusan (desicion making).

3. Komunikasi massa

Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan melalui saluran-

saluran mesia massa seperti, surat kabar, radio, televisi dan film.

Karakteristik komunikasi massa bersifat massal karena pesan bersifat

heterogen. Komunikasi massa disini membahas mengenai perhatiannya

dalam hal yang menyangkut struktur media, hubungan media dan

masyarakat, hubungan media dengan khalayak, aspek-aspek dari

komunikasi massa, dan dampak atau hasil komunikasi massa terhadap

individu.

4. Komunikasi Publik

Komunikasi publik adalah komunikasi antar seorang pembicara

dengan sejumlah besar prang (khalayak), yang tidak bisa dikenali satu

persatu. Contoh dari komunikasi publik disini adalah pidato, ceramah,

seminar dan lain-lain. Komunikasi publik sifatnya cenderung pasif, umpan

balik yang mereka berikan cenderung terbatas dan sifatnya verbal.

Komunikasi publik bertujuan untuk memberikan penerangan, menghiburm

memberikan penghormatan dan membujuk.

5. Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi merupakan komunikasi pribadi atau

komunikasi kelompok yang bersifat interpersonal atau komunikasi yang

terstruktur dalam suatu organisasi. Bentuk komunikasi organisasi ini

bersifat formal dan informal tergantu pada organisasi itu sendiri.

Komunikasi organisasi disini membahas mengenai struktur dan fungsi

organisasi, hubungan antar manusia, dan komunikasi dan proses

pengorganisasian.

Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi sorotan/landasan peneliti

adalah konteks komunikasi pribadi yaitu komunikasi interpersonal (interpersonal

communication) yang nantinya akan dihubungkan dengan komunikasi terapeutik.

Karena dirasa sesuai dengan pokok pembahasan peneliti yaitu, menjelaskan alur

dari komunikasi interpersonal yang masuk dalam kategori komunikasi terapeutik

10

dalam sub bab komunikasi kesehatan yang tujuannya untuk menerapi pasien agar

pasien merasa percaya diri dalam menjalani pengobatan. Komunikasi

interpersonal sebagai alur dari komunikasi, maka akan membentuk suatu proses

komunikasi.

2.1.3 Jenis-jenis dalam Bidang Komunikasi

Bidang komunikasi adalah suatu pandangan dan strategi yang akan

membentuk alat dan rangka kerja untuk sesuatu perkara yang hendak akan

dilaksanakan dalam proses komunikasi teori akan membina bentuk dan kaidah

komunikasi yang akan dibuat. Yang dimaksud dari bidang tersebut adalah segala

aspek kehidupan manusia, dimana diantara aspek kehidupan manusia berbeda

antara bidang satu dengan lainnya. Bidang tersebut mencangkup beberapa jenis

komunikasi, yaitu:

1. Komunikasi Sosial

Komunikasi sosial diartikan sebagai suatu proses interaksi dimana

seseorang atau suatu lembaga menyampaikan amanat kepada pihak lain

agar pihak lain dapat menangkap maksud yang dikehendaki

penyampaiannya baik secara verbal maupun nonverbal. Komunikasi sosial

juga sangat penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri,

memperoleh kebahagiaan, serta terhindar dari tekanan ketergantungan.

Dalam komunikasi sosial kita dituntut untuk berbuhungan dengan

orang lain dan menghibur orang lain. Melalui komunikasi sosial kita dapat

bekerjasama dengan anggota masyarakat contohnya, keluarga, kelompok

masyarakat sekolah, kota, desa, dan negara yang bertujuan untukmencapai

tujuan bersama.

2. Komunikasi Organisasional atau Manajemen

Tujuan daei komunikasi dalam lingkup organisasi adalah memajukan

dan mengembangkan organisasi yang ditafsirkan sebagai upaya yang

dilakukan untuk mencapai tujuan manajemen. Pengelolaan informasi

dalam komunikasi organisasi dikatakan lancar apabila dilakukan melalui

kegiatan komunikasi yang efektif baik secara lisan maupun tulisan dan

11

menggunakan media dan tidak menggunakan media. Dalam komunikasi

organisasi dikategorikan sebagai berikut:

a. Komunikasi Vertikal

b. Komunikasi Horizontal

c. Komunikasi Diagonal

3. Komunikasi Bisnis

Komunikasi bisnis adalah proses pertukaran informasi untuk

mencapai efektifitas dan efisiensi di berbagai kegiatan internal organisasi

bisnis. Pesan yang disampaikan dalam komunikasi bisnis bersifat

persuasuf. Komunikasi bisnis berperan sebagai pembentukan pendapat

umum dan sikap publik khususnya untuk membangun citra perusahaan.

4. Komunikasi Politik

Komunikasi politikdapat dirumuskan sebagai suatu perpindahan

lambang-lambang atau simbol komunikasi yang berisi pesan-pesan politik

dari seseoran atau kelompok pada orang lain yang bertujuan untuk

membuka wawasan atau cara berfikir, serta mempengaruhi sikap dan

tingkah laku khalayak menjadi target politik. Komunikasi politik

melibatkan pesan-pesan politik dan aktor politik yang berkaitan dengan

kekuasaan, pemerintahan dan kebijakan pemerintah.

5. Komunikasi Internasional

Komunikasi internasional merupakan komunikasi yang dilakukan

antara komunikator yang mewakili suatu negara untuk menyampaikan

pesan-pesan yang berkaitan dengan berbagai kepentingan negaranya

kepada komunikan uang mewakili negara lain dengan tujuan untuk

memperoleh dukungan lebih luas. Kegiatan komunikasi interpersonal

berlangsung antara people to people atau goverment to goverment, yaiti

interaksi antara dua negara yang berbeda latar belakang budaya.

6. Komunikasi Antar Budaya

Komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang dilakukan dengan

orang yang berbeda latar belakang budaya. Dalam dunia bisnis komunikasi

antar budaya memiliki tempat utama untuk melakukan ekpansi pasar

keluar negara yang memiliki aneka ragam budaya.

12

7. Komunikasi Pembangunan

Komunikasi pembangunan meliputi upaya dan cara serta teknik

penyampaian gagasan dan keterampilan pembanggunan yang berasal dari

pihak yang memprakarsai pembangunan dan diwujudkan pada masyarakat

yang menjadi sasaran dapat memahami, menerima, dan berpartisipasi

dalam pembangunan. Komunikasi pembangunan juga merupakan

perubahan yang menghendaki dalam suatu pembangunan dengan

perubahan yang lebih baik dan maju dari yang sebelumnya.

8. Komunikasi Tradisional

Komunikasi tradisional merupakan proses penyampaian pesan dari

satu pihak ke pihak lain dengan menggunakan media tradisional yang

sudah lama digunakan disuatu tempat sebelum kebudayaan tersentuh oleh

teknologi modern. Media penyampaian pesan menggunakan:

a. Kentongan

b. Kulkul

c. Wayang

d. Cerita rakyat

e. Sendratari

f. Upacara adat

g. Bedug

Selain delapan bidang komunikasi tersebut terdapat dalam literatur bidang-

bidang komunikasi seperti:

1. Komunikasi Keluarga

Komunikasi keluarga merupakan komunikasi yang terjadi dalam

sebuah keluarga, atau bisa diartikan sebagai bagaimana cara suatu anggota

keluarga untuk berinteraksi dengan anggota lainnya, sekaligus sebagai

wadah dalam membentuk dan mengembangkan nilai-nilai yang

dibutuhkan sebagai pegangan hidup. Tujuan dari komunikasi keluarga

sendiri adalah untuk memberikan informasi, nasihat, didikan kepada anak

agar anak lebih baik dalam hal perilakunya.

13

2. Komunikasi Kesehatan

Komunikasi kesehatan adalah strategi penggunaan komunikasi untuk

menyebarluaskan informasi kesehatan yang dapat mempengaruhi individu

agar mereka dapat membuat keputusan terkait dengan pengelolaan

kesehatan. Komunikasi kesehatan mencangkup pemanfaatan jasa

komunikasi untuk menyampaikan pesan dan mempengaruhi proses

pengambilan keputusan yang berhubungan dengan upaya peningkatan dan

pengelolaan kesehatan oleh individu maupun komunitas masyarakat.

Komunikasi kesehatan juga mencangkup kegiatan menyebarluaskan

informasi mengenai kesehatan kepada masyarakat agar tercapai perilaku

hidup sehat, menciptakan kesadaran,mengubah sikap, dan memberikan

motivasi mengenai kesehatan.

3. Komunikasi Pendidikan

Komunikasi pendidikan merupakan aspek komunikasi dalam dunia

pendidikan, atau komunikasi yang terjadi pada bidang pendidikan.

Komunikasi pendidikan yang dimaksud adalah komunikasi yang sudah

merambah atau menyentuh dunia pendidikan dari segala aspeknya. Maka

komunikasi pendidikan merupakan suatu interaksi yang berhubungan

dalam semua aspek pendidikan yang saling berkaitan dan mendukung satu

sama lain.

2.2 Komunikasi Kesehatan

Kesehatan dalam komunikasi merupakan bidang keilmuan yang berkembang

pesat dalam beberapa dekade belakangan ini. Perkembangan komunikasi

kesehatan tersebut karena adanya tantangan untuk mempromosikan kesehatan

kepada masyarakat.

Menurut Junaedi (2016:4), Komunikasi kesehatan adalah komunikasi yang

dilakukan dalam ranah kesehatan untuk mendorong tercapainya keadaan atau

status yang sehat secara utuh, baik fisik, mental maupun sosial. Sifat dari

komunikasi kesehatan sendiri mempunyai sifat khusus ketimbang komunikasi

pada umumnya. Fokus dari komunikasi kesehatan adalah transaksi terhadap isu-

14

isu yang berhubungan dengan kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi

transaksi tersebut.

Komunikasi kesehatan mempunyai hubungan yang kuat dengan usaha

manusia dalam menjaga kesehatannya. Baik tingkat individu, kelompok,

organisasi, maupun pemerintah. Dalam dunia kesehatan yang menjadi tenaga

kerjanya adalah seorang dokter, perawat, bidan, ahli farmasi, laboran, terapis, dan

staf lainnya yang saling bekerjasalam dalam mencapai tujuan pengobatan.

Menurut Liliweri (2013), Komunikasi kesehatan secara interpersonal

merupakan komunikasi yang aktif yaitu komunikasi yang bukan komunikator

dengan komunikan mendapatkan suatu pesan, melainkan komunikator dan

komunikan yang menghasilkan suatu feedback yang tujuannya untuk melayani,

memantau dan membantu kesehatan pasien. Komunikasi kesehatan secara

interpersonal bukan hanya menyampaikan ransangan dan tanggapan, stimulus dan

respon akan tetapi komunikasi interpersonal dalam kesehatan juga merupakan

penyampaian tanggapan yang telah diolah oleh masing-masing pihak. Agar

interpesonalnya menghasilkan suatu hubungan yang efektif dan kerjasama maka

perlunya sikap terbuka, sikap percaya, sikap mendukung, dan mendorong akan

timbulnya sikap yang memahami, dan menghargai.

Menurut Schenment dikutip Junaedi (2016:8), fokus dari komunikasi

kesehatan interpersonal adalah bagaimana penyedia layanan kesehatan dan

konsumen yang bersifat diadik (tatap muka) dalam edukasi kesehatan, interaksi

terapeutik dan pertukaran informasi yang relevan dalam kesehatan yang bersifat

interpersonal. Perkembangan fokus dari komunikasi kesehatan interpersonal

mengenai bagaimana relasi dapat bekerja sama dengan sistem kesehatan modern,

seperti bagaimana relasi antara profesional medis ke pasien, relasi antar profesial

medis, dan dengan keluarga pasien. Kajian dalam komunikasi kesehatan

interpersonal menjadi sangat penting ketika pesan benar-benar dapat disampaikan

kepada pasien.

Dalam pemakaian komunikasi kesehatan terdapat sub-sub komunikasi yang

mendukung terciptanya suatu hubungan yang baik. Menurut Freddy, bentuk

komunikasi yang sering digunakan dalam program kesehatan masyarakat yaitu:

15

1. Komunikasi oral

Komunikasi oral merupakan komunikasi yang dilakukan secara lisan, baik

langsung dengan tatap muka maupun secara tidak langsung melalui

telepone atau telekonferensi. Komunikasi oral biasanya ditujukan untuk

pasien yang ingin berkonsultasi namun tidak secara langsung yakni

melalui media. Adapun tahapan komunikasi oral adalah perbendaharaan

kata, kecepatan, intonasi, humor, singkatan dan jelas.

2. Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi untuk memahami pasien,

membuat pasien mampu beradaptasi terhadap gangguan psikologi

misalnya stres. Tujuan komunikasi terapeutik itu sendiri adalah untuk

menerapi pasien dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.

Adapun tahapan komunikasi terapeutik adalah pra-interaksi, orientasi,

kerja dan terminasi. Komunikasi terapeutik merupakan salah satu bentuk

komunikasi kesehatan namun juga termasuk kedalam komunikasi

interpersonal.

3. Komunikasi SBAR

Komunikasi SBAR (Situation, Background, Assassement, Recomendation)

adalah metode komunikasi yang digunakan untuk anggota tim medis

kesehatan dalam melaporkan kondisi pasien. Komunikasi SBAR ini

ditujukan pada komunikasi antara dokter dengan dokter, perawat dengan

perawat dan tenaga medis dengan tenaga medis lainnya. Teknik

komunikasi SBAr ini menyediakan kerangka kerja untuk komunikasi

antara anggota tim kesehatan tentang kondisi pasien, Sbar merupakan

teknik yang mudah diinggat agar memudahkan berkomunikasi dengan

anggota tim dalam meningkatkan keselamatan pasien

2.3 Komunikasi Terapeutik

Menurut Stuart G. W. dikutip Suryani (2005), komunikasi terapeutik

merupakan hubungan interpersonal antara tenaga kesehatan dan klien memperoleh

pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional

klien.

16

Menurut Northouse dikutip Suryani (2005), komunikasi terapeutik adalah

kemampuan atau keterampilan tenaga kesehatan untuk membantu klien

beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis, dan belajar bagaimana

berhubungan dengan orang lain.

Komunikasi terapeutik berbeda dengan komunikasi sosial yaitu, dalam

komunikasi terapeutik mempunyai suatu tujuan satu arah yaitu terapi. Dari

beberapa pengertian diatas peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi terapeutik

dilaksanakan, dilakukan, direncanakan secara sadar, dan bertujuan untuk

kesembuhan pasien dan membina hubungan terapeutik antara perawat dan pasien

melalui komunikasi.

Komunikasi terapeutik yang digunakan seorang bidan kepada ibu hamil

trisemester akhir adalah kemampuan dan keterampilan dari bidan dalam

membantu ibu hamil beradaptasi pada keadaan fisik maupun psikologis dalam

menghadapi kehamilan, kelahiran dan menjadi seorang orang tua. Komunikasi

terapeutik digunakan oleh bidan untuk berhubungan langsung dengan ibu hamil

agar mengetahui keadaan yang dialami ibu hamil trisemester akhir tersebut.

Manfaat tenaga kesehatan (bidan) menggunakan komunikasi terapeutik

adalah untuk memudahkan mereka menjalin hubungan dengan pasien. Hubungan

tersebut adalah bentuk dari rasa kepuasan dan saling kepercayaan pasien dalam

sebuah asuhan tenaga kesehatan (bidan) yang telah ditetapkan. Berikut adalah

manfaat komunikasi terapeutik bagi bidan dalam menanggani pasiennya sebagai

berikut:

1. Mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dengan pasien

melalui hubungan bidan pasien

2. Mengidentifikasi, mengungkap perasaan, dan mengkaji masalah dan

mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh bidan.

Komunikasi terapeutik termasuk kedalam komunikasi kesehatan namun

posisi komunikasi terapeutik ini berada pada komunikasi interpersonal. Karena

komunikasi terapeutik memfokuskan studinya pada kesembuhan pasien dan

kegiatannya biasanya bertatap muka langsung untuk mencapai hunungan yang

baik antara komunikator dengan komunikannya.

17

Dalam menjalankan tugasnya sebagai tenaga kesehatan, mereka perlu

memahami karakteristik setiap pasien secara interpersonal. Maka diperlukannya

penerapan teknik berkomunikasi yang dapat membantu tenaga kesehatan dalam

menjalin kerjasama antar pasien dan tenaga kesehatan. Menurut Muhith

(2018:238-252), teknik komunikasi terapeutik yaitu:

1. Mendengarkan dengan penuh perhatian

Kesan pertama ketika perawat mau mendengarkan keluhan pasien

dengan seksama yaitu dengan perawat memerhatikan keluhan pasien

2. Menunjukkan penerimaan

Menerima keluhan yang dirasakan oleh pasien, menerima berarti

bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan

atau tidak setuju.

3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan dengan pertanyaan terbuka

Bertujuan untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai

kondisi rill dari pasien dengan menggali penyebab pasien mencari

pertolongan atau penyebab pasien datang ke tempat pelayanan kesehatan.

Misalnya:

“Ada yang bisa saya bantu?”

4. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri

Bertujuan untuk menghindari berbedaan persepsi. Maka perlu

adanya klarifikasi, validasi maupun pengulangan kata yang disampaikan

agar pesan yang di sampaikan sesiai dengan maksud dan tujuan

kemungkinan pesan juga bisa bersifat bias karena terdapat noise di

sekelilingnya. Misalnya:

Pasien : “Saya tidak dapat tidur, sepanjang malam saya terjaga”

Perawat : “Saudara mengalami kesulitan untuk tidur............”

5. Klarifikasi

Ketika terjadi kesalahpahaman, perawat perlu menghentikan

pembicaraan untuk mengklarifikasi dengan menyamakan pengertian,

maksud, dan ruang lingkup pembicaraan oleh karena informasi sangat

penting dalam memberikan pelayanan. Misalnya:

“Saya tidak yakin saya mengikuti apa yang Anda katakan”

18

6. Memfokuskan

Bertujuan untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih

spesifik dan mengerti. Misalnya:

“Hal ini nampaknya penting, nanti kita bicarakan lebih dalam lagi”.

7. Menyampaikan hasil observasi

Bertujuan untuk memberikan umpan balik kepada pasien dengan

menyatakan hasil pengamatanya, sehingga dapat diketahui apakah pesan

diterima dengan benar. Misalnya:

“Anda tampak cemas”

“Apakah Anda merasa tidak tenang apabila Anda..........”

8. Menawarkan informasi

Memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan kesehatan

bagi pasien. Perawat tidak boleh memberikan nasehat kepada pasien

ketika memberikan informasi, tetapi memfasilitasi pasien membuat

keputusan.

9. Diam

Bertujuan untuk menunggu respon pasien untuk megungkapkan

perasaannya. Diam merupakan teknik komunikasi yang memberikan

kesempatan kepada pasien untuk mengorganisir dan menyusun pikiran

atau ide sebelum diungkapkan kepada perawat.

10. Meringkas

Bertujuan untuk mengidentifikasi poin-poin penting selama diskusi

sehingga dapat melanjutkan topik pembicaraan dengan topik yang

berkaitan. Misalnya:

“Selama beberapa jam, Anda dan Saya telah membicaraan..........”

11. Memberikan penghargaan menawarkan diri

Pemberian penghargaan merupakan motif atau bentuk dorongan

kepada pasien dengan cara membanggakan diri pasien agar mampu

memacu semangat dalam penerimaan diri untuk berbuat dab berperilaku

yang lebih baik lagi.

19

12. Menawarkan diri

Menawarkan diri merupakan kegiatan untuk memberikan respons

agar seseorang menyadari perilakunya yang merugikan baik diri sendiri

maupun orang lain tanpa ada rasa permusuhan. Misalnya:

“Saya ingin Anda merasa tenang dan nyaman”

13. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan

Bertujuan untuk memberi kesempatan kepada pasien untuk

berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan. Misalnya:

“Adakah sesuatu yang ingin Anda bicarakan?”

“Apa yang sedang Saudara pikirkan?”

“Dari mana Anda ingin mulai pembicaraan ini?”

14. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan

Perawat berusaha untuk menafsifkan dari pada mengarahkan diskusi

pembicaraan. Misalnya:

“........teruskan......!”

“........dan kemudian.......?”

“Ceritakan kepada saya mengenai itu?”

15. Menempatkan kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien

untuk melihatnya dalam suatu perspektif

Perawat akan dapat menentukan pola kesukaran interpersonal dan

memberikan data tentang pengalaman yang memuaskan dan berarti bagi

pasien dalam memenuhi kebutuhannya. Misalnya:

“Apakah yang terjadi sebelum dan sesudahnya?”

“Kapan kejadian tersebut terjadi?”

16. Menganjurkan klien untuk menguraikan persepsinya

Bertujuan untuk memberikan space untuk pasien agar bercerita dan

menguraikan persepsinya. Misalnya:

“Ceritakanlah kepada saya bagaimana perasaan saudara ketika akan

dioperasi?”

“Apa yang sedang terjadi?”

20

17. Refleksi

Bertujuan untuk pasien agar mengemukakan dan menerima ide dan

perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Maka perawat

mengindikasikan bahwa pendapat pasien adalah pendapat yang berharga

dan pasien mempunyai hak untuk melakukannya. Misalnya:

Pasien : “Apakah menurutmu saya harus mengatakannya kepada

dokter?”

Perawat : “apakah menurut Anda, Anda harus mengatakannya?

Pasien : “suami saya sudah lama tidak datang mengunjungi saya,

bahkan tidak menelepon saya, kalau dia datang saya tidak

ingin berbicara dengannya”.

Perawat : “ini menyebabkan Anda marah”.

2.4 Komunikasi Terapeutik dalam Konteks Komunikasi Interpersonal

“Interpersonal communication is the communication that takes place between

two person who have an established relationship” (De Vito dikutip Muhith

2018:30)

Komunikasi interpersonal merupakan proses pengiriman pesan antara dua

orang atau lebih, dengan efek dan feedback langsung. Komunikasi melibatkan

realitas fisik maupun psikologis dalam menanggapi sebuah informasi. Dalam

penelitian ini menggunakan prespektif psikologi yaitu komunikasi yang

menitikberatkan pada audiens (penerima pesan), pengaruh yang melatarbelakangi

seorang dalam menerima pesan. Masing-masing pihak yang melakukan

komunikasi akan melakukan perceiving (pencerapan), lalu menginterprestasikan

informasi menjadi understanding (pemahaman), dan menimbulkan believing

(keyakinan) yang menimbulkan tindakan atau action.

Dalam berkomunikasi tentunya kita diajarkan untuk mengembangkan

kemampuan komunikasi efektif untuk mengembangkan diri secara personal

maupun profesional. Komunikasi yang efektif terjadi apabila dalam

berkomunikasi dapat menghasilkan persamaan persepsi sehingga tidak

menimbulkan multitafsir dan multi interpretasi dari pihak-pihak yang terlibat

21

dalam proses komunikasi. Menurut Roger dikutip Muhith (2018:205) komunikasi

interpersonal dikatakan efektif apabila melalui kondisi sebagai berikut:

1. Bertemu satu sama lain secara personal.

2. Empati secara tepat terhadap pribadi yang lain dan berkomunikasi yang

dapat dipahami satu sama lain secara berarti.

3. Menghargai satu sama lain, bersifat positif dan wajar tanpa menilai atau

keberatan.

4. Menghayati pengalaman satu sama lain dengan bersungguh-sungguh,

bersikap menerima dan empati satu sama lain,

5. Merasa bahwa saling menjaga keterbukaan dan iklim yang mendukung

dan mengurangi kecenderungan gangguan arti.

6. Memperlihatkan tingkah laku yang percaya penuh dan memperkuat

persamaan aman terhadap yang lain.

Untuk mencapai kondisi diatas, terdapat berbagai kondisi dalam kehidupan

pasien yang akan diekspresikan atau diperlihatkan antara pasien dengan tenaga

kesehatan. Dengan begitu, tenaga kesehatan akan mendukung pasien untuk

mengekspresikan perasaan, pikiran dan persepsi serta dihubungkan dengan

perilaku yang tampak.

Suasana yang menggambarkan komunikasi terapeutik adalah ketika dalam

berkomunikasi dengan pasien, tenaga kesehatan mendapatkan gambaran yang

jelas dan alami tentang kondisi pasien yang sedang dirawat mengenai tanda dan

gejala yang ditampakkan serta keluhan yang dirasakan. Dalam menjalani sebuah

proses komunikasi terapeutik, tenaga kesehatan melakukan kegiatan mulai dari

pengkajian, penentuan masalah kesehatan, menentukan rencana tindakan,

melakukan tindakan kesehatan sesuai dengan rencana sampai pada tahap evaluasi

yang dapat dicapai secara maksimal ketika terjadi proses komunikasi terapeutik.

Terjadinya komunikasi terapeutik adalah apabila didahului hubungan saling

percaya antara perawat dengan pasien. Komunikasi terapeutik mempunyai tujuan

untuk membantu pasien mencapai tujuan dalam asuhan keperawatan. Hubungan

antara perawat dan pasien merupakan hubungan komunikasi yang bersifat

resiprokal dan berkelanjutan. Hubungan tersebut membentu suatu hubungan

“helping relationship” adalah hubungan yang terjadi diantara dua individu

22

maupun kelompokyang saling memberikan dan menerima bantuan atau dukungan

untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sepanjang kehidupan. Hubungan antara

tenaga kesehatan dengan pasien juga disebut dengan “helper” adalah membantu

pasien sebagai orang yang membutuhkan pertolongan, untuk mencapai tujuannya

yaitu tujuan untuk sembuh.

Dalam komunikasi terapeutik tenaga kesehatan yang terampil tidak akan

mendominasi interaksi sosial, tetapi ia akan berusaha untuk memelihara

kehangatan suasanankomunikasi untuk menghasilkan rasa percaya, dan nyaman

pada pasien, sehingga proses tukar menukar perasaan dan sikap akan berjalan

wajar. Hubungan pasien dengan tenaga kesehatan bukanlah hubungan yang

mutualis saja, melainkan mereka menyebutnya dengan “a human-to-human

relationship”. Kelemahan yang terdapat pada pasien dan tenaga kesehatan akan

menghilang ketika masing-masing pihak terlihat dalam interaksi dan komunikasi

mereka mencoba untuk memahami kondisi masing-masing.

Komunikasi terapeutik dalam konteks komunikasi interpersonal merupakan

sebuah hubungan interpersonal dimana tenaga kesehatan memperoleh pengalaman

belajar bersama serta memperbaiki pengalaman emosional pasien. Komunikasi

interpersonal yang sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagi ide,

pengambilan keputsan, dan pertumbuhan personal. Komunikasi terapeutik dalam

konteks komunikasi interpersonal sangat penting karena komunikasi menjadi

lebih bermakna ketika tenaga kesehatan dengan pasien saling memberikan

informasi dan pengetahuannya dalam mengimplementasikan tindakannya

menyangkut bidang kesehatan.

Tenaga kesehatan menggunakan komunikasi interpersonalnya untuk

mengembangkan hubungan pasien yang akan menghasilkan pemahaman

mengenai pasien sebagai manusia yang utuh. Hubungan ini yang bersifat

terapeutik yang meningkatkan iklim psikologi yang kondusif dan memfasilitasi

perubahan dan perkembangan positif pada diri pasien.

Dalam penelitian ini, peneliti juga menghubungkan dengan self disclousure

yang dikembangkan oleh Sydney Marshall Jourard pada 1974. self disclousure ini

juga merupakan salah satu bentuk komunikasi interpersonal. Dalam hal

pengungkapan suatu informasi mengenai diri kita kepada orang lain yang

23

biasanya disembunyikan dan disimpan. Topik dari self disclousure ini adalah

informasi mengenai perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi dan ide yang

sesuaim dan lain-lain. Selain itu self disclousure juga berkaitan dengan konsep

diri dan kesehatan mental seseorang. Yang berarti, self disclousure juga memiliki

manfaat untuk mengembangkan diri sehingga kita dapat mengemukakan diri kita

terhadap orang lain.

Teori yang berhubungan dengan self disclousure adalah teori Komunikasi

Interpersonal Jouhari Windows oleh Joseph Luft dan Harry Ingham. Dalam teori

ini mereka menggambarkan terdapat empat kepribadian dari dalam diri individu.

Tabel 1. Teori Self Disclosure

I

Diketahui oleh diri sendiri dan orang

lain

II

Hanya diketahui oleh orang lain

III

Diketahui oleh diri sendiri

IV

Tidak diketahui oleh siapapun

Tabel 1. Teori Self Disclosure

Sumber: Buku Fuadah Ashri Nurfurqoni. Buku Saku Komunikasi Interpersonal dan

Komunikasi Kebidanan, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal: 55-59.

Keterangan:

1. Kuadran I menunjukkan kepribadian diri kita yang tidak diketahui akan

tetapi dapat diketahui oleh orang lain.

2. Kuadran II menunjukkan bagian dari diri kita yang tidak diketahui akan

tetapi diketahui oleh orang lain.

3. Kuadran III menunjukkan bagian dari diri kita yang kita ketahui namun

tidak diketahui oleh orang lain.

4. Kuadran IV menunjukkan daerah yang tidak kita sadari, dimana kita dan

orang lain tidak mengetahuinya.

Ketika kita melakukan self disclousure maka kuadran yang pertama akan

membesar dari kuadran yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar

hal-hal yang kita ketahui oleh kedua belah pihak maka semakin besar pula

keterbukaan kita dengan lawan bicara kita.

Dalam mengungkapkan diri kepada orang lain harus dilandasi dengan

kejujuran dan keterbukaan dalam memberikan informasi. Dengan kata lain, saat

kita membicarakan perihal penting kepada orang lain kita seperti membuka

24

topeng yang menampilkan semua hal yang dirasa berguna untuk disampaikan

tidak hanya menampilkan satu sisi saja. Maka peneliti merumuskan bahwa self

disclousure merupakan sebuah pengungkapan informasi kepada orang lain.

Informasi tersebut berupa perasaan, sikap, pendapat, dan personal dari dalam diri.

2.5 Proses Komunikasi Terapeutik

Proses komunikasi sering diartikan sebagai kegiatan atau pengolahan yang

terus-menerus. Proses komunikasi adalah mengartikan dan menjelaskan suatu

fenomena komunikasi yang ditujukan untuk perubahan dalam suatu waktu. Jika

komunikasi sebagai proses maka peristiwa dan perubahan yang menyusul terus

menerus dan karenanya sebagai suatu proses, komunikasi itu tumbuh, berubah,

berganti, dan bergerak. Proses komunikasi dalam dunia kesehatan sering disebut

sebagai proses komunikasi terapeutik. Proses komunikasi terapeutik digunakan

untuk proses penyembuhan yaitu terapi pasien.

Komunikasi terapeutik yang dilakukan bidan melalui proses perawatan

kepada ibu hamil merupakan tindakan yang direncanakan dan disengaja dalam

membantu proses interaksi antara keduanya. Dalam menganalisa hubungan antara

bidan dan ibu hamil diperlukannya evaluasi dalam menentukan teknik dan

keterampilan yang tepat dalam setiap tahap untuk mengatasi masalah pasien

dengan prinsip disini dan saat ini (here and now). Berikut adalah tugas bidan

dalam proses komunikasi terapeutik menanggani pasiennya yaitu :

Fase Tugas

Pra-interaksi

- Eksplorasi perasaan, fantasi dan kekuatan diri

- Analisa kekuatan dan kelemahan profesional

- Dapatkan data tentang pasien

- Rencanakan pertemuan pertama

Orientasi

- Tentukan alasan pasien minta pertolongan

- Bina rasa percaya, penerimaan, dan komunikasi terbuka

- Rumuskan kontrak pertama

- Eksplorasi pikiran, perasaan, dan perilaku pasien

- Identifikasi masalah pasien

- Rumuskan tujuan dengan pasien

Kerja

- Eksplorasi stressor yang tepat

- Dorong perkembangan kesadaran diri pasien dan pemakaian

mekanisme koping yang konstruktif

- Atasi penolakan perilaku adaptif

Terminasi - Ciptakan realitas perpisahan

25

Tabel 2. Tugas Bidan dalam Proses Komunikasi Terapeutik untuk Menanggani

Pasien

Sumber: Stuart dan Sundeen 1987 dikutip Muhith (2018:290-291)

Setelah peneliti menjelaskan beberapa tugas bidan tersebut ditemukan empat

fase dalam proses komunikasi terapeutik yaitu Fase Prainteraksi, Fase Orientasi,

Fase Kerja, dan Fase Terminasi. Fase-fase tersebut akan dijabarkan yaitu:

1. Fase Prainteraksi

Fase prainteraksi merupakan fase yang pertama kali dimulai sebelum

berinteraksi dengan pasien. Pada fase ini bidan mencoba mencari tahu

informasi mengenai pasien, mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan

pasien. Setelah mendapatkan informasi tersebut bidan mulai membuat

strategi untuk bertemu dengan pasien. Pada fase prainteraksi terdapat dua

unsur yang perlu untuk dipelajari dan dipersiapkan yaitu unsur diri sendiri

(perawat) dan unsur dari pasien. Maka adapun hal-hal yang dapat

dipelajari dari diri sendiri (perawat) yaitu:

a. Pengetahuan yang dimiliki yang terkait dengan penyakit dan

masalah pasien.

Ketika perawat belum menguasai keluhan dan penyakit pasien

maka perawat akan berdiskusi dengan teman atau atasannya agar

ketika perawat bertemu dengan pasien, perawat sudah siap

berinteraksi dan siap memberikan jawaban untuk pertanyaan

pasien.

b. Kecemasan dan kekalutan diri

Sebelum berinteraksi dengan pasien perawat harus

mengeksplorasi perasaan, harapan dan kecemasan. Ketika

kecemasan tidak dapat dikendalikan maka perawat tidak bisa

mendengarkan keluhan pasien dengan baik, maka penggunaan

active listening sangat dibutuhkan untuk mengerti keluhan pasien.

Ketika berada dalam lingkungan keperawatan maka perawat

harus mampu mengendalikan diri dari masalah pribadinya.

- Bicarakan proses terapi dan pencapaian tujuan

- Saling mengeksplorasi perasaan penolakan dan kehilangan,

sedih, marah, dan perilaku pasien.

26

Disamping itu perawat perlu mendefinisikan harapan yang

ditentukan sesuai dengan keadaan pasien. Harapan tersebut dapat

ditentukan sesuai dengan tujuan tindakan keperawatan yang

memenuhi kriteria Nursing Outcome Clasification.

c. Analisis kekuatan diri

Analisis kekuatan diri dalam konteks berkomunikasi dengan

orang lain terutama pada aspek kekuatan mental. Ketika diri mudah

terpengaruh ataupun mudah emosi maka akan mempengaruhi

proses komunikasi. Dalam diri seseorang juga terdapat kelebihan

dan kekurangan. Sebelum bertemu dengan pasien, perawat juga

perlu menganalisis kelemahannya dan menggunakan kelebihannya

untuk mengendalikan dirinya.

d. Waktu pertemuan baik saat pertemuan maupun lama pertemuan

Dalam berkomunikasi dengan pasien, perawat harus mampu

menentukan timing yang tepat saat pertemuan dan perawat juga

harus mengetahui kegiatan dan jabwal istirahat pasien. Lamanya

pertemuan juga dipertimbangkan agar pasien tidak mudah jenuh,

biasanya lamanya pertemuan bekisar 20 sampai dengan 30 menit

kecuali dengan tindakan keperawatan.

Berikut adalah hal-hal yang perlu dipelajari pada pasien yaitu:

a. Perilaku pasien dalam menghadapi penyakitnya

Adapun perilaku pasien yang menunjukkan sikap tertutup

dalam mendiskusikan penyakitnya dan adapun pasien yang terbuka

dengan penyakitnya. Peningkatan rasa percaya diri dan rasa

optimis akan penyakit akan mendukung kesempuhan pasien,

adapun teknik komunikasi untuk menghadapi pasien yaitu

“Presenting Reality”. “Presenting Reality” adalah menghadirkan

kondisi realita yang telah dilakukan oleh pasien, tujuannya untuk

menghadirkan atau menunjukkan pada pasien tindakan yang telah

dilakukan dengan harapan perilaku pasien yang destruktif.

Contohnya: “saya lihat Anda tampak gelisah, apa yang membuat

Anda tampak tak tenang?”.

27

b. Fase Orientasi

Fase orientasi merupakan fase dimulainya kontak pertama dengan

pasien. Tujuan utama dari fase orientasi adalah memvalidasi keakuratan

data (keluhan yang dirasakan oleh pasien), membuat kontrak kerja dengan

pasien (memberikan informasi mengenai pra melahirkan dan dijelaskan

mengenai apa saja yang diperlukan ketikan akan melahirkan), dan

mengevaluasi hasil tindakan. Dalam memulai hubungan, tugas utama

perawat adalah membina rasa percaya, penerimaan dan pengertian,

komunikasi yang terbuka dan perumusan kontak dengan pasien. Berikut

adalah elemen kontrak perawat dengan pasien:

Nama individu (perawat dan pasien)

Peran perawat dan pasien

Tanggung jawab perawat dan pasien

Tujuan hubungan

Tempat pertemuan

Waktu pertemuan

Situasi terminasi

Kerahasiaan

Table 3. Elemen Kontrak Perawat-Klien

Sumber: Stuart dan Sundeen 1987 dikutip Muhith (2018:292)

c. Fase Kerja

Fase kerja merupakan fase utama dalam hubungan antara bidan dan

pasien. Hubungan tersebut terkait dengan pelaksanaan rencana tindakan

kebidanan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

Pada fase ini bidan dan pasien mencoba untuk bekerjasama dalam

mengatasi masalah yang dihadapi pasien. Dalam fase kerja bidan

memerlukan active listening, melalui active listening bidan membantu

pasien untuk memevahkan masalah yang telah dihadapi dan memberikan

solusi untuk mengatasi masalahnya, dan mengevaluasi atau alternatif

pemecahan dalam menghadapi masalah.

d. Fase Terminasi

Fase terminasi merupakan fase terakhir dari proses komunikasi terapeutik.

Fase terminasi juga merupakan fase terpenting dalam hubungan terapeutik,

28

karena hubungan saling percaya dan hubungan intim yang terapeutik

sudah terbuba dan berada dalam tingkat optimal. Menurut Stuart, G. W.,

1998, fase terminasi terbagi menjadi dua yaitu terminasi sementara dan

terminasi akhir. Fase terminasi sementara adalah fase dimana bidan akan

bertemu lagi dengan pasien (misalnya, kontrol bulanan) dan fase terminasi

akhir adalah fase dimana semua kebutuhan pasien sudah terselesaikan

secara keseluruhan oleh bidan. Biasanya setelah melalui fase terminasi ini,

bidan dan pasien melakukan sebuah kontrak, hal tersebut dilakukan agar

pasien dan bidan mempersiapkan diri pada kegiatan selanjutnya termasuk

persiapan psikologis dari pasien dalam menghadapi kegiatan tersebut.

Berikut contoh kontrak yang akan datang yaitu:

“Baik bu infusnya sudah dipasang”

“Nanti pukul 11.00 WIB ibu ada jabwal untuk foto Rontgen”

“Tempatnya didepan gedung ruang rawat inap, nanti kami dampingi”

2.6 Motivasi antara Bidan dan Ibu Hamil

Menurut Mc. Donald dikutip Masri (2014:1), mendefinisikan motivasi

sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya

feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Sedangkan

menurut UNO 2007 dikutip jurnal Christin (2017:109), motivasi merupakan

dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan

adanya hasrat dan minat, dorongan dan kebutuhan, harapan dan cita-cita,

penghargaan dan penghormatan. Maka, motivasi adalah perubahan dalam diri

seseorang yang ditandai oleh munculnya keinginan untuk menggapai sesuatu.

Motivasi juga dapat disebut dengan kebutuhan (need), desakan (urge),

keinginan (wish), dan dorongan (drive) yang gunanya untuk mencapai suatu

keinginan dan tujuan dari dalam diri seseorang. Biasanya motivasi dilakukan

dalam bentuk perilaku seseorang untuk melakukan sesuatu atas dasar tujuan yang

diinginkan.

Ketika seseorang melakukan komunikasi dengan orang lain tentunya ia

memberikan beberpa informasi terkait dengan dirinya sendiri seperti, perasaan

dan keinginan mereka. Keinginan untuk melakukan sesuatu merupakan sebuah

29

motif. Motif itu sendiri yang dapat melatarbelakangi seseorang untuk mencapai

tujuannya dengan menunjukkan beberapa tingkah laku. Tingkah laku tersebut

dilatar belakangi oleh kebutuhan yang diarahkan pada pencapaian suatu tujuan.

Dalam tingkah laku dapat pula membentuk suatu unsur motivasi yakni:

Gambar 2. Unsur Pembentukan Motivasi

Sumber: anonim. http://repo.iain-tulungagung.ac.id/1169/2/BAB%20II.pdf

Keterangan:

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa ketika orang ingin mencapai suatu

tujuan, orang tersebut harus memiliki beberapa proses. Proses yang pertama

adalah kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat berupa bahan yang digunakan dalam

menjalankan suatu tingkah laku. Lalu tingkah laku digunakan sebagai pendorong

dan aksi seseorang untuk mencapai sebuah hal yang diinginkannya. Setelah

mencapai step tingkah laku dan orang tersebut dapat berhasil maka, ia akan

mencapai tujuannya yang ia inginkan. Hal tersebut adalah yang termasuk unsur

motivasi seseorang melakukan tindakan dalam mempengaruhi lawan bicaranya.

Keinginan, kebutuhan, dan kekurangan seseorang berbeda-beda dengan orang

lain. Mulai dari tempat, waktu, dan tujuan sehingga dapat dikatakan motivasi

setiap orang berbeda dari segi intensitasnya. Jika komunikasi tersebut sesuai

dengan motivasi yang diberikan oleh orang lain maka semakin besar pula

komunikasi tersebut dapat diterima dengan baik dan begitupula sebaliknya.

Adanya suatu keinginan dan kebutuhan dalam diri seseorang menjadikan

motivasi sebagai sebuah hal yang harus dipenuhi. Ketika ibu hamil memasuki usia

trisemester ketiga atau akhir ibu hamil biasanya mengalami kecemasan dan

ketakutan dari diri sendiri maupun dari cerita orang lain. Motivasi dipandang

sebagai sebuah dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku

ibu hamil yaitu perilaku belajar dan motivasi merupakan suatu dorongan yang

dimiliki ibu hamil untuk melakukan sesuatu, dan juga pemberian informasi

Kebutuhan

Tingkah Laku Tujuan

30

mengenai kesehatan ibu hamil saat menjalani masa kehamilan khususnya pada

usia trisemester akhir.

Dengan adanya motivasi yang diberikan oleh bidan kepada ibu hamil, maka ia

akan berusaha untuk mengalahkan rasa ketakutan dan kecemasan yang

dialaminya. Misalnya saja, bidan mencari solusi untuk memecahkan suatu

masalah yang dihadapi oleh ibu hamil.

Dalam memberikan sebuah motivasi bidan wajib melakukan asuhan

kebidanan, terutama pelayanan antenatal yang sesuai dengan standar. Tanggung

jawab seorang bidan dapat diliat dari hasil kinerjamya, lalu kondisi sarana dan

prasarana yang terpenuhi di dalam tempat atau lingkungan kesehatan dapat

mendukung suatu pelayanan bidan secara optimal dan dapat menumbuhkan juga

motivasi bidan dalam memberikan pelayanan dengan baik dan sesuai standar.

Ketika seorang bidan mempunyai motivasi yang baik dalam memberikan asuhan

maka ibu hamil akan berpendapat bahwa bidan adalah tenaga kesehatan yang

terpecaya dan diyakini dapat mengatasi masalah yang dialami ibu hamil dalam

proses pra-persalinan.

Penelitian ini merujuk pada tradisi psikologi sosial. Dasar pemikirannya

adalah memberikan perhatian terhadap aspek diri manusia. Menurut Littlejohn

(2009), banyak karya komunikasi terbaru dalam tradisi ini yang memperhatikan

pada persuasi dan perubahan sikap dalam pemprosesan pesan, bagaimana individu

merencanakan strategi pesan, bagaimana menerima sebuah pesan memproses

informasi pesan, dan dampak pesan pada individu. Menurut peneliti teori yang

cocok untuk “Proses Komunikasi Terapeutik Bidan dalam Memotivasi Ibu Hamil

Trisemester Akhir di Klinik Daqu Sehat Malang” adalah teori penyusunan

tindakan, dan teori komunikasi interpersonal (Jouhari Window).

Teori penyusunan tindakan yang dikembangkan oleh John Greene. Teori ini

menguji cara kita untuk mengatur pengetahuan dalam pikiran dan

menggunakannya untuk membentuk sebuah pesan. Menurut teori ini, kita

membentuk sebuah pesan dengan menggunakannya dengan aspek kandungan

pengetahuan dan pengetahuan prosedural. Jadi pada dasarnya kita mengetahui

informasi-informasi yang berkaitan dengan suatu permasalahan lalu kita juga

mengetahui bagaimana kita melakukan hal tersebut.

31

Dalam teori ini terbagi menjadi dua yaitu, aspek kandungan pengetahuan

adalah aspek yang dimana kita mengetahui tentang sebuah pengetahuan yang

digunakan untuk menyusun sebuah tindakan. Aspek prosedural adalah aspek

dimana komunikator yang sudah mengetahui sebuah pengetahuan tadi khususnya

dibidang komunikasi interpersonal lalu pengetahuan tersebut akan menghasilkan

sebuah tindakan. Proses penyusunan tindakan tidak hanya membutuhkan

pengetahuan dan motivasi saja melainkan ia juga memiliki kemampuan untuk

mendapatkan kembali serta mengatur tindakan secara efisien dengan cepat.

2.7 Definisi Konseptual

Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap konsep-konsep yang digunakan

dalam penelitian ini, maka pemberian batasan-batasan sebagai berikut:

1. Komunikasi terapeutik, yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu

komunikasi terapeutik antara bidan dan ibu hamil trisemester akhir dalam

pemberian motivasi. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang

dilakukan dan dirancang dengan tujuan untuk menerapi pasien. Menurut

Stuart G. W. 1998 dikutip Suryani (2005), komunikasi terapeutik

merupakan hubungan interpersonal antara perawat dan klien memperoleh

pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman

emosional.

2. Motivasi, menurut Mc. Donald dikutip Masri (2014:1), mendefinisikan

motivasi sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai

dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap

adanya tujuan. Motivasi dalam penelitian ini merupakan sebuah dorongan

yang diberikan bidan kepada ibu hamil untuk melakukan sesuatu,

memberikan suatu arahan, salah satunya dorongan untuk ibu hamil

trisemester akhir tidak takut dalam menghadapi proses persalinan dan agar

persalinannya berjalan dengan lancar.

3. Menurut Nazriah 2009 dikutip Ningsih (2018), bidan adalah seseorang

yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah

diakui pemerintah dan lulus sesuai dengan persyarakat yang telah berlaku,

dicatat (registrasi), diberi izin secara sah untuk menjalankan praktek.

32

4. Ibu hamil trisemester akhir, kehamilan adalah suatu masa yang dimulai

dari konsepsi sampai lahirnya janin. Menurut Mochtar 2002 dikutip Astuti

2017, ketika ibu hamil memasuki trisemester akhir maka usia kandunga

memasuki 28-40 minggu pada trisemester ini masa dimana ia berorientasi

pada realitas untuk menjadi orang tua yang menanti kelahiran anak dimana

ikatan orang tua dan janin berkembang pada masa trisemester akhir ini.