Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Menurut Thomas dikutip Mulyana (2010:4), mengemukakan bahwa kita
berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk
membangun kontak sosial dengan orang disekitar kita, dan untuk mempengaruhi
orang lain untuk merasa, berpikir, atau berperilaku seperti apa yang kita inginkan.
Kutipan tersebut menunjukkan bahwa komunikasi adalah tujuan dalam
mengemukakan apa yang kita inginkan. Dengan berkomunikasi kita dapat
mengenal berbagai orang, mulai dari karakteristik, ras, budaya dan lain-lain.
Dalam memahami pengertian komunikasi tentu saja banyak penjelasan dari
para ahli komunikasi, salah satunya mengenai model komunikasi. Dalam
penelitian ini, peneliti mengambil salah satu contoh model interaktif.
- Model komunikasi
Model diibaratkan sebagai peta. Model mencoba menyederhanakan
fenomena komunikasi dengan merepresentasikan secara abstrak ciri-ciri
yang dianggap penting. Maka model adalah representasi fenomena
komunikasi dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting guna memahami
suatu proses komunikasi.
Model komunikasi dibagi menjadi tiga yaitu, model linier, model
interaktif, dan model transaksional. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan model komunikasi interaktif. Model komunikasi interaktif
adalah menggambarkan komunikasi sebagai proses dimana pendengar
memberikan sebuah umpan balik sebagai respon terhadap pesan yang
disampaikan oleh komunikator.
7
Gambar 1. Model Komunikasi Interaktif
Sumber: Buku Julia T. Wood, 2013. “Komunikasi Interpersonal Interaksi
Keseharian”. Jakarta: Salemba Humanika. Hal: 20.
Model komunikasi interaktif menekankan bahwa komunikasi berjalan
dua arah (dinamis), komunikator dan komunikan dapat menerima dan
mengirim pesan. Elemen terpenting dari model komunikasi ini adalah
adanya umpan balik dari penerima pesan. Umpan balik tersebut dapat
berupa pesan verbal maupun pesan non verbal. Adanya umpan balik ini
dapat membantu komunikator untuk mengetahui sejauh mana pesan
tersampaikan dan bagaimana pencampaian makna yang terjadi.
Dalam model ini juga terdapat field experience seseorang yaitu
bagaimana budaya, pengalaman, dan keturunan dapat mempengaruhi
kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. Ketika berinteraksi dengan
seseorang, biasanya ia akan cenderung untuk membagikan pengalaman
yang dialaminya.
2.1.2 Konteks-konteks dalam Komunikasi
Komunikasi dalam kehidupn sehari-hari tidak berlangsung dalam ruang
hampa sosial, melainkan dalam konteks atau situasi tertentu. Konteks terdiri dari
beberapa tingkatan kategori yang digunakan untuk sejauh mana konteks tersebut
berkembang, misalnya dimulai dari komunikasi yang melibatkan jumlah peserta
8
dari dua orang, tiga orang lalu setelah itu melibatkan kelompok komunikasi
dengan jumlah yang besar.
Menurut Joseph A. Devito dikutip Effendy (2017), komunikasi yaitu proses
pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara
sekelompok kecil orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika.
Pakar komunikasi mengklasifikasikan komunikasi berdasarkan konteksnya.
Indokator dalam pengkalsifikasian komunikasi berdasarkan konteksnya adalah
jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi. Konteks-konteks tersebut antara
lain:
1. Komunikasi pribadi
Komunikasi pribadi dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Komunikasi intrapersonal (intrapersonal communication), yaitu
komunikasi yang berlangsung dalam diri sseseorang. Ia merangkap
menjadi dua tugas yaitu sebagai penerima dan pengirim. Komunikasi
intrapersonal disini membahas mengenai proses pemahaman, ingatan,
dan intreprestasi terhadap simbol-simbil yang di tangkap melalui
pancaindera. Contohnya saja, saat ia mendeskripsikan sebuah objek
yang diamati dan dipikirkan kembali, sehingga terjadilah komunikasi
dalam dirinya sendiri.
b. Komunikasi interpersonal (interpersonal communication), yaitu
komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Karakteristik
dari komunikasi interpersonal adalah dimulai dari dirinya lalu
diungkapkan kepada orang lain. Komunikasi interpersonal disini
membahas mengenai pengamatannya pada bentuk-bentuk dan sifat
hubungan, percakapan, interaksi dan karakteristik komunikator.
2. Komunikasi kelompok
Komunikasi kelompok adalah komunikasi tatap muka yang dilakukan
tiga atau lebih guna untuk memperoleh maksud dan tujuan yang
dikehendaki. Adapun elemen yang tercangkup dalam komunikasi
kelompok yaitu, interaksi tatap muka, jumlah partisipan, maksud dan
tujuan, dan kemampuan anggota untuk dapat menumbuhkan karakteristik
dari anggota lain. Komunikasi kelompok melibatkan komunikasi pribadi.
9
Komunikasi kelompok disini membahas mengenai dinamika kelompok,
pola dan bentuk interaksi, serta pembuatan keputusan (desicion making).
3. Komunikasi massa
Komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan melalui saluran-
saluran mesia massa seperti, surat kabar, radio, televisi dan film.
Karakteristik komunikasi massa bersifat massal karena pesan bersifat
heterogen. Komunikasi massa disini membahas mengenai perhatiannya
dalam hal yang menyangkut struktur media, hubungan media dan
masyarakat, hubungan media dengan khalayak, aspek-aspek dari
komunikasi massa, dan dampak atau hasil komunikasi massa terhadap
individu.
4. Komunikasi Publik
Komunikasi publik adalah komunikasi antar seorang pembicara
dengan sejumlah besar prang (khalayak), yang tidak bisa dikenali satu
persatu. Contoh dari komunikasi publik disini adalah pidato, ceramah,
seminar dan lain-lain. Komunikasi publik sifatnya cenderung pasif, umpan
balik yang mereka berikan cenderung terbatas dan sifatnya verbal.
Komunikasi publik bertujuan untuk memberikan penerangan, menghiburm
memberikan penghormatan dan membujuk.
5. Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi merupakan komunikasi pribadi atau
komunikasi kelompok yang bersifat interpersonal atau komunikasi yang
terstruktur dalam suatu organisasi. Bentuk komunikasi organisasi ini
bersifat formal dan informal tergantu pada organisasi itu sendiri.
Komunikasi organisasi disini membahas mengenai struktur dan fungsi
organisasi, hubungan antar manusia, dan komunikasi dan proses
pengorganisasian.
Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi sorotan/landasan peneliti
adalah konteks komunikasi pribadi yaitu komunikasi interpersonal (interpersonal
communication) yang nantinya akan dihubungkan dengan komunikasi terapeutik.
Karena dirasa sesuai dengan pokok pembahasan peneliti yaitu, menjelaskan alur
dari komunikasi interpersonal yang masuk dalam kategori komunikasi terapeutik
10
dalam sub bab komunikasi kesehatan yang tujuannya untuk menerapi pasien agar
pasien merasa percaya diri dalam menjalani pengobatan. Komunikasi
interpersonal sebagai alur dari komunikasi, maka akan membentuk suatu proses
komunikasi.
2.1.3 Jenis-jenis dalam Bidang Komunikasi
Bidang komunikasi adalah suatu pandangan dan strategi yang akan
membentuk alat dan rangka kerja untuk sesuatu perkara yang hendak akan
dilaksanakan dalam proses komunikasi teori akan membina bentuk dan kaidah
komunikasi yang akan dibuat. Yang dimaksud dari bidang tersebut adalah segala
aspek kehidupan manusia, dimana diantara aspek kehidupan manusia berbeda
antara bidang satu dengan lainnya. Bidang tersebut mencangkup beberapa jenis
komunikasi, yaitu:
1. Komunikasi Sosial
Komunikasi sosial diartikan sebagai suatu proses interaksi dimana
seseorang atau suatu lembaga menyampaikan amanat kepada pihak lain
agar pihak lain dapat menangkap maksud yang dikehendaki
penyampaiannya baik secara verbal maupun nonverbal. Komunikasi sosial
juga sangat penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri,
memperoleh kebahagiaan, serta terhindar dari tekanan ketergantungan.
Dalam komunikasi sosial kita dituntut untuk berbuhungan dengan
orang lain dan menghibur orang lain. Melalui komunikasi sosial kita dapat
bekerjasama dengan anggota masyarakat contohnya, keluarga, kelompok
masyarakat sekolah, kota, desa, dan negara yang bertujuan untukmencapai
tujuan bersama.
2. Komunikasi Organisasional atau Manajemen
Tujuan daei komunikasi dalam lingkup organisasi adalah memajukan
dan mengembangkan organisasi yang ditafsirkan sebagai upaya yang
dilakukan untuk mencapai tujuan manajemen. Pengelolaan informasi
dalam komunikasi organisasi dikatakan lancar apabila dilakukan melalui
kegiatan komunikasi yang efektif baik secara lisan maupun tulisan dan
11
menggunakan media dan tidak menggunakan media. Dalam komunikasi
organisasi dikategorikan sebagai berikut:
a. Komunikasi Vertikal
b. Komunikasi Horizontal
c. Komunikasi Diagonal
3. Komunikasi Bisnis
Komunikasi bisnis adalah proses pertukaran informasi untuk
mencapai efektifitas dan efisiensi di berbagai kegiatan internal organisasi
bisnis. Pesan yang disampaikan dalam komunikasi bisnis bersifat
persuasuf. Komunikasi bisnis berperan sebagai pembentukan pendapat
umum dan sikap publik khususnya untuk membangun citra perusahaan.
4. Komunikasi Politik
Komunikasi politikdapat dirumuskan sebagai suatu perpindahan
lambang-lambang atau simbol komunikasi yang berisi pesan-pesan politik
dari seseoran atau kelompok pada orang lain yang bertujuan untuk
membuka wawasan atau cara berfikir, serta mempengaruhi sikap dan
tingkah laku khalayak menjadi target politik. Komunikasi politik
melibatkan pesan-pesan politik dan aktor politik yang berkaitan dengan
kekuasaan, pemerintahan dan kebijakan pemerintah.
5. Komunikasi Internasional
Komunikasi internasional merupakan komunikasi yang dilakukan
antara komunikator yang mewakili suatu negara untuk menyampaikan
pesan-pesan yang berkaitan dengan berbagai kepentingan negaranya
kepada komunikan uang mewakili negara lain dengan tujuan untuk
memperoleh dukungan lebih luas. Kegiatan komunikasi interpersonal
berlangsung antara people to people atau goverment to goverment, yaiti
interaksi antara dua negara yang berbeda latar belakang budaya.
6. Komunikasi Antar Budaya
Komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang dilakukan dengan
orang yang berbeda latar belakang budaya. Dalam dunia bisnis komunikasi
antar budaya memiliki tempat utama untuk melakukan ekpansi pasar
keluar negara yang memiliki aneka ragam budaya.
12
7. Komunikasi Pembangunan
Komunikasi pembangunan meliputi upaya dan cara serta teknik
penyampaian gagasan dan keterampilan pembanggunan yang berasal dari
pihak yang memprakarsai pembangunan dan diwujudkan pada masyarakat
yang menjadi sasaran dapat memahami, menerima, dan berpartisipasi
dalam pembangunan. Komunikasi pembangunan juga merupakan
perubahan yang menghendaki dalam suatu pembangunan dengan
perubahan yang lebih baik dan maju dari yang sebelumnya.
8. Komunikasi Tradisional
Komunikasi tradisional merupakan proses penyampaian pesan dari
satu pihak ke pihak lain dengan menggunakan media tradisional yang
sudah lama digunakan disuatu tempat sebelum kebudayaan tersentuh oleh
teknologi modern. Media penyampaian pesan menggunakan:
a. Kentongan
b. Kulkul
c. Wayang
d. Cerita rakyat
e. Sendratari
f. Upacara adat
g. Bedug
Selain delapan bidang komunikasi tersebut terdapat dalam literatur bidang-
bidang komunikasi seperti:
1. Komunikasi Keluarga
Komunikasi keluarga merupakan komunikasi yang terjadi dalam
sebuah keluarga, atau bisa diartikan sebagai bagaimana cara suatu anggota
keluarga untuk berinteraksi dengan anggota lainnya, sekaligus sebagai
wadah dalam membentuk dan mengembangkan nilai-nilai yang
dibutuhkan sebagai pegangan hidup. Tujuan dari komunikasi keluarga
sendiri adalah untuk memberikan informasi, nasihat, didikan kepada anak
agar anak lebih baik dalam hal perilakunya.
13
2. Komunikasi Kesehatan
Komunikasi kesehatan adalah strategi penggunaan komunikasi untuk
menyebarluaskan informasi kesehatan yang dapat mempengaruhi individu
agar mereka dapat membuat keputusan terkait dengan pengelolaan
kesehatan. Komunikasi kesehatan mencangkup pemanfaatan jasa
komunikasi untuk menyampaikan pesan dan mempengaruhi proses
pengambilan keputusan yang berhubungan dengan upaya peningkatan dan
pengelolaan kesehatan oleh individu maupun komunitas masyarakat.
Komunikasi kesehatan juga mencangkup kegiatan menyebarluaskan
informasi mengenai kesehatan kepada masyarakat agar tercapai perilaku
hidup sehat, menciptakan kesadaran,mengubah sikap, dan memberikan
motivasi mengenai kesehatan.
3. Komunikasi Pendidikan
Komunikasi pendidikan merupakan aspek komunikasi dalam dunia
pendidikan, atau komunikasi yang terjadi pada bidang pendidikan.
Komunikasi pendidikan yang dimaksud adalah komunikasi yang sudah
merambah atau menyentuh dunia pendidikan dari segala aspeknya. Maka
komunikasi pendidikan merupakan suatu interaksi yang berhubungan
dalam semua aspek pendidikan yang saling berkaitan dan mendukung satu
sama lain.
2.2 Komunikasi Kesehatan
Kesehatan dalam komunikasi merupakan bidang keilmuan yang berkembang
pesat dalam beberapa dekade belakangan ini. Perkembangan komunikasi
kesehatan tersebut karena adanya tantangan untuk mempromosikan kesehatan
kepada masyarakat.
Menurut Junaedi (2016:4), Komunikasi kesehatan adalah komunikasi yang
dilakukan dalam ranah kesehatan untuk mendorong tercapainya keadaan atau
status yang sehat secara utuh, baik fisik, mental maupun sosial. Sifat dari
komunikasi kesehatan sendiri mempunyai sifat khusus ketimbang komunikasi
pada umumnya. Fokus dari komunikasi kesehatan adalah transaksi terhadap isu-
14
isu yang berhubungan dengan kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
transaksi tersebut.
Komunikasi kesehatan mempunyai hubungan yang kuat dengan usaha
manusia dalam menjaga kesehatannya. Baik tingkat individu, kelompok,
organisasi, maupun pemerintah. Dalam dunia kesehatan yang menjadi tenaga
kerjanya adalah seorang dokter, perawat, bidan, ahli farmasi, laboran, terapis, dan
staf lainnya yang saling bekerjasalam dalam mencapai tujuan pengobatan.
Menurut Liliweri (2013), Komunikasi kesehatan secara interpersonal
merupakan komunikasi yang aktif yaitu komunikasi yang bukan komunikator
dengan komunikan mendapatkan suatu pesan, melainkan komunikator dan
komunikan yang menghasilkan suatu feedback yang tujuannya untuk melayani,
memantau dan membantu kesehatan pasien. Komunikasi kesehatan secara
interpersonal bukan hanya menyampaikan ransangan dan tanggapan, stimulus dan
respon akan tetapi komunikasi interpersonal dalam kesehatan juga merupakan
penyampaian tanggapan yang telah diolah oleh masing-masing pihak. Agar
interpesonalnya menghasilkan suatu hubungan yang efektif dan kerjasama maka
perlunya sikap terbuka, sikap percaya, sikap mendukung, dan mendorong akan
timbulnya sikap yang memahami, dan menghargai.
Menurut Schenment dikutip Junaedi (2016:8), fokus dari komunikasi
kesehatan interpersonal adalah bagaimana penyedia layanan kesehatan dan
konsumen yang bersifat diadik (tatap muka) dalam edukasi kesehatan, interaksi
terapeutik dan pertukaran informasi yang relevan dalam kesehatan yang bersifat
interpersonal. Perkembangan fokus dari komunikasi kesehatan interpersonal
mengenai bagaimana relasi dapat bekerja sama dengan sistem kesehatan modern,
seperti bagaimana relasi antara profesional medis ke pasien, relasi antar profesial
medis, dan dengan keluarga pasien. Kajian dalam komunikasi kesehatan
interpersonal menjadi sangat penting ketika pesan benar-benar dapat disampaikan
kepada pasien.
Dalam pemakaian komunikasi kesehatan terdapat sub-sub komunikasi yang
mendukung terciptanya suatu hubungan yang baik. Menurut Freddy, bentuk
komunikasi yang sering digunakan dalam program kesehatan masyarakat yaitu:
15
1. Komunikasi oral
Komunikasi oral merupakan komunikasi yang dilakukan secara lisan, baik
langsung dengan tatap muka maupun secara tidak langsung melalui
telepone atau telekonferensi. Komunikasi oral biasanya ditujukan untuk
pasien yang ingin berkonsultasi namun tidak secara langsung yakni
melalui media. Adapun tahapan komunikasi oral adalah perbendaharaan
kata, kecepatan, intonasi, humor, singkatan dan jelas.
2. Komunikasi Terapeutik
Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi untuk memahami pasien,
membuat pasien mampu beradaptasi terhadap gangguan psikologi
misalnya stres. Tujuan komunikasi terapeutik itu sendiri adalah untuk
menerapi pasien dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Adapun tahapan komunikasi terapeutik adalah pra-interaksi, orientasi,
kerja dan terminasi. Komunikasi terapeutik merupakan salah satu bentuk
komunikasi kesehatan namun juga termasuk kedalam komunikasi
interpersonal.
3. Komunikasi SBAR
Komunikasi SBAR (Situation, Background, Assassement, Recomendation)
adalah metode komunikasi yang digunakan untuk anggota tim medis
kesehatan dalam melaporkan kondisi pasien. Komunikasi SBAR ini
ditujukan pada komunikasi antara dokter dengan dokter, perawat dengan
perawat dan tenaga medis dengan tenaga medis lainnya. Teknik
komunikasi SBAr ini menyediakan kerangka kerja untuk komunikasi
antara anggota tim kesehatan tentang kondisi pasien, Sbar merupakan
teknik yang mudah diinggat agar memudahkan berkomunikasi dengan
anggota tim dalam meningkatkan keselamatan pasien
2.3 Komunikasi Terapeutik
Menurut Stuart G. W. dikutip Suryani (2005), komunikasi terapeutik
merupakan hubungan interpersonal antara tenaga kesehatan dan klien memperoleh
pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional
klien.
16
Menurut Northouse dikutip Suryani (2005), komunikasi terapeutik adalah
kemampuan atau keterampilan tenaga kesehatan untuk membantu klien
beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis, dan belajar bagaimana
berhubungan dengan orang lain.
Komunikasi terapeutik berbeda dengan komunikasi sosial yaitu, dalam
komunikasi terapeutik mempunyai suatu tujuan satu arah yaitu terapi. Dari
beberapa pengertian diatas peneliti menyimpulkan bahwa komunikasi terapeutik
dilaksanakan, dilakukan, direncanakan secara sadar, dan bertujuan untuk
kesembuhan pasien dan membina hubungan terapeutik antara perawat dan pasien
melalui komunikasi.
Komunikasi terapeutik yang digunakan seorang bidan kepada ibu hamil
trisemester akhir adalah kemampuan dan keterampilan dari bidan dalam
membantu ibu hamil beradaptasi pada keadaan fisik maupun psikologis dalam
menghadapi kehamilan, kelahiran dan menjadi seorang orang tua. Komunikasi
terapeutik digunakan oleh bidan untuk berhubungan langsung dengan ibu hamil
agar mengetahui keadaan yang dialami ibu hamil trisemester akhir tersebut.
Manfaat tenaga kesehatan (bidan) menggunakan komunikasi terapeutik
adalah untuk memudahkan mereka menjalin hubungan dengan pasien. Hubungan
tersebut adalah bentuk dari rasa kepuasan dan saling kepercayaan pasien dalam
sebuah asuhan tenaga kesehatan (bidan) yang telah ditetapkan. Berikut adalah
manfaat komunikasi terapeutik bagi bidan dalam menanggani pasiennya sebagai
berikut:
1. Mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dengan pasien
melalui hubungan bidan pasien
2. Mengidentifikasi, mengungkap perasaan, dan mengkaji masalah dan
mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh bidan.
Komunikasi terapeutik termasuk kedalam komunikasi kesehatan namun
posisi komunikasi terapeutik ini berada pada komunikasi interpersonal. Karena
komunikasi terapeutik memfokuskan studinya pada kesembuhan pasien dan
kegiatannya biasanya bertatap muka langsung untuk mencapai hunungan yang
baik antara komunikator dengan komunikannya.
17
Dalam menjalankan tugasnya sebagai tenaga kesehatan, mereka perlu
memahami karakteristik setiap pasien secara interpersonal. Maka diperlukannya
penerapan teknik berkomunikasi yang dapat membantu tenaga kesehatan dalam
menjalin kerjasama antar pasien dan tenaga kesehatan. Menurut Muhith
(2018:238-252), teknik komunikasi terapeutik yaitu:
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian
Kesan pertama ketika perawat mau mendengarkan keluhan pasien
dengan seksama yaitu dengan perawat memerhatikan keluhan pasien
2. Menunjukkan penerimaan
Menerima keluhan yang dirasakan oleh pasien, menerima berarti
bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan
atau tidak setuju.
3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan dengan pertanyaan terbuka
Bertujuan untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai
kondisi rill dari pasien dengan menggali penyebab pasien mencari
pertolongan atau penyebab pasien datang ke tempat pelayanan kesehatan.
Misalnya:
“Ada yang bisa saya bantu?”
4. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri
Bertujuan untuk menghindari berbedaan persepsi. Maka perlu
adanya klarifikasi, validasi maupun pengulangan kata yang disampaikan
agar pesan yang di sampaikan sesiai dengan maksud dan tujuan
kemungkinan pesan juga bisa bersifat bias karena terdapat noise di
sekelilingnya. Misalnya:
Pasien : “Saya tidak dapat tidur, sepanjang malam saya terjaga”
Perawat : “Saudara mengalami kesulitan untuk tidur............”
5. Klarifikasi
Ketika terjadi kesalahpahaman, perawat perlu menghentikan
pembicaraan untuk mengklarifikasi dengan menyamakan pengertian,
maksud, dan ruang lingkup pembicaraan oleh karena informasi sangat
penting dalam memberikan pelayanan. Misalnya:
“Saya tidak yakin saya mengikuti apa yang Anda katakan”
18
6. Memfokuskan
Bertujuan untuk membatasi bahan pembicaraan sehingga lebih
spesifik dan mengerti. Misalnya:
“Hal ini nampaknya penting, nanti kita bicarakan lebih dalam lagi”.
7. Menyampaikan hasil observasi
Bertujuan untuk memberikan umpan balik kepada pasien dengan
menyatakan hasil pengamatanya, sehingga dapat diketahui apakah pesan
diterima dengan benar. Misalnya:
“Anda tampak cemas”
“Apakah Anda merasa tidak tenang apabila Anda..........”
8. Menawarkan informasi
Memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan kesehatan
bagi pasien. Perawat tidak boleh memberikan nasehat kepada pasien
ketika memberikan informasi, tetapi memfasilitasi pasien membuat
keputusan.
9. Diam
Bertujuan untuk menunggu respon pasien untuk megungkapkan
perasaannya. Diam merupakan teknik komunikasi yang memberikan
kesempatan kepada pasien untuk mengorganisir dan menyusun pikiran
atau ide sebelum diungkapkan kepada perawat.
10. Meringkas
Bertujuan untuk mengidentifikasi poin-poin penting selama diskusi
sehingga dapat melanjutkan topik pembicaraan dengan topik yang
berkaitan. Misalnya:
“Selama beberapa jam, Anda dan Saya telah membicaraan..........”
11. Memberikan penghargaan menawarkan diri
Pemberian penghargaan merupakan motif atau bentuk dorongan
kepada pasien dengan cara membanggakan diri pasien agar mampu
memacu semangat dalam penerimaan diri untuk berbuat dab berperilaku
yang lebih baik lagi.
19
12. Menawarkan diri
Menawarkan diri merupakan kegiatan untuk memberikan respons
agar seseorang menyadari perilakunya yang merugikan baik diri sendiri
maupun orang lain tanpa ada rasa permusuhan. Misalnya:
“Saya ingin Anda merasa tenang dan nyaman”
13. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan
Bertujuan untuk memberi kesempatan kepada pasien untuk
berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan. Misalnya:
“Adakah sesuatu yang ingin Anda bicarakan?”
“Apa yang sedang Saudara pikirkan?”
“Dari mana Anda ingin mulai pembicaraan ini?”
14. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Perawat berusaha untuk menafsifkan dari pada mengarahkan diskusi
pembicaraan. Misalnya:
“........teruskan......!”
“........dan kemudian.......?”
“Ceritakan kepada saya mengenai itu?”
15. Menempatkan kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien
untuk melihatnya dalam suatu perspektif
Perawat akan dapat menentukan pola kesukaran interpersonal dan
memberikan data tentang pengalaman yang memuaskan dan berarti bagi
pasien dalam memenuhi kebutuhannya. Misalnya:
“Apakah yang terjadi sebelum dan sesudahnya?”
“Kapan kejadian tersebut terjadi?”
16. Menganjurkan klien untuk menguraikan persepsinya
Bertujuan untuk memberikan space untuk pasien agar bercerita dan
menguraikan persepsinya. Misalnya:
“Ceritakanlah kepada saya bagaimana perasaan saudara ketika akan
dioperasi?”
“Apa yang sedang terjadi?”
20
17. Refleksi
Bertujuan untuk pasien agar mengemukakan dan menerima ide dan
perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Maka perawat
mengindikasikan bahwa pendapat pasien adalah pendapat yang berharga
dan pasien mempunyai hak untuk melakukannya. Misalnya:
Pasien : “Apakah menurutmu saya harus mengatakannya kepada
dokter?”
Perawat : “apakah menurut Anda, Anda harus mengatakannya?
Pasien : “suami saya sudah lama tidak datang mengunjungi saya,
bahkan tidak menelepon saya, kalau dia datang saya tidak
ingin berbicara dengannya”.
Perawat : “ini menyebabkan Anda marah”.
2.4 Komunikasi Terapeutik dalam Konteks Komunikasi Interpersonal
“Interpersonal communication is the communication that takes place between
two person who have an established relationship” (De Vito dikutip Muhith
2018:30)
Komunikasi interpersonal merupakan proses pengiriman pesan antara dua
orang atau lebih, dengan efek dan feedback langsung. Komunikasi melibatkan
realitas fisik maupun psikologis dalam menanggapi sebuah informasi. Dalam
penelitian ini menggunakan prespektif psikologi yaitu komunikasi yang
menitikberatkan pada audiens (penerima pesan), pengaruh yang melatarbelakangi
seorang dalam menerima pesan. Masing-masing pihak yang melakukan
komunikasi akan melakukan perceiving (pencerapan), lalu menginterprestasikan
informasi menjadi understanding (pemahaman), dan menimbulkan believing
(keyakinan) yang menimbulkan tindakan atau action.
Dalam berkomunikasi tentunya kita diajarkan untuk mengembangkan
kemampuan komunikasi efektif untuk mengembangkan diri secara personal
maupun profesional. Komunikasi yang efektif terjadi apabila dalam
berkomunikasi dapat menghasilkan persamaan persepsi sehingga tidak
menimbulkan multitafsir dan multi interpretasi dari pihak-pihak yang terlibat
21
dalam proses komunikasi. Menurut Roger dikutip Muhith (2018:205) komunikasi
interpersonal dikatakan efektif apabila melalui kondisi sebagai berikut:
1. Bertemu satu sama lain secara personal.
2. Empati secara tepat terhadap pribadi yang lain dan berkomunikasi yang
dapat dipahami satu sama lain secara berarti.
3. Menghargai satu sama lain, bersifat positif dan wajar tanpa menilai atau
keberatan.
4. Menghayati pengalaman satu sama lain dengan bersungguh-sungguh,
bersikap menerima dan empati satu sama lain,
5. Merasa bahwa saling menjaga keterbukaan dan iklim yang mendukung
dan mengurangi kecenderungan gangguan arti.
6. Memperlihatkan tingkah laku yang percaya penuh dan memperkuat
persamaan aman terhadap yang lain.
Untuk mencapai kondisi diatas, terdapat berbagai kondisi dalam kehidupan
pasien yang akan diekspresikan atau diperlihatkan antara pasien dengan tenaga
kesehatan. Dengan begitu, tenaga kesehatan akan mendukung pasien untuk
mengekspresikan perasaan, pikiran dan persepsi serta dihubungkan dengan
perilaku yang tampak.
Suasana yang menggambarkan komunikasi terapeutik adalah ketika dalam
berkomunikasi dengan pasien, tenaga kesehatan mendapatkan gambaran yang
jelas dan alami tentang kondisi pasien yang sedang dirawat mengenai tanda dan
gejala yang ditampakkan serta keluhan yang dirasakan. Dalam menjalani sebuah
proses komunikasi terapeutik, tenaga kesehatan melakukan kegiatan mulai dari
pengkajian, penentuan masalah kesehatan, menentukan rencana tindakan,
melakukan tindakan kesehatan sesuai dengan rencana sampai pada tahap evaluasi
yang dapat dicapai secara maksimal ketika terjadi proses komunikasi terapeutik.
Terjadinya komunikasi terapeutik adalah apabila didahului hubungan saling
percaya antara perawat dengan pasien. Komunikasi terapeutik mempunyai tujuan
untuk membantu pasien mencapai tujuan dalam asuhan keperawatan. Hubungan
antara perawat dan pasien merupakan hubungan komunikasi yang bersifat
resiprokal dan berkelanjutan. Hubungan tersebut membentu suatu hubungan
“helping relationship” adalah hubungan yang terjadi diantara dua individu
22
maupun kelompokyang saling memberikan dan menerima bantuan atau dukungan
untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sepanjang kehidupan. Hubungan antara
tenaga kesehatan dengan pasien juga disebut dengan “helper” adalah membantu
pasien sebagai orang yang membutuhkan pertolongan, untuk mencapai tujuannya
yaitu tujuan untuk sembuh.
Dalam komunikasi terapeutik tenaga kesehatan yang terampil tidak akan
mendominasi interaksi sosial, tetapi ia akan berusaha untuk memelihara
kehangatan suasanankomunikasi untuk menghasilkan rasa percaya, dan nyaman
pada pasien, sehingga proses tukar menukar perasaan dan sikap akan berjalan
wajar. Hubungan pasien dengan tenaga kesehatan bukanlah hubungan yang
mutualis saja, melainkan mereka menyebutnya dengan “a human-to-human
relationship”. Kelemahan yang terdapat pada pasien dan tenaga kesehatan akan
menghilang ketika masing-masing pihak terlihat dalam interaksi dan komunikasi
mereka mencoba untuk memahami kondisi masing-masing.
Komunikasi terapeutik dalam konteks komunikasi interpersonal merupakan
sebuah hubungan interpersonal dimana tenaga kesehatan memperoleh pengalaman
belajar bersama serta memperbaiki pengalaman emosional pasien. Komunikasi
interpersonal yang sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagi ide,
pengambilan keputsan, dan pertumbuhan personal. Komunikasi terapeutik dalam
konteks komunikasi interpersonal sangat penting karena komunikasi menjadi
lebih bermakna ketika tenaga kesehatan dengan pasien saling memberikan
informasi dan pengetahuannya dalam mengimplementasikan tindakannya
menyangkut bidang kesehatan.
Tenaga kesehatan menggunakan komunikasi interpersonalnya untuk
mengembangkan hubungan pasien yang akan menghasilkan pemahaman
mengenai pasien sebagai manusia yang utuh. Hubungan ini yang bersifat
terapeutik yang meningkatkan iklim psikologi yang kondusif dan memfasilitasi
perubahan dan perkembangan positif pada diri pasien.
Dalam penelitian ini, peneliti juga menghubungkan dengan self disclousure
yang dikembangkan oleh Sydney Marshall Jourard pada 1974. self disclousure ini
juga merupakan salah satu bentuk komunikasi interpersonal. Dalam hal
pengungkapan suatu informasi mengenai diri kita kepada orang lain yang
23
biasanya disembunyikan dan disimpan. Topik dari self disclousure ini adalah
informasi mengenai perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi dan ide yang
sesuaim dan lain-lain. Selain itu self disclousure juga berkaitan dengan konsep
diri dan kesehatan mental seseorang. Yang berarti, self disclousure juga memiliki
manfaat untuk mengembangkan diri sehingga kita dapat mengemukakan diri kita
terhadap orang lain.
Teori yang berhubungan dengan self disclousure adalah teori Komunikasi
Interpersonal Jouhari Windows oleh Joseph Luft dan Harry Ingham. Dalam teori
ini mereka menggambarkan terdapat empat kepribadian dari dalam diri individu.
Tabel 1. Teori Self Disclosure
I
Diketahui oleh diri sendiri dan orang
lain
II
Hanya diketahui oleh orang lain
III
Diketahui oleh diri sendiri
IV
Tidak diketahui oleh siapapun
Tabel 1. Teori Self Disclosure
Sumber: Buku Fuadah Ashri Nurfurqoni. Buku Saku Komunikasi Interpersonal dan
Komunikasi Kebidanan, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal: 55-59.
Keterangan:
1. Kuadran I menunjukkan kepribadian diri kita yang tidak diketahui akan
tetapi dapat diketahui oleh orang lain.
2. Kuadran II menunjukkan bagian dari diri kita yang tidak diketahui akan
tetapi diketahui oleh orang lain.
3. Kuadran III menunjukkan bagian dari diri kita yang kita ketahui namun
tidak diketahui oleh orang lain.
4. Kuadran IV menunjukkan daerah yang tidak kita sadari, dimana kita dan
orang lain tidak mengetahuinya.
Ketika kita melakukan self disclousure maka kuadran yang pertama akan
membesar dari kuadran yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar
hal-hal yang kita ketahui oleh kedua belah pihak maka semakin besar pula
keterbukaan kita dengan lawan bicara kita.
Dalam mengungkapkan diri kepada orang lain harus dilandasi dengan
kejujuran dan keterbukaan dalam memberikan informasi. Dengan kata lain, saat
kita membicarakan perihal penting kepada orang lain kita seperti membuka
24
topeng yang menampilkan semua hal yang dirasa berguna untuk disampaikan
tidak hanya menampilkan satu sisi saja. Maka peneliti merumuskan bahwa self
disclousure merupakan sebuah pengungkapan informasi kepada orang lain.
Informasi tersebut berupa perasaan, sikap, pendapat, dan personal dari dalam diri.
2.5 Proses Komunikasi Terapeutik
Proses komunikasi sering diartikan sebagai kegiatan atau pengolahan yang
terus-menerus. Proses komunikasi adalah mengartikan dan menjelaskan suatu
fenomena komunikasi yang ditujukan untuk perubahan dalam suatu waktu. Jika
komunikasi sebagai proses maka peristiwa dan perubahan yang menyusul terus
menerus dan karenanya sebagai suatu proses, komunikasi itu tumbuh, berubah,
berganti, dan bergerak. Proses komunikasi dalam dunia kesehatan sering disebut
sebagai proses komunikasi terapeutik. Proses komunikasi terapeutik digunakan
untuk proses penyembuhan yaitu terapi pasien.
Komunikasi terapeutik yang dilakukan bidan melalui proses perawatan
kepada ibu hamil merupakan tindakan yang direncanakan dan disengaja dalam
membantu proses interaksi antara keduanya. Dalam menganalisa hubungan antara
bidan dan ibu hamil diperlukannya evaluasi dalam menentukan teknik dan
keterampilan yang tepat dalam setiap tahap untuk mengatasi masalah pasien
dengan prinsip disini dan saat ini (here and now). Berikut adalah tugas bidan
dalam proses komunikasi terapeutik menanggani pasiennya yaitu :
Fase Tugas
Pra-interaksi
- Eksplorasi perasaan, fantasi dan kekuatan diri
- Analisa kekuatan dan kelemahan profesional
- Dapatkan data tentang pasien
- Rencanakan pertemuan pertama
Orientasi
- Tentukan alasan pasien minta pertolongan
- Bina rasa percaya, penerimaan, dan komunikasi terbuka
- Rumuskan kontrak pertama
- Eksplorasi pikiran, perasaan, dan perilaku pasien
- Identifikasi masalah pasien
- Rumuskan tujuan dengan pasien
Kerja
- Eksplorasi stressor yang tepat
- Dorong perkembangan kesadaran diri pasien dan pemakaian
mekanisme koping yang konstruktif
- Atasi penolakan perilaku adaptif
Terminasi - Ciptakan realitas perpisahan
25
Tabel 2. Tugas Bidan dalam Proses Komunikasi Terapeutik untuk Menanggani
Pasien
Sumber: Stuart dan Sundeen 1987 dikutip Muhith (2018:290-291)
Setelah peneliti menjelaskan beberapa tugas bidan tersebut ditemukan empat
fase dalam proses komunikasi terapeutik yaitu Fase Prainteraksi, Fase Orientasi,
Fase Kerja, dan Fase Terminasi. Fase-fase tersebut akan dijabarkan yaitu:
1. Fase Prainteraksi
Fase prainteraksi merupakan fase yang pertama kali dimulai sebelum
berinteraksi dengan pasien. Pada fase ini bidan mencoba mencari tahu
informasi mengenai pasien, mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan
pasien. Setelah mendapatkan informasi tersebut bidan mulai membuat
strategi untuk bertemu dengan pasien. Pada fase prainteraksi terdapat dua
unsur yang perlu untuk dipelajari dan dipersiapkan yaitu unsur diri sendiri
(perawat) dan unsur dari pasien. Maka adapun hal-hal yang dapat
dipelajari dari diri sendiri (perawat) yaitu:
a. Pengetahuan yang dimiliki yang terkait dengan penyakit dan
masalah pasien.
Ketika perawat belum menguasai keluhan dan penyakit pasien
maka perawat akan berdiskusi dengan teman atau atasannya agar
ketika perawat bertemu dengan pasien, perawat sudah siap
berinteraksi dan siap memberikan jawaban untuk pertanyaan
pasien.
b. Kecemasan dan kekalutan diri
Sebelum berinteraksi dengan pasien perawat harus
mengeksplorasi perasaan, harapan dan kecemasan. Ketika
kecemasan tidak dapat dikendalikan maka perawat tidak bisa
mendengarkan keluhan pasien dengan baik, maka penggunaan
active listening sangat dibutuhkan untuk mengerti keluhan pasien.
Ketika berada dalam lingkungan keperawatan maka perawat
harus mampu mengendalikan diri dari masalah pribadinya.
- Bicarakan proses terapi dan pencapaian tujuan
- Saling mengeksplorasi perasaan penolakan dan kehilangan,
sedih, marah, dan perilaku pasien.
26
Disamping itu perawat perlu mendefinisikan harapan yang
ditentukan sesuai dengan keadaan pasien. Harapan tersebut dapat
ditentukan sesuai dengan tujuan tindakan keperawatan yang
memenuhi kriteria Nursing Outcome Clasification.
c. Analisis kekuatan diri
Analisis kekuatan diri dalam konteks berkomunikasi dengan
orang lain terutama pada aspek kekuatan mental. Ketika diri mudah
terpengaruh ataupun mudah emosi maka akan mempengaruhi
proses komunikasi. Dalam diri seseorang juga terdapat kelebihan
dan kekurangan. Sebelum bertemu dengan pasien, perawat juga
perlu menganalisis kelemahannya dan menggunakan kelebihannya
untuk mengendalikan dirinya.
d. Waktu pertemuan baik saat pertemuan maupun lama pertemuan
Dalam berkomunikasi dengan pasien, perawat harus mampu
menentukan timing yang tepat saat pertemuan dan perawat juga
harus mengetahui kegiatan dan jabwal istirahat pasien. Lamanya
pertemuan juga dipertimbangkan agar pasien tidak mudah jenuh,
biasanya lamanya pertemuan bekisar 20 sampai dengan 30 menit
kecuali dengan tindakan keperawatan.
Berikut adalah hal-hal yang perlu dipelajari pada pasien yaitu:
a. Perilaku pasien dalam menghadapi penyakitnya
Adapun perilaku pasien yang menunjukkan sikap tertutup
dalam mendiskusikan penyakitnya dan adapun pasien yang terbuka
dengan penyakitnya. Peningkatan rasa percaya diri dan rasa
optimis akan penyakit akan mendukung kesempuhan pasien,
adapun teknik komunikasi untuk menghadapi pasien yaitu
“Presenting Reality”. “Presenting Reality” adalah menghadirkan
kondisi realita yang telah dilakukan oleh pasien, tujuannya untuk
menghadirkan atau menunjukkan pada pasien tindakan yang telah
dilakukan dengan harapan perilaku pasien yang destruktif.
Contohnya: “saya lihat Anda tampak gelisah, apa yang membuat
Anda tampak tak tenang?”.
27
b. Fase Orientasi
Fase orientasi merupakan fase dimulainya kontak pertama dengan
pasien. Tujuan utama dari fase orientasi adalah memvalidasi keakuratan
data (keluhan yang dirasakan oleh pasien), membuat kontrak kerja dengan
pasien (memberikan informasi mengenai pra melahirkan dan dijelaskan
mengenai apa saja yang diperlukan ketikan akan melahirkan), dan
mengevaluasi hasil tindakan. Dalam memulai hubungan, tugas utama
perawat adalah membina rasa percaya, penerimaan dan pengertian,
komunikasi yang terbuka dan perumusan kontak dengan pasien. Berikut
adalah elemen kontrak perawat dengan pasien:
Nama individu (perawat dan pasien)
Peran perawat dan pasien
Tanggung jawab perawat dan pasien
Tujuan hubungan
Tempat pertemuan
Waktu pertemuan
Situasi terminasi
Kerahasiaan
Table 3. Elemen Kontrak Perawat-Klien
Sumber: Stuart dan Sundeen 1987 dikutip Muhith (2018:292)
c. Fase Kerja
Fase kerja merupakan fase utama dalam hubungan antara bidan dan
pasien. Hubungan tersebut terkait dengan pelaksanaan rencana tindakan
kebidanan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Pada fase ini bidan dan pasien mencoba untuk bekerjasama dalam
mengatasi masalah yang dihadapi pasien. Dalam fase kerja bidan
memerlukan active listening, melalui active listening bidan membantu
pasien untuk memevahkan masalah yang telah dihadapi dan memberikan
solusi untuk mengatasi masalahnya, dan mengevaluasi atau alternatif
pemecahan dalam menghadapi masalah.
d. Fase Terminasi
Fase terminasi merupakan fase terakhir dari proses komunikasi terapeutik.
Fase terminasi juga merupakan fase terpenting dalam hubungan terapeutik,
28
karena hubungan saling percaya dan hubungan intim yang terapeutik
sudah terbuba dan berada dalam tingkat optimal. Menurut Stuart, G. W.,
1998, fase terminasi terbagi menjadi dua yaitu terminasi sementara dan
terminasi akhir. Fase terminasi sementara adalah fase dimana bidan akan
bertemu lagi dengan pasien (misalnya, kontrol bulanan) dan fase terminasi
akhir adalah fase dimana semua kebutuhan pasien sudah terselesaikan
secara keseluruhan oleh bidan. Biasanya setelah melalui fase terminasi ini,
bidan dan pasien melakukan sebuah kontrak, hal tersebut dilakukan agar
pasien dan bidan mempersiapkan diri pada kegiatan selanjutnya termasuk
persiapan psikologis dari pasien dalam menghadapi kegiatan tersebut.
Berikut contoh kontrak yang akan datang yaitu:
“Baik bu infusnya sudah dipasang”
“Nanti pukul 11.00 WIB ibu ada jabwal untuk foto Rontgen”
“Tempatnya didepan gedung ruang rawat inap, nanti kami dampingi”
2.6 Motivasi antara Bidan dan Ibu Hamil
Menurut Mc. Donald dikutip Masri (2014:1), mendefinisikan motivasi
sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Sedangkan
menurut UNO 2007 dikutip jurnal Christin (2017:109), motivasi merupakan
dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan
adanya hasrat dan minat, dorongan dan kebutuhan, harapan dan cita-cita,
penghargaan dan penghormatan. Maka, motivasi adalah perubahan dalam diri
seseorang yang ditandai oleh munculnya keinginan untuk menggapai sesuatu.
Motivasi juga dapat disebut dengan kebutuhan (need), desakan (urge),
keinginan (wish), dan dorongan (drive) yang gunanya untuk mencapai suatu
keinginan dan tujuan dari dalam diri seseorang. Biasanya motivasi dilakukan
dalam bentuk perilaku seseorang untuk melakukan sesuatu atas dasar tujuan yang
diinginkan.
Ketika seseorang melakukan komunikasi dengan orang lain tentunya ia
memberikan beberpa informasi terkait dengan dirinya sendiri seperti, perasaan
dan keinginan mereka. Keinginan untuk melakukan sesuatu merupakan sebuah
29
motif. Motif itu sendiri yang dapat melatarbelakangi seseorang untuk mencapai
tujuannya dengan menunjukkan beberapa tingkah laku. Tingkah laku tersebut
dilatar belakangi oleh kebutuhan yang diarahkan pada pencapaian suatu tujuan.
Dalam tingkah laku dapat pula membentuk suatu unsur motivasi yakni:
Gambar 2. Unsur Pembentukan Motivasi
Sumber: anonim. http://repo.iain-tulungagung.ac.id/1169/2/BAB%20II.pdf
Keterangan:
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa ketika orang ingin mencapai suatu
tujuan, orang tersebut harus memiliki beberapa proses. Proses yang pertama
adalah kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat berupa bahan yang digunakan dalam
menjalankan suatu tingkah laku. Lalu tingkah laku digunakan sebagai pendorong
dan aksi seseorang untuk mencapai sebuah hal yang diinginkannya. Setelah
mencapai step tingkah laku dan orang tersebut dapat berhasil maka, ia akan
mencapai tujuannya yang ia inginkan. Hal tersebut adalah yang termasuk unsur
motivasi seseorang melakukan tindakan dalam mempengaruhi lawan bicaranya.
Keinginan, kebutuhan, dan kekurangan seseorang berbeda-beda dengan orang
lain. Mulai dari tempat, waktu, dan tujuan sehingga dapat dikatakan motivasi
setiap orang berbeda dari segi intensitasnya. Jika komunikasi tersebut sesuai
dengan motivasi yang diberikan oleh orang lain maka semakin besar pula
komunikasi tersebut dapat diterima dengan baik dan begitupula sebaliknya.
Adanya suatu keinginan dan kebutuhan dalam diri seseorang menjadikan
motivasi sebagai sebuah hal yang harus dipenuhi. Ketika ibu hamil memasuki usia
trisemester ketiga atau akhir ibu hamil biasanya mengalami kecemasan dan
ketakutan dari diri sendiri maupun dari cerita orang lain. Motivasi dipandang
sebagai sebuah dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku
ibu hamil yaitu perilaku belajar dan motivasi merupakan suatu dorongan yang
dimiliki ibu hamil untuk melakukan sesuatu, dan juga pemberian informasi
Kebutuhan
Tingkah Laku Tujuan
30
mengenai kesehatan ibu hamil saat menjalani masa kehamilan khususnya pada
usia trisemester akhir.
Dengan adanya motivasi yang diberikan oleh bidan kepada ibu hamil, maka ia
akan berusaha untuk mengalahkan rasa ketakutan dan kecemasan yang
dialaminya. Misalnya saja, bidan mencari solusi untuk memecahkan suatu
masalah yang dihadapi oleh ibu hamil.
Dalam memberikan sebuah motivasi bidan wajib melakukan asuhan
kebidanan, terutama pelayanan antenatal yang sesuai dengan standar. Tanggung
jawab seorang bidan dapat diliat dari hasil kinerjamya, lalu kondisi sarana dan
prasarana yang terpenuhi di dalam tempat atau lingkungan kesehatan dapat
mendukung suatu pelayanan bidan secara optimal dan dapat menumbuhkan juga
motivasi bidan dalam memberikan pelayanan dengan baik dan sesuai standar.
Ketika seorang bidan mempunyai motivasi yang baik dalam memberikan asuhan
maka ibu hamil akan berpendapat bahwa bidan adalah tenaga kesehatan yang
terpecaya dan diyakini dapat mengatasi masalah yang dialami ibu hamil dalam
proses pra-persalinan.
Penelitian ini merujuk pada tradisi psikologi sosial. Dasar pemikirannya
adalah memberikan perhatian terhadap aspek diri manusia. Menurut Littlejohn
(2009), banyak karya komunikasi terbaru dalam tradisi ini yang memperhatikan
pada persuasi dan perubahan sikap dalam pemprosesan pesan, bagaimana individu
merencanakan strategi pesan, bagaimana menerima sebuah pesan memproses
informasi pesan, dan dampak pesan pada individu. Menurut peneliti teori yang
cocok untuk “Proses Komunikasi Terapeutik Bidan dalam Memotivasi Ibu Hamil
Trisemester Akhir di Klinik Daqu Sehat Malang” adalah teori penyusunan
tindakan, dan teori komunikasi interpersonal (Jouhari Window).
Teori penyusunan tindakan yang dikembangkan oleh John Greene. Teori ini
menguji cara kita untuk mengatur pengetahuan dalam pikiran dan
menggunakannya untuk membentuk sebuah pesan. Menurut teori ini, kita
membentuk sebuah pesan dengan menggunakannya dengan aspek kandungan
pengetahuan dan pengetahuan prosedural. Jadi pada dasarnya kita mengetahui
informasi-informasi yang berkaitan dengan suatu permasalahan lalu kita juga
mengetahui bagaimana kita melakukan hal tersebut.
31
Dalam teori ini terbagi menjadi dua yaitu, aspek kandungan pengetahuan
adalah aspek yang dimana kita mengetahui tentang sebuah pengetahuan yang
digunakan untuk menyusun sebuah tindakan. Aspek prosedural adalah aspek
dimana komunikator yang sudah mengetahui sebuah pengetahuan tadi khususnya
dibidang komunikasi interpersonal lalu pengetahuan tersebut akan menghasilkan
sebuah tindakan. Proses penyusunan tindakan tidak hanya membutuhkan
pengetahuan dan motivasi saja melainkan ia juga memiliki kemampuan untuk
mendapatkan kembali serta mengatur tindakan secara efisien dengan cepat.
2.7 Definisi Konseptual
Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap konsep-konsep yang digunakan
dalam penelitian ini, maka pemberian batasan-batasan sebagai berikut:
1. Komunikasi terapeutik, yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu
komunikasi terapeutik antara bidan dan ibu hamil trisemester akhir dalam
pemberian motivasi. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang
dilakukan dan dirancang dengan tujuan untuk menerapi pasien. Menurut
Stuart G. W. 1998 dikutip Suryani (2005), komunikasi terapeutik
merupakan hubungan interpersonal antara perawat dan klien memperoleh
pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman
emosional.
2. Motivasi, menurut Mc. Donald dikutip Masri (2014:1), mendefinisikan
motivasi sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai
dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap
adanya tujuan. Motivasi dalam penelitian ini merupakan sebuah dorongan
yang diberikan bidan kepada ibu hamil untuk melakukan sesuatu,
memberikan suatu arahan, salah satunya dorongan untuk ibu hamil
trisemester akhir tidak takut dalam menghadapi proses persalinan dan agar
persalinannya berjalan dengan lancar.
3. Menurut Nazriah 2009 dikutip Ningsih (2018), bidan adalah seseorang
yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah
diakui pemerintah dan lulus sesuai dengan persyarakat yang telah berlaku,
dicatat (registrasi), diberi izin secara sah untuk menjalankan praktek.
32
4. Ibu hamil trisemester akhir, kehamilan adalah suatu masa yang dimulai
dari konsepsi sampai lahirnya janin. Menurut Mochtar 2002 dikutip Astuti
2017, ketika ibu hamil memasuki trisemester akhir maka usia kandunga
memasuki 28-40 minggu pada trisemester ini masa dimana ia berorientasi
pada realitas untuk menjadi orang tua yang menanti kelahiran anak dimana
ikatan orang tua dan janin berkembang pada masa trisemester akhir ini.