29
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Angkutan Umum Angkutan umum penumpang adalah angkutan penumpang dengan menggunakan kendaraan umum dan dilaksanakan dengan sistem sewa atau bayar. Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran. Angkutan umum penumpang lebih dikenal dengan angkutan umum saja (Warpani, 2002). Angkutan umum dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu : 1. Angkutan umum yang disewakan (Paratransit) Yaitu pelayanan jasa yang dapat dimanfaatkan oleh setiap orang berdasarkan ciri tertentu, misalnya: tarif dan rute. Angkutan umum ini pada umumnya tidak memiliki trayek dan jadwal yang tetap, misalnya: taksi. Ciri utama angkutan ini adalah melayani permintaan. 2. Angkutan umum massal (Masstransit) Yaitu layanan jasa angkutan yang memiliki trayek dan jadwal tetap, misalnya: bus dan kereta api. Jenis angkutan ini bukan melayani permintaan melainkan menyediakan layanan tetap, baik jadwal, tarif maupun lintasannya (Warpani, 2002). Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 35 Tahun 2003, Bab III, angkutan orang dengan kendaraan umum dalam trayek terdiri dari: 1. Angkutan Lintas Batas Negara adalah suatu angkutan dari satu kota ke kota lain yang melewati lintas batas negara dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek. 2. Angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) adalah angkutan dari satu kota ke kota lain yang melalui antar daerah kabupaten/kota yang melalui lebih dari satu daerah provinsi dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam trayek. 3. Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) adalah angkutan dari suatu kota ke kota lain yang melalui antar daerah kabupaten/kota dalam satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Angkutan Umum II (SETYA... · angkutan umum yang melewati beberapa daerah, dimana angkutan umum secara rutin melayani penumpang dan dilain pihak calon

Embed Size (px)

Citation preview

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Angkutan Umum

Angkutan umum penumpang adalah angkutan penumpang dengan

menggunakan kendaraan umum dan dilaksanakan dengan sistem sewa atau bayar.

Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk

dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran. Angkutan umum penumpang

lebih dikenal dengan angkutan umum saja (Warpani, 2002).

Angkutan umum dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu :

1. Angkutan umum yang disewakan (Paratransit)

Yaitu pelayanan jasa yang dapat dimanfaatkan oleh setiap orang berdasarkan

ciri tertentu, misalnya: tarif dan rute. Angkutan umum ini pada umumnya

tidak memiliki trayek dan jadwal yang tetap, misalnya: taksi. Ciri utama

angkutan ini adalah melayani permintaan.

2. Angkutan umum massal (Masstransit)

Yaitu layanan jasa angkutan yang memiliki trayek dan jadwal tetap,

misalnya: bus dan kereta api. Jenis angkutan ini bukan melayani permintaan

melainkan menyediakan layanan tetap, baik jadwal, tarif maupun lintasannya

(Warpani, 2002).

Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 35 Tahun 2003, Bab

III, angkutan orang dengan kendaraan umum dalam trayek terdiri dari:

1. Angkutan Lintas Batas Negara adalah suatu angkutan dari satu kota ke kota

lain yang melewati lintas batas negara dengan menggunakan mobil bus

umum yang terikat dalam trayek.

2. Angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) adalah angkutan dari satu kota

ke kota lain yang melalui antar daerah kabupaten/kota yang melalui lebih dari

satu daerah provinsi dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat

dalam trayek.

3. Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) adalah angkutan dari suatu

kota ke kota lain yang melalui antar daerah kabupaten/kota dalam satu

5

wilayah provinsi dengan menggunakan mobil bus umum yang terikat dalam

trayek.

4. Angkutan Kota adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain dalam satu

daerah kota atau wilayah ibukota kabupaten atau dalam Daerah Khusus

Ibukota Jakarta dengan menggunakan mobil bus umum atau mobil

penumpang umum yang terikat dalam trayek.

5. Angkutan Perdesaan adalah angkutan dari suatu tempat ke tempat lain dalam

suatu daerah kabupaten yang tidak termasuk dalam trayek kota yang berada

pada wilayah ibukota kabupaten dengan mempergunakan mobil bus umum

atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek.

6. Angkutan Perbatasan adalah angkutan kota atau angkutan perdesan yang

memasuki wilayah kecamatan yang berbatasan langsung pada kabupaten atau

kota lainnya baik yang melalui satu provinsi maupun lebih dari satu provinsi.

7. Angkutan Khusus adalah angkutan yang mempunyai asal atau tujuan tetap,

yang melayani antar jemput penumpang umum, antar jemput karyawan,

permukiman dan pemandu moda.

Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 35 Tahun 2003, Bab

IV, angkutan orang dengan kendaraan umum tidak dalam trayek terdiri dari:

1. Angkutan Taksi adalah angkutan yang menggunakan mobil penumpang

umum yang diberi tanda khusus dan dilengkapi dengan argometer yang

melayani angkutan dari pintu ke pintu dalam wilayah operasi terbatas.

2. Angkutan Sewa adalah angkutan dengan menggunakan mobil penumpang

umum yang melayani angkutan dari pintu ke pintu, dengan atau tanpa

pengemudi, dalam wilayah operasi yang tidak terbatas.

3. Angkutan Pariwisata adalah angkutan yang menggunakan mobil bus umum

yang dilengkapi dengan tanda–tanda khusus untuk keperluan pariwisata atau

keperluan lain diluar pelayanan angkutan dalam trayek, seperti untuk

keperluan keluarga atau sosial lainnya.

4. Angkutan Lingkungan adalah angkutan dengan menggunakan mobil

penumpang umum yang dioperasikan dalam wilayah operasi terbatas pada

kawasan tertentu.

6

2.2 Jaringan Trayek Angkutan Umum

Jaringan trayek adalah kumpulan trayek yang menjadi satu kesatuan

pelayanan angkutan orang. Berdasarkan (Departemen Perhubungan, 2002) faktor

yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan jaringan trayek

adalah sebagai berikut:

1. Pola tata guna tanah.

Pelayanan angkutan umum diusahakan mampu menyediakan aksesbilitas

yang baik. Untuk memenuhi hal itu, lintasan trayek angkutan umum

diusahakan melewati tata guna tanah dengan potensi permintaan yang tinggi.

Demikian juga lokasi-lokasi yang potensial menjadi tujuan bepergian

diusahakan menjadi prioritas pelayanan.

2. Pola penggerakan penumpang angkutan umum.

Rute angkutan umum yang baik adalah arah yang mengikuti pola pergerakan

penumpang angkutan sehingga tercipta pergerakan yang lebih efesien. Trayek

angkutan umum harus dirancang sesuai dengan pola pergerakan penduduk

yang terjadi, sehingga transfer moda yang terjadi pada saat penumpang

mengadakan perjalanan dengan angkutan umum dapat diminimumkan.

3. Kepadatan penduduk.

Salah satu faktor menjadi prioritas angkutan umum adalah wilayah kepadatan

penduduk yang tinggi, yang pada umumnya merupakan wilayah yang

mempunyai potensi permintaan yang tinggi. Trayek angkutan umum yang

ada diusahakan sedekat mungkin menjangkau wilayah itu.

4. Daerah pelayanan.

Pelayanan angkutan umum, selain memperhatikan wilayah-wilayah potensial

pelayanan, juga menjangkau semua wilayah perkotaan yang ada. Hal ini

sesuai dengan konsep pemerataan pelayanan terhadap penyediaan fasilitas

angkutan umum.

5. Karakteristik jaringan.

Kondisi jaringan jalan akan menetukan pola pelayanan trayek angkutan

umum, Karakteristik jaringan jalan meliputi konfigurasi, klasifikasi, fungsi,

lebar jalan, dan tipe operasi jalur. Operasi angkutan umum sangat

dipengaruhi oleh karakteristik jaringan jalan yang ada.

7

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2014, Bab IV, Pasal 26, jaringan

trayek angkutan umum terdiri dari:

1. Trayek Lintas Batas Negara, yaitu trayek yang melalui batas negara.

2. Trayek Antar Kota Antar Provinsi, yaitu trayek yang melalui lebih dari satu

wilayah Provinsi Daerah Tingkat I.

3. Trayek Antar Kota Dalam Provinsi, yaitu trayek yang melalui antar Daerah

Tingkat I dalam satu wilayah Provinsi Daerah Tingkat I.

4. Trayek Perkotaan, yaitu trayek yang keseluruhannya berada dalam

Kotamadya Daerah Tingkat II.

5. Trayek Pedesaan, yaitu trayek yang keseluruhannya berada dalam Kabupaten

Daerah Tingkat II.

2.3 Trayek/Rute

Trayek/rute angkutan umum didefinisikan sebagai tempat-tempat dimana

angkutan umum secara tetap melayani penumpang yaitu dengan menaikkan dan

menurunkannya. Suatu rute biasanya merupakan suatu lintasan tetap dari

angkutan umum yang melewati beberapa daerah, dimana angkutan umum secara

rutin melayani penumpang dan dilain pihak calon penumpang menggunakan

angkutan pada rute tersebut.

Rute angkutan umum biasanya ditempatkan di lokasi dimana memang

diperkirakan ada calon penumpang yang akan dilayani. Dalam suatu kota, pada

umumnya rute yang melayani masyarakat lebih dari satu maka ditinjau secara

keseluruhan akan ada suatu sistem jaringan rute yaitu sekumpulan rute yang

bersama-sama melayani kebutuhan umum masyarakat. Dalam sistem jaringan

tersebut akan terdapat titik-titik dimana akan terjadi pertemuan dua rute atau

lebih. Pada titik-titik yang dimaksud dimungkinkan terjadi pergantian rute, karena

pada kenyataannya seorang penumpang tidak selamanya dapat menggunakan

hanya satu rute untuk perjalanannya dari satu tempat asal ke tempat tujuannya

(Warpani, 2002).

8

Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 35 Tahun 2003, trayek

angkutan umum terdiri dari:

a. Trayek Utama

Trayek utama memiliki jadwal yang tetap dan teratur. Trayek ini melayani

angkutan antar kawasan utama, antar kawasan utama dan pendukung dengan

ciri perjalanan ulang alik secara tetap.

b. Trayek Cabang

Sama halnya dengan sistem pengoperasian pada trayek utama namun trayek

cabang ini beroperasi pada kawasan pendukung, antara kawasan pendukung

dan pemukiman.

c. Trayek Ranting

Trayek ranting tidak memiliki jadwal yang tetap. Wilayah pelayanannya pada

kawasan pemukiman penduduk. Sedangkan moda yang digunakan berupa

mobil penumpang.

d. Trayek Langsung

Trayek langsung memiliki jadwal yang tetap. Melayani angkutan antara

kawasan utama dengan kawasan pendukung dan kawasan pemukiman, dan

berhenti pada tempat-tempat yang telah ditetapkan untuk angkutan kota untuk

menaik turunkan pemunpamg

2.4 Angkutan Kota

Angkutan kota adalah angkutan dari suatu tempat ke tempat lain dalam

wilayah kota dengan mempergunakan mobil bus umum dan atau mobil

penumpang umum yang terikat dalam trayek tetap dan teratur. Tujuan utama

keberadaan angkutan kota adalah untuk menyelenggarakan pelayanan yang baik

dan layak bagi masyarakat. Ukuran baik disini dilihat dari kinerja operasi

angkutan kota dan kualitas pelayanan angkutan kota. Untuk mengevaluasi

pelaksanaan operasi dalam memberikan pelayanan jasa transportasi kepada

penumpang, maka perlu diketahui beberapa faktor yang mempengaruhi indikator

kinerja operasional dan kualitas pelayanannya.

2.4.1 Kinerja Operasional Angkutan Kota

Indikator kinerja operasional angkutan kota berdasarkan (Departemen

Perhubungan, 2002):

9

a. Jumlah Penumpang

Jumlah penumpang adalah rata-rata jumlah penumpang/armada/hari, untuk

periode harian umumnya jumlah penumpang mencapai puncaknya pada pagi

dan siang hari.

JPA = JPH / JAB (2.1)

Dimana:

JPA = Jumlah penumpang/armada/hari

JPH = Jumlah penumpang/hari

JAB = Jumlah armada yang beroperasi

b. Jarak Perjalanan

Jarak Perjalanan adalah jarak perjalanan yang dapat dilakukan oleh angkutan

umum yang ditempuh tiap armada/hari.

JP = JR/hr x Pr (2.2)

Dimana:

JP = Jarak perjalanan

JR /hr = Jumlah rata-rata rit/armada/hari

Pr = Panjang rute (km)

c. Tingkat Konsumsi Bahan Bakar

Volume bahan bakar (liter) yang dipergunakan untuk menempuh perjalanan.

KBB = JBB / JP (2.3)

Dimana:

KBB = Konsumsi bahan bakar (km/liter)

JBB = Jumlah bahan bakar (liter)

JP = Jarak perjalanan

d. Faktor Muatan (load factor)

Perbandingan antara jumlah penumpang yang diangkut dengan daya tampung

pada tiap segmen jalan sebagai load factor yang mewakili satu lintasan jalan.

Pembagian segmen jalan pada tiap trayek dapat dilihat lengkap pada

Lampiran B. Perhitungan load factor hanya berdasarkan pada penumpang

yang naik pada tiap segmen jalan.

LF = P/K x 100% (2.4)

10

Dimana:

LF = Faktor muatan (load factor)

P = Jumlah penumpang yang diangkut pada tiap segmen jalan

K = Kapasitas atau banyaknya tempat duduk yang diijinkan

2.4.2 Kualitas Pelayanan Angkutan Kota

Kualitas pelayanan Angkutan Kota meliputi beberapa indikator seperti :

a. Headway

Headway merupakan rata-rata waktu kedatangan dari dua kendaraan

angkutan kota yang merupakan interval waktu antara saat dimana bagian

depan suatu kendaraan melewati suatu titik pengamatan sampai bagian depan

kendaraan berikutnya melewati titik pengamatan yang sama.

b. Waktu Tunggu

Waktu tunggu adalah jumlah waktu rata-rata dan maksimum penumpang saat

menunggu angkutan umum. Dalam mengestimasi waktu tunggu diasumsikan

bahwa kedatangan angkutan umum bersifat acak dan tidak berdasarkan

jadwal yang jelas, sehingga rata-rata waktu tunggu yang diperlukan pengguna

angkutan umum diasumsikan sama dengan setengah headway.

WT = 0,5 x H (2.5)

Dimana :

WT = Waktu tunggu (menit)

H = Headway (menit)

c. Waktu Perjalanan

Waktu perjalanan yaitu waktu maksimum yang diperlukan dalam melakukan

perjalanan, termasuk dalam waktu perjalanan ini adalah waktu tunggu, waktu

berjalan menuju pemberhentian angkutan serta waktu selama bergerak.

WP = Wt - Wb (2.6)

Dimana:

WP = Waktu perjalanan

Wt = Waktu tiba

Wb = Waktu berangkat

d. Kecepatan

Kecepatan adalah kecepatan rata-rata yang ditempuh angkutan umum dalam

11

km/jam. Diperoleh dari pencatatan waktu saat kendaraan berangkat dan

kembali lagi ke tempat asal dari perjalanan.

V = JP / WP (2.7)

Dimana:

V = Kecepatan rata-rata (km/jam)

JP = Jarak perjalanan (km)

WP = Waktu perjalanan (jam)

2.4.3 Standar Kinerja Angkutan Kota

Standar kinerja dan kualitas pelayanan angkutan umum mengacu pada

pedoman teknis penyelenggaraan angkutan penumpang umum di wilayah

perkotaaan dalam trayek tetap dan teratur yang dikeluarkan oleh (Departemen

Perhubungan, 2002) Direktorat Jenderal Perhubungan Darat yang ditunjukkan

pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2.

Tabel 2.1 Standar Kinerja Operasional Berdasarkan Departemen Perhubungan

no Aspek Parameter standar

1 Jumlah

penumpang

Jumlah penumpang/angkutan/hari

a. Bus besar lantai ganda

b. Bus besar lantai tunggal

c. Bus sedang

d. Bus kecil

e. Mobil penumpang umum

(orang/hr)

1.500-1.800

1.000-1.200

500-600

300-400

250-300

2 Jarak

perjalanan

angkutan

Rata-rata jarak tertempuh (km/hr)

a. Bus besar lantai ganda

b. Bus besar lantai tunggal

c. Bus sedang

d. Bus kecil

e. Mobil penumpang umum

(km/hr)

250

250

250

250

250

3 Tingkat

konsumsi bahan

bakar

Penggunaan bahan bakar (km/ltr)

a. Bus besar lantai ganda

b. Bus besar lantai tunggal

c. Bus sedang

d. Bus kecil

e. Mobil penumpang umum

(km/ltr)

2

3-3,6

5

7,5-9

7,5-9

4 Load Factor Perbandingan kapasitas terjual dan kapasitas

tersedia untuk satu perjalanan

70%

Sumber: Departemen Perhubungan, 2002

12

Tabel 2.2 Standar Kualitas Pelayanan Berdasarkan Departemen Perhubungan

No Aspek Parameter Standar

1 Waktu tunggu Waktu penumpang menunggu angkutan

a. Rata-rata

b. maksimum

(menit)

5-10

10-20

2 Waktu perjalanan Waktu perjalanan setiap hari dari/ ke tempat

a. Rata-rata

b. maksimum

(jam)

1,0-1,5

2,0-3,0

3 Headway Waktu antara kendaraan

a. Headway ideal

b. Headway puncak

(menit)

5-10

2-5

4 Kecepatan Angkutan Berdasarkan kelas jalan

a. Kelas I

b. Kelas II

c. Kelas III A

d. Kelas III B

e. Kelas III C

Berdasarkan jenis trayek

a. Utama

b. Cabang

c. Ranting

d. Langsung

(km/jam)

30

30

20-40

20

10-20

30

20

10

30

Sumber: Departemen Perhubungan, 2002

2.5 Biaya Operasional Kendaraan (BOK)

Biaya operasional kendaraan didefinisikan sebagai biaya yang secara

ekonomi terjadi dengan dioperasikannya kendaraan pada kondisi normal untuk

suatu tujuan tertentu. Pengertian biaya ekonomi yang terjadi disini adalah biaya

yang sebenarnya terjadi. Komponen biaya operasional kendaraan terdiri atas biaya

langsung dan biaya tidak langsung

2.5.1 Biaya Langsung

Biaya langsung adalah biaya yang berkaitan langsung dengan produk jasa

yang dihasilkan, biaya langsung terdiri atas:

A. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah semua biaya operasional kendaraan yang jumlah

pengeluarannya tidak dipengaruhi oleh jumlah frekuensi operasi kendaraan.

13

Biaya tetap tergantung dari waktu dan tidak terpengaruh dengan penggunaan

kendaraan. Komponen-komponen biaya tetap, terdiri dari (Departemen

Perhubungan, 2002):

1. Biaya penyusutan kendaraan

2. Biaya bunga modal

3. Biaya awak kendaraan

4. Biaya cuci kendaraan

5. Biaya administrasi STNK

6. Biaya administrasi KIR

7. Biaya asuransi

B. Biaya Tidak Tetap

Biaya tidak tetap merupakan semua biaya operasi kendaraan yang jumlah

pengeluarannya dipengaruhi oleh jumlah frekuensi operasi kendaraan,

misalnya biaya pemakaian bahan bakar. Komponen-komponen biaya tetap,

terdiri dari (Departemen Perhubungan, 2002):

1. Biaya Pemakaian Bahan Bakar

Biaya pemakaian bahan bakar adalah biaya yang dikeluarkan untuk

pembelian bahan bakar kendaraan yang digunakan untuk

mengoperasikan kendaraan dan tergantung dari jarak tempuh yang

dilakukan untuk tiap liter bahan bakar yang digunakan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian bahan bakar adalah :

a. Jenis/ukuran kendaraan

Rata-rata pemakaian bahan bakar meningkat hampir sebanding

dengan berat kendaraan.

b. Cuaca dan ketinggian lokasi

Cuaca dan iklim dapat mempengaruhi kinerja kendaraan, misal hujan

dan angin secara langsung berpengaruh terhadap kinerja kendaraan

dan suhu udara berpengaruh terhadap mesin kendaraan.

c. Cara mengemudi

Cara mengemudi dengan menjalankan kendaraan pada gigi rendah

dapat mempengaruhi penggunaan bahan bakar.

14

d. Kondisi kendaraan

Kondisi kendaraan yang usianya semakin tua dan tidak terawat

dengan baik akan meningkatkan penggunaan bahan bakar.

e. Tingkat pengisian penumpang/muatan

Apabila kendaraan diisi penumpang/muatan penuh dan digunakan

dalam kecepatan rendah akan meningkatkan penggunaan bahan bakar

dibandingkan dengan kendaraan dalam keadaan muatan kosong.

f. Kecepatan kendaraan

Pemakaian bahan bakar yang efisien pada kecepatan kendaraan

antara 40-60 km/jam.

2. Biaya Pemakaian Ban

Adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian ban luar dan ban dalam

yang jangka waktu penggunaannya dihitung berdasarkan jarak tempuh

kendaraan dalam kilometer, tetapi ada juga yang mengganti bannya

secara teratur dalam hitungan bulan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi umur ban :

a. Cara mengemudikan kendaraan

b. Kualitas ban

c. Kondisi permukaan jalan

d. Tingkat pengisian penumpang/muatan

e. Kecepatan kendaraan

3. Servis Kecil

Servis kecil dilakukan dengan patokan km tempuh, yang disertai

penggantian oli mesin dan penambahan gemuk serta minyak rem.

4. Servis Besar

Servis besar dilakukan setelah beberapa kali servis kecil atau dengan

patokan km tempuh, yaitu penggantian oli gardan, oli tranmisi, platina,

busi, filter oli, dan kondensor.

5. Pemeriksaaan

Biaya pemeriksaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk pemeriksaan

kondisi kendaraan. Pemeriksaan kendaraan ditentukan berdasarkan jarak

tempuh.

15

Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya pemeriksaan kendaraan:

a. Umur dan kondisi kendaraan

Biaya perawatan dan pemeliharaan kendaraan pada dasarnya berubah

dari waktu ke waktu. Apabila tersedia data biaya perawatan maka

dari waktu ke waktu dapat diketahui bahwa biaya akan meningkat

seiring dengan umur dan waktu penggunaan kendaraan.

b. Kondisi permukaan jalan

Kendaraan yang dioperasikan pada jalan yang permukaan yang

dilapisi kerikil akan menyebabkan biaya perawatan lebih tinggi

dibandingkan apabila dioperasikan pada jalan dengan permukaan

beraspal.

c. Kecepatan kendaraan

Pengaruh kecepatan kendaraan terhadap biaya perawatan akan

berlaku pada kendaraan tertentu. Misalnya kecepatan kendaraan yang

tinggi akan mempercepat pemakaian suku cadang seperti kanvas rem.

6. Penambahaan oli

Penambahan oli mesin dilakukan setelah km-tempuh pada jarak km

tertentu. Hal ini dilakukan agar kendaraan selalu dalam kondisi yang

baik setiap beroperasi.

2.5.2 Biaya Tak Langsung

Biaya tak langsung adalah biaya yang secara tidak langsung berhubungan

dengan produk jasa yang dihasilkan, yang terdiri atas:

1. Biaya pegawai selain awak kendaraan

a. Gaji/upah

b. Uang lembur

c. Tunjangan sosial

2. Biaya pengelolaan

a. Penyusutan bangunan kantor

b. Penyusutan pool dan bengkel

c. Penyusutan inventaris/alat kantor

d. Penyusutan sarana bengkel

e. Biaya administrasi kantor

16

f. Biaya pemeliharaan kantor

g. Biaya pemeliharaan pool dan bengkel

h. Biaya listrik dan air

i. Biaya telepon dan telegram

j. Biaya perjalanan dinas selain awak kendaraan

k. Pajak perusahaan

l. Izin trayek

m. Izin usaha

n. Biaya pemasaran

o. Lain-lain

2.6 Perhitungan Biaya Operasional Kendaraan (BOK)

Perhitungan BOK yang dilakukan adalah Perhitungan BOK langsung dan

BOK tak langsung. Dalam perhitungan BOK menggunakan pedoman dari

(Departemen Perhubungan, 2002) pedoman ini dipilih dalam penelitian ini karena

Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat (Departemen Perhubungan,

1996) tentang Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum di

wilayah perkotaan dalam trayek tetap dan teratur, sudah tidak sesuai dengan

perkembangan angkutan kota yang dinamis. Pedoman teknis (Departemen

Perhubungan, 2002) juga merupakan penyempurnaan dari pedoman teknis

sebelumnya (Departemen Perhubungan, 1996) yang telah diatur lebih lanjut oleh

Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat. Pedoman biaya operasional

berdasarkan (Departemen Perhubungan, 2002) dapat dilihat pada Tabel 2.3.

17

Tabel 2.3 Pedoman biaya operasional kendaraan

No. Uraian Satuan

Angkutan Kota

Bus Besar Bus Sedang Bus Kecil

Mobil Penumpang

Umum (MPU) Bus DD Bus SD

1. Masa penyusutan kendaraan Th 5 5 5 5 5

2. Jarak tempuh rata-rata Km/hr 250 250 250 250 250

3. Bahan bakar minyak Km/lt 2 3,6-3 5 7,5-9 7,5-9

4. Jarak tempuh ganti ban Km 24.000 21.000 20.000 25.000 25.000

5. Ratio pengemudi/bus Org/kend 1,2 1,2 1,2 1,2 1,2

6. Ratio kondektur/bus Org/kend 1,2 1,2 1,2 - -

7. Jarak tempuh antar servis kecil Km 5.000 5.000 4.000 4.000 4.000

8. Suku cadang/servis besar Km 10.000 10.000 10.000 12.000 12.000

9. Penggantian minyak motor Km 4.000 4.000 4.000 3.500 3.500

10. Penggantian minyak rem Km 8.000 8.000 8.000 12.000 12.000

11. Penggantian gemuk Km/kg 3.000 3.000 3.000 4.000 4.000

12. Penggantian minyak garden Km 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000

13. Penggantian minyak persneling Km 12.000 12.000 12.000 12.000 12.000

14. Hari jalan siap operasi Hr/th 365 365 365 365 365

15. SO : SGO % 80 80 80 80 80

16. Nilai Residu % 20 20 20 - -

Sumber: Departemen Perhubungan, 2002

18

2.6.1 Perhitungan BOK Langsung

A. Biaya langsung tetap

1. Biaya Penyusutan Kendaraan

Biaya penyusutan dihitung dengan mengunakan metode garis lurus

karena metode ini perhitungan cukup sederhana dan mengalokasikan

depresiasi secara merata selama umur ekonomis. Jadi, laju depresiasinya

adalah sama setiap tahun selama umur ekonomis.

Biaya penyusutan kendaraan per tahun dihitung dengan rumus:

BP/th =

(2.8)

Biaya penyusutan kendaraan per km dihitung dengan rumus:

BP/km =

(2.9)

Dimana:

BP/th = Biaya penyusutan per tahun

BP/km = Biaya penyusutan per km

Tidak ada nilai residu dari mobil penumpang umum (MPU), dan masa

susut ditetapkan 5 tahun.

2. Biaya Bunga Modal

Biaya bunga modal per tahun dihitung dengan rumus:

BBM/th =

(2.10)

Biaya bunga modal per km dihitung dengan rumus:

BBM/km =

(2.11)

Dimana:

BBM/th = Biaya bunga modal per tahun

BBM/km = Biaya bunga modal per km

BM = Biaya Bunga Modal

HK = Harga Kendaraan

MS = Masa Susut

n = Pengembalian Modal, diambil selama 5 tahun

i = Tingkat suku bunga, diambil sebesar 20% /tahun

19

3. Awak Kendaraan

Dalam penelitian ini, biaya awak kendaraan (gaji pengemudi) diambil

jumlah tetap tertentu yang ditargetkan masing-masing sampel. Gaji

pengemudi tersebut dianggap sama setiap harinya selama setahun agar

dapat diperkirakan total biaya upah pengemudi terdiri satu supir.

Gaji pengemudi per tahun dihitung dengan rumus:

BGP/th = (2.12)

Gaji pengemudi per km dihitung dengan rumus:

BGP/km =

(2.13)

Dimana:

BGP/th = Biaya gaji pengemudi per tahun

BGP/km = Gaji pengemudi per km

GP/hr = Gaji pengemudi per hari

JHO/th = Jumlah hari operasi per tahun

4. Cuci Kendaraan

Kendaraan umum sebaiknya di cuci setiap hari agar para penumpang

merasa nyaman untuk menggunakan kendaraan umum sebagai moda

transprotasi mereka sehari-hari.

Biaya cuci kendaraan per tahun dihitung dengan rumus:

BCK/th = (2.14)

Biaya cuci kendaraan per km dihitung dengan rumus:

BCK/km =

(2.15)

Dimana:

BCK/th = Biaya cuci kendaraan per tahun

BCK/km = Biaya cuci kendaraan per km

CK/hr = Biaya cuci kendaraan per hari

JHO/th = Jumlah hari operasi per tahun

5. Biaya STNK Kendaraan

Perpanjangan STNK dilakukan setiap lima tahun sekali, tetapi

pembayaran pajak kendaraan dilakukan setiap tahun dan biaya STNK

kendaraan dihitung berdasarkan besaran tarif resmi dari pemerintah.

20

Biaya STNK per km dihitung dengan rumus:

BS/km =

(2.16)

Dimana:

BS/th = Biaya STNK kendaraan per tahun

BS/km = Biaya STNK kendaraan per km

6. Biaya KIR Kendaraan

Kir kendaraan dilakukan minimal sekali setiap enam bulan dan biaya

KIR kendaraan dihitung berdasarkan besaran tarif resmi dari pemerintah.

Biaya KIR per km dihitung dengan rumus:

BK/km =

(2.17)

Dimana:

BK/th = Biaya KIR kendaraan per tahun

BK/km = Biaya KIR kendaraan per km

7. Biaya Asuransi

Asuransi kendaraan pada umumnya hanya dilakukan oleh perusahaan

yang membeli kendaraan secara kredit bank. Namun, asuransi kendaraan

perlu diperhitungkan sebagai pengamanan dalam menghadapi resiko.

Selain asuransi kendaran pada umumnya awak kendaraan wajib

diasuransikan oleh perusahaan angkutan.

Biaya Asuransi per km dihitung dengan rumus:

BAKA/km =

(2.18)

Dimana:

BAKA/th = Biaya asuransi kendaraan dan awak kendaraan/tahun

BAKA/km = Biaya asuransi kendaraan dan awak kendaraan per km

Total biaya langsung tetap per tahun dihitung dengan rumus:

BLT/th = BP/th + BBM/th + BGP/th + BCK/th + BS/th +

BK/th +BAKA/th (2.19)

Total biaya langsung tetap per km dihitung dengan rumus:

BLT/km = BP/km + BBM/km + BGP/km +BCK/km +

BS/km + BK/km + BAKA/km (2.20)

21

Dimana :

BLT/thn = Biaya langsung tetap per tahun

BLT/km = Biaya langsung tetap per km

B. Biaya langsung tidak tetap

1. Biaya Bahan Bakar Minyak (BBM)

Yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan bakar kendaraan,

biaya ini menyangkut jarak tempuh yang dilakukan untuk tiap liter

bahan bakar yang digunakan.

Biaya BBM per tahun dihitung dengan rumus :

BBBM/th = JPBBM/hr x HBBM/ltr x JHO/th (2.21)

Biaya BBM per km dihitung dengan rumus:

BBBM/km =

(2.22)

Dimana :

BBBM/th = Biaya BBM per tahun

BBBM/km = Biaya BBM per km

JPBBM/hr = Jumlah pemakaian BBM per hari

HBBM/ltr = Harga BBM per liter

JHO/th = Jumlah hari operasi per tahun

2. Biaya Pemakaian Ban

Biaya pemakaian ban adalah biaya untuk pembelian ban yang digunakan

untuk pengoperasian kendaraan, yang terdiri dari ban dalam dan luar.

Biaya pemakaian ban per tahun dapat dihitung dengan rumus :

BPB/th =

x HB/Unit (2.23)

Biaya pemakaian ban per km dihitung dengan rumus:

BPB/km =

(2.24)

Dimana :

BPB/th = Biaya pemakaian ban per tahun

BPB/km = Biaya pemakaian ban per km

JPB = Jarak penggantian ban

HB/Unit = Harga ban per unit

22

3. Biaya servis kecil

Biaya servis kecil adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan

seperti oli mesin, gemuk dan minyak rem serta jasa dalam melakukan

Servis kecil. Servis kecil dilakukan dengan patokan km tempuh antar-

servis.

Perhitungan masing-masing bahan adalah sebagai berikut :

a. Biaya oli mesin

BOM/SK = JPOM/SK x HOM/ltr (2.25)

Dimana :

BOM/SK = Biaya oli mesin per servis kecil

JPOM/SK = Jumlah pemakaian oli mesin per servis kecil

HOM/ltr = Harga oli mesin per liter

b. Biaya gemuk

BG/SK = JPG/SK x HG/kg (2.26)

Dimana :

BG/SK = Biaya Gemuk per servis kecil

JPG/SK = Jumlah pemakaian gemuk per servis kecil

HG/kg = Harga gemuk per kg

c. Biaya minyak rem

BMR/SK = JPMR/SK x HMR/ltr (2.27)

Dimana :

BMR/SK = Biaya minyak rem per servis kecil

JPMR/SK = Jumlah pemakaian minyak rem per servis kecil

HMR/ltr = Harga minyak rem per liter

Biaya total bahan servis kecil dihitung dengan rumus:

BTB/SK = BOM/SK + BG/SK + BMR/SK (2.28)

Biaya servis kecil per km dapat dihitung dengan rumus :

BSK/km =

(2.29)

Biaya servis kecil per tahun dihitung dengan rumus:

BSK/th = BSK/km x Produksi kendaraan km/th (2.30)

23

Dimana :

BSK/th = Biaya servis kecil per tahun

BSK/km = Biaya servis kecil per km

JSK = Jarak servis kecil

BTB/SK = Biaya total bahan per servis kecil

BUSK/SK = Biaya upah/jasa servis kecil per servis kecil

4. Biaya servis besar

Biaya servis besar adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan

seperti oli gardan, oli tranmisi, platina, busi, filter oli, kondensor serta

jasa dalam melakukan Servis besar. Servis besar dilakukan dengan

patokan km tempuh.

Perhitungan masing-masing bahan adalah sebagai berikut :

a. Biaya oli gardan

BOG/SB = JPOG/SB x HOG/ltr (2.31)

Dimana :

BOG/SB = Biaya oli gardan per servis besar

JPOG/SK = Jumlah pemakaian oli gardan per servis besar

HOG/ltr = Harga oli gardan per liter

b. Biaya oli transmisi

BOT/SB = JPOT/SB x HOT/ltr (2.32)

Dimana :

BOT/SB = Biaya oli transmisi per servis besar

JPOT/SB = Jumlah pemakaian oli mesin per servis besar

HOM/ltr = Harga oli transmisi per liter

c. Biaya platina

BP/SB = JPP/SB x HP/Unit (2.33)

Dimana :

BP/SB = Biaya platina per servis besar

JPP/SB = Jumlah pemakaian platina per servis besar

HP/Unit = Harga platina per unit

d. Biaya busi

BB/SB = JPB/SB x HB/Unit (2.34)

24

Dimana :

BB/SB = Biaya busi per servis besar

JPB/SB = Jumlah pemakaian busi per servis besar

HB/Unit = Harga busi per unit

e. Biaya kondensor

BK/SB = JPK/SB x HK/Unit (2.35)

Dimana :

BK/SB = Biaya kondensor per servis besar

JPK/SB = Jumlah pemakaian kondensor per servis besar

HK/Unit = Harga kondensor per unit

f. Biaya filter oli

BFO/SB = JPFO/SB x HFO/Unit (2.36)

Dimana :

BFO/SB = Biaya filter oli per servis besar

JPFO/SB = Jumlah pemakaian filter oli per servis besar

HFO/Unit = Harga filter oli per unit

Biaya total bahan servis besar dihitung dengan rumus:

BTB/SB = BOG/SB + BOT/SB +BP/SB + BB/SB + BK/SB +

BFO/SB (2.37)

Biaya servis besar per km dapat dihitung dengan rumus :

BSB/km =

(2.38)

Biaya servis besar per tahun dihitung dengan rumus:

BSB/th = BSB/kend-km x Produksi kendaraan km/th (2.39)

Dimana :

BSB/th = Biaya servis besar per tahun

BSB/km = Biaya servis besar per km

JSB = Jarak servis besar

BTB/SB = Biaya total bahan per servis besar

BUSB/SB = Biaya upah/jasa servis kecil per servis besar

25

5. Biaya pemeriksaan

Biaya pemeriksaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan

serta jasa dalam melakukan pemeriksaan kendaraan. Pemeriksaan

kendaraan dilakukan dengan patokan km tempuh.

Biaya pemeriksaan kendaraan per tahun dapat dihitung dengan rumus :

BPK/th =

x BPK (2.40)

Biaya pem pemeriksaan kendaraan per km dihitung dengan rumus:

BPK/km =

(2.41)

Dimana :

BPK/th = Biaya pemeriksaan kendaraan per tahun

BPB/km = Biaya pemeriksaan kendaraan per km

JPB = Jarak pemeriksaan kendaraan

BPK = Biaya pemeriksaan kendaraan

6. Biaya penambahan oli

Biaya penambahan oli adalah biaya untuk pembelian oli yang digunakan

untuk menambahkan oli mesin selama pengoperasian kendaraan.

Biaya penambahan oli per km dihitung dengan rumus:

BPO/km =

(2.42)

Biaya penambahan oli per tahun dapat dihitung dengan rumus :

BPO/th = BPO/kend-km x Produksi kendaraan km/th (2.43)

Dimana :

BPO/th = Biaya pemambahan oli per tahun

BPO/km = Biaya penambahan oli per km

PO/hr = jumlah penambahan oli per hari

HO/ltr = Harga oli per liter

7. Biaya suku cadang dan bodi

Biaya suku cadang dan bodi biaya untuk keperluan suku cadang mesin,

bagian rangka bawah (chassis) dan bagian bodi diperhitungkan per tahun

sebesar 5 % dari harga kendaraan.

26

Biaya suku cadang dan bodi per tahun dapat dihitung dengan rumus :

BSCB/th = HK x 5% (2.44)

Biaya suku cadang dan bodi per km dihitung dengan rumus:

BSCB/km =

(2.45)

Dimana :

BSCB/th = Biaya suku cadang dan bodi per tahun

BSCB/km = Biaya suku cadang dan bodi per km

HK = Harga kendaraan

Total biaya langsung tidak tetap per tahun dihitung dengan rumus:

BLTT/th = BBBM/th + BPB/th + BSK/th + BSB/th + BPK/th +

BPO/th + BSCB/th (2.46)

Total biaya langsung tidak tetap per km dihitung dengan rumus:

BLTT/km = BBBM/km + BPB/km + BSK/km + BSB/km +

BPK/km + BPO/km + BSCB/km (2.47)

Dimana :

BLTT/th = Biaya langsung tidak tetap per tahun

BLTT/km = Biaya langsung tidak tetap per km

Total biaya langsung per tahun dihitung dengan rumus:

BL/th = BLT/thn + BLTT/thn (2.48)

Total biaya langsung tetap per km dihitung dengan rumus:

BL/km = BLT/km + BLTT/km (2.49)

Dimana :

BL/th = Biaya langsung per tahun

BL/km = Biaya langsung per km

2.6.2 Perhitungan BOK Tidak Langsung

Biaya tidak langsung adalah biaya yang secara tidak langsung

berhubungan dengan produk jasa yang dihasilkan, yang terdiri atas biaya pegawai

selain awak kendaraan dan biaya penelolaan.

Biaya tak langsung kendaraan per tahun dihitung dengan rumus:

BTL/th =

(2.50)

27

Biaya tak langsung per km dihitung dengan rumus:

BTL/km =

(2.51)

Dimana:

BTL/th = Biaya tak langsung kendaraan per tahun

BTL/km = Biaya tak langsung kendaraan per km

JPP/th = Jumlah biaya pegawai dan pengelolaan per tahun

2.6.3 Perhitungan BOK Total

Dengan diketahui jumlah BOK langsung dan BOK tidak langsung diatas

maka estimasi total BOK untuk masing-masing sampel operator dihitung dengan

rumus sebagai berikut :

1. Total biaya operasional kendaraan per tahun dihitung dengan rumus:

BOK/th = BL/th + BTL/th (2.52)

2. Total biaya operasional kendaraan per km dihitung dengan rumus:

BOK/km = BL/km + BTL/km (2.53)

Dimana :

BOK/th = Biaya Operasional Kendaraan per tahun

BOK/km = Biaya Operasional Kendaraan per km

2.7 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang ingin diteliti dengan

menggunakan prosedur tertentu, yang ciri-ciri dan keberadaannya diharapkan

mampu mewakili atau menggambarkan ciri-ciri dan keberadaan populasi yang

sebenarnya (Sugiarto dkk, 2003). Banyaknya anggota suatu sampel disebut

ukuran sampel, sedangkan suatu nilai yang menggambarkan ciri sampel disebut

statistik (karena statistik diperoleh dari sampel, maka dengan adanya perbedaan

sampel yang diambil, nilai statistik yang diperoleh dapat berubah juga sehingga

dengan demikian bervariasi atau berubah-ubah merupakan ciri statistik).

Pengambilan sampel (sampling) adalah suatu proses yang dilakukan untuk

memilih dan mengambil sampel secara benar dari suatu populasi sehingga dapat

digunakan sebagai wakil yang sahih (dapat mewakili) bagi populasi tersebut.

Adapun jenis teknik sampling dapat diuraikan sebagai berikut :

28

1. Probability Sampling (Metode Acak)

Dalam probability sampling, pemilihan sampel tidak dilakukan secara

subyektif, dalam arti sampel yang dipilih tidak didasarkan semata-mata pada

keinginan peneliti sehingga setiap anggota populasi memiliki kesempatan

yang sama (acak) untuk terpilih sebagai sampel. Beberapa jenis probability

sampling (metode acak) adalah sebagai berikut :

a. Metode Pengambilan Sampel Acak Sederhana (Simple Random

Sampling)

Adalah metode yang digunakan untuk memilih sampel dari populasi

dengan cara sedemikian rupa sehingga setiap anggota populasi

mempunyai peluang yang sama besar untuk diambil sebagai sampel. Ini

berarti semua anggota populasi menjadi anggota dari kerangka sampel.

b. Metode Pengambilan Sampel Acak Sistematis (Systematic Random

Sampling)

Adalah metode untuk mengambil sampel secara sistematis dengan

interval (jarak) tertentu dari suatu kerangka sampel yang telah diurutkan.

Dengan demikian tersedianya suatu populasi sasaran yang tersusun

(ordered population target) merupakan prasyarat penting bagi

dimungkinkannya pelaksanaan pengambilan sampel dengan metode acak

sistematis.

c. Metode Pengambilan Sampel Acak Terstratifikasi (Stratified Random

Sampling)

Adalah metode pemilihan sampel dengan cara membagi populasi ke

dalam kelompok-kelompok yang homogen yang disebut strata dan

kemudian sampel diambil secara acak dari setiap strata tersebut.

d. Metode Pengambilan Sampel Bloking (Cluster Sampling)

Adalah metode yang digunakan untuk memilih sampel yang berupa

kelompok dari beberapa kelompok (groups atau cluster) dimana setiap

kelompok terdiri atas beberapa unit yang lebih kecil (elements). Jumlah

elements dari masing-masing kelompok (size of the clusters) bisa sama

maupun berbeda. Kelompok-kelompok (groups) tersebut dapat dipilih

29

baik dengan menggunakan metode acak sederhana maupun acak

sistematis dengan pengacakan pada kelompok pertamanya saja.

2. Non Probability Sampling (Metode Tak Acak)

Non probability sampling (penarikan sampel secara tak acak) dikembangkan

untuk menjawab kesulitan yang ditimbulkan dalam menerapkan metode acak,

terutama dalam kaitannya dengan pengurangan biaya dan permasalahan yang

mungkin timbul dalam pembuatan kerangka sampel. Hal ini dapat

dimungkinkan karena kerangka sampel tidak diperlukan dalam pengambilan

sampel secara non probability. Akan tetapi, ketepatan dari informasi yang

dapat diperoleh juga akan terpengaruh. Hasil dari non probability sampling

ini seringkali mengandung bias dan ketidak tentuan yang bisa berakibat lebih

buruk. Permasalahan yang muncul ini tidak dapat dihilangkan dengan hanya

menambah ukuran sampelnya. Alasan inilah yang mengakibatkan

keengganan para statistikawan untuk menggunakan metode ini. Beberapa

prosedur non probability sampling yang sering digunakan adalah sebagai

berikut:

a. Sampel Kemudahan (Convenience Sampling)

Pada pengambilan sampel dengan cara ini, sampel diambil berdasarkan

pada ketersediaan elemen dan kemudahan untuk mendapatkannya.

Dengan kata lain sampel diambil atau terpilih karena sampel tersebut ada

pada tempat dan waktu yang tepat. Penarikan sampel dengan cara ini

nyaris tidak dapat diandalkan, tetapi biasanya paling murah dan cepat

dilakukan karena peneliti memiliki kebebasan untuk memilih siapa saja

yang mereka temui.

b. Sampel Pertimbangan (Judgment Sampling)

Pada sampling pertimbangan, sampel yang diambil berdasarkan pada

kriteria-kriteria yang telah dirumuskan terlebih dahulu oleh peneliti.

Dalam perumusan kriterianya, subyektifitas dan pengalaman dari peneliti

sangat berperan. Sampling pertimbangan pada umumnya lebih cocok

dipakai pada tahap awal suatu studi eksploratif. Dalam hal ini, sampel

yang diambil dari anggota populasi dipilih sekehendak hati oleh peneliti

menurut pertimbangan dan intuisinya. Apabila dalam hal ini

30

subyektifitas dan intuisi dari peneliti tersebut benar, maka sampel yang

dipilih oleh peneliti tersebut akan dapat mencerminkan karakteristik

populasi.

c. Quota Sampling

Pada dasarnya, quota sampling ini sama dengan judgment sampling.

Quota sampling ini dapat dikatakan sebagai judgment sampling dua

tahap. Tahap pertama adalah tahapan dimana peneliti merumuskan

kategori kontrol atau quota dari populasi yang akan diteliti seperti jenis

kelamin, usia, ras yang terdefinisikan dengan baik sebagai basis dari

keputusan pemilihan sampel. Tahap kedua adalah penentuan bagaimana

sampel akan diambil, dapat secara convenience atau judgment tergantung

pada situasi dan kondisi pada saat akan dilakukan penelitian dan apa

yang akan diteliti serta kemampuan dari peneliti sendiri. Perbedaan

antara judgment sampling dan quota sampling terletak pada adanya suatu

batasan pada quota sampling bahwa sampel yang diambil harus sejumlah

tertentu yang dijatah (quotum) dari setiap subgroup yang telah

ditentukan dari suatu populasi.

d. Snowball Sampling

Snowball sampling ini sangat tepat digunakan apabila populasinya

sangat spesifik. Cara pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan

secara berantai, mulai dari ukuran sampel yang kecil. Semakin lama

menjadi semakin besar seperti halnya bola salju yang menggelinding

menuruni lereng gunung.

2.8 Perhitungan Jumlah Sampel

Sampel yang diambil agar dapat mewakili kondisi seluruh populasi pada

dasarnya dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu (Sugiarto dkk, 2003) :

1. Tingkat variabilitas dari parameter yang ditinjau dari seluruh populasi yang

ada.

2. Tingkat ketelitian yang dibutuhkan untuk mengukur parameter yang

dimaksud.

3. Besarnya populasi parameter yang akan disurvei.

31

Langkah-langkah untuk menentukan jumlah sampel yang representatif, yaitu :

1. Melakukan survei pecobaan untuk memeriksa apakah metode sudah sesuai

untuk data yang dibutuhkan dan kelengkapan formulir.

2. Berdasarkan besaran parameter tersebut dapat dihitung :

a. Rata-rata (mean) sampel

X = n

Xin

i

1 (2.54)

Dimana :

X = Nilai rata-rata

Xi = Nilai data sampel

n = Jumlah sampel

i = Batas bawah

n = Jumlah sampel yang diambil

b. Standar Deviasi

Sd =

1

1

2

n

XXin

i (2.55)

Sd =

n

XXin

i

1

2

(2.56)

Dimana :

(n - 1) = Untuk jumlah sampel 30.

n = Untuk jumlah sampel > 30.

Dalam pengambilan sampel tingkat ketelitian yang diinginkan sebesar

95% yang berarti bahwa besarnya tingkat kesalahan yang ditolerir tidak lebih dari

5%, dengan kondisi seperti ini maka besarnya standard error yang dapat diterima

yang ditunjukan dalam tabel distribusi normal adalah 1,96 dari acceptable

sampling error. Pada tingkat ketelitian 95% acceptable sampling error (Se)

adalah sebesar 5% dari sample mean, sehingga :

Se = 0,05 x mean parameter (2.57)

Dengan demikian besarnya acceptable standard error adalah

Se (X) = Se/1,96 (2.58)

32

Berdasarkan hasil perhitungan-perhitungan diatas, maka besarnya jumlah sampel

yang representatif (n’) dihitung dengan rumus :

n’ = 2

2

))(( XSe

Sd (2.59)

Dimana :

n’ = Jumlah sampel yang representatif

Sd2 = Standar deviasi kuadrat

Se(X)2 = acceptable standard error dikuadratkan

Untuk populasi yang jumlahnya hingga

n = Nn

n

/'1

'

(2.60)

Dimana :

n = Jumlah sampel minimal

N = Jumlah populasi